Anda di halaman 1dari 7

1. Relaksasi Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya.

Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua kekangan yang ada di
tubuh terlepas. Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu di
dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal yang sangat penting
bagi semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup
aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktorfaktor lain yang bekerja melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam
upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer. Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang
mencampuri konsentrasi seorang aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula
biasanya tidak dapat dengan mudah merespons sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan dengan
aspek-aspek fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton. Dengan kata lain, dalam keadaan
rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk
mencapai relaksasi atau mencapai kondisi kontrol mental maupun fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan
utama. Ada korelasi yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya
setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk menjadi seorang aktor
yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan efisien. 2. Ekspresi Kemampuan Ekspresi
merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha untuk mengenal dirinya sendiri. Si aktor
akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar mencapai
kepekaan respons terhadap segala sesuatu. Kemampuan ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti
relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh yang seimbang) seorang
aktor harus terpusat pada pikirannya. Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide
sebagai pendukung berbicara. Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang lebih universal
dari pada bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan kepada binatang sekalipun. 3.
Gesture Gesture adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari dalam diri yang
selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-macam; ketetapan tubuh, gerak,
postur dan infleksi (perubahan nada suara, bisa mungkin keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi). 4. Gestikulasi
Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh, postur, posisi dan
perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal tubuh manusia dalam aksi maupun
reaksi di kehidupan sehari-hari. 5. Olah Mimik Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih.
Dalam olah mimik ini, kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher
kepala, secara berkesinambungan. Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi.
Perasaan marah, cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan seorang
aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi pun kena, akan kurang
meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog yang akan kurang meyakinkan penonton,
sehingga permainannya akan terasa hambar. 6. Olah Tubuh Warming-Up atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar
dalam pelajaran acting. Melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah.
Latihan ini ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya. Olah tubuh
bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia sangat mungkin berangkat dari
pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti kebanyakan aktor cirebon dengan masres (sejenis teater
tradisional cirebon) yang banyak menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali, Sunda dan banyak tempat yang
berangkat dari tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan pemeranan,. Bowskill daalam bukunya
menyatakan Stage and Stage Craft, yang katanya Apa yang kau lakukan dengan kedua tanganku. Pertanyaan
tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang harus aku lakukan dengan kedua kakiku. Banyak aktor pemula selalu
gagal dalam menampilkan segi kesempurnaan Artistik, karena pada waktu puncak klimaks selalu diserang oleh
kekakuan, mengalami ketegangan urat. Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada emosi bagi pemeran yang
sedang menghayati perannya, apabila hal ini menimpa organ suara maka seorang yang mampunyai suara baik
menjadi parau bahkan bisa kehilangan suara, jika kekejangan itu menyerang kaki maka orang itu berjalan seakan
lumpuh, jika menimpa tangannya akan menjadi kaku. Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara
latihan, dengan melalui latihan gerak, senam, tari-tari. Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan
dapat lahir dari inter akting (gerakan dalam). Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah setiap hari, dalam
dua tahun terus menerus, untuk memperoleh aktor yang enak dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik,
Main anggar, berbagai jenis latihan bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi, pantomim, tata rias. B.
SUARA Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena
kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang
pemain (aktor). Pengertian penguasaan diti secara utuh menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta alatalatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni
acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan
ketimpangan. Pernapasan Diafragma Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap napas,

hanya bagian inilah yang tegang. Kemudian otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu
mengempis saat napas dihembuskan kembali. Posisi diafragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut.
