KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Gagal Jantung)
2014
WWW.ISTANAKEPERAWATAN.BLOGSPOT.COM
KUTIPAN PASAL 72 :
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmatNYA penulis
telah berhasil menyusun revisi kedua ebook Ratusan Askep untuk mahasiswa keperawatan.
Buku berbasis digital ini atau yang biasa disebut dengan ebook, merupakan inovasi terbaru untuk
para mahasiswa keperawatan dalam menghadapi era teknologi dan informasi yang semakin
berkembang. Dengan adanya buku berbasis digital, mahasiswa bisa membawa ataupun
menyimpan ebook ini dengan fleksibel dan praktis. Pada penulisan ebook ini, penulis berusaha
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah
dicerna dan diambil intisari dari materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan dosen
pengajar. Ebook ini juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa kesehatan lainnya karena
penulis berusaha melengkapi materi sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran yang
disempurnakan.
Penulis
Etiologi
Ciri khas gagal jantung yang mengalami dilatasi adalah berkurangnya sensitivitas jantung
tersebut terhadap preload (volume akhir diastolik dan panjang serat otot jantung), serta lebih
sensitif terhadap afterload. Faktor-faktor yang mempengaruhi ejeksi jantung tersebut meliputi
viskositas darah, resistansi vaskular, distensibilitas vaskular, dan tegangan dinding jantung, yang
semuanya berpengaruh terhadap nilai afterload.
1. Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah kelainan fungsi otot jantung ditandai dengan hilangnya
kemampuan jantung untuk memompa darah dan berdenyut secara normal. Kondisi
semacam ini cenderung mulai dengan gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan
cepat. Pada keadaan ini terjadi kerusakan atau gangguan miokardium, sehingga
jantung tidak mampu berkontraksi secara normal. Sebagai kompensasi, otot jantung
menebal atau hipertrofi dan rongga jantung membesar. Bersama dengan proses
pembesaran ini, jaringan ikat berproliferasi dan menginfiltrasi otot jantung. Miosit
jantung (kardiomiosit) mengalami kerusakan dan kematian, akibatnya dapat terjadi
gagal jantung, aritmia dan kematian mendadak.
4. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. Obesitas merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas
secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan resiko
terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti: Diabetes tipe2 (timbul pada masa
dewasa) , tekanan darah tinggi (hipertensi), Stroke, Serangan jantung (infark
miokardium), dan gagal jantung.
5. Aorta stenosis
Aorta stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).
Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada
penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup
signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, persoalan-
persoalan jantung berkembang antara lain penyakit gagal jantung ventrikel kiri.
6. Mitral incompetence
Regurgitasi Mitral Akut adalah suatu kelainan di mana katup mitral jantung tiba-tiba
tidak menutup dengan benar. Hal ini menyebabkan darah kembali ke atrium kiri.
Ketika katup mitral tidak menutup dengan sempurna, darah mengalir kembali ke
atrium kiri. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah ke seluruh tubuh.
Akibatnya, jantung memompa lebih keras. Regurgitasi mitral akut dapat disebabkan
oleh disfungsi atau cedera pada katup berikut serangan jantung atau infeksi katup
jantung (endokarditis infektif). Regurgitation disebabkan oleh penyakit yang
melemahkan atau merusak katup atau struktur pendukungnya. Memadai penutupan
katup mitral menyebabkan darah mengalir kembali ke atrium kiri. Aliran darah ke
seluruh tubuh menurun sebagai akibat jantung yang memompa lebih keras untuk
mencoba untuk mengimbanginya.
Pemeriksaan diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini
ialah
1. Pemeriksaan darah
Tes darah direkomendasikan untuk menghilangkan anemia dan menilai fungsi ginjal
sebelum terapi. Disfungsi tiroid (baik hiper atau hipotiroidis) dapat menyebabkan gagal
jantung. Pengukuran penanda biokimiawi (peptide natriuretik) dapat terbukti berguna
dalam diagnosis gagal jantung dan memonitor progresivitasnya di masa depan.
