Anda di halaman 1dari 59

BAB I

MODAL DASAR SEORANG AKTOR

PENDAHULUAN

 Deskripsi Singkat
- Mengenali potensi diri bagi aktor.
- Tubuh sebagai ekspresi gerak.
- Vokal sebagai ekspresi bunyi (dialog).
- Sukma sebagai ekspresi jiwa.

 Manfaat
- Mahasiswa dapatmengenali potensi dirinya sebagai modal dasar
untuk pelatihan keaktoran.
- Mahasiswa menguasai tubuh, vokal, dan sukmanya sebagai
media ekspresi.

 TIK (Kompentensi Pendukung)


- Setelah mengikutiperkuliahan ini mahasiswa dapat mengenali
potensi dirinya sebagai modal dasar untuk pelatihan keaktoran
dan menguasai tubuh, vokal, dan sukmanya sebagai media
ekspresi.

1
PENYAJIAN
 Uraian

Setiap karya seni dihasilkan dari ketrampilan khusus yang dimiliki


oleh seniman. Karya musik dihasilkan dari ketrampilan memainkan alat
musik oleh pemusik, karya tari dihasilkan dari ketrampilan gerak-gerak
tubuh oleh penari, karya teater dihasilkan dari ketrampilan seorang aktor
memainkan peran tokoh tertentu, begitu juga dengan karya seni yang
lain selalu tercipta dari ketrampilan-ketrampilan khusus yang dimiliki oleh
seniman. Ketrampilan tersebut tidaklah datang secara tiba-tiba namun
diperoleh dengan proses latihan yang panjang dan melelahkan.

Ketrampilan tersebut merupakan modal dasar bagi seniman. Bagi


seorang aktor modal dasarnya adalah tubuh, suara, dan rasa. Ketiga
aspek inilah yang akan selalu mempengaruhi setiap aksi yang dilakukan
oleh aktor. Kemampuan tubuh, suara, dan rasa akan berpengaruh besar
terhadap kualitas aksi yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan aksi-aksi yang berkualitas dibutuhkan tubuh, suara, dan
rasa yang juga berkualitas.

A. Tubuh

Saat seoraang aktor muncul di panggung pertama kali yang


terlihat adalah tubuh. Perwujudan peran adalah penampilan sosok raga
secara total, lahir-batin, dan kasat mata. Dengan demikian keutuhan
suatu cerita drama, atau sebagai ungkapan penafsiran atas kehidupan
manusia adalah melalui sosok raga manusia (aktor) (Tambayong, 2000:
31). Boleslavsky berpendapat bahwa tubuh memiliki hubungan yang erat
dengan laku dramatis. Laku dramatis merupakan perbuatan yang bersifat
ekspresif dari emosi. Setiap aksi yang dilakukan oleh tubuh merupakan

2
wujud ekspresi dari emosi. Wujud ekspresi ini dapat berupa gerakan
tubuh dan suara yang diucapkan.

Oleh karena itu, untuk mendapatkan wujud ekspresi yang baik,


seorang seniman haruslah memiliki jasmani dan rohani yang sehat. Bagi
seorang seniman harus memilik tubuh yang sehat dan mampu
beradaptasi secara luwes dengan berbagai kemungkinan pilihan bentuk
dan gaya, tubuh harus siap untuk melakukan berbagai emosi, bentuk,
dan gaya yang dikehendaki. Untuk mewujudkan semua itu maka
diperlukan latihan-latihan khusus pengolahan tubuh. Latihan pengolahan
dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu latihan pemanasan, latihan inti,
dan latihan pendinginan. Latihan pemanasan (warming-up), yaitu latihan
gerakan tubuh untuk meningkatkan sirkulasi dan meregangkan otot
dengan cara bertahap. Latihan inti, yaitu serial pokok dari inti gerakan
yang akan dilatihkan. Latihan pendinginan atau peredaan (warming-
down), yaitu serial pendek gerakan tubuh untuk mengembalikan
kesegaran tubuh setelah menjalani latihan inti.

Sebelum melakukan latihan harus memperhatikan denyut


nadi.Mengetahui denyut nadi sebelum latihan fisik dianjurkan karena
berhubungan dengan kerja jantung.Cara untuk menghitung denyut nadi,
yaitu dengan menghitung denyut nadi yang ada di leher atau denyut nadi
yang ada di pergelangan tangan dalam.Penghitungan denyut nadi yang
ada dipergelangan tangan lebih dianjurkan untuk menghasilkan
perhitungan yang tepat.Cara penghitungan denyut nada yang ada di
pergelangan tangan, yaitu dengan meletakkan jari tengah di atas
pergelangan tangan dalam segaris dengan ibu jari atau jari
jempol.Selama menghitung denyut nadi mata selalu melihat jam (jam
tangan maupun jam dinding yang ada di dalam ruangan).Penghitungan
dilakukan selama enam detik dan hasilnya dikalikan sepuluh, atau
penghitungan dilakukan selama sepuluh detik dan hasilnya dikalikan

3
enam.Latihan-latihan olah tubuh dapat dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut.

a. Pemanasan

Warming-upatau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam


pelajaran acting.Melatih kelenturan tubuh, memulai dari organ yang
paling atas, hingga yang paling bawah.Latihan ini ditempuh untuk
mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan
lainnya.Pertama sekali mari kita perhatikan dan rasakan dengan segenap
panca indera yang kita punyai. Dengan memakai rasa kita perhatikan
seluruh tubuh kita, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sekarang
mari kita menggerakkan tubuh kita. Jatuhkan kepala ke depan. Kemudian
jatuhkan ke belakang, ke kiri, ke kanan.Ingat kepala/leher dalam
keadaan lemas, seperti orang mengantuk.Putar kepala pelan-pelan dan
rasakan lekukan lekukan di leher, mulai dari muka.kemudian ke kiri, ke
belakang dan ke kanan.Begitu seterusnya dan lakukan berkali-kali.

Putar bahu ke arah depan berkali kali, juga ke arah belakang.


Pertama satu-persatu terlebih dahulu, baru kemudian bahu kiri dan kanan
diputar serentak. Putar bahu kanan ke arah depan, sedangkan bahu kiri
diputar ke arah belakang. Demikian pula sebaliknya.Rentangkan tangan
kemudian putar pergelangan tangan, putar batas siku, putar tangan
keseluruhan. Lakukan berkali kali, pertama tangan kanan dahulu,
kemudian tangan kiri, baru bersama sama.

Selanjutnya putar pinggang ke kiri, depan, kanan, belakang, juga


sebaliknya. Ambil posisi berdiri yang sempurna, lalu angkat kaki kanan
dengan tumpuan pada kaki kiri.Jaga jangan sampai jatuh.Kemudian putar
pergelangan kaki kanan, putar lutut kanan, putar seluruh kaki kanan.

4
Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas. Sebagai penutup
pemanasan ini, gerakkan semua anggota tubuh dari atas sampai bawah.

b. Latihan Ketahanan

Latihan ketahan diperlukan untuk memberi pengalaman pada


tubuh terhadap kemampuan tubuh menahan berbagai tekanan fisik yang
dihadapi.Bentuk latihan yang dilakukan dapat berupa berjalan jongkok,
berlari naik dan menuruni tangga, berdiri bertahan pada posisi kuda-
kuda, saling mengendong teman sambil berlari, push-up, sit-up, dan pull-
up.Latihan ini harus dilakukan dengan berulang-ulang kali untuk
mendapatkan ketahanan tubuh yang maksimal.

c. Latihan Kelenturan

Latihan kelenturan untuk mendapatkan keluwesan tubuh sehingga


tubuh tidak kaku dan dapat bergerak menjadi bentuk apapun.Latihan ini
dapat dilakukan dengan bergerak bebas mengikuti alunan musik yang
lembut, seluruh anggota tubuh bergerak mengikuti irama dan tempo
musik.Musik dapat diganti-ganti dari irama yang lembut sampai
keras.Saat musik berganti gerak tubuh harus segera menyesuaikan
dengan irama musik yang terdengar.Latihan ini dilakukan terus menerus
sampai tubuh dapat fleksibel berganti-ganti mengikuti bunyi irama musik
yang ada.

d. Latihan ketangkasan

Latihan ketangkasan diperlukan untuk mendapatkan kesigapan dan


kecepatan tubuh dalam merespon berbagai rangsangan yang
datang.Latihan ini dapat dilakukan dengan pencak silat, karate, dan
bermain anggar. Latihan-latihan yang sifatnya berpasangan dengan

5
langsung body contactakan melatih tubuh untuk bertindak dan bersikap
secara cepat dan sigap. Kelompok-kelompok teater di Barat bahkan
mewajibkan setiap aktornya harus pandai bermain anggar.

e. Relaksasi

Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi


keadaan dimana semua kekangan yang ada di tubuh terlepas. Seorang
aktor akan susah untuk mengekspresikan dirinya saat masih dikuasai oleh
pikiran-pikiran lain di luar karakter yang diperankan. Latihan relaksasi ini
dapat dilakukan dengan meditasi membuang semua beban yang
dirasakan dan mencoba untuk menikmati setiap denyut nadi, jantung
yang berdetak, dan aliran darah yang mengalir di dalam tubuh.

B. Suara

Suara adalah unsur penting dalam pertunjukan teater.Suara dalam


pengertian ini segala bunyi yang diucapkan oleh aktor di panggung. Suara
dihasilkan dari proses mengencang dan mengendornya pita suara,
sehingga udara yang lewat berubah menjadi bunyi. Dalam kegiatan
teater, melalui suara itulah dialog-dialog itu diucapkan oleh tokoh. Dialog
merupakan salah satu daya tarik dalam membina konflik-konflik
dramatik. Kegiatan mengucapkan dialog ini menjadi sifat teater yang
khas. Suara adalah lambang komunikasi yang dijadikan media untuk
mengungkapkan rasa dan buah pikiran.

Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi aktor,


merupakan media penyampai informasi melalui dialog. Informasi tentang
alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh
dan lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui
keterampilan pemeran dalam menyampaikan dialog. Dialog dari masing-

6
masing tokoh dalam pertunjukan teater memuat nilai-nilai dan makna
penting yang harus dimengerti oleh penonton. Salah pengucapan dialog
tersebut akan menghasilkan makna yang berbeda, jika pemeran
melontarkan dialog hanya sekedar hasil hafalan saja, maka dia mencabut
makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan melalui
nada suara membentuk satu pemaknaan tertentu. Diksi dan intonasi
pengucapan dialog menentukan makna dari dialog yang diucapkan oleh
tokoh. Mengingat pentingnya suara dalam pertunjukan teater tersebut
maka seorang aktor harus melatih suaranya agar dapat mengucapkan
dialog dengan baik. Proses latihan pengolahan suara dilakukan melalui
dua tahap yaitu melatih mesin produksi suara melalui berbagai teknik
pernafasan dan melatih ucapan.

a. Teknik Pernafasan

Tujuan dari latihan pernafasan adalah untuk meningkatkan


kesatuan organik antara aksi, emosi, napas, dan suara, sementara
memperluas, menguatkan, dan membuat lebih peka respon otot-otot
besar saat menyokong pernafasan tersebut.Teknik pernafasan dapat
dilakukan melalui pernafasan dada, perut, dan diafragma. Pernafasan
dada dilakukan dengan menghirup nafas melalui hidung kemudian simpan
di dada, perut akan mengempis dan dada terasa membesar, setelah
beberapa hitungan kemudian hembuskan melalui mulut secara perlahan.
Hitungan dapat dimulai dari angka kecil kemudian meningkat sampai
semampu nafas menyimpan udara.Lakukan pernafasan ini berulang-ulang
kali, sesekali keluarkan udara melalui mulut dengan mendesis.

