Anda di halaman 1dari 22

BUKU DIGITAL KEPERAWATAN

KUMPULAN ASUHAN
KEPERAWATAN
(Askep Gagal Jantung)

2014

WWW.ISTANAKEPERAWATAN.BLOGSPOT.COM
KUTIPAN PASAL 72 :
Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta
(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.
1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar
rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 3


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmatNYA penulis
telah berhasil menyusun revisi kedua ebook Ratusan Askep untuk mahasiswa keperawatan.
Buku berbasis digital ini atau yang biasa disebut dengan ebook, merupakan inovasi terbaru untuk
para mahasiswa keperawatan dalam menghadapi era teknologi dan informasi yang semakin
berkembang. Dengan adanya buku berbasis digital, mahasiswa bisa membawa ataupun
menyimpan ebook ini dengan fleksibel dan praktis. Pada penulisan ebook ini, penulis berusaha
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah
dicerna dan diambil intisari dari materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa dan dosen
pengajar. Ebook ini juga diharapkan dapat digunakan oleh mahasiswa kesehatan lainnya karena
penulis berusaha melengkapi materi sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran yang
disempurnakan.

Penulis menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal,


mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang maksimal, mencurahkan segala pikiran dan
kemampuan yang dimiliki, ebook ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya baik dari segi
bahasa, pengolahan maupun dalam penyusunan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik
yang sifatnya membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam
bidang keperawatan.

Surabaya, Agustus 2014

Penulis

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 4


Definisi
Gagal jantung bendungan atau congestive heart failure adalah suatu keadaan saat terjadi
pengurangan kontraktilitas otot jantung yang menimbulkan bendungan sirkulasi sehingga
jantung gagal untuk mengalirkan darah ke jaringan dan kebutuhan oksigen di berbagai jaringan
tidak tepenuhi. Afterload adalah tekanan yang harus diatasi jantung pada saat memompa darah
ke sistem arterial.(Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK Unsri; 2009).
Amrin Alkamar dan Boy Pelupessy mendefinisikan afterload sebagai beban yang diterima
oleh miokardium selama sistolik sesudah terjadi ejeksi ventrikel. Umumnya afterload akan
meningkat apabila arteri atau tahanan vaskuler perifer bertambah. Disamping itu afterload akan
meningkat pula pada penderita miokardium akibat kurangnya kontraktilitas miokardium dan
juga pada kelainan katup mitral dan aorta yang menyebabkan sejumlah darah akan kembali lagi
ke ventrikel setiap terjadi sistolik.
Ventrikel jantung adalah suatu rongga yang berfungsi untuk memompa darah ke dalam
arteri, kontraksi dari ventrikel kanan menyebabkan pemompaan darah ke arteri pulmonalis, dan
kontraksi dari ventrikel kiri akan memompa darah kedalam aorta. Gagal jantung kiri di
gambarkan sebagai ketidakmampuan dari ventrikel kiri untuk menyalurkan kebutuhan darah
yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh. Gagal jantung kiri lebih sering ditemui, terutama pada
orang yang sudah berusia lanjut. Penyebab utamanya adalah gangguan dari arteri koronaria atau
akibat dari tekanan darah yang tinggi.
Adapu klasifikasi fungsional gagal jantung berdasarkan NYHA (New York Heart
Assosiation), yakni:
o Kelas I : tidak ada batasan aktivitas fisik
o Kelas II : sedikit batasan pada aktivitas (lelah,dispnu)
o Kelas III : batasan aktivitas bermakna (saat istirahat namun sedikit aktivitas
menyebabkan gejala)
o Kelas IV : gejala saat tidur