2. Foto toraks
Pada pasien gagal jantung ventrikel kiri akan menunjukkan hasil foto thoraks berupa
Pergeseran apex jantung ke arah lateral yang menunjukkan adanya pembesaran jantung
(kardiomegali). Hal ini ditunjukkan pada rasio kardiotorasik (CTR>50%). Kardiomegali
dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri, LVH, atau kadang oleh efusi perikard.
Normalnya , perfusi paru terliaht lebih banyak di basis paru. Namun dengan gagal
ventrikel kiri timbul diversi lobus atas dan ketika tekanan vena pulmonal meningkat
terjadi edema interstisial yang menyebabkan garis septal (Kerley B) terutama pada basis.
Ketika tekanan lebih meningkat (sekitar 25 mmHg), terjadi edema hilar dengan distribusi
kupu-kupu atau sayap kelelawar, dan edema perivascular menyebabkan gambaran awan
pada pembuluh darah. Hal ini menunjukkan oedema paru.
Dilakukan pada semua pasien dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi
ventrikel baik sistol maupun diastole, dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai,
serta penyakit katup jantung dapat dihilangkan. Regusgitasi mitral sering disebabkan oleh
pembesaran ventrikel kiri yang menyebabkan dilatasi annulus mitral.
5. Pencitraan radionuklida
Penatalaksanaan
1. Pada umumnya obat-obatan yang efektif mengatasi gagal jantung menunjukkan manfaat
untuk mengatasi disfungsi sistolik. Gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri hampir selalu
disertai adanya aktivitas sistem neuro-endokrin, karena itu salah satu obat pilihan utama
adalah ACE Inhibitor.
2. ACE Inhibitor, disamping dapat mengatasi gangguan neurohumoral pada gagal jantung,
dapat juga memperbaiki toleransi kerja fisik yang tampak jelas sesudah 3-6 bulan
pengobatan. Dari golongan ACE-I, Kaptopril merupakan obat pilihan karena tidak
menyebabkan hipotensi berkepanjangan dan tidak terlalu banyak mengganggu faal ginjal
pada kasus gagal jantung. Kontraindikasinya adalah disfungsi ginjal berat dan bila ada
stenosis bilateral arteri renalis.
3. Diuretika, bertujuan mengatasi retensi cairan sehingga mengurangi beban volume
sirkulasi yang menghambat kerja jantung. Yang paling banyak dipakai untuk terapi gagal
jantung kongestif dari golongan ini adalah Furosemid. Pada usia lanjut seringkali sudah
ada penurunan faal ginjal dimana furosemid kurang efektif dan pada keadaan ini dapat
ditambahkan metolazone. Pada pemberian diuretika harus diawasi kadar kalium darah
karena diuresis akibat furosemid selalu disertai keluarnya kalium. Pada keadaan
hipokalsemia mudah terjadi gangguan irama jantung.
4. Obat-obatan inotropik, seperti digoksin diberikan pada kasus gagal jantung untuk
memperbaiki kontraksi ventrikel. Dosis digoksin juga harus disesuaikan dengn besarnya
clearance kreatinin pasien. Obat-obat inotropik positif lainnya adalah dopamine (5-10
Ugr/kg/min) yang dipakai bila tekanan darah kurang dari 90 mmHg. Bila tekanan darah
sudah diatas 90 mmHg dapat ditambahkan dobutamin (5-20 Ugr/kg/min). Bila tekanan
darah sudah diatas 110 mmHg, dosis dopamin dan dobutamin diturunkan bertahap
sampai dihentikan.
5. Spironolakton, dipakai sebagai terapi gagal jantung kongestif dengan fraksi ejeksi yang
rendah, bila walau sudah diterapi dengan diuretik, ACE-I dan digoksin tidak
menunjukkan perbaikan. Dosis 25 mg/hari dan ini terbukti menurunkan angka mortalitas
gagal jantung sebanyak 25%.
Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Penurunan compliance aorta dan pembuluh besar lainnya.
3. Edema paru
Prognosis
Prognosis semakin memburuk ketika:
LVH
Penyumbatan Atherosclerosis
parsial aliran
LV mengejeksi darah
darah balik ke LA
Disfungsi
miokardium Trombosis
Aritmia
Infark Miokard
Kontraktilitas ↓
BEBAN
stroke
JANTUNG↑ Hambatan
volum dan
cardiac pengosongan
output↓ ventrikel
GAGAL JANTUNG
VENTRIKEL KIRI
Suplai darah ke
Renal flow ↓ ↑LVEDV
jaringan↓
Gangguan pertukaran
gas
Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
a. Keluhan utama : nyeri dada , sesak napas, edema, palpitasi, syncope dan
kelelahan yang amat sangat
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan
yang mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.
1. Nyeri
Lokasi, durasi, awal pencetus (apakah nyeri karena sebab jantung atau nyeri
angina yang biasanya ditandai dengan tekanan atau rasa sakit yang dalam,
substernal dan menyebar ke salah satu atau kedua lengan, bisa sampai ke
rahang), kualitas, kuantitas atau frekuensi (apakah nyeri menyebar ke lengan,
bahu atau leher), faktor yang memperberat/memperingan, tipe nyeri (apakah
nyeri tersebut disertai terjadinya diaforesis).
2. Integritas neurovaskuler
Mengalami panas, mati rasa, dan perasaan kesemutan.
3. Status pernafasan
Status pernapasan dapat berupa sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe,
paroxysmal nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan.
4. Gangguan sirkulasi
Peningkatan berat badan, perdarahan, pasien mudah lelah.
5. Riwayat kesehatan sebelumnya
Penyakit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan dan potensial
penyakit keturunan.
6. Kebiasaan pasien
Diet, olahraga, merokok dan junkfood.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga klien mengenai penyakit jantung seperti hipertensi,
stroke, kolesterol tinggi, atau penyakit jantung rematik.
c. Riwayat Perkembangan :
1. Struktur sistem kardiovaskuler berubah sesuai usia.
Semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi degenerasi sel-sel termasuk sel
otot jantung. Sehingga akan memepengaruhi kemampuan jantung untuk
melakukan fungsinya sebagai pemompa darah
2. Efek perkembangan fisik denyut jantung.
3. Produksi zat dalam darah.
4. Tekanan darah.
a. Riwayat sosial
1. Cara hidup pasien
Pola hidup pasien dapat mempengaruhi resiko untuk terkena penyakit jantung.
Kebiasaan pasien mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh
dapat meningkatkan faktor resiko terkena penyakit jantung. Karena kolesterol
dan lemak jenuh dapat menimbulkan plaque dalam pembuluh darah.
d. Bladder
Oliguria
Edema ekstremitas
e. Bowel
Mual
Muntah
Penurunan nafsu makan
Penurunan berat badan
f. Bone
Kelemahan
Kelelahan
Tidak dapat tidur
a. Troponin T
Iskemik=>TT dari sitoplasma ke darah selama 30-90 jam setelah itu
menurun.
b. Isoenzim CK-MB
Mulai meningkat 2-3 jam setelah onset infark, puncaknya 10-12 jam dan
kembali normal dalam waktu 24 jam. Normal pada dewasa 0-6%.
c. Lactiddehydroginase (LDH)
Pada IMA meningkat 24-48 jam mencapai puncaknya 3-6 hari dan normal
8-14 hari. Ada 5 isonium, isonium LDH 1 spesifik kerusakan otot jantung.
LDH 4 hati dan 5 otot skelet. Dewasa 100-190 IU/L, bayi 300-1.500, anak
50-150.
