Anda di halaman 1dari 12

A.

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

Akuntansi pertanggungjawaban (responsibility accounting) merupakan istilah yang digunakan dalam


menjelaskan akuntansi perencanaan serta pengukuran dan evaluasi kinerja organisasi sepanjang garis
pertanggungjawaban. Garis pertanggungjawaban ini meliputi pendapatan serta biaya-biaya yang
diakumulasikan dan dilaporkan oleh pusat pertanggungjawaban. Pusat perttranggungjawaban
merupakan bagian dalam organisasi yang diakumulasikan secara menyeluruh untuk kepentingan
pencatatan.

Akuntansi pertanggungjawaban adalah jawaban akuntansi manajemen terhadap penegtahuan umum


bahwa masalah-masalah bisnis dapat dikendalikan seefektif mungkn dengan mengendalikan orang-orang
yang bertanggung jawab menjalankan operasi tersebut. Salah satu tujuan akuntansi
pertanggungjawaban adalah memastikan bahwa individu-individu pada seluruh tingkatan perusahaan
telah memberikan kontribusi yang memuaskan terhadap pencapaian tujuan perusahaan secara
menyeluruh.

Akuntansi pertanggungjawaban adalah komponen yang penting dari sistem pengendalian keseluruhan di
suatu perusahaan. Manfaat khususnya berasal dari fakta bahwa struktur akuntansi pertanggungjawaban
memberikan suatu kerangka kerja yang berarti untuk melakukan perencanaan, agregasi data, dan
pelaporan hasil kinerja operasi di sepanjang jalur pertanggungjawaban dan pengendalian.

Akuntansi pertanggungjawaban ditujukan untuk manusia, peran mereka, dan tugas-tugas yang
dibebankan pada mereka dan bukan sebagai mekanisme impersonal untuk akumulasi dan pelaporan
data secara keseluruhan.

B. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN VERSUS AKUNTANSI KONVENSIONAL


Akuntansi pertanggungjawaban tidaklah melibatkan deviasi apa pun dari prinsip akuntansi yang diterima
secara umum. Akuntansi pertanggungjawaban berbeda dengan akuntansi konvensional dalam hal cara
operasi direncanakan dan cara data akuntansi diklasifikasikan serta diakumulasikan. Dalam akuntansi
konvensional, data diklasifikasikan berdasarkan hakikat atau fungsinya dan tidak digambarkan sebagai
individu-individu yang bertanggung jawab atas terjadinya dan pengendalian terhadap data tersebut.
Oleh karena itu, data akuntansi konvensional mempunyai nilai terbatas bagi manajer dalam memantau
efisiensi dari aktivitas harian mereka.

Akuntansi pertanggungjawaban meningkatkan relevansi dari informasi akuntansi dengan eara


menetapkan suatu kerangka kerja untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan yang sesuai
dengan struktur organisasional dan h.erarki pertanggungjawaban dari suatu perusahaan. Akuntansi
pertanggungjawaban memberikan suatu sentuhan pribadi terhadap mekanisme akumulasi data yang
impersonal dalam akuntansi konvensional dengan cara membahas manajer segmen secara langsung dan
dengan menyediakan tujuan serta hasil kinerja aktual atas faktor-faktor operasional atas mana manajer
tersebut bertanggung jawab dan mampu melakukan pengendalian. Berbagai data operasional tidak
hanya diklasifikasikan, diakumulasikan, dan dilaporkan berdasarkan jenisnya (misalnya, pendapatan
penjualan, bahan baku dan perlengkapan yang dipakai, sewa, asuransi, dan lain-lainnya), tetapi juga
berdasarkan individu-individu yang telah diberikan tanggung jawab atasnya.

