Anda di halaman 1dari 22

Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 1

picapicopici@yahoo.com

Materi Dasar Teater


Meditasi, konsentrasi, vocal, pernapasan, gerak, karakter
Blocking, dan naskah
teaterjiwa©copyright2010

SMA NEGERI 1 BLITAR


teaterjiwa©copyright2010
teaterjiwa

Supported by Produced by
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 2
picapicopici@yahoo.com

PENDAHULUAN
1. ARTI DRAMA
a. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak dan sebagainya.
b. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
c. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
d. Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat
istilah Sandiwara.
2. ARTI TEATER
a. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
b. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
c. Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di
atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis
ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.
3. AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
a. terdengar (volume baik)
b. jelas (artikulasi baik)
c. dimengerti (lafal benar)
d. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Gerak yang balk ialah gerak yang :
a. terlihat (blocking baik)
b. jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan)
c. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
d. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
• Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
• Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan
terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata-kata yang diucapkan menjadi
tumpang tindih.
• Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai .
Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber-ani.
• Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang
sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
• Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan
yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar
belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :
a. Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
b. Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.
Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di
satu tempat.
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan
yang berlangsung
a. Jelas, tidak ragu-ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan
setengah-setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu-ragu terkesan kaku sedangkan
kalau berlebihan terkesan over acting
b. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum
gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan,
teaterjiwa©copyright2010

maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.


c. Menghayati berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran
dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 3
picapicopici@yahoo.com

BAB I
MEDITASI dan KONSENTRASI

MEDITASI
Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai
suatu usaha untuk menenangkan dan memustkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
1. Memustkan pikiran.
Kita mencoba memustkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada
dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan
sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan
ikatan serta hanya tertuju dengan apa yang akan dimasukkan dalam pemikiran kita.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan
dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak
kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan
yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi :
1. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah
dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi
bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan
perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
3. Pusatkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala
perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita
menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam
setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran.
Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk
mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di
panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.

KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan
pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu
dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.
Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan
sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan
sekali-kali memikirkan yang lain. teaterjiwa©copyright2010
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 4
picapicopici@yahoo.com

BAB II
VOKAL dan PERNAPASAN

PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang
baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat
pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik
dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
1. Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada
sehingga dada kita membusung. Di kalangan orang-orang teater pernapasan dada biasanya tidak
dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga
dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.
2. Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut
sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan,
karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
3. Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara,
sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap dipergunakan oleh
sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan
vokal.
4. Pernapasan diafragma
Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita
mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian
belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang. Menurut perkembangan
akhir-akhir ini, banyak orang-orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena
tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan
pernapasan perut.
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk
pernapasan yang lain.

VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik
pula. "Baik” di sini diartikan sebagai :
a. Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
b. Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
c. Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
d. Tidak monoton.
Catatan :
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan-latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila
kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir-lendir di tenggorokan terkikis, bila kita
bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara
(larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan
ingat, janganlah terlalu memaksa alat-alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan
dapat merusak alat-alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.

ARTIKULASI
Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar
dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata
teaterjiwa©copyright2010

yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan
terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
ü Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang
yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.
ü Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-waktu. Hal ini
sering terjadi pada salah pengucapan naskah/dialog.
ü Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup,
dan sebagainya.
ü Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah-olah kata
demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.

GESTIKULASI
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 5
picapicopici@yahoo.com

Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat
pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya
saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu
kata dengan satu kalimat kadang-kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat
"Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?” ,
"Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata
pada sebuah dialog.

INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa
monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan-tekanan yang diberikan
pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :
Tekanan Dinamik (keras-lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata yang
memerlukan penekanan.
Tekanan.Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan
seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang
naik turun dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang
tinggi rendahnya suatu kata.
Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering
dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan.

WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi
warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda.
Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki-laki dengan
perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu
dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus
memperhatikan juga warna suara.

teaterjiwa©copyright2010
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 6
picapicopici@yahoo.com

BAB III
GERAK

OLAH TUBUH
Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan
atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal.
Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot-otot kita supaya elastis, lentur,
luwes dan supaya tidak ada bagian-bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.

Macam-Macam Gerak :
Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam-macam gerak
Latihan-latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung
dalam bidang teater.
Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1. Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari
keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak
teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
2. Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari-hari.
Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam-macam, secara garis
besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
ü Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq
lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari
dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dsb.
ü Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul
karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih
dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
a. Business, adalah gerak-gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran
Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks).
b. Gestures, adalah gerak-gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak
yang kita lakukan secara sadar.
c. Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat
yang lain.
d. Guide, adalah cara berjalan.
Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Gerak-gerak dasar ini kita bagi
menjadi tiga bagian, yaitu :
- Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak
sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
- Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita
diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
- Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.
Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak
yang bebas, indah dan artistik.
teaterjiwa©copyright2010
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 7
picapicopici@yahoo.com

BAB IV
KARAKTERISASI
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang
diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama
yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan
demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh
saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus
terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang
pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah
dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan
jabatannya, tetapi juga wataknya.
Untuk memperdalam karakteristik peraga dalam sebuah naskah, maka agaknya perlu juga kita
mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.
OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah
lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb.
ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang
dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa
yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.
IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada.
Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan.
Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit.
Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi
walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi
benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah,
benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai
emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang
karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi),
pengucapan dialog, pernapasan, niat.
PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
• Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah,
problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
• Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat
gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
teaterjiwa©copyright2010
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 8
picapicopici@yahoo.com

BAB VI
BLOCKING

Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam permainan
drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu
mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah
blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
1 Seimbang, kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting)
tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi
semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung.
2 Utuh, blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan
gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
3 Bervariasi, kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi
baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan
pemain lainnya.
4 Memiliki titik pusat, artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting
artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana
sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung.
5 Wajar, setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-
buat.
Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan
kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking.
Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.

KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas
ini dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri. Berikut ini
adalah skema komposisi pentas.
7 8 9

4 5 6

1 2 3

teaterjiwa©copyright2010
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 9
picapicopici@yahoo.com

BAB VII
NASKAH

Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah
dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya.
Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat
berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana
dimainkan naskah tersebut.
Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.
A. Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan
cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
B. Lakon
Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.
Oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai
penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang
lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :
o Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani
§ usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
o Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan
§ status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi,
pandangan hidup, agama, hobby, dll.
o Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan
§ temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam
bidang tertentu, kecakapan, dll.
C. Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah.
Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1. Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada
bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya.
Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita
ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
2. Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang
diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya,
dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh,
menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
3. Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada
bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan
penggerak drama.
4. Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik
adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
5. Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang
memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti
adegan penyelesaian.
teaterjiwa©copyright2010
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 10
picapicopici@yahoo.com

PENGANTAR AKTING DASAR


Teknik elementer
———————————-
Teknik Muncul
Seorang aktor Pemeran Muncul pertama kali bahasa inggris di sebut dengan –TEKNIK OF ENTRANCE –
, yaitu teknik seorang pemain untuk pertama kalinya tampil di atas pentas dalam satu sandiwara satu babak
atau satu adegan. Barang kali kemunculannya tatkala pemain-pemain yang lain sudah berada duluan di
atas pentas dalam satu adegan, barang kali ia muncul tepat waktu layar di buka, barang kali juga ia
munculo pertama kali seorang diri diatas pentas seorang iri seorang diri di atas pentas sebagai pembuka.
Teknik muncul ini penting karena ia lakukan dalam keadaan kesan ( Imprese) menerbitkan ke inginan tahuan
penonton kepada sang pemain, bagaiman ia melakukan aktifitas penonton akan lebih dapat menikmati
dalam bermain.
Ketika di dalam naskah “ PANEMBAHAN RESO “ ( W.S Rendra ). Ada adegan pesta pora di Istana,
jaga baya terburu-buru dating menghadap Raja membawa surat Panji- Tumbal.
Jagabaya : Yang mulia, hamba menghadap untuk mempersembahkan surat.
Raja Tua : Reso bawa dia kemari.
Reso : baik,yang mulia. Mari kamu ! bicara
Jagabaya : Hamba memimpin pasukan pengawal istana hari ini. Seorang pasukan menggebu dengan
kuda. Ia datang dari Tegal Wurung membawa surat panji tumbal untuk Sri baginda, sedang
ia sendiri selesai bicara langsung melompat ke punggung kuda, dan setelah mohon maaf
karena ia sendiri di buru oleh urusan maha gawat lalu melaju di telan debu.
Raja Tua : bawa kemari surat itu.
(Muncul Jagabaya membawa surat Panji Tumbal ayang diserahkan kepada raja tua, supaya
l;ebih memberi pendalaman watak permainan maka peranan tersebut harus dapat menyesuaikan
alur irama permainan yang sedang – brjalan.)
Jagabaya : (Melangkah beberapa langkah menuju arah ke-arah Raja Tua, dengan tergesa-gesa ).
Jagabaya : yang mulia, hamba menghadap untuk mempersembahkan surat.
( menunggu beberapa saat reaksi Raja Tua ) Didalam naskah “ OIDIPUS REX “ ( Sopholes )
adanya adegan Ratu Jocosta yang keluar dari istana denga tergesa-gesa untuk memisah
pertengkaran oidpus dengan creon sambil berseru :
Jocosta : Bencana ! Bencana ! kenapa para pangeran bersenketa, sedang negara dalam bencana.
(Akan lebih megesankan lagi apabila pemeran jocosta muncul, dengan setengah berlari sambil
berseru)
Jocosta : Bencan ! Bencana !
( lalu berhenti sekejap dua kejap sambil memandang tajam pada oidipus dan creon sanbil maju
ke tengah-tengah di antara oidipus dan creon sambil mengucapkan sisa kalimat ) klenapa para
pangeran bersengketa, sedang negara dalam bencan.
Teknik memberi isi
Sebuah kalimat akan tersa mempunyai kesan apabila di beri isi atupun tekanan, dalam istilah bahasa
inggris di namakan:THE TECHNIQUE OF PHRASING. Pada kalimat “ Gayanya itu “. Bisa mengandung
bermacam-macam pengertian, jika di ucapkan dengan cara tertentu, dapat menjadi dari orang yang
mengucapkan. Ada tiga macam cara memberikan tekanan pada isi kalimat. Perrtama dengan tekanan
DINAMIK, Kedua dengan tekanan NADA, Ketiga dengan tekanan TEMPO.
Tekan Dinamik
teaterjiwa©copyright2010

Tekanan keras dalam pengucapan, dalam berbicara biasanya orang akan menekan kata-kata yang di
anggap penting.
“ saya akan pergi kekantor ( bukan ke rumah )
“ siapa wanita tadi ( bukan laki-laki )
“ saya yang mengatakan ( bukannya dia )
Tekanan Nada
Tekan tinggi rendahnya dalam pengucapan suatu kata. Pada sebuah kalimat:
“ Apa “.
( bisa merupakan arti pertanyaan dan bisa pula. Dan bisa pula berupa teguran, bergantung dari ucapan ).
“ Gila “
( bisa berarti makian, bisa sekaligus pujian).
Tekana nada lebih mencerminkan ISI PERASAAN – dari pada pikiran.
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 11
picapicopici@yahoo.com