INTERVENSI RASIONAL
1. Mempertahankan tirah baring 1. Menurunkan konsumsi oksigen/ kebutuhan
npada posisi yang nyaman selama , menurunkan kerja miokard dan resiko
episode akut dekompensasi
h2. berikan oksigen tambahan sesuai2. merningkatkan sediaan oksigen untuk
skebutuhan kebutuhan miokard untuk memperbaiki
h kontraktilitas, menurunkan iskemia, dan
u3. Berikan kalium, kalsium dan kadar asam laktat
2magnesium sesuai indikasi 3. Mengembalikan elektrolit ini pada normal
2 untuk memeperbaiki berbagai disritmia
.4. Evaluasi kualitas dan kesamaan
3nadi sesuai indikasi 4. Penurunan curah jantung mengakibatkan
. menurunnya kekuatan nadi. Ketidakteraturan
2 juga diduga disritmia, yang memerlukan
evaluasi lanjut
G
3.3.2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam gangguan pertukaran gas berkurang atau
hilang
Kriteria hasil: Menunjukkan status pernafasan yang normal berdasarkan:
PaO2, PaCO2, pH arteri, dan saturasi O2 dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
4. Pantau hasil dari BGA dan nadi 4. Hipoksemia dapat memberat selama
oksimetri edema paru
INTERVENSI RASIONAL
1. pertahankan pasien tirah baring 1. mengurangi pemakiaian oksigen pada
selama sakit akut. miokard selama beberapa hari akan
meningkatkan sirkulasi dan suplai darah
ke daerah yang kurang perfusi.
2. Pertahankan pemberian bantuan
oksigen yang adekuat 2. Membantu memenuhi pasokan oksigen
tubuh agar seimbang antara suplai dan
kebutuhan
3. Anjurkan pasien untuk
menghindari peningkatan intra 3. Aktivitas yang memerlukan menahan
abdomen. Contoh: mengejan saat napas dan menunduk dapat
defekasi. mengakibatkan bradikardi, juga
4. Pantau frekuensi atau irama menurunkan curah jantung.
jantung, tekanan darah dan 4. Penurunan tekanan darah, takikardi,
frekuensi pernapasan sebelum disritmia, dan takipnea adalah indikasi
atau setelah aktivitas dan selama dari kerusakan toleransi jantung terhadap
diperlukan. aktivitas.
3.3.4 Risiko terjadinya kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan
plasma protein.
Tujuan : intake dan output seimbang dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil: haluaran urine adekuat
INTERVENSI RASIONAL
1. Diet TKTP, rendah garam 1. meningkatkan konsentrasi plasma
Evaluasi
a. Adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukkan adanya penurunan tekanan dan
cara berelaksasi
b. Terpeliharanya cardiac output yang adekuat (5 liter/menit) selama dilakukan
tindakan keperawatan
c. Terpeliharanya perfusi jaringan yang optimal (CRT kurang dari 3 detik)
d. Peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama
dalam batas nnormal) tidak adnya angina
e. Pengeluaran urin adekuat akan diprtahankan dengan terapi diuretik (> 30 ml/jam)
Ahmad A.K. 1995. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya : Citas Media Pers
Anderson, Silvia. 1996. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Behrman, Kliegman & Arvin. 2001. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta : EGC
Benson & Martin, L. 2000. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC
Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen ed.2.
Jakarta: EGC
Brenda, Brace, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Bruce, Wingerd. 1994. The Human Body Concept of Anatomy and Physiology. Orlando Florida :
Harcourt Bruce College Publisher
Caplan, L.R. 2000. Neurovascular Disorders : Text Book of Clinical Neurology. Chicago :
Saudes
Charles, Noback. 1996. The Human Nervous System : Structure and Function. Ed. Ke 5.
Philadelphia : Lippincott William-Wilkins
Djuanda, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : EGC
Dona, Whalley & Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC
Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC
Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC
Hudak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendidikan Holistik. Jakarta : EGC
John, Gibson. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC
Listiono, Djoko. 1998. Stroke Hemoragik Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Gramedia
Maryunani, Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media.
Ratna, Mardiati. 1997. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak. Jakarta : Sagung Seto
Suyono, Slamet. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Wilson, M.N. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC