Anda di halaman 1dari 36

0

Panduan Teknis Pemetaan dan


Estimasi Langsung Penasun

Indonesia

Indonesia
Asia

[Student’s Dunia
Name]
[Class Name]
[Teacher’s Name] 2014
0
1

Penyusun
Panduan Teknis Pemetaan dan Estimasi Langsung Penasun

Tim Pengarah:
Dr. Kemal N. Siregar
Dr. Fonny J. Silfanus, MKes

Tim Penyusun
DR. Lely Wahyuniar
Viny Sutrini, S.Psi
Fetty Wijayanti, M.Kes
Suhendro Sugiharto
Irma Siahaan, SKM
Arif Rachman, M.Epid
Yusinta Aswarini, M.Kes
Nenden S Aminah, SKM

1
2

Pengantar

Populasi kunci merupakan kelompok berisiko tertular ataumenularkan


HIV yang disebabkan oleh hubungan seks berisiko ataupenggunaan
napzasuntik. Keberadaan populasi kunci di masyarakat sebagai individu
ataupun kelompok sifatnya dinamis dan secara terus menerus berubah,
sehingga besaran populasi dan karakteristik sosial di setiap lokasi
atauhotspot juga akan selalu mengalami perubahan.Terkait kebutuhan
data untuk pelaksanaan program penanggulangan HIV dan AIDS pada
kelompok populasi kunci, sangat diperlukan pemuthakiran data
pemetaan lokasi/hotspot beserta jumlahnya di tiap lokasi tsb.

Buku panduan ini dibuat berdasar kebutuhan untuk pemetaan bersama


oleh semua pelaksana program, sehingga sejak pengembangannya
sudah melibatkan pihak-pihak terkait.Masukan dari komunitas dan
perwakilan masyarakat sipil sangat bermanfaat untuk
mengembangkanhal-hal teknis di lapangan.

Terima kasih disampaikan kepada semua pihak: Kemkes, WHO, UNAIDS,


PKNI, PKBI, NU, KPAP, KPAK,Perwakilan Masyarakat Sipilyang telah
berpartisipasi aktif dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi.
Semoga buku panduan teknis ini berguna dan bermanfaat bagi program
pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di negeri tercinta ini.

April 2014
Sekretaris KPAN

2
3

Dr. Kemal N. Siregar

Pendahuluan

Upaya pencegahan infeksi HIV pada penasun secara eksplisit dimulai


pada tahun 1999 dalam skala terbatas di Bali. Terjadi peningkatan
penyelenggaraan program Harm Reduction ini dengan terlaksananya
program Dukungan GFATM sejak tahun 2009.

Saat ini, dukungan GF untuk program Harm Reduction dilaksanakan di


19 Provinsi dan 72 Kab/Kota. Terdapat beberapa tantangan dalam
pelaksanaan program dimana cakupan program untuk penasun yang
menggunakan layanan masih jauh dibawah target program. Selain itu
perkembangan epidemi penasun yang bergeser dari alat suntik ke oral
memerlukan upaya pembaharuan data pemetaan untuk memastikan
besaran masalah penasun terkini.

Pemetaan adalah sebuah cara untuk menggambarkan sebaran dan


besaran sebuah situasi dan permasalahanan pada wilayah tertentu
dengan memanfaatkan pemahaman dari anggota populasi yang berada
dalam wilayah tersebut (insider’s perspective) agar bisa
merekomendasikan sebuah program yang layak dan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan.

Dengan demikian pemetaan penasun merupakan cara untuk


menggambarkan sebuah situasi sosial karakteristik dan situasi perilaku
berisiko dari penasun yang berada di suatu wilayah.

3
4

Tujuan

1. Mengetahui jumlah dan sebaran penasun secara geografis

2. Mengidentifikasi situasi sosial di lingkungan penasun yang meliputi:


peran pemangku kepentingan dalam penciptaan lingkungan
kondusif, kegiatan komunikasi perubahan perilaku,

3. Mengidentifikasi ketersediaan alat suntik dan kondom,


ketersediaan layanan dan akses penasun ke layanan

Siapakah Penasun?

Penasun adalah orang yang menyuntikkan napza minimal satu kali


menyuntik dalam satu tahun terakhir.

Lebih banyak penasun laki-laki daripada perempuan, dengan lama


menggunakan napza suntik dan frekuensi menyuntik beragam. Pada
umumnya penasun mempunyai kesamaan karakteristik sebagai berikut
yaitu menyukai tempat yang tersembunyi, berkumpul hanya dengan
kelompoknya, persaudaraan yang kuat di antara mereka, dan pekerjaan
yang beragam seperti wiraswasta, freelance, tukang ojek dan lain lain.

4
5

Jenis Pemetaan

5
6

Geografis: Fokus untuk memperoleh gambaran tentang lokasi atau


tempat penasun beraktivitas, jumlah dan distribusi penasun di masing-
masing lokasi, dan karakteristik dari masing-masing penasun di setiap
lokasi dalam suatu wilayah tertentu.