Teknik pernafasan yang kedua adalah melalui perut.Teknik ini


dilakukan dengan menghirup nafas melalui hidung kemudian simpan di
perut. Saat kemasukan udara perut akan terasa membesar. Simpan
udara dalam beberapa hitungan, hitungan juga dapat dilakukan mulai dari
angka terkecil kemudian meningkat semampu perut menyimpan

7
udara.Setelah itu dorong udara keluar dari perut melalui mulut dengan
mendesis.Setelah berulang-ulang kali dilakukan kemudian latih otot-otot
di perut untuk berulang-ulang kali mendorong udara melalui mulut tanpa
terlebih dahulu menghirup dan menyimpan udara. Latih teknik pernafasan
ini berulang-ulang kali sehingga otot-otot diperut akan kuat.

Teknik pernafasan yang ketiga adalah diafragma.Posisi diafragma


adalah diantara rongga dada dan rongga perut.Pernafasan melalui
diafragma inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah
vokal, sebab tidak mengakibatkan ketegangan pada peralatan pernafasan
juga memunyai cukup daya untuk pembentukan volume suara.
Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada saat menahan nafas otot-
otot diafragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru melindungi
bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernafasan ini sangat baik untuk
menghimpun “tanaga dalam” yang mengolah vibrasi, karena pernafasan
diafragma akan memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur
penggunaan pernapasan.

b. Teknik Ucapan (speech)

Setelah teknik pernafasan dilalui langkah latihan pengolahan suara


yang dilakukan kemudian adalah melatih ucapan.Ucapan ini dikendalikan
oleh nafas.Nafas inilah yang telah memproduksi suara.Latihan
selanjutnya saat udara keluar dari mulut ucapkan huruf a, i, u, e, dan o
secara terus menerus.Pada latihan pertama biarkan dulu pada nada yang
tetap, kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang lebih rendah atau
lebih tinggi.Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan
alat-alat pengucapan. Artikulasi yang baik, akan dapat dicapai dengan
menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan penggunaan tenaga efektif
dan terkontrol. Alat-alat tersebut antara lain:

8
1. Bibir

Bibir sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hidup dan


huruf M-B-P.Latihan dengan membentuk mulut dengan ruang gerak yang
maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi U-A-U-I-U-A-O-E.Pada
saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal
mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan
lupa tarik bibir kearah depan tetap diperhatikan. Pada bunyi A, bibir
seolah pada posisi menguap membentuk lonjong maksimal.Pada bentuk
bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak
pipih.Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk
lambing-lambang bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat
lagi.Lakukan latihan dengan menyuarakan gabungan huruf mati dengan
huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE berulang-ulang dari
lambat ke sedang dan cepat.Lakukan dengan diiringi latihan dan
pernapasan.

2. Lidah

Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati


seperti C-D-L-N-R-S-T dan lainnya. Lidah yang lincah akan dapat
menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan jelas. Latihan-
latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak
saja lemas dan lincah tetapi juga memunyai kemampuan seseorang yang
mengalami kesulitan dalam membentuk bunyi R dan T.

Latihan lidah dapat dilakukan dengan cara :


 Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang
 Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan =>
kiri dan kemudian menjulurkannya untuk membuat gerakan berupa
lingkaran.

9
 Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar,
tempelkan ujung lidah pada gigi serri bawah lalu doronglah lidah
keluar, lakukan berulang-ulang.
 Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.

3. Rahang

Rahang membantu pembentukan rongga mulut.Lakukan latihan-


latihan seperti ini:

 Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.


 Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik
kea rah dalam/ leher lalu tutup mulut, rahang rapat, dorong ke
muka kembali dan lakukan seterusnya berulang-ulang semakin
cepat.
 Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.
 Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke
kiri.
 Ucapkan dalam satu helaan nafas hitung berapa pengulangan
bunyi: wawawawawawawawa, yayayayayayayayayaya

4. Langit-langit

Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan


bagian penting dalam pembentukan suara maupun pengucapan.Selain
itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding resonator pada rongga
mulut. Latihan:
 Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka
rahang bawah tetapi bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas
dank ke bawah pula.

10
 Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda
mengucapkan bunyi M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat
melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan
ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan
pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan
membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan
rasakann pula dorongan nafas diaphragma, arahkan pembentukan
suara ke resonator yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga
resonator dada, mulut atau hidung.

C. Rasa/Sukma

Pemeran teater membutuhkan kepekaan rasa.Bertindak dan


berdialog tanpa melibatkan rasa, maka akting yang dilakukan hanya
sebatas bergerak dan bersuara saja.Rasa inilah yang menuntun tubuh
dan suara untuk menciptakan bentuk tubuh, nada, dan irama-irama
tertentu sesuai dengan gejolak jiwa yang sedang terasakan. Seorang
aktor harus dapat menghidupkan jiwanya tokoh, sehingga aktor akan
bertindak dan berfikir dengan cara tokoh.

Dalam kehidupan sehari-hari seseorang telah banyak mengalami


berbagai emosi, bagi seorang aktor berbagai pengalaman emosi yang
pernah terasakan ini harus disadari dan disimpan di dalam memori
hidupnya, sehingga suatu saat emosi tersebut dibutuhkan untuk
memerankan tokoh-tokoh tertentu dapat dihadirkan kembali.

11
a. Melatih Ingatan Emosi

Seorang aktor harus dapat memformulasikan pengalaman emosi


yang pernah dirasakan menjadi ilmu, sehingga emosi tersebut dapat
terjelaskan secara sistematis dan untuk menghadirkannya kembali tinggal
melakukan faktor-faktor apa saja yang terjadi saat emosi tersebut hadir.
Misalnya, seorang aktor pernah megalami emosi sedih karena orang
tuanya meninggal akibat kecelakaan, saat merasakan kesedihan tersebut
kenali berbagai perubahan tubuh yang terjadi, dari mulai pandangan
mata, langkah kaki, gesture tubuh, gerakan tangan, semakin detail
ditemukan perubahan tubuh yang terjadi maka aktor akan mendapatkan
banyak data-data mengenai bentuk tubuh saat mengalami emosi sedih.
Data-data inilah yang saat aktor harus memerankan emosi sedih
dihadirkan kembali di tubuhnya, selanjutnya tinggal memainkan tinggi
rendahnya tingkat emosi dan penyebab dari kesedihan yang dirasakan
itu.
Ingatan emosi adalah perangkat sang aktor untuk dapat
mengungkap dan melakukan hal-hal yang berada di luar dirinya (Anirun,
1998: 176). Menggali ingatan emosi adalah mencari kemungkinan-
kemungkinan di alam sekitar dan di dalam diri kita sendiri (Dewojanti,
2010: 266). Ingatan emosi sangat membantu aktor dalam memerankan
emosi tokoh terutama pada naskah-naskah realisme. Emosi yang hadir
pada naskah-naskah realisme tidak jauh berbeda dengan berbagai emosi
yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

Latihan:
Ingat kembali berbagai pengalaman emosi yang pernah dirasakan,
pengalaman tentang kesedihan, marah, kecewa, bimbang, kalut, dan lain
sebagainya, kemudian hadirkan kembali berbagai pengalaman itu.

12
b. Imajinasi

Imajinasi adalah suatu cara aktor untuk mendekati pikiran dan


perasaan tokoh, sehingga dia dapat menjiwai karakter tokoh yang
diperankan. Proses imajinasi diawali dengan aktor terlebih dahulu
mengidentifikasi karakter tokoh yang akan dimainkan, kemudian aktor
juga mengidentifikasi karakter yang dimilikinya. Aktor mencari-cari
karakter di dalam dirinya yang memiliki kesesuaian dengan krakter tokoh,
saat diketemukan kemudian karakter tokoh tersebut ditranfer ke dalam
diri aktor. Aktor membayangkan ‘andai’ menjadi karakter tokoh, Praktek
dasar imajinasi terletak pada kreatif ‘andai’, yaitu tindakan yang
dilakukan melalui penciptaan yang tiada menjadi ada yang didukung oleh
kemauan untuk melakukannya (Dewojanti, 2010: 267).

Tambayong (2000: 39) menambahkan bahwa latihan-latihan dasar


untuk merangsang imajinasi selain dengan menghayal juga dapat
dilakukan dengan menikmati selain dengan menghayal juga dapat
dilakukan dengan menikmati lukisan dan musik klasik. Hal itu karena
menikmati lukisan dan mendengar musik klasik sama dengan melakukan
tindakan-tindakan institusional terhadap akal budi.

Latihan:
Masa kecil tentu kita pernah punya cita-cita, bisa jadi citaa-cita itu saat
ini belum dapat atau tidak bisa kita raih. Bayangkan kembali cita-cita itu
kemudian hadirkan kembali, sehingga saat ini anda menjadi seperti yang
anda cita-citakan sejak waktu kecil itu.

13
c. Membangun Watak

Setelah aktor mendapatkan gambaran tentang tokoh yang


dimainkan, langkah selanjutnya adalah menggali watak tokoh tersebut
dengan mengajukan berbagai pertanyaan. Berbagai jawaban yang
diperoleh menjadi modal untuk menghidupkan watak tokoh. Harymawan
(1988: 35-36) merumuskan berbagai pertanyaan yang diajukan tersebut
sebagai berikut:

1. Menelaah Struktur Psikis Peran dengan Membuat Deret Pertanyaan.

a) Bagaimana intelegensianya?, misalnya intelegensia Hamlet:


apakah ia seorang petani yang bodoh atau seorang yang
terpelajar?

b) Bagaimana sikap wataknya?, angkuh, kasar, tegas, ragu-ragu,


pendiam, pembual, ataukah pemalu?

c) Bagaimana wataknya ke dalam?, watak ke dalam sering


berlainan dengan watak yang terekspresikan ke luar. Orang
yang kelihatan kasar sering memiliki sifat adil dan penyayang,
seorang pendiam sering mendendam terhadap kehidupan,
kejam, dan seterusnya.

d) Bagaimana pengaruh masa lampau peran itu?, sebagai contoh,


masa lampau tokoh Hamlet yang penuh jalinan kasih sayang
dengan ayahnya seharusnya tergambar dalam akting pemeran
Hamlet meskipun ceritanya dimulai setelah sang ayah wafat.

e) Bagaimana kedudukan sosial peran itu?, apakah Hamlet anak


seorang kebanyakan ataukah anak raja zaman dulu?, hal ini
menentukan pula cara akting seorang tokoh.

