Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PERTEMUAN II

PEMETAAN DAN ANALISIS TAPAK

Oleh:

MUH. RIZAL
D051181313

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2019
A. Pengukuran Sipat Datar Vertikal
1. Pengertian Kerangka Dasar Vertikal
kumpulan titik-titik yang telah diketahui atau ditentukan posisi
vertikalnya berupa ketinggiannya terhadap bidang rujukan ketinggian
tertentu disebut dengan kerangka dasar vertikal merup. Bidang ketinggian
rujukan ini bisa berupa ketinggian muka air laut rata-rata (mean sea
level - MSL) atau ditentukan lokal. Umumnya titik kerangka dasar
vertikal dibuat menyatu pada satu pilar dengan titik kerangka dasar
horizontal.
Pada saat dahulu pengadaan jaring kerangka dasar vertikal dimulai oleh
Belanda dengan menetapkan MSL di beberapa tempat dan diteruskan
dengan pengukuran sipat datar teliti. Bakosurtanal, mulai akhir tahun
1970-an memulai upaya penyatuan sistem tinggi nasional dengan
melakukan pengukuran sipat datar teliti yang melewati titik-titik kerangka
dasar yang telah ada maupun pembuatan titik-titik baru pada kerapatan
tertentu. Jejaring titik kerangka dasar vertikal ini disebut sebagai Titik Tinggi
Geodesi (TTG).
Adapun saat ini, pengukuran beda tinggi sipat datar masih
merupakan cara pengukuran beda tinggi yang paling teliti. Sehingga
ketelitian kerangka dasar vertikal (K) dinyatakan sebagai batas harga
terbesar perbedaan tinggi hasil pengukuran sipat datar pergi dan pulang.
Pada tabel 2 ditunjukkan contoh ketentuan ketelitian sipat teliti untuk
pengadaan kerangka dasar vertikal. Untuk keperluan pengikatan ketinggian,
bila pada suatu wilayah tidak ditemukan TTG, maka bisa menggunakan
ketinggian titik triangulasi sebagai ikatan yang mendekati harga ketinggian
teliti terhadap Mean Sea Level
2. Pengukuran Sipat Datar
Metode yang digunakan adalah metode sipat datar optis. Metode sipat
datar optis adalah proses penentuan ketinggian dari sejumlah titik atau
pengukuran perbedaan elevasi. Perbedaan yang dimaksud adalah
perbedaan tinggi di atas air laut ke suatu titik tertentu sepanjang garis
vertikal. Perbedaan tinggi antara titik- titik akan dapat ditentukan dengan
garis sumbu pada pesawat yang ditunjukan pada rambu yang vertikal.
Tujuan dari pengukuran penyipat datar adalah mencari beda tinggi
antara dua titik yang diukur. Misalnya bumi, bumi mempunyai
permukaan ketinggian yang tidak sama atau mempunyai selisih tinggi.
Apabila selisih tinggi dari dua buah titik dapat diketahui maka tinggi titik
kedua dan seterusnya dapat dihitung setelah titik pertama diketahui tingginya.
Beberapa istilah yang digunakan dalam pengukuran alat sipat datar,
diantaranya:
a. Stasion
Stasion adalah titik dimana rambu ukur ditegakan; bukan tempat
alat sipat datar ditempatkan. Tetapi pada pengukuran horizontal,
stasion adalah titik tempat berdiri alat.
b. Tinggi Alat
Tinggi alat adalah tinggi garis bidik di atas tanah dimana alat sipat
datar didirikan.
c. Titik Garis Bidik
Tinggi garis bidik adalah tinggi garis bidik di atas bidang
referensi ketinggian (permukaan air laut rata-rata)
d. Pengukuran ke belakang
Pengukuran ke belakang adalah pengukuran ke rambu yang
ditegakkan di stasion yang diketahui ketinggiannya, maksudnya
untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambunya disebut rambu
belakang.
e. Pengukuran ke muka
Pengukuran ke muka adalah pengukuran ke rambu yang
ditegakkan di stasion yang diketahui ketinggiannya, maksudnya
untuk mengetahui tingginya garis bidik. Rambunya disebut rambu
muka.
f. Titik putar (turning point)
Titik putar (turning point) adalah stasion dimana pengukuran ke
belakang dan ke muka dilakukan pada rambu yang ditegakkan di
stasion tersebut.
g. Stasion antara (intermediate stasion)
Stasion antara (intermediate stasion) adalah titik antara dua titik