6
7

Sosial: Fokus untuk menggali informasi tentang pola-pola interaksi


sosial antarpenasun, dan penasun tersebut dengan pihaklain yang
berada di lokasi. Pemetaan sosial jugaberguna untuk melihat pengaruh
pola interaksi sosial penasun terhadap perilaku berisiko dan perilaku
yang bersifat melindungi dari penularan HIV.

Sumber Daya: Fokus pada identifikasi berbagai intervensi pengendalian


HIV dan potensi sumber daya termasuk layanan-layanan sosial dan
kesehatan yang bisa dimanfaatkan oleh penasun tersebut yang berada
diwilayah tersebut

Metode

7
8

1. Pemetaan Geografis: listing, observasi dan wawancara


2. Pemetaan Sosial: wawancara mendalam
3. Pemetaan Sumber Daya: wawancara mendalam

1. Observasi: dilakukan dengan datang langsung ke lokasi atau


hotspot. Observasi dilakukan oleh tim pemetaan, tidak diwakilkan.

2. Listing: dilakukan dengan cara mereview ulang hasil-hasil


pemetaan sebelumnya yang telah dilakukan lembaga dan mereview
data-data program yang dianggap relevan untuk mempersiapkan
dan memperlancar proses pemetaan.

3. Wawancara mendalam ke Informan Kunci Penasun dan Informan


Kunci Non Penasun [bandar, pasangan penasun, PO, RT/RW,
petugas kesehatan, kader muda dan orang lain non penasun
penerima manfaat program di sekitar lokasi/ hotspot yang dianggap
mengetahui informasi tentang penasun].

Tools yang digunakan:


a. Pemetaan Geografis

8
9

9
10

10
11

Cara Pengisian

Nama Nama kabupaten/kota sesuai standar Kementerian


Kabupaten/Kota Dalam Negeri
Kode Kode kabupaten/kota standar Badan Pusat
Kabupaten/Kota Statistik Nasional
Tanda tangan Untuk ditandatangai oleh pengawas setelah
pengawas kejelasan dan kelengkapan dari lembar data
selesai dilengkapi dan diperiksa. Lembar data yang
telah ditandatangani harus dikirim untuk entri
data.
Tandantangan Untuk ditandantangani oleh tim setelah informasi
tim dari hotspot dilengkapi dan siap diperiksa oleh
pengawas.
No hotspot Diisi nomor serial terkait dengan hotspot dari
Daftar Master Hotspot
Nama hotspot Diisi nama hotspot yang ditetapkan dari Daftar
Master Hotspot
Jenis populasi
Penasun
kunci
ID Tim: Perhatikan inisial anggota tim yang ditugaskan
untuk mengamati hotspot dan melengkapi lembar
data. Jika sepasang petugas lapangan ditugaskan,
tulis inisial awal dari setiap anggota tim atau
gunakan kode yang ditetapkan untuk tim.
Tanggal Diisi dengan tanggal kunjungan pertama atau
kunjungan kedua ke hotspot dengan menggunakan masing-
pertama dan masing 2 digit untuk tanggal/bulan/tahun, contoh
kedua 17/12/2013.
Waktu mulai Diisi dengan waktu saat tim tiba di hotspot pada
kunjungan pertama.
Waktu selesai Diisi dengan waktu saat tim meninggalkan hotspot
pada kunjungan pertama.
Waktu ramai Lingkari huruf Y untuk “ya” atau T untuk “tidak”,

11
12

berdasarkan apakah kunjungan pertama terjadi


pada waktu puncak hotspot. Waktu puncak harus
dikonfirmasikan dengan orang kunci yang selalu
berada di hotspot dan mengetahui populasi kunci.
Jumlah populasi Setelah tim lapangan membiasakan diri dengan
kunci yang hotspot, berjalan di sekitar wilayah hotspot (jika
diamati hotspot besar) dan mengamati penasun, maka
jumlah penasun yang terlihat pada saat kunjungan
pertama harus diperhatikan. Jika ada sejumlah
besar penasun bergerak masuk dan keluar dari
hotspot, maka jumlah penasun yang bergerak
melalui hotspot selama waktu tim lapangan
berada disana harus dimasukkan sebagai jumlah
yang diamati.
Tabel orang kunci dari populasi kunci
Informan Kunci ID informan kunci diisi sesuai dengan urutan
(IK) pendekatan oleh tim lapangan, yaitu IK_1, IK_2 ,
IK_3. Standar minimum adalah mewawancarai tiga
orang kunci dari penasun di setiap hotspot, kecuali
hotspot sangat kecil atau akses ke hotspot
terbatas. Daftar informan kunci dari penasun dan
informan kunci bukan penasun dibuat dalam
daftar yang berurutan, yaitu informan kunci
pertama dari bukan populasi kunci mungkin akan
bernomor IK_4.
Estimasi populasi Mintalah setiap informan kunci memperkirakan
kunci kemungkinan jumlah penasun yang datang ke
hotspot pada hari itu/malam hari. Masukan angka
di bagian ini. Jika informan kunci memberikan
kisaran, minta mereka untuk lebih spesifik dan
memberikan angka tunggal.
Mobilitas: jumlah Tanyakan pada informan kunci dari populasi kunci

