PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
- Mengenali potensi diri bagi aktor.
- Tubuh sebagai ekspresi gerak.
- Vokal sebagai ekspresi bunyi (dialog).
- Sukma sebagai ekspresi jiwa.
Manfaat
- Mahasiswa dapatmengenali potensi dirinya sebagai modal dasar
untuk pelatihan keaktoran.
- Mahasiswa menguasai tubuh, vokal, dan sukmanya sebagai
media ekspresi.
1
PENYAJIAN
Uraian
A. Tubuh
2
wujud ekspresi dari emosi. Wujud ekspresi ini dapat berupa gerakan
tubuh dan suara yang diucapkan.
3
enam.Latihan-latihan olah tubuh dapat dilakukan dengan tahap-tahap
sebagai berikut.
a. Pemanasan
4
Kerjakan juga pada kaki kiri sesuai dengan cara di atas. Sebagai penutup
pemanasan ini, gerakkan semua anggota tubuh dari atas sampai bawah.
b. Latihan Ketahanan
c. Latihan Kelenturan
d. Latihan ketangkasan
5
langsung body contactakan melatih tubuh untuk bertindak dan bersikap
secara cepat dan sigap. Kelompok-kelompok teater di Barat bahkan
mewajibkan setiap aktornya harus pandai bermain anggar.
e. Relaksasi
B. Suara
6
masing tokoh dalam pertunjukan teater memuat nilai-nilai dan makna
penting yang harus dimengerti oleh penonton. Salah pengucapan dialog
tersebut akan menghasilkan makna yang berbeda, jika pemeran
melontarkan dialog hanya sekedar hasil hafalan saja, maka dia mencabut
makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan melalui
nada suara membentuk satu pemaknaan tertentu. Diksi dan intonasi
pengucapan dialog menentukan makna dari dialog yang diucapkan oleh
tokoh. Mengingat pentingnya suara dalam pertunjukan teater tersebut
maka seorang aktor harus melatih suaranya agar dapat mengucapkan
dialog dengan baik. Proses latihan pengolahan suara dilakukan melalui
dua tahap yaitu melatih mesin produksi suara melalui berbagai teknik
pernafasan dan melatih ucapan.
a. Teknik Pernafasan
7
udara.Setelah itu dorong udara keluar dari perut melalui mulut dengan
mendesis.Setelah berulang-ulang kali dilakukan kemudian latih otot-otot
di perut untuk berulang-ulang kali mendorong udara melalui mulut tanpa
terlebih dahulu menghirup dan menyimpan udara. Latih teknik pernafasan
ini berulang-ulang kali sehingga otot-otot diperut akan kuat.
8
1. Bibir
2. Lidah
9
Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar,
tempelkan ujung lidah pada gigi serri bawah lalu doronglah lidah
keluar, lakukan berulang-ulang.
Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.
3. Rahang
4. Langit-langit
10
Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda
mengucapkan bunyi M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat
melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak ke atas dan
ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan
pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan
membaca dialog. Bacalah dengan volume yang sedang dan
rasakann pula dorongan nafas diaphragma, arahkan pembentukan
suara ke resonator yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke rongga
resonator dada, mulut atau hidung.
C. Rasa/Sukma
11
a. Melatih Ingatan Emosi
Latihan:
Ingat kembali berbagai pengalaman emosi yang pernah dirasakan,
pengalaman tentang kesedihan, marah, kecewa, bimbang, kalut, dan lain
sebagainya, kemudian hadirkan kembali berbagai pengalaman itu.
12
b. Imajinasi
Latihan:
Masa kecil tentu kita pernah punya cita-cita, bisa jadi citaa-cita itu saat
ini belum dapat atau tidak bisa kita raih. Bayangkan kembali cita-cita itu
kemudian hadirkan kembali, sehingga saat ini anda menjadi seperti yang
anda cita-citakan sejak waktu kecil itu.
13
c. Membangun Watak
14
2. Memberikan identifikasi
Membertikan identifikasi berarti mengungkapkan watak-watak
yang ada dalam tokoh. Selain itu mengidentifikasi berarti meneliti
setiap detil kehidupan dengan teliti. Sebagai contoh, tokoh Hamlet
harus dikaji benar-benar tentang caranya berjalan, berdiri, tertawa,
dan sebagainya. Identifikasi yang paling utama adalah tentang
peran yang akan dimainkan.