Pernapasan melalui diafragma inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak
mengakibatkan ketegangan pada peralatan pernapasandan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk
pembentukan volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat ita menahan napas otot-otot
diafragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernapasan
ini sangat baik dalam usaha menghimpun tanaga dalam yang mengolah vibrasi, karena pernapasan diafragma
akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan. Berlatih pernapasan banyak
ragam dan caranya. Latihan pernapasan bisa dilakukan dengan berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti
pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun ada beberapa catatan penting yang harus dilakukan untuk
tujuan pernapasan dalam pemeranan (acting), yaitu: Latihan 1. - Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi
tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks. - Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran kea rah
telapak kaki kita, ke ujung-ujung jari, rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi
udara, engsel-engsel lututpun terisi udara biarkanlah tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi
satu dengan tulang-tulang. Bayangkan sendi-sendi pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh
tidak lagi memberatkan kaki. Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan
tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai rahang di
samping telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang
menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh. Biarkan wajah kita terasa berat pada
tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata seluruhnya rileks. - Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks
tariklah napas secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat
pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus dengan intens. Latihan 2 - Waspadai bahwa ditengah kediaman
tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan sebuah kondisi yang mudah untuk jatuh apabila napas keluar dan
masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control terhadap tubuh namun control sering kali membuat kita justru
menjadi tegang, jadi pernapasan yang berlangsung alami adalah citra dari rileks itu sendiri. - Tariklah napas secara
mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk merasakan dorongan napas pada diafragma. - Pada
saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat dan keluar kembali,
senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap tersebut. - Pada saat
merasakan udara yang masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan penghayatan pada udara tersebut, rasakan
rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi yang selalu terjaga
(konsentrasi). - Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan
bahwa saat latihan kita adalah bagian alam semesta ini. - Hal yang paling penting adalah menghindari keteganganketegangan, biarkan seluruhnya bergerak secara alami dan teratur Olah Vokal Vokal (Suara) dan Speech (ucapan)
amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama, menurut MAURIZE ZOLOTOV merupakan bagian dari
isyarat ataupun symbol, menurutnya ada kalimat Emosional untuk menyatakan perasaan dan ada pula kata-kata
yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai kekuatan. Menurut Henning Nelms tentang speech ada lima : 1.
Menyalurkan kata-kata drama kepada penonton. 2. Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi
suara. 3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan pemeranan missal : Tentang umur, kedudukan social,
jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan. 4. Mengendalikan perasaan penonton. 5. Melengkapi variasi. Tahap
Pertama Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian
hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang. Tahap Kedua. Hisap udara melalui melalui
dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu tahan salurkan ke rongga Dada, keluarkan melalui
mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap sudah dapat dilakukan bisa dilakukan dengan
memainkan variasi pernapasan. Tahap ketiga Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil
berjalan, berlari ini dilakukan berulang kali. Tahap keempat. Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat
lalu di hembuskan dengan melalui teriakan. Latihan olah vokal melalui latihan speech (ucapan) 1. Diksi Ucapan, lafal,
menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas kejelasan suara dari
sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan
b, t dengan d, k dengan g. Cobalah : 1. p----- p----- p------ pp---- pp---- pp----- ppp-- ppp-- ppp---- pppp- pppp- pppp-ppppp bbbbb ppppp 2. b----- b----- b------ bb---- bb---- bb----- bbb-- bbb-- bbb---- bbbb- bbbb- bbbb-- bbbbb ppppp
bbbbb (tanda garis hubung merupakan ketukan jarak) Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan
secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak usah lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja. Coba pula pada
huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas terbedakan. Gerakan bibir merupakan
sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk memperoleh hal itu maka gerazkan bibir sebanyak
mungkin. Aktifkan gerakan bibir. 2. Tekanan Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan
dengan mengubah tempo dan volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya
memberi kesan suara ribut. Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu
bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula mula mengucapkan serentetan kata

atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian
berulang-ulang dilakukan. Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata
dengan lemah dalam saaatu kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi
sedikit jeda sebelum dan sesudahnya. Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan
perubahan tiba-tia pada nada serta volumenya. 3. Bentuk Ucapan Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya
membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak,
kecepatan. Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik
membangun dengan satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure
sekaligus. 4. Memuncak Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang
disebut topping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume, jarak,
dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan, sebab
pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan agi sudah tidak
mungkin. Olah Vokal Sebagai media ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling pokok.
Bagaimana produksi suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika aktor tekun melatih
perangkat suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih mudah dalam memainkan perannya. (Eka
Gandra, Bagi Masa Depan Teater) Kemampuan Vokal bagi seorang aktor adalah syarat utama agar bisa memainkan
peran dengan baik. Dengan laku vocal, pemeran dituntut untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata.
Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi aktor, merupakan media penyampai informasi melalui
dialog. Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya. Dan
hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran dalam menyampaikan dialog. Pencapaian
dalam materi ini adalah menciptakan aktor dengan perangkat vokalnya yang efektif dan elastis sehingga mampu
menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu menampilkan variasi-variasi suara
dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal. Melalui vokal
seorang aktor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatic shingga mampu menggugah
imajinasi dan empatik penonton. Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena
merupakan sumber tenaga penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernapasan kita menjadi stabil dan
efektif dalam menunjang pembentukan suara. (Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater) Dilakukan dengan sikap
berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah betul-betul lemas aturlah napas
seenak mungkin. Tarik napas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan => himpun napas pada diafragma dalam tempo
yang sama dengan waktu menarik napas => hembuskan perlahan sama seperti menarik napas, kemudian tahan
kembali dalam tempo yang sama dengan menarik napas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama =>
kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari, semakin lama tempo
hitungan diperlambat sesuai dengan kemampuan yang dicapai. Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat
menghembuskan napas. Pada latihan pertama biarlah dulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada
yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi. Usahakan agar setiap napas yang keluar benar benar memproduksi
suara sehingga tidak over. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat
dengan gerakan dasar yang mudah saja. Pengucapan Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan
alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan
penggunaan tenaga efektif dan terkontrol. Alat-alat tersebut antara lain: - Bibir Sangat berperan dalam membentuk
huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir
berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik
semaksimal mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap
diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada bentuk bunyi I,
bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan
tempo membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan
dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulangulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan. - Lidah Lidah sangat
berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan lainnya. Lidah yang lincah akan dapat
menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas. Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat
kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan lincah tetapi juga mempunyai kemampuan seseorang yang
mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan lidah: - Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang
- Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian menjulurkannya untuk membuat
gerakan berupa lingkaran. - Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada
gigi serri bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang. - Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr,
Trerrrrrrrrrrrr. - Rahang Membantu pembentukan rongga mulut. Lakukan latihan-latihan seperti ini: - Tutup dan buka
mulut selebar mungkin, berulang-ulang. - Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah
dalam/ leher lalu tutup mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang
semakin cepat. - Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri. - Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke

kanan dan ke kiri. - Ucapkan dalam satu helaan napas hitung berapa pengulangan bunyi: wawawawawawawawa,
yayayayayayayayayaya - Langit-langit Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian
penting dalam pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding
resonator pada rongga mulut. Latihan: - Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang
bawah tetapi bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula. - Tutup mulut dalam keadaan rapat,
kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat
dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan
pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan membaca dialog. Bacalah dengan volume yang
sedang dan rasakann pula dorongan napas diafragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang dirasakan
paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada, mulut atau hidung. Pembentukan Suara Napas yang keluar melalui
Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dank arena getaran itu timbulah suara. Namun
demikian suara tersebut baru akan terdengar baik bilamana terlah beresonansi pada salah satu resonator, baik
rongga mulut, rongga hidung atau rongga dada. Misalnya, kalau bentuk rongga mulut bulat maka suara yang
diproduksinya akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut ditarik melebar kesamping maka suara yang diproduksi
akan terdengar cempreng. Seorang aktor harus lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah
texture dan warna suara yang sesuai dengan peran yang dimainkannya. Seorang aktor juga harus bisa mengolah
beberapa warna vokal sesuai tuntutan scenario, seperti: - Menaikkan dan menurunkan volume suara. - Meninggikan
dan merendahkan frekwensi nada bicara. - Mengatur atau mengolah tempo pengucapan. - Mengatur atau mengolah
warna dan texture suara. Latihan 1: - Tariklah napas dan keluarkan seperti angina. - Tariklah napas dan keluarkan
seperti suara angina itu sendiri, rasakan efek napas tersebut pada langit-langit atas mulut, lidah dan
pembentukannya. - Tariklah napas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan bagaimana
kandungan napas dan suara yang keluar. - Tariklah napas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara itu
menyerupai angina. - Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens. Latihan 2 : - Tariklah napas dan
keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan harimau, ajah, anjing, kucing dan lain sebainya). Tariklah napas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung, ayam, bebek, dan lain
sebagainya). - Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens. Latihan 3 : - Cobalah kata-kata apa saja dari
mulut. - Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut. - Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan
alami dan bertahap lewat vibrasi yang volumenya di tambah. - Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku
perannya (how old I am: rasakan sensasi-sensasi usia yang ditiru pada teknik suara). - Cobalah acting dengan teks. Hindari ketegangan-ketegangan. Berikut ini catatan-catatan yang dibuat oleh Frans Marajinen dari Institut des Arts
Spectaculaires (INSAS) di Brussell selama kursus yang diadakan oleh Jerzy Grotowsky dan sahabatnya, Ryszard
Cieslak, pada tahun 1966. Dengan membandingkan latihan-latihan tahun 1959-1962, memang ada perubahan yang
dapat dicatat yakni dalam orientasi dan objek latihan yang merupakan hasil kerja beberapa tahun sebelumnya.
