LAPORAN PENDAHULUAN Fix
LAPORAN PENDAHULUAN Fix
ELIMINASI
DISUSUN OLEH :
NUR IMANNISA
057STYC17
A. LATAR BELAKANG
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh.
Pembuangan tersebut dapat melalui urin ataupun bowel (Feses). Miksi adalah
proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Sistem tubuh yang
berperan saat eliminasi urin yaitu : ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
B. Eliminasi Urin
1. Pengertian
Eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
tergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi organ seperti ginjal, ureter, bladder dan
uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urin. Ureter mengalirkan
urin ke bladder. Dalam bladder urin ditampung sampai mencapai batas tertentu yang
kemudian dikeluarkan melalui uretra (Tarwoto & Wartonah 2004).
C. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. pola berkemih
b. Gejala dari perubahan berkemih
c. Faktor yang mempengaruhi berkemih
2. Pemeriksaan fisik
a. Abdomen : pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bladder,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, tenderness, bising usus.
b. Genetalia wanita : Inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus, keadaan atropi
jaringan vagina.
c. Genetalia laki-laki : kebersihan, adanya lesi, tenderness, adanya pembesaran
skrotum.
3. Intake dan output cairan
a. Kaji intake dan output cairan dalam sehari (24 jam).
b. Kebiasaan minum di rumah.
c. Intake: cairan infuse, oral, makanan, NGT.
d. Kaji perubahan volume urin untuk mengetahui ketidakseimbangan cairan.
e. Output urin dan urinal, cateter bag, drainage ureterostomy, sistostomi.
f. Karakteristik urin : Warna, kejernihan, bau, kepekatan.
4. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan urin (urinalisis):
1) warna (N: Jernih kekuningan)
2) penampilan (N: Jernih)
3) Bau (N: Beraroma)
4) Ph(N: 4,5-8,0)
5) Beratb jenis (N: 1,005-1,030)
6) Glukosa (N: Negatif)
7) Keton (N: Kuman pathogen negative).
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola eliminasi urin: Inkontinensia
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Gangguan neuromuskuler.
b. Spasme bladder.
c. Trauma pelvic.
d. Infeksi saluran kemih.
e. Trauma medulla spinalis.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a. Inkontinensia.
b. Keinginan berkemih yang segera.
c. Sering ke toilet.
d. Menghindari minum.
INTERVENSI RASIOANAL
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam 1. Membantu mecegah distensi
atau komplikasi
2. Tingkatkan aktivitas dengan kolaborasi 2. Meningkatkan kekuatan otot
dokter/fisioterapi ginjal dan fungsi bladder.
3. Kolaborasi dalam bladder training 3. Menguatkan otot dasar pelvis.
4. Hindari factor pencetus inkontinensia urin 4. Mengurangi/menghindari
seperti cemas inkontinensia
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pengobatan 5. Mengatasi factor penyebab
dan kateterisasi
6. Jelaskan tentang: 6. Meningkatkan pengetahuan dan
1. pengobatan diharapkan pasien lebih
2. kateter kooperatif.
3. penyebab
4. tindakan lainnya
e. Spasme bladder.
f. Setiap berkemih kurang dari 100 ml atau lebih dari 550 ml.
Tujuan yang diharapkan:
a. Klien dapat mengontrol pengeluaran urin setiap 4 jam.
b. Tidak ada tanda-tanda retensi dan inkontinensia urin.
c. Klien berkemih dalam keadaan rileks.
2. Retensi urin
Kemungkinan berhubungan dengan :
a. Obstruksi mekanik.
b. Pembesaran prostat.
c. Trauma.
d. Pembedahan.
e. Kehamilan.
Kemungkinanditemukan data :
a. Tidak tuntasnya pengeluaran urin.
b. Distensi bladder.
c. Hipertropi prostat.
d. Kanker.
e. Infeksi saluran kemih.
f. Pembedahan besar abdomen.
