Anda di halaman 1dari 15

IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam suatu tanaman mengandung berbagai macam senyawa kimia

yang merupakan hasil dari metabolisme primer maupun metabolisme

sekunder. Biasanya hasil dari metabolisme sekunder pada tanaman

merupakan senyawa yang dapat diguanakan sebagai obat. Terdapat

jutaan jenis tumbuhan, baik yang hidup di darat maupun di laut.

Tumbuhan yang belum diketahui jenisnya masih memerlukan penelitian

yang lebih mendalam, baik dari segi kegunaan, sifat-sifat yang dimiliki

maupun kandungan kimia yang terdapat di dalamnya.

Fitokimia atau fitonutrient adalah segala jenis zat kimia atau nutrien

yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-

buahan. Fitokimia biasanya digunakan untuk merujuk pada senyawa yang

ditemukan pada tumbuhan yang tidak dibutuhkan fungsi normal tubuh.

Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan

Schraiber pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar,

selain kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda debgan

kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di

dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan

yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung

oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun


IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka

dari kromatografi kolom.

Untuk itu kami melakukan sebuah kegiatan praktikum untuk

mengelola dan memanfaatkan sebuah sumberdaya alam yang ada

sehingga dapat digunakan dalam waktu jangka panjang.

Dalam praktikum kali ini akan dilakukan identifikasi golongan

komponen kimia dengan metode kromatografi lapis tipis dari fraksi

ekstrak Daun Ko’mara dengan melihat bercak noda yang ada pada

lempeng KLT.

B. Maksud dan Tujuan

1. Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini adalah untuk melakukan identifikasi

golongan komponen kimia dengan metode Kromatografi Lapis Tipis

(KLT).

2. Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan kali ini adalah untuk mendapatkan

golongan komponen kimia yang lebih spesifik dari hasil fraksi ekstrak

Daun Ko’mara dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis

(KLT).
IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Penggunaan obat tradisional di Indonesia sudah berlangsung sejak

ribuan tahun yang lalu, sebelum obat modern ditemukan dan dipasarkan.

Hal itu tercermin antara lain pada lukisan di relief Candi Borobudur dan

resep tanaman obat yang ditulis dari tahun 991 sampai 1016 pada daun

lontar dibali (Supardi, 2003).

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih

murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan

yang digunakan. Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan

lebih sederhjana dan dapat dikatakan bahwa hamper semua laboratorium

dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (Rohman, 2009).

Kormatografi lapis tipis (KLT) bersama-sama kromatografi kertas (KKr)

dengan berbagai macam variasinya pada umumnya dirujuk sebagai

kromatografi planar. Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh

Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. pada kromatografi lapis tipis,

fase diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan

bidang datar yang didukung oleg lempeng kaca, pelat aluminium, atau

pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan

sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (Rohman, 2009).


IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah suatu tehnik yang sederhana dan

banyak digunakan. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau

lembaran plastik yang ditutupi penyerap untuk lapisan tipis dan kering

bentuk silika gel, alomina, selulosa dan polianida. Untuk menotolkan

larutan cuplikan pada lempeng kaca, pada dasarnya dgunakan mikro

pipet/ pipa kapiler. Setelah itu, bagian bawah dari lempeng dicelup dalam

larutan pengulsi di dalam wadah yang tertutup (Chamber) (Rudi, 2010).

Adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai komposisi

kelompok minyak mentah dan produk hidrokarbon sejak permulaan abad

ini. Jenis dan sanak keluarga jumlah kelas hidrokarbon tertentu di (dalam)

acuan/matriks dapat telah efek dalam pada atas pencapaian dan mutu

dari produk hidrokarbon dan dua orang metoda test standard telah

digunakan sebagian besar dari tahun ke tahun (ASTM D2007, ASTM

D4124). adsorpsi indikator Yang berpijar (FIA) metode (ASTM D1319)

telah melayani untuk di atas 30 tahun sebagai metoda pejabat dari minyak

tanah industri untuk mengukur yang mengandung parafin, olefinic, dan isi

bahan bakar pancaran dan bensin berbau harum. Teknik terdiri dari dalam

pemindahanya mencicip di bawah iso-propanol memaksa melalui suatu

kolom tanah kerikil 'gel' agar-agar ramai; sesak di (dalam) kehadiran

tentang indikator berpijar dikhususkan untuk masing-masing keluarga

hidrokarbon. Di samping penggunaan tersebar luas nya, adsorpsi indikator

berpijar mempunyai banyak (Speight, 2006).


IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan

kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah

siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT

dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan

komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan

sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan

berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau

kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran

eluen pada KLT (Lenny, 2006).

Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang

melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya

berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa

serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi

cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair

(kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap

walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem

kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai

sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina

(aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel

merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007).

Beberapa keuntungan KLT yaitu (Gandjar, 2007):

1. KLT lebih mudah dan murah dalam pelaksanaannya.


IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

2. Peralatan yang digunakan lebih sederhana, yang digunakan untuk

tujuan analisis.

3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik, menurun atau dengan cara

elusi dua dimensi.

4. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi

warna, flouresensi atau radiasi dengan menggunakan sinar UV.

Karena kesederhanaannya dan kecepatan analisisnya, KLT

mempunyai peranan penting dalam pemisahan senyawa-senyawa yang

volaritasnya relative rendah baik senyawa organik maupun senyawa

anorganik (Iskandar, 2007).

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan fisik, dimana

komponen-komponen yang dipisahkan didistribusikan diantara dua fase,

salah satu fasa tersebut adalah soatu laisan stasioner dengan permukaan

yang luas, yang lainnya sebagai fluida yang mengalir lembut disepanjang

landasan stasioner.Dalam tehnik kromatografi zat-zat terlarut yang

dipisahkan bermigrasi sepanjang kolom, atau seperti dalam kromatografi

kertasatau lapis tipis, ekivalen fisik kolom, dan tentu saja dasar pemisahan

terletak pada laju perpindahan yang berbeda untuk larutan yang berbeda

(Khopkar, 2007).

Fase diam KLT terbuat dari serbuk halus dengan ukuran 5-50 cm,

serbuk halusini dapar berupa suatu adsorbs, suatu penukar ion, suatu

pengayak molekul atau dapat merupakan penyangga yang dilapisi suatu

cairan yang membuat lapisan tipis menjadi bubur (slury),yang berair dari
IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

serbuk tadi. Zat pengikat seperti gipz, barium sulfat, polivinil

(Soebagio, 2003).

Pertimbangan untuk memilih pelarut pengembang (eluen) umumnya

sama dengan pemilihan eluen untuk kromatografi adsorbs pengelusi eluen

naik sejalan dengan polaritas missal (heksana, aseton,alcohol dan air).

Eluen pengembang dapat dapat berupa pelarut tunggalatau campuran

pelarut dengan susunan tertentu. Pelarut-pelarut pengembang harus

mempunyaikemurnian yang tinggi. Terdapatnya sejumlah kecil air atau zat

pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatografi yang tidak diharapkan

(Soebagio, 2003).
IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

BAB III

PROSEDUR KERJA

A. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Adapun Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cawan

porselin, chamber, gunting, gelas ukur, gelas kimia, lampu UV254 dan

UV366 nm, mistar, pipa kapiler, pensil, pinset dan sendok tanduk.

2. Bahan yang digunakan

Adapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, air suling,

fraksi daun Ko’mara, etanol, etil asetat, FeCl3, kertas saring, label,

lempeng KLT, n- Hexan dan tissue.

B. Cara Kerja

1. Penyiapan Lempeng KLT dan Penjenuhan Chamber

a. Penyiapan lempeng slika gel

- Disiapkan lempeng slika gel

- Dipotong lempeng dengan ukuran 7 x 1 cm

b. Penjenuhan Chamber

- Disiapkan 4 buah chamber yang bersih lengkap dengan

penutupnya.

- Kemudian dimasukkan potongan kertas saring yang panjangnya

lebih dari tinggi chamber dan kemudian ditutup.


IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

- Dibiarkan hingga eluen naik pada kertas saring sehingga

melewati penutup kaca (chamber telah jenuh).

2. Penotolan Sampel Pada Lempeng

- Disiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

- Ekstrak diambil dengan menggunakan pipa kapiler, kemudian

ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan.

