Anda di halaman 1dari 21

1

B
A
B

I
PENDAHULUAN

I.1 Tujuan Percobaan


Mengukur dan menghitung density padatan kristal zat yang tidak larut
dalam air.

I.2 Tinjauan Pustaka


Tiap benda mempunyai massa jenis, demikian juga dengan kristal padat.
Densitas adalah perbandingan dari massa dengan unit volume, sebagai contoh
kg/m3 atau lb/m3. Keduanya merupakan suatu nilai numerik dan sebuah unit.
Untuk mengetahui densitas dari suatu substansi, harus dicari massa dan
volumenya. Bila substansinya adalah sebuah zat padat, salah satu metode untuk
mencari volumenya adalah dengan meletakkannya pada tempat yang diketahui
volumenya dengan liquid. Sebagai contoh, suatu material yang tidak diketahui
beratnya dapat dipindahkan ke suatu wadah cairan yang diketahui berat dan
volumenya. Densitasnya (spesifik graviti) dari liguid dapat diketahui dengan
menggunakan hidrometer atau kesetimbangan Westphal. Densitas dari gas lebih
sulit untuk dihitung, salah stu cara untuk menghitungnya dengan menggunakan
kesetimbangan Edward, dimana membandingkan antara berat bulb di udara
dengan berat bulb bila diletakkan dalam gas yang tidak diketahui.
Dalam termodinamika terdapat dua macam properti, yaitu properti
intensif dan properti ekstensif. Properti intetnsif tidak bergantung pada jumlah
materinya, antara lain P, T dan volume molar. Sedangkan properti ekstensif adalah
properti yang bergantung pada kuantitas materinya, diantaranya adalah V, E, H, S,
2

A dll. Densitasa merupakan properti intensif maka tidak bergantung pada banyak
partikel dan ukuran partikelnya. Nilai dari densitas adalah tetap.

Secara matematis densitas dapat dirumuskan sebagai berikut :


s = Ws / Vs
Massa jenis ada beberapa macam, yaitu :
1. True density, yaitu massa jenis sebenarnya dari suatu zat dimana tidak ada
rongga atau void antara partikel-partikel yang terkandung didalamnya (sama
dengan spesifikgrafity).
2. Bulk dencity, yaitu massa jenis total dari suatu zat dimana rongga atau void
antara partikel-partikel yang terkandung didalamnya turut diperhitungkan.
3. Densitas relatif
Adalah perbandingan dari densitas absolut terhadap densitas air pada 3,98˚C
(0,999973 g/ml nilai maksimalnya). Densitas relatif sering disebut sebagai
densitas relatif terhadap air pada 4˚C atau spesific grafity relatif terhadap air
pada 4˚C.
4. Apparent densitas
Apparent densitas dari suatu bubuk adalah beratnya per satuan volume di
mana volume tersebut diukur beserta ruang kosong yang ada
Specific gravity ialah rasio densitas dari zat terhadap density dari zat
referensi atau /ref. Untuk padatan dan cairan zat referensi umumnya ialah air
pada suhu 40C. Spesific gravity dari gas biasanya menggunakan referensi udara,
tapi juga dapat menggunakan gas lain.Untuk kebanyakan kerja teknik, spesifik
gravity dapat diberikan mempunyai nilai yang sama dengan harga density, tetapi
spesifik gravity tidak mempunyai dimensi.
Untuk menentukan densitas dari padatan kristal ada beberapa macam cara,
antara lain :
1. Metode volumenometer, yaitu menempatkan solid dengan berat yang
diketahui pada sebuah bejana yang telah terisi liquid sebagian,
peningkatan dari ketinggian liquid merupakan perhitungan langsung dari
volume solid. Liquid yang sering digunakan adalah mercuri yang
3

