Anda di halaman 1dari 26

Olah Vokal

SUARA

Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena kedudukan

suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri kita sebagai seorang

pemain (actor). Pengertian ‘penguasaan diti secara utuh’ menuntut suatu keseimbangan seluruh aspek serta

alat-alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi, perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi

dalam dari seni acting, maupun yang menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan

akan menghasilkan ketimpangan.

Pernafasan Diafragma

Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap nafas, hanya bagian inilah yang tegang.

Kemudian otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu mengempis saat nafas

dihembuskan kembali.

Posisi diaphragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernafasan melalui diaphragma inilah

yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak mengakibatkan ketegangan pada

peralatan pernafasandan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk pembentukan volume

suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat ita menahan nafas otot-otot diaphragma tersebut

tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernafasan ini sangat

baik dalam usaha menghimpun “tanaga dalam” yang mengolah vibrasi, karena pernafasan diaphragma akan

memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan.

Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernafasan bisa dilakukan dengan berbagai cara,

dari cabang-cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun. Namun ada beberapa

catatan penting yang harus dilakukan untuk tujuan pernafasan dalam pemeranan (acting), yaitu:

Latihan 1.

– Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi tersebut, rasakan tubuh betul-betul rileks.

– Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran kea rah telapak kaki kita, ke ujung-ujung

jari, rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi terisi udara, engsel-engsel lututpun

terisi udara biarkanlah tulang paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi satu dengan tulang-

tulang. Bayangkan sendi-sendi pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi
memberatkan kaki. Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan

tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai

rahang disamping telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian

atas mulut, rahang menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh. Biarkan

wajah kita terasa berat pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata seluruhnya rileks.

– Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah nafas secara penuh untuk merasakan sensasi-sensasi

yang terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat pernapasan yang alami itu. Ulangi itu terus menerus

dengan intens.

Latihan 2

– Waspadai bahwa ditengah kediaman tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan sebuah kondisi yang

mudah untuk jatuh apabila nafas keluar dan masuk dari tubuh, rileks bukan berarti tidak ada control

terhadap tubuh namun control sering kali membuat kita justru menjadi tegang, jadi pernafasan yang

berlangsung alami adalah citra dari rileks itu sendiri.

– Tariklah nafas secara mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk merasakan

dorongan nafas pada diaphragma.

– Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat dan keluar

kembali, senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita hisap

tersebut.

– Pada saat merasakan udara yang masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan penghayatan pada

udara tersebut, rasakan rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun keperut dengan

emosi yang selalu terjaga (konsentrasi).

– Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan

bahwa saat latihan kita adalah bagian alam semesta ini.

– Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-ketegangan, biarkan seluruhnya bergerak

secara alami dan teratur

Olah Vokal
Vokal (Suara) dan Spech (ucapan) amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama, menurut

MAURIZE ZOLOTOV merupakan bagian dari isyarat ataupun symbol, menurutnya ada kalimat Emosional

untuk menyatakan perasaan dan ada pula kata-kata yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai

kekuatan.

Menurut Henning Nelms tentang Spech ada lima :

1. Menyalurkan kata-kata Drama kepada penonton.

2. Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.

3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan missal : Tentang umur, kedudukan social,

jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan.

4. Mengendalikan perasaan penonton.

5. Melengkapi variasi.

Tahap Pertama

Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu tahan, kemudian

hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang.

Tahap Kedua.

Hisap udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu tahan salurkan ke

rongga Dada, keluarkan melalui mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan sebaliknya, apabila tahap sudah

dapat dilakukan bisa dilakukan dengan memainkan variasi pernapasan.

Tahap ketiga

Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini dilakukan berulang kali.

Tahap keempat.

Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan melalui teriakan.

Latihan Olah Vokal melalui latihan Spech (ucapan)


1. Diksi

Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi kualitas

kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan jelas membedakan

antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.

Cobalah :

1. p—– p—– p——

pp—- pp—- pp—–

ppp– ppp– ppp—-

pppp- pppp- pppp–

ppppp bbbbb ppppp

2. b—– b—– b——

bb—- bb—- bb—–

bbb– bbb– bbb—-

bbbb- bbbb- bbbb–

bbbbb ppppp bbbbb

(tanda garis hubung merupakan ketukan jarak)

Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak usah

lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja.


Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas terbedakan.

Gerakan bibir merupakan sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk memperoleh hal

itu maka gerazkan bibir sebanyak mungkin. Aktifkan gerakan bibir.

2. Tekanan

Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan dengan mengubah tempo dan

volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi kesan suara ribut.

Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara cepat itu bisa dihilangkan

dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula – mula mengucapkan serentetan kata atau atau

kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian

berulang-ulang dilakukan.

Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata dengan lemah dalam

saaatu kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan memberi sedikit jeda

sebelum dan sesudahnya.

Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan perubahan tiba-tia pada nada serta

volumenya.

3. Bentuk Ucapan

Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan dibangunlah : (1)

volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.

Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik membangun

dengan satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga unsure sekaligus.

4. Memuncak

Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang

disebuttopping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam volume,

jarak, dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut latihan,

sebab pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka satu penanjakan

agi sudah tidak mungkin.

Olah Vokal
Sebagai media ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling pokok. Bagaimana

produksi suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika actor tekun melatih

perangkat suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih mudah dalam memainkan perannya.

(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)

Kemampuan Vokal bagi seorang actor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran dengan baik. Dengan

laku vocal, pemeran dituntut untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang nyata.

Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi actor, merupakan media penyampai informasi

melalui dialog. Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh

dan lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan pemeran dalam menyampaikan

dialog.

Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan actor dengan perangkat vokalnya yang efektif dan elastis

sehingga mampu menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga mampu

menampilkan variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-hari, tetapi tanpa

kehilangan kesan teaterikal.

Melalui vocal seorang actor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa dramatic shingga

mampu menggugah imajinasi dan empatik penonton.

Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena merupakan sumber tenaga

penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernafasan kita menjadi stabil dan efektif dalam

menunjang pembentukan suara.

(Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)

Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-lemasnya, setelah

betul-betul lemas aturlah nafas seenak mungkin. Tarik nafas perlahan sekali (lima detik) lalu tahan =>

himpun nafas pada diaphragma dalam tempo yang sama dengan waktu menarik nafas => hembuskan

perlahan sama seperti menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang sama dengan menarik

nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo yang tetap sama => kemudian tarik dan seterusnya berulang-

ulang. Latihan ini hendaknya dilakukan setiap hari, semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai

dengan kemampuan yang dicapai.

Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat menghembuskan nafas. Pada latihan pertama biarlah

dulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Usahakan agar setiap nafas yang keluar benar –benar memproduksi suara sehingga tidak “over”. Agar ada
variasi dan tidak membosankan, gerakan tubuh anda seperti seorang pesilat dengan gerakan dasar yang

mudah saja.

Pengucapan

Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik,

akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan tenaga efektif dan

terkontrol.

Alat-alat tersebut antara lain:

Ø Bibir

Sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan membentuk mulut

dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat

menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir

membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah

pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke

samping sehingga mulut nampak pipih. Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan tempo

membentuk lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan

dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE

berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan pernapasan.

Ø Lidah

Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan lainnya.

Lidah yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas. Latihan-latihan

dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan lincah tetapi juga

mempunyai kemampuan seseorang yang mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan

lidah:

– Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang

– Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian menjulurkannya

untuk membuat gerakan berupa lingkaran.

– Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada gigi serri

bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang.

– Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.


Ø Rahang

Membantu pembentukan rongga mulut.

Lakukan latihan-latihan seperti ini:

– Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.

– Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu tutup

mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang semakin cepat.

– Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.

– Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.

– Ucapkan dalam satu helaan nafas hitung berapa pengulangan

bunyi: wawawawawawawawa, yayayayayayayayayaya

Ø Langit-langit

Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting dalam pembentukan

suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding resonator pada rongga

mulut. Latihan:

– Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi bibir tetap

rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula.

– Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N,

NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.Setelah

seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba

dengan membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan rasakann pula dorongan nafas

diaphragma, arahkan pembentukan suara ke resonator yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga

resonator dada, mulut atau hidung.