12
13

hotspot pada 1 berapa banyak hotspot yang biasanya mereka


hari/malam datangi dalam satu hari/malam. Jika seseorang
mengatakan '3’, perlu ditanyakan apakah mereka
datang dari hotspot lain sebelum datang ke
tempat dimana Anda berada sekarang, tanyakan
kemana lagi mereka berencana untuk pergi malam
itu. Jika informan kunci dari populasi kunci tetap di
hotspot tunggal sepanjang hari/malam, maka diisi
'1'.
Peringkat Setelah berbicara dengan setiap orang kunci,
reliabilitas (1-3) maka perlu dinilai reliabilitas respon mereka pada
skala 1 sampai 3, '1’ menjadi sangat tidak handal,
dan '3' yang sangat handal.
Catatan Membuat catatan yang perlu diperhatikan tentang
respon informan kunci itu. Catatan ini akan
membantu menetapkan keputusan akhir tentang
jumlah hotspot dan rata-rata tingkat mobilitas
populasi kunci di hotspot.
Informan kunci dari bukan penasun (Lihat petunjuk untuk # ID,
Estimasi populasi kunci, Peringkat reliabilitas, and Catatan, pada tabel
orang kunci dari populasi kunci)
Hubungan Jelaskan pekerjaan informan kunci atau alasan
informan kunci berada di area hotspot. Sebagai contoh pedagang,
ke hotspot orang keamanan, atau sopir taksi di hotspot. Pada
beberapa jenis hotspot, informan kunci dari bukan
penasun mungkin memiliki informasi yang lebih
berguna daripada yang lain. Deskripsi ini akan
membantu menunjukkan alasan mengapa
informan kunci tertentu dipilih oleh tim lapangan.

Jumlah populasi Setelah mengamati hotspot dan berbicara dengan


kunci yang semua informan kunci, tim lapangan harus
dikonsolidasi menyepakati jumlah populasi kunci di hotspot. Ini

13
14

merupakan konsolidasi estimasi dari semua


informasi yang dikumpulkan di hotspot. Jumlah
yang dikonsolidasikan harus diantara estimasi
yang diberikan oleh informan
kunci yang dapat dipercaya. Paling sering, jumlah
konsolidasi lebih besar dari jumlah yang diamati.
Jumlah akhir harus menggunakan angka tunggal,
tidak dalam kisaran. Rata-rata jumlah yang
diinformasikan oleh informan kunci dapat
digunakan jika ragu-ragu untuk mempercayai
estimasi dari salah satu orang kunci
Rata-rata Rata-rata respon mobilitas orang kunci dari
mobilitas populasi kunci. Jika orang kunci dari populasi kunci
dinilai sebagai tidak dapat diandalkan ('1'), maka
respon mereka tidak masuk ke dalam rata-rata.

Identifikasi Setelah berbicara dengan masing-masing


hotspot baru informan kunci, minta mereka untuk membuat
daftar hotspot yang berbeda yang mereka
ketahui. Tuliskan informasi sebanyak yang
diperlukan untuk dapat memeriksa apakah
hotspot tersebut sudah masuk ke dalam daftar
master. Jika belum, maka perlu ditambahkan ke
Daftar Master Hotspot.

 Hasil konsisten. Dalam kondisi ideal, jawaban yang diberikan oleh


informan kunci akan konsisten satu sama lain dengan pengamatan
dari tim lapangan. Dalam situasi ini seharusnya jumlah perkiraan
populasi kunci berdasarkan hasil wawancara beberapa informan
kunci tidak jauh berbeda. Jika perkiraan jumlah dari informan kunci
dapat diandalkan, maka dapat dirata-ratakan sebagai angka numerik

14
15

akhir dan dimasukkan dalam kotak sebagai jumlah populasi kunci


yang terkonsolidasi.

Pada contoh diatas, konsolidasi jumlah penasun diputuskan oleh tim


mungkin 26 (rata-rata jumlah dari kedua informan kunci yaitu
Penasun 2 dan Penasun 3 yang tingkat reliabilitasnya paling tinggi).
Atau mungkin 25, yang merupakan rata-rata dari semua informan
kunci.