Etiologi
Ciri khas gagal jantung yang mengalami dilatasi adalah berkurangnya sensitivitas jantung
tersebut terhadap preload (volume akhir diastolik dan panjang serat otot jantung), serta lebih
sensitif terhadap afterload. Faktor-faktor yang mempengaruhi ejeksi jantung tersebut meliputi
viskositas darah, resistansi vaskular, distensibilitas vaskular, dan tegangan dinding jantung, yang
semuanya berpengaruh terhadap nilai afterload.
1. Kardiomiopati
Kardiomiopati adalah kelainan fungsi otot jantung ditandai dengan hilangnya
kemampuan jantung untuk memompa darah dan berdenyut secara normal. Kondisi
semacam ini cenderung mulai dengan gejala ringan, selanjutnya memburuk dengan
cepat. Pada keadaan ini terjadi kerusakan atau gangguan miokardium, sehingga
jantung tidak mampu berkontraksi secara normal. Sebagai kompensasi, otot jantung
menebal atau hipertrofi dan rongga jantung membesar. Bersama dengan proses
pembesaran ini, jaringan ikat berproliferasi dan menginfiltrasi otot jantung. Miosit
jantung (kardiomiosit) mengalami kerusakan dan kematian, akibatnya dapat terjadi
gagal jantung, aritmia dan kematian mendadak.

2. Penyakit jantung iskemik

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 5


Penyakit jantung iskemik terjadi ketika ada penyumbatan parsial aliran darah ke
jantung. Jika aliran darah benar-benar diblokir maka infark miokard (serangan
jantung) terjadi. Iskemia jantung terjadi saat kebutuhan oksigen miokardium melebihi
suplainya. Hal ini biasanya terjadi pada pasien CAD yang menjalani aktivitas, karena
aliran darah melalui stenosis biasanya adekuat selama istirahat.
3. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah
di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah
(diastolic). Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan
pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si
penderita kedalam kasus-kasus serius seperti gagal jantung ventrikel kiri bahkan bisa
menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan
jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya
kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata.

4. Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. Obesitas merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas
secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan resiko
terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti: Diabetes tipe2 (timbul pada masa
dewasa) , tekanan darah tinggi (hipertensi), Stroke, Serangan jantung (infark
miokardium), dan gagal jantung.

5. Aorta stenosis
Aorta stenosis adalah penyempitan abnormal dari klep (katup) aorta (aortic valve).
Sejumlah dari kondisi-kondisi menyebabkan penyakit yang berakibat pada
penyempitan dari klep aorta. Ketika derajat dari penyempitan menjadi cukup
signifikan untuk menghalangi aliran darah dari bilik kiri ke arteri-arteri, persoalan-
persoalan jantung berkembang antara lain penyakit gagal jantung ventrikel kiri.

6. Mitral incompetence
Regurgitasi Mitral Akut adalah suatu kelainan di mana katup mitral jantung tiba-tiba
tidak menutup dengan benar. Hal ini menyebabkan darah kembali ke atrium kiri.
Ketika katup mitral tidak menutup dengan sempurna, darah mengalir kembali ke
atrium kiri. Hal ini menyebabkan penurunan aliran darah ke seluruh tubuh.
Akibatnya, jantung memompa lebih keras. Regurgitasi mitral akut dapat disebabkan
oleh disfungsi atau cedera pada katup berikut serangan jantung atau infeksi katup
jantung (endokarditis infektif). Regurgitation disebabkan oleh penyakit yang
melemahkan atau merusak katup atau struktur pendukungnya. Memadai penutupan
katup mitral menyebabkan darah mengalir kembali ke atrium kiri. Aliran darah ke
seluruh tubuh menurun sebagai akibat jantung yang memompa lebih keras untuk
mencoba untuk mengimbanginya.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 6


Manifestasi Klinis
Pada penderita gagal jantung ventrikel kiri menunjukkan manisfestasi klinis sebagai
berikut:
1. Angina
2. Takikardi
3. Hipertensi
4. LVH (left ventricle hypertrophy)
5. Dyspnea Nokturnal Paroksimal dan ortopnea
6. Penurunan curah jantung yang ditandai dengan mudah lelah, apatis, letargi, kesulitan
berkonsentrasi,
7. Kulit dingin, lembab, dan pucat
8. Oliguria
9. Edema paru
10. Malaise
11. Wheezing
12. fatigue
13. Pergeseran apex jantung
14. bunyi S3 dan S4, gallop dan murmur dari regurgitasi mitral sekunder karena dilatasi
anulus
15. Irama pernapasan Cheyne Stokes, pulsus alternans, ronki.

