Anda di halaman 1dari 35

B.

Pembahasan

a. Morfologi

Cacing tanah memiliki bentuk tubuh panjang silindris, dengan kiraan 2/3 bagian

posteriornya. Tubuh bersegmen-segmen, warna tubuh, permukaan atas berwarna merah sampai

biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat.

Mulut terdapat di ujung anterior, mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris. System

ekskrasi cacing tanah berupa nephridios pada setiap segmen terdapat sepasang.

b. Anatomi

Dinding tubuh cacing mempunyai 2 lapis otot, yaitu circulare dan longitudinal, mulut

cacing terletak di dalam rongga oris. Phatynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, system

sirkulasi cacing tanah, dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebu plasma, dan sel-sel

darah atau korpuskula. System ekskresi cacing tanah berupa nephridia. Pada setiap segmen tubuh

terdapat sepasang, system saraf cacing tanah, terletak di sebelah dorsal pharynx di salam segmen

yang ke-3 dan terdiri ganglion ceberal, yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan

commisura, berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya. Cacing tanah tidak mempunyai

mata, tetapi pada kulit tubuhnya terdapat sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar.

c. Sistem Reproduksi

Cacing tanah bersifat hermaprodit. Sepasang ovarium menghasilkan ova, dan terletak di

dalam segmen ke-13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan

infudibulumnya bersilia. Oviduk tadi melalui septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan
ke-14, dan di dalam segmen ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam

suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis. Ductus spermaticus mulai

dari testis bagian ujung, dan melanjutkan diri ke posterior sampai segmen ke-15, dan pada

segmen ini juga ductus itu bermuara keluar.

Spermatozoa yang telah meninggalkan testis, akan masuk ke dalam vesicular seminalis

dan selanjutnya tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah bersifat hermaprodit, tetapi tidak

terjadi autofertilisasi. Di antara segmen-segmen 9 dan 10; 10 dan 11, terdapat receptaculum

seminalis, yang merupakan tempat penampung spermatozoa dari cacing lain.

d. Habitat

Cacing tanah hidup di dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak rendah.

Cacing-cacing ini keluar ke permukaan hanya pada saat tertentu.

e. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari Cacing tanah adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Annelida

Ordo : Haplotaxida

Famili : Lumbricidae

Class : Trematoda

Genus : Lumbricus

Spesies : Lumbricus terresteris

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari

praktikum ini adalah organisme yang termasuk

dalam phylum Annelida adalah cacing tanah,

memiliki tubuh simetri bilateral, panjang dan

bersegmen, memiliki alat gerak berupa bulu-bulu

kaku (setae), tutbuh tertutup oleh kutikula, dinding

tubuh dan saluran pencernaanya dengan lapisa-

lapisan otot sirkuler dan longitudinal, sudah

mempunyai rongga tubuh, saluran pencernaan

lengkap, respirasi dengan kulit atau dengan branchia

dan organ ekskresi terdiri atas sepasang nephiridia


pada setiap segmen. Dan sistem reproduksi cacing

ovarium menghasilkan ova, dan terletak di dalam

segmen ke-13. Oviduk tadi melalui septum yang

terletak diantara segmen ke-13 dan ke-14, dan di

dalam segmen ke-14 membesar membentuk kantong

telur. Testis terletak di dalam suatu rongga yang

dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis.

Spermatozoa yang telah meninggalkan testis, akan

masuk ke dalam vesicular seminalis dan selanjutnya

tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah

bersifat hermaprodit, tetapi tidak terjadi

autofertilisasi. Di antara segmen-segmen 9 dan 10;

10 dan 11, terdapat receptaculum seminalis, yang


merupakan tempat penampung spermatozoa dari

cacing lain.

B. Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar

praktikan membawa lebih banyak spesimen agar organisme yang diamati lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Artropoda. http. File://id.wikipedia.org/wiki/Artropoda. (pada

tanggal 1 Juli 2011).

Hala,Yusminah. Daras Biologi Umum II. Makassar:

Alauddin Press. 2007.

Jutje S Lahay. Zoologi Invetebrata. Makassar:

Universitas Negeri Makassar. 2006.


Suwignyo,Sugiarto. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta:

Penebar Swadaya. 2005.

Tim Dosen. Penuntun Praktikum Zoologi Invetebrata.


Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar.2011.