putar, dimana hanya dilakukan pengukuran ke muka untuk
menentukan ketinggian stasion tersebut.
h. Seksi
Seksi adalah jarak antara dua stasion yang berdekatan, yang sering
pula disebut slag.
3. Jenis-jenis pengukuran sipat datar
Ada beberapa macam pengukuran sipat datar di antaranya:
a. Sifat datar memanjang
Digunakan apabila jarak antara dua stasion yang akan
ditentukan beda tingginya sangat berjauhan (di luar jangkauan jarak
pandang). Jarak antara kedua stasion tersebut dibagi dalam jarak-jarak
pendek yang disebut seksi atau slag. Jumlah aljabar beda tinggi tiap slag
akan menghasilkan beda tinggi antara kedua stasion tersebut.
Tujuan pengukuran ini umumnya untuk mengetahui ketinggian
dari titik-titik yang dilewatinya dan biasanya diperlukan sebagai
kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan. Hasil akhir daripada
pekerjaan ini adalah data ketinggian dari pilar-pilar sepanjang jalur
pengukuran yang bersangkutan, yaitu semua titik yang ditempati oleh
rambu ukur tersebut.
b. Sipat datar resiprokal
Kelainan pada sipat datar ini adalah pemanfaatan konstruksi
serta tugas nivo yang dilengkapi dengan skala pembaca bagi
pengungkitan yang dilakukan terhadap nivo tersebut. Sehingga dapat
dilakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik yang tidak dapat
dilewati pengukur. Seperti halnya sipat datar memanjang, maka hasil
akhirnya adalah data ketinggian dari kedua titik tersebut.
c. Sipat datar profil
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui profil dari suatu
trace baik jalan ataupun saluran, sehingga selanjutnya dapat
diperhitungkan banyaknya galian dan timbunan yang perlu dilakukan
pada pekerjaan konstruksi.
Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan dalam dua bagian yang
disebut sebagai sipat datar profil memanjang dan melintang. Hasil
akhir dari pengukuran ini adalah gambaran (profil) dari pada kedua
jenis pengukuran tersebut dalam arah potongan tegaknya.
d. Sipat datar luas
Untuk merencanakan bangunanbangunan, ada kalanya ingin diketahui
keadaan tinggi rendahnya permukaan tanah. Oleh sebab itu dilakukan
pengukuran sipat datar luas dengan mengukur sebanyak mungkin titik
detail. Kerapatan dan letak titik detail diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila makin rapat titik detail pengukurannya maka
akan mendaptkan gambaran permukaan tanah yang lebih baik.
Bentuk permukaan tanah akan dilukiskan oleh garis-garis yang
menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama. Garis ini
dinamakan kontur.
B. Jarak, Azimuth dan Pengikatan kemuka
1. Jarak pada Pengukuran dan Pemetaan
Mengukur jarak adalah mengukur panjang penggal garis antar dua
buah titik tertentu. Penggal garis ini merupakan sambungan penggal-
penggal garis lurus yang lebih kecil. Pengukuran jarak adalah penentuan
jarak antara, dua titik di permukaan bumi, biasanya yang digunakan adalah
jarak horizontalnya atau pekerjaan pengukuran antara dua buah titik baik
secara langsung maupun tidak langsung yang dilaksanakan secara
serentak atau dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu jarak horizontal dan
jarak miring.
Jarak horizontal adalah jarak yang apabila diukur maka perbedaan
tingginya adalah 0. Sedangkan jarak miring adalah hasil pengukurannya
melibatkan kemiringan. Perlu Anda ketahui bahwa jarak yang dapat
digambarkan secara langsung pada peta adalah jarah horizontal, bukan
jarak miring. Oleh karena itu, jarak horizontal AB yang akan
digambarkan pada peta.
a. Klasifikasi pengukuran jarak
1) Pengukuran jarak langsung
Pengukuran jarak langsung biasanya menggunakan instrument
atau alat ukur jarak langsung, misalnya pita ukur langkah, alat
ukur jarak elektronik dan lain-lain. Alat-alat yang digunakan dalam
pengukuran jarak secara langsung diantaranya adalah : Kayu
ukur, Rantai ukur.
2) Pengukuran jarak tidak langsung.
