Anda di halaman 1dari 25

METODE LATIHAN TEATER:

ARTI DRAMA

1. Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat,
berlaku, bertindak dan sebagainya.

2. Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak

3. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama

Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah
Sandiwara.

ARTI TEATER

1. Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.

2. Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak

3. Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di
atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang
oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

AKTING YANG BAIK

Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.

Dialog yang baik ialah dialog yang :

1. terdengar (volume baik)

2. jelas (artikulasi baik)

3. dimengerti (lafal benar)

4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Gerak yang balk ialah gerak yang :

1. terlihat (blocking baik)

2. jelas (tidak ragu ragu, meyakinkan)

3. dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)

4. menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Penjelasan :

– Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
– Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang
meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata kata yang diucapkan menjadi tumpang
tindih.

– Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai .
Misalnya berani yang berarti “tidak takut” harus diucapkan berani bukan ber ani.

– Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan
yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah

• Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang
lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.

Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang
tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :

Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.

Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.

Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di
satu tempat. Dalam hal mengatur balance, komposisinya:

• Bagian kanan lebih berat daripada kiri

• Bagian depan lebih berat daripada belakang

• Yang tinggi lebih berat daripada yang rendah

• Yang lebar lebih berat daripada yang sempit

• Yang terang lebih berat daripada yang gelap

• Menghadap lebih berat daripada yang membelakangi

Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan
yang berlangsung

1. Jelas, tidak ragu ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan
setengah setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu ragu terkesan kaku sedangkan kalau
berlebihan terkesan over acting

2. Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak
dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita
akan miring ke kiri, dsb.

3. Menghayati berarti gerak gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran
dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.

Selanjutnya akan dibahas secara rinci tentang dasar latihan teater.


BAB I

MEDITASI dan KONSENTRASI

MEDITASI

Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu
usaha untuk menenangkan dan mengosongkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.

Tujuan Meditasi :

1. Mengosongkan pikiran.

Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada dalam
pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita
singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan.

2. Meditasi sebagai jembatan.

Disini alam latihan kita sebut sebagai alam “semu”, karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam
latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan
berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan
membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.

Cara meditasi :

1. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah
dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan
pada rongga tubuh sebelah dalam.

2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan.
Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.

3. Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala
perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh
syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.

Catatan :

Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam
setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran. Jika hal
ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah
dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat
mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.

KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti “pemusatan”. Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan
pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan
pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.

Cara konsentrasi :

1. Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran kita, dengan cara-cara yang
sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap
berkonsentrasi.

2. Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu unsur pikiran. Rasakan
bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-
hari. Jangan memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.

Catatan :

Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan
sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut.
Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.

BAB II

VOKAL dan PERNAPASAN

PERNAPASAN

Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik
ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat
pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik
dalam latihan ataupun dalam pementasan.

Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :

Ø Pernapasan dada

Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita
membusung.

Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya
tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting kita,
karena bahu menjadi kaku.

Ø Pernapasan perut

Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut
kita menggelembung,

Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan
daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
Ø Pernapasan lengkap

Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara, sehingga udara
yang kita serap sangat banyak (maksimum).

Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu
mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.

Ø Pernapasan diafragma

Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang.
Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di
sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang.

Menurut perkembangan akhir akhir ini, banyak orang orang teater yang mempergunakan pernapasan
diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan
dengan pernapasan perut.

Latihan latihan pernapasan :

1. Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke dalam dada, kemudian
turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan. Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun
sampai batas maksimurn bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula, barulah napas
kita keluarkan kembali.

2. Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.

3. Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan lewat mulut dengan
mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini kita sudah mulai menyinggung vokal.

Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk
pernapasan yang lain.

VOKAL

Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula.
“Baik” di sini diartikan sebagai :

a. Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).

b. Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),

c. Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.

d. Tidak monoton.

Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan latihan vokal. Banyak cara, yang
dilakukan untuk melatih vokal, antara lain :

a. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara “wah…” dengan energi
suara. Lakukan ini berulang kali.
b. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam “mmm…mmm…” (suara keluar
lewat hidung).

c. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,”ssss…….”

d. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal “aaaaa…….” sampai batas napas yang
terakhir. Nada suara jangan berubah.

e. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam
satu tarikan napas)

f. Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus.

g. Keluarkan suara vokal “a i u e o”, “ai ao au ae “, “oa oi oe ou”, “iao iau iae aie aio aiu oui oua uei
uia ……” dan sebagainya.

h. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.

i. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung gulung, berlari, berputar
putar dan berbagai variasi lainnnya.

Catatan :

Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila
kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita
bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara
(larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan
ingat, janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan
dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.

Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di tepi sungai, di dekat air terjun dan
sebagainya. Di sana kita mencoba mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati
karunia Tuhan.

ARTIKULASI

Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar
dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata kata
yang diucapkan.

Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi
yang kurang/tidak benar, yaitu :

Ø Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit
mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.

Ø Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu waktu. Hal ini
sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.

Misalnya:

1. Kehormatan menjadi kormatan


2. Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.

Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan
sebagainya.

Ø Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi
kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.

Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan

– Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan
setiap huruf dengan nada nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan
berbisik.

– Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb

– Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.

GESTIKULASI

Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada
sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja
fungsinya yang berbeda.

Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat
kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata “Pergi !!!!” dengan kalimat “Angkat kaki dari
sini !!!”. Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk “Lalu ?” , “Kenapa ?” atau
“Tidak !” dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah
dialog.

Gestikulasi harus dilakukan sebab kata kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah dialog
dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: “Tuan kelewatan. Pergi!”. Antara “Tuan kelewatan” dan
“Pergi” harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang berbeda.

Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya “Tuan kelewatan”…….
(mendapat tekanan), “Pergi….” (mendapat tekanan).

INTONASI

Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton,
datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada
kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :

1. Tekanan Dinamik (keras lemah)

Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan penekanan pada setiap kata yang
memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat “Saya membeli pensil ini” Perhatikan bahwa setiap
tekanan memiliki arti yang berbeda.

SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)

Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)


Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)

1. Tekanan.Nada (tinggi)

Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti
biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun
dan berubah ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya
suatu kata.

2. Tekanan Tempo

Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan
untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan
tempo yang berbeda beda. Lambat atau cepat silih berganti.

WARNA SUARA

Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi
warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda.
Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki dengan
perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya.

Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan
artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba
merubah rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis, anak kecil, dsb.

Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog diperlukan juga adanya suatu
penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan
cobalah membaca naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di atas.

(Si Dul masuk tergopoh gopoh)

Dul : Aduh Pak….e…..e…..itu, Pak…. Anu…. Pak….a….a….ada orang bawa koper, pakaiannya bagus. Saya
takut, Pak, mungkin dia orang kota, Pak.

Paiman : Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan orang-orangmu untuk mengusirnya ?

Pak Gondo : (kepada Paiman) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi saya ! Kau tadi lapor apa ?!
Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Paiman).

Paiman : Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.

Pak Gondo : (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !

(kepada si Dul) Di mana dia sekarang ?

Dul : Di sana Pak, mengintip orang mandi di kali sambil motret.


BAB III

GERAK

OLAH TUBUH

Sebelum kita melangkah lebih jauh untuk mempelajari seluk beluk gerak, maka terlebih dahulu kita
harus mengenal tentang olah tubuh. Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan
sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat
keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal.

Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot otot kita supaya elastis,
lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.

Pelaksanaan olah tubuh :

1. Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap panca indera yana kita punyai,
tentang segala rakhmat yang dianugerahkan kepada kita. Dengan memakai rasa kita perhatikan seluruh
tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki, yang mana semuanya itu merupakan rakhmat
Tuhan yarig diberikan kepada kita.

2. Sekarang mari kita menggerakkan tubuh kita.

a. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian jatuhkan ke belakanq, ke kiri, ke kanan. Ingat kepala/leher dalam
keadaan lemas, seperti orang mengantuk.

b. Putar kepala pelan pelan dan rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka. kemudian ke kiri, ke
belakang dan ke kanan. Begitu seterusnya dan lakukan berkali kali. Ingat, pelan pelan dan rasakan !

c. Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang. Pertama satu-persatu terlebih dahulu,
baru kemudian bahu kiri dan kanan diputar serentak.

d. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri diputar ke arah belakang. Demikian pula
sebaliknya.

e. Rentangkan tangan kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan keseluruhan.
Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu, kemudian tangan kiri, baru bersama sama.

f. Putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang. Juga sebaliknya.

g. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan dengan tumpuan pada kaki kiri. Jaga jangan
sampai jatuh. Kemudian putar pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan.
Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas.

h. Sebagai pembuka dan penutup olah tubuh ini, lakukan iari lari di tempat dan meloncat loncat.

Macam Macam Gerak :

Setiap orang memerlukan gerak dalam hidupnya. Banyak gerak yang dapat dilakukan manusia. Dalam
latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam macam gerak Latihan latihan
mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang
teater.

Pada dasarnya gerak dapat dibaqi menjadi dua, yaitu :

1. Gerak teaterikal

Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak
yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu
memainkan naskah drama.

2. Gerak non teaterikal

Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari hari.

Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam macam, secara garis besar dapat kita
bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.

1. Gerak Halus

Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi
dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira,
dsb.

2. Gerak Kasar

Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya
pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu
:

1. Business, adalah gerak gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran Gerak ini kita
lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks). Misalnya :

– sewaktu kita sedang mendengar alunan musik, secara tak sadar kita menggerak gerakkan tangan atau
kaki mengikuti irama musik.

– sewaktu kita sedang belajar/membaca, kaki kita digigit nyamuk. Secara refleks tangan kita akan
memukul kaki yang tergigit nyamuk tanpa kehilangan konsentrasi kita pada belajar.

2. Gestures, adalah gerak gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara
sadar. Gerak yang terjadi setelah mendapat perintah dari diri/otak kita Untuk melakukan sesuatu,
misalnya saja menulis, mengambil gelas, jongkok, dsb.

3. Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Gerak ini
tidak hanya terbatas pada berjalan saja, tetapi dapat juga berupa berlari, bergulung gulung, melompat,
dsb.

