Anda di halaman 1dari 4

OUTLINE PENELITIAN

Hani Wahyuningrum
20160340002

Perbedaan Efektivitas kalsium hidroksida kombinasi dengan klorheksidin


Diglukonat 2% dan kalsium hidroksida kombinasi propolis 25% sebagai bahan
irigasi saluran akar terhadap bakteri enterococcus faecalis (in vitro)

Perawatan saluran akar merupakan salah satu bagian perawatan


gigi untuk mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut.
Tujuan utama perawatan saluran akar adalah menghilangkan bakteri
sebanyak mungkin dari saluran akar dan menciptakan lingkungan
yang tidak mendukung bagi setiap mikroorganisme yang tersisa
untuk dapat bertahan hidup (Athanassiadis et al., 2007; S64).
Perawatan saluran akar bergantung pada ketepatan diagnosa, seleksi
kasus, dan prosedur perawatan. Ketiga tahapan ini saling berkaitan.
Apabila terdapat kesalahan pada satu tahap, maka dapat
menyebabkan kegagalan dalam perawatan (Friedman dalam Walton
dan Torabinejad, 2008; 389). Dalam perawatan saluran akar,
terdapat tahap-tahap yang perlu diperhatikan. Pada proses preparasi,
dilakukan pembersihan secara kemomekanis, yaitu preparasi dengan
menggunakan instrumen diikuti dengan irigasi saluran akar dengan
menggunakan cairan irigasi untuk menghilangkan iritan seperti
smear layer yang berisi bakteri dan produk yang dihasilkannya serta
debris (Tarigan dan Tarigan, 2013; 127-128).
Irigasi saluran akar bertujuan mengeliminasi bakteri dalam
Latar belakang saluran akar. Irigasi saluran akar merupakan pembersihan saluran
penelitian akar dengan air atau cairan medikamen menggunakan alat
instumental. Irigasi saluran akar memiliki dua tujuan, mekanis dan
biologis. Tujuan secara mekanis untuk menghilangkan debris,
melubrikasi saluran akar dan menghilangkan jaringan organik serta
anorganik. Sedangkan tujuan biologis adalah sebagai antimikrobial.
Selain memiliki aktivitas antimikroba, larutan irigasi juga bersifat
toksik dan dapat menimbulkan rasa nyeri bila masuk ke jaringan
periapikal.Beberapa macam larutan irigasi saluran akar yang saat ini
populer, adalah larutan sodium hipoklorit, larutan kelator/ethylene
diamine tetraacetic acid (EDTA), mixture of tetracycline, an acid
and a detergent (MTAD), klorheksidin, dan Iodine Potasium Iodide
(IPI).
Bakteri utama penyebab infeksi sekunder pada kegagalan
PSA adalah E.faecalis. Bakteri ini mempunyai resistensi yang tinggi
terhadap banyak antibakteri. Enterococcus faecalis mempunyai
kemampuan penetrasi ke dalam tubuli dentin sehingga
memungkinkan bakteri tersebut terhindar dari instrumentasi alat-alat
preparasi dan bahan irigasi yang digunakan selama preparasi
biomekanikal. di dalam tubulus dentin, bakteri ini dapat bertahan
dari medikamen Ca(OH)2 sampai lebih dari 10 hari. Sehingga
menurut Heling dan Chandles merekomendasikan untuk
menambahkan 2% chlorhexidine (CHx). Chlorhexidine 2% efektif
mengurangi atau menghilangkan E. faecalis dari saluran akar dan
tubuli dentin. Irigasi dengan CHX selama 2 menit mampu
menghilangkan bakteri ini pada tubuli dentin sampai 100 µm.
Penggunaan kombinasi CHX dengan Ca(OH)2 sebagai bahan
medikamen juga lebih efektif dalam membunuh bakteri ini jika
dibandingkan dengan penggunaan Ca(OH)2 yang dicampur dengan
air. Chlorhexidine merupakan antibakteri berspektrum luas,
toksisitasnya rendah, dan larut dalam air. Penggunaan Ca(OH)2
harus dikombinasi dengan cairan karena diperlukan untuk melepas
ion hidroksil. Ca(OH)2 dapat dicampur dengan air destilasi, salin,
CHX, champorated chlorophenol, dan lain-lain. Efek antiseptiknya
berjalan lambat hingga dua minggu, sedangkan waktu optimalnya
satu minggu (Novita,dkk.2014).

Bakteri E. faecalis merupakan bakteri yang banyak terdapat


pada kasus kegagalan perawatan saluran akar. Bakteri ini juga
resisten terhadap medikamen intra kanal kalsium hidroksida.
Larutan chlorhexidine 2% digunakan dalam kasus retreatment
karena efektif membunuh E.faecalis. Penggunaan medikamen intra
kanal berupa pencampuran bubuk kalsium hidroksida dengan
larutan chlorhexidine 2% diharapkan mempunyai efek antimikroba
yang sinergis untuk mencapai kesuksesan root canal retreatment.

