SKRINING PASIEN
ii
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun
2009 tentang Rumah Sakit.
MENETAPKAN :
Kesatu : Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Karsa Husada
Batu tentang Kebijakan Skreening di Rumah Sakit
Umum Karsa Husada Batu
DITETAPKAN DI : Batu
Pembina Tk. I
DAFTAR ISI
iv
Cover Judul Panduan…………………………………………………………………….. i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………….. v
BAB I DEFINISI…………………………………………………………….……………… 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………… 1
B. Tujuan………………..…………………………………………………………. 2
C. Pengertian………..…………………………………………………………….. 3
A. Secara Umum………………………………………………………………….. 7
B. Secara Khusus………………………………………………………………… 10
BAB IV DOKUMENTASI……………………………………………………………….... 37
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………….... 38
v
BAB I
DEFINISI
A. Latar Belakang
1
Sehingga skrining dapat dikatakan sebagai suatu upaya
mengidentifikasi penyakitatau kelainan pasien sehingga didapat keterangan
tentang kondisi dan kebutuhan pasien saatkontak pertama. Keterangan hasil
skrining digunakan untuk mengambil keputusan untukmenerima pasien
rawat inap atau pasien rawat jalan dan merujuk ke pelayanan
kesehatanlainnya dengan menyesuaikan kebutuhan pasien dengan misi dan
sumber daya rumah sakit .
Skrining di Rumah Sakit Naili DBS terbagi dua yaitu skrining didalam
rumah sakit yakni pada unit emergency yang dilaksanakan melalui kriteria
triase, evaluasi visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik atau hasil dari
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostic imaging
sebelumnya. Skrining didalam Rumah Sakit juga dapat dilakukan pada
pasien rawat jalan di bagian admisi pasien, melalui evaluasi visual atau
pengamatan, pertanyaan hasil laboratorium klinik atau diagnostic imaging
sebelumnya.
Skrining diluar rumah sakit dilaksanakan jika pasien dari luar Rumah
Sakit harus mendapatkan pelayanan di unit rawat intensif ( ICU ).
B. Tujuan
1) Menentukan apakah kebutuhan pasien sudah sesuai dengan misi dan
sumber daya rumah sakit.
2) Mengurangi morbiditas dan mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus- kasus yang ditentukan.
3) Mengumpulkan informasi dan memfasilitasi kebagian atau unit mana
harus dirujuk.
4) Menentukan apakah pasien dapat di layani rawat jalan atau di putuskan
untuk rawat inap atau di lakukan rujukan.
C. Pengertian
2
Pengertian Skrining adalah suatu strategi yang digunakan dalam suatu
populasi untuk mendeteksi penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau
gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif untuk mendeteksi atau
mencari penderita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak tampak
dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau
pemeriksaan yang secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka
yang sehat tehadap mereka yang kemungkinan besar menderita, yang
selanjutnya diproses melalui diagnosa dan pengobatan. Skrining dapat
didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk
mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi
kemungkinan berisiko terkena penyakit, dari mereka yang diduga mengidap
penyakit sehingga mereka dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan
medis dan studi diagnostik yang lebih pasti.
3
e. Harus ada pemeriksaan dan tes yang cocok.
f. Tes yang dilakukan harus dapat diterima masyarakat .
g. Riwayat penyakit harus secara rinci diketahui .
h. Harus ada kebijakan yang disetujui terhadap siapa yang akan
merapat pasien.
i. Biaya yang diperlukan baik untuk diagnosa dan pengobatan
diharapkan terjangkau .
j. Penemuan kasus harus merupakan proses yang berkelanjutan.
4
BAB II
RUANG LINGKUP
c. Skrining di dalam poliklinik rawat jalan yang dilakukan oleh dokter fisik
dan pemeriksaan penunjang bila diperlukan, kemudian melakukan
umum, melalui pemeriksaan konsultasi ke spesialis untuk menentukan
pasien bisa Rawat Jalan atau Rawat Inap.
5
B. Di Luar Rumah Sakit
2. Skrining dilakukan saat menerima telepon dari luar yang akan mengirim
pasien.
6
BAB III
TATA LAKSANA
A. Secara Umum
7
a) Preventif
Kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/
penyakit. Contoh pelayanan preventif a.l: Pemberian Serum
Anti Tetanus/ATS, Pemberian Vaksin
b) Paliatif
Kegiatan pelayanan kepada pasien yang penyakitnya sudah
tidak bereaksi pada pengobatan kuratif atau tidak dapat
disembuhkan secara medis (stadium akhir). Contoh : pasien
dengan keganasan diberikan terapi anti nyeri
c) Kuratif
Kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang
ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau
pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga
seoptimal mungkin. Contoh pelayanan a.l: Layanan di Instalasi
Rawat Inap
d) Rehabilitatif
Kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan
bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi
lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya
dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya. Contoh pelayanan a.l: Stroke: pasif movement,
therapy wicara.
b. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat
1) Dilakukan sistem Triage Priority (P) : P0, P1, P2, P3,
2) Pemeriksaan oleh dokter jaga Instalasi Gawat Darut (IGD)
3) Dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan penderita
4) Diputuskan suatu diagnosa
5) Melakukan konsultasi apabila diperlukan dengan Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)
6) Ditetapkan penderita untuk rawat jalan, diterima sebagai rawat inap
atau dilakukan rujukan.