4. Guide, adalah cara berjalan. Cara berjalan disini bisa bermacam-macam. Cara berjalan orang tua akan
berbeda dengan cara berjalan seorang anak kecil, berbeda pula dengan cara berjalan orang yang sedang
mabuk, dsb.
Setiap gerakan yang kita lakukan harus mempunyai arti, motif dan dasar. Hal ini harus benar-benar
diperhatikan dan harus diyakini benar-benar oleh seorang pemain apa maksud dan maknanya ia
melakukan gerakan yang demikian itu.

Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Latihan mengenai gerak-gerak dasar ini
kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :

a. Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak
sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.

b. Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita
diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.

c. Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.

Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak
yang bebas, indah dan artistik.

Latihan-latihan gerak yang lain :

1. Latihan cermin.

dua orang berdiri berhadap-hadapan satu sama lain. Salah seorang lalu membuat gerakan dan yang lain
menirukannya, persis seperti apa yang dilakukan temannya, seolah-olah sedang berdiri didepan cermin.
Latihan ini dilakukan bergantian.

2. Latihan gerak dan tatap mata.

sama dengan latihan cermin, hanya waktu berhadapan mata kedua orang tadi saling tatap, seolah kedua
pasang mata sudah saling mengerti apa yang akan digerakkan nanti.

3. Latihan melenturkan tubuh.

seseorang berdiri dalam keadaan lemas. Kemudian seorang lagi membantu mengangkat tangan
temannya. Setelah sampai atas dijatuhkan. Dapat juga sebelum dijatuhkan lengan / tangan tersebut
diputar-putar terlebih dahulu.

4. Latihan gerak bersama.

suatu kelompok yang terdiri dari beberapa orang melakukan gerakan yang sama seperti dilakukan oleh
pemimpin kelompok tersebut, yang berdiri didepan mereka.

5. Latihan gerak mengalir.

suatu kelompok yang terdiri beberapa orang saling bergandengan tangan, membentuk lingkaran.
Kemudian salah seorang mulai melakukan gerakan ( menggerakkan tangan atau tubuh ) dan yang lain
mengikuti gerakan tangan orang yang menggandeng tangannya. Selama melakukan gerakan, tangan kita
jangan sampai terlepas dari tangan teman kita. Latihan ini dilakukan dengan memejamkan mata dan
konsentrasi, sehingga akan terbentuk gerakan yang artistik.

GERAK DAN VOKAL


Setelah kita berlatih tentang vokal dan gerak secara terpisah, maka sekarang kita mencoba untuk
memadukan antara vokal dan gerak. Banyak bentuk-bentuk latihan yang dapat dilakukan, antara lain
mengucapkan kalimat yang panjang sambil berlari-lari, melompat, jongkok, bergulung-gulung, atau juga
bisa dengan memutar-mutar kepala, memutar-mutar tubuh, dan sebagainya.

Latihan ini berguna sekali bagi kita pada waktu acting. Tujuannya adalah agar vokal dan gerak kita selalu
serasi, agar gerak kita tidak terlalu banyak berpengaruh pada vokal.

BAB IV

PENGGUNAAN PANCAINDERA DALAM TEATER

Manusia yang normal dikaruniai Tuhan dengan lima panca indera secara utuh. Dalam kehidupan sehari-
hari kita selalu menggunakan panca indera kita tersebut, baik secara bersama-sama ataupun sendiri-
sendiri. Dalam teater kita juga harus menggunakan indera kita dengan baik agar dapat memainkan suatu
peran dengan baik pula.

Supaya alat-alat indera kita dapat bekerja semaksimal mungkin, tentu saja harus dilatih. Hal ini sangat
perlu dalam teater untuk membantu kita dalam membentuk ekspresi. Bentuk-bentuk latihan yang dapat
dilakukan, antara lain :

a. Mata

Duduk bersila sambil menatap suatu titik di dinding. Konsentrasi hanya pada titik tersebut. Usahakan
menatap titik tersebut tanpa berkedip, selama mungkin.

b. Telinga

Duduk bersila, pejamkan mata. Sementara itu seseorang mengetuk-ngetuk sesuatu pada beberapa
macam benda, dimana setiap benda memiliki nada / suara yang berlainan. Hitunglah berapa kali ketukan
pada benda yang sudah ditentukan.

Duduklah ditepi jalan yang ramai, sambil memejamkan mata. Cobalah untuk mengenali suara apa saja
yang masuk ke telinga, misalnya suara truk, bus, sepeda motor, suara tawa seseorang diatas sepeda
motor, suara sepatu diatas trotoar,dsb.

c. Hidung

Duduk ditepi jalan sambil memejamkan mata, kemudian cobalah untuk mengenali bau apa yang ada
disekitar kita. Misalnya bau keringat orang yang lewat didepan kita, bau parfum, asap knalpot, asap
rokok, atau tanah yang baru disiram hujan, dsb.

Ciumlah tangan, kaki, pakaian, dan jika bisa seluruh tubuh kita, rasakan dan hayati benar-benar
bagaimana baunya.

d. Kulit
Rabalah tangan, kaki, kepala dan seluruh tubuh kita, juga pakaian kita. Rasakan dan kenalilah tubuh kita
itu, cari perbedaan antara setiap tubuh.

Rabalah dinding, lantai, meja, atau benda-benda lain. Perhatikanlah bagaimana rasanya, dingin atau
panas. Juga sifatnya halus atau kasar dan coba juga mengenali bentuknya. Lakukan latihan ini dengan
mata terpejam.

e. Lidah

Rabalah dengan lidah bagaimana bentuk mulut kita, bagaimana bentuk gigi, langit-langit, bibir, dsb.