menghasilkan secara jelas dan luas perhitungan dari densitas rata-rata atau
specific gravity, dengan syarat cairan mercuri tidak membasahi permukaan
solid karena akan menimbulkan lubang-lubang pada solid itu sendiri.
2. Metode Picnometer, metode ini digunakan untuk menentukan volume
liquid yang dipindahkan secara tidak langsung, tetapi yang lebih akurat
adalah dari berat liquidnya. Metode ini dapat menghasilkan keakuratan
sampai 0,05 % untuk serbuk.
3. Metode Gradient, metode ini khususnya digunakan untuk penentuan
densitas sebuah padatan, metode ini telah banyak digunakan pada industri-
industri plastik. Metode ini dapat menguji sampel sampai ukuran yang
paling kecil (0,0002 g/cm3)
4. Hidrometer Nicholson
Langkah-langkah penentuan densitas :
Jika massa yang diperoleh dalam tangki yang lebih tinggi ke tangki
hidrometer untuk penanda air adalah W, massa untuk padatan yang
ditambahkan dalam tangki yang lebih tinggi adalah w dan massa yang
diperoleh ketika padatan berada pada padatan yang lebih rendah adalah
w’maka massa padatan (Ws) menjadi : Ws = W – w
Massa air : w-w’ maka densitas padatan dapat diperoleh dengan rumus :
ρs=W-w
w-w’
5. Metode flotasi
Metode ini menggunakan campuran 2 larutan yang dapat larut . Untuk
kristal organik polar yang tidak mengandung komponen yang lebih ringan
dari oksigen, hidrokarbon ringan seperti kerosin (ρ=0,79 g/cm 3 pada
T=25OC) dan metylen iodida (ρ=3,32 g/cm3 pada T=25OC) biasanya
mempunyai hasil yang memuaskan.
Untuk mencari densitas dari kristal padat dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan. Pada tahun 1960, John A. Doe dengan partnernya
Richard Roe melakukan eksperimen untuk mencari densitas kristal Germanium.
Metode yang digunakan meliputi penggunaan piknometer yang diketahui
4

volumenya dimana piknometer tersebut ditimbang dalam keadaan kosong, lalu


berat yang mengandung sampel kristalnya untuk diteliti. Perbedaan beratnya
memberikan Ws. Lalu piknometer diisi dengan cairan yang diketahui densitasnya
dan ditimbang lagi. Berat dan volume dari cairan dapat diketahui dari selisih
beratnya. Jadi volume total dari piknometer diketahui, maka dapat dicari volume
Vs yang dioperoleh dari kristalnya. Sehingga densitas  didefinisikan sebagai :
s = Ws/Vs ...(1)
Proses perhitungannya adalah sebagai berikut :
Berat padatan (Ws) diberikan oleh :
Ws = W2 - W1 … (2)
Berat cairan yang mengisi ruang antara picnometer dan solid didapatkan dari
WL = W3 - W2 … (3)
Jika density cairan dinotasikan sebagai L (sudah diketahui), melanjutkan ke
persamaan (3), volume dari sampel padatan dapat dicari melalui :
lV  W 2  W 3
Vs = V - VL =
l
…(4)

Dimana V adalah volume total picnometer.


Dari persamaan 1,2, 3 dan 4 kita bisa menghitung density padatan ρs.
Ws l (W 2  W 1)
  …(5)
Vs lV  W 2  W 3

Karena nilai V dan L diketahui, kita hanya perlu menentukan W1, W2 dan W3
untuk menghitung density padatan. Nilai rata-rata dari berat ini dihitung
bersama dengan nilai V dan ρL.
Penggunaan persamaan diatas tidak benar 100%, mungkin ada
beberapa kesalahan yang terjadi dalam perhitungan. Berat yang digunakan dalam
perhitungan diatas tidak dikoreksi terhadap efek adsorpsi udara oleh kristal
tersebut. Untuk mengatasinya, picnometer yang mengandung solid dan beberapa
liquid yang ditempatkan pada botol yang lebih besar, telah dihubungkan dengan
sebuah pompa vakum, dan dipindahkan sampai gelembung-gelembung udara
melepas dari solid; kemudian piknometer diisi penuh. Kita dapat menggunakan
5

persamaan Bauer untuk mengkoreksi hasil akhirnya. Persamaan ini memberikan


densitas koreksi ρ*
* =  + 0,0012 (1- /L ) …(6)
Kita dapat menyusun penyelesaian propagasi dari error (kesalahan) dengan
mendiferensialkan kedua sisi dari persamaan (5) dan diperoleh :