8
c. Pelayanan Instalasi Rawat Jalan
1) Dilakukan pendaftaran sesuai kebutuhan penderita.
2) Pemeriksaan dilakukan oleh dokter umum atau dr spesialis.
3) Asuhan keperawatan dilakukan oleh tenaga keperawatan yang
memenuhi kriteria lulus minimal D3 keperawatan.
4) Dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai kebutuhan atau masalah
penderita.
5) Diputuskan suatu diagnosa.
6) Ditetapkan penderita untuk rawat jalan diterima sebagai rawat inap
atau dilakukan rujukan.
9
B. Secara Khusus
1. Kriteria pemeriksaan penunjang secara khusus berdasarkan kasus:
a. Dalam
CHRONIC KIDNEY DISEASE
Pemeriksaan penunjang :
1) Laboratorium DL, UL, RFT, ELEKTROLIT, BGA, HbsAG Eliza
b. Anak
1) DHF
Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium rutin didapat leukopeni, trombositopeni dan
peningkatan PCV ≥ 20%.
b) Photo thorax untuk mendeteksi adanya effusi pleura, terutama
pada kasus yang dugaan plasma leakage tidak seberapa banyak,
dan deteksi ascites tidak jelas didapat.
c) Etiologis, serologis hanya diperlukan pada penderita yang
tampilan klinisnya meragukan. Sedangkan virologis hanya
dilakukan saat riset.
c. Diare akut
Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali
apabila ada tanda intoleransi laktosa dan kecurigaan amubiasis.
2) Analisa gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai ada
ganggian keseimbangan asam basa dan elektrolit.
d. TBC anak
Pemeriksaan penunjang
1) Tes Tuberkulin / Mantous Test
2) Uji tuberkulin cara mantoux dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml
PPD RT-23 2TU atau PPD S 5TU intrakutan di bagian volar lengan
bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan.
Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul bukan
eritemanya. Hasil uji tuberkulin dengan diameter ≥ 10 mm dinyatakan
positif tanpa menghiraukan penyebabnya. Diameter 0-4 mm,
10
dinyatakan uji tuberkulin negatif, diameter 5-9 mm dinyatakan posif
meragukan, dan bila mendapatkan hasil yang meragukan uji
tuberkulin bisa di ulang minimal 2 minggu kemudian untuk
menghindari efek boster tuberkulin, di tempat yang berbeda. Pada
keadaan tertentu, cut off- point tes tuberkulin dinyatakan ≥ 5 mm,
keadaan imunokompromais seperti gizi buruk, keganasan, infeksi
HIV, morbili, pertusis, varisela, atau pada pasien yang mendapat
imunosupresan yang lama (≥ 2 minggu)
3) Radiologi, Secara umum gambaran radiologis yang sugestif TB adalah
sebagai berikut : Pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal
dengan / tanpa infiltrat, konsolidasi segmental / lobar, milier,
kalsifikasi dengan infiltrat, atelektasis, kavitas, efusi pleura,
tuberkuloma
4) Mikrobiologi, Pemeriksaan bilas lambung 3 hari berturut-turut,
minimal 2 hari.
5) Patologi anatomi, Pemeriksaan PA dapat menunjukkan gambaran
granuloma yang ukurannya kecil, terbentuk dari agregasi sel epitelial
yang dikelilingi oleh limfosit. Diagnosis histopatologik dapat
ditegakkan dengan menemukan perkijuan (kaseosa), sel epiteloid,
limfosit dan sel datia Langhans.
e. Asma
Pemeriksaan penunjang
1) Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter. Diagnosis
asma dapat ditegakkan bila didapatkan :
a) Variasi pada PFR (peak flow meter = arus puncak ekspirasi) atau
FEV1 (forced expiratory volume 1 second = volume ekspirasi paksa
pada detik pertama) ≥ 15% .
b) Kenaikan ≥ 15% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi
bronkodilator .
c) Penurunan ≥ 20% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus.
11
dipertimbangkan pada anak > 5 tahun dengan asma persisten atau
sulit diatasi.
f. Bedah
1) Appendisitis Akut
Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Darah Lengkap
b) Pemeriksaan Urine Lengkap (wanita ditambahkan plano test)
c) USG perut bawah (tidak rutin)
2) Flail Chest
Pemeriksaan penunjang
a) X-ray foto thorax 2 arah (AP/PA dan lateral)
b) Darah lengkap
c) Analisa gas darah
3) Fracture of rib
Pemeriksaan penunjang
a) Foto Thorak AP/ Lateral
g. Paru
1) Pneumonia
Pemeriksaan penunjang
a) Umum
Foto thoraks PA dan lateral
Laboratorium rutin darah
Pemeriksaan bakteriologis dahak
b) Khusus ( bila perlu )
Pemeriksaan mikroorganisme dan uji resistensi dari:
Sputum
Aspirat transtrakea
12
Bilasan bronkus
2) Asma bronkiale
Pemeriksaan penunjang
a) Laboratorium, darah rutin, hapusan darah (eosinophil)
b) Radiologi , foto thoraks
3) Mata
a) Katarak juvenile
Pemeriksaan penunjang
USG
Keratometri
Retinometri
Biometri
Laboratorium sesuai kebutuhan
b) Gloukoma
Pemeriksaan penunjang
USG
Keratometri
Retinometri
Biometri
Laboratorium sesuai kebutuhan
13
Dewasa: Lebih dari 2,5 mEq/L
Anak: Lebih dari 15 mEq/L (indirek/bilirubin total)
e) Hb 10 g/dl atau kurang dengan pendarahan aktif,atau Hb
turun3/dl dari Hb awal.