 Hasil tidak konsisten, perhatikan bobot reliabilitas untuk respon


informan kunci penasun. Dalam kasus ini, mungkin ada perbedaan
yang cukup besar dari jawaban yang diberikan oleh informan kunci
penasun dan bukan penasun. Jika respon antara informan kunci
penasun mirip satu sama lain dan konsisten dengan pengamatan
yang dilakukan oleh tim lapangan tetapi berbeda dari informan kunci

15
16

bukan penasun, maka angka konsolidasi yang digunakan adalah


angka dari informan kunci penasun.

Pada contoh diatas, konsolidasi jumlah populasi kunci diputuskan


oleh tim mungkin 25 yang merupakan rata-rata dari semua informan
kunci penasun.

 Hasil yang sangat tidak konsisten, sehingga perlu kunjungan


ulang. Jika ada perbedaan yang sangat besar dalam perkiraan jumlah
yang diberikan oleh semua informan kunci termasuk pengamatan
oleh tim lapangan, mungkin patut meninjau kembali lokasi pada
waktu yang berbeda dan menggali lebih dalam informasi dengan
informan kunci. Dalam situasi ini, tim lapangan harus mendiskusikan
hasil temuannya dengan supervisor dan mengkonfirmasi apakah
kunjungan ulang diperlukan.

16
17

Jika kunjungan ulang tidak menghasilkan infomasi yang lebih jelas


tentang estimasi jumlah yang diberikan oleh informan kunci, maka tim
harus membuat keputusan akhir tentang apa yang harus dimasukkan
sebagai konsolidasi jumlah populasi kunci. Karena semua informan kunci
memiliki kesamaan tingkat reliabilitas sedang, salah satu pilihannya
adalah mengabaikan angka terendah dan tertinggi dan menetukan rata-
rata dari sisa angka yang ada sehingga menjadi 29.5, yang dapat
dibulatkan menjadi 30.

Bagian terakhir dalam pengisian lembar data hotspot adalah skor rata-
rata mobilitas yang informasinya diperoleh dari informan kunci penasun.
Hitung rata-rata jumlah hotspot yang dikunjungi di hari/malam yang
sama melalui wawancara dengan penasun. Jika informasi menunjukan
hal yang tidak biasa dan informan kunci mengunjungi sejumlah besar
hotspot dalam satu hari/malam, nilai ini dapat dikeluarkan dari rata-rata
hasil.

17
18

Setelah mengisi semua bagian dari lembar data hotspot, tim lapangan
harus memeriksa formulir untuk memastikan kelengkapan dan kejelasan
isinya dan kemudian menandatangani hasil akhir, dengan
membubuhkan inisial mereka di bagian pojok kanan atas dari lembar
data hotspot. Supervisor akan memeriksa lembar data hotspot dan
menandatangani setelah mereka yakin bahwa data tersebut lengkap
dan protokol diikuti dengan tepat.

b. Pemetaan Sosial dan Sumber Daya

1. Peran komunitas, penyedia layanan, polisi, LSM penjangkau, ormas


dalam perubahan perilaku penasun
 Bagaimana keterlibatan komunitas (komunitas penasun/sesama
teman penasun) untuk mendukung perubahan perilaku di
kalangan penasun?
 Bagaimana keterlibatan pihak kepolisian untuk mendukung
perubahan perilaku di kalangan penasun? Apakah masih sering
terjadi penangkapan?
 Apakah ada LSM yang bekerja untuk penjangkauan penasun?
(sebutkan nama LSMnya)
 Bagaimana keterlibatan LSM dalam mendukung perubahan
perilaku di kalangan penasun?
 Bagaimana keterlibatan keluarga atau pasangan dalam
mendukung perubahan perilaku di kalangan penasun?
 Bagaimana keterlibatan masyarakat (Kader, WPA) dalam
mendukung perubahan perilaku di kalangan penasun?
Sumber informasi : 1 orang Penasun di tiap hotspot
Metode : wawancara mendalam

2. Komunikasi Perubahan Perilaku

18
19

 Berapakah rentang usia penasun di lokasi ini? (a)


 Apakah LSM Penjangkau sudah mendorong penasun untuk
mengkases layanan LASS dan memeriksakan diri ke layanan?
Dengan cara apa? (a)
 Apakah sampai saat ini sudah semua penasun mengakses
layanan LASS dan kesehatan dasar? Jika belum, mengapa? (a
dan b)
 Apakah masih ada kegiatan sharing alat suntik di kalangan
penasun? (a dan b)
 Apakah ada penyalahgunaan terapi substitusi (buprenorphine,
methadone) di kalangan penasun? (a dan b)
 Jenis-jenis napza yang digunakan oleh penasun? (b)
 Bagaimana mobilitas penasun di kota/kabupaten ini? (a dan b)
Sumber informasi : LSM Penjangkau (a), Penasun (b)
Metode : wawancara mendalam

3. Ketersediaan Kondom dan Alat Suntik

• Apakah pernah terjadi kekosongan alat suntik dan


kondom di layanan? (a)