Filum Annelida mencakup berbagai jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati,

seperti nereis, cacing tanah dan lintah. Annelida berasal dari bahasa latin annelus berarti cincin

kecil-kecil dan oidos berarti bentuk, karena cacing seperti sejumlah besar cincin kecil yang

diuntai. Ciri khas filum annelida adalah tubuh menjadi ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu

asterior posterior. Istilah lain untuk ruas tubuh yang sama ialah metamere, somite, atau segmen.

Bagian tubuh paling anterior disebut prostomium bukan suatu ruas. Demikian pula di bagian

paling ujung posterior yang disebut pigidium, terdapat anus. Segmentasi pada annelid tidak

hanya membagi otot dinding tubuh saja, melainkan juga menyekat rongga tubuh atau coelom

dengan sekatan yang disebut septum, jamak septa.[1]

Keberadaan cacing ini juga memiliki arti ekonomi, cacing yang ditemukan di sungai

tercemar dan saluran pembuangan dari pemukiman adakalanya sangat banyak, sehingga menjadi

mata pencaharian bagi pedagaang pengumpul cacing untuk di jual ke pengusaha ikan hias

dengan sebutan cacing rambut atau cacing sutera.

B. Tujuan
Mengamati morfologi dan anatomi dari spesies yang termasuk dalam filum Annelida dan

menyusun klasifikasinya.

[1] Sugiarti suwignyo. Avetebrata Air Jilid 2. (Bogor: Penebar Swadaya). h., 6.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Cacing tanah mempunyai bentuk tubuh memanjang, gilig, dengan segmentasi Nampak

jelas dari luar sebagai lipatan-lipatan kutikula. Biasanya, cacing tanah mempuyai lebih dari 100

metamer. Pada setiap segmen, kecuali yang pertama dan terakhir, terdapat 4 pasang bulu sikat

atau setae yang pendek. Cacing tanah bernapas melalui kutikula yang menutupi seluruh

tubuhnya. Sistem saraf beruoa rantai ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari

segmen ke empat. Cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi terjadi fertilisasi oleh dirinya

sendiri.[1]

Cacing-cacing yang termasuk dalam filum ini, tubuhnya bersegmen-segmen. Mereka

hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air. Pada umumnya Annelida hidup

bebas, ada yang hidup dalam liang, beberap bersifat komensal pada hewan-hewan aquatic, dan

ada juga bersifat parasit pada vetebrata. Disamping tubuhnya bersegmen, juga tertutup oleh

kutikula merupakan hasil sekresi dari epidermis, sudah mempunyai sistem nervosum, system

cardiovasculare tertutup, dan sudah ada rongga tubuh.[2]


Tubuh annelid bersegmen bundar memanjang atau tertekan dorsoventral. Memiliki alat

gerak yang berupa bulu-bulu kaku (setae) pada setiap segmen. Plychaeta dengan tentakel pada

kepalanya dan setae pada bagian-bagian tubuh yang menonjol ke lateral, atau lobi lateral yang

disebut parapodia. Tubuh tertutup oleh kutikula yang licin yang terletak di atas epithelium yang

bersifat glanduler, sudah mempunyai rongga tubuh dan umumnya terbagi atas septa, saluran

pencernaan lengkap, tubuler, memanjang sesuai dengan sumbu tubuh.[3]

Pada permukaan tubuh cacing terdapat beberapa lubang-lubangmuara keluar berbagai alat

atau organ dalam tubuh. Lubang-lubang tersebut ialah mulut berbentuk bulan sabit, terletak

dimedio ventral segmen pertama, anus terletak pada segmen terakhir, lubang muara keluar

oviduk, terletak pada segmen ke-14, lubang bermuara keluar reseptaculum seminalis berupa 2

pasang pori terletak di antara segmen ke-9 dan ke-10, dan di antara segmen ke-10 dan ke-11

reseptaculum seminalis ialah tempat penyimpan sperma; pori ini tidak tidak mudah terlihat; pori

dorsalis merupakan lubang muara keluar coelom; pori ini terletak di medio-dorsal pada tepi

anterior pada tiap segmen; segmen ke-8 atau ke-9, sampai ujung posterior tubuh;

sepasangnephridiopor, merupakan lubang muara keluar dan saluran ekskresi dan terletak pada

tiap segmen, kecuali segmen terakhir dan 3 segmen pertama.[4]

Alat ekskresi adalah nephridia, terutama metanephridia, yang terdapat sepasang tiap ruas.