Pemeriksaan diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini
ialah
1. Pemeriksaan darah
Tes darah direkomendasikan untuk menghilangkan anemia dan menilai fungsi ginjal
sebelum terapi. Disfungsi tiroid (baik hiper atau hipotiroidis) dapat menyebabkan gagal
jantung. Pengukuran penanda biokimiawi (peptide natriuretik) dapat terbukti berguna
dalam diagnosis gagal jantung dan memonitor progresivitasnya di masa depan.
2. Foto toraks
Pada pasien gagal jantung ventrikel kiri akan menunjukkan hasil foto thoraks berupa
Pergeseran apex jantung ke arah lateral yang menunjukkan adanya pembesaran jantung
(kardiomegali). Hal ini ditunjukkan pada rasio kardiotorasik (CTR>50%). Kardiomegali
dapat disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri, LVH, atau kadang oleh efusi perikard.
Normalnya , perfusi paru terliaht lebih banyak di basis paru. Namun dengan gagal
ventrikel kiri timbul diversi lobus atas dan ketika tekanan vena pulmonal meningkat
terjadi edema interstisial yang menyebabkan garis septal (Kerley B) terutama pada basis.
Ketika tekanan lebih meningkat (sekitar 25 mmHg), terjadi edema hilar dengan distribusi
kupu-kupu atau sayap kelelawar, dan edema perivascular menyebabkan gambaran awan
pada pembuluh darah. Hal ini menunjukkan oedema paru.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 7


Foto thoraks normal

Foto thorak dengan gagal jantung ventrikel kiri

3. EKG LVH (left ventricle hypertrophy)

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 8


Memperlihatkan beberapa abnormalitas pada sebagian besar pasien, termasuk gelombang
Q, perubahan ST-T, hipertrofi ventrikel kiri, gangguan konduksi, dan aritmia..
4. Ekokardiografi

Dilakukan pada semua pasien dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi
ventrikel baik sistol maupun diastole, dan abnormalitas gerakan dinding dapat dinilai,
serta penyakit katup jantung dapat dihilangkan. Regusgitasi mitral sering disebabkan oleh
pembesaran ventrikel kiri yang menyebabkan dilatasi annulus mitral.

5. Pencitraan radionuklida

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 9


Pencitraan ini menyediakan metode lain untuk menilai fungsi ventrikel dan sangat
berguna ketika citra dari ekokardiografi sulit diperoleh. Pemindaian perfusi miokard
dapat membantu menilai kebermaknaan fungsional penyakit jantung coroner.
6. Kateterisasi jantung
Bila katerisasi jantung di indikasikan, biasanya dilakukan ventrikulo grafi kontras dan
pada beberapa kasus untuk mengukur konsumsi oksigen maksimum.