• Apakah puskesmas mempunyai satelit (mis: petugas


lapangan) untuk mendistribusikan LASS? (a)

• Bagaimana cara pendistribusian alat suntik dari layanan ke


penasun? (a)

19
20

• Apakah jenis alat suntik yang didistribusikan oleh layanan


sesuai dengan kebutuhan penasun? (Jika tidak, jenis seperti apa
yang diminati) (b)

• Volume spuit (tabung) berapakah yang paling disukai


penasun? (b)
Sumber informasi : Layanan Kesehatan (a), Penasun (b)
Metode : wawancara mendalam

4. Ketersediaan Layanan

• Apakah ada fasilitas kesehatan yang memungkinan untuk


diakses oleh penasun di sekitar lokasi/hotspot? (b)

• Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh


layanan tersebut? (b)

• Apakah ada jadwal dan alur pelayanan tersendiri bagi


penasun untuk mengakses layananLASS? (a dan b)

• Apakah ada pasien methadone yang juga mengakses


LASS? (a dan b)

20
21

• Apa saja isi paket layanan yang diterima oleh penasun


ketika mengakses LASS? (a)

• Berapakah jumlah penasun yang memanfaatkan LASS di


masing-masing layanan? (jika ada lebih dari 1 layanan, maka data
harus dikumpulkan dari semua Layanan ASS di kab/kota) (KPAK)

• Bagaimana ketersediaan layanan LASS, VCT, IMS, CST,


Substitusi (Methadone dan buphrenorpine) di sekitar lokasi? (b)

• Apakah penjangkau menjadi satelit puskesmas utk


distribusi alat suntik? Jika ya, apakah laporan tsb dilaporkan
secara rutin ke PKM? (a)

• Sumber informasi : Layanan Kesehatan (a), Penasun (b),


KPAK
• Metode : wawancara mendalam
Tahapan Pemetaan
1. Persiapan
a. Tingkat Provinsi
Pelatihan metode dan tools pemetaan oleh tim provinsi
kepada tim kab kota
 Pelatihan dilakukan dengan metode tatap muka, diskusi
kelompok, dan simulasi. Yang melatih tim provinsi, yang
dilatih tim kab kota.

21
22

 Tujuan dari pelatihan adalah sosialisasi tools dan metode


pemetaan oleh tim provinsi kepada kab kota.
 Pelatihan melibatkan kab/kota yang akan melakukan
pemetaan.

b. Tingkat Kab/Kota
Pemilihan petugas lapangan
 Pilih petugas lapangan yang jujur, memahami lapangan,
dan bersedia bekerja dalam tim.
 Satu tim lapangan terdiri dari 2 petugas. Salah satu dari
petugas lapangan adalah perwakilan dari komunitas
penasun. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses
masuk dan mendapatkan informasi dari penasun.
 Tiap kab/kota merekrut 3 tim lapangan (6 orang).
 Petugas lapangan yang direkrut akan dilatih terlebih
dahulu sebelum turun lapangan.

Pertemuan dan Pelatihan Pemetaan di Kab/Kota


 Tujuan dari pertemuan adalah sosialisasi kegiatan
pemetaan kepada stakeholder terkait. Isi dari
pertemuan adalah kaitan pemetaan dengan
pengembangan program, keterlibatan stakeholder,
metode, tools, dan output pemetaan.
 Selain sosialisasi kepada stakeholder, diharapkan pada
hari yang sama tim pemetaan juga melatih petugas
lapangan mengenai metode dan tools yang akan
digunakan.
 Supaya pelatihan metode dan tools pemetaan kepada
petugas lapangan berjalan dengan efektif, sebaiknya
dilakukan setelah pertemuan sosialisasi.

22
23

 Honor fasilitator diberikan kepada fasilitator yang


memfasilitasi pelatihan petugas lapangan dan tidak
menerima gaji dari sumber dana GF.
 Peserta yang dilibatkan: tim pemetaan kab/kota (3 orang),
KPAK (2 orang), perwakilan LSM (5 orang), perwakilan
komunitas penasun (2 orang) stakeholder terkait (7
orang), petugas lapangan (6 orang). Komposisi bisa
disesuaikan dengan kebutuhan kab/kota.

Pelatihan tim petugas lapangan oleh tim pemetaan kab/kota


 Pelatihan ini bertujuan untuk mensosialisasikan metode
dan tools pemetaan serta cara menggunakannya.
Pelatihan ini merupakan salah satu cara menjaga kualitas
pemetaan.
Materi yang diberikan adalah metode dan tools yang
digunakan untuk pemetaan termasuk hal-hal yang bersifat
administratif. Materi ini adalah materi standar dari
nasional (terlampir dan dapat disesuaikan)
 Pelatihan ini diberikan oleh tim pemetaan kab/kota yang
terlatih kepada tim petugas lapangan

23
24

Pembuatan listing hotspot


 List hotspot adalah nama-nama lokasi hotspot dimana
biasanya penasun berkumpul (nongkrong). Jumlah
penasun di tiap lokasi sebaiknya tidak perlu dimasukkan
dalam list, hal ini untuk mengurangi bias.
 List hotspot dibuat dalam daftar master hotspot
(terlampir)
 List hotspot bisa diperoleh dari hasil pemetaan
sebelumnya, data LSM, data komunitas, dsb.
 Sebelum turun lapangan, list hotspot ini harus sudah
selesai dibuat. Inilah yang selanjutnya menjadi bahan
verifikasi tim petugas lapangan.

