100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
176 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas tentang olah vokal dan olah rasa dalam dasar-dasar teater. Olah vokal meliputi latihan suara, pengucapan, dan vokal lain seperti menirukan logat. Olah rasa meliputi membaca, berimajinasi, dan menumbuhkan tenaga jiwa untuk memerankan tokoh dengan baik. Kedua aspek tersebut perlu dilatih secara teratur dan sistematis agar dapat menjadi pemain teater yang handal.
Dokumen ini membahas tentang olah vokal dan olah rasa dalam dasar-dasar teater. Olah vokal meliputi latihan suara, pengucapan, dan vokal lain seperti menirukan logat. Olah rasa meliputi membaca, berimajinasi, dan menumbuhkan tenaga jiwa untuk memerankan tokoh dengan baik. Kedua aspek tersebut perlu dilatih secara teratur dan sistematis agar dapat menjadi pemain teater yang handal.
Dokumen ini membahas tentang olah vokal dan olah rasa dalam dasar-dasar teater. Olah vokal meliputi latihan suara, pengucapan, dan vokal lain seperti menirukan logat. Olah rasa meliputi membaca, berimajinasi, dan menumbuhkan tenaga jiwa untuk memerankan tokoh dengan baik. Kedua aspek tersebut perlu dilatih secara teratur dan sistematis agar dapat menjadi pemain teater yang handal.
STAI AL-GAZALI BULUKUMBA TAHUN AKADEMIK 2018/2019 PEMBAHASAN 1. Olah Vokal Suara adalah unsur yang sangat penting dalam berteater. Suara/vokal yang baik akan mampu mengekspresikan karakter tokoh yang dimainkan. Jenis suara tiap orang berbeda-beda, tetapi di dalam teater dituntut untuk bisa menirukan suara sesuai tokoh yang diperankan. Berolah suara tidak hanya terbatas pada jenis karakter tertentu. Misalnya, suara berat, ringan, halus, mendesah, berteriak, melenguh, menangis, dan membentak saja. Akan tetapi, berolah suara dalam teater lebih kompleks lagi. Seorang pemain juga dituntut untuk bisa menirukan dialek (logat bicara), harus benar dan tepat dalam membaca teks, harus bisa menyanyi, dan harus pandai mengolah suarasuara alam. Semua kemampuan vokal itu memerlukan latihan yang keras dan disiplin yang tinggi karena akan bermanfaat ketika bermain teater kelak. Pengucapan kata dengan baik dan benar sesuai konteks sehingga setiap huruf, kata, dan kalimat yang diucapkan dapat didengar dan dimengerti dengan jelas oleh penonton. Hal ini akan memberi nilai tambah pada keberhasilan pementasan teater. Sebagaimana latihan olah tubuh, latihan olah suara pun memerlukan pemanasan terlebih dahulu. Fungsi pemanasan ini yaitu mengendorkan otot-otot organ produksi suara. Latihan pemanasan olah suara diawali dengan senam wajah, senam lidah, dan senam rahangPedoman latihan olah suara yaitu sebagai berikut. a. Konsentrasi dan sadar pada pekerjaan. Kesadaran ini akan memicu kepada ingatanmu. b. Santai dan lakukan pengulangan-pengulangan dalam latihan ini karena otototot organ tubuh bukan suatu hal yang mekanis, melainkan lebih bersifat ritmis. c. Hindari ketegangan dan lakukan segala sesuatu dengan wajar secara alami. d. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, jangan lakukan latihan secara terburu-buru. Beri kesempatan otot-otot dan persendian untuk menyesuaikan perintahmu. e. Lakukan semua latihan ini secara bertahap, mulai dari tempo lambat sampai dengan tempo cepat. . 2. Olah Rasa Pemain teater harus memiliki kecerdasan dan ketangkasan. Kebiasaan mengolah rasa mampu menumbuhkan sikap kritis untuk seseorang menghadapi berbagai persoalan yang rumit. Latihan olah rasa dapat dilakukan dengan membaca, berimajinasi, dan memunculkan tenaga jiwa. a. Membaca Membaca dilakukan dengan cara memindai secara sistematis. Seorang pemain teater harus memiliki wawasan dan kepekaan terhadap persoalan zaman sehingga saat dipanggung pertunjukan ia akan berusaha menjadi tokoh sesuai dengan yang diperankan. b. Imajinasi Setelah melalui tahap membaca, secara otomatis imajinasi akan muncul dalam pikiran. Imajinasi seorang pemain harus dipahami dan dipelajari dalam semua karakteristik pancaindra. Peran pemain dalam setiap penampilan bersifat sugesti, yaitu bagaimana caranya agar penonton terbawa dan dengan mudah mengetahui maksud gerakan pemain. Sebagai contoh, bagaimana ia berimajinasi ketika melihat kejadian aneh yang menimpa orang lain, posisi mata pemain seolah-olah menjadi jembatan mata penonton. Begitu pula dengan indra telinga, penciuman, perasa, dan peraba harus pula dilatih secara teratur. c. Tenaga Jiwa Tenaga jiwa berfungsi memberikan roh peran tokoh yang diperankan pemain. Latihan-latihan dasar untuk menggalang tenaga jiwa merupakan ingatan-ingatan yang direncanakan dari hasil pengamatan terhadap perasaan bawah sadar dan naluri. Latihan ini memerlukan waktu yang lama. Berdasarkan ketiga teknik olah dalam berperan diatas dapat dikatakan bahwa akting merupakan salah satu jenis keterampilan. Keterampilan ini bisa diperoleh melalui proses pelatihan. Kamu pun bisa menjadi pemain teater, syaratnya kamu harus bersungguh-sungguh dalam berlatih.