Rasakan dengan menjilat, bagaimana rasa dari sebuah kancing baju, sapu tangan, batang pensil, tangan
yang berkeringat,dsb.

BAB V

KARAKTERISASI

Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan.
Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik
harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian
penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja,
melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.

Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus
terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang
pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb.
Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang
dibuat-buat.

Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan
jabatannya, tetapi juga wataknya. Misalnya :

Tokoh (A) … jabatan (lurah) … watak (licik, pura-pura, pengecut)

Tokoh (B) … jabatan (jongos) … watak (baik hati, ramah, jujur, mengalah)

Untuk melatih karakteristik dapat dipakai cara sebagai berikut :

• Dengan menirukan gerak-gerak dasar yang biasa dilakukan oleh pengemis, kakek, anak kecil,
pemabuk, orang buta, dsb. (yang dimaksud dengan gerak-gerak dasar disini adalah cirri-ciri khas)

• Dua orang atau lebih, berdiri dan berkonsentrasi, kemudian salah satu memberi perintah kepada
temannya untuk bertindak / berlaku sebagai tokoh dari apa yang diceritakan. Untuk membantu memberi
suasana, dapat memakai musik pengiring.

Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi,
imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah
lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala
sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita
menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.

ILUSI

Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami
sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang
dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.

Cara-cara melatihnya antara lain :

• Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.

• Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.

• Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.

• Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.

• Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.

IMAJINASI

Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau
ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan.
Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit.
Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi
walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi
benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.

Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin koor dengan roh suci. Roh suci
disini hanya terdengar suaranya, tetapi pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada.
Dalam contoh lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah dialog, sebagai
berikut : “ Hei letnan, coba perhatikan perempuan berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi
dan tas hitam yang dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai Nyonya Lisa
beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan”. Yang dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan
saja. Perempuan berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak tampak dalam
pentas.

Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini
segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :

• Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai
menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.

• Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk
benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
• Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya,
menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb.
Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.

• Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya
menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.

EMOSI

Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci,
bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai
emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang
karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka
(ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya
setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.

PENGHAYATAN

Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya
pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi
berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah
yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.

Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :

• Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh
naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.

• Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat
gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.

• Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai
pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.

BAB VI

BLOCKING

Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam permainan
drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu
mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah
blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.

– Seimbang

Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting)
tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua
bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung. Penjelasan lebih
lanjut mengenai keseimbangan panggung ini akan disampaikan pada bagian mengenai “Komposisi
Pentas “.

– Utuh
Utuh berarti blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan
gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.

– Bervariasi

Bervariasi artinya bahwa kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk
komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan
kedudukan pemain lainnya. Misalnya sama-sama berdiri, sama-sama jongkok, menghadap ke arah yang
sama, dsb. Kecuali kalau memang dikehendaki oleh naskah.

– Memiliki titik pusat

Memiliki titik pusat artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya
untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik
pusat dari adegan yang sedang berlangsung. Antara pemain juga jangan saling mengacau sehingga akan
mengaburkan dimana sebenarnya letak titik perhatian.

– Wajar

Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-
buat. Disamping itu setiap penempatan juga harus memiliki motivasi dan harus beralasan.

Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan
kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking.
Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.

KOMPOSISI PENTAS

Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang tertentu. Komposisi pentas ini
dibuat untuk membantu blocking, dimana setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri. Berikut ini
adalah skema komposisi pentas.

PENONTON

Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan nomornya. Bagian depan lebih kuat daripada bagian
belakang. Bagian kanan lebih kuat daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau
benda yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah tempat-tempat yang sesuai agar
blocking kelihatan seimbang. Walaupun demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan
terlalu dibuat-buat.

BAB VII

NASKAH

Setelah kita mengenal berbagai macam dasar yang diperlukan untuk bermain drama, akhirnya sampailah
kita pada naskah. Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah
walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan
berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang
sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat
dimana dimainkan naskah tersebut.
Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.

1. Tema

Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari
tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.

2. Lakon

Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita.oleh karena
itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.
Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang
ditentukan yaitu :

3. Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani

usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.

Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam
masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dll.

Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat
kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dll.

Apabila kita mengabaikan salah satu saja dari ketiga dimensi diatas, maka lakon yang akan kita perankan
akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.

1. Plot

Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah. Secara
garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :

Pemaparan (eksposisi)

Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini
diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan
sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi
sebagai pengantar cerita.

Dialog

Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti
sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk
mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan
fakta.

Komplikasi awal atau konflik awal

Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini
mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.

Klimaks dan krisis


Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu
komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.

Penyelesaian (denouement)

Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa
klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.