4. Penguasaan teknis
Adapun yang dimaksud dengan penguasaan teknis adalah
penguasaan diksi, mimik, gerak, dan pantomimik. Dalam setiap
ucapan dan akting harus tergambar situasi watak yang
tersembunyi di baliknya. Dalam penguasaan teknis, seorang aktor
harus dapat membedakan dua hal sebagai berikut. Pertama, aktor
harus mampu membangun situasi dramatis saat mengucapkan
dialog dalam teks drama. Kedua, seorang aktor harus mampu
menyelaraskan ucapan dengan aksi panggung.
15
PENUTUP
Tes Kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
16
BAB II
DASAR-DASAR AKTING
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
- Mempelajari isolasi diri dan topeng karakter.
- Teknik-teknik bermain drama.
- Olah kreativitas bermain.
Manfaat
- Mahasiswa dapat menguasai teknik isolasi diri dan topeng
karakter.
- Mahasiswa dapat menguasai teknik-teknik bermain drama dan
mampu melakukan pengolahan kreativitas dalam bermain.
17
PENYAJIAN
Uraian
18
A. Isolasi Diri dan Topeng Karakter
a. Topeng Netral
b. Topeng Emosi
19
emosi-emosi besar seperti marah dan sedih akan lebih mudah
dibandingkan dengan memainkan emosi-emosi kecil seperti bimbang,
gelisah, takut, bingung, dan lain sebagainya. Latihan dilakukan dengan
memainkan berbagai emosi itu dan kenali perubahan-perubahan pada
tubuh saat suatu emosi tertentu dimainkan.
c. Topeng Karakter
d. Topeng Usia
20
e. Mimesis
21
semacam naluri. Saat tubuh telah banyak mendapatkan berbagai
pengalaman teknik, melalui proses latihan maupun bermain, maka tubuh
menyimpan berbagai teknik tersebut, saat tubuh hendak menghadirkan
teknik itu kembali maka akan dengan segera tubuh melakukannya
kembali dengan cepat.
a. Teknik Muncul
Latihan:
DENGAN MEMBAWA SANGKAR BURUNG MAT KONTAN TERTAWA
KESENANGAN. SETIBA DI DEPAN RUMAH SOLEMAN, IA BERHENTI.
MAT KONTAN:
Hei, Man! Kau masih tidur ha? (KARENA TIDAK DIJAWAB IA KETAWA
LAGI) Kalah cuma lima puluh kok susah! (MENUJU SANGKAR BURUNG
PERKUTUT YANG BERGANTUNG DAN BERSIUL MENIRUKAN BURUNG
ITU). Hiphooo (MENGAMBIL SANGKAR DAN MELIHAT SEKELILING)
Sudah hampir malam nih! Kau musti tidur, tut.Sekarang kau sudah
22
kucarikan bini.Nih! (IA MENUNJUKKAN SANGKAR YANG BARU
DIBAWA).Jah?(IA KETAWA LAGI).Paijah? (KARENA TAK DIJAWAB MAKA
IA MASUK RUMAH, TAPI KEMUDIAN IA KELUAR KEMBALI DAN DUDUK
DI BANGKU BAMBU SAMBIL MENGGARUK KUDIS KAKINYA. MATANYA
SILAU KENA SOROT BATERI DARI TEMPAT KELAM).
MAT KONTAN:
Siapa itu! Siapa itu!
SOLEMAN:
(MUNCUL MENDEKAT DAN MEMPERMAINKAN CAHAYA SENTERNYA).
Baru pulang Tan?
MAT KONTAN:
( TERTAWA GEMBIRA DAN MELOMPAT). Kau tahu?
MAT KONTAN:
(MELEDAK TERTAWANYA). Ha! Bagaimana kau bisa menebak?Darimana
kau tahu itu?