14
2. Memberikan identifikasi
Membertikan identifikasi berarti mengungkapkan watak-watak
yang ada dalam tokoh. Selain itu mengidentifikasi berarti meneliti
setiap detil kehidupan dengan teliti. Sebagai contoh, tokoh Hamlet
harus dikaji benar-benar tentang caranya berjalan, berdiri, tertawa,
dan sebagainya. Identifikasi yang paling utama adalah tentang
peran yang akan dimainkan.

3. Mencari hubungan emosi dengan peran


Seorang aktor harus mencari hubungan antara teks dengan emosi.
Aktor harus mampu mengelola emosi yang dirasakan bukan
sebaliknya. Dengan demikian seorang aktor harus aktif dan mampu
menghidupkan teks.

4. Penguasaan teknis
Adapun yang dimaksud dengan penguasaan teknis adalah
penguasaan diksi, mimik, gerak, dan pantomimik. Dalam setiap
ucapan dan akting harus tergambar situasi watak yang
tersembunyi di baliknya. Dalam penguasaan teknis, seorang aktor
harus dapat membedakan dua hal sebagai berikut. Pertama, aktor
harus mampu membangun situasi dramatis saat mengucapkan
dialog dalam teks drama. Kedua, seorang aktor harus mampu
menyelaraskan ucapan dengan aksi panggung.

15
PENUTUP

 Tes Kemampuan

Masing-masing mahasiswa memilih sebuah puisi untuk mengeksplorasi


tubuh, vokal dan sukma, kemudian mempresentasikan dalam bentuk
pertunjukan.

DAFTAR PUSTAKA

Dewojati, Cahyaningrum. 2010. Drama, Sejarah, Teori, Dan


Penerapannya. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.

Anirun, Suyatna. 1998. Menjadi Aktor. Bandung. Studiklub Teater


Bandung.

Tambayong, Japy. 1981. Dasar-dasar Dramaturgi. Bandung. Pustaka


Prima.

16
BAB II
DASAR-DASAR AKTING

PENDAHULUAN

 Deskripsi Singkat
- Mempelajari isolasi diri dan topeng karakter.
- Teknik-teknik bermain drama.
- Olah kreativitas bermain.

 Manfaat
- Mahasiswa dapat menguasai teknik isolasi diri dan topeng
karakter.
- Mahasiswa dapat menguasai teknik-teknik bermain drama dan
mampu melakukan pengolahan kreativitas dalam bermain.

 TIK (Kompentensi Pendukung)


- Setelah mengikutiperkuliahan ini mahasiswa dapat menguasai
teknik isolasi diri, topeng karakter, teknik-teknik bermain drama
serta mampu melakukan pengolahan kreativitas dalam bermain.

17
PENYAJIAN
 Uraian

Akting adalah berpura-pura, menirukan, merepresentasikan,


memerankan (Kirby, 2004: 80), sehingga aktor di saat berakting harus
dapat menyakinkan kepada penonton bahwa ia sedang ‘menjadi’ orang
lain. Penonton tidak lagi melihat yang ada di hadapannya adalah tubuh
aktor, tetapi telah menjelma menjadi tubuh tokoh yang sedang
diperankan. Semua atribut keseharian yang dimiliki oleh aktor seperti
gerak langkah kaki, postur tubuh, dan berbagai kecenderungan gerak
fisik dan pikiran yang lain harus disimpan. Aktor harus dapat merelakan
dan mengiklaskan tubuh, pikiran, dan jiwanya untuk berperan ‘menjadi’
orang lain. Secara sederhana seni akting adalah seni menciptakan
aksi/laku. Aksi yang diciptakan berdasarkan adanya impuls atau
dorongan untuk menciptakannya.

Ada berapa macamkah jenis akting? Pertanyaan ini termasuk


sangat sering muncul dalam pembicaraan tentang keaktoran. Sering kali
bahkan kita kesulitan mengklasifikasikannya karena begitu banyak cara
yang memungkinkan seseorang untuk melakukan tindakan yang disebut
akting. Jika dibagi menurut konvensi hanya ada 2 macam, yakni gaya
Klasik dan Realisme. Namun ada gaya akting yang tidak ada konvensinya
secara umum yaitu Non realisme (semua gaya akting diluar realisme) dan
Non Klasik (semua gaya akting diluar klasik) , termasuk di dalamnya gaya
akting Kontemporer , teater Tubuh dan eksperimentasi akting.

Untuk dapat melakukan berbagai gaya akting tersebut, seorang


aktor harus terlebih dahulu menguasai dasar-dasar pelatihan akting.
Dasar-dasar pelatihan akting tersebut meliputi:

18
A. Isolasi Diri dan Topeng Karakter

Pelatihan pertama keaktoran adalah dengan mengenali diri sendiri.


Latihan dilakukan di depan cermin dengan mengidentifikasi berbagai
kecenderungan personal dari mulai bentuk wajah, posisi berdiri, gerak-
gerak tangan, langkah kaki saat berjalan, mengenali tubuh atas reaksi
dari emosi, mengenali suara atas reaksi dari emosi, mengenali tempo diri,
mengenali cirri-ciri yang kuat dimiliki oleh tubuh, dan berbagai identitas
personal lainnya. Setelah berbagai identitas personal itu diketahui,
semakin banyak ia mendapatkan identitas personal maka ia semakin
mengetahui identitas dirinya. Saat akan memainkan suatu tokoh identitas
diri inilah yang kemudian harus disimpan, dikendalikan untuk tidak
keluar, tubuh harus berada pada posisi netral, untuk kemudian dimasuki
identitas tokoh lain.

a. Topeng Netral

Suatu cara/latihan yang ditempuh untuk mencapai kondisi emosi,


pikiran dan tubuh yang netral.Keadaan dimana identitas dan cirri-ciri
personal kita sudah tersimpan dan siap dimasuki oleh identitas peran
yang akan kita mainkan. Ini yang disebut sebagai netralitas positif,
netralitas aktor. Relaks, tenang dan fokus, seperti sebuah senjata
terkokang yang siap ditembakkan kearah target.

b. Topeng Emosi

Proses latihan peran untuk mengungkap efek perasaan-perasaan yang


beroperasi pada manusia. Emosi yang sangat beragam yang berefek
berbeda pada manusia dan mempengaruhi kondisi fisik, yang pada
akhirnya membentuk tegangan, tempo, arah tubuh, kecenderungan
bobot tubuh dan garis movement yang berbeda-beda. Memainkan

19
emosi-emosi besar seperti marah dan sedih akan lebih mudah
dibandingkan dengan memainkan emosi-emosi kecil seperti bimbang,
gelisah, takut, bingung, dan lain sebagainya. Latihan dilakukan dengan
memainkan berbagai emosi itu dan kenali perubahan-perubahan pada
tubuh saat suatu emosi tertentu dimainkan.

c. Topeng Karakter

Manusia sangat berbeda-beda karakternya, maka setiap individu


memiliki kecenderungan khusus dalam perilaku yang dipengaruhi oleh
karakter. Latihan ini ditempuh untuk menguasai tipologi dasar watak
manusia yang nampak secara langsung pada ciri-ciri fisik dan tindakan-
tindakanya. Misalnya gesture(gerak-gerik), cara berdiri, cara
memandang, cara bersalaman, cara berjalan dan cara bicara. Latihan
lanjutanya adalah bagaimana efek dari karakter-karakter ini jika
dipengaruhi oleh emosi-emosi yang khusus.

d. Topeng Usia

Perilaku manusia juga dipengaruhi oleh usia dan bagaimana seseorang


menjalani usianya. Baik pengaruh secara fisik maupun psikologis.
Latihan awal yang harus ditempuh adalah mengawali dengan ciri-ciri
umum pengaruh usia pada manusia. Tapi jangan lupa untuk melihat
pengaruh-pengaruh medis yang menjadi penyebabnya, termasuk juga
pola hidup, budaya dan kondisi geografis maupun negaranya. Sebab,
usia manusia tidak bisa selalu digambarkan dengan tepat hanya
melalui kondisi fisik. Akan tetapi pengaruh kematangan pikir,
psikologis, geografis, pola hidup dan kondisi sosialnya sangat signifikan
efeknya.

20
e. Mimesis

Mimesis adalah suatu usaha peniruan terhadap karakter seseorang.


Latihan ini dilakukan dengan menirukan orang-orang yang paling dekat
dengan kita, bisa orang tua kita, teman, saudara, tetangga, atau orang
yang kita sayangi atau orang yang kita benci sekalipun. Langkah awal
dalam peniruan ini adalah dengan melakukan observasi perilaku
terhadap karakter tokoh yang akan ditirukan, kenali usia, pekerjaan,
latar belakang budaya, agama, kejiwaan, kemudian data yang
diperoleh dari observasi tersebut dianalisis untuk mendapatkan
identitas personal. Hasil dari analisis itu yang kemudian dieksplorasi
dengan menirukan perilaku tokoh yang ditirukan.

B. Teknik-Teknik Bermain Drama

Bermain teater harus menguasai berbagai teknik dasar. Rendra


(1982:7) menyebut teknik ini sebagai cara mencapai hasil dalam
menyampaikan sang seni dan sang ilham kepada orang lain. Teknik ini
ada yang unik dan ada pula yang umum.Teknik yang unik timbul dari
pribadi seorang seniman yang juga unik, sifatnya sangat personal dan
menjadi penciri dari karya yang diciptakan, bisa jadi teknik ini hanya
seniman itu sendiri yang menguasainya.Sedangkan teknik yang umum
bisa dipelajari, dapat dipergunakan secara umum, metode dan capaian
yang dihasilkan sangat jelas.Beberapa seniman teater juga telah berhasil
memformulasikan teknik unik yang dimilikinya itu menjadi ilmu, sehingga
masyarakat luas dapat mempelajari teknik itu, akibatnya teknik yang
tadinya unik itu menjadi umum.