f) Lekosit kurang dari 3.000 atau lebih 16.000.
g) Hb kurang dari 9 g/dl atau lebih 2 g/dl dengan tanda-tanda
kekurangan cairan.
h) Hematokrit kurang dari 24 persen atau lebih dari 55 persen.
4) Penderita anak
a) Terdapat atau potensial depresi respirasi
14
b) Observasi trauma kepala
c) Vomiting dan atau diare dengan dehidrasi
d) Syok atau potensial syok.
b. Tanda-tanda vital
1) Suhu
a) Dewasa
Lebih dari 38,3 C (suhu oral) dengan Lekosit lebih dari 12.000
Hipotermia dengan suhu kurang 35 C
b) Anak
Kurang dari 8 minggu : Lebih dari 38 C
8 minggu sampai 1 tahun : Lebih dari 38,3 C
Lebih dari 1 tahun sampai 3 tahun: Lebih 38,9 C dengan Lekosit
Lebih dari 15.000
Lebih dari 3 tahun sampai 17 tahun: Lebih 40 C dengan Lekosit
Lebih dari 16.000
Nilai suhu diatas untuk anak adalah suhu rektal atau suhu
timpani. Untuk anak, dikurangi 0,5 derajat.
2) Nadi
a) Dewasa : Kurang dari 50 kali permenit atau lebih dari 12 kali
permenit
b) Geriatrik : Kurang dari 50 kali permenit dan simptomasik atau lebih
dari 100 kali permenit
c) Anak:
Kurang dari 6 minggu : Kurang dari 80 kali per menit atau
lebih dari 200 kali permenit
6 minggu sampai 1 tahun : Kurang dari 70 atau lebih dari 180
kali per menit
Lebih dari 1 tahun sampai 3 tahun: Kurang dari 70 atau lebih
dari 180 kali per menit
Lebih dari 3 tahun sampai 12 tahun : Kurang dari 60 atau
lebih dari 160 kali permenit.
12 tahun sampai 17 tahun: Kurang dari 50 atau lebih dari 140
kali permenit.
15
3) Respirasi
a) Dewasa atau geriatrik : Kurang dari 10 atau lebih dari 30 kali
permenit.
b) Anak :
0 hari – 12 hari : Bertahan lama lebih dari 60 kali permenit atau
PaO2 kurang dari 50 mmHg pada udara.
12 hari – 1 tahun : Kurang dari 25 atau lebih dari 60 kali
permenit.
1 tahun – 3 tahun : Kurang dari 15 atau lebih dari 40 kali
permenit.
3 tahun – 12 tahun : Kurang dari 15 atau lebih dari 40 kali
permenit.
12 tahun – 17 tahun : Kurang dari 12 atau lebih dari 30 kali
permenit.
4) Tekanan darah
16
4. Lebih dari 6 urang dari 80 Kurang dari 50 mmhg
tahun sampai mmhgatau lebih dari ataulebih dari 80
12 tahun 130 mmhg mmhg
5) Lain-lain
a) Curiga atau diketahui menelan substansi tonic dengan potensial
efek samping yang serius.
b) Rawat inap untuk prosedur operasi yang memerlukan rawat inap.
c) Rawat inap untuk prosedur operasi One Day Care (ODC) dan pasien
memiliki gagal jantung grade III atau grade IV, status fisik tidak
stabil.
d) Pediatrik : curiga kekerasan pada anak atau penolakan.
Curiga atau diketahui menelan benda asing
Curiga apnea lebih dari 20 detik ( umur nol sampai 1 tahun)
6) Darah
a) Laboratorium (ditegakkan pada akhir 72 jam)
Hb kurang dari 9 g/dl atau lebih dari 20 g/dl, jika pasien
simptomatik
Suhu lebih dari 37,8 C dengan neutrofil absolut kurang dari 500
17
b) Temuan fisik
Oklusi akut pembuluh darah
Pendarahan aktif tidak terkontrol
Nyeri sendiri atau nyeri abdominal yang sangat
Pendarahan dalam sendi, viskus, otak, atau retroperitoneum
c) Lain-lain
Pasien dengan antikoagulan oral yang memerlukan prosedur
invasive dan harus diganti dari agen oral ke hepatin sebelum
operasi, jika hal ini tidak dapat dilakukan dalam setiap pasien
rawat jalan.