Tekanan Tempo
Tekan lambat dan cepat nya mengucapkan sebuah kata dalam kalimat, sepperti juga halnya tekanaan
tempo sangat berarti apabila ia di pergunakan untuk menjelaskan ISI PIKIRAN. Di dalam suasan SEDIH
tempo pengucapan akan LAMBAT. Pada suasana genbira tempo pengucapan akan CEPAt.
“ saya muak sekali mendengar kata-katanya “.
( tempo di gunakan dengan lambat )
“ senang benar saya menerima suratnya “.
( tempo di gunakan dengan cepat )
Teknik memberi Isi yang lainnya dengan mempergunakan ANGGOTA BADAN dan BADAN. Pengguna
anggota badan – dan badan ini bisa menjadi GERAK, AIR MUKA, dan SIKAP. Yang di maksud Gerak; ialah
gerakan anggota badan, pernyataan perasaan dan oikiran melalui gerakan JARI, GENGGAMAN TELAPAK
TANGAN, LAMBAYAN TANGAN, BAHU dsb. Dari kleseluruhan semua anggouta badan, telapak tangan. Jari-
jarilah yang piling pokok di gunakan.
Teknik pengembangan
Teknik pengembangan dapat di capai dengan menggunakan melalui pengucapan dan jasmani.
Pengucapan : (1) Menaikkan volume suara, (2) Menaikkan tinggi suara, (3) Menaikkan kecepatan tempo
suara, (4) mengurangi volume tinggi nada, kecepatan tempo suara.
Menaikkan tempo suara dalam berdialog, dari nada rendah terus naik ke nada tinggi. Tempo
kaliamat dapat di cepatkan. Mengurangi volume tinggi kecepatan tempo suara, apabila terjadi anti klimak.
Jasmani :
1. Menaikkan tingkat posisi Posisi jasmani. Kepala menunduk menjadi tengadah. Tangan terkulai menjadi
teracung. Sikap berbaring menjadi duduk. Duduk menjadi jongkok, jongkok menjadi berdiri.
2. Dengan cara berpaling. Memalingkan kepala, tubuh (torso) serta badan.
“Aku putramu creon. Jadi selama adil dan bijaksana, aku akan patuh dan setia. Tak mungkin aku menganggap
pekawinan pribadi lebih penting dari urusan kepemimpinan negara.”
Kalimat-kalimat tersebut dapat di sisi dengan tindakan-tindakan.
“Aku putramu creon. Jadi selama anda adil dan bijaksana”.
(Memalingkan kepala kearah creon.) aku akan patuh dan setia (sekejab memberikan jeda, lalu memalingkan
tubuh) Tak mungkin aku menganggap perkawinan pribadi lebih penting dari urusan kepemimpinan negara.
3. Dengan cara berpindah tempat.
Berpindah dari kiri ke kanan, dari belakang ke depan, dari bawah ke atas.
4. Dengan melakukan gerakan anggota badan. Tanpa melakukan perobahan tempat, pemeranan dapat
melakukan pegembangan dengan melalui melambaikan tangan, mengembangkan jari, mengepal tinju,
menghentakan kaki, mengagguk-anggukan kepala. Dll.”Jangan lagi menyebut nama Indadid, saripah.
Ia sudah sirna dari masa lajang u. Lima purnama yang lalu di Bukit Selasih, dia mengguna-gunaai suntil
iparku. Dan sudah berulang egkau lupa. Lain kali janganlah lupa, kau adalah istriku (Kalimat ini
walaupun oleh si pemeran mengucapkan sambil duduk, dapat di lakukan dengan beberapa gerakan.)
5. Dengan air muka. Perobahan-perobahan air muka dapat mencerminkan perkembangan emosi si
pemeran
TEKHNIK MEMBERI PUNCAK
Puncak ialah ujung tanjakan pengembangan, perkembangan adegan-adegan yang memuncak (klimak).
Dibawah ini 4 (empat) cara membina puncak.
1. Dengan menahan INTENSITAS EMOSI.
Emosi baru dapat di capai pada tingkat puncak dalam memainkan adegan kejengkelan dan
teaterjiwa©copyright2010

Kemarahan sang pemain harus dapat menahan, demikian pula dengan kegembiraannya yang tidak
terlalu tinggi
2. Dengan menahan reaksi terhadap perkembangan ALUR.
“Rang Garda seorang mucikari, dia tahu sedang dikejar-kejar oleh Matt Dilon. Dari kota-kekota lain.
Ia menyembunyikan diri, tetapi mat dilon selalu menguntitnya. Akhirnya dikota lama Matt Dilon
memergokinya di sebuah warung puja sera. Ia tidak bisa menghindar lagi, sekarang ia menghadapi
sangseng yang ia takuti, yang selama beberapa purnama selalu merongrong hidupnya. Pemeranan
yang memainkan! Rang Garda harus menahan kegugupannyaa sebelum klimak di kota lama.
3. Dengan teknik bermain bersama
4. Dengan Penempatan pemain
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 12
picapicopici@yahoo.com