Peredaran darah tertutup melingkari pharynix, sebuah atau sepasang benang saraf ventral

sepanjang tubuh yang dilengkapi sebuah ganglion dan sepasang saraf lateral pada tiap ruas. Di

samping itu, terdapat alat indera atau sel indra yang berfungsi sebagai alat peraba, perasa, dan

penerima cahaya. Filum annelid terdiri dari sekitar 75.000 spesies, meliputi tiga kelompok besar,

yaitu polychaeta, oligochaeta, dan hirudiena, serta dua kelompok kecil, yaiu aelosamata dan

branchiobdelia.[5]
[1] Tim Dosen. Penuntun Praktikum Zoologi Invetebrata. (Makassar: UIN Press). h., 13.
[2] Yusminah Hala. Daras Biologi Umum II. (Makassar: UIN Press). h., 22.
[3] Ibid.
[4] Jutje S Lahay. Zoologi Invetebrata. (Makassar: Universitas Negeri Makassar). h., 120.
[5] Sugiarti suwignyo. Avetebrata Air Jilid 2. (Bogor: Penebar Swadaya). h., 6.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filum Annelida mencakup berbagai jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati, seperti
nereis, cacing tanah dan lintah. Annelida berasal dari bahasa latin annelus berarti cincin kecil-
kecil dan oidos berarti bentuk, karena cacing seperti sejumlah besar cincin kecil yang diuntai.
Ciri khas filum annelida adalah tubuh menjadi ruas-ruas yang sama sepanjang sumbu asterior
posterior. Istilah lain untuk ruas tubuh yang sama ialah metamere, somite, atau segmen. Bagian
tubuh paling anterior disebut prostomium bukan suatu ruas. Demikian pula di bagian paling
ujung posterior yang disebut pigidium, terdapat anus.1[1]
Segmentasi pada Annelida tidak hanya membagi otot dinding tubuh saja, melainkan juga
menyekat rongga tubuh atau coelom dengan sekatan yang disebut septum, jamak septa.

1[1]Aqsha, 2012, “Laporan Praktikum Annelida” Blog Aqsha. http://aqshabiogger2010.blogspot.


com/2012/02/laporan-praktikum-annelida.html (27 Mei 2012).
Keberadaan cacing ini juga memiliki arti ekonomi, cacing yang ditemukan di sungai tercemar
dan saluran pembuangan dari pemukiman adakalanya sangat banyak, sehingga menjadi mata
pencaharian bagi pedagaang pengumpul cacing untuk di jual ke pengusaha ikan hias dengan
sebutan cacing rambut atau cacing sutera.2[2]
Adapun yang melatarbelakangi dilakukannya poercobaan ini yaitu agar dapat mengetahui
organism yang tergolong dalam kelas Annelida kemudian mengamati struktur anatomi dan
morfologinya serta menuliskan klasifikasinya.

B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk mengamati struktur anatomi dan
morfologi dari organisme yang tergolong Annelida dan mengklasifiasikannya.

3[3]Mukayat Djarubito Brotowidjojo, Zoologi Dasar, (Jakarta: Erlangga, 1989), h. 100.


4[4]Maskoeri Jasin, Zoologi Invertebrata, (Surabaya: Sinar Wijaya, 1992), h. 145.
5[5]“Nemathelminthes dan Annelida”, Shoong. http://id.shvoong.com/exact-sciences /biology/ 2224519 -
nemathelminthes-dan-annelida/ (27 Mei 2012).

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

2[2]Mitanhamy, 2011, “Contoh Laporan Annelida” Blog Mitanhamy.

http://mitanhamy. blogspot. com/2011/07/contoh-laporan-annelida. html (27 Mei 2012).


A. Hasil Pengamatan

1. Morfologi Lumbricus terrestris

Keterangan :

B. Pembahasan

1. Morfologi

Cacing tanah memiliki bentuk tubuh panjang silindris, dengan kiraan 2/3 bagian

posteriornya. Tubuh bersegmen-segmen, warna tubuh, permukaan atas berwarna merah sampai

biru kehijau-hijauan dan dari luar aorta dorsalis kelihatan jelas permukaan bawah lebih pucat.