C. JARINGAN PERTANGGUNGJAWABAN

Akuntansi pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seluruh biaya dapat dikendalikan dan
masalahnya hanya terletak pada penetapan titik pengendaliannya. Untuk tujuan ini, struktur organisasi
perusahaan dibagi-bagi ke dalam suatu jaringan pusat-pusat pertanggungjawaban secara individual atau,
sebagaimana didefinisikan oleh National Association of Accountants, ke dalam unit-unit organisasional
yang terlibat dalam pelaksanaan suatu fungsi tunggal atau sekelompok fungsi yang saling berkaitan satu
sama lain, yang memiliki seorang kepala yang bertanggung jawab untuk aktivitas dari unit tersebut.
Dengan kata lain, setiap unit dari jaringan organisasional ini, atau secara lebih spesifik, individu yang
bertanggung jawab untuk unit tersebut, bertanggung jawab untuk melaksanakan suatu fungsi (output)
dan untuk menggunakan sumber daya (input) seefisien mungkin dalam melaksanakan fungsi ini.
Kebanyakan organisasi mempunyai hierarki pus at pertanggungjawaban semacam itu. Di tingkat puncak
adalah presiden atau CEO, yang bertanggung jawab terhadap pemilik untuk profitabilitas keseluruhan
dari perusahaan. Mereka yang bertanggung jawab terhadap presiden perusahaan meliputi kepala dari
berbagai departemen operasi dan staf. Di bawahnya adalah pusat pertanggungjawaban lainnya, yang
masing-masing dikepalai oleh satu orang yang bertanggung jawab kepada pejabat yang lebih tinggi atas
efisiensi dalam kinerja.

D. JENIS-JENIS PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN

Pusat-pusat pertanggungjawaban (responsibility center) individu berfungsi sebagai kerangka kerja untuk
mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segmen. Kinerja manajer dalam kerangka kerja
akuntansi pertanggungjawaban disamakan dengan kemampuan mereka untuk mengelola faktor-faktor
operasional tertentu yang dapat dikendalikan. Sistem tersebut tidak mampu mengukur dan
mengevaluasi kinerja secara total, yang selain itu akan memasukkan faktor-faktor seperti pengendalian
mutu, tingkat moral bawahan, dan kualitas kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut harus diukur dan
dievalusi dengan cara lain. Pusat pertanggungjawaban dikelompokkan ke dalam empat kategori:

1. Pusat Pendapatan

Jika tanggung jawab utama dari seorang manajer adalah penghasilan pendapatan, maka segmennya
sebaiknya diperlakukan sebagai pusat pendapatan. Contoh-contoh dari pusat pendapatan meliputi
departemen pemasaran, pusat distribusi, bagian barang jualan di toko serba ada, atau tenaga penjualan
individual.

Manajer di pusat pendapatan tidak mempunyai diskresi maupun pengendalian terhadap investasi pada
aktiva atau biaya dari barang atau jasa yang akan dijual. Mereka hanya memiliki kendali terhadap biaya
pemasaran langsung dan kinerja mereka akan diukur dalam hal kemampuan mereka untuk mencapai
target penjualan yang telah ditentukan sebelumnya dalam batasan beban tertentu. Untuk memperoleh
manfaat motivasional dan pengendalian yang efektif, manajer pusat pendapatan sebaiknya berpartisipasi
dalam proses penetapan tujuan dan menerima umpan balik yang tepat waktu atas hasil kinerja mereka.

2. Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan bidang tanggung jawab yang menghasilkan suatu produk atau memberikan
suatu jasa. Manajer yang bertanggung jawab atas pusat biaya memiliki diskresi dan kendali hanya atas
penggunaan sumber daya fisik dan manusia yang diperlukan untuk melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya. Mereka tidak memiliki kendali atas pendapatan, karena fungsi pemasaran bukanlah
tanggung jawabnya. Keputusan investasi, seperti membeli tambahan mesin atau meningkatkan
persediaan bahan baku dan perlengkapan dibuat di tingkat organisasional yang lebih tinggi.

Selama proses perencanaan, para manajer pusat biaya diberikan kuota produksi dan dapat berpartisipasi
dalam menetapkan tujuan biaya yang realistis dan adil untuk tingkat output yang diantisipasi. Hasil
kinerja dilaporkan secara periodik kepada manajer dalam bentuk laporan yang membandingkan biaya
aktual yang terjadi dengan biaya yang dianggarkan. Laporan-laporan ini mengarahkan perhatian kepada
bidang-bidang masalah yang sebaiknya diinvestigasi. Secara umum pusat biaya dibagi menjadi dua yaitu :

a. Pusat Biaya Teknik/Pusat Biaya Standar

Pusat biaya teknik merupakan pusat biaya yang sebagian besar biayanya memiliki hubungan fisik yang
erat dengan output yang dihasilkan. Manajer pusat biaya teknik ini akan diukur efisiensi dan
efektifitasnya.

b. Pusat Biaya Kebijakan

Pusat biaya kebijakan adalah pusat biaya yang sebagian besar biayanya tidak mempunyai hubungan erat
dengan output yang dihasilkan. Output pusat biaya kebijakan tidak dapat dukur dengan satuan nilai
moneter.

