Anda di halaman 1dari 2

NUR IKHWANA A31116029

ANDI NURUL FAHIMAH A31116034

KASUS :
Garuda memperoleh laba bersih US$ 809,85 ribu di 2018. Perolehan laba berasal dari
piutang yang dimasukkan ke pos pendapatan. Hal itu menjadi ramai ketika ada kabar dua
komisaris menolak menandatangani laporan keuangan tersebut.Piutang yang dimaksud berasal
dari kontrak kerja sama dengan PT Mahata Aero Teknologi untuk pemasangan layanan
konektivitas (on board WiFi) dan hiburan pesawat. Nilai kontrak yang ditandatangani Desember
2018 itu mencapai US$ 239,94 juta.Kejanggalan ini dimulai dari laporan keuangan Garuda tahun
2018 yang membukukan laba bersih US$ 809.846 pada 2018 atau setara Rp 11,49 miliar (Kurs
Rp 14.200/US$).Padahal jika ditilik lebih detail, perusahaan yang resmi berdiri pada 21
Desember 1949 dengan nama Garuda Indonesia Airways ini semestinya merugi.

Pendapat kami:
menurut kami kasus Garuda ini jika dilihat hasil Auditor menjelaskan bahwa pihaknya
mempelajari perlakuan akutansi dalam contoh ilustratif Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) Nomor 23 paragraf 20. Dalam poin itu, dijelaskan imbalan dan royalti yang dibayarkan
untuk pengunaan aset entitas seperti merek dagang, paten, piranti lunak, hak cipta musik,
rekaman master, dan film normalnya diakui sesuai dengan substansi perjanjian.Dalam
praktiknya, hal ini dapat digunakan dasar garis lurus selama masa perjanjian.Artinya, penyerahan
hak dengan imbalan tetap atau jaminan yang tidak dapat dikembalikan dalam suatu kontrak yang
tidak dapat dibatalkan yang mengizinkan pemegang lisensi untuk mengeksploitasi hak tersebut
secara bebas dan pemberi lisensi tidak memiliki sisa kewajiban untuk dilaksanakan secara
substansi merupakan penjualan.“Pendapatan atas biaya kompensasi hak pemasangan layanan
peralatan layanan konektivitas dan hak pengelolaan layanan inflight entertainment bersifat non-
refundable yang tidak dapat dibatalkan sehingga substansi merupakan transaksi penjualan hak
yang diakui pada saat perjanjian ditandatangangi [sekaligus],” jelas auditor dalam keterbukaan
informasi, Senin (6/5/2019).Penjelasan itu, menurut auditor, juga sesuai dengan Pasal 16 Ayat 1
dan 3 PKS yang menyatakan Citilink akan melakukan evaluasi setiap dua bulan seklai atas
pelaksanaan perjanjian kerja sama oleh Mahata. Apabila hasolnya tidak memberikan keuntungan
maka perseroan berhak mengakhiri perjanjian.Dalam perjanjian kerja sama diakhiri, maka semua
hak dan kewajiban yang belum diselesaikan dan/atau telah timbul sebagai akibat dari
pelaksanaan dan/atau penerapan perjanjian kerja sama ini sebelum berakhirnya perjanjian,
kewajiban tersebut harus diselesaikan selambat-lambatnya 14 hari sejak PKS dinyatakan
berakhir.Bila mengacu PSAK 23 paragraf 14, transaksi penjualan hak pemasangan peralatan
layanan konektivitas dan hak pengelolaan In-Flight Entertainment dapat diakui pendapatan
penjualan barang jika kondisi telah dipenuhi beberapa syarat.
o Pertama. Garuda Grup telah menyerahkan hak pemasangan peralatan layanan
konektivitas dan hak pengelolaan In-Flight Entertainment pada saat perjanjian
ditandatangani. Segala menfaat kepemilikan yang sebelumnya dibukukan pada
pendapatan Garuda Grup dihehentikan dan diserahkan kepada Mahata.
o Kedua, entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan
kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang
yang dijual. Berdasarkan perjanjian, Garuda Grup telah menyerahkan hak
pemasangan layanan konektivitas dan hiburan kepada Mahata.
o Ketiga, jumlah pendapatan dapat diukur secara andal. Dalam perjanjian,
disepakati bahwa biaya kompensasi atas hak pemasangan peralatan layanan
konektivitas sebesar US$92,94 juta untuk 103 pesawat Garuda, US$39 juta untuk
50 pesawat Citilink, dan US$30 juta untuk 50 pesawat Sriwijaya. Adapun, biaya
kompensasi atas hak pengelolaan layanan hiburan dalam pesawat dan manajemen
konten senilai US$80 juta untuk 99 pesawat Garuda.
o Keempat, kemungkinan besar manfaat ekonomik yang terkait dengan transaksi
tersebut akan mengalir ke entitas.
o Kelima, biaya yang terjadi sehubungan transaksi penjualan dapat diukur secara
andal.Prosedur audit lainnya mengacu ke PSAK 23 paragraf 22 yang menyatakan
pendapatan diakui jika kemungkinan besar manfaat ekonomis sehubungan dengan
transaksi akan mengalir ke entitas.Akan tetapi, jika ketidakpastian timbul atas
kolektibilitas jumlah yang telah termasuk pendapatan, maka jumlah yang tidak
tertagih atau jumlah pemulihan yang kemungkinannya tidak lagi besar diakui
sebagai beban, bukan sebagai penyesuaian terhadap jumlah pendapatan yang
diakui semula.
Berdasarkan prosedur audit tersebut, auditor berpendapat bahwa
perlakukan akutansi untuk pendapatan Garuda Indonesia atas PKS dengan Mahata
telah diakui dan dicatat sesuai standar akutansi keuangan yang berlaku, khususnya
PSAK 23.Seperti diketahui, dua komisaris Garuda Indonesia Chairal Tanjung dan
Dony Oskaria menyatakan keberatan akan laporan keuangan perseroan periode
2018. Menurut dua komisaris itu, perjanjian antara Mahata dan Citilink tidak
dapat diakui dalam buku 2018.

Anda mungkin juga menyukai