INTERVENSI RASIOANAL
1. Monitor keadaan bladder setiap 2 jam 1. Menentukan masalah
2. Ukur intake dan output cairan setiap 4 jam 2. Memonitor keseimbangan cairan
3. Berikan cairan 2000 ml/hari dengan kolaborasi
4. Kurangi minum setelah jam 6 malam 3. Menjaga deficit cairan
5. Kaji dan monitor analisis urin elektrolit dan berat 4. Membantu memonitor
badan. keseimbangan cairan
6. Lakukan latihan pergerakan 5. Membantu memonitor
keseimbangan cairan
7. Lakukan relaksasi ketika duduk berkemih 6. Meningkatkan fungsi ginjal dan
8. Anjarkan teknik latihan dengan kolaborasi bladder
dokter/fisioterapi 7. Relaksasi pikiran dapat
9. Kolaborasi dalam pemasangan kateter meningkatkan kemampuan
berkemih
8. Menguatkan otot pelvis
9. Mengeluarkan urin
Eliminasi Alvi
1. pengertian
Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (buang air besar)
adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus
halus terdiri atas duodenum, jejenum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter
dan dengan diameter 2,5 cm serta berfungsi sebagai tempat absorbsi elektrolit Na, Cl,
K, Mg, HCO3, dan Ca. Usus besar dimulai dari rektum, kolon, hingga anus yang
memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter dengan diameter 6 cm. Usus besar
merupakan bagian bawah atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari
katup ileum, caecum sampai ke dubur (anus).
Setiap hari saluran anus menyerap sekitar 800-1000 ml cairan, penyerapan inilah
yang menyebabkan feses memiliki bentuk dan berwujud setengah padat. Jika
penyerapan tidak baik, produk buangan cepat melalui usus besar, feses itu lunak dan
berair. Jika feses terlalu lama didalam usus besar, maka akan terlalu banyak air yang
diserap, sehingga feses menjadi kering dan kerang.
2. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang air
besar. Terdapat dua pusat yang menguasai refleks untuk defekasi, yaitu terletak
dimedula dan sumsum tulang belakang. Apabila terjadi rangsangan parasimpatis,
sfinkter anus bagian dalam akan mengendur dan usus besar menguncup. Refleks
defekasi dirangsang untuk buang air besar kemudian sfinkter anus bagian luar diawasi
oleh sistem saraf parasimpatik, setiap waktu menguncup atau mengendur. Selama
defekasi, berbagai otot lain membantu proses tersebut, seperti otot-otot dinding perut,
diafragma, dan otot dasar pelvis.
b. Konstipasi kolonik
Merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko mengalami
perlambatan pasase esidu makanan yang mengakibatkan feses kering dan keras.
Tanda klinis :
1) Adanya penurunan frekuensi eliminasi
2) Feses kering dan lunak
3) Mengejan saat defekasi
4) Nyari defekasi
5) Adanya distensi pada abdomen
6) Adanya tekanan pada rektum
7) Nyerri abdomen
Kemungkinan penyebab :
1) Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera cerebrospinal, CVA,
dan lain-lain
2) Pola defekasi yang tidak teratur
3) Efeksamping penggunaan obat antasida, anaestesi, laksantif, dan lain-lain
4) Menurunnya peristaltik
c. Konstipasi dirasakan
Merupakan kedaaan individu dalam menentukan sendiri penggunaan laksantif,
enema, atau sipositoria untuk memastikan devekasi setiap harinya.
Tanda klinis:
1) Adanya penggunaan laksansia setiap hari sebagai enema atau supositoria secara
berlebihan
2) Adanya dugaan pengeluaran feses pada waktu yang sama setiap hari.
Kemungkinan penyebab:
1) Persepsi salah akibat depresi
2) Keyakinan budaya
d. Diare
Merupakan kedaaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai dengan kasus kejang usus,
mungkin disertai oleh rasa mual dan muntah.
Tanda klinis:
1) Adanya pengeluaran feses cair
2) Frekuensi lebih dari 3x sehari
3) Nyeri atau keram abdomen
4) Bising usus meningkat
Kemungkinan penyebab :
1) Malabsobsi atau inflamasi, proses infeksi
2) Peningkatan peristaltik karenan peningkatan metabolisme
3) Efek tindakan pembedahan usus
4) Efek penggunaan obat antasida, laksansia, antibiotik, dll
5) Stres psikologi
e. Inkontinensia usus
Merupakan keadaaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan defekasi
normal dengan pengeluaran feses tanpa disadari, atau juga dapat dikenal dengan
inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mngontrol
pengeluaran feses dan gas melalui sfinkter akibat kerusakan sfinkter.