(Penggalan naskah “Malam Jahanam” Karya Motinggo Busye)
23
Tekanan nada adalah tekanan tinggi rendahnya nada dalam
pengucapan satu kata dalam sebuah kalimat.Kata “apa” bisa menjadi
pertanyaan, dan bisa pula menjadi teguran keras, tergantung dari nada
yang diucapkan.Demikian pula kata “gila” bisa berarti makian, tetapi
bisa juga berarti pujian.
24
Latihan:
COMOL:
Ya Kapten!?
KAPTEN:
Perhatikan apa yang bergerak di selatan itu
COMOL:
Apa Kapten?
KAPTEN:
Lihat
COMOL:
Mana Kapten?(Mengangkat lentera)
KAPTEN:
Apa itu?
COMOL:(Setelah mengamati)
seperti kabut, Kapten
KAPTEN:
Perhatikan baik-baik! Kau tak melihat sesuatu di balik kabut itu?
COMOL:
Saya tidak melihat apa-apa, Kapten.hanya kabut seperti bisaa. Kapten
melihat apa?
KAPTEN:
Perhatikan dengan teliti.Sekarang dia bergerak ke timur.Lihat
sekarang, maju pelan-perlahan-lahan.lihat itu, dia bertambah tinggi,
tinggi dan besar sekali!
25
KAPTEN:
Dia meluncur di permukaan laut dengan tenang. Sekarang dia mendekati
kita
COMOL:
Mana Kapten? Tidak ada apa-apa! Saya hanya melihat kabut bergulung
Kapten
KAPTEN:
Dia mengancam kita, dia hendak membunuh kita. Tidak!
COMOL:(Berteriak)
Jangan menembak, Kapten! Jangan menembak.Siapa tahu ada nelayan di
dekat sini.
c. Teknik Pengembangan
26
mengurangi volume tinggi nada dan kecepatan tempo suara.Keempat
macam teknik pengucapan tersebut harus dipergunakan secara
bergantian. Dialog hanya menggunakan satu macam pengembangan
pengucapan saja lama-kelamaan akan terasa datar.
Latihan:
27
Aku hampir-hampir tidak percaya pada mataku sendiri, Minta, demi
Allah, aku hampir tidak percaya.
SUMINTA:
Ada apa sih?
H. SALIM:
Istrimu!
SUMINTA:
Mengapa?Celaka?
H. SALIM:
Bukan celaka, tadi isterimu bilang mau kemana?
SUMINTA:
Mau ke rumah kawannya.Mau pinjam duit.
H. SALIM:
Dan kau senang-senang, tidur yah?
SUMINTA:
Ada apa sih Mang Haji ?
H. SALIM:
Barusan kulihat dia naik mobil, minta. Dia naik mobil!
SUMINTA:
Naik mobil apa salahnya?
H. SALIM:
Ya, naik mobil tidak salah.Aku juga mau naik mobil. Tapi apa yang mau
kau katakan, kalau di dalam mobil itu dia dicuimi laki-laki? Aku sampai
gemetar melihatnya, Minta. Lihat! Tanganku masih gemetar (DAN IA
MEMPERLIHATKAN TANGANNYA YANG GEMETAR).Aku hampir tidak
percaya, Minta, demi Allah aku hampir tidak percaya, bahwa
perempuan yang diciumi laki-laki bukan muhrim itu isterimu, isteri
tetanggaku sendiri. Ya Allah !mengapa Tuhan memberi aku cobaan
seberat ini?
(Penggalan naskah “Sayang Ada Orang Lain” Karya Utuy Tatang Sontani)
28
d. Teknik Menahan Puncak
Dalam menahan puncak ini terdapat lima macam teknik yang dapat
digunakan yaitu:
29
Latihan:
KAPTEN:
Kurang ajar! Terkutuklah yang mempermainkan aku.Tampakkan
dirimu, mari berkelahi secara jantan. Ya, Tuhan alangkah fgelapnya,
kalau saja aku bisa melihat, kulubangi batok kepalanya sekrang juga.
Diam….apa maksudmu dengan semua ini!? Kau piker aku akan
menyerahkan Harimau Laut begitu saja? Terkutuklah! Kuperingatkan
sekali lagi sebelum aku menembak.Jangn coba-coba mempengaruhiku.
