Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan ini tingkah laku atau behaviorisme adalah hal- hal yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa memiliki tingkah laku yang berbeda-
beda. Oleh sebab itu penting bagi kami untuk mempelajari dan membahas tingakah laku atau
behaviorisme lebih dalam, karena behaviorisme dapat menjelaskan segala kelakuan manusia secara
saksama dan menyediakan program pendidikan yang efektif.

Horndike dan Watson kaum behaviorisme berpendirian : organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial
atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman dan prilaku digerakan atau dimotivasi oleh kebutuhan
untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Aliran behavioristik yang lebih bersifat
elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus
yang ada di lingkungannya.

Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol
stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya (Mukminan, 1997: 7).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman tingkah laku menurut behaviorisme

2. Apa saja pokok-pokok pikiran dari BF Skinner

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pemahaman tingkah laku menurut behaviorisme

2. Untuk mengetahui pokok-pokok pikiran dari BF Skinner

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemahaman Tingkah Laku Menurut Behaviorisme


Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku yang didirikan oleh John. B. Watson
pada tahun 1930. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan. Gagasan utama
dalam aliran ini adalah bahwa untuk memahami tingkah laku diperlukan pendekatan yang objektif,
mekanistik, dan materialistic sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang dapat dilakukan
melalui upaya pengkondisian. Tokoh-tokoh yang tergabung dalam aliran ini adalah : Skinner, Pavlov dan
Thorndike. Diantara tokoh-tokoh yang tergabung dalam behaviorisme tersebut, Skinner merupakan
tokoh behaviorisme yang paling produktif mengemukakan gagasan dan penelitian dan kritik-kritik atas
behaviorisme. Bahkan menurut kalangan psikologi , tokoh yang pengaruhnya terbesar kedua setelah
Sigmund Freud adalah B.F. Skinner (Atkinson,1993).

Oleh karena itu, untuk uraian pemahaman tingkah laku menurut behaviorisme, penulis mengambil
pokok-pokok pikiran Skinner sebagai wakil tokoh dari aliran behaviorisme.

B. Pemahaman Tingkah Laku Menurut B.F. Skinner

1. Riwayat Hidup Burrhus Frederic Skinner

Dilahirkan pada tanggal 20 Mei 1904 di Susguenhanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Masa kanak-
kanaknya dilalui dengan kehidupan yang penuh kehangatan namun cukup ketat dalam disiplin. Meraih
sarjana muda di Hamilton College New York dalam bidang sastra Inggris. Tahun 1928 Skinner mulai
memasuki kuliah Psikologi di Universitas Harvard dengan mengkhususkandiri pada bidang tingkah laku
hewan dan meraih doctor pada tahun 1931.

Dari tahun 1931 sampai dengan tahun 1936 Skinner bekerja di Havard. Penelitian yang dilakukannya
difokuskan pada penelitian mengenai system saraf hewan.

Pada tahun 1936 sampai 1945 Skinner meniti kariernya sebagai tenaga pengajar pada Universitas
Minnesota. Dalam kariernya Skinner menunjukkan produktivitas yang tinggi sehingga ia dikukuhkan
sebagai pemimpin Behaviorisme yang terkemuka di Amerika Serikat.

Bidang psikologi yang didalami Skinner adalah analisis eksperimental atas tingkah laku. Ia melakukan
penyelidikan terutama pada organisme infrhuman, biasanya tikus atau merpati. Disamping itu Skinner
juga menerapkan prinsip-prinsip pengkondisian operan (operant conditioning) pada penyelidikan
tentang psikotik pada orang-orang dewasa, anak autistic, analisis bahasa, dan perancangan mesin-mesin
pengajaran. Di antara peralatan yang paling terkenal yang dirancangnya adalah kotak Skinner (Skinner
box). Sekinner telah memberikan sumbangan yang berarti kepada pemahaman tingkah laku, khususnya
menyangkut belajar.

2. Pokok-pokok Pikiran Skinner


Skinner mendasarkan ajarannya pada perbuatan yang tampak, bukan kesadaran. Adapun unsur utama
perbuatan berupa refles.