Tanda klinis:
1) Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki
Kemungkinan penyebab:
1) Gangguan sfinkter rektal akibat cedera anus, pembedahan , dll
2) Distensi rektum berlebihan
3) Kurangnya kontrol sfinkter akibat cedera medula spinalis, CVA, dll
4) Kerusakan kognitif
f. Kembung
Merupakan keadaaan pembuluh darah dalam perut karena pengumpulan gas
secara berlebihandalam lambung atau usus
g. Hemoroid
Merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan didaerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi,
peregangan saat defekasi, dll
h. Fecal Impaction
Merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan
akumulasi materi feses yang berkepanjangan. Penyebab konstipasi adalah asupan
kurang, aktifitas kurang, diit rendah serat, dan kelemahan tonus otot.
b. Pemeriksaan fisik
1) Abdomen : distensi, simetris, gerakan peristaltik, adanya masa pada perut, tenderness
2) Rektum dan anus: tanda-tanda inflamasi, perubahan warna, lesi, fistula, hemoroid,
adanya massa, tenderness
c. Keadaan feses
Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah, unsur abnormal dalam feses: lendir.
d. Pemeriksaan diagnostik
1) Anuskopi
2) Proktosigmoidoskopi
3) Rongent dengan kontras
6. Diagnosa Keperawatan, Intervensi, dan Rasional
a. Gangguan eliminasi bowel ; konstipasi (aktual/resiko)
Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Immobilisasi
2) Menurunnya aktifitas fisik
3) Illeus
4) Stress
5) Kurang prifasi
6) Menurunnya mobilitas intestinal
7) Perubahan/pembatasan diet
Kemungkinan ditandai dengan :
1) Menurununnya bising usus
2) Mual
3) Nyeri abdomen
4) Adanya massa pada abdomen bagian kiri bawah
5) Perubahan konsistensi feses, frekuensi BAB
Kondisi klinik yang terjadi:
1) Anemia
2) hipotiroidisme
3) dialisa ginjal
4) pembedahan abdomen
5) paralisis
6) cidera spinal chord
7) immobilisasi yang lama
tujuan yang diharapkan:
1) pasien kembali ke pola normal dari fungsi bowel
2) terjadi perubahan pola hidup untuk menurunkan faktor penyebab konstipasi
Intervensi Rasional
1. catat dan kaji warna, konsistensi, jumlah, dan
1. penkajian dasar untuk mengetahui
waktu BAB masalah bowel
2. kaji dan catat pergerakan usus 2. deteksi dini penyebab konstipasi
3. jika terjadi fekal impaction: 3. membantu mengeluarkan feses
- lakukan pengeluaran manual
- lakukan gliserin klisma
4. konsultasikan dengan dokter tentang: 4. meningkatkan eliminasi
- pemberian laksatif
- enema
- pengobatan
5. berikan cairan adekuat 5. membantu feses lebih lunak
6. berikan makanan tinggi serat dan hindari
6. menurunkan konstipasi
makanan yang banyak mengandung gas
dengan konsultasi bagian gizi
7. bantu klien dalam melakukan aktifitas pasif
7. meningkatkan pergerakan usus
dan aktif
8. berikan pendidikan kesehatan tentang: 8. menguatkan otot dasar pelvis
- personal hiegine 9. mengurangi atau menghindari
- kebiasaan diit inkontinensia
- cairan dan makanan yang mengandung gas
- aktifitas
- kebiasaan BAB
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh. Pembuangan
tersebut dapat melalui urin ataupun bowel.
2. Eliminasi urin normalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
tergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi organ seperti ginjal, ureter, bladder dan
uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urin. Ureter mengalirkan
urin ke bladder. Dalam bladder urin ditampung sampai mencapai batas tertentu yang
kemudian dikeluarkan melalui uretra (Tarwoto & Wartonah 2004).
3. Sistem tubuh yang memiliki peran dalam proses eliminasi alvi (buang air besar)
adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar.
B. Saran
Tim penulis memberikan saran kepada pembaca agar mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi seimbang dan tidak lupa menjaga cairan tubuh dengan cara minum
air sehari delapan gelas.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat Alimul, Aziz. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika
Tarwoto & Wartonah. 2004. Kebutuhan Dasar manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta:
salemba medika