 (dW 2  dW 1) 
d   (dW 2  dW 3  ldV ) …(7)
W 2  W1 W 2  W 1  l

Kita mengetahui bahwa (dW2 – dW1) lebih kecil dari (dW2 – dW3+ρLdV) ( (pada
substitusi nilai error untuk diferensial ) dan (W2 – W1) sekitar lima kali lebih besar
daripada (W2 – W3 + Lv) . Ini memungkinkan untuk mengabaikan bentuk
pertama dari sisi kanan persamaan (6) dan menghasilkan bentuk perkiraan. Jadi
batas dari error dalam , (), diperkirakan sebagai berikut :

( )  [ (W 2)   (W 3)  l (V )] 1/2 …………………..(8)
W 2  W 3  lV

dimana (W2), (W3), (v) adalah batas dari error yang menyatakan W 2, W3, dan
v. Kita dapat menerima batas error (W2) = 0,001 g , (W3) = 0,002 g , (v) =
0,004 cm3.
Nilai yang didapat untuk dua sample menyimpang dari rata-rata
ditunjukkan limit dari kesalahan. Bagaimanapun juga perbedaan yang jauh lebih
besar daripada itu harus mempertimbangkan fakta bahwa kontribusi dari setiap
kesalahan dalam V adalah sama dalam kedua pengerjaan. Berdasarkan bahwa
material yang dipelajari mungkin tidak homogen, jadi untuk menghasilkan dua
sample yang sedikit perbedaan densitasnya, kita menduga kemungkinan pecah
atau celah tidak dapat dimasuki liquid terdapat pada sampel I, atau dalam dua
sampel dalam tingkatan yang berbeda. Pada asumsi ini terbesar akan ditempatkan
pada nilai yang tertinggi, kita namakan sampel II, meskipun dasar dari hasil untuk
dua sampel tidak terdapat bukti internal bahwa sampel II secara keseluruhan bebas
dari kekurangan. Persetujuan hasil untuk sampel II dengan literatur adalah
memuaskan, tetapi pada umumnya indikasi yang terbaik dari kenyataan akan
sangat baik persetujuan hasil untuk beberapa sample.
6

Padatan dari kristal mempunyai beberapa macam spesi, yaitu padatan


kristal dan padatan amorf. Padatan kristal mempunyai susunan yang teratur,
sedangkan padatan amorf mempunyai susunan yang tidak teratur. Padatan dibagi
menjadi beberapa macam, yaitu :
 Padatan logam
Dalam padatan logam, kristal dari logam terdiri dari satuan sel kubik dan
sel heksagonal yang tersusun rapat. Kristal adalah padatan dengan susunan
atom atau molekul teratur, sedangkan amorf sebaliknya.
 Padatan molekular
Dalam padatan ini konstituennya berupa molekul tetapi dapat pula berupa
atom dari gas yang langka. Molekul-molekul disatukan oleh gaya lemah
yang disebut gaya van der waals (interaksi dipol induksi – dipol induksi).
 Padatan kovalen
Dalam padatan ini atom-atom dihubungkan satu sama lain dengan ikatan
kovalen yang membentuk struktur tiga dimensi. Contoh : karbon, silicon,
silicon karbit
 Padatan ionis
Dalam padatan ionis, konstituennya merupakan ion positif dan ion negatif.
Ion-ion ini disatukan oleh gaya elektrostatik yang memberikan kenetralan
listrik secara keseluruhan.
7

BAB II
PERCOBAAN

II.1 Variabel Percobaan


Dalam percobaan ini menggunakan variabel percobaan antara lain :
1. Jenis dari kristalnya, yaitu menggunakan dua macam padatan batu dan
padatan kapur.
2. Ukuran dari padatan. Untuk batu menggunakan ukuran 10/12; 20/30;
30/40. Untuk kapur menggunakan ukuran 18/20; 20/30; 30/40.
3. Volume piknometer, menggunakan piknometer 5ml dan 10 ml.