Penatalaksanaan
1. Pada umumnya obat-obatan yang efektif mengatasi gagal jantung menunjukkan manfaat
untuk mengatasi disfungsi sistolik. Gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri hampir selalu
disertai adanya aktivitas sistem neuro-endokrin, karena itu salah satu obat pilihan utama
adalah ACE Inhibitor.
2. ACE Inhibitor, disamping dapat mengatasi gangguan neurohumoral pada gagal jantung,
dapat juga memperbaiki toleransi kerja fisik yang tampak jelas sesudah 3-6 bulan
pengobatan. Dari golongan ACE-I, Kaptopril merupakan obat pilihan karena tidak
menyebabkan hipotensi berkepanjangan dan tidak terlalu banyak mengganggu faal ginjal
pada kasus gagal jantung. Kontraindikasinya adalah disfungsi ginjal berat dan bila ada
stenosis bilateral arteri renalis.
3. Diuretika, bertujuan mengatasi retensi cairan sehingga mengurangi beban volume
sirkulasi yang menghambat kerja jantung. Yang paling banyak dipakai untuk terapi gagal
jantung kongestif dari golongan ini adalah Furosemid. Pada usia lanjut seringkali sudah
ada penurunan faal ginjal dimana furosemid kurang efektif dan pada keadaan ini dapat
ditambahkan metolazone. Pada pemberian diuretika harus diawasi kadar kalium darah
karena diuresis akibat furosemid selalu disertai keluarnya kalium. Pada keadaan
hipokalsemia mudah terjadi gangguan irama jantung.
4. Obat-obatan inotropik, seperti digoksin diberikan pada kasus gagal jantung untuk
memperbaiki kontraksi ventrikel. Dosis digoksin juga harus disesuaikan dengn besarnya
clearance kreatinin pasien. Obat-obat inotropik positif lainnya adalah dopamine (5-10
Ugr/kg/min) yang dipakai bila tekanan darah kurang dari 90 mmHg. Bila tekanan darah
sudah diatas 90 mmHg dapat ditambahkan dobutamin (5-20 Ugr/kg/min). Bila tekanan
darah sudah diatas 110 mmHg, dosis dopamin dan dobutamin diturunkan bertahap
sampai dihentikan.
5. Spironolakton, dipakai sebagai terapi gagal jantung kongestif dengan fraksi ejeksi yang
rendah, bila walau sudah diterapi dengan diuretik, ACE-I dan digoksin tidak
menunjukkan perbaikan. Dosis 25 mg/hari dan ini terbukti menurunkan angka mortalitas
gagal jantung sebanyak 25%.

Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Penurunan compliance aorta dan pembuluh besar lainnya.
3. Edema paru

Prognosis
Prognosis semakin memburuk ketika:

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 10


1. Peningkatan jaringan ikat interstitial
2. Semakin memburuk kondisi pasien, kapasitas aktivitas, dan gambaran klinis;
3. Semakin rendah indeks jantung, isi sekuncup, dan fraksi ejeksi;
4. Hiponatremia;
5. Ektopik ventrikel yang sering atau takikardia ventrikel;
6. Hipertrofi miosit kompensatoris;
7. Jumlah mortalitas tergantung pada gejala pasien dan fungsi dari ventrikel kiri;
8. 5% Pasien dengan gejala ringan dan ↓ fungsi ventrikel kiri yang ringan;
9. 30% -50% pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri dan gejala yang berat.
10. 40% – 50% kematian akibat Syock Cardio Genic

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 11


WOC

Mitral Hipertensi Aorta Jantung Iskemia Kardiomiopati Obesitas


Incompetence stenosis

LVH
Penyumbatan Atherosclerosis
parsial aliran
LV mengejeksi darah
darah balik ke LA
Disfungsi
miokardium Trombosis

Aritmia

Infark Miokard
Kontraktilitas ↓

BEBAN
stroke
JANTUNG↑ Hambatan
volum dan
cardiac pengosongan
output↓ ventrikel

GAGAL JANTUNG
VENTRIKEL KIRI

Forward failure Backward failure

Suplai darah ke
Renal flow ↓ ↑LVEDV
jaringan↓

Metabolisme ↑RAA Tekanan vena


anaerob pulmonal↑

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 12


aldosteron↑
Asidosis
Tekanan
metabolik ADH↑
kapiler paru↑

ATP↓ Retensi Na +H2O


Edema paru

fatigue Risiko tinggi


Terdapat jarak
kelebihan volume
(cairan ↑) antara
cairan
alveolus-kapiler
Intoleransi
aktifitas