Dalam pengantarnya, Grotowsky menjelaskan bahwa hubungan antar penonton dan aktor adalah penting. Dengan
dasar pemikiran ini, dia memulai pelajaranya dengan semboyan: Inti teater adalah aktor, perbuatan-perbuatannya,
dan apa yang dapat ia capai. Skema pelajarannya dan pelbagai macam latihan adalah didasari atas pengalaman
secara metodik menuju kepada teknik-teknik aktor dan kehadirannya secara fisik di atas panggung. Latihan-latihan
Vokal Untuk memulainya, Grotowski membuat beberapa tanda tentang sikap yang disesuaikan dengan kerja
seseorang. Ia minta keterangan yang mutlak kepada siapa saja yang hadir dalam ruangan, baik aktor maupun
penonton. Ketawa haruslah ditahan pada bagian permulaan latihan nampak seperti permainan sirkus. Mereka yang
tidak biasa dengan metode tersebut hendaknya menerima impresi ini, tapi secepatnya orang akan memahami
apabila ia telah menghadiri beberapa latihan dan melihat hasil yang dicapai. Penonton dalam hal ini adalah mereka
yang tidak ambil bagian aktif dalam latihan, dan mereka harus tidak terlihat dan tidak terdengar oleh murid-murid.
Stimulasi atas Suara Setiap aktor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan
dengan teks itu ia boleh berteriak. Latihan ini dilakukan secara serempak. Sementara itu Grotowski berjalan keliling
diantara mereka, sekali-sekali meraba dada, punggung, kepala atau perut si murid ketika ketika ia sedang membaca.
Tidak satu bagianpun yang terlewat dari perhatian Grotowski. Setelah latihan ini selesai, dia menununjuk empat
orang. Yang lain kembali ketempat duduknya masing-masing untuk melihat perkembangan teman-temannya. Mereka
tidak boleh bersuara. Grotowski menempatkan satu orang di tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan
suara yang secara berangsur-angsur ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali dengan mantap, langitlangit seakan-akan tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara. Kepala jangan terkulai kebelakang sehingga
menyebabkan laring tertutup. Melalui echo langit-langit menjadi kawann berdialog yang akan mengambil bentuk
pertanyaan maupun jawaban (selama latihan Grotowski memimpin murid-muridnya dengan aba-aba tangan,
mengelilingi ruangan). Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan tembok, juga secara improvisasi. Di sinilah bukti
bahwa echo adalah jawaban. Seluruh badan merespons terhadap echo . Suara asli masuk dan keluar melalui dada.
Kemudian suara ditempatkan di perut. Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan lantai. Kedudukan badan:
seperti seekor sapi gemuk Catatan: Grotowski menekankan bahwa selama latihan pikiran harus dikosongkan.