Kau dengar…..
COMOL:
Kapten! Kapten! Jangan menembak! Nanti ada yang kena (Berdiri
memegangi Kapten)
KAPTEN:
Aku harus memburunya sekali ini (Lari ke tempat sampan)
COMOL:
Jang Kapten! Apa yang Kapten buru? Jangan pergi Kapten! Lihat cuaca
buruk sekali, nanti Kapten tersesat.Mau kemana Kapten?Jangan
tinggalkan saya di sini.Bawa saya ikut serta Kapten. Oh….Kenapa dia
seperti itu? Dewa laut itu telah mengutuknya (Mengangkat lentera)
Ajaib. Dia benar-benar pergi (Berteriak) Kapten! hati-hati Kapten! Awas
dewa laut! Cepat kembali! jangan tinggalkan aku disini! Oh, Kenapa dia
seperti itu? Ajaib! Jangan-jangan dia sudah
gila….Kaptenku…Oh….(Suara guruh itu semakin kuat) Dengar dewa
laut! Ya Tuhan, jangan ambil dia! Selamatkan Kaptenku! Ampunilah
kami telah melanggar perairan terlarang ini.kami tidak tahu, lepaskan
hukuman ini.
30
e. Teknik Timing
Latihan:
31
lembut) Adang, sabarkanlah hatimu. Kita berdua bernasib sama. Aku,
ibunya sendiri juga segan dia menerima.
(Adang hanya mengangkat kepalanya, memandang Ibu dengan rasa
yang masih mengandung benci)
IBU:
Janganlah kita bertengkar sekarang ini.Lupakanlah bencimu pada ibu,
lupakan sejenak.
ADANG:
Ibu sendiri yang harus tahu.
IBU:
Adang.Hatiku ini sudah hancur, lebih hancur dari hatimu. O, janganlah
kita terus bertengkar. Bila memang sudah ditakdirkan, ajal tati akan
sampai, marilah kita beri ia kepergian yang tenang.
ADANG:
(bangkit) Dia tidak akan pergi.
IBU:
(Kemudian) Engkau sudah seminggu tidak tidur-tidur.Kau terlalu
letih.Rebahkanlah dirimu agak sebentar ke dalam. (Adang tidak
menjawab, ia melangkah, dan di depan jendela kekelaman malam.
Hujan sudah reda, dan hatinya agak reda juga. Lalu ia masuk
kekamarnya, dan keluar sambil mengenakan jas hujan)
IBU:
Kemana kau Adang.
ADANG:
Keluar, mencari hawa.Hujan sudah berhenti. (Diambang pintu ia
tertegun, dan berpaling pada ibu, katanya) Bu, maafkanlah kata-
kataku tadi.
IBU:
(letih) Lupakanlah kejadian itu.
32
ADANG:
(datang mendekati Ibu kembali) Kenapa si Ayu belum datang juga?
Seharusnya sudah tiba sekarang…. Sudah dua kali tilgram kukirim (dan
smbungannya seolah-olah pada dirinya sendiri) Kenapa Ayu, si Ayu
yang ditanyakannya?
IBU:
Tak usah diberati pikiranmu lagi.Kita doakan dia lekas datang.
ADANG:
Ya, dua kali kutilgram. Juga Trisno…. Mereka datang di gunung.
(sejurus lamanya Adang sebagai berpikit, lalu dengan tidak berkata
sepatahpun ia pergi keluar).
C. Mengolah Kreativitas
a. Improvisasi
33
pengembangan ini sangat ditentukan oleh kreativitas aktor. Teknik yang
sama dilakukan oleh dua orang aktor yang berbeda akan menghasilkan
bentuk akting yang berbeda pula. Latihan improvisasi dapat menjadikan
teknik-teknik umum bermain drama menjadi unik dan hanya dimiliki oleh
aktor sendiri.
Latihan:
1. Improvisasi Solo
Bayangkanlah, diri anda berada di antara mayat-mayat korban
bencana tsunami.Anda adalah satu-satunya yang selamat di
keluarga anda.Anda berjalan mengintari mayat-mayat itu diantara
bau busuk yang menyengat dan lalat-lalat yang berterbangan,
mencari orang tua dan saudara-saudara anda.