Sering terdengar ungkapan yang mengatakan bahwa teknik itu


dipelajari untuk dilupakan, maka pada hakekatnya itu berarti bahwa
teknik itu dipelajari dengan penghayatan, sehingga akhirnya bisa menjadi

21
semacam naluri. Saat tubuh telah banyak mendapatkan berbagai
pengalaman teknik, melalui proses latihan maupun bermain, maka tubuh
menyimpan berbagai teknik tersebut, saat tubuh hendak menghadirkan
teknik itu kembali maka akan dengan segera tubuh melakukannya
kembali dengan cepat.

a. Teknik Muncul

Teknik muncul merupakan suatu teknik yang mempelajari pertama kali


seorang aktor muncul di panggung dalam satu sandiwara, satu babak,
atau satu adegan. Teknik muncul ini penting karena ia dilakukan dalam
rangka menerbitkan kesan pertama penonton terhadap sang perang
(watak yang dimainkan) (Rendra, 1982: 12). Teknik muncul ini
berfungsi untuk pengalihan focus, penggambaran situasi/suasana,
penciptaan suasana baru, dan identifikasi awal identitas tokoh.

Kemunculan suatu tokoh harus dapat menjadi pusat perhatian,


sehingga kehadiraannya dapat memberi arti.Maka untuk menjadi pusat
perhatian ini teknik muncul yang dilakukan dengan mengawali
kemunculan menggunakan suara dan gerakan.Tempo kemunculan
harus lebih cepat daripada tempo yang sedang terjadi di
panggung.Setelah muncul beri jeda sejenak untuk diam, kemudian
melebur dengan tempo yang ada di panggung.

Latihan:
DENGAN MEMBAWA SANGKAR BURUNG MAT KONTAN TERTAWA
KESENANGAN. SETIBA DI DEPAN RUMAH SOLEMAN, IA BERHENTI.

MAT KONTAN:
Hei, Man! Kau masih tidur ha? (KARENA TIDAK DIJAWAB IA KETAWA
LAGI) Kalah cuma lima puluh kok susah! (MENUJU SANGKAR BURUNG
PERKUTUT YANG BERGANTUNG DAN BERSIUL MENIRUKAN BURUNG
ITU). Hiphooo (MENGAMBIL SANGKAR DAN MELIHAT SEKELILING)
Sudah hampir malam nih! Kau musti tidur, tut.Sekarang kau sudah

22
kucarikan bini.Nih! (IA MENUNJUKKAN SANGKAR YANG BARU
DIBAWA).Jah?(IA KETAWA LAGI).Paijah? (KARENA TAK DIJAWAB MAKA
IA MASUK RUMAH, TAPI KEMUDIAN IA KELUAR KEMBALI DAN DUDUK
DI BANGKU BAMBU SAMBIL MENGGARUK KUDIS KAKINYA. MATANYA
SILAU KENA SOROT BATERI DARI TEMPAT KELAM).

MAT KONTAN:
Siapa itu! Siapa itu!

SOLEMAN:
(MUNCUL MENDEKAT DAN MEMPERMAINKAN CAHAYA SENTERNYA).
Baru pulang Tan?

MAT KONTAN:
( TERTAWA GEMBIRA DAN MELOMPAT). Kau tahu?

SOLEMAN: Apa? Burung lagi?

MAT KONTAN:
(MELEDAK TERTAWANYA). Ha! Bagaimana kau bisa menebak?Darimana
kau tahu itu?
(Penggalan naskah “Malam Jahanam” Karya Motinggo Busye)

b. Teknik Memberi Isi

Setiap kalimat akan menciptakan kesan yang berbeda-beda dengan


melakukan penekanan pada salah satu kata. Terdapat tiga cara
memberikan tekanan pada isi kalimat. Pertama, dengan tekanan
dinamik, kedua dengan tekanan nada, dan ketiga dengan tekanan
tempo.Tekanan dinamik ialah tekanan keras dalam pengucapan.
Biasanya ketika berbicara orang menekan dengan lebih keras kata
yang dianggapnya penting, lebih daripada kata-kata lainnya, seperti:

“Saya pergi pada jam DELAPAN.” (bukan jam Sembilan)

“Saya PERGI pada jam delapan”. (bukan tinggal)

“SAYA pergi pada jam delapan.” (bukan dia).

23
Tekanan nada adalah tekanan tinggi rendahnya nada dalam
pengucapan satu kata dalam sebuah kalimat.Kata “apa” bisa menjadi
pertanyaan, dan bisa pula menjadi teguran keras, tergantung dari nada
yang diucapkan.Demikian pula kata “gila” bisa berarti makian, tetapi
bisa juga berarti pujian.

Tekanan tempo ialah tekanan lambat dan cepatnya kita mengucapkan


sebuah kata dalam kalimat.Tekanan tempo mampu mempertegas
ungkapan perasaan di dalam ucapan.Misalnya, “Saya MUAK sekali
mendengar kata-katanya.”Saat suasana sedih tekanan tempo menjadi
lambat, demikian juga saat seseorang marah maka tekanan temponya
menjadi lebih cepat.

Ketiga tekanan tersebut saat kita berbicara sehari-hari hadir secara


bersamaan, saat seorang aktor dapat menguasai ketiga tekanan
tersebut dengan baik maka ia juga akan berbicara sebagaimana isi
yang dikehendaki oleh tokoh. Teknik member isi ini juga tidak hanya
melibatkan suara tetapi juga anggota badan.Anggota badan yang
digunakan dapat digolongkan menjadi gerak, airmuka, dan sikap.

Gerakan yang dimaksud adalah gerakan anggota badan, pernyataan


perasaan dan pikiran yang dilakukan dengan gerakan jari-jari,
genggaman telapak tangan, lambaian lengan, angkatan bahu, dan lain
sebagainya, sedangkan airmuka yang dimaksud ialah pernyataan
perasaan yang dilakukan dengan perubahan-perubahan pada airmuka,
dan yang dimaksud dengan sikap adalah keseluruhan badan.Gabungan
antara teknik pengucapan dan sikap inilah yang member isi dari setiap
aksi yang dilakukan oleh aktor.

24
Latihan:

KAPTEN:(Tiba-tiba suara gemetar)


Mol!

COMOL:
Ya Kapten!?

KAPTEN:
Perhatikan apa yang bergerak di selatan itu

COMOL:
Apa Kapten?

KAPTEN:
Lihat

COMOL:
Mana Kapten?(Mengangkat lentera)

KAPTEN:
Apa itu?

COMOL:(Setelah mengamati)
seperti kabut, Kapten

KAPTEN:
Perhatikan baik-baik! Kau tak melihat sesuatu di balik kabut itu?

COMOL BERDIRI DI ATAS PETI, MENGANGKAT LENTERANYA TINGGI-


TINGGI. MEMPERHATIKAN LAUT

COMOL:
Saya tidak melihat apa-apa, Kapten.hanya kabut seperti bisaa. Kapten
melihat apa?

KAPTEN:
Perhatikan dengan teliti.Sekarang dia bergerak ke timur.Lihat
sekarang, maju pelan-perlahan-lahan.lihat itu, dia bertambah tinggi,
tinggi dan besar sekali!

COMOL:(Heran dan tolol)


Ajaib, saya tidak melihat apa-apa, Kapten!

25
KAPTEN:
Dia meluncur di permukaan laut dengan tenang. Sekarang dia mendekati
kita

COMOL:
Mana Kapten? Tidak ada apa-apa! Saya hanya melihat kabut bergulung
Kapten

KAPTEN:
Dia mengancam kita, dia hendak membunuh kita. Tidak!

KAPTEN LEO MEMBIDIKAN SENAPANNYA KE ARAH LAUT

COMOL:(Berteriak)
Jangan menembak, Kapten! Jangan menembak.Siapa tahu ada nelayan di
dekat sini.

(Comol melompat turun mendekati Kapten Leo)

(Penggalan naskah “Lautan Bernyanyi” Karya Putu Wijaya)

c. Teknik Pengembangan

Pengembangan merupakan unsur penting dalam sebuah pertunjukan


teater. Pengembangan menyebabkan sandiwara tidak datar dan
dengan begitu penonton akan tetap terpikat untuk terus duduk
menyaksikan jalannya pertunjukan. Tugas aktor untuk memainkan
pengembangan tersebut, baik pengembangan jalan ceritanya,
pengembangan aksi, dan pengembangan jalan pikiran tokoh-
tokohnya.Teknik pengembangan dapat dicapai dengan menggunakan
pengucapan dan jasmani.

Teknik pengembangan dengan pengucapan dapat dilakaukan dengan


empat jalan.Pertama, dengan menaikkan volume suara, yaitu dengan
mengucapkan dialog bersuara dari nada rendah terus menaik ke nada
yang lebih tinggi.Kedua, dengan menaikkan tinggi nada suara, ketiga
dengan menaikkan kecepatan tempo suara, dan keempat dengan

26
mengurangi volume tinggi nada dan kecepatan tempo suara.Keempat
macam teknik pengucapan tersebut harus dipergunakan secara
bergantian. Dialog hanya menggunakan satu macam pengembangan
pengucapan saja lama-kelamaan akan terasa datar.

Teknik pengembangan dengan jasmani dapat dicapai dengan lima cara


yaitu, pertama, dengan cara menaikkan tingkatan posisi jasmani.
Misalnya, menaikkan tingkatan kepala yang menunduk menjadi
menengadah, dari sikap berbaring menjadi duduk, dari sikap berdiri di
lantai menjadi berdiri di atas meja, dan sebagainya.Kedua, dengan
cara berpaling seperti, memalingkan kepala, tubuh, dan seluruh badan.
Ketiga, dengan cara berpindah tempat yaitu berpindah tempat dari kiri
ke kanan, dari belakang ke depan, depan ke belakang, atau berpindah
kemana saja dari satu tempat ke tempat yang lain. Keempat, dengan
cara melakukan gerakan anggota-anggota badan. Misalnya, tanpa
berpindah tempat seorang pemain melambaikan tangannya, menunjuk,
menghentakkan kakinya, atau memainkan jari-jarinya.Kelima, dengan
airmuka, perubahan-perubahan pada airmuka mencerminkan pula
perkembangan emosi, sehingga memberikan pengembangan pada
aadegan, dan dialog yang diucapkan.

Latihan:

TIBA-TIBA MASUK DENGAN TERGOPOH-GOPOH SEORANG LELAKI TUA


BERBADAN KURUS.DAN DENGAN TERGOPOH-GOPOH PULA IA
MEMANGGIL.
H. SALIM:
Minta! Minta!
SUMINTA:
Ada apa mang Haji (SERAYA TAMPIL MENGGOSOK-GOSOK MATA)
H. SALIM:

27
Aku hampir-hampir tidak percaya pada mataku sendiri, Minta, demi
Allah, aku hampir tidak percaya.
SUMINTA:
Ada apa sih?
H. SALIM:
Istrimu!
SUMINTA:
Mengapa?Celaka?
H. SALIM:
Bukan celaka, tadi isterimu bilang mau kemana?
SUMINTA:
Mau ke rumah kawannya.Mau pinjam duit.
H. SALIM:
Dan kau senang-senang, tidur yah?
SUMINTA:
Ada apa sih Mang Haji ?
H. SALIM:
Barusan kulihat dia naik mobil, minta. Dia naik mobil!
SUMINTA:
Naik mobil apa salahnya?
H. SALIM:
Ya, naik mobil tidak salah.Aku juga mau naik mobil. Tapi apa yang mau
kau katakan, kalau di dalam mobil itu dia dicuimi laki-laki? Aku sampai
gemetar melihatnya, Minta. Lihat! Tanganku masih gemetar (DAN IA
MEMPERLIHATKAN TANGANNYA YANG GEMETAR).Aku hampir tidak
percaya, Minta, demi Allah aku hampir tidak percaya, bahwa
perempuan yang diciumi laki-laki bukan muhrim itu isterimu, isteri
tetanggaku sendiri. Ya Allah !mengapa Tuhan memberi aku cobaan
seberat ini?