Skinner berpandangan bahwa manusia dibentuk oleh lingkungan. Manusia lahir dengan potensi yang
bisa dikembangkan ke arah mana saja. Melalui proses pembentukan (shaping) manusia menjadi sosok
tertentu dan dengan kepribadian tertentu. Pada prinsipnya, manusia bukanlah orginisme yang pasif,
akan tetapi ia aktif mencari akibat-akibat atau konsekuensi yang menyenangkan. Karena memandang
bahwa manusia itu pada dasarnya bebas menetukan perilakunya secara aktif, maka teori Skinner disebut
operant Conditioning. Hal ini berbeda dengan pandangan dari tokoh behavioris lain misalnya Pavlov dan
Watson yang menempatkan manusia sebagai pihak yang pasif, sedangkan lingkungan merupakan pihak
yang aktif. Skinner justru mengambil sikap sebaliknya, manusia yang aktif, ia membentuk lingkungannya
sendiri atau yang aktif menciptakan dunianya sendiri (Rogers, 1983). Jadi teori Skinner beranggapan
bahwa manusia mampu melakukan tindakan-tindakan atas inisiatif sendiri dalam lingkungannya, bukan
sebagai objek dan relatif pasif. Namun demikian, dalam hal ini lingkungan mempunyai posisi yang lebih
kuat, karena lingkungan menyediakan penguatan atau pengukuhan (reinforcement).

Asumsi-asumsi dasar yang mendasari teori operan conditioning yang dikemukakan oleh Skinner (dalam
Kazdin,1994) adalah :

a. Perilaku adalah keteraturan (behavior is lawful). Dengan menganalisisnya akan diketahui hubungan
kausalitas antara sebab dan akibat, antara variabel bebas dan variabel tergantung, variabel bebas
merupakan input atau masukan, sedangkan variabel tergantung merupakan output atau hasil.

b. Manusia bagaikan kotak tertutup yang penuh isi. Di dalam kotak terjadi proses pengolahan input
yang akan menghasilkan output. Manipulasi terhadap input secara cermat akan menentukan output
yang sangat menguntungkan.

c. Faktor genetik tidak menjadi penekanan karena faktor genetik merupakan faktor internal yang
tidak dapat diketahui secara pasti sehingga sulit untuk menempatkannya di bawah kontrol perilaku.

d. Prediksi, penjelasan, dan pengontrolan dapat dijelaskan dengan melihat bagaimana cara kerja
prinsip reinforcement respon-respon sebelumnya.

e. Perilaku pada situasi non sosial tidak berbeda secara prinsip dengan perilaku situasi sosial.

Teori-teori utama Skinner (Weiten 1992) adalah sebagai berikut:

1. Tipe Respond an Kondisioning

Untuk memahami teori Skinner harus diperhatikan pndangannya tentang tipe respons dan tipe
kondisioning. Ada dua jenis respon pada organisme yaitu:

a) Respondent Behavior, yaitu respon yang diperoleh atau dibangkitkan oleh adanya stimulus.
b) Operant Behavior, yaitu perilaku yang dikeluarkan tanpa adanya stimulus yang jelas. Sebagian
besar perilaku manusia adalah operant behavior. Perilaku ini disebabkan

Sesuai dengan 2 jenis respons, Skinner mengemukakan 2 jenis kondisioning.

a. Tipe S, yaitu kondisioning untuk respondent behavior karena reinforcement dikaitkan dengan
stimulus. Stimulus yang hendak dikondisikan (misal sinar atau bel) dikaitkan dengan stimulus tak
terkondisi (missal makanan).

b. Tipe R, yaitu kondisioning untuk operant behavior. Huruf R dimaksudkan untuk menekankan
pentingnya respons dalam rangka mendatangkan reinforcement. Pandangan Skinner tentang
kondsioning operant behavior ini sesuai dengan pandangan Thorndike tentang Law of Effect. Jadi
reinforcement tergantung pada apa yang dilakukan oleh organisme.

Ada 2 prinsip kondisioning respon operan (dari kata latin, operate=melakukan), yaitu: (1) setiap rspon
yang diikuti dengan stimulus penguat (reward) cenderung diulang, dan (2) Setiap penguat (reward)
adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan dan dimunculkannya respon operan. Dari 2 prinsip ini
tampak bahwa datangnya penguat tergantung pada perilaku yang ditunjukkan oleh organisme. Istilah
yang digunakan untuk menyebut ketergantungan penguat respons ini adalah contingent reinforcement.