Mulut terdapat di ujung anterior, mulut cacing tanah terletak di dalam rongga oris. System

ekskrasi cacing tanah berupa nephridios pada setiap segmen terdapat sepasang.6[1]

2. Anatomi

Dinding tubuh cacing mempunyai 2 lapis otot, yaitu circulare dan longitudinal, mulut cacing

terletak di dalam rongga oris. Phatynx terdapat di dalam segmen ke-4 dan ke-5, system sirkulasi

6[1]Aqsha, 2012, “Laporan Praktikum Annelida” Blog Aqsha. http://aqshabiogger2010.


blogspot.com/2012/02/laporan-praktikum-annelida.html (28 Mei 2012).
cacing tanah, dengan darah yang terdiri atas bagian cair yang disebu plasma, dan sel-sel darah

atau korpuskula. System ekskresi cacing tanah berupa nephridia. Pada setiap segmen tubuh

terdapat sepasang, system saraf cacing tanah, terletak di sebelah dorsal pharynx di salam segmen

yang ke-3 dan terdiri ganglion ceberal, yang tersusun atas 2 kelompok sel-sel saraf dengan

commisura, berkas saraf ventralis dengan cabang-cabangnya. Cacing tanah tidak mempunyai

mata, tetapi pada kulit tubuhnya terdapat sel-sel saraf tertentu yang peka terhadap sinar.7[2]

Cacing tanah bersifat hermaprodit. Sepasang ovarium menghasilkan ovum, dan terletak

di dalam segmen ke-13. Kedua oviductnya juga terletak di dalam segmen ke-13 dan

infudibulumnya bersilia. Oviduk tadi melalui septum yang terletak diantara segmen ke-13 dan

ke-14, dan di dalam segmen ke-14 membesar membentuk kantong telur. Testis terletak di dalam

suatu rongga yang dibentuk oleh dinding-dinding vesivula seminalis. Ductus spermaticus mulai

dari testis bagian ujung, dan melanjutkan diri ke posterior sampai segmen ke-15, dan pada

segmen ini juga ductus itu bermuara keluar.8[3]

Spermatozoa yang telah meninggalkan testis, akan masuk ke dalam vesicular

seminalis dan selanjutnya tersimpan di dalamnya. Walaupun cacing tanah bersifat hermaprodit,

tetapi tidak terjadi autofertilisasi. Di antara segmen-segmen 9 dan 10; 10 dan 11, terdapat

receptaculum seminalis, yang merupakan tempat penampung spermatozoa dari cacing lain.9[4]

7[2]Aqsha., Log. cit.

8[3]Ibid.

9[4]Ibid.
3. Habitat

Cacing tanah hidup di dalam tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak rendah. Cacing-

cacing ini keluar ke permukaan hanya pada saat tertentu.10[5]

10[5]Ibid.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari

praktikum ini adalah organisme yang termasuk

dalam phylum Annelida adalah cacing tanah,

memiliki tubuh simetri bilateral, panjang dan

bersegmen, memiliki alat gerak berupa bulu-

bulu kaku (setae), tutbuh tertutup oleh

kutikula, dinding tubuh dan saluran


pencernaanya dengan lapisa-lapisan otot

sirkuler dan longitudinal, sudah mempunyai

rongga tubuh, saluran pencernaan lengkap,

respirasi dengan kulit atau dengan branchia

dan organ ekskresi terdiri atas sepasang

nephiridia pada setiap segmen. Dan sistem

reproduksi cacing ovarium menghasilkan ova,

dan terletak di dalam segmen ke-13.

B. Saran

Adapun saran yang dapat saya berikan setelah melakukan praktikum ini adalah agar praktikan

membawa lebih banyak spesimen agar organisme yang diamati lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Nemathelminthes dan Annelida. http://id.shvoong.com/exact-sciences /biology/ 2224519 -


nemathelminthes-dan-annelida/ (Di akses pada 27 Mei 2012).

Aqsha, 2012. Laporan Praktikum Annelida. http://aqshabiogger2010.blogspot. com/2012/02/laporan-


praktikum-annelida.html (Di akses pada 28 Mei 2012).

Brotowidjojo, Mukayat Djarubito. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga, 1989.

Jasin, Maskoeri. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya, 1992.

Mitanamhy, 2011. Contoh Laporan Annelida. http://mitanhamy.blogspot.com /2011/07/contoh-laporan-


annelida.html (Di akses pada 27 Mei 2012).