7) Kardiovaskuler
a) Laboratorium
CPK > batas normal dengan EKG abnormal
LDH > batas normal dengan EKG abnormal
PaO2 < 60
Peningkatan kadar Troponim I atau Troponim T
Peningkatan CK - MB 6. Peningkatan CPK dan LDH dengan
perubahan EKG yang lebih spesifik
b) Elektrokardiografi
EKG menegakkan atau kemungkinan Infark Miokard Akut
atau Iskemic Miokard Akut
Temuan EKG tidak spesifik dengan peningkatan enzim cedera
otot jantung ( mis: Troponim I dan atau CK-MB)
Fibriasi kurang dari 24 jam atau kontrol frekuensi jantung
buruk
Flutter kurang dari 24 jam atau kontrol fsekuensi buruk
Bradikardia ( kurang dari 50 kali permenit atau kurang dari 45
kali permenit pada pasien dengan beta bloker)
Takikardi (lebih dari 120 permenit)
Dysarythmia ( lebih dari 120 peermenit)
Omset baru irama jungsional, berapapun frukuensinya
18
Fungsi abnormal pacemaker, tidak dapat dikoreksi dengan
program ulang
EKG dengan AV Blok derajat 3
c) Radiologi
Aneurisma pembuluh darah besar, jika simptomatik dan atau
lebih dari 5 cm.
Gambaran radiolohi pmbesaran jantung masif atau aneurisma
perikardial.
Gambaran radiologi oedema pulmo atau redistribusi vaskular
pulmo.
d) Temuan fisik
Nyeri akut yang berkaintan dengan jantung
Dispneu akut atau respiratory rate lebih dari 30 kali permenit
Tidak terabanya denyut nadi axilla, radius, cubiti, femoralis,
poplitea, atau ankle
Curiga emboli pulmonalis, dengan riwayat ( didokumentasi oleh
dokter)
Oklusi pembuluh darah akut
Oedema pretibial
Malfungsi pacemaker atau cardioverter atau defibrilator implan
Stenosis arteri karotis, penyempitan atau penyakit karotis
( mis : gangguan bicara sementara, disarthria, ganggunan
berjalan, amaurosis fugax, hemiparese sementara)
Oedema seluruh tubuh
Syncope
Orthopnea
e) Lain-lain
Gagal jantung kongestif akut atau eksaserbasi gagal jantung
kronik, yang digambarkan dengan salah satu dari :S3 gallop,
oedema pulmo atau efusi pleura, Peregangan vena jugularis,
penggunaan otot bantu, simptom persisten dispneu atau lemah,
oedema yang tidak respon dengan penanganan rawat jalan.
19
8) Sistem Saraf Pusat/ Kepala
a) Radiologi
Patah tulang kepala yang masih baru
Proses desak ruang
Blok atau sumbatan sistem ventrikel
Infark dan pendarahan otak yang ditegakkan dengan Ct Scan atau
MRI atau Stenosis
Herniasi discus intervertebralis akut dengan nyeri hebat dan gejala
neurologis
Konfirmasi kompresi corda spinalis dengan temuan klinis
b) Temuan fisik
Mencurigakan peningkatan tekanan intracrania, pendarahan, atau
deformitas stuktural yang ditunjukanm oleh:
Discharge cairan spinal dari hitung dan telinga
Unequal atau fixed pupil
Papiloedema
Onset kejang yang baru atau peningkatan aktivitas keejang yang
mengakibatkan kondisi tidak stabil
Vomiting
Peningkatan tekanan darah
Perubahan tingkat kesadaran dan perubahan kebiasaan yang akut
Syncope
Aritmia jantung
Disfungsional bahasa
Gangguan penglihatan (penglihatan kabur atau diplopia)
Defisit sensoris, motoris, personalitas, dan mentalitas
Ataxia akut ( dengan atau tanpa vertigo, nausea, atau vomiting)
Nyeri keepala hebat yang akut dengan peubahan mental
Episode kehilangan kesadaran mendadak
Peningkatan atau penurunan tonus ototoo atau kelemahan fokal
Bulging fontanela (Fonanela cembung)
20
Akut atau semi akut kelemahan otot akut atau semi akut, dengan
atot dan parestesia (myastenia Grafis, Gullain Barre Syndrome,
kelainan kongenital).
Retensi urin akut
Onset akut confusion dan lethargi, serta progresis.
c) Penderita Anak
Seperti dari yang tersebut diatas dengan atau:
Peningkatan ukuran kepala yang cepat
Terdapat temuan neurologis fokal di manapun ( mis : defisit
gerakan ektra okular)
Penutupan sutura tulang kepala prematur
Pelebaran sutura tulang kepala. 6
a) Telinga :
Vertigo berat
Drainase purulen dan atau post pembengkakan telinga dengan
bukti gagal penanganan rawat jalan
Pembengkapan ekstrim dan akut saluran telinga luar dan daun
telinga yang tidak membaik dengan terapi rawat jalan
Kehilangan pendengaran sensorineural akut dan mendadak
b) Hidung
Epistasis dengan pendarahan terus menerus, yang tidak membaik
dengan rawat jalan.