II.2 Prosedur Percobaan


1. Menimbang piknometer kosong dan mencatat beratnya (W1)
2. Mengisi piknometer dengan air, mengatur agar tidak terdapat gelembung
udara dan menimbangnya(Wo).
3. Menentukan suhu air.
4. Menghitung volume piknometer dengan menggunakan ρair pada suhu
yang telah diketahui
5. Menimbang piknometer dengan padatan dan mencatat beratnya (W2)
6. Menimbang piknometer dengan padatan dan air dan mencatat
beratnya(W3).
7. Menghitung densitas padatan dengan rumus :
Ws  l (W2  W1 )
s = =
Vs  lV  W2  W3
8. Menghitung error limit

r2 (l) =
2
(  1V  W2  W3 ) 2

 l r 2 (V )  r 2 (W2 )  r 2 (W3 )
2

8

II.3. Alat-alat yang digunakan


1. picnometer ; 5 ml atau 10 ml
2. beaker glass 600 ml
3. Pipet tetes ( 1 buah)
4. Timbangan (1 buah)

II.4 Bahan-bahan yang digunakan


1. Padatan kristal (batu dan kapur)
2. Aquades
9

II.5 Gambar Alat

Skala
pengatur

Skala
penunjuk

Tempat menimbang
BAB III
PIKNOMETER
NERACA ANALIT
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
10

BAB III
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

III.1. Hasil Percobaan


A. Kalibrasi volume piknometer
Suhu air : 280 C

Tabel III.1. Berat piknometer kosong dan piknometer + air


Piknometer W1 W0
1 2 3 1 2 3
5 ml 13.2239 13.2242 13.2242 18.7456 18.7456 18.7452
10 ml 17.1082 17.1085 17.7083 27.5759 27.5759 27.5756

B. Pengukuran berat kristal padat.


Tabel III.1.2. Kristal batu pasir mesh 10\12
Piknometer W2 W3
1 2 3 1 2 3
5 ml 17.9738 17.9738 17.9737 21.7471 21.7467 21.7465
10 ml 21.5953 21.5951 21.5953 30.0369 30.0373 30.0369

Tabel III.1.3. Kristal batu pasir mesh 20/30


Piknometer W2 W3
1 2 3 1 2 3
5 ml 15.2735 15.2737 15.2736 20.0552 20.0549 20.0547
10 ml 20.5749 20.5743 20.5748 29.4201 29.4199 29.4201

Tabel III.1.4. Kristal batu pasir mesh 30/40


Piknometer W2 W3
1 2 3 1 2 3
5 ml 15.1328 15.1330 15.1330 19.9734 19.9729 19.9731
10 ml 19.6233 19.6233 19.6233 28.5633 28.5634 28.5638
11

Tabel III.1.5. Kristal batu kapur mesh 18/20


Piknometer W2 W3
1 2 3 1 2 3
5 ml 14.5811 14.5811 14.5813 19.6256 19.6257 19.6257
10 ml 19.3612 19.3614 19.3614 28.5633 28.5634 28.5638

Tabel III.1.6. Kristal batu kapur mesh 20/30


Piknometer W2 W3
1 2 3 1 2 3
5 ml 14.0914 14.0915 14.0913 19.2981 19.2978 19.2980
10 ml 19.1740 19.1741 19.1743 28.4807 28.4803 28.4805

Tabel III.1.7. Kristal batu kapur mesh 30/40


Piknometer W2 W3
1 2 3 1 2 3
5 ml 14.0824 14.0827 14.0826 19.4984 19.4983 19.4983
10 ml 18.6317 18.6321 18.6320 27.7824 27.7825 27.7824

III.2. HASIL PERHITUNGAN


ρair pada T = 28 oC adalah 0.99624 g/ml (Geankoplis, hal 855)
r(W2) = 0.001 r(W3) = 0.002 r(V) = 0.004