(Penggalan naskah “Sayang Ada Orang Lain” Karya Utuy Tatang Sontani)

28
d. Teknik Menahan Puncak

Puncak ialah ujung tanjakan pengembangan.Sebuah pertunjukan untuk


mencapai puncak terlebih dahulu harus melalui tanjakan-tanjakan
kecil, maka tanjakan-tanjakan sebelum puncak harus lebih rendah
tingkatannya. Tanjakan-tanjakan kecil ini akan membawa emosi
penonton menuju puncak. Pemain harus dapat mengendalikan emosi
penonton untuk dapat menikmati setiap tanjakan demi tanjakan,
sampai akhirnya pada puncak tanjakan.Aktor harus dapat menahan
tingkatan-tingkatan perkembangan sebelumnya supaya tidak setinggi
puncak.Aktor yang tidak dapat menahann diri sebelum puncak,
biasanya kewalahan dalam menciptakan puncak, dan akhirnya
puncaknya tidak jelas.

Dalam menahan puncak ini terdapat lima macam teknik yang dapat
digunakan yaitu:

a) Pertama, dengan menahan intensitas emosi, emosi baru


dicapai pada tingkat puncak.
b) Kedua, dengan menahan reaksi terhadap perkembangan
alur.
c) Ketiga, dengan teknik gabungan.Misalnya, apabila seorang
pemain memakai suara yang leoas, maka hendaknya
gerakan-gerakannya ditahan, apabila gerakan-gerakannya
lepas, maka suaranya yang ditahan, baru kemudian saat
puncak semua dipergunakan baik gerakaan dan pengucapan.
d) Keempat, dengan teknik permainan bersama yaitu dengan
kedua atau lebih tokoh membangun puncak bersama.
e) Kelima dengan teknik penempatan pemain yaitu dengan
memindah-mindahkan tempat pemain di dalam panggung.

29
Latihan:

KAPTEN:
Kurang ajar! Terkutuklah yang mempermainkan aku.Tampakkan
dirimu, mari berkelahi secara jantan. Ya, Tuhan alangkah fgelapnya,
kalau saja aku bisa melihat, kulubangi batok kepalanya sekrang juga.
Diam….apa maksudmu dengan semua ini!? Kau piker aku akan
menyerahkan Harimau Laut begitu saja? Terkutuklah! Kuperingatkan
sekali lagi sebelum aku menembak.Jangn coba-coba mempengaruhiku.
Kau dengar…..

SUARA ITU MASIH TERDENGAR

Baik!!! (Kapten Leo menembak membabi buta ke laut)

COMOL:
Kapten! Kapten! Jangan menembak! Nanti ada yang kena (Berdiri
memegangi Kapten)

KAPTEN LEO MENOLAK COMOL

KAPTEN:
Aku harus memburunya sekali ini (Lari ke tempat sampan)

COMOL:
Jang Kapten! Apa yang Kapten buru? Jangan pergi Kapten! Lihat cuaca
buruk sekali, nanti Kapten tersesat.Mau kemana Kapten?Jangan
tinggalkan saya di sini.Bawa saya ikut serta Kapten. Oh….Kenapa dia
seperti itu? Dewa laut itu telah mengutuknya (Mengangkat lentera)
Ajaib. Dia benar-benar pergi (Berteriak) Kapten! hati-hati Kapten! Awas
dewa laut! Cepat kembali! jangan tinggalkan aku disini! Oh, Kenapa dia
seperti itu? Ajaib! Jangan-jangan dia sudah
gila….Kaptenku…Oh….(Suara guruh itu semakin kuat) Dengar dewa
laut! Ya Tuhan, jangan ambil dia! Selamatkan Kaptenku! Ampunilah
kami telah melanggar perairan terlarang ini.kami tidak tahu, lepaskan
hukuman ini.

(Penggalan naskah “Lautan Bernyanyi” karya Putu Wijaya)

30
e. Teknik Timing

Timing selalu dikaitkan dengan tempo.Timing adalah ketepatan


hubungan antara gerakan jasmani yang berlangsung sekejap dua kejap
dengan kata atau kalimat yang diucapkan, sedangkan tempo adalah
ukuran kecepatan di dalam melakukan aksi. Ketepatan beraksi antara
gerakan dan dialog yang diucapkan dapat dilakukan melalui tiga
macam cara, pertama, gerakan dilakukan sebelum kata-kata
diucapkan, misalnya: (Memeluk) “Aku sayang padamu.”.Kedua,
gerakan diucapkan sambil kata-kata diucapkan.Ketiga, gerakan
dilakukan setelah kata-kata diucapkan.

Pada pertunjukan komedi timing menjadi sangat penting, Kelucuan-


kelucuan hadir karena ketepatan aksi yang dilakukan oleh tokoh-
tokohnya. Saat timing yang dilakukan oleh tokoh tidak tepat maka
kelucuan yang diharapkan itu bisa jadi tidak akan tercipta.

Latihan:

(Adang terhenyak ke dipan, mencabik-cabik rambut)


ADANG:
Ayu, kenapa si Rahayu yang selalu ditanyakannya! Tidak bisakah
cintaku menolong Tati? (dan karena Ibu bisu saja, ia jadi penasaran,
dan suaranya sebagai berteriak) Ibu! Kenapa si Ayu?Kenapa?
IBU:
Si Ayu adiknya!
ADANG:
Tapi itu mustahil.Ku suaminya, aku lebih rapat dengan dia.
IBU:
(lama melihat Adang dengan rasa kasihan dan termangu. Kemudian ia
mendekati Adang dan meletakkan tangannya ke bahu Adang, katanya

31
lembut) Adang, sabarkanlah hatimu. Kita berdua bernasib sama. Aku,
ibunya sendiri juga segan dia menerima.
(Adang hanya mengangkat kepalanya, memandang Ibu dengan rasa
yang masih mengandung benci)
IBU:
Janganlah kita bertengkar sekarang ini.Lupakanlah bencimu pada ibu,
lupakan sejenak.
ADANG:
Ibu sendiri yang harus tahu.
IBU:
Adang.Hatiku ini sudah hancur, lebih hancur dari hatimu. O, janganlah
kita terus bertengkar. Bila memang sudah ditakdirkan, ajal tati akan
sampai, marilah kita beri ia kepergian yang tenang.
ADANG:
(bangkit) Dia tidak akan pergi.
IBU:
(Kemudian) Engkau sudah seminggu tidak tidur-tidur.Kau terlalu
letih.Rebahkanlah dirimu agak sebentar ke dalam. (Adang tidak
menjawab, ia melangkah, dan di depan jendela kekelaman malam.
Hujan sudah reda, dan hatinya agak reda juga. Lalu ia masuk
kekamarnya, dan keluar sambil mengenakan jas hujan)
IBU:
Kemana kau Adang.
ADANG:
Keluar, mencari hawa.Hujan sudah berhenti. (Diambang pintu ia
tertegun, dan berpaling pada ibu, katanya) Bu, maafkanlah kata-
kataku tadi.
IBU:
(letih) Lupakanlah kejadian itu.

32
ADANG:
(datang mendekati Ibu kembali) Kenapa si Ayu belum datang juga?
Seharusnya sudah tiba sekarang…. Sudah dua kali tilgram kukirim (dan
smbungannya seolah-olah pada dirinya sendiri) Kenapa Ayu, si Ayu
yang ditanyakannya?
IBU:
Tak usah diberati pikiranmu lagi.Kita doakan dia lekas datang.
ADANG:
Ya, dua kali kutilgram. Juga Trisno…. Mereka datang di gunung.
(sejurus lamanya Adang sebagai berpikit, lalu dengan tidak berkata
sepatahpun ia pergi keluar).

(Penggalan naskah “Titik-Titik Hitam” karya Nasjah Djamin)

C. Mengolah Kreativitas

Bagi seorang aktor penguasaan teknik saja tidaklah cukup.Teknik


tersebut harus melebur dengan diri aktor sehingga akting yang dilakukan
menjadi lebih hidup, wajar, dan apa adanya.Permainan hanya
menampilkan teknik-teknis saja menjadikanakting yang dilakukan tampak
teknis, sehingga kehilangan jiwa kemanusiaannya.Oleh karena itulah
dibutuhkan olah kreativitas untuk menjadikan teknik itu menjadi tampak
lebih ‘hidup’.Olah kreativitas yang dilakukan dengan latihan improvisasi
dan bisnis akting.

a. Improvisasi

Improvisasi adalah ciptaan spontan seketika itu juga (Rendra,


2007: 76) atau melakukan akting dengan tanpa perencanaan terlebih
dahulu, tanpa teks baku yang menjadi acuan akting.Melalui latihan
improvisasi dapat mengembangkan teknik-teknik bermain.Hasil dari

33
pengembangan ini sangat ditentukan oleh kreativitas aktor. Teknik yang
sama dilakukan oleh dua orang aktor yang berbeda akan menghasilkan
bentuk akting yang berbeda pula. Latihan improvisasi dapat menjadikan
teknik-teknik umum bermain drama menjadi unik dan hanya dimiliki oleh
aktor sendiri.

Hal yang harus dingat dalam latihan improvisasi adalah jangan


pernah berfikir akan melakukan apa, setiap aksi yang dilakukan haruslah
spontan dan saat itu juga. Latihan improvisasi dapat dilakukan dengan
improvisasi solo, improvisasi dengan benda, improvisasi dengan bunyi,
dan improvisasi dengan rangka cerita.

Latihan:

1. Improvisasi Solo
Bayangkanlah, diri anda berada di antara mayat-mayat korban
bencana tsunami.Anda adalah satu-satunya yang selamat di
keluarga anda.Anda berjalan mengintari mayat-mayat itu diantara
bau busuk yang menyengat dan lalat-lalat yang berterbangan,
mencari orang tua dan saudara-saudara anda.