21
Orbital oedema atau ophthalmoplegia akut b. Radiologi Gambaran
radiologis mastoiditis akut.
f) Pediatrik: Gula darah > 250 mg/dL dengan paling sedikit satu dari
berikut ini:
Ketonuria
pH arterial < 7,3
HCO3< 15 mEq/L
HbA2C > 12% dengan bukti kegagalan terapi rawat jalan
Peningkatan bermakna kadar ACTH, dibuktikan oleh dokter
bedasarkan evaluasi laboratorium
Penurunan bermakna kadar ACTH, dibuktikan oleh dokter
berdasarkan evaluasi laboratorium
22
T-4 < 2 or > 16 mcg/dL dengan simtom yang serius dan
bermakna
Penurunan ADH dengan poliuria
PaO2< 60 mmHg
Hiper atau hipo asmolaritas ( serum sodium < 130 mEq/L atau >
150 mEq/L
DIASTOLIK
USIA SISTOLIK (mmHg)
(mmHg)
Dewasa Lebih dari 200 Lebih dari 120
Pediatrik
Kurang dari 65 Kurang dari 30 atau
Lahir – 1 tahun
atau lebih dari 100 lebih dari 65
Lebih dari 1 tahun Kurang dari 75 Kurang dari 45 atau
- 3 tahun atau lebih dari 110 lebih dari 75
Lebih dari 3 tahun Kurang dari 80 Kurang dari 50
– 6tahun ataulebih dari 115 ataulebih dari 80
Lebih dari 6 tahun Kurang dari 80 Kurang dari 50 atau
- 12 tahun atau lebih dari 13 lebih dari 90
>12 tahun – 17 Kurang dari 80 Kurang 50 atau
tahun atau lebih dari 170 lebih dari 100
23
11) Mata
a) Temuan Fisik
Kehilangan akut lapangan pandang
Pendaftaran bilik mata anterior
Glaukoma sudut sempit akut dengan catatan riwayat kegagalan
terapi rawat jalan.
Penetrasi or Lacerasi bola mata
Ulkus kornea berat dengan catatan riwayat kegagalan terapi rawat
jalan.
Endophthalmis
Nyeri okular berat
Ablasio retinal atau ancaman ablasio
Adanya benda asing intracular atau intraorbita
Gonorrheal Conjunctivitis
Fracture Orbita
Pembengkakan akut bola mata
Luka bakar kimia akut
Cellulitis orbita atau periorbita
b) Anak
Conjunctivitis purulent berat pada anak umur nol sampai 3 bulan.
c) Lain-Lain
Rawat inap untuk ekstrasi katarak , operasi glaukoma, atau bedah
iridectomy , salah satu dibawah ini terdokumentasi :
Legally Blind ( kurang dari 20 / 200 atau lebih dari 20 visual
field ) pada pasien tidak dioperasi
Riwayat komplikasi
d) Anak :
Evaluasi tumor intraocular atau extraocular
24
Tindakan berkaitan retinopathy pada prematuritas
12) Reproduksi Wanita
a) Diagnosa pregnancy / kehamilan dengan salah satu dari berikut ini :
Kontraksi uterus setiap 15 menit atau lebih sering.
Vaginal Bleeding atau pendarahan vaginal
peningkatan tekanan darah diastolik sampai lebih dari 15 mmHg
dari catatan normal atau lebih dari 140/90 mmHg.
Protein urine positive
Ketegangan dan kekakuan addomen
Cairan amnion kurang
Protusion atau keluarnya bagian janin dari cervix
Fetal distress
Post-maturity ( lebih dari 1 minggu dari tanggal perkiraan)
Rawat inap untuk sectio cesarea
Vomiting tidak terkontrol dengan catatan riwayat kegagalan terapi
rawat jalan
Kematian intrauterine
Kelahiran prematur
Gula darah puasa lebih dari 120 mg/dL
Gula darah lebih dari 200 mg/dL 2 jam dalam 3 jam tes toleransi
glukosa
Gula darah lebih dari 200 mg/dL satu janm setelah mendapat 50
gr glukosa
Diketahui diabetes atau gestational diabetes dengan insulin yang
mana tidak ditemukan catatan riwayat teerapi rawat jalan gagal
Rawat inap untuk tranfusi tukar intrauterine karena
inkompatibiliti (rhesus)
Rawat inap untuk induksi kelahiran karena induksi medis
Dehidrasi maternal
b) Temuan fisik
Pendarahan vagina
d) lain-lain
Persalinan dalam perjalanan ke rumah sakit
Peritonitis
Mastitis post partum yang tidak respon dengan terapi rawat jalan
13) Gastrointestinal
a) Laboratorium darah
Serum bilirubin lebih dari 2,5 mg/dL ( kecuali abnormal dalam
waktu kronis
Serum amylase diatas nilai normal
Serum calsium kurang 7,5 mg/dL
b) Radiologi
Studi inaging curiga massa, obtruktif, perforasi, abscess
Kegagalan passage bahan kontras
c) Temuan fisik
Darah dalam muntahan atau aspirat lambung
Darah dalam pritoneal lavage atau aspiration
Teraba massa abdoment yang tidak dapat dijelaskan