34
3. Improvisasi dengan Bunyi
Anda akan diperdengarkan dengan alunan bunyi musik. Silahkan
anda bergerak mengikuti irama, tempo, dan suasana yang terdapat
di dalam musik.Kerahkan semua gerakan tubuh dan ekspresi muka
mengikuti alunan musik.Saat musik berganti-ganti maka gerakan
tubuh dan ekspresi anda juga harus berubah.Lakukan latihan ini
berulang-ulang kali, dengan jenis musik dan suasana yang
berbeda-beda.
b. Bisnis Akting
35
lebih kecil yang beroperasi diantara atau didalamnya akan terekspresikan
dalam gerakan kecil yang diklasifikasikan sebagai bisnis akting.
Latihan:
36
Latihan :
Pilih salah satu emosi, kemudian dorong emosi itu kedalam fikiran dan
tindakan anda sehingga akan menuntun diri anda untuk berfikir dan
bertindak sesuai dengan dorongan emosi itu. Lakukan latihan ini
dengan jenis emosi yang berbeda. Kenali setiap gejala tubuh, reaksi
pikiran, dan tindakan yang muncul dari dorongan emosi tersebut.
PENUTUP
Tes Kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Kirby, Michael (edisi 02 Agustus 2004), Tentang Akting dan Bukan Akting,
dalam Jurnal Lebur, Yogyakarta. Yayasan Teater Garasi.
Sumber Naskah :
37
BAB III
BERMAIN BERPASANGAN
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
- Blocking dan Movement.
- Levelitas dan Komposisi
Manfaat
- Mahasiswa dapat menciptakan blocking dan movementsaat
bermain bersama.
- Mahasiswa menguasai dan memiliki kesadaran tentang levelitas
san komposisi saat bermain bersama.
38
PENYAJIAN
Uraian
39
pusat perhatian, untuk memberi tekanan-tekanan peristiwa itu
berlangsung.Wajar artinya setiap penempatan pemain ataupun benda-
benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat.
40
1. 2.
3.
4. 5. 6. _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Latihan:
41
B. Levelitas dan Komposisi
42
Gambar. Pembagian imajiner lantai panggung prosenium yang digunakan
untuk pengaturan blocking pemain, pencahayaan, dan penempatan set-
dekor. Sumber : www.rmwebed.com.
1. Downstage left
2. Center left
3. Upstage left
4. Downstage center
5. Center center
6. Upstage center
7. Downstage right
8. Center right
9. Upstage right
43
Masing-masing titik ini memiliki tegangan dramatik sendiri-sendiri.
Kecenderungan untuk memainkan emosi-emosi yang sifatnya keluar
(marah, gembira, ceria, dan lain sebagainya) posisi aktor ditempatkan di
titik depan mendekati dengan penonton, sedangkan saat memainkan
emosi-emosi yang sifatnya ke dalam (sedih, takut, kecewa, dan lain
sebagainya) dipergunakan titik paling belakang menjauh dari penonton.
Titik tengah panggung dipergunakan untuk emosi-emosi yang sifatnya
netral.
44
Gambar. Contoh penempatan blocking aktor.
Sumber: www.djarumfoundation.org
45
Gambar. Contoh movement, levelitas dan komposisi aktor.
Sumber: http.static.asiawebdirect.com
Latihan:
46
PENUTUP
Tes Kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Gambar :
www.djarumfoundation.org
http.static.asiawebdirect.com
www.rmwebed.com.
47
BAB IV
PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
- Memilih naskah
- Reading dan analisis naskah.
- Observasi.
- Latihan dan memerankan.
Manfaat
- Mahasiswa dapat melakukan pemilihan naskah, kemudian
reading dan menganalisisnya.
- Mahasiswa dapat melakukan observasi berkenaan dengan
naskah yang telah dipilih.
- Mahasiswa dapat melakukan latihan untuk memerankan tokoh
sesuai dengan naskah.
48
PENYAJIAN
Uraian
A. Pemilihan Naskah.
49
memilih untuk melakukan adaptasi atau penyaduran, ada baiknya
penggarap melakukan komunikasi lebih lanjut dengan penulis naskahnya
jika memungkinkan.