2. Improvisasi dengan Benda


Ambil benda apa saja yang ada di sekelilingmu, kemudian geser
benda itu ke teman anda terus menerus, sampai hitungan tertentu
berhenti. Sekarang anda memegang benda yang telah diambil oleh
teman anda, lalu mainkan benda itu menjadi apa saja.Pada waktu
tertentu hentikan akting anda, kemudian geser kembali benda yang
anda pegang ke teman anda, mainkan kembali benda itu, dan
seterusnya.Lakukanlah berulang-ulang kali.

34
3. Improvisasi dengan Bunyi
Anda akan diperdengarkan dengan alunan bunyi musik. Silahkan
anda bergerak mengikuti irama, tempo, dan suasana yang terdapat
di dalam musik.Kerahkan semua gerakan tubuh dan ekspresi muka
mengikuti alunan musik.Saat musik berganti-ganti maka gerakan
tubuh dan ekspresi anda juga harus berubah.Lakukan latihan ini
berulang-ulang kali, dengan jenis musik dan suasana yang
berbeda-beda.

4. Improvisasi dengan Kerangka Cerita


Anda dengan beberapa teman anda membuat plot cerita beserta
tokoh-tokohnya. Cerita hanya sebatas garis besarnya saja, tanpa
membuat dialog-dialog yang akan diucapkan. Setelah plot tersusun
dan disepakati, tentukan aktor-aktor untuk memainkan tokoh-
tokoh itu. Langkah terakhir adalah memainkan peristiwa itu sesuai
dengan plot yang telah disepakati bersama.

b. Bisnis Akting

Bisnis acting adalah gerakan-gerakan kecil yang terjadi pada tubuh


manusia. Bisnis akting ini muncul karena adanya efek dari gerakan emosi
dan pikiran yang lebih kecil,namun dapat juga bisnis akting muncul dari
efek emosi dan pikiran besar yang ditahan atau ditekan, begitu juga
sebaliknya, emosi kecil bisa terekspresikan dalam gerakan besar dalam
kondisi tertentu yang membuat seseorang bisa mengekspresikannya
dengan leluasa.
Emosi yang bertumpuk dan tumpang tindih atau mengalami dua
atau lebih emosi pada saat bersamaan, sangat memungkinkan terjadi
akting dan bisnis akting. Biasanya dalam kondisi ini salah satu emosi
yang lebih besar akan terekspresikan dengan gerakan atau bentuk tubuh
yang besar dan masuk dalam klasifikasi akting,sedangkan emosi yang

35
lebih kecil yang beroperasi diantara atau didalamnya akan terekspresikan
dalam gerakan kecil yang diklasifikasikan sebagai bisnis akting.

Latihan:

Lakukanlah gerakan-geakan kecil yang didorong atas emosi yang sedang


anda rasakan.Gerakan dapat dilakukan dengan duduk dikursi ataupun
berdiri. Anda juga dapat menggunakan benda-benda tertentu untuk
melakukan gerakan tersebut. Lakukanlah berulang-ulang kali dengan
berbagai dorongan emosi yang berganti-ganti.

c.Efek Spons (Sponge)

Setiap laku/tindakan manusia melibatkan pikiran(kognisi),


perasaan(afeksi) dan tindakan/gerak (konasi). Ketiga aspek ini
bekerja/beroperasi dengan cara menyerap atau terpengaruhi satu dan
lainnya. Jika anda berpikir, maka akan diikuti perasaan dan ekspresi
gerakan. Jika anda merasakan maka juga akan diikuti pikiran dan
gerakan. Ketika anda melakukan gerakan , maka juga akan diikuti
pikiran dan perasaan. Inilah yang disebut efek spons.
Prosentasenya/volume kemunculan kognisi,konasi dan afeksi(KKA)
tentu akan berbeda-beda pada tiap orang. Hal ini dipengaruhi impulse
penyebabnya dan oleh faktor-faktor pembentuk kepribadiannya. Ada
orang-orang yang mudah mengekspresikan pikiran, perasaan dan
geraknya tetapi ada juga orang yang sangat sulit mengekspresikan.
Terkadang salah satunya(KKA) nampak jauh lebih besar dari yang lain.
Hal ini sangat penting diketahui oleh seorang aktor untuk memerankan
keutuhan kehidupan manusia.

36
Latihan :

Pilih salah satu emosi, kemudian dorong emosi itu kedalam fikiran dan
tindakan anda sehingga akan menuntun diri anda untuk berfikir dan
bertindak sesuai dengan dorongan emosi itu. Lakukan latihan ini
dengan jenis emosi yang berbeda. Kenali setiap gejala tubuh, reaksi
pikiran, dan tindakan yang muncul dari dorongan emosi tersebut.

PENUTUP
 Tes Kemampuan

Mempresentasikan adegan dari penggalan naskah monolog.

DAFTAR PUSTAKA

Kirby, Michael (edisi 02 Agustus 2004), Tentang Akting dan Bukan Akting,
dalam Jurnal Lebur, Yogyakarta. Yayasan Teater Garasi.

Rendra, WS.2007. Rendra, Seni Drama Untuk Remaja. Jakarta. Burung


Merak Press.

Rendra, WS. 1982. Tentang Bermain Drama. Jakarta. Pustaka Jaya.

Sumber Naskah :

1. “Malam Jahanam”,karya Motinggo Busye.


2. “Lautan Bernyanyi”, karya Putu Wijaya.
3. “Sayang Ada Orang Lain”,karya Utuy Tatang Sontani.
4. “Titik-Titik Hitam” karya Nasjah Djamin.

37
BAB III
BERMAIN BERPASANGAN

PENDAHULUAN

 Deskripsi Singkat
- Blocking dan Movement.
- Levelitas dan Komposisi

 Manfaat
- Mahasiswa dapat menciptakan blocking dan movementsaat
bermain bersama.
- Mahasiswa menguasai dan memiliki kesadaran tentang levelitas
san komposisi saat bermain bersama.

 TIK (Kompentensi Pendukung)


- Setelah mengikutiperkuliahan ini mahasiswa dapat menciptakan
blocking dan movement, serta menguasai dan memiliki
kesadaran tentang levelitas dan komposisi saat bermain
bersama.

38
PENYAJIAN
 Uraian

A. Blocking dan Movement

Blocking adalah kedudukan aktor pada saat berada di


panggung.Blocking tidak hanya sekedar membagi panggung menjadi
beberapa ruang permainan, tetapi blocking itu tercipta karena suasana
dan perasaan yang dirasakan oleh tokoh telah menggiring dirinya untuk
berada pada kelompok-kelompok tertentu (Hamzah, 1985: 42). Tokoh
yang memiliki kesamaan gagasan akan berada dalam satu kelompok,
berhadapan dengan kelompok lain yang memiliki gagasan berbeda.
Dalam satu panggung pertunjukan dapat tercipta beberapa blocking
tergantung dari kebutuhan kelompok emosi yang ada. Jarak antar satu
kelompok dengan kelompok lain mencerminkan jarak emosi.

Dalam permainan drama, blocking harus seimbang, utuh,


bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian yang jelas.Masing-masing
blocking dapat berganti-ganti menjadi pusat perhatian sesuai dengan
kebenaran peristiwa yang disajikan.Terdapat beberapa prinsip dalam
menciptakan blocking yaitu seimbang, utuh, bervariasi, memiliki titik
pusat, dan wajar.Seimbang berarti kedudukan pemain, termasuk juga
benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di
satu tempat, sehingga tidak mengakibatkan kesan berat sebelah.Jadi
semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda
yang ada di panggung.Utuhberarti blocking yang ditampilkan hendaknya
merupakan suatu kesatuan.Semua penempatan dan gerak yang dilakukan
harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.Bervariasi artinya
bahwa kedudukan pemain tidak disatu tempat saja, melainkan
membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak
jenuh.Memiliki titik pusatartinya setiap penampilan harus memiliki titik

39
pusat perhatian, untuk memberi tekanan-tekanan peristiwa itu
berlangsung.Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-
benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat.

Satu blocking dengan blocking yang lain ini dihubungkan oleh


movement dengan motivasi-motivasi tertentu. Movement adalah gerakan
atau perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain (Hamzah, 1985:
28). Movement tercipta atas dasar motivasi, tanpa motivasi movement
tidak akan tercipta. Berbagai motivasi yang melandasi movement
melahirkan berbagai bentuk gerakan perpindahan dari satu tempat ke
tempat yang lain. Motivasi yang kuat dan tanpa ragu-ragu menciptakan
straight movement, langkah langsung, sedangkan motivasi yang tidak
kuat akan membuat seseorang untuk menghindar dari langkah langsung.
Biasanya ia melakukan movement dengan gerakan lengkung atau disebut
sebagai curvemovement (Hamzah, 1985: 29).

Terdapat dua curve movement. Pertama, upstage curve


movement, gerakan lengkung ke atas. Kedua, downstage curve
movement, gerakan lengkung ke bawah. Kedua-duanya mempunyai
watak yang sama yaitu satu gerakan dari motivasi yang kurang kuat.
Sedangkan untuk perasaan cinta, khawatir, cemburu, benci dapat
dilakukan dengan sidewise movement, gerakan menyisi atau zigzag.
Dalam membuat movement haruslah juga diingat kadar nilai dramatik
sebuah garis (Harymawan, 1998: 69).

1. Horizontal: tenteram, aman, sentosa, seimbang


2. Vertikal: ekspresi meninggi, kekerasan, perasa, angkuh
3. Diagonal: ketegangan jiwa, pelarian
4. Lurus: kekuatan, kekerasan, kesederhanaan, tidak kompleks
5. Lengkung: spontanitas, keramahtamahan, kebebasan,
keakraban, kegembiraan.
6. Terputus-putus: kekacauan, kekalutan.

40
1. 2.

3.

4. 5. 6. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Gambar. Garis movement.

Latihan:

Anda dan teman-teman anda berada di panggung, kemudian berjalan


bebas menuju berbagai ruang panggung. Setelah itu di setiap anda
berjalan hadirkan motivasi dengan berbagai emosi tertentu. Lakukan
terus-menerus dengan berganti-ganti emosi, pada hitungan tertentu anda
semua berhenti untuk menciptakan blocking-blocking sesuai dengan
emosi yang sama dengan teman anda. Emosi-emosi yang sama akan
berada dalam satu kelompok.

41
B. Levelitas dan Komposisi

Levelitas adalah tinggi rendahnya posisi tubuh dalam ruang


permainan. Levelitas ini dapat dibagi menjadi tiga yaitu level atas,
tengah, dan bawah. Saat berdiri aktor berada di level atas, saat ia duduk
di kursi ataupun jongkok ia berada di level tengah, dan saat aktor duduk
di lantai ia berada di level bawah. Pembagian aktor untuk berada di level
atas, tengah, dan bawah dalam satu permainan di panggung di sebut
sebagai komposisi. Komposisi ini menjadikan sebuah pertunjukan tampak
lebih dinamis dan berdimensi.