Kekakuan dinding abdoment
Ascites
Nyeri abdomen akut yang tak tertahankan
d) Riwayat 48 jam vomiting dan salah satu dari elemen dibawah ini (21-
26):
Serum sodium diatas 150 mEq/L
26
Hematocrit (Hct) diatas 55%
Hemoglobin (Hb) diatas 20 g/dL
Urine specific gravity diatas 1.0026
BUN diatas 30 mg/dL, kecuali pasien-pasien dengan chronic renal
Creatinine diatas 1,5 mg/dL, kecuali pasien-pasien dengan chronic
renal
e) Anak
Malformasi kongenital traktus intestinal atau dinding abdoment
Curiga atresia biliar
Dehidrasi dengan salah satu simptom dibawah ini: sunken eyes,
penurunan turgor kulit atau keringnya membran mukosa diikuti
kehilangan berat badan > 5 %, urine output < 1 ml/kg/jam
Rawat inap untuk biopsi liver
15) Muskuloskeletal
a) TemuanRadiologi
Fraktur, muskulo skeletal ataudiskontinuitassusunantulang
Fraktur femur atau pelvis
Fraktur Sternum
Frakturtulangkepala
Dislokasisendilututatausendipanggul
Filling defect bermaknapadamyelogramataudefekbermaknapada
CAT
Frakturataudislokasi yang memerlukan open reduction
Frakturberkaitandenganinjurijaringanlunakbermakna
Fraktur yang memerlukanobat-obatnyeri parenteral post-reductio
Close reduction
terhadapfrakturapapunataudislokasidengancatatancuriga
neurologic atau vascular compromise
27
Fraktur pelvis memerlukan enforced bed rest danobat-obatnyeri
b) Temuan Fisik
Tercatat adanya temuan curiga protrusi discus ( misalnya : laser
dengan pengangkatan tungkai lurus ; nyeri pinggang bawah dengan
dan motoris atau nyeri punggung hebat menjalar turun ke tungkai
abdomen dan dada)
Proses infeksi atau invasif akut pada tulang atau sendi
(miosteomyelitis)
Cedera akut dengan adanya benda asing
Nyeri otot / spasme / edema yang berat
Pembengkakan atau nyeri sendi berat dan akut yang tak
tertahankan – obat parenteral ( misal : analgesia , steroids )
Riwayat inap untuk angkat prostesis internal
Trauma , injuri jaringan lemak , lacerasi , crush injury , apapun
yang membutuhkan observasi.
28
dan atau penurunan berat badan lebih dari 5% dari
1ml/kg/jam
Pneumothorax
Abnormalitas kongential mayor
Perdarahan spontan
Anuria / oliguria (< 1 ml/kg/jam) ssetelah 24 jam
Bruit pada liver / skull
18) Phsyciatri
a) Baru saja ( dalam 72 jam ) mencoba bunuh diri
b) Tercatat ada ide bunuh diri yang mana memerlukan perngatan
bunuh diri
c) Perubahan kebiasaan sebagai akibat gangguan phsychiatri
d) Tercatat riwayat mutilasi diri sendiri / kebiasaan yang berbahaya
( mis : ketergantungan obat , kebiasaan seksual , kebut-kebutan saat
implusif dan berat ) sebagai akibat gangguan pshycatri
e) Delirium akibat withdrawal obat / zat
Ancaman withdrawal obat / zat , delirium yang menyertakan zat
yang mendadak pada pasien dengan riwayat ketergantungan.
Munculnya withdrawal obat atau zat , delirium(misal : halusnya
pyramidal , kejang ) Catatan : dapat muncul dengan segera setelah
penghentian obat atau zat.
f) Psikosis akut atau eksaserbasi akut halusianasi, delusi, kebiasaan,
yang mana tingkat dan beratnya mengancam kesehatan.
g) Ketidakmampuan untuk menghikuti regimen tetapi pshycatri obat
psikotropik , kontrol untuk mendapatkan resep dan atau pada
pasien yang mempunyai riwayat kronis dekompensasi dokumentasi
29
kemungkinan harapan peningkatan rumah sakit dalam periode
waktu singkat .
h) Ancaman potensial terhadap kesehatan pasien yang karena
kesakitan pemikirannya tidak dapat mengikuti regimen pengobatan (
misalnya , diabetes , dll. )
i) Onset akut ketidakmampuan merawat diri sendiri atau melakukan
kegiatan hidup sehari hari , dan dokumentasi harapan yang dapat
diterima kembalinya tanggung jawab teradap diri sendiri akan timbul
setelah pengobatan yang sesuai .
j) Bukti gejala dan atau perilaku atau verbalisasi merefleksikan resiko
yang signifikasi atau bahaya potensial ( atau bahaya aktual 0
terhadap diri sendiri , orang lain , atau properti . ( harus
terdokumentasi minimal tiap 7 hari ) .