Rusyana, Adun. Zoologi Invertebrata. Bandung: ALFABETA, 20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Filum anelida (bahasa Latin untuk “bercincin” terdiri atas cacing-cacing yang tubuhnya
terbagi-bagi menjadi segmen-segmen (metamer). Segmentasi itu jelas bersifat eksternal, tapi juga
internal dalam wujud membrane (septum) yang membagi-bagi bagian interior cacing.
Metamerisme juga terdapat pada Arthropoda, yang dipercaya berkerabat langsung dengan
anelida, dan juga pada Chordata. Dinding badan dan tractus digestivus dengan lapisan-lapisan
otot sirkuler dan longitudinal, sudah mempunyai rongga badan (coelom) dan umumnya terbagi
oleh septa (George & Hademenos 2009: 348).
Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. bAntara satu segmen
dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan
sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.
Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus
melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang
(longitudinal). Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), usus, dan anus. Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki
sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.
Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m (Anonim 2008: 1).
Annelida (annulus=cincin kecil; oidos=bentuk) merupakan cacing dengan tubuh
bersegmen-segmen dan hidup di dalam tanah yang lembab, dalam laut, dan dalam air tawar.
Hewan ini memiliki karakteristik antara lain adalah tubuh yang bilateral simetris, dimana
tubuhnya panjang dan jelas bersegmen-segmen,mempunyau alat gerak yang berupa bulu–bulu
kaku (septa) pada tiap segmen (tidak terdapat pada beberapa bentuk), Polychaeta dengan
tentakel pada kepalanya dan ceta pada bagian-bagian tubuh yang menonjol kelateral, atau pada
lobi lateralis yang disebut parapodia. Badan tertutup oleh kutikula yang licin yang terletak di
atas epithelium yang bersifat glanduler (Radiopoetro 1996: 284-285).
Pada cacing tanah, sejenis anelida terestrial yang khas, keseluruhan tubuh terbagi-bagi
menjadi segmen-segmen yang secara umum mirip satu sama lain. Setiap segmen memiliki empat
pasang bulu kejur (bristle) eksternal, yang digunakan untuk menambatkan dan menggerakkan
cacing tersebut. Segmentasi terekspresi secara iternal dengan adanya tabung-tabung nefridia
(ekskretoris) dan pori-pori ekskretoris pada nyaris semua segmen. Akan tetapi, saluran
pencernaannya tidak tersegmentasi (George & Hademenos 2009: 348).
Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring
pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan
nefrotor. Nefridia (tunggal–nefridium) merupakan organ ekskresi yang terdiri dari saluran.
Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupakan pori permukaan tubuh
tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya (Anonim 2008:
1).
Cacing dari filum ini bersegmen, artinya tubuhnya terdiri atas satuan yang berulang-ulang.
Meskipun beberapa struktur, sepeti saluran pencernaan, terdapat di sepanjang tubuh cacing
tersebut, tetapi yang lain seperti organ ekskresi terulang pada segmen demi segmen. Dari luar
segmenentasi ini tampak seperti rangakaian cincin. Ciri-ciri khas lain annelida adalah simetri
bilateral, suatu sistem peredaran yang efisien dengan darah yang dipompa melalui sistem
pembuluh dari tertutup, dan sistem saraf yang cukup rumit. Pembuluh saraf utama terdapat di
bagian ventral (Kimball 2000: 906).
Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan
menempel pada vertebrata, termasuk manusia. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut
dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembap.
Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri. Annelida umumnya
bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun ada juga yang bereproduksi
secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi (Anonim 2008: 1).

1.2. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan mengenal morfologi beberapa
spesies anggota filum Annelida.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada umumnya Annelida hidup bebas, ada yang hidup dalam liang beberapa bersifat
kommensal pada hewan-hewan aquatis, dan ada juga yang bersifat parasit pada Vertebrata.
Annelida di samping tubuhnya bersegmen- segmen, juga tertutup oleh kutikula yang merupakan
hasil sekresi dari epidermis. Filum ini sudah mempunyai sistem nervosum, sistem
cardiovascular tertutup dan sudah ada rongga badan (celom) (Radiopoetro 1996: 284).
Annelida berarti “cincin kecil” dan tubuh bersegmen yang mirip dengan serangkaian
cincin yang menyatu merupakan ciri khas cacing filum Annelida. Terdapat sekitar 15.000 spesies
filum Annelida, yang panjangnya berkisar antara kurang dari 1 mm sampai 3 m pada cacing
tanah raksasa Australia. Anggota filum Annelida hidup di laut, sebagian besar habitat air tawar,
dan tanah lembab (Campbell 2005: 227).

Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing

berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan

Hirudinea. Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly=banyak,

chaetae=rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak. Tubuh

Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata,

antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur

seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal=parapodium) pada

setiap segmen tubuhnya. Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan

mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga

seperti insang untuk bernapas. Setiap parapodium memiliki rambut kaku

yang disebut seta yang tersusun dari kitin (Anonim 2008: 1).

Polychaeta (“banyak sekali rambut”) adalah cacing rambut yang

biasanya ditemukan di pesisir pantai. Biasanya jenis kelamin terpisah.