TIMING
Yang dimaksud dengan timing adalah ketepatan hubungan gerakan jasmani yang berlangsung sekejab
dengan kata atau kalimat yang diucapkan.
TEKNIK PENONJOLAN
Upaya memilah bagian mana yang perlu ditonjolkan senjata teknisnya adalah SUARA PENGUCAPAN dan
JASMANI nya.
TAKARAN PERAN DALAM PEMERANAN
Sebagai seorang pemain haruslah mempunyai kejelian dalam memillih atau menapsiran pada warna naskah.
TEMPO PERMAINAN
Merupakan cepat atau lambatnya permainan.
IRAMA PERMAINAN
Merupakan gelombang yang naik turun, longgar kencangnya gerakan, atau suara-suara yang terjadi
dengan teratur.
MENCIPTAKAN PERAN
Melalui pendekatan imajinatif (spontan daan otomatis) dan terperinci (mengumpulkan keterangan-
keterangan)
Caranya adalah:
Pertama : Kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus di lakukan oleh peran yang bersaangkutan.
Kesdua : Kumpulkanlah watak sifat sang peran, lalu hubungkan dengan tindakan-tinddakan pokok
yang harus di kerjakan, lalu yang mana yang harus ditonjolkan
Ketiga : Carilah pada naskah Ucapan-ucapan yang meskipun tersirat dapat ditimbulkan maksudnya.
Keempat : Carilah pada naskah hal-hal yang mana sifat sifat tersebut untuk dapat kesempatan di
tonjolkan.
Kelima : Ciptakanlah gerakan-gerakan air muka, sikap dan langkah yang bisa menyatkan WATAK-
WATAK yang termaksud di atas.
Keenam : CIPTAKANLAH TIMING yang tepat agar gerakan tersebut sinkron.
Ketujuh : Dimana diperhitungkan Teknik pengucapan untuk memberikan tekanan daaan penonjolan
pada watak tersebut.
Kedelapan : Rancangkanlah garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian
watak dapat menurun sesuai dengan aturrannya dan pada tindakan yang terkuat hubungan
pula pada atak yang terkuat pula.
RESPONSS
Respons sangat penting (yang datangnya dr rasa spontan, yan lahir dari jiwa terdalam ier akting).
Pertama respons dengan tanggapan-tanggapan cerita, Kedua respons pada tanggapan lingkungan, Ketiga
Tanggapan kepada teman-teman bermain.
teaterjiwa©copyright2010
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 13
picapicopici@yahoo.com

DRAMA DAN JENISNYA


Drama berasal dari bahasa latin yang berarti aksi atau perbuatan. Drama merupakan pertunjukaan
yang diambil dari suatu karangan dan dituangkan dalam tingkah laku, ekspersi wajah serta perbuatan. Di
dalam masyarakat drama disebut juga sandiwara , pelaku drama disebut actor.
Drama diklasifikasikan berdasarkan masa terjadinya menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Drama Modern → Drama yang dimainkan pada zaman modern dan bertujuan untuk memberikan
pendidikan pada masyarakat serta biasanya bertema tentang kehidupan dan filsafat sehari – hari.
2. Drama Klasik → Drama ini terjadi dan dimainkan pada masa lampau, yang isinya menceritakan
tentang khayalan, kesaktian tokoh, kerajaan, kehidupan para Dewa dan lain sebagainya.
Sedangkan menurut isi ceritanya drama dibedakan menjadi :
1. Drama Tragedi → Drama yang menceritakan tragedi atau peristiwa memilukan dan menyedihkan
sepanjang jalan ceritanya.
2. Drama Komedi → Drama yang berisi cerita lucu dan lawakan, sehingga membuat penontonnya
tertawa.
3. Drama Tragedi Komedi → Drama yang merupakan perpaduan cerita antara drama tragedy dan
drama komedi, didalamnya terdapat cerita sedih dan dibumbui dengan hal – hal yang membuat
penontonnya tertawa.
4. Opera → Drama musical / opera merupakan drama yang menceritakan suatu jalan cerita dengan
didampingi pertunjukkan musik.
5. Operet → Operet merupakan drama opera yang memiliki jalan cerita lebih singkat.
6. Pantomim → Drama tanpa dialog yang ditampilkan dengan menterjemahkan gerakan dan bahasa
tubuh.
7. Passie → Drama yang didalamnya mengandung unsur – unsur pesan Agama tertentu.
8. Pewayangan → Drama yang ditampilkan dengan menggunakan media benda berupa boneka
ataupun wayang.

teaterjiwa©copyright2010
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 14
picapicopici@yahoo.com

WORKSHOP KEAKTORAN
-------------------------------
A. TUBUH
1. Relaksasi
Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya.
Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua kekangan
yang ada di tubuh terlepas.
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di
dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat
penting bagi semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif, melainkan
keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat
masih didalam kontrol faktor-faktor lain yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi,
relaksasi adalah hal yang penting dalam upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer.
Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang mencampuri konsentrasi seorang aktor atas
sebuah karakter, cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula biasanya tidak dapat dengan mudah
merespons sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan aspek-aspek fisik kepekaan
dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton. Dengan kata lain, dalam keadaan rileks, aktor akan
menunggu dengan tenang dan sadar dalam mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk mencapai
relaksasi atau mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan
utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol
tubuhnya setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk
menjadi seorang aktor yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien.
2. Ekspresi
Kemampuan Ekspresi merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk
mengenal dirinya sendiri. Si aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-
perasaan yang dimilikinya, agar mencapai kepekaan respons terhadap segala sesuatu. Kemampuan
ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan
kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) seorang aktor harus terpusat pada pikirannya.
Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai pendukung
berbicara. Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal dari pada
bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada binatang sekalipun.
3. Gesture
Gesture adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari dalam diri
yang selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-macam; ketetapan
tubuh, gerak, postur dan infleksi (perubahan nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau
bunyi).
4. Gestikulasi
Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh, postur, posisi
dan perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal tubuh manusia dalam aksi
maupun reaksi di kehidupan sehari-hari.
5. Olah Mimik
Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini, kita
akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala, secara
berkesinambungan.
teaterjiwa©copyright2010

Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah, cinta, dan
lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan seorang aktor. Meskipun
bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang meyakinkan
ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton,
sehingga permainannya akan terasa hambar.
6. Olah Tubuh
Warming-Up atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan
tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini ditempuh untuk
mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya.
Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia sangat
mungkin berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti kebanyakan aktor cirebon
dengan masres (sejenis teater tradisional cirebon) yang banyak menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali,
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 15
picapicopici@yahoo.com