Pembentukan Suara
Nafas yang keluar melalui Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dank arena

getaran itu timbulah suara. Namun demikian suara tersebut baru akan terdengar baik bilamana terlah

beresonansi pada salah satu resonator, baik rongga mulut, rongga hidung atau rongga dada. Misalnya, kalau

bentuk rongga mulut bulat maka suara yang diproduksinya akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut

ditarik melebar kesamping maka suara yang diproduksi akan terdengar ‘cempreng’. Seorang actor harus

lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah texture dan warna suara yang sesuai

dengan peran yang dimainkannya.

Seorang actor juga harus bisa mengolah beberapa warna vocal sesuai tuntutan scenario, seperti:

– Menaikkan dan menurunkan volume suara.

– Meninggikan dan merendahkan frekwensi nada bicara.

– Mengatur atau mengolah tempo pengucapan.

– Mengatur atau mengolah warna dan texture suara.

Latihan 1:

– Tariklah nafas dan keluarkan seperti angina.

– Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara angina itu sendiri, rasakan efek nafas tersebut pada langit-

langit atas mulut, lidah dan pembentukannya.

– Tariklah nafas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan bagaimana

kandungan nafas dan suara yang keluar.

– Tariklah nafas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara itu menyerupai angina.

– Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.

Latihan 2 :

– Tariklah napas dan keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan harimau, ajah, anjing,

kucing dan lain sebainya).


– Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung, ayam, bebek, dan

lain sebagainya).

– Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.

Latihan 3 :

– Cobalah kata-kata apa saja dari mulut.

– Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut.

– Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan alami dan bertahap lewat vibrasi yang volumenya di tambah.

– Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku perannya (how old I am: rasakan sensasi-sensasi usia

yang ditiru pada teknik suara).

– Cobalah acting dengan teks.

– Hindari ketegangan-ketegangan.

Berikut ini catatan-catatan yang dibuat oleh Frans Marajinen dari “Institut des Arts Spectaculaires” (INSAS) di

Brussell selama kursus yang diadakan oleh Jerzy Grotowsky dan sahabatnya, Ryszard Cieslak, pada tahun

1966.

Dengan membandingkan latihan-latihan tahun 1959-1962, memang ada perubahan yang dapat dicatat

yakni dalam orientasi dan objek latihan yang merupakan hasil kerja beberapa tahun sebelumnya.

Dalam pengantarnya, Grotowsky menjelaskan bahwa hubungan antar penonton dan actor adalah penting.

Dengan dasar pemikiran ini, dia memulai pelajaranya dengan semboyan: “Inti teater adalah actor,

perbuatan-perbuatannya, dan apa yang dapat ia capai”. Skema pelajarannya dan pelbagai macam latihan

adalah didasari atas pengalaman secara metodik menuju kepada teknik-teknik actor dan kehadirannya

secara fisik di atas panggung.

Latihan-latihan Vokal

Untuk memulainya, Grotowski membuat beberapa tanda tentang sikap yang disesuaikan dengan kerja

seseorang. Ia minta keterangan yang mutlak kepada siapa saja yang hadir dalam ruangan, baik actor
maupun penonton. Ketawa haruslah ditahan pada bagian permulaan latihan nampak seperti permainan

sirkus. Mereka yang tidak biasa dengan metode tersebut hendaknya menerima impresi ini, tapi secepatnya

orang akan memahami apabila ia telah menghadiri beberapa latihan dan melihat hasil yang dicapai.

Penonton dalam hal ini adalah mereka yang tidak ambil bagian aktif dalam latihan, dan mereka harus “tidak

terlihat dan tidak terdengar” oleh murid-murid.

Stimulasi atas Suara

Setiap actor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan dengan teks itu ia

boleh berteriak.

Latihan ini dilakukan secara serempak. Sementara itu Grotowski berjalan keliling diantara mereka, sekali-

sekali meraba dada, punggung, kepala atau perut si murid ketika ketika ia sedang membaca. Tidak satu

bagianpun yang terlewat dari perhatian Grotowski.

Setelah latihan ini selesai, dia menununjuk empat orang. Yang lain kembali ketempat duduknya masing-

masing untuk melihat perkembangan teman-temannya. Mereka tidak boleh bersuara.