Posisi aktor dan penempatan setting di dalam ruang permainan


akan menentukan levelitas dan komposisi tercipta. Penyusunan levelitas
dan komposisi didasarkan atas prinsip keseimbangan, kesatuan, dan
harmoni. Penempatan setting hanya di sudut ruang tertentu akan
menjadikan ruang permainan berat sebelah, begitupun juga penempatan
posisi aktor hanya berada pada satu level tertentu saja menjadikan tubuh
aktor tampak kaku. Aktor dan setting menjadi elemen utama untuk
mencipta levelitas dan komposisi.

42
Gambar. Pembagian imajiner lantai panggung prosenium yang digunakan
untuk pengaturan blocking pemain, pencahayaan, dan penempatan set-
dekor. Sumber : www.rmwebed.com.

Secara umum panggung pertunjukan dibagi menjadi menjadi


sembilan titik yaitu:

1. Downstage left
2. Center left
3. Upstage left
4. Downstage center
5. Center center
6. Upstage center
7. Downstage right
8. Center right
9. Upstage right

43
Masing-masing titik ini memiliki tegangan dramatik sendiri-sendiri.
Kecenderungan untuk memainkan emosi-emosi yang sifatnya keluar
(marah, gembira, ceria, dan lain sebagainya) posisi aktor ditempatkan di
titik depan mendekati dengan penonton, sedangkan saat memainkan
emosi-emosi yang sifatnya ke dalam (sedih, takut, kecewa, dan lain
sebagainya) dipergunakan titik paling belakang menjauh dari penonton.
Titik tengah panggung dipergunakan untuk emosi-emosi yang sifatnya
netral.

Gambar. Contoh penempatan blocking& levelitas aktor.


Sumber: www.djarumfoundation.org

44
Gambar. Contoh penempatan blocking aktor.
Sumber: www.djarumfoundation.org

Gambar. Contoh penempatan komposisi aktor.


Sumber: www.djarumfoundation.org

45
Gambar. Contoh movement, levelitas dan komposisi aktor.
Sumber: http.static.asiawebdirect.com

Latihan:

Buat tiga kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 2-4 orang


anggota. Tempatkan masing-masing kelompok tersebut pada titik-titik
dramatik di panggung. Perintahkan mereka untuk berpose sesuai dengan
nilai dramatik di masing-masing titik tersebut. Masing-masing kelompok
berada pada level atas, tengah, dan bawah. Pada hitungan tertentu
perintah mereka untuk berpindah menempati titik dramatik yang lain dan
merubah levelitasnya. Lakukan latihan ini secara berulang-ulang kali.

46
PENUTUP

 Tes Kemampuan

Mempresentasikan adegan dari penggalan naskah drama dengan


pemain lebih dari 2 tokoh.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, A. Adjib. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung. CV. Rosda.

Harymawan.RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung. CV. Rosda.

Sumber Gambar :
www.djarumfoundation.org
http.static.asiawebdirect.com
www.rmwebed.com.

47
BAB IV

BERMAIN DENGAN NASKAH

PENDAHULUAN

 Deskripsi Singkat
- Memilih naskah
- Reading dan analisis naskah.
- Observasi.
- Latihan dan memerankan.

 Manfaat
- Mahasiswa dapat melakukan pemilihan naskah, kemudian
reading dan menganalisisnya.
- Mahasiswa dapat melakukan observasi berkenaan dengan
naskah yang telah dipilih.
- Mahasiswa dapat melakukan latihan untuk memerankan tokoh
sesuai dengan naskah.

 TIK (Kompentensi Pendukung)

- Setelah mengikutiperkuliahan ini mahasiswa dapat melakukan


pemilihan naskah, reading naskah, menganalisisnya, kemudian
melakukan observasi untuk mendukung latihan serta
memerankan tokoh sesuai dengan naskah.

48
PENYAJIAN
 Uraian

A. Pemilihan Naskah.

Peran naskah dalam pertunjukan teater adalah sebagai sumber,


acuan, pedoman, petunjuk dari pertunjukan teater. Untuk beberapa
pertunjukan teater konvensional, naskah drama menjadi dasar dan
panduan kerja bagi seluruh unsur dalam proses penggarapan.

Proses pertama yang dilakukan ketika seseorang hendak


menciptakan sebuah pertunjukan teater adalah mencari, menemukan dan
kemudian mengeksplorasi sebuah gagasan yang menjadi tema pesan
yang akan disampaikan penggarap. Adakalanya ide tersebut langsung
dituangkan menjadi sebuah naskah drama, skrip, kumpulan premis yang
kemudian dijadikan sebuah pertunjukan.

Bagi sebagaian penggarap lainnya, naskah drama yang diciptakan


seorang dramawan adalah sumber ide penggarapan. Kesesuaian antara
gagasan, tema dan pesan yang ingin disampaikan antara dramawan
melalui naskahnya dengan gagasan seorang sutradara, dapat menjadi
jembatan bagi sebuah proses untuk mewujudkan sebuah naskah drama
menjadi pertunjukan teater.

Proses ini diawali dengan mencari naskah yang sesuai dengan


gagasan yang dimiliki penggarap. Ia perlu membaca dan memahami
banyak naskah untuk menemukan gagasan dramawan yang cocok
dengan passion-nya, atau paling tidak mendekati. Setelah menemukan
beberapa naskah yang dianggap sesuai, ia masih perlu untuk menelaah
lebih lanjut untuk memilih sebuah naskah yang benar-benar cocok dan
sesuai dengan keinginan penggarap. Pada dasarnya, penggarap memiliki
kebebasan untuk memilih langkah selanjutnya, apakah ingin menggarap
sesuai dengan naskah aslinya, melakukan adaptasi, atau penyaduran.Jika

49
memilih untuk melakukan adaptasi atau penyaduran, ada baiknya
penggarap melakukan komunikasi lebih lanjut dengan penulis naskahnya
jika memungkinkan.

Setelah naskah dipilih, selesai disadur atau diadaptasi oleh


penggarap, selanjutnya aktor dapat memulai proses menganalisis naskah.
Proses ini memerlukan kerjasama antara sutradara, editor naskah (jika
naskahnya diadaptasi/ disadur), dan aktor.

B. Reading Naskah

Naskah yang sudah dipilih kemudian dibaca oleh aktor untuk


mengetahui, memahami, dan menyerap sebanyak mungkin informasi
yang dituangkan dramawan ke dalamnya karyanya. Usaha ini merupakan
proses interpretasi gagasan dari pemikiran dramawan ke dalam pemikiran
dan pengalaman si aktor.

Proses pembacaan ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :

1. Aktor membaca naskah dalam hati. Pada proses ini aktor akan
mendapatkan informasi mengenai tokoh, konflik, dan tema,
dari cerita dalam naskah. Aktor juga mendapatkan gambaran
tentang tempat, waktu, dan kondisi-kondisi (lingkungan,
sosial, dll.) yang menjadi latar dari peristiwa dramatik yang
digambarkan. Dari petunjuk penulis (author direction) atau
disebut juga teks sampingan(nebentext), aktor akan
mendapat gambaran tentang aksi dan suasana yang dihendak
dihadirkan dalam pertunjukan kelak. Dengan menggunakan
imajinasi aktor, semua informasi ini akan dipahami, disimpan,
dan diserap ke dalam ingatan.

50
2. Tahap kedua, aktor membaca dialog-dialog dengan suara
nyaring. Pada tahap ini, ucapkan dialog dengan melakukan
pengolahan diksi, pungtuasi, intonasi, dan penekanan untuk
menggambarkan emosi sehingga dapat menghadirkan
suasana dan efek dramatis dari peristiwa. Aktor sudah mulai
merasakan suasana dari peristiwa dan mulai menghidupkan
karakter dari tokoh yang akan dimainkannya. Ia akan semakin
memahami watak, tempramen, sifat, sikap, dan pemikiran
dari tokoh tersebut. Proses transfer informasi pada tahap
sebelumnya, mulai berkembang menjadi tahap interpretasi
aktor terhadap tokoh yang berusaha “dihidupkannya” melalui
dialog-dialog yang diucapkan.

3. Tahap ketiga, aktor membaca dan mengucapkan dialognya


bergantian dengan aktor-aktor yang memainkan tokoh
lainnya. Pengucapan dialog pada tahap ini tentu akan berbeda
dengan ketika aktor mengucapkan dialognya seorang diri.
Interaksi dengan pemeran lainnya akan semakin menguatkan
emosi aktor ketika mengucapkan dialognya masing-masing.
Pada saat inilah aktor mulai menghadirkan emosi secara
alamiah ketika bisa merasakan kehadiran konflik dari
peristiwa dramatis saat berinteraksi dengan karakter-karakter
lainnya. Emosi alamiah ini selanjutnya akan diikuti dengan
ekspresi alamiah yang merupakan respon (reaksi) dari
rangsangan (aksi) akibat konflik yang dihadirkan melalui
dialog-dialog antar tokoh. Konflik dalam naskah yang sifatnya
imajinatif, sudah berwujud menjadi konflik yang “hadir”
dalam sebuah peristiwa dramatik.

51
C. Analisis Naskah

Setelah aktor dapat mengatahui, memahami, dan merasakan konflik


dari naskah drama, tahap selanjutnya adalah proses interpretasi
(menafsirkan) naskah untuk menganalisis lebih dalam terhadap tema,
tokoh, dan konflik yang membentuk plot/ alur. Proses ini sebenarnya
sudah dimulai sejak aktor mulai membaca naskan untuk pertama kalinya.
Akan tetapi, analisis yang dilakukan setelah aktor melewati tahap
pemahaman yang cukup baik mengenai tokoh dan permasalahan dalam
naskah, tentu akan menghasilkan analisis yang lebih mendalam. Ada 3
poin yang penting untuk dianalisis, yaitu :

1. Tema.

Saini & Sumarjo (1988: 56,147,148) menjelaskan bahwa


tema adalah pokok pikiran (ide) dari sebuah cerita yang akan
disampaikan pengarang dalam karyanya untuk menyampaikan
sesuatu, seperti masalah kehidupan, pandangan hidupnya
atau komentar terhadap kehidupan ini. Dalam tema tersebut,
terdapat unsur-unsur seperti masalah, pendapat dan pesan
pengarang yang disampaikan pada apresiatornya. Terhadap
unsur-unsur drama yang lain, tema merupakan tujuan akhir
yang harus diungkapkan melalui plot, karakter, maupun
bahasa. Oleh karena itu, tema menjadi pedoman dan
pemersatu bagi unsur-unsur drama lainnya.

Tema adalah makna cerita, gagasan sentral, dasar cerita, dan


komentar yang mengandung sikap pengarang terhadap subjek
atau pokok masalah baik secara eksplisit atau implisit. Makna
yang dilepaskan atau ditemukan dalam suatu cerita
merupakan implikasi yang penting bagi cerita secara
keseluruhan karena merupakan sesuatu yang diciptakan

52
pengarang sehubungan dengan pengalaman total yang
dinyatakannya (Sayuti, 2000: 187-191).