Sunda dan banyak tempat yang berangkat dari tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan
pemeranan,.
Bowskill daalam bukunya menyatakan “Stage and Stage Craft”, yang katanya Apa yang kau lakukan
dengan kedua tanganku. Pertanyaan tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang harus aku lakukan
dengan kedua kakiku. Banyak aktor pemula selalu gagal dalam menampilkan segi kesempurnaan Artistik,
karena pada waktu puncak klimaks selalu diserang oleh kekakuan, mengalami ketegangan urat.
Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada emosi bagi pemeran yang sedang menghayati
perannya, apabila hal ini menimpa organ suara maka seorang yang mampunyai suara baik menjadi parau
bahkan bisa kehilangan suara, jika kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan seakan lumpuh,
jika menimpa tangannya akan menjadi kaku.
Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara latihan, dengan melalui latihan gerak,
senam, tari-tari. Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan dapat lahir dari inter akting
(gerakan dalam).
Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah setiap hari, dalam dua tahun terus menerus, untuk
memperoleh aktor yang enak dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik, Main anggar, berbagai
jenis latihan bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomim, tata rias.
B. SUARA
Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena
kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai
seorang pemain (aktor). Pengertian ‘penguasaan diti secara utuh’ menuntut suatu keseimbangan seluruh
aspek serta alat-alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut
segi-segi dalam dari seni acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara.
Ketimpangan akan menghasilkan ketimpangan.
Pernapasan Diafragma
Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap napas, hanya bagian inilah yang
tegang. Kemudian otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu mengempis saat
napas dihembuskan kembali.
Posisi diafragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernapasan melalui diafragma
inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak mengakibatkan ketegangan
pada peralatan pernapasandan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk pembentukan
volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat ita menahan napas otot-otot diafragma
tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernapasan
ini sangat baik dalam usaha menghimpun “tanaga dalam” yang mengolah vibrasi, karena pernapasan
diafragma akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan.
Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernapasan bisa dilakukan dengan
berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun
ada beberapa catatan penting yang harus dilakukan untuk tujuan pernapasan dalam pemeranan (acting),
yaitu:
Latihan 1.
- Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks.
- Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran kea rah telapak kaki kita, ke ujung-ujung jari,
rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi udara, engsel-engsel lututpun terisi
udara biarkanlah tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi satu dengan tulang-tulang.
Bayangkan sendi-sendi pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi memberatkan
kaki. Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan tidak usah
teaterjiwa©copyright2010

memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai rahang di samping
telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang
menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh. Biarkan wajah kita terasa berat
pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata seluruhnya rileks.
- Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah napas secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi yang
terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus dengan intens.
Latihan 2
- Waspadai bahwa ditengah kediaman tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan sebuah kondisi yang
mudah untuk jatuh apabila napas keluar dan masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control terhadap
tubuh namun control sering kali membuat kita justru menjadi tegang, jadi pernapasan yang berlangsung alami
adalah citra dari rileks itu sendiri.
- Tariklah napas secara mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk merasakan dorongan
napas pada diafragma.
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 16
picapicopici@yahoo.com

- Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat dan keluar
kembali, senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap tersebut.
- Pada saat merasakan udara yang masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan penghayatan pada udara
tersebut, rasakan rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi
yang selalu terjaga (konsentrasi).
- Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan bahwa saat
latihan kita adalah bagian alam semesta ini.
- Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-ketegangan, biarkan seluruhnya bergerak secara
alami dan teratur
Olah Vokal
Vokal (Suara) dan Speech (ucapan) amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama,
menurut MAURIZE ZOLOTOV merupakan bagian dari isyarat ataupun symbol, menurutnya ada kalimat
Emosional untuk menyatakan perasaan dan ada pula kata-kata yang dapat digunakan sebagai senjata
mencapai kekuatan.
Menurut Henning Nelms tentang speech ada lima :
1. Menyalurkan kata-kata drama kepada penonton.
2. Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.
3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan missal : Tentang umur, kedudukan social,
jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan.
4. Mengendalikan perasaan penonton.
5. Melengkapi variasi.
Tahap Pertama → Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya
lalu tahan, kemudian hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang.
Tahap Kedua → Hisap udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu
tahan salurkan ke rongga Dada, keluarkan melalui mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya,
apabila tahap sudah dapat dilakukan bisa dilakukan dengan memainkan variasi pernapasan.
Tahap ketiga → Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini
dilakukan berulang kali.
Tahap keempat → Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan
melalui teriakan.
Latihan olah vokal melalui latihan speech (ucapan)
1. Diksi
Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas
kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas
membedakan antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.
Cobalah :
1. p----- p----- p------
pp---- pp---- pp-----
ppp-- ppp-- ppp----
pppp- pppp- pppp--
ppppp bbbbb ppppp
2. b----- b----- b------
bb---- bb---- bb-----
bbb-- bbb-- bbb----
bbbb- bbbb- bbbb--
bbbbb ppppp bbbbb
teaterjiwa©copyright2010

(tanda garis hubung merupakan ketukan jarak)


Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak
usah lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja. Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan
cara yang sama, hingga semua dapat jelas terbedakan. Gerakan bibir merupakan sesuatu yang amat
penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk memperoleh hal itu maka gerazkan bibir sebanyak mungkin.
Aktifkan gerakan bibir.
2. Tekanan
Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan dengan mengubah tempo dan
volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi kesan suara ribut.
Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu bisa dihilangkan
dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula – mula mengucapkan serentetan kata atau atau
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 17
picapicopici@yahoo.com

kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian
berulang-ulang dilakukan.
Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata dengan lemah
dalam saaatu kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi sedikit
jeda sebelum dan sesudahnya.
Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan perubahan tiba-tia pada
nada serta volumenya.
3. Bentuk Ucapan
Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah :
(1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.
Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik
membangun dengan satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure
sekaligus.
4. Memuncak
Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut topping,
memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak, dan
sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab
pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan agi
sudah tidak mungkin.
Olah Vokal
Sebagai media ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling pokok.
Bagaimana produksi suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika aktor tekun
melatih perangkat suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih mudah dalam memainkan
perannya.
(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)
Kemampuan Vokal bagi seorang aktor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran dengan
baik. Dengan laku vocal, pemeran dituntut untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata.
Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi aktor, merupakan media penyampai
informasi melalui dialog. Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia
tokoh dan lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran dalam
menyampaikan dialog.
Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan aktor dengan perangkat vokalnya yang efektif dan
elastis sehingga mampu menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu
menampilkan variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-hari, tetapi tanpa
kehilangan kesan teaterikal.
Melalui vokal seorang aktor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatic
shingga mampu menggugah imajinasi dan empatik penonton.
Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena merupakan sumber tenaga
penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernapasan kita menjadi stabil dan efektif dalam
menunjang pembentukan suara.
(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)
Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya,
setelah betul-betul lemas aturlah napas seenak mungkin. Tarik napas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan
=> himpun napas pada diafragma dalam tempo yang sama dengan waktu menarik napas => hembuskan
teaterjiwa©copyright2010

perlahan sama seperti menarik napas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang sama dengan menarik
napas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama => kemudian tarik dan seterusnya berulang-
ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari, semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai dengan
kemampuan yang dicapai.
Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat menghembuskan napas. Pada latihan pertama
biarlah dulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau
lebih tinggi. Usahakan agar setiap napas yang keluar benar –benar memproduksi suara sehingga tidak
“over”. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat dengan
gerakan dasar yang mudah saja.
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 18
picapicopici@yahoo.com

Pengucapan
Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi yang
baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan tenaga
efektif dan terkontrol. Alat-alat tersebut antara lain:
a. Bibir : Sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan
membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi U-A-U-I-
U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal mungkin
kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap
diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada
bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan ini
berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya
semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan
huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat.
Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan.
b. Lidah : Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan
lainnya. Lidah yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas.
Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan
lincah tetapi juga mempunyai kemampuan seseorang yang mengalami kesulitan dalam membentuk
bunyi R dan T. Latihan lidah:
1) Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang
2) Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian
menjulurkannya untuk membuat gerakan berupa lingkaran.
3) Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada gigi
serri bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang.
4) Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.
c. Rahang : Membantu pembentukan rongga mulut. Lakukan latihan-latihan seperti ini:
1) Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.
2) Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu tutup
mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang semakin
cepat.
3) Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.
4) Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.
5) Ucapkan dalam satu helaan napas hitung berapa pengulangan bunyi: wawawawawawawawa,
yayayayayayayayayaya
d. Langit-langit : Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting
dalam pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai
dinding resonator pada rongga mulut. Latihan:
1) Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi bibir
tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula.
2) Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N,
NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke
bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan pengucapan kita latih dengan
baik, barulah kita mencoba dengan membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan
rasakann pula dorongan napas diafragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang
teaterjiwa©copyright2010

dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung.
Pembentukan Suara
Napas yang keluar melalui Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dank
arena getaran itu timbulah suara. Namun demikian suara tersebut baru akan terdengar baik bilamana terlah
beresonansi pada salah satu resonator, baik rongga mulut, rongga hidung atau rongga dada. Misalnya,
kalau bentuk rongga mulut bulat maka suara yang diproduksinya akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut
ditarik melebar kesamping maka suara yang diproduksi akan terdengar ‘cempreng’. Seorang aktor harus
lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah texture dan warna suara yang sesuai
dengan peran yang dimainkannya. Seorang aktor juga harus bisa mengolah beberapa warna vokal sesuai
tuntutan scenario, seperti:
• Menaikkan dan menurunkan volume suara.
• Meninggikan dan merendahkan frekwensi nada bicara.
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 19
picapicopici@yahoo.com

• Mengatur atau mengolah tempo pengucapan.


• Mengatur atau mengolah warna dan texture suara.
Latihan 1:
Ø Tariklah napas dan keluarkan seperti angina.
Ø Tariklah napas dan keluarkan seperti suara angina itu sendiri, rasakan efek napas tersebut pada
langit-langit atas mulut, lidah dan pembentukannya.
Ø Tariklah napas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan bagaimana
kandungan napas dan suara yang keluar.
Ø Tariklah napas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara itu menyerupai angina.
Ø Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.
Latihan 2 :
Ø Tariklah napas dan keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan harimau, ajah,
anjing, kucing dan lain sebainya).
Ø Tariklah napas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung, ayam, bebek,
dan lain sebagainya).
Ø Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.
Latihan 3 :
Ø Cobalah kata-kata apa saja dari mulut.
Ø Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut.
Ø Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan alami dan bertahap lewat vibrasi yang volumenya di
tambah.
Ø Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku perannya (how old I am: rasakan sensasi-sensasi
usia yang ditiru pada teknik suara).
Ø Cobalah acting dengan teks.
Ø Hindari ketegangan-ketegangan.
C. JIWA
Jiwa
Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi
yang sudah dimiliki oleh si aktor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha
memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan
naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.
Konsentrasi
Pengertian : konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si
aktor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.
Persiapan seorang aktor
Seorang aktor harus punya pusat perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak
berada di tengah tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian, makin sanggup ia memusatkan perhatian.
Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang jauh, terlebih
dahulu anda harus belajar bagaimana caranya memandang dan melihat benda-benda di area set.
Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner. Kehidupan
abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh.
Seorang aktor harus juga seorang pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau
sebuah film, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus memusatkan
pikirannya pada segala yang menarik perhatiannya . Ia harus memandang sebuah objek, bukan lain, tapi
teaterjiwa©copyright2010

betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak, maka seluruh metode kreatifnya akan ternyata
mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan. Umumnya orang tidak tahu bagaimana
caranya mengamati tarikna wajah, sorotan mata seseorang dan nada suara untuk dapat memahami pikiran
lawan bicara mereka. Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan
juga tidak sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami apa yang mereka
dengar.
Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan kerja kreatif
mereka akan lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam. Tapi kita tidak bisa memaksakan pada seseorang
sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang dimilikinya saja yang bisa ia kembangkan. Bagaimana
cara untuk mencapai ini?
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 20
picapicopici@yahoo.com