Grotowski menempatkan satu orang di tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan suara yang secara

berangsur-angsur ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali dengan mantap, langit-langit

seakan-akan tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara. Kepala jangan terkulai kebelakang

sehingga menyebabkan laring tertutup. Melalui echolangit-langit menjadi kawann berdialog yang akan

mengambil bentuk pertanyaan maupun jawaban (selama latihan Grotowski memimpin murid-muridnya

dengan aba-aba tangan, mengelilingi ruangan). Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan tembok, juga

secara improvisasi. Di sinilah bukti bahwa echo adalah jawaban. Seluruh badan merespon terhadap echo .

Suara asli masuk dan keluar melalui dada.

Kemudian suara ditempatkan di perut. Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan lantai. Kedudukan

badan: “seperti seekor sapi gemuk”

Catatan: Grotowski menekankan bahwa selama latihan pikiran harus dikosongkan. Murid-murid membaca

teks tanpa berpikir dan tanpa pause. Grotowski akan menyetop setiap kali ia melihat ada murid sedang

berpikir dalam latihan.


Suara latihan diperlihatkan, secara berurutan:

1. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).

2. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)

3. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).

4. Suara dada (diproyeksi di depan actor)

5. Suara perut (menghadap kelantai)

Suara keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas actor); the small of the

back (menghadap ke dinding di samping actor); bagian lumbar (menghadap kelantai, dinding dan ruang

disampingnya)

Grotowski tidak membiarkan actor beristirahat sebentarpun. Ketika actor sedang membaca, ia

berkeliling membaca stimulasi dan “mremas” bagian tertentu badan murid, sehingga melepaskan impuls-

impuls yang terbawa oleh suara.

Ritme latihan sangan cepat. Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vocal saja. Suatu

latihan relaxation terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas dari tensi. Murid

harus secara tetap menyadari bahwa echo harus selalu ditangkap.

Sungguh menakjubkan bagaimana Cieslak pemain utama dan teman dekat Grotowski selalu memberikan

contoh dan melihat banyak latihan serta mengikuti perkembangan murid-murid dengan penuh latihan.

Latihan “Macan”

Latihan ini untuk membuat si actor secara penuh tampil dan dalam waktu yang bersamaan, menyusun suara

parau dalam acting.

Grotowski ikut serta dalam latihan ini. Ia memainkan seekor macan yang sedang menyerang mangsanya.

Murid-murid (mangsanya) bereaksi, meraung seperti macan.

Itu bukanlah sekedar meraung. Suaranya haruslah didasarkan pada teks, dan mempertahankan terus seperti

itu adalah penting sekali dalam latihan ini.


Grotowski : “Sini, lebih dekat …teks…teriak… saya adalah seekor macan, bukan kau…. Saya akan menelan

kau….”

Dalam hal ini ia mendorong murid-murid untuk memasuki permainan secara penuh. Sungguh hebat

bagaimana murid-muridnya kemudian mengikuti latihan ini. Sekarang semua perasaan malu-malu menjadi

lenyap. Kekurangannya hanyalah karena belum terbiasa dengan teks, dan memang dalam improvisasi, kata-

kata tidak timbul secara mudah.

Tiba-tiba Grotowski menginterupsilatihan (tidak disadari beberapa murid dalam hal ini menunjukan bahwa

mereka benar-benar secara total adalah jelas dimaksudkan untuk “mengistirahatkan” organ-organ suara.

Grotowski menganggap bahwa “vocal relaxation” adalah sangat penting , terutama bagi mereka yang

berlatih untuk pertama kalinya. Organ-organ ini suara belum terbiasa digunakan dengan cara iin. Cara

pendidikan Grotowski yang keras nampak dalam kenyataannya bahwa murid-murid mengalami kesulitan

menahan latihan. Mereka tidak memperhatikan penonton yang mana hal itu merupakan suatu yang luar

biasa dalam keseluruhan proses latihan.

Latihan “King-Kong”

Inti dari latihan ini adalah mengulang-ulang ucapan kata “King” pada nada yang sangat tinggi dan tempo

yang sangt cepat, dengan seluruh rentetan variasi dari nada rendah ke nada tinggi.

Akhirnya suara ke luar dari occiput yang sementara adalah Grotowski memperoleh hasil yang luar biasa

dengan improvisasi kata ini pada nada yang lebih tinggi. Setelah kira-kira lima menit, atas petunjuk

Grotowski, murid-murid mencapai skala vocal yang tinggi dan nampak bagi mereka sebagai sesuatu yang

baru. Kami mendapatkan keadaan itu karena banyak wajah-wajah murid yang nampak surprise.