Sumber: UKM Teater Mimpi Institut Sains Terapan dan Teknologi Surabaya (iSTTS)

Adapun target pelatihan, antara lain;

1. Peserta memiliki keberanian dan semangat untuk berekspresi depan umum

2. Peserta memiliki keterampilan berdialog dengan baik dan jelas

3. Peserta dapat mengutarakan pikiran dan perasaannya secara spontan

4. Peserta memiliki kebiasaan menulis dalam bentuk catatan harian,cerpen,puisi dll

5. Peserta memiliki keterampilan berbahasa tubuh yang baik

6. Peserta dapat saling bekerjasama dalam team work

7. Peserta dapat mengapresiasi karya-karya seni

8. Peserta dapat menumbuhkan rasa percaya diri, toleransi, dan saling menghargai

Latihan Dasar Teater*

Dalam membacakan puisi, dikenal dengan tiga gaya, yaitu gaya potery reading, gaya deklamatoris, dan
gaya teaterikal. Teknik pembelajaran membacakan puisi yang akan diuraikan adalah teknik membacakan
puisi dengan gaya poetry reading. Teknik pembelajaran membacakan puisi ini dilakukan secara
berkesinambungan. Teknik ini dilakukan melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan struktural dan
metafisika. Keduanya merupakan perpaduan yang diperlukan dalam membacakan puisi. Kedua
pendekatan ini dipalikasikan dalam bentuk latihan-latihan dasar yang akrab dalam kehidupan berteater.

Adapun teknik pembelajaran membacakan puisi terpapar sebagai berikut.

I. Pendekatan Struktual

Sebelum melakukan pendekatan ini, siswa diharuskan untuk mencari puisi yang akan dibacakan. Siswa
boleh memilih satu puisi dari berbagai macam sumber.

a. Membaca berulang-ulang

Tahap ini merupakan tahap mengenali bentuk puisi. Dengan membaca berulang-ulang, akan diketahui
bentuk puisi berikut makna yang hendak disampaikan penyair. Tipografi puisi dapat digali hingga
menemukan maksud penyair.

b. Memberinya jeda
Setelah memahami bentuknya, berilah tanda jeda agar memperoleh rima yang enak didengar saat
membacakan puisi nanti. Tanda jeda (/) diletakkan di antara kata yang hendak dipisah pelafalannya.
Harapanya, dengan pemberian tanda jeda, dapat mempermudah untuk menyampaikan isi dari puisi
kepada pendengar (penonton). Dengan pemenggalan tanda yang tepat, setidaknya makna yang
disampaikan lebih baik.

c. Mencari alur

Setiap karya sastra yang baik, tentu memiliki alur cerita yang ditandai dengan puncak alur sebagai
konflik. Dalam puisi, penulis melihat adanya puncak konflik itu. Dengan menemukan alur, puisi dapat
dibacakan secara tepat. Pembaca puisi harus bisa membedakan suara ketika sedang membacakan bait-
bait yang merupakan penciptaan konflik, konflik, hingga penyelesaian konflik. Dengan demikian, siswa
akan mengetahui bait-bait mana yang harus dibcakan secara maksimal.

d. Memahami makna secara insentif

Setelah melakukan tahapan di atas, tahapan terakhir adalah tahapan yang memerlukan waktu cukup
lama untuk menafsirkan kembali makna puisi. Penafsiran ini membutuhkan waktu yang sangat lama.
Proses perenungan banyak terjadi di sini. Tidak cukup 10-20 menit untuk mencari “nyawa” dari puisi
yang dipilih, melainkan bisa memakan waktu 2-3 hari. Pada awal tahap ini harus dilakukan secara serius,
kemudian boleh dilakukan di sela-sela aktivitas sehari-hari, misal sambil makan.

II. Pendekatan Latihan Dasar Teater

a. Pemanasan

Latihan pemahasan diperlukan untuk membuat kondisi tubuh yang lelah menjadi bugar. Senam
pemanasan ini bisa dimulai dengan

1. gerakan kepala; menoleh kanan kiri, atas bawah, dan berputa

2. senam mimik: ekspresi menangis, tertawa, melongo, sinis, kejam, dll,

3. gerakan tangan: membentuk huruf S, lengan dibuka dan ditutup, dll

4. gerakan kaki; diangkat ke depan, ke kanan, ke kiri, dll. bergantian dari kaki kanan dan kiri

5. ditutup dengan berlari-lari kecil.

Senam ini dapat dikreatifitaskan sesuai dengan kompetensi yang dimiliki fasilitator, dalam hal ini guru.

b. Olah napas
Dalam pernapasan, dikenal pernapasan dada dan perut. Kedua jenis pernapasan ini harus dipadukan
untuk memperoleh kualitas vokal dan penghayatan yang memerlukan perpaduan lagi dengan detak
jantung dan imajinasi.

1. Siswa diminta untuk mengambil napas kecil, kemudian mengeluarkannya

2. Setelah dirasa cukup, siswa diminta untuk menarik napas dan menyimpannya dalam dada, kemudian
mengeluarkannya dengan pelan-pelan

3. Siswa diminta mengambil napas dengan 3hitungan, diminta menahannya dengan 3 hitungan, dan
mengeluarkannya secara perlahan-lahan dengan hitungan 3 juga (Melakukan pernapasan segitiga)

4. Latihan berikutnya ditingkatkan menjadi 5 hitungan, 7 hitungan, 9 hitungan, dan semampunya.

5. Setelah dirasa cukup, siswa diminta melakukan proses nomor 2-4 dengan menyimpannya di perut.

6. Siswa diminta mengambil napas terengah-engah dengan berbagai posisi, misal dengan posisi
terlentang atau berdiri

7. (langsung dilanjutkan olah vokal)

c. Olah vokal

1. Kemudian siswa diminta berbisik dengan mengucapakan beberapa larik puisi.

2. Setelah itu, diminta berteriak hingga artikulasi dan intonasinya tepat dan terdengar dalam jarak sesuai

dengan ukuran proporsional. Misal aula, suara siswa harus terdengar hingga di sust belakang aula.