Sepasang dayung berdaging (parapodium) menjulur keluar dari masing-

masing segmen. Parapodium berperan dalam lokomosi dan menyediakan

permukaan respiratoris. Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing

kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah. Sedangkan yang


bergerak bebas adalah Eunice viridis (cacing palolo), dan Lysidice oele

(cacing wawo) (George Hademenos 2009: 349).

Masing-masing segmen hewan Polychaeta “banyak setae,”

dinamakan demikian karena adanya bulu pada masing-masing segmen)

memiliki sepasang struktur yang mirip dayung atau mirip bukit yang

disebut parapodia (“hampir seperti kaki”) yang berfungsi lokomosi.

Masing-masing parapodia memiliki beberapa setae yg terbuat dari

poliskarida kitin. Pada banyak hewan polychaeta, parapodia sangat kaya

dengan pembuluh darah dan berfungsi sebaga insang (Campbell 2005:

229).

Ciri lain pada cacing Annelida yang tidak terdapat pada hewan yang

lebih primitif adanya rongga tubuh yang besar beisi cairan. Hal ini

memungkinkan organ-organ dalam bergesekan satu sama lain dengan

mudah, sehingga memudahkan gerakan tubuh yang ekstensif. Rongga ini,

yang disebut selom, seluruhnya dilapisi oleh mesoderm. Akan tetapi,

perkembangan embrionya sangat berbeda dengan perkembangan selom

pada vertebrata. Dalam tahapan pembelahan awal, di dalam embrio

terbentuk sel-sel mesoderm khusus. Pembelahan mitosis sel-sel ini

menghasilkan massa jaringan mesoderm. Akhirnya dalam jaringan

tersebut berkembang suatu rongga yang secara beangsur-angsur

membesar menjadi selom (Kimball 2000: 906).


Kelas Oligochaeta atau kelas cacing bersegmen ini meliputi cacing

tanah dan berbagai spesies akuatik. Selom cacing tanah terpartisi oleh

septa, tetapi saluran pencrnaan, pembuluh darah longitudinal, dan tali

saraf menembus septa itu dan memanjang di sekujur tubuh hewan itu

(pembuluh utama memiliki cabang bersegmen). Sistem sirkulasi tertutup

terdiri atas suatu jaringan pembuluh yang mengandung darah dengan

hemoglobin pembawa oksgen. Pembuluh arah kecil sangat banyak

terdapat pada kulit cacing tanah, yang berfungsi sebagai organ

pernapasnnya. Pada masing-masing segmen cacing tersebut terdapat

sepasang tabung ekskretoris yang disebut metanefridia dengan corong

bersilia, yang disebut nefrostom yang megeluarkan buangan dari darah

dan cairan selomik (Campbell 2005: 227).

Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo=sedikit, chaetae=rambut

kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit. Oligochaeta tidak

memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.

Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah. Jenis

cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus

terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan

cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani). Cacing ini memakan

oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.

Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan

tanah. Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan
kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan

ternak (Anonim 2008: 1).

Oligochaeta (“sedikit rambut”) umumnya terestrial, tapi ada

sejumlah kecil yang hidup di lautan dan perairan tawar. Oligochaeta

bersifat hermaprodit, dan umumnya sepasang cacing berkopulasi untuk

menghasilkan peristiwa fertilisasi ganda. Oligochaeta hidup di

lingkungan-lingkungan lembab, sebab gas yang dipertukarkan melalui

permukaan tubuhnya harus berada dalam keadaan terlarut. Cacing tanah

(Lumbricus) merupakan contoh utama dari kelas ini

(George & Hademenos 2009: 349).

Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan

ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.

Panjang Hirudinea bervariasi dari 1-30 cm. Tubuhnya pipih dengan ujung

anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior

terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.

Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan

tubuh inangnya. nangnya adalah vertebrata dan termasuk manusia.

Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan

Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti

siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan Hirudo

(lintah) (Anonim 2008: 1).


Hirudinea adalah lintah (cacing dengan tubuh kecil, rata, dan

menyempit, dengan penghisap di masing-masing ujungnya). Banyak

anggota Hirudinea merupakan parasit pada avertebrata ataupun

vertebrata. Hirudinea melekat ke organisme hidup dengan penghisap

depannya dan mengingesti darah serta cairan-cairan tubuh lainnya.