Latihan “La-La”

Latihan dimulai dengan berjalan keliling serta menyanyikan “la-la” kemudian Grotowski merebahkan diri,

terlentang diri, terlentang di atas lantai. Lalu “la-la” di ulang dengan menghadap ke langit-langit, dinding

dan lantai sebagai alternatip suara kepala, perut dan dada.

Grotowski berpesan agar mereka melonggarkan perut dan mendorong resonator yang terletak di perut.

Setelah latihan ini, murid-murid tetap terlentang di atas lantai untuk beberapa saat, istirahat secara penuh.
(Catatan: Hasilnya sunggu luar biasa. Bahkan setelah pelajaran pertama suara murid-murid bisa mencapai

intonasi yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka dapat mereka miliki).

Grotowski memulai lagi dengan serangkaian latihan-latihan sama seperti yang diberikan kepada murid yang

pertama.

1. Simulasi vocal keluar dari resonator-resonator yang berbeda

2. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).

3. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)

4. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).

5. Suara dada (diproyeksi di depan actor)

6. Suara perut (menghadap kelantai

Suara-suara yang keluar dari:

a. sepasang bahu (menghadap kelangit-langit di samping actor)

b. the small of the back (menghadap dinding disamping actor)

c. the lumber region (menghadap lantai, dinding dan ruangan di sampingnya)

Latihan Berikutnya

Meong kucing dengan daya penyampaian yang paling luas dari:

a. Intonasi

b. nuanasa-nuansa

c. pitch

Tiba – tiba grotowski kembali kepembicaraan teks secara normal/ biasa


Macan

Ekspresi suara dalam bentuk ruangan macan. Ada tanda-tanda kemajuan yang nampak kalau dibandingkan

dengan yang sebelumnya. Latihan vocal sekarang dibarengi dengan gerak mengendap-endap, jumpalitan

dan mencakar-cakar. Grotowski tidak ragu-ragu mempelajari dari pengalaman tentang kebutuhan murid-

murid sehingga memungkinkan penyerahan diri mereka secara penuh dalam latihan.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung.

Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005.

Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM, Yogyakarta, 2005

OLAH VOKAL SENI TEATER

Oleh Rudolf Puspa

Teater Keliling - Jakarta

OLAH VOKAL

Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi aktor, merupakan media penyampai
informasi melalui dialog. Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi,
kondisi, usia tokoh dan lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan
pemeran dalam menyampaikan dialog.

Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan aktor dengan perangkat vokalnya yang efektif
dan elastis sehingga mampu menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia juga
mampu menampilkan variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan sehari-
hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal.

Melalui vokal seorang aktor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa
dramatik sehingga mampu menggugah imajinasi dan empatik penonton.

Vokal (Suara) dan Speech (ucapan) amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama,
karena merupakan bagian dari isyarat ataupun symbol. Ada kalimat Emosional untuk menyatakan
perasaan dan ada pula kata-kata yang dapat digunakan sebagai senjata mencapai kekuatan.

Speech ada lima :

1.Menyalurkan kata-kata kepada penonton.

2.Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.

3.Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan misal: Tentang umur, kedudukan
social, jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan.

4.Mengendalikan perasaan penonton.

5.Melengkapi variasi.

I. LATIHAN PERNAFASAN.

Dalam olah vokal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena merupakan sumber tenaga
penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernapasan kita menjadi stabil dan efektif dalam
menunjang pembentukan suara.

a. Pernapasan Diafragma

Posisi diafragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernapasan melalui
diafragma inilah yang dirasakan menguntungkan dalam berolah vocal, sebab tidak mengakibatkan
ketegangan pada peralatan pernapasan dan peralatan suara dan juga mempunyai cukup daya untuk
pembentukan volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat kita menahan napas
otot-otot diafragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi bagian lemah badan kita
yakni ulu hati.

Pernapasan ini sangat baik dalam usaha menghimpun “tenaga dalam” yang mengolah vibrasi,
karena pernapasan diafragma akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur
penggunaan pernapasan.

Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernapasan bisa dilakukan dengan
berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang sekalipun.
Namun ada beberapa catatan penting yang harus dilakukan untuk tujuan pernapasan dalam
pemeranan (acting), yaitu:

Latihan 1 :

- Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi tersebut, rasakan tubuh betul-betul
rileks.

- Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan rasa kearah telapak kaki kita, ke ujung-
ujung jari, rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas.

- Rasakan seluruh nadi terisi udara, engsel-engsel lutut pun terisi udara biarkanlah tulang
paha kita rileks sehingga daging dan otot-otot menjadi satu dengan tulang-tulang.

- Rasakan sendi-sendi pinggang dan tulang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi
memberatkan kaki.

- Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan punggung rileks dan tidak
usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan otot-otot seluruh tubuh dan kepala
sampai rahang di samping telinga kita rileks hingga gigi kita tidak terkunci juga lidah tidak lengket
pada bagian atas mulut, rahang menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling
menyentuh.

- Biarkan wajah kita terasa berat pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata
seluruhnya rileks.

- Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah napas secara penuh untuk merasakan
sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat pernapasan yang alami itu. Ulangi
itu terus menerus dengan intens.

Latihan 2 :

- Tariklah napas secara mendalam tanpa paksaan, kedua tangan di pundak untuk merasakan
dorongan napas pada diafragma.

- Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke pusat
dan keluar kembali, selalu rasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan dinginnya udara yang kita
hisap tersebut.

- Pada saat merasakan udara yang masuk kedalam tubuh senantiasa melakukan penghayatan
pada udara tersebut, rasakan rasa lega yang mendalam di dalam tubuh lalu hayatilah udara turun
keperut dengan emosi yang selalu terjaga (konsentrasi).

- Pada tahap ini lakukan latihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini dilakukan
berulang kali.
- Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan melalui
teriakan

- Latihanlah yang intensif, emosi terjaga, selalu merasakan bahwa saat latihan kita adalah
bagian alam semesta ini.

- Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-ketegangan, biarkan seluruhnya


bergerak secara alami dan teratur.

II. OLAH VOKAL.

1.Pengucapan

Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi
yang baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan
tenaga efektif dan terkontrol.

Alat-alat tersebut antara lain:

1.Bibir

Sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hidup dan huruf M-B-P. Latihan dengan
membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi A-I-U-
E-O. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal mungkin
kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah depan tetap
diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal. Pada
bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak pipih.

Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk lambang-lambang bunyi,
percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan dengan menyuarakan
gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MA-BA-PA, MI-BI-PI, MU-BU-PU. ME-BE-PE, MO-
BO-PO berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan juga dengan huruf mati yang lain.
Lakukan dengan diiringi latihan pernapasan.

2.Lidah

Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan
lainnya. Lidah yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas.
Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak saja lemas dan
lincah tetapi juga mempunyai kekekuatan untuk melatih seseorang yang mengalami kesulitan dalam
membentuk bunyi R dan T.

Latihan lidah:
- Menjulurkan dan menarik lidah berulang-ulang

- Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian menjulurkannya
untuk membuat gerakan berupa lingkaran.

- Tempelkan ujung pada gigi seriatas lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada gigi seri
bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang.

- Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.

3.Rahang

Latihan membantu pembentukan rongga mulut.

- Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.

- Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher lalu tutup
mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang semakin
cepat.

- Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.

- Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.

- Ucapkan dalam satu helaan napas bunyi: wawawawawawawawa, yayayayayayayayayaya

4.Langit-langit

Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting dalam
pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding
resonator pada rongga mulut.

Latihan:

- Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi bibir tetap
rapat, tekan langit-langit ke atas dan ke bawah pula.

- Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi M, B, K, N,
NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan ke bawah.

Setelah seluruh peralatan pernapasan dan peralatan pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita
mencoba dengan membaca dialog.

Bacalah dengan volume yang sedang dan rasakan pula dorongan napas diafragma, arahkan
pembentukan suara ke resonator yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga resonator dada,
mulut atau hidung.
2.latihan speech (ucapan)

a.Diksi

Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berkata, memberi
kualitas kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih agar dapat membedakan dengan
jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.

Cobalah :

1. p—– p—– p——

pp—- pp—- pp—–

ppp– ppp– ppp—-

pppp- pppp- pppp–

ppppp bbbbb ppppp

2. b—– b—– b——

bb—- bb—- bb—–

bbb– bbb– bbb—-

bbbb- bbbb- bbbb–

bbbbb ppppp bbbbb

(tanda garis hubung merupakan ketukan jarak)

Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore. Tidak
usah lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja.

Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas
terbedakan. Gerakan bibir merupakan sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas. Untuk
memperoleh hal itu maka gerakan bibir sebanyak mungkin. Aktifkan gerakan bibir.

b.Artikulasi

Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar
dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata‑
kata yang diucapkan.

Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mengakibatkan terjadinya
artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :

Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang
sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.
Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu‑waktu. Hal
ini sering terjadi pada pengucapan naskah/dialog.

Misalnya:

o Kehormatan menjadi kormatan

o Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.

Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan
sebagainya.

Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah‑olah kata
demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.

Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan

Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap pengucapan. Ucapkan
setiap huruf dengan nada‑nada tinggi, rendah, sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan
berbisik.

Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb

Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.

b. Getikulasi.

Getikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat
pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, getikulasi pun merupakan bagian dari dialog,
hanya saja fungsinya yang berbeda.

Getikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat
kadang‑kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata “Pergi !!!!” dengan kalimat “Angkat kaki dari
sini !!!”. Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk “Lalu ?” , “Kenapa ?” atau
“Tidak !” dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada
sebuah dialog.

Getikulasi harus dilakukan sebab kata‑kata yang pertama dengan kata berikutnya dalam sebuah
dialog dapat memiliki maksud yang berbeda. Misalnya: “Tuan kelewatan. Pergi!”. Antara “Tuan
kelewatan” dan “Pergi” harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud
yang berbeda.

Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata. Misalnya “Tuan
kelewatan”……. (mendapat tekanan), “Pergi….” (mendapat tekanan).

d.Intonasi.
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa
monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan‑tekanan yang
diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :

Tekanan Dinamik (keras‑lemah)

Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan‑penekanan pada setiap kata yang
memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat “Saya membeli pensil ini” Perhatikan bahwa
setiap tekanan memiliki arti yang berbeda.

- SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)

- Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)

- Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)

Tekanan nada (tinggi)

Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan


seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang
naik turun dan berubah‑ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang
tinggi rendahnya suatu kata.

Tekanan Tempo

Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering
dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan. Untuk latihannya cobalah
membaca naskah dengan tempo yang berbeda‑beda. Lambat atau cepat silih berganti.

Warna suara

Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi
warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak
muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki‑laki
dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya.

Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus
memperhatikan artikulasi, getikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara. Sebagai
latihan dapat dicoba merubah‑rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua,
pengemis, anak kecil, dsb.
3.Bentuk Ucapan

Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan
dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.

Membangun satu unsur dari keempat unsur di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik
membangun dengan satu unsur, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau tiga
unsur sekaligus.

4.Memuncak

Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut
topping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada satu titik tinggi dalam volume,
jarak, dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi menuntut
latihan, sebab pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan ketiga. Maka
satu penanjakan lagi sudah tidak mungkin.

5.Pembentukan Suara

Napas yang keluar melalui Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara, dan
karena getaran itu timbulah suara. Namun demikian suara tersebut baru akan terdengar baik
bilamana telah beresonansi pada salah satu resonator, baik rongga mulut, rongga hidung atau
rongga dada.

Misalnya, kalau bentuk rongga mulut bulat maka suara yang diproduksinya akan bulat pula,
tetapi kalau rongga mulut ditarik melebar kesamping maka suara yang diproduksi akan terdengar
‘cempreng’. Seorang aktor harus lebih menekankan pemberian karakter pada suaranya. Mengolah
texture dan warna suara yang sesuai dengan peran yang dimainkannya.

Seorang aktor juga harus bisa mengolah beberapa warna vokal sesuai tuntutan skenario, seperti:

- Menaikkan dan menurunkan volume suara.

- Meninggikan dan merendahkan frekwensi nada bicara.

- Mengatur atau mengolah tempo pengucapan.

- Mengatur atau mengolah warna dan texture suara.

Latihan 1:
- Tariklah napas dan keluarkan seperti suara angin itu sendiri, rasakan efek napas tersebut pada
langit-langit atas mulut, lidah dan pembentukannya.

- Tariklah napas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan bagaimana
kandungan napas dan suara yang keluar.