3. Pusat Laba

Pusat laba adalah segmen di mana manajer memiliki kendali baik atas pendapatan maupun atas biaya;
manajer dievaluasi berdasarkan efisiensi mereka dalam menghasilkan pendapatan dan mengendalikan
biaya. Diskresi yang mereka miliki terhadap biaya meliputi beban produksi dari produk atau jasa.
Tanggung jawab mereka adalah lebih luas dibandingkan dengan tanggung jawab dari pusat pendapatan
atau pusat biaya karena mereka bertanggung jawab baik atas fungsi distribusi maupun manufaktur.
Contoh-contoh umum dari pusat laba adalah divisi korporat yang memproduksi dan menjual produknya.

Karena tambahan wibawa yang terkait dengan posisi manajer pusat laba, banyak perusahaan
menciptakan pusat laba artifisial untuk segmen manufaktur atau jasa. Hal ini meningkatkan harga diri
dari manajer segmen tersebut dan meningkatkan motivasi mereka.

Kinerja manajer pusat laba dievaluasi berdasarkan target laba yang direncanakan seperti tingkat
peengembalian minimum yang diharapkan dan tingkat halangan untuk laba residual. Untuk
meminimalkan tindakan disfungsional yang disebabkan oleh orientasi pada jangka pendek yang kaku,
manajer pusat laba sebaiknya juga diharapkan memelihara dan/atau memperbaiki moral dari bawahan
mereka, memelihara bangunan dan fasilitas produksi, dan memberikan kontribusi terhadap
kepemimpinan produk dan keanggotaan korporat. Untuk meningkatkan keprihatinan manajer terhadap
aspek-aspek ini, maka sistem penghargaan dari evaluasi kinerja sebaiknya juga memasukkan ukuran-
ukuran untuk mengevaluasi kinerja mereka dalam hal aspek jangka panjang dan tingkat keberhasilan
dalam hal ini sebaiknya memengaruhi alokasi penghargaan.

4. Pusat Investasi

Manajer pusat investasi bertanggung jawab terhadap investasi dalam aktiva serta

pengendalian atas pendapatan dan biaya. Mereka bertanggung jawab untuk mencapai

margin kontribusi dan target laba tertentu serta efisiensi dalam penggunaan aktiva.

Mereka diharapkan untuk mencapai keseimbangan yang sehat antara laba yang dicapai dan investasi
dalam sumber daya yang digunakan. Kriteria yang digunakan dalam mengukur kinerja mereka dan
menentukan penghargaan mereka meliputi tingkat pengembalian atas aktiva (return on assets – ROA),
rasio perputaran, dan laba residual. Karena mereka bertanggung jawab terhadap setiap aspek dari
operasi, manajer pusat investasi ini dievaluasi dengan cara yang sama dengan eksekutif puncak.

E. KORELASI DENGAN STRUKTUR ORGANISASI


1. Struktur Vertikal

Dalam struktur vertikal, organisasi dibagi berdasarkan fungsi-fungsi utama. Tanggung jawab secara
keseluruhan untuk fungsi produksi, penjualan, dan keuangan diberikan kepada wakil direktur, yang
mendelegasikan tanggung jawab mereka ke struktur di bawahnya sesuai dengan hierarki. Tetapi,
tanggung jawab akhir untuk setiap fungsi tetap berada di tangan mereka.

Dari sudut pandang pusat pertanggungjawaban, seluruh segmen produksi adalah pusat biaya karena
pendapatan hanya dihasilkan melalui fungsi penjualan. Segmen penjualan merupakan pusat pendapatan
karena berbagai manajer hanya bertanggung jawab untuk menjual produk atau jasa dan tidak memiliki
kendali maupun diskresi terhadap biaya produksinya. Hanya presiden direktur yang memiliki kendali dan
diskresi atas seluruh aktivitas dan menjadi penentu akhir dalam menerima atau menolak usulan
investasi.