Hirudinea bersifat hermaprodit. Saat merobek atau membuat lubang,

lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga

korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang,

lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin

(George & Hademenos 2009: 349).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

4.1 Hasil

Dari prakitkum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :

A. Hirudo medicinalis

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Clitellata
Ordo : Arhynchobdellae
Famili : Hirudinidae
Genus : Hirudo
Spesies : Hirudo medicinalis

Keterangan
1. Sucker
2. Scansor
3. Anterior
4. Scolex
5. Septa
6. Segmen
7. Strobik
8. Posterior
Deskripsi:
Lintah dan pacet adalah hewan yang tergabung dalam filum annelida sub-kelas
Hirudinea. Terdapat jenis lintah yang dapat hidup di daratan, air tawar, dan laut. Seperti halnya
kerabatnya, Oligochaeta, mereka memiliki klitelum. Seperti cacing tanah, lintah juga
hermaprodit atau berkelamin ganda. Lintah obat Eropa (Hirudo medicinalis), telah sejak lama
dimanfaatkan untuk pengeluaran darah (plebotomi) secara medis. Lintah dibedakan dari pacet
bukan berdasarkan taksonomi, tapi lebih pada habitat kesukaannya (Anonim 2012: 1).

B. Pheretima sp

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Clitellata
Ordo : Haplotaxida
Famili : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Spesies : Pheretima sp

Keterangan
1. Mulut
2. Klitelum
3. Rambut-rambut halus
4. Anus

Deskripsi:
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang
kelas dan sub kelasnya tergantung dari penemunya dalam filum annelida. Cacing tanah jenis
Lumbricus mempunyai bentuk yang pipih. Jumlah segmen yang dimiliki berjumlah 90-195 dan
klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Cacing tanah Pheretima segmennya mencapai 95-150
segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilig panjang dan
silindris berwarna merah keunguan. Cacing yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing
merah, cacing koot, dan cacing kalung. Cacing tanah juga menunjukkan sistem saraf yang
kompleks. Berbagai sel sensoris terpusat di ujung kepala, tetapi organ-organ sensoris tidak
menonjol. Otak tersusun atas dua ganglion besar. Tali saraf ganda, tapi berfusi, terletak di bagian
permukaan ventral sepanjang tubuh. Pada masing-masing segmen cacing tanah, sebuah ganglion
tumbuh keluar dari tali saraf dan mengkoordinasikan impuls-impuls sensorik dan motorik.
Cacing tanah juga memiliki sistem sirkulatoris yang tertutup, ekskresi dilaksanakan melalui
asosisi erat antara sistem sirkulatoris dan nefridium (George & Hademenos 2009: 199).

BAB V
KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Cacing tanah (Pheretima sp) menunjukkan sistem
saraf yang kompleks dimana berbagai sel sensoris
terpusat di ujung kepala, tetapi organ-organ sensoris tidak
menonjol.
2. Cacing tanah (Pheretima sp) memiliki sistem
sirkulatoris yang tertutup, ekskresi dilaksanakan
melalui asosisi erat antara sistem sirkulatoris dan
nefridium.
3. Lintah (Hirudo medicinalis) merupakan hewan
hermaprodit atau berkelamin ganda.
4. Banyak anggota Hirudinea merupakan parasit pada
avertebrata ataupun vertebrata dengan menghisap darah
inangnya.
5. Anggota kelas Oligochaeta hidup di lingkungan-
lingkungan lembab, sebab gas yang dipertukarkan
melalui permukaan tubuhnya harus berada dalam keadaan
terlarut.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Annelida. http://asnani-


biology.blogspot.com/2009/04/Annelida.html. Diakses
pada tanggal 28 Februari 2012.

Anonim. 2012. Cacing Tanah. http://www.sentra-


edukasi.com/2011/06/Cacing_Tanah html. Diakses pada
tanggal 28 Februari 2012.

Campbell N. A & Reece J. B. 2003. Biology Edisi Ketujuh.


Erlangga. Jakarta. xii + 532 hlm.

George, Fried, E. H & Hademos, G. J. 2009. Biologi Edisi


Kedua. Erlangga. Jakarta. x + 386 hlm.

John, W Kimball. 1999. Biologi edisi ke lima. Erlangga.


Jakarta. vii + 382 hlm.

Radiopoetro. 1996. Zoologi. Erlangga. Jakarta. iii + 635 hlm.


4. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari Lumbricus terrestris adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Annelida

Ordo : Haplotaxida

Famili : Lumbricidae

Class : Trematoda

Genus : Lumbricus

Spesies : Lumbricus terresteris (Anonim, 2012)


Pheretima sp.