Pertama, aktor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah. Kebiasaan itu
akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan jejak-jejak yang dalam
pada ingatan emosi mereka.
Ambil sekuntum bunga kecil atau selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan dengan katapkata
tentang seluk beluk, tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui proses kreatif ini, lalu
anda mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan dan dijadikan landasan bagi
kreativitas selanjutnya.
Kesan-kesan yang diperoleh dari hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya. Hubungan ini
dapat diperoleh hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang tidak bisa dilihat secara
inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam tarikan wajah, mata, suara dan cara kita bicara dan
menggerakan tangan. Tapi sungguhpun begitu, bukanlah hal yang mudah untuk menangkap apa yang
terkandung dalam diri orang lain, Karena biasanya orang tidak selalu membukakan pintu hatinya dan
membiarkan kita melihat mereka dan baimana mereka sebenarnya. Makna-makna seperti itu melekat pada
pola perilaku yang mengenali dan mampu memanfaatkan aspek perilaku ini secaraefektif. Seorang aktor
dituntut untuk dapat memerankan setiap kegiatan disetiap situasi. Tiap karakterpun harus
terindividualisasikan dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai tambahan, tiap karakter yang
diperankan seharusnya mempunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah masyarakat.
Perilaku luar sebuah rancangan harus ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja
dari harus memiliki arti yang mendalam.
Terakhir, aktor harus bisa mengontrol kecenderungan bahasa non – verbalnya yang mungkin saja tidak
cocok dengan karakter yang diperankannya.
Observasi dan Empati
Observasi atau mengamati berarti tanggap akan hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan. Tentang
masyarakat, tempat, objek dan segala situasi yang menambah kedalaman tingkat kepekaan seorang aktor.
Ketika mengamati orang-orang aktor seharusnya membuat catatan-catatan ini bisa menjadi dasar karakter
yang akan ditemukannyadimasa dating. Ini dapat membantu saat dibutuhkan untuk menciptakan sebuah
karakter lengkap dalam sebuah struktur permainan.
Sekali sebuah karakter mendarah daging dalam diri sang aktor, hubungan langsunga dapat terjadi
antara aktor dan penonton. Penonton merasakan apa yang diperankan oleh sang aktor. Sebagai contoh,
saat seorang teman kehilangan seseorang yang dicintainya, respons empatinya adalah kita ikut merasakan
penderitaannya.
Kekuatan suskes dari pengamatan (observasi) adalah gabungan antara empati dan perhatian
intelektual. Ini artinya seorang aktor harus mengembangkan sesitifitas pada indera: melihat, menyentuh,
mencium, mendengar, dan merasakan.
Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam aktifitas keseharian adalah sangat penting. Untuk
mengamati secara benar seseorang harus dapat meraksan dan mengkatagorikan inderanya. Jadi, indera
(senses), perasaan (feelings), dan pengamatan (observation) bergabung menjadi suatu mata rantai sebagai
alat pembentuk sebuah karakter. Seorang aktor harus menggunakan kekuatan observasi untuk tujuan-tujuan
sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari karakter manusia dalam berjalan, gesture, berbicara dan duduk yang nantinya
dapat ditiru saat berada di atas panggung.U
2. ntuk menstimulasi kreatifitas imajinasi.
3. Untuk menggabungkan beberapa kualita yang dapat dipelajari saat mengamati bintang. Keanggunan
seekor kucing adalah salah satu contoh dari karakter binatang.
teaterjiwa©copyright2010

Aksi dan Emosi


Pengertian: Emosi adalah segala aktivitas yang mengekspresikan kondisi disini dan sekarang dari
organisme manusia dan ditujukan ke arah duniannya di luar. “Emosi timbul secara otomatis” dan terikat
dengan aksi yang dihasilkan dari konfrontasi manusia dengan dunianya. Aktor tidak menciptakan emosi
karena emosi akan muncul dengan sendririnya lantaran keterlibatannya dalam memainkan peran sesuai
dengan naskah.
Motivasi
Pengertian :Peran apapun yang anda mainkan harus memiliki tujuan dan motivasi. Dalamus keadaan
bagaimanapun adalah mustahil untuk melakukan sesuatu yang secara langsung diarahkan untuk mencetuskan
suatu perasaan demi perasaan itu sendiri. Kalau hal ini tidak diindahkan, maka anda tidk akan memperoleh
apapun. Hanya kedangkalan saja. Jika kita memilih suatu tindakan atau perbuatan jangan menggunakan
perasaan dan bathin anda. Jangan mencoba memperlihatkan aksi cemburu atau menyatakan cinta, semata
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 21
picapicopici@yahoo.com