Hal ini meliputi :
Gangguan pikiran dengan ideas of reference , paranoid ,
disorganized thing yang mengganggu kemampuan seseorang
untuk berfungsi dalam kehidupan sehari harinya
Gejala atau perilaku obsesif kompulsif yang tidak kompatibel dan
kemampuan seseorang untuk berfungsi pada kehidupan sehari
harinya. Resipien pasien dibawah umur 21 tahun atau
Freestanding Psychiatric dan dalam di rumah sakit untuk indikasi
rawat inap , tiga kondisi dibawah ini harus dan sedikitnya atau
dari kriteria angka dibawa ini ditemukan :
Klien harus diperiksa ( dilihat ) dan dievaluasi oleh dokter.
Klien harus memiliki diagnosisi AXIS , I < DSM-III-R , atau
DSM-IV sebagai diagnosis utama.
Terapi rawat jalan / rawat inap sementara telah dicoba dan
alasan mengapa tempat layanan yang lebih ketat telah
didokumentasi oleh dokter.
k) Mencoba bunuh diri baru baru ini / ancaman bunuh diri aktif dan
mematikan dan tidak adanya pengawasan yang memadai atau
mencegah bunuh diri.
30
l) Perilaku mutilasi pada diri sendiri / ancaman aktif yang
kemungkinan bertindak atas ancaman, dan tidak adanya
pengawasan untuk mencegah melukai diri sendiri.
m) Halusinasi / delusi aktif mengarahkan / cenderung mengaruh ke
pembahayaan serius terhadap diri sendiri , atau agitasi psikomotor
atau retardasi mengakibatkan ketidakmampuan signifikan untuk
merawat diri .
n) Ketidakmampuan signifikan untuk mematuhi rejimen atau obat yang
diresepkan karena penyakit jiwa , dan kegagalan tersebut berpotensi
membahayakan kehidupan klien . Diagnosis medis ini ( AXIS III )
harus diobati
o) Baru baru ini melakukan tindakan yang mengancam nyawa atau
ancaman dengan rencana mematikan dan denan kemungkinan
bertindak atas ancaman.
p) Perilaku menyerang / perilaku sadis atau ancaman aktif yang sama
dan kemungkinan bertindak atas ancaman , dan tidak adanya
pengawasan untuk mencegah perilaku menyerang.
q) Halusinasi / delusi aktif yang cenderung atau mungkin
menyebabkan serius kepada orang lain.
r) Klien menunjukkan onset akut psikotis / disorganisasi pikiran yang
parah atau penurunan klinis yang signifikan dalam kondisi
seseorang dengan psikosis klien yang tidak dapat dikendalikan dan
tidak mampu bekerja sama dalam dan klien membutuhkan penilaian
dan pengobatan dalam pengaturan terap aman.
s) Klien makan banyak sekali atau gangguan ketergantungan obat / zat
yang memerlukan observasi , supervisi , dan intervisi medis 24 jam
sehari .
t) Diajukan penanganan atau terapi membutuhkan observasi ,
supervisi dan intervisi medis 24 jam sehari.
u) Klien menunjukkan disorientasi berat terhadap orang , tempat ,
waktu.
v) Klien yang evaluasi dan pengobatan tidak dapat dilakukan secara
aman karena perilaku yang sangat mengganggu dan perilaku lain
31
yang mungkin mencakup kekerasan fisik , pelecehan seksual , atau
psikologis.
w) Klien melakukan terapi obat atau evaluasi diagnostik yang kompleks
dan menghalangi kerjasama dalam pengobatan.
19) Onkologi
a) Laboratorium Darah
Hitung grandlocyte absolut kurang dari 1000µ/L atau lebih dari
50.000 n/L
Kultur darah positif
b) Temuan fisik
Kehilangan berat badan bermakna dengan serum albumin kurang
dari 2,6 g/L
Tercatat riwayat penanganan rawat jalan tidak berhasil dengan efek
samping (nausca dan atau vomiting hebat , diare , pendarahan
saluran cerna , ileus , megacolon atau stomatis) berkaitan dengan
pemberian obat obat sebelumnya
c) Lain- Lain
Tercatat riwayat keganasan dengan gejala-gejala yang memerlukan
yang hanya dapat disediakan dalam kondisi perawatan akut ( mis :
cava superior , penekanan serabut saraf spinal , hiperklasma ,
peningkatan intrakranial ).
Extravasition of vascular acces.
Sumbatan vaskular.
Tercatat riwayat malignansi dan dirawat inap untuk pengobatan
rawat inap dirumah sakit.
20) Respirasi / Dada
a) Radiologi
Pneumothovax
Hemothorax
Udara dalam mediastinum
Benda asing dalam saluran respirasi
Oedema paru
32
Temuan radiologis – untuk kriteria elemen 6-11 harus setidaknya
temuan fisik , lihat elemen 15-25
Scanning
Embolus
Acute Infarct
Filling Defect
c) Laboratory findings
PaO2 < 55 mmHg
PaO2 < 70 mmHg on supplemental oxygen
Oxygen saturation < 88%
Oxygen saturation < 85% in patient with oxygen
PaCO2 > 50 mmHg ( associated with a pH of < 30 mmHg )
pH aduti < 7.30 / > 7.55 Pediatrik < 7.300 / >7.50
33
d) Lain – Lain
Catatan dokter terdapat “ bertambah buruknya hypotermis “
dengan tanda tanda ( dyapesca , penurunan aktivitas ) dan tercatat
riwayat kegagalan pengobatan rawat jalan.