3. Siswa kemudian diminta untuk menilai satuan suara (desible) milik temannya ketika berbisik maupun
berteriak dengan dua pilihan, yaitu sama atau berbeda desible-nya. Setiap siswa berpasangan dan
melakukannya secara bergiliran

4. Setelah mengetahui kapasitas desible temannya, setiap siswa diwajibkan untuk dapat mengetahui
berapa keras, lantang, dan lembut suaranya agar terdengar sesuai dengan kapasitas proporsi ruang (jika
dilakukan dalam ruangan)

5. Siswa diminta untuk mengucapkan beberapa larik dalam bait-bait puisi di dalam ruang dan di luar
ruang.

Latihan olah napas dapat melibatkan kelompok silat olah pernapasan. Sedangkan latihan vokal dapat
melibatkan kelompok paduan suara yang lebih memahami tentang olah vokal yang baik. Paling tidak,
teknik dan materinya tidak menyimpang jauh dan usefull.

d. Konsentrasi

Pada tahap ini, konsentrasi merupakan salah satu latihan dasar dalam membacakan puisi. Hal ini akan
sangat bermanfaat ketika performansi nantinya. Membacakan puisi bukan membaca puisi untuk dirinya
sendiri, melainkan untuk orang lain. Jadi proses membacakan puisi dilakukan di hadapan orang lain.
Untuk itulah, dibutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk mengatasi segala rangsangan yang bisa
mengganggu proses pembacaan puisi.

Adapun langkah-langkah untuk melakukan latihan dasar konsentrasi adalah

1. siswa diminta untuk menanggalakn semua aksesori yang mengikat di tubuh, seperti arloji, gelang, dll.
Upayakan mereka juga mengendurkan ikat pinggang. Jika mereka memakai sepatu, sebaiknya dilepas
berikut kaos kakinya.

2. semua siswa diminta untuk mencari posisi yang sangat rileks. Hal ini dilakukan agar aliran darah yang
mengalir dari jantung berjalan sangat lancar dan membuat tubuh bugar. Siswa diperbolehkan untuk
duduk hingga merebahkan diri. Namun siswa harus diingatkan agar jangan sampai tertidur karena
terbawa oleh hawa. Konsentrasi bukan mengosongkan pikiran, tetapi memusatkan perhatian pada satu
titik. Pikiran jangan sampai kosong sebab akan sangat rawan dimasuki oleh “roh ghaib”, terlebih
dilakukan di tempat yang rawan.

3. ajaklah siswa untuk memejam mata agar lebih mudah melakukan konsentrasi

4. siswa diajak untuk memusatkan pikiran dengan cara mendengarkan suara-suara yang paling jauh

5. jika dirasa bahwa siswa sudah dapat memusatkan pikiran pada pikiran yang jauh, siswa diajak untuk
mencari dan memusatkan pikiran dengan mendengarkan suara-suara yang jauh dengan cara
mengidentifikasi bunyi dan mengakrabinya

6. setelah itu, siswa diajak untuk mencari dan memusatkan perhatian pada suara-suara yang dekat
dengan mereka. Biarkan mereka mengidentifikasinya dan mengakrabinya

7. setelah dirasa cukup, ajaklah siswa untuk mencari, mendengarkan, dan memusatkan perhatian pada
suara yang sangat dekat, yaitu detak jantungnya. Biarkan mereka berkonsentrasi pada detak jantungnya.
Ajaklah mereka untuk benar-benar merasakan detak jantungnya mulai dari gejala berdenyut, berdenyut
hingga efek yang ditinggalkan setelah denyut itu selesai dan menuju ke denyut selanjutnya. Biarkan
mereka mengakrabinya Usahakan agar aliran darah mengalir dengan lancar. Jika ada salah satu bagian
tubuh, misalnya siku atau lutut, ditekuk, maka akan menyebabkan aliran darah tidak lancar dan
menyebabkan kejang (Jawa: keram)

8. (langsung dilanjutkan latihan imajinasi)

e. Imajinasi (Penghayatan)

1. memberikan kesadaran bahwa denyut jantung sesungguhnya memompa darah ke seluruh tubuh.

2. memberikan kesadaran bahwa dengan mengendalikan detak jantung yang dipadukan dengan napas
mampu membawa pada suasana yang diinginkan

3. mengajak siswa berkonsentrasi pada area kepala dengan fokus mata. Bahwa mata yang dimiliki
memiliki potensi untuk melirik, melotot, terpejam, dll. Siswa diajak berimajinasi tentang apa yang terjadi
di dalam puisi yang telah dipilih. Siswa diminta agar berimajinasi terhadap puisi tersebut. Bagaimana
gerakan bola mata yang maksimal dalam berekspresi nanti ketika membaca puisi.
4. setelah dirasa cukup, siswa diajak untuk berkonsentrasi pada mulut. Sama dengan mata, mulut juga
memiliki potensi untuk bisa maksimal. Mulut bisa untuk melongo, menguap, tertutup, dll. Siswa diajak
berimajinasi tentang apa yang terjadi di dalam puisi yang telah dipilih. Siswa diminta agar berimajinasi
terhadap puisi tersebut. Bagaimana gerakan bibir yang maksimal dalam berekspresi nanti ketika
membaca puisi. Bibir memiliki potensi yang maksimal jika diolah dengan baik.