B. Reading Naskah
1. Aktor membaca naskah dalam hati. Pada proses ini aktor akan
mendapatkan informasi mengenai tokoh, konflik, dan tema,
dari cerita dalam naskah. Aktor juga mendapatkan gambaran
tentang tempat, waktu, dan kondisi-kondisi (lingkungan,
sosial, dll.) yang menjadi latar dari peristiwa dramatik yang
digambarkan. Dari petunjuk penulis (author direction) atau
disebut juga teks sampingan(nebentext), aktor akan
mendapat gambaran tentang aksi dan suasana yang dihendak
dihadirkan dalam pertunjukan kelak. Dengan menggunakan
imajinasi aktor, semua informasi ini akan dipahami, disimpan,
dan diserap ke dalam ingatan.
50
2. Tahap kedua, aktor membaca dialog-dialog dengan suara
nyaring. Pada tahap ini, ucapkan dialog dengan melakukan
pengolahan diksi, pungtuasi, intonasi, dan penekanan untuk
menggambarkan emosi sehingga dapat menghadirkan
suasana dan efek dramatis dari peristiwa. Aktor sudah mulai
merasakan suasana dari peristiwa dan mulai menghidupkan
karakter dari tokoh yang akan dimainkannya. Ia akan semakin
memahami watak, tempramen, sifat, sikap, dan pemikiran
dari tokoh tersebut. Proses transfer informasi pada tahap
sebelumnya, mulai berkembang menjadi tahap interpretasi
aktor terhadap tokoh yang berusaha “dihidupkannya” melalui
dialog-dialog yang diucapkan.
51
C. Analisis Naskah
1. Tema.
52
pengarang sehubungan dengan pengalaman total yang
dinyatakannya (Sayuti, 2000: 187-191).
2. Penokohan.
53
1) Apa yang diperbuatnya, tindakannya terutama pada
saat-saat kritis.
2) Melalui ucapan-ucapannya.
3) Melalui penggambaran fisik tokoh.
4) Melalui pikiran-pikirannya.
5) Melalui penerangan langsung oleh pengarang.
1) Ekspresi wajah.
2) Motivasi yang melandasi tindakan para tokoh
(Minderop, 2005: 38).
54
Alasan timbulnya suatu laku atau kejadian adalah motif, yaitu
keseluruhan stimulus dinamis yang menjadi sebab pelaku
mengadakan respons. Motif muncul dari berbagai hal, seperti:
55
3. Plot/ Alur.
56
Mengenai struktur dramatik, Reaske (1966: 35-36) menyatakan
bahwa plot dalam drama terkait langsung dengan “apa yang terjadi” dan
secara mendasar bisa dikatakan sebagai istilah lain untuk struktur
dramatik. Plot niscaya harus memergunakan konflik dan menyuguhkan
peristiwa ketika kekuatan yang saling berlawanan bertemu, sampai pada
tahap resolusi akhir (catastrophe). Aspek paling penting dari plot adalah
kesalinghubungannya dengan tokoh cerita dalam mewujudkan ide-ide
tokoh ke dalam laku (action) yang tepat. Dengan kata lain, plot
menginformasikan gambaran tokoh dan laku dramatik yang lahir dari
motivasi tokoh cerita.
D. Observasi.
57
tentang konflik yang mirip atau sama dengan konflik tokoh si aktor di
dalam naskah. Ia juga perlu melakukan pengamatan terhadap individu-
individu yang terlibat dalam konflik tersebut untuk bisa mempelajari
bagaimana individu itu bersikap dalam menghadapi dan berusaha
menyelesaikan permasalahnnya.
Latihan :
E. Ekplorasi.
58
PENUTUP
Tes Kemampuan
DAFTAR PUSTAKA
Hasanuddin WS. 1996. Drama, Karya Dalam Dua Dimensi, Kajian Teori,
Sejarah dan Analisa. Bandung. Angkasa.
Oemarjati, Sri Boen. 1971. Bentuk Lakon dan Sastra Indonesia. Jakarta.
Gunung Agung.
59