Pembagian wilayah kerja


 Karena akan ada 3 tim yang turun lapangan, maka
pembagian wilayah kerja harus jelas.
 Jumlah hotspot di tiap kab/kota berbeda, maka target
kerja harian disesuaikan keadaan tiap kab/kota. Waktu
pengumpulan data lapangan maksimal 2 minggu.

2. Pengumpulan Data

24
25

Observasi dan wawancara sesuai hasil listing


 Sebelum petugas lapangan mewawancarai informan kunci
tentang jumlah penasun di lokasi tsb, lakukan observasi di
lokasi. Ini untuk melihat waktu sepi dan waktu ramai
lokasi juga untuk menentukan siapa informan kunci yang
representative untuk diwawancara.
 Jumlah populasi kunci di hotspot yang ditanyakan kepada
informan kunci adalah jumlah pada waktu ramai
 Jika kunjungan pertama tim adalah waktu sepi, maka
kunjungan kedua di hotspot tersebut harus pada waktu
ramai
 Jika kunjungan pertama tim adalah waktu ramai, maka
hotspot tersebut tetap harus dikunjungi lagi pada waktu
ramai di waktu yang berbeda.
 Jika jumlah hotspot terlalu banyak dan dana tidak
mencukupi, dapat menggunakan dana operasional kab
kota atau sumber dana lain.
 Menilai mobilitas: Apakah populasi kunci pergi ke
beberapa hotspot dalam satu hari/malam
 Lakukan wawancara ke beberapa informan kunci penasun
dan beberapa informan kunci bukan penasun.

25
26

 Tanyakan apakah ada hotspot lain selain di hotspot


tersebut. Cek master hotspot apakah hotspot yang
disebutkan telah terdaftar dalam list. Jika belum, laporkan
kepada supervisor.

Memasukkan data dalam tools


 Informasi yang diperoleh dari informan kunci pada saat
turun lapangan, dimasukkan dalam tools standar
(Kunjungan 1 dan Kunjungan 2).
 Jika berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh
beberapa angka yang berbeda, maka tim petugas
lapangan yang menentukan 1 angka sebagai hasil
pemetaan (lihat cara menentukan angka hasil pemetaan)

Menjamin kualitas data di lapangan

1. Cross check data oleh supervisor


 Data dikumpulkan secara rutin oleh tim petugas lapangan
kepada supervisor lapangan
 Supervisor meninjau lembar data hotspot setelah tim
petugas lapangan selesai turun lapangan di satu hotspot,
jumlah yang dilaporkan harus masuk akal (ada penjelasan
jika angka berbeda jauh dari hasil pemetaan sebelumnya)
 Supervisor memastikan tim petugas lapangan mengikuti
standar minimum jumlah dan jenis informan kunci yang
diwawancarai, mengunjungi lokasi pada waktu puncak,

26
27

menghabiskan waktu yang cukup di hotspot untuk


mendapatkan estimasi jumlah, dll.
 Bila terdapat ketidak konsistenan data dalam lembar data
hotspot, supervisor perlu segera mengklarifikasi informasi
dan melakukan kunjungan ulang di lokasi tersebut jika
diperlukan.
 Supervisor harus mengunjungi sedikitnya 20% hotspot
secara random untuk melakukan crosscheck data.

2. Cross check data oleh tim lapangan lain


 Untuk menguji konsistensi data, supervisor akan
menentukan 10% dari lokasi untuk dikunjungi oleh tim
yang berbeda.
 Tim kedua harus mengunjungi hotspot pada waktu ramai
di lain waktu. Sebagai contoh, jika kunjungan pertama kali
hotspot dipetakan pada hari Jumat malam antara jam
09.00-12.00, maka untuk cross check ke hotspot
dipetakan pada hari Sabtu antara jam 09.00-12.00, dengan
asumsi bahwa hari Jumat dan Sabtu adalah waktu ramai
lokasi.
 Tujuan dari cross check ini adalah untuk menjaga metode
yang digunakan oleh tim lapangan. Cross check harus
dilakukan pada awal pemetaan. Tim harus mendiskusikan
perbedaan data hotspot dari kedua tim
 Pilih berbagai lokasi yang berbeda
 Segera setelah hasil kedua tim lengkap, supervisor harus
membandingkan dua lembar hotspot untuk melihat
apakah jumlah penasun yang diamati dan hasil akhir dari
jumlah penasun di lokasi tersebut adalah relative sama.
Hasilnya tidak diharapkan harus tepat tetapi perbedaan