Murid-murid membaca teks tanpa berpikir dan tanpa pause. Grotowski akan menyetop setiap kali ia melihat ada

murid sedang berpikir dalam latihan. Suara latihan diperlihatkan, secara berurutan: 1. Suara kepala (menghadap
kelangit-langit). 2. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya) 3. Suara occipital (menghadap langitlangit tepat di atas aktor). 4. Suara dada (diproyeksi di depan aktor) 5. Suara perut (menghadap kelantai) Suara
keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas aktor); the small of the back (menghadap ke
dinding di samping aktor); bagian lumbar (menghadap kelantai, dinding dan ruang disampingnya) Grotowski tidak
membiarkan aktor beristirahat sebentarpun. Ketika aktor sedang membaca, ia berkeliling membaca stimulasi dan
mremas bagian tertentu badan murid, sehingga melepaskan impuls-impuls yang terbawa oleh suara. Ritme latihan
sangan cepat. Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vokal saja. Suatu latihan relaxation
terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas dari tensi. Murid harus secara tetap
menyadari bahwa echo harus selalu ditangkap. Sungguh menakjubkan bagaimana Cieslak pemain utama dan teman
dekat Grotowski selalu memberikan contoh dan melihat banyak latihan serta mengikuti perkembangan murid-murid
dengan penuh latihan. Latihan Macan Latihan ini untuk membuat si aktor secara penuh tampil dan dalam waktu
yang bersamaan, menyusun suara parau dalam acting. Grotowski ikut serta dalam latihan ini. Ia memainkan seekor
macan yang sedang menyerang mangsanya. Murid-murid (mangsanya) bereaksi, meraung seperti macan. Itu
bukanlah sekedar meraung. Suaranya haruslah didasarkan pada teks, dan mempertahankan terus seperti itu adalah
penting sekali dalam latihan ini. Grotowski : Sini, lebih dekat teksteriak saya adalah seekor macan, bukan
kau. Saya akan menelan kau. Dalam hal ini ia mendorong murid-murid untuk memasuki permainan secara
penuh. Sungguh hebat bagaimana murid-muridnya kemudian mengikuti latihan ini. Sekarang semua perasaan malumalu menjadi lenyap. Kekurangannya hanyalah karena belum terbiasa dengan teks, dan memang dalam improvisasi,
kata-kata tidak timbul secara mudah. Tiba-tiba Grotowski menginterupsilatihan (tidak disadari beberapa murid dalam
hal ini menunjukan bahwa mereka benar-benar secara total adalah jelas dimaksudkan untuk mengistirahatkan
organ-organ suara. Grotowski menganggap bahwa vokal relaxation adalah sangat penting , terutama bagi mereka
yang berlatih untuk pertama kalinya. Organ-organ ini suara belum terbiasa digunakan dengan cara iin. Cara
pendidikan Grotowski yang keras nampak dalam kenyataannya bahwa murid-murid mengalami kesulitan menahan
latihan. Mereka tidak memperhatikan penonton yang mana hal itu merupakan suatu yang luar biasa dalam
keseluruhan proses latihan. Latihan Kingkong Inti dari latihan ini adalah mengulang-ulang ucapan kata King pada
nada yang sangat tinggi dan tempo yang sangt cepat, dengan seluruh rentetan variasi dari nada rendah ke nada
tinggi. Akhirnya suara ke luar dari occiput yang sementara adalah Grotowski memperoleh hasil yang luar biasa
dengan improvisasi kata ini pada nada yang lebih tinggi. Setelah kira-kira lima menit, atas petunjuk Grotowski, muridmurid mencapai skala vokal yang tinggi dan nampak bagi mereka sebagai sesuatu yang baru. Kami mendapatkan
keadaan itu karena banyak wajah-wajah murid yang nampak surprise. Latihan La-La Latihan dimulai dengan
berjalan keliling serta menyanyikan la-la kemudian Grotowski merebahkan diri, terlentang diri, terlentang di atas
lantai. Lalu la-la di ulang dengan menghadap ke langit-langit, dinding dan lantai sebagai alternatip suara kepala,
perut dan dada. Grotowski berpesan agar mereka melonggarkan perut dan mendorong resonator yang terletak di
perut. Setelah latihan ini, murid-murid tetap terlentang di atas lantai untuk beberapa saat, istirahat secara penuh.