Penutupan pada drainage saluran pleura 3. Luka bakar inhalasi
dengan saturasi O2 kurang dari 93 persen.
b) Onset komplikasi:
Onset komplikasi penyakit autoimmune ( lihat elemen 1-4 )
Petechie / echimosis dengan penyebab yang tidak diketahui yang
progesif dengan panas >100 derajat farenhite.
Sepsis
Trombosit <40,000/ mm3
Hemoglobinuria
Hemoglobin <9 g/dL
Gigitan ular meliputi envenomization
Kontraktur , keterbatasan fungsi dan dirawat inap untuk
pelepasan sel bedah
Luka bakar derajat 1 :
34
Anak : Luka bakar derajat 1 mengenai 25 persen luas tubuh
Luka bakar derajat 2 :
Anak : luka bakar derajat 2 mengenai 15 persen dari tubuh,
atau mengenai Jalan napas misal hidung, kepala, leher, atau
mulut Luka bakar derajat 3 :
i. Dewasa: Luka bakar derajat 3 dimanapun , mengenai
lebih dari 10% Luas permukaan tubuh / luka bakar
derajat 3 dari perineum, manus, hidung, mulut, facial,
atau pedis.
ii. Anak : Luka bakar derajat 3 dimanapun mengenai 5% /
lebih permukaan tubuh , atau mengenai airway.
b) Temuan fisik
Urinary output Dewasa : <20 ml/jam / <400ml/24 jam Anak :
Anuria atau oliguria kurang dari1 ml/kg/jam atau polyuria lebih
dari 8 ml/kg/jam
Hematuria persisten , tak dapat dijelaskan , atau gross hematuria.
Dicurigai / terbukti ada batu obstruksi dengan satu dari gejala
berikut ini:
Nyeri yang nyata
Nausea dan atau vomiting
Pendarahan
Onset akut obstruksi dengan hidronefrosis
Ketidakmampuan akut untuk menahan kencing / obstruksi
saluran kencing
Urine bocor ke vagina , rectum , atau colon
Extravasasi ke dalam cavitas peritoncal , pelvis , atau retro
peritoneum
luka tembus atau trauma lain
Infeksi saluran kncing dengan gejala-gejala vomiting, panas, nyeri
35
Post tranplatasi ginjal dengan penurunan urin output 11.
komplikasi- komplikasi dialysis
Komplikasi transplatasi ginjal berupa krisis penolakan, hipertensi,
infeksi
c) Anak :
Defek dinding abdomen pada saluran genitouritnaria
d) Radiologi
Bendungan ureter atau pelvis renalis
Baru terdiagnosa tumor / dirawat inap untuk terapi definitif tumor
yang terdiagnosa sebelumnya
Massa Ginjal ( kecuali kista yang asimtomatik )
Obstruksi / ginal tidak tampak
e) Lain Lain
Penyakit ginjal terminal , pasien dirawat inap untuk pemasangan
kateter
Chronic renal failure dengan pendarahan (misal : nasal,
grastointestinal)
Donor tranplatansi ginjal
Persiapan pre-op tranplantasi ginjal (hanya dilakukan jika
persiapan dan dikerjakan dalam waktu rawat inap yang sama)
Penyakit ginjal terminal , patient dirawat inap untuk rangkaian
awal Talaksana khusus :
Setelah proses skrining dapat dilakukan suatu
pemindahan/transfer pasien dari unit ke RS lain.
Pemindahan/rujuk dapat dilakukan sebelum hasil
pemeriksaan tersedia.
Proses ini berdasarkan permintaan pasien karena
keterbatasan jaminan asuransi, dan keterbatasan fasilitas
rumah sakit.
36
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumen dari hasil Skrining berupa laporan atau catatan medik dokter
penanggungjawab, serta didapatkan bukti dengan hasil pemeriksaan-
pemeriksaan penunjang.
Diagnosa tercatat dalam catatan rekam medik pasien status rawat inap,
darurat, yaitu :
A. Pasien rawat inap
1. Catatan tentang diagnose pasien
2. Catatan tentang anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien
3. Catatan pelayanan yang diisi oleh dokter dan tenaga kesehatan lainnya
4. Salinan pemeriksaan penunjang (hasillaboratorium, Radiologidan lain-
lain)
B. Pasien rawat jalan
Status rawat jalan pasien
C. Pasien Instalasi Gawat Darurat
Status pasien Gawat Darurat
BAB IV
PENUTUP
37
Panduan ini disusun menjadi acuan pelaksanaan Skrining Pasien sesuai
Prosedur di RSU Karsa Husada Batu. Tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahan dalam pembuatan panduan ini, karena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan referensi.
Tim Penyusun berharap para pihak dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya.
Semoga panduan berguna bagi Tim Akses ke Rumah Sakit dan Kontinuitas
Pelayanan RSU Karsa Husada Batu pada khususnya juga para pembaca pada
umumnya.
38