27
28

dalam hasil harus berkisar antara 10-15 %. Supervisor harus


memeriksa standar kualitas untuk melihat apakah kedua
tim mengikuti standar
 Ketika perbedaan besar ditemukan, tim lapangan yang
melakukan pemetaan hotspot harus diajak berdiskusi
untuk membahas dan memahami mengapa perbedaan
yang didapat begitu besar. Tim harus dapat menjelaskan
mengapa informan kunci tertentu dapat memberikan
informasi yang lebih baik atau metode untuk membangun
hubungan dengan gatekeeper yang mungkin telah
menghalangi salah satu tim mendapatkan akses yang
lebih baik ke hotspot dan informan kunci, dll.
 Untuk tujuan analisis, angka konsensus harus dipilih atau
diisi di lembar data hotspot untuk kemudian dientri.

Apabila masalah berulang kali ditemukan di lokasi yang dipetakan


oleh tim lapangan tertentu, sebaiknya dilakukan pelatihan
penyegaran untuk tim lapangan tersebut atau
mempertimbangkan keterlibatan staf lapangan lainnya.

3. Analisis dan Pemanfaatan Data

Setelah hotspot dikunjungi, data harus dikumpulkan dan dianalisis.


Langkah-langkah kunci dari fase ini meliputi:

a. Memasukan data
Data harus dimasukan dari Lembar Kunjungan 1 dan Kunjungan 2 ke
Lembar Ringkasan Data Kabupaten/Kota yang disediakan.
Informasi ini akan membantu mendokumentasikan proses dan
menyoroti pengendalian mutu yang dilakukan pada saat pemetaan

28
29

geografis kabupaten/kota. Setelah data dimasukan, format harus


disimpan sebagai cadangan sampai seluruh data lengkap dan
mendapat dukungan dari pemangku kepentingan di tingkat
kabupaten/kota. Hal ini juga untuk memastikan tidak ada kesalahan
entri data atau untuk menangkap rincian lebih lanjut dari catatan
yang ditulis pada lembar data lokasi. Format data lokasi berbasis
kertas harus disimpan dengan aman dalam lemari terkunci ketika
tidak aktif digunakan.

b. Meringkas hasil
Lembar Ringkasan Data Kabupaten/Kota dirancang sedemikian
rupa sehingga mudah untuk diisi, angka statistik dihasilkan dari
perhitungan program yang ditandai dengan warna kuning.

Ukuran pengendalian mutu dihitung dari:

Ukuran kunci Penjelasan


Ukuran ini dapat dibandingkan dengan durasi
kegiatan pemetaan sebelumnya di kecamatan
Total jumlah
atau kabupaten/kota lain dengan ukuran yang
hari kerja untuk
sebanding,untuk melihat apakah kegiatan
mengunjungi
yang telah dilakukan terlalu cepat atau
semua hotspot
membutuhkan waktu lebih lama dari yang
diharapkan.
% anggota tim Secara umum, setidaknya setengah dari

29
30

dari populasi anggota tim lapangan harus berasal dari


kunci populasi kunci.
Mengunjungi hotspot beberapa kali dapat
membantu untuk mendapatkan informasi
lebih lanjut tentang bagaimana hotspot
Jumlah
berubah pada hari yang berbeda dalam
kunjungan per
seminggu atau berapa kali dalam sehari.
hotspot
Jumlah rata-rata kunjungan per hotspot dapat
dibandingkan dengan standar minimum yang
disarankan.
Semakin banyak informan kunci yang
diwawancarai, semakin besar kemungkinan
Rata-rata
tim mendapatkan hasil yang dapat diandalkan.
informan kunci
Sebenarnya jumlah informan kunci yang
per hotspot
diwawancaraiper hotspot dapat dibandingkan
dengan standar mutu yang direkomendasikan.
Untuk mempertahankan kualitas, rata-rata
jumlah hotspot yang dikunjungi per tim per
Rata-
hari kerja harus dibatasi. Ketika jumlah hotspot
ratahotspot
yang dikunjungi terlalu banyak, hal itu
dikunjungi per
mungkin menunjukkan bahwa tim lapangan
team-dalam
tidak menghabiskan waktu yang cukup di
hari kerja
setiap hotspot untuk mendapatkan data yang
berkualitas.
Supervisor harus merencanakan sejumlah
kunjungan ke hotspot untuk memeriksa
informasi dan juga mengamati kegiatan tim
Jumlah dan % of
lapangan. Jumlah dan persentase dari hotspot
hotspot yang
yang dikunjungi oleh supervisor dapat
dikunjungi oleh
dibandingkan dengan standar di panduan
supervisor
teknis ini dan dibandingkan dengan kegiatan
pemetaan sebelumnya atau pemetaan di
kabupaten/kota lain.