Pengukuran ini biasanya menggunakan instrument ukur jarak
tachymetry dan metode optic. Pengukuran jarak tidak langsung ada
beberapa macam diantaranya pengukuran jarak dengan kira-kira.
Cara ini dapat menggunakan langkah dan menggunakan skala
pada peta. Tujuan yang akan dicapai dalam pengukuran jarak
adalah membuat garis yang benar-benar lurus sehingga jaraknya
dapat diukur dengan pasti.
b. Bebagai macam instrumen ukur jarak dan cara penggunaanya
1) Langkah
Karena ketelitiannya yang rendah, dewasa ini langkah (pacing)
hanya digunakan untuk membantu penempatan instrumen sipat
datar di tengah-tengah antara dua buah rambu pada pekerjaan
sipat datar. Pada hakekatnya sangatlah sukar untuk
mempertahankan jarak langkah yang tetap dan pengalaman
menunjukkan bahwa untuk jarak ukur 100 m seorang petugas
yang berpengalaman pun dapat membuat kesalahan sampai
beberapa meter.
2) Pita ukur
Dewasa ini pita ukur (tapes) digunakan dalam pekerjaan
pengukuran jarak biasa. Tipe yang banyak digunakan adalah pita
ukur fiber, pita ukur baja, dan pita ukur invar (invar adalah bahan
campuran tahan panas terdiri dari baja dan nikel).
Pita Ukur fiber. Yang termasuk tipe ini adalah pita ukur yang
terbuat dari serat rami dan diperkuat dengan anyaman kawat
halus, pita ukur yang terbuat dari campuran serat rami dan
serta katun dan pita ukur yang terbuat dari campuran serat gelas
dan kimia. Biasanya pita ukur ini dibungkus dengan semacam
lapisan cat, di atas mana angka- angka/tanda-tanda graduasi
ditempatkan. Kelebihan-kelebihan dari pita ukur ini adalah sifatnya
yang ringan, tidak mudah bengkok serta mudah pemakaiannya
terutama pita ukur serat gelasInstrumen pengukuran jarak yang
didasarkan pada metode optik.
Metode dimana suatu jarak antara dua buah titik diukur
secara tidak langsung disebut Tachimetry. Pada prinsipnya
metode ini dilakukan dengan penempatan sebuah instrumen
ukur jarak pada ujung titik permulaan dan instrumen tersebut
diarahkan pada titik sasaran yang ditempatkan pada ujung
lainnya.
3) Instrumen yang menggunakan gelombang-gelombang
elektromagnetik.
Instrumen pengukuran jarak elektronik saat ini telah digunakan
untuk mengukur jarak langsung dengan tepat.
2. Tujuan Pengikatan Ke Muka
Pengikatan ke muka adalah suatu metode pengukuran data dari dua
buah titik di lapangan tempat berdiri alat untuk memperoleh suatu titik lain di
lapangan tempat berdiri target (rambu ukur/benang, unting–unting) yang
akan diketahui koordinatnya dari titik tersebut. Garis antara kedua titik
yang diketahui koordinatnya dinamakan garis absis. Sudut dalam yang
dibentuk absis terhadap target di titik B dinamakan sudut beta. Sudut beta
dan alfa diperoleh dari lapangan.
Pada metode ini, pengukuran yang dilakukan hanya pengukuran
sudut. Bentuk yang digunakan metode ini adalah bentuk segitiga. Akibat dari
sudut yang diukur adalah sudut yang dihadapkan titik yang dicari, maka
salah satu sisi segitiga tersebut harus diketahui untuk menentukan bentuk
dan besar segitiganya.
3. Pengolahan Data Pengikatan Ke Muka
Titik P diikat pada titik A (Xa, Ya) dan B(Xb, Yb), diukur sudut-
sudut alfa dan beta yang terletak pada titik A dan titik B. Dicari absis
X dan ordinat Y titik P. Carilah selalu lebih dahulu sudut jurusan dan
jarak yang diperlukan. Koordinat-koordinat titik P akan dicari dengan
menggunakan koordinat-koordinat titik-titik A dan B sehingga akan
didapat dua pasang X dan Y yang harus sama besarnya, kecuali
perbedaan kecil antara dua hasil hitungan. Diperlukan lebih dahulu
sudut jurusan dan jarak yang tentu sebagai dasar hitungan.
C. Referensi
Mulyadi, R., Hamzah, B., Radja, A., Sirajuddin, Y. Nadjmi, N., & Taufik, Y.
(2019). Modul Pembelajaran Pemetaan Dan Analisis Tapak. Makassar: Program
Studi S1 Arsitektur Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin.

Anda mungkin juga menyukai