Oleh Skinner kepribadian dipandang sebagai kumpulan pola perilaku yang telah terbukti memperoleh
penguat. Dengan demikian kepribadian tidak lebih dari sekedar kumpulan pola perilaku yang konsisten
yang berisi ringkasan sejarah penguatan.

2. Jenis-jenis penguatan (reinforcement)

Dalam teori Skinner, penguatan dianggap sangat penting untuk membentuk perilaku. Karena itu sebelum
membicarakan proses kondisioning menurut Skinner, pertama-tama akan dilihat jenis penguatan terlebih
dahulu.

Skinner menerangkan penguatan berdasarkan dampaknya untuk meningkatkan atau menguatkan


dorongan untuk dilakukannya suatu respons. Ada dua jenis reinforcement:

a. Reinforcement Positif, yaitu stimulus yang pemberiannya terhadap operan behavior menyebabkan
perilaku tersebut akan semakin diperkuat atau dipersaing kemunculannya. Dampaknya adalah
menyenangkan.

b. Reinforcement Negatif, yaitu stimulasi yang penghilangannya untuk stimulasi – stimulasi yang tidak
menyenangkan akan menyebabkan diperkuat atau diperseringnya perilaku. Stimulasi yang tidak
menyenangkan disebut juga dengan istilah aversive stimulus. Di dalam reinforcement negative ini
stimulus yang tidak menyenangkan akan dihilangkan sehingga orang melakukan perilaku yang diinginkan.
Sebagai seorang behavioris, Skinner juga membahas stimulasi netral (CS) yang dikaitkan dengan penguat
primer (UCS). Berdasarkan kedekatannya dengan objek yang dapat memuaskan kebutuhan, Skinner
membedakan beberapa penguat (reinforce), yaitu :

a. Primary reinforce yaitu penguat yang secara langsung berkaitan dengan pemenuhan organisme,
seperti makanan, minuman, dan sebagainya.

b. Secondary reinforce adalah setiap stimulasi netral yang berkaitan dengan penguat primer sehingga
mempunyai kualitas penguat primer. Ini erat kaitannya dengan discriminative stimulus ( stimulus
pembeda ) yang mengawali datangnya penguat primer. Stimulus tersebut akan dijelaskan para
pembentukan perilaku.

c. Generalized reinforce adalah penguat sekunder yang berkaitan dengan lebih dari satu penguat
primer. Misalnya uang. Kalau organisme lapar, ia membutuhkan makanan, namun dengan uang, individu
dapat membeli nasi, mie, roti, air, susu, es, the, dan sebagainya.

3. Pembentukan Perilaku dan Perilaku Berantai

Dalam melatih suatu perilaku, Skinner mengemukakan istilah shaping,yaitu upaya secara bertahap untuk
membentuk perilaku, mulaidari bentuk yang paling sederhana (elementer) sampai bentuk yang paling
kompleks. Terdapat 2 unsur dalam pengertian shaping:

a. Adanya penguat secara berbeda – beda (differential reinforcemnt), yaitu ada respon yang diberi
penguat da nada respon yang tidak diberi penguat.

b. Successive approximation (upaya mendekat terus – menerus) yang mengacu pada pengertian
bahwa hanya respon yang sesuai dengan harapan eksperimenter yang akan diberi penguat.

Dengan shaping tersebut, perilaku manusia sedikit demi sedikit dibentuk sehingga pada akhirnya dapat
melakukan perilaku yang kompleks.

4. Penjadwalan Reinforcement (Schedules of Reinforcement)

Pembentukan perilaku dan daya tahan perilaku sangat ditentukan oleh penjadwalan dalam pemberian
reinforcement. Secara garis besar ada dua kategori jadwal reinforcement :
a. Penguat terus menerus (continuous), yaitu pemberian engautan secara terus menerus, setiap kali
perilaku yang benar diperbuat oleh individu.

b. Pemberian tidak terus menerus (intermitten reinforcement), yaitu pemberian penguat hanya saat –
saat tertentu (yang diperhatikan adalah soal waktu), dan hanya pada jumlah perilaku tertentu (yang
diperhatikan hanyalah jumlah perilaku).