2. Struktur Horizontal

Jika maksudnya adalah untuk membebankan tanggung jawab atas laba dan investasi kepada beberapa
direktur, maka struktur horizontal untuk pendelegasian tanggung jawab adalah yang paling sesuai.
Struktur tersebut dapat dibagi berdasarkan produk atau area geografis. Masing-masing wakil direktur
mengendalikan suatu pusat laba atau investasi daripada pusat pendapatan atau pusat biaya fungsional.
Mereka bertanggung jawab atas produksi, penjualan, dan pendanaan, atau, dengan kata lain, atas
seluruh bidang fungsional dalam area atau kelompok produknya.

3. Pemilihan Struktur

Tidak satu pun struktur tersebut di atas yang lebih superior. Efisiensi penggunaannya bergantung pada
berbagai faktor lingkungan. Pada perusahaan kecil, presiden direktur mungkin memilih untuk tetap
mengendalikan seluruh aktivitas dan hanya mendelegasikan wewenang dan tanggung jawab secara
parsial berdasarkan fungsi. Perusahaan yang menghasilkan dan menjual beberapa produk yang sangat
terdiferensiasi mungkin menggunakan struktur horizontal. Perusahaan yang menghasilkan beraneka
ragam produk di setiap pabriknya juga dapat menggunakan struktur horizontal.
Jenis struktur yang dipilihakanmemengaruhijaringan pusat pertanggungjawaban, yang pada gilirannya
berfungsi sebagai suatu kerangka bagi arus data dan kebutuhan pelaporan. Jika jaringan pusat
pertanggungjawaban sama dengan struktur yang dipilih, maka sistem akan berfungsi secara efektif dan
mendorong para manajer untuk menggunakannya sebagai sumber referensi dalam menjalankan aktivitas
yang telah ditetapkan.

F. MENETAPKAN PERTANGGUNGJAWABAN

Setelah memilih jenis dari struktur organisasi, maka tugas penting berikutnya adalah menggambarkan
pertanggungjawaban.

Kebanyakan orang menerima tanggung jawab dan tantangan yang terkandung di dalamnya. Bertanggung
jawab terhadap sesuatu membuat seseorang merasa kompeten dan penting. Hal tersebut
mengimplikasikan wewenang pengambilan keputusan dan dapat memotivasi mereka untuk
memperbaiki kinerjanya. Tanggung jawab adalah pemenuhan dari suatu pekerjaan. Tanpa hal tersebut,
moral akan menderita.

Pengaruh perilaku yang menguntungkan dari pembebanan tanggung jawab atas fungsi-fungsi tertentu
kepada individu didukung dengan riset-riset empiris. Sayangnya, saling ketergantungan dari berbagai
segmen suatu organisasi sering kali menimbulkan kesulitan dalam membuat gambaran tanggung jawab
yang jelas. Seseorang yang diberikan tanggung jawab atas suatu aktivitas atau fungsi yang mungkin, pada
kenyataannya, membagi tanggung jawab tersebut dengan atasannya. Manajer-manajer segmen dengan
tanggung jawab atas tugas tertentu mungkin tidaklah independen satu sama lain dan tanggung jawab
mereka bisa saja tumpang-tindih. Individu mungkin hanya mempunyai diskresi dan kendali yang terbatas
terhadap sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan tugas untuk mana mereka bertanggung
jawab. Para staf yang bukan menjadi mata rantai dalam rantai komando dan tidak secara spesifik
diberikan tanggung jawab tentu saja tidak sesuai dengan struktur pertanggungjawaban

G. PERENCANAAN, AKUMULASI DATA, DAN PELAPORAN BERDASARKAN PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN

Ketika struktur jaringan pertanggungjawaban yang baik dibangun, maka hal ini menjadi suatu wahana
untuk perencanaan, akumulasi data, dan pelaporan. Setiap elemen biaya atau pendapatan, baik yang
berada dalam anggaran maupun dalam akumulasi hasil aktual, seharusnya ditelusuri ke segmen jaringan
pertanggungjawabannya di mana tanggung jawab atas hal tersebut ada.

1. Anggaran Pertanggungjawaban

Untuk maju secara kronologis, disusunlah anggaran yang membebankan target biaya dan pendapatan
kepada setiap segmen jaringan. Hal ini merupakan basis untuk mengevaluasi kinerja orang yang
bertanggung jawab atas setiap unit organisasi.

Karakteristik dari anggaran pertahggungjawaban adalah bahwa manajer pusat pertanggungjawaban


dibebani target kinerja hanya untuk pos-pos pendapatan dan biaya yang dapat mereka kendalikan.