(Catatan: Hasilnya sunggu luar biasa. Bahkan setelah pelajaran pertama suara murid-murid bisa mencapai intonasi
yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka dapat mereka miliki). Grotowski memulai lagi dengan serangkaian
latihan-latihan sama seperti yang diberikan kepada murid yang pertama. 1. Simulasi vokal keluar dari resonatorresonator yang berbeda 2. Suara kepala (menghadap kelangit-langit). 3. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara
di hadapannya) 4. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas aktor). 5. Suara dada (diproyeksi di depan
aktor) 6. Suara perut (menghadap kelantai Suara-suara yang keluar dari: a. sepasang bahu (menghadap kelangitlangit di samping aktor) b. the small of the back (menghadap dinding disamping aktor) c. the lumber region
(menghadap lantai, dinding dan ruangan di sampingnya) Latihan Berikutnya Meong kucing dengan daya
penyampaian yang paling luas dari: a. Intonasi b. nuanasa-nuansa c. pitch Tiba tiba grotowski kembali
kepembicaraan teks secara normal/ biasa Macan Ekspresi suara dalam bentuk ruangan macan. Ada tanda-tanda
kemajuan yang nampak kalau dibandingkan dengan yang sebelumnya. Latihan vokal sekarang dibarengi dengan
gerak mengendap-endap, jumpalitan dan mencakar-cakar. Grotowski tidak ragu-ragu mempelajari dari pengalaman
tentang kebutuhan murid-murid sehingga memungkinkan penyerahan diri mereka secara penuh dalam latihan. C.
JIWA Jiwa Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada energi yang
sudah dimiliki oleh si aktor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan tertentu. Usaha memfokuskan
energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia
mampu menentukan pilihan-pilihan aksi selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya. Konsentrasi Pengertian :
konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi, kepekaan si aktor dapat mengalir bebas
menuju satu titik atau bentuk tertentu. Persiapan seorang aktor Seorang aktor harus punya pusat perhatian
(konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak berada di tengah tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian,
makin sanggup ia memusatkan perhatian. Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang
sedang dan yang jauh, terlebih dahulu anda harus belajar bagaimana caranya memandang dan melihat bendabenda di area set. Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner. Kehidupan

abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia sangat rapuh. Seorang aktor
harus juga seorang pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas pentas atau sebuah film, tapi juga dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia harus memusatkan pikirannya pada segala yang menarik
perhatiannya . Ia harus memandang sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak,
maka seluruh metode kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan.
Umumnya orang tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikna wajah, sorotan mata seseorang dan nada suara
untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka. Mereka tidak bisa secara aktif memahami kebenaran
kehidupan secara kompleks dan juga tidak sanggup mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat
memahami apa yang mereka dengar. Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih
mudah dan kerja kreatif mereka akan lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam. Tapi kita tidak bisa memaksakan pada
seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya yang dimilikinya saja yang bisa ia kembangkan. Bagaimana
cara untuk mencapai ini? Pertama, aktor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah.
Kebiasaan itu akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan meninggalkan jejak-jejak yang
dalam pada ingatan emosi mereka. Ambil sekuntum bunga kecil atau selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan
dengan katapkata tentang seluk beluk, tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui proses kreatif
ini, lalu anda mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan dan dijadikan landasan bagi
kreativitas selanjutnya. Kesan-kesan yang diperoleh dari hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya.
Hubungan ini dapat diperoleh hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang tidak bisa dilihat secara
inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam tarikan wajah, mata, suara dan cara kita bicara dan menggerakan
tangan. Tapi sungguhpun begitu, bukanlah hal yang mudah untuk menangkap apa yang terkandung dalam diri orang
lain, Karena biasanya orang tidak selalu membukakan pintu hatinya dan membiarkan kita melihat mereka dan
baimana mereka sebenarnya. Makna-makna seperti itu melekat pada pola perilaku yang mengenali dan mampu
memanfaatkan aspek perilaku ini secaraefektif. Seorang aktor dituntut untuk dapat memerankan setiap kegiatan
disetiap situasi. Tiap karakterpun harus terindividualisasikan dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai
tambahan, tiap karakter yang diperankan seharusnya mempunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah
masyarakat. Perilaku luar sebuah rancangan harus ditempatkan semata-mata melalui bagian luar karakternyasaja
dari harus memiliki arti yang mendalam. Terakhir, aktor harus bisa mengontrol kecenderungan bahasa non
verbalnya yang mungkin saja tidak cocok dengan karakter yang diperankannya. Observasi dan Empati Observasi
atau mengamati berarti tanggap akan hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan. Tentang masyarakat, tempat, objek
dan segala situasi yang menambah kedalaman tingkat kepekaan seorang aktor. Ketika mengamati orang-orang aktor
seharusnya membuat catatan-catatan ini bisa menjadi dasar karakter yang akan ditemukannyadimasa dating. Ini
dapat membantu saat dibutuhkan untuk menciptakan sebuah karakter lengkap dalam sebuah struktur permainan.