Gangguan pertukaran
gas

RAA : Renin Angiostensin Aldosteron

LVEDV : Left Ventricle End Diastolyc Volume

LVH: Left Ventricle Hipertrophy

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 13


ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
a. Keluhan utama : nyeri dada , sesak napas, edema, palpitasi, syncope dan
kelelahan yang amat sangat
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan digunakan untuk mengumpulkan data tentang kebiasaan
yang mencerminkan refleksi perubahan dan sirkulasi oksigen.
1. Nyeri
Lokasi, durasi, awal pencetus (apakah nyeri karena sebab jantung atau nyeri
angina yang biasanya ditandai dengan tekanan atau rasa sakit yang dalam,
substernal dan menyebar ke salah satu atau kedua lengan, bisa sampai ke
rahang), kualitas, kuantitas atau frekuensi (apakah nyeri menyebar ke lengan,
bahu atau leher), faktor yang memperberat/memperingan, tipe nyeri (apakah
nyeri tersebut disertai terjadinya diaforesis).
2. Integritas neurovaskuler
Mengalami panas, mati rasa, dan perasaan kesemutan.
3. Status pernafasan
Status pernapasan dapat berupa sukar bernafas, nafas pendek, orthopnoe,
paroxysmal nocturnal dyspnoe dan efek latihan pada pernafasan.
4. Gangguan sirkulasi
Peningkatan berat badan, perdarahan, pasien mudah lelah.
5. Riwayat kesehatan sebelumnya
Penyakit yang pernah diderita, obat-obat yang digunakan dan potensial
penyakit keturunan.
6. Kebiasaan pasien
Diet, olahraga, merokok dan junkfood.
7. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji riwayat keluarga klien mengenai penyakit jantung seperti hipertensi,
stroke, kolesterol tinggi, atau penyakit jantung rematik.
c. Riwayat Perkembangan :
1. Struktur sistem kardiovaskuler berubah sesuai usia.
Semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi degenerasi sel-sel termasuk sel
otot jantung. Sehingga akan memepengaruhi kemampuan jantung untuk
melakukan fungsinya sebagai pemompa darah
2. Efek perkembangan fisik denyut jantung.
3. Produksi zat dalam darah.
4. Tekanan darah.
a. Riwayat sosial
1. Cara hidup pasien
Pola hidup pasien dapat mempengaruhi resiko untuk terkena penyakit jantung.
Kebiasaan pasien mengkonsumsi makanan tinggi kolesterol dan lemak jenuh
dapat meningkatkan faktor resiko terkena penyakit jantung. Karena kolesterol
dan lemak jenuh dapat menimbulkan plaque dalam pembuluh darah.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 14


2. Latar belakang pendidikan.
Tingkat pendidikan pasien mempengaruhi kapasitas pengetahuan seseorang
pada proses pencegahan dan pengobatan penyakit gangguan kardiovaskuler.
3. Sumber-sumber ekonomi.
Penghasilan keluarga mempengaruhi kualitas pengobatan yang dijalani oleh
pasien oleh karena biaya yang diperlukan relatif tinggi.
4. Keyakinan
Adanya pantangan tertentu yang berlaku bagi beberapa pasien dapat
mempengaruhi proses pengobatan secara medis.
5. Kebudayaan dan etnik.
Kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat dapat mempengaruhi faktor
resiko sesorang untuk terkena gangguan kardiovaskuler. ( kebiasaan
masyarakat mengkonsumsi junkfood, kurang berolahraga, dll)
6. Riwayat Psikologi
Informasi tentang status psikologis penting untuk mengembangkan rencana
asuhan keperawatan.
a) Mengidentifikasi stress/sumber stress.
b) Mengidentifikasi cara koping, mekanisme dan sumber-sumber coping
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum pasien
Yang perlu diperhatikan adalah : kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau
tidak, kesadaran dan keadaan emosi, dalam keadaan comfort/ distress.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital
a. Pernapasan
Frekuensi pernafasan normal: 16-24×/ menit
Frekuensi pernafasan abnormal : <16 (bradipnea) dan >24 (takipnea)
b. Nadi
Frekuensi nadi normal : 60-100x/ menit
Frekuensi nadi abnormal: <60 (bradikardi) dan > 100 (takikardia)
c. Tekanan darah
Tekanan darah normal : sistolik (100-140 mmHg) dan diastolik (60-90
mmHg)
d. Suhu badan
Suhu badan normal : 37oC
3. Pemeriksaan B1-B6
a. Breathing
 Terlihat sesak
 Frekuensi nafas melebihi normal
b. Bleeding
 Inspeksi: Adanya parut, keluhan kelemahan fisik, edema
ekstremitas, Elevasi distensi vena jugular
 Palpasi: Denyut nadi perifer melemah, thrill
 Perkusi: Pergeseran batas jantung
 Auskultasi Tekanan darah menurun, pada S3 terdapat suara
gallop, impuls apikal bergeser lateral