Tema akan ditemukan setelah aktor bisa memahami tokoh-


tokoh dan konflik yang mereka alami. Tema bisa disimpulkan
dari relasi antara premis-premis yang terdapat dalam naskah.
Tema merupakan visi yang hendak dicapai oleh dramawan.
Karena merupakan sebuah visi, maka tema disampaikan
dalam bentuk sebuah pernyataan (statement). Untuk
mencapai visi tersebut penulis menciptakan tokoh untuk
memperjuangkannya. Perjuangan itu akan menemukan
hambatan yang diwujudkan dalam tokoh yang menentang visi
tersebut. Tokoh yang memperjuangkan visi diposisikan
sebagai tokoh protagonis. Sedangkan tokoh yang menentang
visi, diposisikan sebagai tokoh antagonis. Konflik dari
pertentangan antara tokoh protagonis dan antagonis
menciptakan plot.

2. Penokohan.

Tokoh-tokoh akan mengungkapkan perasaan dan cara


berfikirnya melalui perbuatan dan apa yang dilakukannnya
ketika menghadapi masalah. Maka, melalui ucapan,
perbuatan, pikiran dan perasaannya, penggambaran watak
yang khas dari tokoh dapat diketahui. Tokoh merujuk pada
orangnya (benda), sedangkan karakter merujuk pada
sifatnya. Karakter juga selalu melekat pada setiap tokoh.

Secara lebih detail Saini & Sumarjo (1988: 64-66)


menjelaskan bahwa analisis terhadap karakter/ watak dapat
dilihat melalui :

53
1) Apa yang diperbuatnya, tindakannya terutama pada
saat-saat kritis.
2) Melalui ucapan-ucapannya.
3) Melalui penggambaran fisik tokoh.
4) Melalui pikiran-pikirannya.
5) Melalui penerangan langsung oleh pengarang.

Analisis karakter melalui dialog dapat dilihat pada :

a. Apa yang dikatakan tokoh (penutur).


b. Nada suara.
c. Penekanan.
d. Dialek.
e. Kosa kata
f. Kualitas mental para tokoh yang tercermin dari
dialognya.
g. Jati diri penutur.

Sedangkan karakterisasi melalui tingkah laku para tokoh


mencakup :

1) Ekspresi wajah.
2) Motivasi yang melandasi tindakan para tokoh
(Minderop, 2005: 38).

54
Alasan timbulnya suatu laku atau kejadian adalah motif, yaitu
keseluruhan stimulus dinamis yang menjadi sebab pelaku
mengadakan respons. Motif muncul dari berbagai hal, seperti:

a) Kecenderungan dasar yang dimiliki manusia, misalnya


kecenderungan untuk mendapatkan pengalaman
tertentu atau pemuasan libido tertentu.
b) Situasi yang melingkupi manusia, yaitu keadaan fisik
dan keadaan sosial.
c) rangsangan yang timbul karena interaksi sosial.
d) watak manusia, sifat intelektualnya, emosinya,
persepsi dan resepsi, ekspresi serta sosial-kulturalnya
(Oemarjati, 1971: 63 dan Hasanuddin, 1996: 88).
Selain hal yang telah sebutkan di atas kepribadian
yang dimiliki tokoh berhubungan dengan masa lalu,
pendidikan, asal daerah dan pengalaman hidupnya.

Tokoh-tokoh cerita memiliki watak masing-masing yang


digambarkan oleh pengarang sesuai dengan kemungkinan
watak yang ada pada manusia seperti jahat, baik, sabar,
peragu, periang, pemurung, berani, pengecut, licik, jujur, atau
campuran dari beberapa watak tersebut. Watak para tokoh
menjadi pendorong terjadinya peristiwa sekaligus unsur yang
menyebabkan kegawatan pada masalah yang timbul dalam
peristiwa tersebut sehingga dapat menggerakkan cerita. Di
sinilah terdapat hubungan antara watak dengan alur cerita
(Saini & Sumarjo, 1988: 145).

55
3. Plot/ Alur.

Plot adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lainnya


dihubungkan dengan hukum sebab-akibat. Peristiwa demi peristiwa saling
mengikat, sehingga membangun kausalitas yang tidak dapat dipisahkan.
Plot juga memiliki fungsi untuk menangkap, membimbing, mengarahkan
perhatian pembaca atau penonton, serta mengungkapkan dan
mengembangkan watak tokoh-tokoh cerita. Aristoteles juga menjelaskan
bahwa plot adalah roh drama. Dengan menghadirkan unsur-unsur plot
seperti “ketegangan” (suspence), yaitu kemampuan untuk menumbuhkan
keingintahuan dan kepenasaran penonton, “kejutan” (surprise) yaitu
peristiwa mengejutkan yang berada di luar dugaan penonton tetapi tetap
memperhatikan hukum sebab-akibat yang logis, “ironi dramatik”
(dramatic irony) yaitu peristiwa yang terjadi berlawanan dengan apa yang
diharapkan tokoh sehingga menimbulkan hal yang ironis, sebuah karya
sastra drama dapat menarik dan memelihara perhatian pembaca atau
penonton (Saini & Sumarjo, 1991: 139-144). Sayuti (2000: 47,53)
menambahkan “kemasuk-akalan” (plausibility) yaitu kelogisan sebab-
akibat dalam penyusunan cerita yang mengandung kebenaran umum,
dan “keutuhan” (unity) sebagai unsur plot.

Abrams & Harpharm (2009: 265) menambahkan bahwa plot dalam


sebuah karya drama atau narasi didasari oleh peristiwa dan tindakan
yang menentukan arah pencapaian efek artistik dan emosional tertentu.
Plot dan karakter saling berkaitan karena tindakan (termasuk wacana
lisan maupun tindakan fisik) yang dilakukan oleh karakter tertentu dalam
sebuah karya untuk menunjukkan kualitas moral dan posisi mereka.
Perkembangan plot membangkitkan harapan pada penonton atau
pembaca tentang masa depan peristiwa, tindakan dan respon karakter.
Aristoteles membagi plot menjadi tiga bagian yaitu awal, tengah, dan
akhir.

56
Mengenai struktur dramatik, Reaske (1966: 35-36) menyatakan
bahwa plot dalam drama terkait langsung dengan “apa yang terjadi” dan
secara mendasar bisa dikatakan sebagai istilah lain untuk struktur
dramatik. Plot niscaya harus memergunakan konflik dan menyuguhkan
peristiwa ketika kekuatan yang saling berlawanan bertemu, sampai pada
tahap resolusi akhir (catastrophe). Aspek paling penting dari plot adalah
kesalinghubungannya dengan tokoh cerita dalam mewujudkan ide-ide
tokoh ke dalam laku (action) yang tepat. Dengan kata lain, plot
menginformasikan gambaran tokoh dan laku dramatik yang lahir dari
motivasi tokoh cerita.

Pembagian plot tersebut berkembang menjadi penjelasan mengenai


struktur dramatik yang berfungsi untuk mengungkap buah pikiran
pengarang serta melibatkan pikiran dan perasaan apre-siatornya. Dalam
drama konvensional struktur dramatik yang sering digunakan adalah
model struktur dramatik yang disimpulkan oleh Aristoteles (384 SM–322
SM) dari analisisnya terhadap karya-karya Sophocles (449 SM–406 SM).
Struktur dramatik Aristotelas terdiri dari bagian yang saling menunjang
yang disebut eksposisi, komplikasi, klimaks, resolusi dan konklusi (Saini &
Sumarjo, 1988: 142).

D. Observasi.

Setelah aktor dapat menganalisis secara mendalam mengenai tema,


tokoh-tokoh dan plot dari konflik dalam naskah drama tersebut, ia akan
memahami dengan baik tokoh yang akan dimainkannya. Ia juga sudah
memahami posisi tokoh tersebut dalam plot cerita dan fungsinya, dalam
menghadirkan peristiwa untuk menyampaikan tema yang berisi pesan
dan gagasan yang hendak dikemukakan dramawan lewat karyanya.

Tahap selanjutnya adalah observasi (pengamatan) aktor terhadap


peristiwa keseharian di lingkungannya, untuk melihat secara langsung

57
tentang konflik yang mirip atau sama dengan konflik tokoh si aktor di
dalam naskah. Ia juga perlu melakukan pengamatan terhadap individu-
individu yang terlibat dalam konflik tersebut untuk bisa mempelajari
bagaimana individu itu bersikap dalam menghadapi dan berusaha
menyelesaikan permasalahnnya.

Latihan :

Pilih beberapa individu (komunitas masyarakat) di lingkungan yang


menurut anda menarik karena memiliki kedekatan situasi dengan tokoh
yang akan anda perankan. Amati kehidupannya, konflik yang dialami,
serta cara ia menghadapi dan menyelesaikan konflik tersebut.

E. Ekplorasi.

Setelah aktor memahami tokoh yang akan dimainkannya,serta telah


melakukan observasi terhadap individu-individu di lingkungan sekitar, ia
dapat memasuki tahap selanjutnya yaitu mulai berlatih untuk
memerankan tokoh. Latihan ini merupakan proses eksplorasi yang
dilakukan aktor secara individu dan berkelompok, sesuai dengan materi
yang telah diberikan sebelumnya. Aktor akan menemukan beberapa
kendala yang bersifat unik. Ia perlu mencari solusi yang dirasa cocok bagi
dirinya sendiri. Kreativitas dan kemandirian sangat dituntut dalam tahap
ini. Untuk beberapa permasalahan, ia bisa berkonsultasi dengan
sutradara atau pemeran lainnya.

58
PENUTUP

 Tes Kemampuan

1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-5 anggota.


2. Masing-masing kelompok memilih sebuah naskah.
3. Presentasikan 1 babak dari naskah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. 1999. A Glossary of Literary Term, Seventh Edition. Boston.


Heinle & Heinle,Thomson Learning.

Hasanuddin WS. 1996. Drama, Karya Dalam Dua Dimensi, Kajian Teori,
Sejarah dan Analisa. Bandung. Angkasa.

Minderop, Albertine. 2005. Metode Karakterisasi Telaah Puisi. Jakarta.


Yayasan Obor Indonesia.

Oemarjati, Sri Boen. 1971. Bentuk Lakon dan Sastra Indonesia. Jakarta.
Gunung Agung.

Reaske, Christopher Russel.1966. How to Analyze Drama. New York.


Monarc Press.

Sayuti, A. Sumianto. 2000. Berkenalan Dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta.


Gama Media.

Soemardjo, Jakob & Saini, K.M. 1991.Apresiasi Kesusasteraan.Jakarta .


P.T. Gramedia Pustaka Utama.

59

Anda mungkin juga menyukai