5. setelah dirasa cukup, siswa diajak untuk memadukannya dengan gerak wajah (mimik). Siswa diminta
berkonsentrasi pada bentuk mimik. Siswa diminta agar berimajinasi terhadap puisi tersebut. Bagaimana
bentuk mimik yang maksimal dalam berekspresi nanti ketika membaca puisi. Mimik memiliki potensi
yang maksimal jika diolah dengan baik.

6. setelah dirasa cukup, siswa diajak untuk memadukannya dengan gerak kepala. Siswa diminta
berkonsentrasi pada gerakan kepala. Siswa diminta agar berimajinasi terhadap puisi tersebut. Bagaimana
gerakan kepala yang maksimal dalam berekspresi nanti ketika membaca puisi. Kepala memiliki potensi
yang maksimal jika diolah dengan baik.

7. Siswa kembali diminta untuk berkonsentrasi pada bagian tengah dari tubuh, khusnya bagian atas
punggung (Jawa: pundak). Bagaimana gerakan punggung yang maksimal dalam berekspresi nanti ketika
membaca puisi. Punggung memiliki potensi yang maksimal jika diolah dengan baik.

8. Siswa diajak berkonsentrasi dan berimajinasi pada bagian tangan. Siswa diminta untuk tetap
berimajinasi pada puisi yang telah dipilih. Bagaimana gerakan punggung yang maksimal dalam
berekspresi nanti ketika membaca puisi. Tangan memiliki potensi yang maksimal jika diolah dengan baik.

9. (langsung dilanjutkan dengan latihan ekpsresi)

f. Ekspresi

1. jika dirasa cukup, siswa diminta untuk membayangkan jika seandainya mereka benar-benar
menyaksikan peristiwa tersebut bahkan mengalaminya sendiri

2. upayakan agar mereka bisa “lepas” dalam menghayati. Biarkan mereka menangis bahkan tertawa.
Usahakan agar tidak mengeluarkan kata-kata terlebih dulu.

3. biarkan siswa larut dan mengekspresikannya dengan larik-larik dalam puisi yang diingat

4. jika siswa sudah lepas, minta mereka perlahan-lahan mengendalikan ekspresi itu

5. jika siswa sudah bisa mengendalikan, siswa diminta untuk mengambil nafas pelan-pelan kemudian
mengeluarkannya. Lakukan secukupnya.

6. jika siswa dalam kondisi yang tenang, siswa diminta untuk menggerakkan jari-jemari tangan dengan
pelan-pelan dan merasakannya dari kondisi sebelum digerakkan, bergerak, hingga sudah digerakkan.
Siswa diminta untuk merasakan angin yang melewati tangan.

7. lakukan proses yang sama dengan jari-jemari kaki

8. setelah dirasa cukup, semua siswa diminta untuk membuka mata perlahan-lahan dan menyadari
bahwa tubuhnya masih terdapat di tempat yang menjadi latihan tadi, misalnya aula, tempat parkir, kelas,
dll.
9. untuk mengekspresikan semua kepenatan yang ada dalam jiwa, dalam hitungan ketiga, semua siswa
diminta untuk mengambil napas dan mengeluarkannya dengan teriakan “hah”.

Setelah melakukan teknik latihan di atas, semua siswa dminta untuk membacakan puisi di depan siswa
yang lain. Beberapa catatan yang perlu diingat adalah

1. membaca puisi berbeda dengan membacakan puisi. Membacakan puisi dilakukan untuk orang lain.
Jadi, makna yang terdapat dalam bentuk puisi disampaikan semaksimal mungkin agar isi puisi bisa
“sampai” di penonton.

2. seseorang yang membacakan puisi harus benar-benar memahami makna yang terkandung dalam puisi
tersebut atau dengan istilah menemukan nyawa puisi. Jika ada orang yang membacakan puisi tanpa
memahami makna puisi tersebut, maka tidak ada bedanya dengan orang gila yang sedang kesumat.

3. penghayatan dan ekspresi harus total, namun emosi tetap terkontrol. Jika ekspresinya dilepas begitu
saja, maka emosi tidak terkontrol dan proses pembacaan puisi akan terganggu karena pembaca puisi
asyik dengan emosinya sendiri. Akibatnya isi puisi tidak sampai pada penonton.

4. intonasi dan artikulasi dalam membacakan puisi harus dilatih lebih intensif. Karena dua hal inilah yang
menjadi faktor utama dalam mengantarkan kata-kata untuk menyampaikan makna dari penyair menuju
ke penonton melalui transkata dari pembaca puisi

5. dalam membacakan puisi, dapat memakai metode ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi). Namun pada
akhirnya nanti, setiap siswa harus memiliki karakteristik sendiri dalam membacakan puisi, atau lazim
dikenal dengan istilah be your self.