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 15


c. Brain
 Kesadaran biasanya compos mentis
 Sianosis perifer
 Wajah meringis, menangis, merintih, meregang, menggeliat

d. Bladder
 Oliguria
 Edema ekstremitas
e. Bowel
 Mual
 Muntah
 Penurunan nafsu makan
 Penurunan berat badan
f. Bone
 Kelemahan
 Kelelahan
 Tidak dapat tidur

New York Health Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional


Gagal jantung kiri dalam empat kelas:
a. Kelas 1: Gambaran klinis tidak ada tanda disfungsi LV. Pasien dapat
melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
b. Kelas 2: Gambaran kilinis adanya Galop S3 dengan atau tanpa
kongesti paru. Pasien tidak dapat melekukan aktifitas lebih berat dari
aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
c. Kelas 3: Gambaran klinis edema paru berat akut. Pasien tidak dapat
melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
d. Kelas 4: Gambaran klinis pasien syok kardiogenik. Pasien sama sekali
tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus tirah baring

4. Pemeriksaan Fisik Khusus


a. Jantung
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan fisik umum dan khusus pada
jantung. Tapi sebelumnya perlu melihat keadaan umum pasien secara
keseluruhan termasuk mengukur : tekanan darah, denyut nadi, suhu badan
dan frekuensi pernafasan.
Keadaan umum secara keseluruhan yang perlu dilihat adalah :
1) Bentuk tubuh gemuk/kurus.
2) Anemis.
3) Sianosis.
4) Sesak nafas.
5) Keringat dingin.
6) Muka sembab.
7) Oedem kelopak mata.
8) Asites.
9) Bengkak tungkai/pergelangan kaki

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 16


10) Clubbing ujung jari-jari tangan.
Analisa Data
1. Elektrokardiogram: Hipertrofi atrial, penyimpangan aksis, iskemia kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia misal takikardi, fibrilasi atrial
2. Foto rontgen: Dapat menunjukkan pembesaran jantung, bayangan mencerminkan
dilatasiatau hipertropi ventrikel, atau perubahan dalam pembuluh darah normal
3. Ekokardiografi: untuk mengetahui bentuk, gerakan, dan aliran di dalam jantung.
4. Laboratorium:
Pemeriksaan darah lengkap

b. Albumin : Dewasa 3,5-5,0 g/dl ; bayi 4,4 – 5,4 g/dl


c. Eritrosit : Dewasa : pria (5 jt/mm3) ; wanita (4 jt/mm3)
d. Hematokrit : Dewasa : pria (40-50 %) ; wanita (36-46 %) ; anak (29-43 %)
e. Trombosit : Dewasa 150.000 – 400.000 ; bayi 200.000 – 400.000
f. Hb :Dewasa : pria (13,5-18 g/dl) ; wanita (12-16 g/dl) ; anak (10-15
g/dl) ; bayi (11-16 g/dl)
g. Leukosit : Dewasa 45.000-100.000 ; anak 6.000-17.000

Pemeriksaan enzim jantung

a. Troponin T
Iskemik=>TT dari sitoplasma ke darah selama 30-90 jam setelah itu
menurun.

b. Isoenzim CK-MB

Mulai meningkat 2-3 jam setelah onset infark, puncaknya 10-12 jam dan
kembali normal dalam waktu 24 jam. Normal pada dewasa 0-6%.

b. Creatinin Phosphokinase (CK)