Ada banyak biaya langsung, seperti penyusutan peralatan, yang tidak dapat dikendalikan pada tingkat
pusat biaya dan yang tidak dapat dimintai pertanggungjawabannya kepada kepala dari pusat biaya
tersebut. Dengan hanya membebankan biaya-biaya yang dapat dikendalikan kepada masing-masing
kepala dari pusat biaya, manajemen akan mempunyai suatu, dasar yang wajar untuk membandingkan
kinerja aktual dengan kinerja yang diharapkan guna menilai efektivitas dari penyelia pusat biaya di
seluruh tingkatan organisasi, dan untuk mengidentifikasikan penyebab dari inefisiensi.

Proses penyusunan anggaran akan paling efektif jika dimulai dari tingkat organisasi atau tingkat jaringan
paling bawah untuk mana anggaran disusun dan kemudian diteruskan ke tingkat yang lebih tinggi melalui
suatu rantai komando yang berbentuk seperti piramida. Setiap orang yang bertanggung jawab atas suatu
pusat biaya dianggap bertanggung jawab untuk menyiapkan estimasi-estimasi anggaran untuk pos-pos
beban yang dapat dikendalikan olehnya. Pada tingkat wewenang selanjutnya, estimasi-estimasi tersebut
ditinjau, dikoordinasikan, dan dimodifikasi ketika diperlukan, sampai estimasi-estimasi tersebut akhirnya
digabungkan ke dalam anggaran operasi secara keseluruhan pada tingkatan manajemen puncak.

2. Akumulasi Data

Untuk memfasilitasi perbandingan periodic dengan berbagai perencanaan anggaran, akumulasi pos-pos
laba dan beban actual haruslah mengikuti pola jaringan pertanggungjawaban. Hal imi membutuhkan
klasifikasi tiga dimensi terhadap biaya dan pendapatan selama proses akumulasi data.
3. Pelaporan Pertanggungjawaban

Produk akhir dari hasil sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah laporan pertanggungjawaban atau
laporan kinerja secara periodik. Laporan-laporan ini merupakan media lewat dimana biaya-biaya
dikendalikan,efisiensi manajerial diukur, pencapaian tujuan dinilai.

Kontribusi utama dari akuntansi pertanggungjawaban adalah bahwa akuntansi pertanggungjawaban


memungkinkan manajemen untuk mengendalikan biaya dan efisiensi melalui pembebanan tanggung
jawab untuk biaya tersebut kepada orangorang yang melaksanakan berbagai tugas. Dengan melibatkan
elemen manusia ke dalam kerangka akuntansi, akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu hal penting
dalam evolusi akuntansi keperilakuan.

H. ASUMSI KEPERILAKUAN DARI AKUNTANSI PERTANGGUNG JAWABAN

Perencanaan pertanggungjawaban, akumulasi data, dan sistem pelaporan didasarkan pada beberapa
asumsi yang berkenaan dengan operasi dan perilaku manusia, meliputi:

a. Manajemen berdasarkan perkecualian (MBE) adalah mencukupi untuk mengendalikan operasi


secara efektif.

b. Manajemen berdasarkan tujuan (MBO) akan menghasilkan anggaran, biaya standar, tujuan
organisasi, dan rencana praktis untuk mencapainya yang disetujui bersama.

c. Struktur pertanggungjawaban dan akuntabilitas mendekati struktur hierarki organisasi.

d. Para manajer dan bawahannya rela menerima pertanggungjawaban dan akuntabilitas yang
dibebankan kepada mereka melalui hierarki organisasi.
e. Sistem akuntansi pertanggungjawaban mendorong kerja sama dan bukan persaingan.

1. Manajemen Berdasarkan Perkecualian

Manajemen berdasarkan perkecualian mengasumsikan bahwa untuk mengelola dan mengendalikan


aktivitas organisasi dengan paling efektif, manajer sebaiknya mengonsentrasikan perhatian mereka pada
bidang-bidang di mana hasil aktual menyimpang secara substansial dari tujuan yang dianggarkan atau
standar. Para pendukung pendekatan ini mengklaim bahwa pendekatan ini menghasilkan penggunaan
waktu manajemen yang langka secara paling efisien, berkonsentrasi pada perbaikan inefisiensi, dan
mendorong tindakan yang diinginkan. Karakteristik pelaporan periodik dari akuntansi
pertanggungjawaban secara ideal adalah sesuai untuk menarik perhatian manajemen pada bidang-
bidang yang menyimpang dari norma-norma awal yang telah ditentukan sebelumnya dan mendorong
tindakantindakan perbaikan yang segera guna mendorong atau mengoreksi perilaku.