III.2.1. Perhitungan volume piknometer

Tabel III.2.1. Perhitungan volume piknometer


PIKNO
Run W0 (gram) W1 (gram)
12

5 ml 10 ml 5 ml 10 ml
1 18.7456 27.5759 13.2239 17.7082
2 18.7456 27.5759 13.2242 17.7085
3 18.7452 27.5756 13.2242 17.7083
Rata-rata 18.7455 27.5758 13.2241 17.7083

Berdasarkan perhitungan kalibrasi piknometer maka mendapatkan harga ;


- V piknometer 5 ml = 5.542 ml
- V piknometer 10 ml = 9.9047 ml

III.2.2. Penentuan densitas batu

Tabel III.2.2.Perhitungan densitas dan error limit pada batu piknometer 5 ml


Mesh W2 rata-rata (gr) W3 rata-rata (gr)  (gr/ml) R(l)
10+/12 17.9738 21.7468 2.7067 0.0071
20/30 15.2736 20.0549 2.7595 0.0146
30/40 15.11329 19.9731 2.7926 0.0187
Rata-rata 2.753 0.0135

Tabel III.2.3. Perhitungan densitas dan error limit pada batu piknometer 10 ml
Mesh W2 rata-rata (gr) W3 rata-rata (gr)  (gr/ml) R(l)
10/12 21.5952 30.0370 2.7161 0.0087
20/30 20.5747 29.4200 2.7936 0.0125
30/40 19.6233 28.8020 2.7697 0.0184
Rata-rata 2.7598 0.0132

Dari tabel diatas didapatkan  rata-rata untuk batu = 2.7564 gr/ml ,sedangkan
rata-rata error limit = ±0.0134

III.2.3. Penentuan densitas batu kapur

Tabel III.2.4 Perhitungan densitas dan error limit pada batu kapur piknometer 5ml
13

Mesh W2 rata-rata (gr) W3 rata-rata (gr)  (gr/ml) R(l)


18/20 14.5812 19.6257 2.8362 0.0188
20/30 14.0914 19.2979 2.7456 0.0426
30/40 14.0826 19.4983 2.8458 0.0324
Rata-rata 2.7909 0.037

Tabel III.2.5 Perhitungan densitas dan error limit pada batu kapur piknometer
10ml
Mesh W2 rata-rata (gr) W3 rata-rata (gr)  (gr/ml) R(l)
18/20 19.3613 28.5635 2.4753 0.0169
20/30 19.1741 28.4805 2.6025 0.0154
30/40 18.6329 27.7824 1.2833 0.0234
Rata-rata 2.5389 0.0162

Dari tabel diatas didapatkan  rata-rata untuk batu kapur = 2.6649 gr/ml
Untuk nilai error limit rata-rata = ±0.0234

III.3. PEMBAHASAN
Pada percobaan penentuan densitas kristal padat ini menggunakan
berbagai macam variabel, diantaranya adalah jenis padatan kristal berupa padatan
batuan dan batu kapur dengan berbagai macam ukuran mesh. Selain itu juga
menggunakan dua macam piknometer berukuran 5 ml dan 10 ml. Tujuan dari
digunakannya berbagai macam variabel ini adalahuntuk membuktikan bahwa nilai
dari densitas adalah tetap.
Dari percobaan pengukuran densitas batu, mendapatkan nilai ρ sebesar
(2.7564 ± 0.0134) gr/ml. Dari nilai densitas tersebut didapatkan nilai spesifik
gravitynya, yaitu sebesar (2.7534 – 2.7803). Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyebutkan bahwa spesifik gravity dari batu adalah 2.2 – 2.7 gr/ml (Perry, edisi
5, hal 23-69). Untuk batu kapur dari percobaan didapatkan nilai densitasnya
sebesar (2.6649 ± 0.0235), sehingga didapat nilai spesifik gravitynya sebesar
2.6514 – 2.6985 gr/ml. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa
spesifik gravity dari batu kapur adalah 2.0 – 2.8(Perry, edisi 5, hal 3-90).
Dari percobaan yangtelah dilakukan menunjukkan bahwa nilai dari
densitas untuk kedua macam piknometer relatif tetap. Hal ini menunjukkan bahwa
14