Sekali sebuah karakter mendarah daging dalam diri sang aktor, hubungan langsunga dapat terjadi antara aktor dan
penonton. Penonton merasakan apa yang diperankan oleh sang aktor. Sebagai contoh, saat seorang teman
kehilangan seseorang yang dicintainya, respons empatinya adalah kita ikut merasakan penderitaannya. Kekuatan
suskes dari pengamatan (observasi) adalah gabungan antara empati dan perhatian intelektual. Ini artinya seorang
aktor harus mengembangkan sesitifitas pada indera: melihat, menyentuh, mencium, mendengar, dan merasakan.
Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam aktifitas keseharian adalah sangat penting. Untuk mengamati secara
benar seseorang harus dapat meraksan dan mengkatagorikan inderanya. Jadi, indera (senses), perasaan (feelings),
dan pengamatan (observation) bergabung menjadi suatu mata rantai sebagai alat pembentuk sebuah karakter.
Seorang aktor harus menggunakan kekuatan observasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mempelajari
karakter manusia dalam berjalan, gesture, berbicara dan duduk yang nantinya dapat ditiru saat berada di atas
panggung.U 2. ntuk menstimulasi kreatifitas imajinasi. 3. Untuk menggabungkan beberapa kualita yang dapat
dipelajari saat mengamati bintang. Keanggunan seekor kucing adalah salah satu contoh dari karakter binatang. Aksi
dan Emosi Pengertian: Emosi adalah segala aktivitas yang mengekspresikan kondisi disini dan sekarang dari
organisme manusia dan ditujukan ke arah duniannya di luar. Emosi timbul secara otomatis dan terikat dengan aksi
yang dihasilkan dari konfrontasi manusia dengan dunianya. Aktor tidak menciptakan emosi karena emosi akan
muncul dengan sendririnya lantaran keterlibatannya dalam memainkan peran sesuai dengan naskah. Motivasi
Pengertian :Peran apapun yang anda mainkan harus memiliki tujuan dan motivasi. Dalamus keadaan bagaimanapun
adalah mustahil untuk melakukan sesuatu yang secara langsung diarahkan untuk mencetuskan suatu perasaan demi
perasaan itu sendiri. Kalau hal ini tidak diindahkan, maka anda tidk akan memperoleh apapun. Hanya kedangkalan
saja. Jika kita memilih suatu tindakan atau perbuatan jangan menggunakan perasaan dan bathin anda. Jangan
mencoba memperlihatkan aksi cemburu atau menyatakan cinta, semata hanya untuk kepentingan perasaan itu aja.
Semua perasaan itu adalah akibat dari sesuatu yang terjadi sebelumnya. Cobalah ingat kejadian sebelumnya itu
dalam-dalam dan hasilnya akan datang sendiri. Penggambaran nafsu yang palsu, yang menggunakan gerakangerakan konvensional, semuanya ini merupakan kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi. Tips: Anda harus mampu
bermain sesuai dengan pengkhayatan anda sendiri terhadap tokoh, penggambaran artistic dari realita dunia actual
kedalam dunia imajinasi. Untuk memperoleh hubungan antara aktor dan tokoh yang digambarkan, anda harus

mendekatkan pada sumber-sumber yang dekat dengan perasaan dan batin kita sendiri. Jika hal ini bisa dicapai,
maka kita akan merasakan dorongan dan rangsangan dari dalam. Dorongan ini akan mengutarakan dirinya sendiri
dalam aksi si tokoh imajiner yang telah ditempatkan di tengah-tengah permainan lakon. Mainkanlah dan anda akan
menciptakan kehidupan baru. Kita akan dibawa kedunia bawah-sadar, menyadari hal-hal dalam permainannya yang
sebelumnya tidak disadari sama sekali. Ini merupakan rangsangan dunia bawah-sadar yang kreatif yang paling
pokok adalah anda telah memainkan dunia bawah sadar kreatif melalui teknik yang disadari. Setelah ini bisa
disatukan dalam pikiran dan imajinasi, barulah anda bisa menciptakan dunia baru dan mulai memainkannya dengan
penuh motivasi dan rasa kebenaran artistic. Dibalik kata-kata, kita memasukan pikiran kita dalam karakter toloh
kehidupannya. Lalu kita filter melalui diri kita sediri seluruh bahan yang kita peroleh dari pengarang dn sutradara.