- Lempeng yang telah ditotol diangin-anginkan sebentar untuk

menguapkan pelarutnya lalu dimasukkan ke dalam chamber yang

telah dijenuhkan.

- Bila eluen telah mencapai batas atas dari lempeng silika gel, maka

lempeng tersebut dapat dikeluarkan.

- Amati secara langsung dan dengan menggunakan penampak

bercak UV254, UV366, dan asam sulfat 10%.


IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

Nama simplisia : Daun Ko’mara

Uj pendahuluan mengandung : Tanin katekol dan Saponin

Fase diam : Silika gel

Fase gerak : Eluen (n-Heksan : Etil asetat)

Ukuran lempeng : 7 x 1 cm

Ekstrak Bercak Eluen 7 :3 (UV366) Eluen 7 :3 (UV254) Eluen 8 :2 (UV366) Eluen 8 :2 (UV254)

No. Rf Warna Rf Warna Rf warna Rf warna

n-heksan I 0,34 Jingga 0,32 Kuning 0,30 Jingga 0,21 Kuning


II 0,45 Jingga 0,4 Kuning 0,45 Jingga 0,30 Kuning
III 0,56 Jingga 0,61 Kuning 0,54 Jingga 0,45 Kuning
IV 0,63 Jingga 0,8 Kuning 0,67 Jingga 0,65 Kuning
V 0,81 Jingga 0,87 Kuning 0,81 Jingga 0,83 Kuning

air I 0,09 Jingga 0,09 Kuning 0,27 Jingga 0,27 Kuning


II 0.45 Jingga 0,41 Kuning 0,41 Jingga 0,45 Kuning
III 0,54 Jingga 0,65 Kuning 0,50 Jingga 0,6 Kuning
IV 0,69 Jingga 0,8 Kuning 0,63 Jingga 0,76 Kuning
V 0,81 - 0,90 Kuning 0,74 Jingga - Kuning
IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

B. Pembahasan

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah salah satu metode pemisahan

komponen menggunakan fasa diam berupa plat dilapisi serbuk halus yang

berfungsi sebagai permukaan penjerap dengan fase gerak berupa eluen

hampir segala macam pelarut atau campuran pelarut.

KLT merupakan salah satu jenis kromatografi analitik. KLT sering

digunakan untuk identifikasi awal, karena banyak keuntungan

menggunakan KLT, di antaranya adalah sederhana dan murah. KLT

digunakan untuk pemisahan secara analitik dan preparatif. KLT analitik

dipakai pada tahap permulaan pemisahan suatu sampel, sedangkan KLT

preparatif hanya dilakukan jika diperlukan fraksi tertentu dari suatu

campuran. Selain itu, KLT digunakan untuk mencari eluen terbaik pada

tahap preparatif.

Suatu metode pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip partisi

dan adsorpsi antar fase diam (adsorben) dan fase gerak (eluen),

komponen kimia bergerak naik mengikuti cairan pengembang karena

daya serap adsoben (silika gel) terhadap komponen-komponen kimia tidak

sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang tidak

sama sehingga komponen dapat bergerak dengan kecepatan yang

berbada-beda berdasarkan tingkat kepolaran dan hal ini yang

menyebabkan terjadinya pemisahan.

Pada percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan

golongan komponen kimia yang lebih spesifik dari hasil fraksi ekstrak
IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

Daun Ko’mara dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis

(KLT). Pengujian KLT dilakukan dengan menggunakan beberapa

perbandingan eluen N-Heksan:Etil Asetat dengan perbandingan 5:5, 6:4,

7:3, dan 8:2.

Adapun cara kerja yang dilakukan pada percobaan ini yaitu diambil

fraksi ekstrak Daun Ko’mara. Dimasukkan dalam vial dan larutkan dengan

etanol 96% secukupnya. Dipotong lempeng KLT sebesar 1x7 cm,

sebanyak 8 bagian. Dibuat eluen beberapa perbandingan N-Heksan:Etil

Asetat dengan perbandingan 5:5, 6:4, 7:3, dan 8:2. Kemudian ditotolkan

larutan ekstrak tersebut pada masing-masing lempeng yang sudah di beri

batas. Dimasukkan lempeng tersebut ke dalam chamber yang telah jenuh,

tunggu beberapa menit. Diamati dalam lampu UV254 dan UV366. Kemudian

disemprotkan dengan pereaksi FeCl3 dan vanilin.