hanya untuk kepentingan perasaan itu aja. Semua perasaan itu adalah akibat dari sesuatu yang terjadi
sebelumnya. Cobalah ingat kejadian sebelumnya itu dalam-dalam dan hasilnya akan datang sendiri.
Penggambaran nafsu yang palsu, yang menggunakan gerakan-gerakan konvensional, semuanya ini
merupakan kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi.
TIPS:
Anda harus mampu bermain sesuai dengan pengkhayatan anda sendiri terhadap tokoh,
penggambaran artistic dari realita dunia actual kedalam dunia imajinasi. Untuk memperoleh hubungan
antara aktor dan tokoh yang digambarkan, anda harus mendekatkan pada sumber-sumber yang dekat
dengan perasaan dan batin kita sendiri. Jika hal ini bisa dicapai, maka kita akan merasakan dorongan dan
rangsangan dari dalam.
Dorongan ini akan mengutarakan dirinya sendiri dalam aksi si tokoh imajiner yang telah ditempatkan
di tengah-tengah permainan lakon. Mainkanlah dan anda akan menciptakan kehidupan baru. Kita akan
dibawa kedunia bawah-sadar, menyadari hal-hal dalam permainannya yang sebelumnya tidak disadari
sama sekali. Ini merupakan rangsangan “dunia bawah-sadar yang kreatif ”yang paling pokok adalah anda
telah memainkan dunia bawah sadar kreatif melalui teknik yang disadari. Setelah ini bisa disatukan dalam
pikiran dan imajinasi, barulah anda bisa menciptakan dunia baru dan mulai memainkannya dengan penuh
motivasi dan rasa kebenaran artistic. Dibalik kata-kata, kita memasukan pikiran kita dalam karakter toloh
kehidupannya. Lalu kita filter melalui diri kita sediri seluruh bahan yang kita peroleh dari pengarang dn
sutradara. Bahan ini menjadi bagian dari diri kita, baik dalam pengertian spiritual dan fisik, emosi kita jujur
dan sebagai hasil kita memperoleh aktivitas yang betul-betul produktif, semuanya berjalin dengan implikasi
sebuah lakon.
IMAJINASI:
Imajinasi adalah suatu cara bagi seorang aktor untuk mendekati pikiran dan perasaan karakte yang
akan dimainkan sehingga dia dapat menempatkan dirinya dalam situasi si karakter. Metode ini merupakan
proses imajinasi dimana di aktor melakukan identifikasi dengan karakter tokohnya. Di setiap identifikasi
dengan karakter tokohnya, si aktor harus melihat pengalaman hidupnya dan pengalaman hidup yang paling
relevan untuk ditransver ke pengalaman hidup yang dimiliki si karakter. Si aktor harus mampu menyelidiki
asal mula dirinya sendiri untuk dapat tulus dan jujur pada realita eksistensi dirinya yang baru. Imajinasi
menciptakan hal-hal yang mungkin ada atau mungkin terjadi, sedangkan fantasi membuat hal-hal yang tidak
ada, yan tidak pernah ada. Tapi siapa tahu, suatu hari kesemuanya itu mungkin ada. Bagi seorang aktor,
proses kreatif ini dipimpin oleh imajinasinya.
Pertama, anda memaksa imajinasi anda, padahal sebetulnya anda harus membujukny. Lalu, anda coba
merenung tanpa suatu objek yang menarik bagimu. Kesalahan yang ketiga adalah pikiran anda pasif.
Dalam imajinasi, aktifitas yang intens sangatlah penting. Awalnya datang gerakan dari dalam, kemudian
gerakan luar.
Sebelum sutradara memberikan pengarahan dan latihan, anda harus memiliki catatan mengenai
gambaran tokoh dan tempat yang akan dijadikan area latihan. Lalu anda harus memiliki suatu gasi
gambaran yang batin yang kuat. Imaji-imaji bain ini akan menciptakan suasana yang sesuai dan
mencetuskan emosi, sambil menjaga supaya kita tetap berada dalam batas-batas lakon itu.
Mengembangkan imajinasinya
Pertama-tama coba ceritakan tentang kehidupan sehari-hari terhadap pengalaman yang paling
sensitive. Apa yang paling mudah untuk merangsang perasaanmu, rasa takut dan gembira anda.
Jika anda mengetahui betul seluk beluk sifat-sifat anda sendiri maka bagi anda tidak akan sulit untuk
mengadaptasikannya ke dalam keadaan imajiner. Karena itu, paparkan beberapa sifat khas, kualitas,
teaterjiwa©copyright2010

perhatian, yang khas yang anda miliki. Anda harus bisa menjawab (kapan, dimana, kenapa, bagaimana)
yang anda ajukan sendiri tatkala ia mendorong kesanggupannya untuk menemukan sesuatu yang baru guna
membuat gambaran yang lebih jelas dari sebuah kehidupan pura-pura. Kadang-kadang ia tidak perlu
melakukan semua usaha intelektual dan disadari ini. Imajinasinya mungkin bekerja secara intuitif. Sebuah
pendekatan secara sadar dan dengan akal pada imajinasi seringkali menghasilkan suatu perasaan hidup
palsu yang tak berdarah. Seni acting menghendaki supaya seluruh harkat seorang aktor terlibat secara
aktif, supaya ia menyerahkan dirinya, baik bathin maupun lahir, kepada peran yang ia mainkan. Anda harus
merasakan tantangan untuk berbuat, baik secara fisik maupun secara intelektual, karena imajinasi yang
tidak punya substansi.
Dikumpulkan oleh Indah Kurnia 22
picapicopici@yahoo.com

DAFTAR RUJUKAN
Gabriela. 2008. Drama dan Teater: Metode Latihan Teater, (Online),
(http://vigneteoridrama.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem),
diakses 20 Juni 2010.
Brata. 2008. Pelatihan Dasar Teater, (Online), (http://mbahbrata.wordpress.com/2008/09/23/pelatihan-dasar-
teater/), diakses 6 Oktober 2012.
Tanpa nama. 2011. Belajar Drama Agar Jadi orang Bijaksana: Drama dan Jenisnya, (online), (http://teater-
rps.blogspot.com/), diakses 6 Oktober 2012.

teaterjiwa©copyright2010

Anda mungkin juga menyukai