Bahan ini menjadi bagian dari diri kita, baik dalam pengertian spiritual dan fisik, emosi kita jujur dan sebagai hasil kita
memperoleh aktivitas yang betul-betul produktif, semuanya berjalin dengan implikasi sebuah lakon. Imajinasi:
Imajinasi adalah suatu cara bagi seorang aktor untuk mendekati pikiran dan perasaan karakte yang akan dimainkan
sehingga dia dapat menempatkan dirinya dalam situasi si karakter. Metode ini merupakan proses imajinasi dimana di
aktor melakukan identifikasi dengan karakter tokohnya. Di setiap identifikasi dengan karakter tokohnya, si aktor harus
melihat pengalaman hidupnya dan pengalaman hidup yang paling relevan untuk ditransver ke pengalaman hidup
yang dimiliki si karakter. Si aktor harus mampu menyelidiki asal mula dirinya sendiri untuk dapat tulus dan jujur pada
realita eksistensi dirinya yang baru. Imajinasi menciptakan hal-hal yang mungkin ada atau mungkin terjadi,
sedangkan fantasi membuat hal-hal yang tidak ada, yan tidak pernah ada. Tapi siapa tahu, suatu hari kesemuanya
itu mungkin ada. Bagi seorang aktor, proses kreatif ini dipimpin oleh imajinasinya. Pertama, anda memaksa imajinasi
anda, padahal sebetulnya anda harus membujukny. Lalu, anda coba merenung tanpa suatu objek yang menarik
bagimu. Kesalahan yang ketiga adalah pikiran anda pasif. Dalam imajinasi, aktifitas yang intens sangatlah penting.
Awalnya datang gerakan dari dalam, kemudian gerakan luar. Sebelum sutradara memberikan pengarahan dan
latihan, anda harus memiliki catatan mengenai gambaran tokoh dan tempat yang akan dijadikan area latihan. Lalu
anda harus memiliki suatu gasi gambaran yang batin yang kuat. Imaji-imaji bain ini akan menciptakan suasana yang
sesuai dan mencetuskan emosi, sambil menjaga supaya kita tetap berada dalam batas-batas lakon itu.
Mengembangkan imajinasinya Pertama-tama coba ceritakan tentang kehidupan sehari-hari terhadap pengalaman
yang paling sensitive. Apa yang paling mudah untuk merangsang perasaanmu, rasa takut dan gembira anda. Jika
anda mengetahui betul seluk beluk sifat-sifat anda sendiri maka bagi anda tidak akan sulit untuk
mengadaptasikannya ke dalam keadaan imajiner. Karena itu, paparkan beberapa sifat khas, kualitas, perhatian, yang
khas yang anda miliki. Anda harus bisa menjawab (kapan, dimana, kenapa, bagaimana) yang anda ajukan sendiri
tatkala ia mendorong kesanggupannya untuk menemukan sesuatu yang baru guna membuat gambaran yang lebih
jelas dari sebuah kehidupan pura-pura. Kadang-kadang ia tidak perlu melakukan semua usaha intelektual dan
disadari ini. Imajinasinya mungkin bekerja secara intuitif. Sebuah pendekatan secara sadar dan dengan akal pada
imajinasi seringkali menghasilkan suatu perasaan hidup palsu yang tak berdarah. Seni acting menghendaki supaya
seluruh harkat seorang aktor terlibat secara aktif, supaya ia menyerahkan dirinya, baik bathin maupun lahir, kepada
peran yang ia mainkan. Anda harus merasakan tantangan untuk berbuat, baik secara fisik maupun secara
intelektual, karena imajinasi yang tidak punya substansi. DAFTAR PUSTAKA Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain
Drama, CV Rosda, Bandung. Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005. Iman Sholeh & Rik Rik
El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Jogjakarta, 2005. - See more at:
http://www.mahanani.web.id/2012/06/latihan-theather.html#sthash.ij8dA5lb.dpuf.... Baca Selengkapnya di
: http://www.mahanani.web.id/2012/06/latihan-theather.html
Copyright www.mahanani.web.id Media Belajar

Anda mungkin juga menyukai