Pada IMA=> CK dalam serum akan meningkat dalam waktu 6-8 jam
setelah onset infark, mencapai puncaknya setelah 24 jam dan turun
kembali normal dalam waktu 3-4 hari. Dewasa pria 5-35, 30-180 IU/L,
wanita 5-25, 25-50, bayi 65-580 IU/L, anak 0-70 IU/L.

c. Lactiddehydroginase (LDH)
Pada IMA meningkat 24-48 jam mencapai puncaknya 3-6 hari dan normal
8-14 hari. Ada 5 isonium, isonium LDH 1 spesifik kerusakan otot jantung.
LDH 4 hati dan 5 otot skelet. Dewasa 100-190 IU/L, bayi 300-1.500, anak
50-150.

d. Serum glutamic-oxsaloacetic transaminase (SGOT)


Konsentrasi meningkat dalam serum dalam 8-12 jam setelah onset infark.
Puncaknya 18-36 jam dan mulai turun 3-4 hari. Normal pada dewasa 5-40
U/ml.

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 17


e. Alpha hydroxybutric dehydroginase (Alpha-HBDH)

Diagnosa, Intervensi, dan Rasional Keperawatan


Penurunan cardiac output berhubungan dengan perubahan dalam rate, irama, konduksi
jantung, menurunnya preload atau peningkatan SVR, miocardial infark.
Tujuan : cardiac output mencukupi kebutuhan individu (5 Liter/menit).
Kriteria hasil : stabilitas hemodinamika dapat dipertahankan yaitu tekanan
darah normal (120/ 80), nadi normal (60-100 x/ menit).

INTERVENSI RASIONAL
1. Mempertahankan tirah baring 1. Menurunkan konsumsi oksigen/ kebutuhan
npada posisi yang nyaman selama , menurunkan kerja miokard dan resiko
episode akut dekompensasi
h2. berikan oksigen tambahan sesuai2. merningkatkan sediaan oksigen untuk
skebutuhan kebutuhan miokard untuk memperbaiki
h kontraktilitas, menurunkan iskemia, dan
u3. Berikan kalium, kalsium dan kadar asam laktat
2magnesium sesuai indikasi 3. Mengembalikan elektrolit ini pada normal
2 untuk memeperbaiki berbagai disritmia
.4. Evaluasi kualitas dan kesamaan
3nadi sesuai indikasi 4. Penurunan curah jantung mengakibatkan
. menurunnya kekuatan nadi. Ketidakteraturan
2 juga diduga disritmia, yang memerlukan
evaluasi lanjut
G
3.3.2 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
Tujuan: Dalam waktu 1x24 jam gangguan pertukaran gas berkurang atau
hilang
Kriteria hasil: Menunjukkan status pernafasan yang normal berdasarkan:
PaO2, PaCO2, pH arteri, dan saturasi O2 dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 18


1. Pantau bunyi nafas dan catat 1. Menyatakan adanya pengumpulan
adanya crackles pada pasien sekret menunjukkan kebutuhan untuk
intervensi lebih lanjut
2. Anjurkan pasien melakukan 2. Memudahkan aliran oksigen
latihan nafas dalam

3. Membantu pasien melakukan 3. Membantu mencegah terjadinya


perubahan posisi secara berkala atelektasis dan pneumonia pada pasien

4. Pantau hasil dari BGA dan nadi 4. Hipoksemia dapat memberat selama
oksimetri edema paru

3.3.3 Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan


oksigen dan iskemia pada miokard.
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam pasien dapat malakukan aktivitas sesuai
dengan kemampuannya.
Kriteria hasil : pasien berpartisipasi akan menunjukkna kemajuan dalam
aktivitas tanpa gejala- gejala yang berat.