Alasan mengapa eluen harus dijenuhkan yaitu agar tekanan dalam

chamber sama agar noda yang dihasilkan sesuai dengan diinginkan.

Digunakan perekasi Spesifik FeCl3 pada penyemprotan karena sampel

Daun Ko’mara pada uji skrining menandakan bahwa sampel postif

mengandung tannin (katekol).

Pada praktikum kali ini, tekhnik kromatografi lapis tipis yang

digunakan adalah suatu plat tipis (aluminium) yang berfungsinya untuk

tempat berjalannya adsorbens sehingga proses migrasi analit oleh

solventnya bisa berjalan. Hal ini Inilah yang membedakan antara

kromatografi kertas dengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada


IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

KLT menggunakan plat tipis sedangkan pada KK menggunakan kertas

(lapisan selulosa) sehingga proses elusinya lebih lama (kira – kira 10 – 20

menit lebih lama dari KLT). Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi

tersebut adalah pembentukan noda pada adsorbensnya dimana pada KLT

noda yang dihasilkan lebih tajam dibandingkan noda yang nampak dalam

KK. Hal ini disebabkan pada KK penyusun dari adsorbens berupa selulosa

yang dapat mengikat air, sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarut

atau fase gerak maka noda yang dihasilkan mengalami penyebaran akibat

terdapatnya gugus –OH dalam adsorbens yang masih tertingal dalam fase

diamnya sehingga penampakan nodanya terlihat lebih pudar dan bentuk

nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam KLT adsorbens yang digunakan

berupa slika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul air, sehingga noda

yang tercipta lebih terfokus dan tajam.

Pemilihan eluen harus diperhatikan karena akan berpengaruh pada

perambatan noda. Jika eluen yang digunakan terlalu polar maka sampel

akan semakin terbawa oleh eluen yang bergerak sehingga noda yang

dihasilkan kurang begitu baik. Hal ini terjadi karena gaya tarik dipol antara

sampel-fase gerak (eluen) lebih besar daripada gaya tarik dipol antara

sampel-fase diam (pelat silika). Jika eluen yang digunakan kurang polar

maka sampel akan kurang terbawa oleh eluen sehingga noda yang timbul

seolah-olah bertumpuk-tumpuk sedikit di atas totolan sampel. Hal ini

dikarenakan kurangnya kepolaran eluen.


IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

Alasan penjenuhan chamber sebelum digunakan yaitu untuk

menghilangkan uap air didalam chamber agar nantinya tidak

mempengaruhi perambatan noda pada lempeng Teknik penotolan

sampel juga harus diperhatikan karena apabila penotolan yang berlebihan

dapat menyebabkan noda berekor

Pada UV 254 nm, lempeng akan berflouresensi sedangkan sampel

akan tampak berwarna gelap.Penampakan noda pada lampu UV 254 nm

adalah karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan indikator

fluoresensi yang terdapat pada lempeng. Fluoresensi cahaya yang

tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen

tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke

tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan semula

sambil melepaskan energi.

Pada UV 366 nm noda akan berflouresensi dan lempeng akan

berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 366 nm adalah

karena adanya daya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor

yang terikat oleh auksokrom yang ada pada noda tersebut. Fluoresensi

cahaya yang tampak merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh

komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi

dasar ke tingkat energi yang lebih tinggi kemudian kembali ke keadaan

semula sambil melepaskan energi. Sehingga noda yang tampak pada

lampu UV 366 terlihat terang karena silika gel yang digunakan tidak

berfluororesensi pada sinar UV 366 nm.


IDENTIFIKASI GOLONGAN KIMIA DENGAN KLT

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun

Ko’mara asal Desa Ko’mara Kecamatan Polongbangkeng Utara

Kabupaten Takalar positif mengandung tanin.

B. SARAN

Sebaiknya dalam praktikum semua anggota kelompok ikut bekerja,

agar semuanya mengetahui cara kerja yang di lakukan saat praktikum dan

hasil yang didapat.

Anda mungkin juga menyukai