nilai dari densitas tidak dipengaruhi oleh kuantitas dan ukuran dari bahan pada
kondisi P dan T dianggap konstan, sehingga dapat dikatakan bahwa densitas
merupakan properti intensif. Pada percobaan ini dengan menggunakan dua macam
variabel piknometer didapatkan nilai densitas yang hampir sama untuk jenis
padatan yang sama. Walaupun begitu ada sedikit penyimpangan niali densitas
untuk batu kapur yaitu diperoleh nilai 1.2833 untuk percobaan pada mesh 30/40 .
Penyimpangan yang terjadi ini dapat disebabkan karena kondisi
penimbangan yang dilakukan berbeda. Salah satunya adalah pada waktu
pergantian mengukur dari mesh yang satu ke mesh yang lain kondisi dari
piknometer belum kering . Akibatnya adalah pada waktu menimbang padatan
kristal yang ditimbang bukan hanya berat kristalnya saja, melainkan juga berat air
sehingga harga densitas kristal sesungguhnya tidak diketahui.
Adanya sedikit penyimpangan dari hasil percobaan telah dikoreksi dengan
menggunakan errror limit r(l). Penggunaan error limit ini karena tidak
diperhitungkannya rongga yang ada dalam partikel padatan, karena dalam
percobaan ini kita menganggap bahwa yang dihitung adalah true densitinya.
Perbedaan hsil yang diperoleh dalam nilai densitas juga bisa disebabkan adanya
gelembung udara yang teradsorbsi atau masih terdapat dalam ketika dilakukan
pengisian dengan air dan padatan, sehingga menyebabkan massa seharusnya dari
padatan yang ditimbang tidak tepat.
15

B
A
B

I
V
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1. Kesimpulan
Dari percobaan ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hsil perhitungan diperoleh densitas batu (ρ batu) = 2.7564 gr/ml
dengan error limit r(l) = 0.0134. Harga ρ batu yang sebenarnya adalah
(2.7564±0.0134) gr/ml
16

2. Dari perhitungan diperoleh densitas dari batu kapur (ρ batu kapur ) =


2.6649 gr/ml dengan error limit r(l) = 0.0235. Harga ρ batu kapur yang
sebenarnya adalah (2.6649 ± 0.0235) gr/ml.
3. Densitas kristal tidak bergantung pada ukuran padatan maupun volume.
4. Hasil pengukuran densitas untuk jenis yang padatan yang sama relatif
tetap.

IV.2. Saran
1. Pada waktu melakukan penimbangan dengan piknometer yang berisi
padataan dan air diusahakan supaya tidak terdapat gelembung udara dalam
rongga padatan.
2. Pada waktu menimbang piknometer berisi padatan diusahakan agar
piknometer dalam keadaan kering dan bersih, sehingga yang ditimbang
benar-benar massa padatan.

DAFTAR NOTASI

M : massa sel (gr)


r errorlimit/batas kesalahan
sg : spesifik graviti
V : volume piknometer (ml)
Vs : volume yang ditempati solid (ml)
17

Wo : berat piknometer dan air (gr)


W1 : berat piknometer kosong,(gr)
W2 : berat piknometer dan kristal padat,(gr)
W3 : berat piknometer dan kristal padat serta air,(gr)
Ρs : densitas kristal padat(g/ml)
ρ : densitas air,(g/ml)
ρL : densitas liquida (gr/ml)

DAFTAR PUSTAKA

1. Geankoplis, C.J., “Transport process and unit operations”, Prentice


Hall of India, New Delhi, (1997)
2. Maron,S.H., Lando,J.B., “Fundamentals of Physical Chemistry”,
MacmillanPublishing Co.Inc., New York, (1974)
3. Perry, R.H., “Perry’s Chemical Engineer’s Handbook”, 5h edition., McGraw
Hill inc., New York, (1984)
18

4. Shoemaker, D.P., Garland.C.W., “Experiment in Physical Chemistry “, 6th


edition., McGraw Hill inc., New York, (1996)

APPENDIKS

1) Perhitungan volume piknometer


ρ air pada T = 28 oC adalah 0.99624 g/ml (Geankoplis, hal 855)
 Piknometer 5 ml
18,7456  18,7456  18,7452
Wo rata-rata =  18,7455 ml
3
13,2239  13,2242  13,2242
W1 rata-rata =  13,2241 ml
3
19

Wair = Wo – W1 = 18,7455 – 13,2241


= 5,5214 gr
W air 5.5214
V= = = 5.542 ml
ρ air 0.99624

2) Perhitungan densitas kristal padat dan error limit


 Batu pasir dengan mesh 10/12
Piknometer 5 ml
Wo = 18,7455 gr
W1 = 13,2241 gr

17.9738 + 17.9738 + 17.9737


W2 rata-rata =
3
= 17.9738 gr

21.7471 + 21.7467 + 21.7465


W3 rata-rata =
3

= 21.7468 gr

ρ(W2 – W1) 0.99624 (17.9738 – 13.2241)


 = =
ρV + (W2 – W3) 0.99624 x 5.542 + (17.973821.7468)

= 2.7067 gr/ml

2
r =2 x (  2 r 2 (V )  r 2 (W2 )  r 2 (W3 ))
( V  W2  W3 ) 2
20

( 2,7067) 2
x ((0.996242 x1.6 x10 5 ) 
((0.99624 x5,542)  17,5738  21,7468)
10 4  4 x10 4 )

r = 0.0071
Analog dengan cara diatas didapatkan harga densitas kristal dan
error limit seperti pada tabel III.2.2. – III.2.5.

LAMPIRAN

1. Mengapa pada tabel densitas dari material menunjukkan range ?


21

Jawab : Pada tabel densitas berbagai macam material menunjukkan


range karena jenis dari material itu berbeda-beda. Contohnya adalah untuk
batu kapur pada tabel sg nya 2.2 – 2.8 . Jenis batu kapur di berbagai
tempat tidak sama. Misal batu kapur di Gresik dengan yang di Padang
komposisi penyusunnya tidak sama, jadi harga dari densitasnya juga tidak
sama persis.
2. Mengapa piknometer perlu untuk dikalibrasi ?
Jawab : Walaupun pada piknometer sudah ada volumenya, tetapi masih
perlu dikalibrasi karena volume pada waktu melakukan percobaan tidak
sama persis dengan yang ditunjukkan oleh piknometer. Volume hasil
kalibrasi piknometer berhubungan dengan suhu setempat. Karena suhu di
tiap tempat itu berbeda-beda maka perlu dilakukan kalibrasi piknometer.
3. Apa hubungan error limit dengan kesalahan pada waktu percobaan ?
Jawab : Pada saat melakukan percobaan penimbangan dilakukan sebanyak
tiga kali kemudian hasilnya dirata-rata. Pada saat merata-rata hasil
penimbangan tersebut ada kemungkinan terjadi kesalahan karena itu
digunakan error limit untuk mengkoreksi kesalahan yang terjadi.
4. Mengapa piknometer valid untuk menghitung densitas?
Jawab : Dengan menggunakan piknometer maka persentase kesalahan
relatif kecil. Padatan yang diukur densitasnya ,mempunyai rongga atau
void. Pada waktu padatan itu dicampur dengan air maka air akan mengisi
rongga itu , sehingga udara yang ada dalam rongga akan keluar. Dengan
menggunakan piknometer maka gelembung udar yang keluar dari rongga
bisa keluar dari piknometer. Hal ini terjadi karena pada bagian tutup
piknometer terdapat lubang yan dinamakan capilarry top. Dengan tidak
adanya gelembung udara pada piknometer maka perhitungan rrelatif valid.

Anda mungkin juga menyukai