INTERVENSI RASIONAL
1. pertahankan pasien tirah baring 1. mengurangi pemakiaian oksigen pada
selama sakit akut. miokard selama beberapa hari akan
meningkatkan sirkulasi dan suplai darah
ke daerah yang kurang perfusi.
2. Pertahankan pemberian bantuan
oksigen yang adekuat 2. Membantu memenuhi pasokan oksigen
tubuh agar seimbang antara suplai dan
kebutuhan
3. Anjurkan pasien untuk
menghindari peningkatan intra 3. Aktivitas yang memerlukan menahan
abdomen. Contoh: mengejan saat napas dan menunduk dapat
defekasi. mengakibatkan bradikardi, juga
4. Pantau frekuensi atau irama menurunkan curah jantung.
jantung, tekanan darah dan 4. Penurunan tekanan darah, takikardi,
frekuensi pernapasan sebelum disritmia, dan takipnea adalah indikasi
atau setelah aktivitas dan selama dari kerusakan toleransi jantung terhadap
diperlukan. aktivitas.
3.3.4 Risiko terjadinya kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan perfusi organ (renal), peningkatan retensi natrium, penurunan
plasma protein.
Tujuan : intake dan output seimbang dalam 2x24 jam.
Kriteria hasil: haluaran urine adekuat
INTERVENSI RASIONAL
1. Diet TKTP, rendah garam 1. meningkatkan konsentrasi plasma

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 19


protein, sehingga dapat menarik cairan
2. Kolaborasi dalam pemberian diuretik agar keluar sel
2. Membantu mempermudah
pengeluaran kelebihan cairan melalui
3. Pantau intake dan output Urine
3. Untuk menilai keseimbangan cairan
antara yang masuk dan keluar dari
tubuh

Evaluasi
a. Adanya penurunan rasa nyeri dada, menunjukkan adanya penurunan tekanan dan
cara berelaksasi
b. Terpeliharanya cardiac output yang adekuat (5 liter/menit) selama dilakukan
tindakan keperawatan
c. Terpeliharanya perfusi jaringan yang optimal (CRT kurang dari 3 detik)
d. Peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas (tekanan darah, nadi, irama
dalam batas nnormal) tidak adnya angina
e. Pengeluaran urin adekuat akan diprtahankan dengan terapi diuretik (> 30 ml/jam)

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 20


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A.K. 1995. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya : Citas Media Pers

Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anderson, Silvia. 1996. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Anna Pujiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia

Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Behrman, Kliegman & Arvin. 2001. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta : EGC

Benson & Martin, L. 2000. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Betz, C.L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen ed.2.
Jakarta: EGC

Brenda, Brace, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Bruce, Wingerd. 1994. The Human Body Concept of Anatomy and Physiology. Orlando Florida :
Harcourt Bruce College Publisher

Caplan, L.R. 2000. Neurovascular Disorders : Text Book of Clinical Neurology. Chicago :
Saudes

Charles, Noback. 1996. The Human Nervous System : Structure and Function. Ed. Ke 5.
Philadelphia : Lippincott William-Wilkins

Churry, Edward. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. Jakarta : EGC

Djuanda, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : EGC

Dona, Whalley & Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Dorland. 1994. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 21


Elaine, Marieb. 2001. Human Anatomy and Physiology. San Fransisco: Wesley Longman

Evelen, C. 1994. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Hedman, T.H. 2012. NANDA 2012-2014. Oxford : Willey Blackwell

Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Hudak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendidikan Holistik. Jakarta : EGC

John, Gibson. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC

Kazier, B. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC

Listiono, Djoko. 1998. Stroke Hemoragik Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Gramedia

Lynda juall, 2007. Diagnosis keperawatan ed.10. Jakarta : EGC

Mardjono. 2008. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat

Maryunani, Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media.

Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,


Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Neal, Michael J. 2006. Farmakoligi Medis. Jakarta: Erlangga

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Gramedia

Ratna, Mardiati. 1997. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak. Jakarta : Sagung Seto

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 22


RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Yogyakarta: Aulia
Publishing.

Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksaan Kanker Ginekologi. Jakarta : EGC

Samantri, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Obstetri. Jakarta : EGC

Saraswati, Sylvia. 2009. Diet Sehat. Jogjakarta: A+Plus Books.

Soegondo,dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran


Universitas Indonesia.

Suyono, Slamet. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Syaifuddin. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : EGC

Wilson, M.N. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com Page 23

Anda mungkin juga menyukai