Propolis atau lem lebah adalah suatu zat yang dihasilkan


oleh lebah madu, mengandung resin dan lilin lebah, yang
dikumpulkan dari sumber tanaman, terutama dari bunga dan pucuk
daun, untuk kemudian dicampur dengan air liur lebah. Propolis
yang dihimpun oleh lebah yang berasal dari tumbuhan poplar
menunjukkan bahwa propolis mengandung berbagai macam
senyawa, yaitu ; asam amino, asam alifatik dan esternya, asam
aromatik dan esternya, aldehid, khalkon, dihidrokhalkon, flavanon,
hidrokarbon, keton dan terpenoid. Hasil yang diperoleh oleh
Merucci yang menemukan senyawa alkohol, aledhida, asam alifatik
dan esternya, asam amino, asam aromatik dan esternya, flavanon,
keton dan glukosa dalam propolis.

Penelitian propolis sebagai medikamen intrakanal dalam


menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Oncag et al yang dikutip dari
artikel oleh Parolia et al membandingkan proplis dengan
medikamen intrakanal lain yang umumnya digunakan dan
memperlihatkan hasil yang baik terhadap bakteri Enterococcus
faecalis. Begitupun dengan Awawdeh et al yang menyimpulkan
bahwa propolis efektif mengeliminasi bakteri Enterococcus
faecalis.

Rumusan masalah Bagaimana perbedaan efektivitas kombinasi kalsium hidroksida


dengan klorheksidin Diglukonat 2% dan kombinasi kalsium
hidroksida dengan propolis 25% sebagai bahan irigasi saluran akar
terhadap bakteri Enterococcus faecalis (In Vitro)

Tujuan penelitian Untuk mengetahui perbedaan ektivitas antara kombinasi kalsium


hidroksida dengan klorheksidin diglukonat 2% dan kombinasi
kalsium hidroksida dengan propolis 25% sebagai bahan irigasi
saluran akar terhadap bakteri Enterococcus faecalis (In Vitro)
Manfaat penelitian A. Manfaat bagi penulis, sebagai media dalam menambah wawasan
dan pengetahuan tentang efektifitas antibakteri terhadap bakteri
enterococcus faecalis antara kombinasi kalsium hidroksida dengan
propolis dan kombinasi kalsium hidroksida dengan klorheksidin
diglukonat sebagai irigasi saluran akar pada perawatan saluran akar.
B. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah di
bidang kedokteran gigi serta sebagai pertimbangan klinis bagi
operator untuk memilih bahan irigasi yang terbaik sebagai bahan
sterilisasi saluran akar .
C. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan yang
aplikatif yang dapat digunakan sebagai alternatif bahan irigasi
saluran akar

Hipotesis Kombinasi kalsium hidroksida dengan klorheksidin diglukonat 2%


dan kombinasi kalsium hidroksida dengan propolis 25% efektif
sebagai bahan irigasi saluran akar terhadap bakteri enterococcus
faecalis (In Vitro)

Daftar pustaka Athanassiadis B, Abbott PV, Walsh LJ. 2007. The Use of Calcium
Hydroxide, Antibiotics and Biocides as Antimicrobial
Medicaments in Endodontics. Aust Dent J. 52 (1Suppl): S64-S82

Friedman S. 2008. Rawat-Ulang Ortograd dalam: Walton RE dan


Torabinejad M. (ed). Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3.
Jakarta: EGC. 387-411.

Mohammadi, Z., Jafarzadeh, H., Shalavi, S. 2014. Antimicrobial


Efficacy of Chlorhexidine as a Root Canal Irrigant: a Literature
Review. Journal of Oral Science, 56(2): 99-103

Tarigan Rasinta, Gita Tarigan. 2013. Perawatan Pulpa Gigi


(Endodonti) Edisi 3. Jakarta: EGC. 127-128.

Saputri, A.F. 2013. Perbedaan Efektifitas Antibakteri Antara


Klorheksidin 2% dan Propolis 25% Terhadap Enterococcus
faecalis (In Vitro).Skripsi. Makassar. Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Hasanudin

Novita, A., Endro, T., Studi, P., Gigi, K., Fakultas, P., Gigi, K., &
Mada, U. G. (2014). Root Canal Retreatment menggunakan
Kombinasi Kalsium Hidroksida dan Chlorhexidine sebagai
Medikamen Intra Kanal Insisivus Sentral Kiri Maksila, 165–
170.

Gomes BPFA, Spuza SFC, Ferraz CCR. Effectiveness of 2%


chlorhexidine gel and calcium hydroxide against Enterococcus
faecalis in bovine root dentine in vitro. International Endodontic
Jurnal:36:267-275.

Anda mungkin juga menyukai