- Tariklah napas dan keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan harimau, gajah,
anjing, kucing dan lain sebagainya).

- Tariklah napas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung, ayam, bebek,
dan lain sebagainya).

Latihan 2 :

- Cobalah kata-kata apa saja dari mulut.

- Cobalah berdialog improvisasi apa saja keluar dari mulut.

- Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan alami dan bertahap lewat vibrasi yang volumenya di
tambah.

- Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku perannya (how old I am: rasakan sensasi-sensasi
usia yang ditiru pada teknik suara).

- Cobalah acting dengan teks.

- Hindari ketegangan-ketegangan.

6.Stimulasi atas Suara

Setiap aktor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan dengan
teks itu ia boleh berteriak.Latihan ini dilakukan secara serempak. Setelah latihan ini selesai, maka
dilakukan hanya dengan empat orang . Satu orang di tengah-tengah. Tiap aktor membaca bergantian
tiap kalimat dengan suara yang secara berangsur-angsur ditambah volumenya.

Selama latihan pikiran harus dikosongkan. Membaca teks tanpa berpikir dan tanpa pause.

Suara dilatih, secara berurutan:

1.Suara kepala (menghadap kelangit-langit).

2.Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)

3.Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas aktor).

4.Suara dada (diproyeksi di depan aktor)

5.Suara perut (menghadap kelantai)


Suara keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas aktor).

The small of the back (menghadap ke dinding di samping aktor).

Bagian lumbar (menghadap kelantai, dinding dan ruang disampingnya)

Ritme latihan sangat cepat. Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan vokal saja.
Suara relax dari improvisasi percakapan dengan tembok, sepenuhnya bebas dari tensi. echo harus
selalu ditangkap.

7.Latihan “Macan”

Latihan ini untuk membuat si aktor secara penuh tampil dan dalam waktu yang bersamaan,
menyusun suara parau dalam akting. Salah seorang memainkan seekor macan yang sedang
menyerang mangsanya. Yang lain bereaksi, meraung seperti macan.

Itu bukanlah sekedar meraung. Suaranya haruslah didasarkan pada teks, dan mempertahankan terus
seperti itu adalah penting sekali dalam latihan ini. Latihan vokal sekarang dibarengi dengan gerak
mengendap-endap, jumpalitan, melompat dan mencakar-cakar.

Diperlukan waktu jeda untuk “vokal relaxation” karena sangat penting , terutama bagi mereka yang
berlatih untuk pertama kalinya. Organ-organ ini suara belum terbiasa digunakan dengan cara ini.

8.Latihan “King-kong”

Inti dari latihan ini adalah mengulang-ulang ucapan kata “King” dan “kong” pada nada yang sangat
tinggi dan tempo yang sangat cepat, dengan seluruh rentetan variasi dari nada rendah ke nada
tinggi.

Setelah kira-kira lima menit, akan mencapai skala vokal yang tinggi dan nampak sebagai sesuatu
yang baru.

9.Latihan “La-La”

Latihan dimulai dengan berjalan keliling serta menyanyikan “la-la” kemudian merebahkan diri,
terlentang di atas lantai. Lalu “la-la” di ulang dengan menghadap ke langit-langit, dinding dan lantai
sebagai alternatip suara kepala, perut dan diafragma. Longgarkan perut dan mendorong resonator
yang terletak di perut. Setelah latihan ini, tetap terlentang di atas lantai untuk beberapa saat,
istirahat secara penuh.

10.Latihan kucing
Meong kucing dengan daya penyampaian yang paling luas dari:

a.Intonasi

b.nuansa-nuansa

c.pitch

Karena pemain drama memiliki daya kreatifitas yang tinggi maka dalam hal mengolah setiap bentuk
latihan vokal dna pernafasan tentu akan mampu mengembangkan sendiri tehnik2nya yang
barangkali lebih praktis dengan hasil lebih maksimal. Melalui disiplin latihan pribadi pasti akan
melahirkan tehnik tehnik baru dan setrusnya akan menemukan lagi dan lagi.

Perlu disadari bahwa hubungan antara penonton dan aktor adalah penting. Maka “Inti teater adalah
aktor, perbuatan-perbuatannya, dan apa yang dapat ciptakan di panggung”.

Anda mungkin juga menyukai