Anda di halaman 1dari 3

Olah Rasa

Disusun oleh Yosi

Dalam pertunjukkan seni teater penguasaan teknik olah tubuh, pikiran, dan suara
merupakan keterampilan taknis untuk mendukung kelancaran pemain. Tahap pertama
seorang aktor untuk dapat memainkan perannya dalam pertunjukan teater adalah
menguasai teknik olah dasar teater.

Dikutip dari buku Menjadi Aktor (1998) karya Suyatna Anirun, bahwa seorang aktor
dituntut untuk bisa memenuhi kualitas tertentu. Oleh karena itu, aktor membutuhkan
latihan-latihan agar sang aktor bisa mewujudkan peran. Maka dalam pelaksanaan latihan
perlu disadari bahwa imajinasi memainkan peran penting. Imajinasi menyatukan unsur-
unsur seperti pada olah tubuh imajinasi bisa menjadi peluang gerak. Pada olah vokal, suara
adalah kendaraan imajinasi, dan pada olah sukma, imajinasi menjadi sasaran latihan.

Pemeran teater membutuhkan kepekaan rasa karena dalam


menghayati karakter peran, semua emosi tokoh yang
diperankan harus mampu diwujudkan. Oleh karena itu,
latihan-latihan yang mendukung kepekaan rasa perlu
dilakukan. Seorang pemeran tidak hanya memikirkan
ekspresi karakter tokoh yang diperankan saja, tetapi juga
harus memberikan respon terhadap ekspresi tokoh lain.
Banyak pemeran yang hanya mementingkan ekspresi yang diperankan sehingga dalam
benaknya hanya melakukan aksi. Padahal akting adalah kerja aksi dan reaksi. Latihan olah
rasa tidak hanya berfungsi untuk meningkatkan kepekaan rasa dalam diri sendiri, tetapi
juga perasaan terhadap karakter lawan main. Latihan olah rasa dimulai dari konsentrasi,
mempelajari gesture, dan imajinasi.

Jiwa

Proses pertama transformasi atau penjiwaan


terhdap peran, adalah memberi focus kepada
energi yang sudah dimiliki oleh si actor. Dia harus
mengendalikan dirinya menuju satu tujuan
tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah
usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi
dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia
mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras
dengan keyakinannya terhadap tokohnya.

Konsentrasi

Pengertian : konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi,


kepekaan si actor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.

Persiapan seorang actor

Seorang actor harus punya pusat perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini
seyogyanya tidak berada di tengah tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian,
makin sanggup ia memusatkan perhatian.

Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang
jauh, terlebih dahulu anda harus belajar bagaimana caranya memandang dan melihat
benda-benda di area set.
Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner.
Kehidupan abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk
dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh. Seorang actor harus juga seorang pengamat,
bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau sebuah film, tapi juga dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus memusatkan pikirannya
pada segala yang menarik perhatiannya . Ia harus memandang sebuah objek, bukan
lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak, maka seluruh metode
kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan.

Umumnya orang tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikan wajah, sorotan
mata seseorang dan nada suara untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka.
Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan
juga tidak sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami
apa yang mereka dengar.

Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan
kerja kreatif mereka akan lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam.

REFERENSI :

Santosa, Eko dkk. 2008. Seni Teater Jilid Satu untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan
https://www.pojokseni.com/2020/03/catatan-rudolf-puspa-latihan-dasar.html

"Teknik Mengolah Tubuh, Pikiran, dan Suara dalam Teater", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/30/180000569/teknik-mengolah-tubuh-
pikiran-dan-suara-dalam-teater?page=all.
Penulis : Fidelis Dhayu Nareswari
Editor : Ari Welianto

Anda mungkin juga menyukai