30
31

Supervisor harus menetapkan persentase


tertentu dari jumlah hotspot yang akan
dicross-check oleh beberapa tim untuk
Jumlah dan % of
memeriksa hasil dari satu tim dengan yang
hotspot yang
lain. Jumlah dan persentase hotspot yang
di-cross-check
diperiksa oleh tim lain dapat dibandingkan
oleh beberapa
dengan standar di panduan teknis ini atau
tim
dibandingkan dengan kegiatan pemetaan
sebelumnya atau pemetaan di kabupaten/kota
lain.

Program excel digunakan untuk menghitung data statistik


hotspot berikut:
 Jumlah hotspot yang diidentifikasi secara keseluruhan
 Jumlah keseluruhan yang diestimasi oleh informan kunci dan
jumlah hotspot yang diamati oleh tim lapangan di
kabupaten/kota
 Rata-rata jumlah populasi kunci per hotspot secara
keseluruhan
 Estimasi jumlah penasun dikoreksi dengan mobilitas penasun
di kabupaten/kota

c. Memeriksa hasil dan menyelesaikan permasalahan data


Hasil pemetaan harus diperiksa untuk memperkirakan potensi
masalah berikut:
 Apakah jumlah keseluruhan populasi kunci dan jumlah hotspot
mirip dengan pemetaan sebelumnya?

31
32

 Pada hotspot yang besar, apakah data dari beberapa informan


kunci konsisten, atau ada perbedaan besar dari data yang
diberikan antara informan kunci?
 Apakah tampak kegiatan lapangan dilakukan terlalu cepat/
terlalu lambat, yaitu jumlah hotspot yang dikunjungi oleh satu
tim jauh lebih tinggi/rendah dibandingkan tim lain?
 Apakah ada banyak hotspot dengan jumlah populasi kunci “0”
atau sangat sedikit? Apakah mungkin tim lapangan tidak pergi
pada waktu puncak? Atau apakah penasun tidak ditemukan di
hotspot yang aktif karena keadaan yang tidak biasa? (misalnya
penggerebekan atau cuaca buruk, hari libur, dll).

Jika beberapa data yang ada menjadi pertanyaan, supervisor


harus melakukan diskusi dengan tim lapangan untuk membahas
masalah dan melakukan koreksi terhadap data yang diperlukan.

d. Melibatkan pemangku kepentingan untuk mengkaji hasil


Bila hasil pemetaan telah diperiksa oleh tim pemetaan dan
hasilnya tampak baik, para pemangku kepentingan harus
diundang untuk mengkaji dan membahas hasil pemetaan.
Penyajian hasil akhir kepada pemangku kepentingan harus dibuat
ringkas dan berisi tentang proses pemetaan, keterbatasan
metodologi dan tantangan yang dihadapi di lapangan. Jika
tersedia hasil pemetaan sebelumnya maka dapat disajikan
sebagai perbandingan. Data pemetaan harus selalu disajikan
dalam ringkasan untuk memastikan kerahasiaan atau
menghindari rincian data tingkat hotspot beredar luas.
Setelah hasil pemetaan didukung oleh pemangku kepentingan,
maka dapat digunakan secara resmi untuk laporan lokal,
penetapan target dan anggaran, untuk perencanaan intervensi

32
33

populasi kunci, dan juga digunakan dalam mengembangkan


estimasi jumlah populasi kunci tingkat nasional. Ketika hasilnya
disebarluaskan ke pengguna lain, perlu disertakan ringkasan hasil
yang menggambarkan metodologi sebagai cara untuk
mendapatkan hasil.

5. Workshop pemetaan tingkat provinsi

 Tujuan dari workshop ini adalahmengumpulkan hasil pemetaan


dari kab/kota. Dalam workshop ini kab/kota menyampaikan hasil
pemetaan baik geografis, sosial, maupun sumber daya dengan
rinci.
 Output workshop adalah hasil pemetaan yang sudah
terverifikasi.
 Workshop dihadiri oleh 3 orang dari tiap kab/kota yang
melaksanakan pemetaan
 Workshop dilaksanakan selama 2 hari.
 Peserta provinsi 8 orang terdiri dari: PP, PM, PK/PA,
Perwakilan Komunitas, Perwakilan LSM, Dinas Kesehatan,
(disesuaikan dengan kebutuhan provinsi)

Rekaman Proses:

33
34

I. Uji Lapangan, Bandung 16-17 September 2013

II. Workshop penentuan metode dan tools pemetaan Jakarta 27-28


February 2014

34
35

III. Review draft Panduan Teknis Pemetaan dan Estimasi Langsung


Penasun 27 Maret 2014

35

Anda mungkin juga menyukai