Berdasarkan unsur waktu dan unsur jumlah perilaku seperti tersebut, dikenal beberapa penjadwalan :

a) Waktu dan jumlah tetap (fixed schedules reinforcement)

1. Penguatan dalam waktu tetap (fixed interval schedules)yaitu merupakan penguatan dalam jangka
waktu tertentu secara tetap dan teratur misalnya seminggu sekali. Sebulan sekali.

2. Penguatan dalam jumlah tetap (fixed ratio schedule) yaitu pemberian penguatan setelah
dilakukannya respon benar dalam jumlah tertentu dan tetap.

b) Waktu dan jumlah berubah – ubah (variable schedules of reinforcement)

1. Penguatan dalam waktu berubah – ubah (variable interval schedules), yaitu pemberian penguatan
dalam jangka waktu yang berubah – ubah.

2. Penguatan dalam jumlah berubah – ubah ( variable ratio schedule), yaitu pemberian penguatan
setelah dilakukannya respon benar dalam jumlah yang berubah – ubah.

Pada awal pembentukan perilaku, biasanya paling efektif kalau ditempuh cara pemberian penguatan
secara terus menerus, namun untuk mepertahankan daya tahan dan semangat tetap tinggi, maka
sebaiknya ditempuh cara yang berubah – ubah.

Urutan keefektifan dari yang paling efektif sampai yang paling kurang efektif untuk mempertahankan
perilaku adalah :

1. Jumlah berubah – ubah

2. Waktu berubah – ubah

3. Jumlah tetap

4. Waktu tetap

5. Terus menerus

C. Penerapan Teori Skinner dalam Pemahaman Tingkah Laku

Skinner memberikan sumbangan yang berarti dalam pemahaman perilaku dalam bentuk :
1. Pandangan Skinner terhadap manusia yang dipandang sebagai pribadi aktif, sehingga menghargai
manusia sebagai individu yang berinisiatif dan memiliki prakarsa diri dan keinginan untuk maju.

2. Strategi pengubahan sikap dan perilaku secara jelas melalui ketegasan dalam menghubungkan
variable bebas dan tergantung. Strategi ini dapat berhasil apabila cara pengubahan sikap dan perilaku
dilakukan secara cermat, misalnya dengan cara :

a. Menetapkan terlebih dahulu sikap yang akan ditanamkan

b. Mengetahui sikap yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan sebelum diberi perlakuan.

c. Memilih pengukuh primer dan sekunder secara tepat.

d. Menetapkan jadwal pemberian pengukuhan terlebih dahulu.

Secara praktis, teori behaviorisme yang dikemukakan oleh Skinner ini cukup banyak. Dibidang pendidikan
dapat dimanfaatkan sebagai strategi dalam meningkatkan motivasi belajar melalui pemberian
penghargaan bagi siswa berprestasi. Di bidang klinis, dapat dimanfaatkan untuk pengubahan perilaku
yang maladjustment dengan cara memperkuat perilaku yang diharapkan, meniadakan perilaku yang
tidak diharapkan, serta membantu menemukan cara-cara berperilaku secara tetap. Di bidang industri,
dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan dan mengurangi pemborosan. Di keluarga, teori behaviorisme
yang di kemukakan oleh Skinner dapat digunakan untuk mengelola perilaku anak-anak melalui
pemberian reinforsemen positif dan reinforsemen negative.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori behaviorisme adalah bahwa tingkah laku
sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, bisa diramalkan, dan bisa dikendalikan

2. Gagasan utama aliran behaviorisme adalah bahwa untuk memahami tingkah laku diperlukan
pendekatan yang objektif, mekanistik, dan materialistik sehingga perubahan tingkah laku pada diri
seseorang dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.

3. Teori Skinner beranggapan bahwa manusia mampu melakukan tindakan-tindakan atas inisiatif
sendiri dalam lingkungannya, bukan sebagai objek dan relatif pasif. Namun demikian, dalam hal ini
lingkungan mempunyai posisi yang lebih kuat, karena lingkungan menyediakan penguatan atau
pengukuhan (reinforcement).

4. Dalam teori Skinner strategi pengubahan sikap dilakukan secara jelas melalui ketegasan dalam
menghubungkan variable bebas dan tergantung.

B. Saran

Kami menyadari bahwasannya penyusun dari makalah ini hanyalah manusia yang tidak luput dari
kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Swt hingga dalam penulisan dan
penyusunannya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan
senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.

Anda mungkin juga menyukai