2. Manajemen Berdasarkan Tujuan

Akuntansi pertanggungjawaban memfasilitasi manajemen berdasarkan tujuan atau manajemen


berdasarkan pengendalian diri. Hal ini merupakan suatu pendekatan manajemen yang didesain untuk
mengatasi berbagai respons manusia yang disfungsional yang dipicu oleh usaha untuk mengendalikan
operasi menggunakan dominansi. Orang-orang membenci batasan-batasan biaya. Mereka kurang suka
didominasi dan diberitahu apa yang harus mereka lakukan, serta kapan dan bagaimana meiakukannya.
Mereka ingin melakukan tugas dengan cara mereka sendiri karena mereka yakin bahwa mereka mampu
mengarahkan diri dan pekerjaan mereka sendiri. Sejarah menunjukkan bahwa banyak dari pencapaian
yang paling signifikan telah dicapai ketika individu-individu bertindak tanpa dibatasi, dimotivasi, dan
dibimbing hanya oleh kemuliaan tujuan dan cita-cita mereka.
I. KESESUAIAN ANTARA JARINGAN PERTANGGUNGJAWABAN DAN STRUKTUR ORGANISASI

Akuntansi pertanggungjawaban mengasumsikan bahwa pengendalian organisasional ditingkatkan


dengan penciptaan jaringan pusat pertanggungjawaban yang sesuai dengan struktur organisasi formal.

Penerimaan Tanggung Jawab

Elemen yang paling penting dalam keberhasilan suatu sistem akuntansi pertanggungjawaban adalah
penerimaan para manajer pusat pertanggungjawaban atas tanggung jawab yang diberikan sebagai suatu
yang seimbang dan kereleaan mereka untuk dimintai pertanggungjawaban.

Kerelaan untuk menerima tanggung jawab bergantung pada bagaimana mereka memandang diskresi
dan pengendalian mereka atas sumber daya manusia dan fisik yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas yang telah ditetapkan. Mereka akan bereaksi ke arah yang semakin menguntungkan jika budaya
organisasi memberikan kepada mereka kebebasan untuk melakukan kewajiban mereka dengan cara
mereka sendiri sepanjang mereka memperoleh hasil yang dikehendaki. Untuk mendorong penerimaan
terhadap tanggung jawab, budaya organisasi seharusnya juga mengizinkan mereka untuk kadang kala
gagal tanpa rasa takut akan menerima hukuman yang segera. Para manajer seharusnya selalu merasa
bebas untuk mengungkapkan pandangan mereka tanpa takut ditertawakan.

J. KAPABILITAS UNTUK MENDORONG KERJASAMA

Akuntansi pertanggungjawaban meningkatkan kerja sama organisasional dengan menunjukkan kepada


manajer bagaimana aktivitas mereka sesuai dengan gambaran keseluruhan dan bahwa setiap orang
bekerja untuk tujuan bersama. Akuntansi pertanggungjawaban juga meningkatkan kesetiaan pada
perusahaan, harga diri, dan rasa penting dengan mengizinkan orang untuk memformulasi tujuannya
sendiri dan membuat keputusannya sendiri dalam kerangka kerja delegasi pertanggungjawaban. Mereka
akan memandang segmen mereka dan diri mereka sendiri sebagai bagian yang penting dari perusahaan
secara keseluruhan dan akan lebih rela untuk berjuang mencapai tujuan. Mereka akan menerima
pelaporan kinerja sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk melakukan koreksi atas tindakan. Semangat
kerja sama mereka akan meningkat karena mereka yakin bahwa mereka bekerja untuk mencapai tujuan
bersama. Mereka akan merasa bahwa mereka merupakan bagian yang vital dari organisasi dan bahwa
kegagalan mereka dapat secara serius memengaruhi masa depan organisasi. Mereka akan
menghubungkan kegagalan mereka dengan ancaman terhadap terpenuhinya tujuan maupun aspirasi
pribadi mereka.

Anda mungkin juga menyukai