6. rambu-rambu guru: 1) makna harus bisa ditemukan sendiri oleh pembaca. Kalau pun tidak
memahami, guru sebaiknya jangan mendikte bahwa larik tertentu harus dibaca seperti ini. Biarkan siswa
menemukan makna dan mengungkapnya sesuai dengan selera. Di Akhir, guru diperkenankan
memberikan apresiasi terhadap ciri khas pembacaan puisi dari siswa, dan 2) diupayakan agar siswa dapat
menemukan sendiri bait-bait mana yang merupakan konflik dan mungkin harus dibaca lebih tajam. Guru
jangan mendikte cara membaca bait-bait tertentu. Hal ini berakibat bahwa siswa kadang kurang nyaman
dalam membaca karena memenuhi selera (apresiasi guru)

7. semoga sukses

________________________________________

[*] Disusun oleh Didin Widyartono, S.S, S.Pd.

mahasiswa pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia UM

PRAKTIK BERMAIN DRAMA


Setelah kita mempelajari tentang teknik penulisan naskah drama satu babak, tiba saatnya kita
mempelajari teknik bermain drama. Target pembelajarannya adalah siswa secara berkelompok (9 orang
per kelompok) mampu mementaskan naskah drama satu babak untuk durasi pementasan 15-25 menit.

Sebelum sampai pada penggarapan naskah untuk pementasan, terlebih dahulu perlu kita kenal beberapa
fungsi atau peran dalam pementasan. Pada dasarnya kerja pementasan adalah kerja kelompok atau tim.
Tim terbagi menjadi dua, yaitu tim penyelenggara dan tim pementasan. Yang dimaksud tim
penyelenggara pementasan adalah orang-orang yang bekerja untuk melaksanakaan “acara” pementasan.
Tim penyelenggara meliputi ketua panitia (pimpinan produksi), sekretasis, bendahara, sie dana, sie
publikasi, sie perlengkapan, sie dokumentasi, si konsumsi, dam masih banyak lagi. Tim ini berperan
dalam “menjual” karya seni (drama). Sukses tidaknya acara pementasan (dengan indikasi jumlah
penonton yang banyak, keuntungan finansial minimal balik modal, apresiasi penonton, soundsistem,
lighting yang bagus) bergantung pada tim ini.

Tim kedua adalah tim pementasan. Yang dimaksud tim pementasan adalah sekelompok orang yang
bertugas menyajikan karya seni (drama) untuk ditonton. Tim pementasan terdiri dari sutradara, penulis
naskah, tim artistik, tim tata rias, tim kostum, tim lighting, dan aktor. Sebenarnya tim pementasan ini
terbagi menjadi dua kelompok yaitu tim on stage (di atas panggung) atau aktor, dan tim behind stage
(belakang panggung). Kedua tim ini memiliki peran yang sama dalam mensukseskan
pertunjukan/pementasan.

Pertama-tama kita bahas dulu tim pementasan beserta tugas dan kewenangannya.

Sutradara. Seperti kita ketahui bersama, sutradara adalah pimpinan pementasan. Ia bertugas melakukan
casting (memilih pemain sesuai peran dalam naskah), mengatur akting para aktor, dan mengatur kru lain
dalam mendukung pementasan. Pada dasarnya seorang sutradara berkuasa mutlak sekaligus
bertanggung jawab mutlak atas pementasan.

Penulis Naskah. Sebenarnya ketika sebuah naskah dipilih untuk dipentaskan, penulis naskah sudah
“mati”. Artinya, ia tidak memiliki hak lagi untuk mengatur visualisasi atas naskahnya. Tanggung jawab
visualisasi ada pada sutradara. Biasanya, dalam perencanaan akting, seorang penulis naskah hanya
diminta sebagai komentator.

Penata Panggung. Tugas utama penata panggung adalah mewujudkan latar (setting panggung) seperti
yang diinginkan oleh sutradara. Biasanya sutradara akan berdiskusi dengan penata panggung untuk
mewujudkan setting panggung yang mendukung cerita.

Penata Cahaya. Tugas utama penata cahaya adalah merencanakan sekaligus memainkan pencahayaan
pada saat pementasan sehingga pencahayaan mendukung penciptaan latar suasana panggung. Jelas
bahwa penata caha perlu berkoordinasi dengan penata panggung. Seorang penata cahaya harus memiliki
pengetahuan memadai dalam hal mixer cahaya.

Penata Rias dan Busana. Tugas utama penata rias dan busana adalah mewujudkan rias dan kostum para
aktor sesuai dengan karakter tokoh yang dituntut oleh sutradara. Biasanya, penata rias dan busana
berkoordinasi erat dengan sutradara.

Penata Suara. Tugas utama penata suara adalah mewujudkan sound effect yang mendukung
pementasan. Bersama dengan penata busana, penata panggung, dan penata cahaya, penata suara
menciptakan latar yang mendukung pementasan. Jelas bahwa prasyarat untuk menjadi penata suara
adalah memiliki kemampuan mengelola soundsistem dan soundeffect.
Aktor. Tugas utama aktor adalah memerankan tokoh yang ditugaskan kepadanya oleh sutradara.

UNTUK TIM PENYELENGGARA…… besok yaa!!

Anda mungkin juga menyukai