BAB I
PENDAHULUAN

Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing
dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida
merupakan hewan tripo-blastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata).
Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana (Bawa, 1993).

Ciri tubuh
Ukuran dan bentuk tubuh Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m.Contoh
annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia.Bentuk tubuhnya simetris bilateral
dan bersegmen menyerupai cincin. Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam
tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh
darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling
berhubungan menembus septa (Bawa, 1993).
Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus
melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang
(longitudinal).Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki
sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna
merah.Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh
(Budiarti, 1992).

Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada
anterior.Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan
nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari
saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupa-kanpori permukaan
tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Sebagian
besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada
vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar,
dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup diberbagai
tempat dengan membuat liang sendiri (Khoeruddin, 2000).

Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun ada juga
yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada
yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain
(gonokoris) (Budiarti, 1992).

Klasifikasi
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta
(cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.

1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae =
rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh
Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium)
dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki
sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia
(tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi
parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh
darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk
bernapas.Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut
seta yang tersusun dari kitin. Contoh Polychaeta yang sesil
adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna
cerah.Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens,
Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice
oele(cacing wawo) (Khoeruddin, 2000).
2. Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan
annelida berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada
tubuhnya yang bersegmen.Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis
cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia
(Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster
longmani).Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara
menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan
tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran
makan berprotein tinggi bagi hewan ternak (Khoeruddin, 2000).

3. Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium
maupun seta pada segmen tubuhnya.Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih
dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat
pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.Sebagian besar Hirudinea adalah hewan
ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan ptermasuk manusia
(Budiarti, 1992).
Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup
dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa
(pacet) dan hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat
anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan.Setelah
ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat
tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin (Bawa, 1993).

Pheretima sp. adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang kelas dan
subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tanah jenis Pheretima sp.
segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya
berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk
jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung (Khoeruddin, 2000).

Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka
sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme
patogen di lingkungan mereka.Penelitian yang telah berlangsung selama 50 tahun menunjukkan
bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Telah ditemukan
bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein (Khoeruddin, 2000).

BAB II
ISI

A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Order : Ophistopora
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Species : Pheretima sp. (Budiarti, 1992).

B. Habitat Cacing Tanah


Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin.
Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral
atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi
normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan antara 15oC-25oC (Putra, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan cacing tanah:

Pengaruh pH
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim
pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk
merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya
menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada yang
membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila makanan terlalu asam
sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan
tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan
yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk
pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2 (Putra, 1999).

Pengaruh kelembaban
Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk
menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15 - 30 %).
Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan
kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang
terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun
kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing
tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok (Putra, 1999).
Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila
udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera
masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila
kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat
yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil
oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit. Kelembaban yang baik untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai 30% (Putra, 1999).

Pengaruh Suhu
Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses fisiologis
seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu rendah
menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat menetas dan
pertumbuhan cacing tanah setra perkembangbiakannya akan berjalan sempurna. Suhu yang baik
antara 15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada naungan yang
cukup dan kelembaban yang optimal (Putra, 1999).

C. Ciri Morfologi
Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak
pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan.
Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima sp. antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing
kalung (Kimball, 1998).

Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan
segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem
saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa.
Rongga tubuh berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan
kontraksi otot.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal) (Kimball, 1998).

D. Struktur anatomi dan fisiologis

Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus
(kerongkongan), kelenjar kalsiferous usus, dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh enzim -
enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah berupa
daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa
organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa
pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus (Kimball, 1998).

Sistem peredaran darah


Cacing tanah mempunyai alat peredaran darah yang terdiri atas pembuluh darah punggung,
pembuluh darah perut dan lima pasang lengkung aorta. Lengkung aorta berfungsi sebagai
jantung. Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung
hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esopagus berfungsi
memompa darah keseluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia
otak terletak di depan faring pada anterior (Wiryono, 2006).

Sistem ekskresi
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.
Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom
merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka pori permukaan tubuh tempat
kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya (Wiryono, 2006).

Sistem gerak
Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ-organ sederhana,
yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi dengan lingkungan hidupnya.
Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan, otot badannya yang memanjang
(longitudinal) dan otot badannya yang melingkar tebal (sirkuler) ternyata sangat berguna untuk
pergerakan (Wiryono, 2006).
Kontraksi otot longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa memanjang dan memendek.
Sedangkan kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing tanah mengembang dan
mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini menimbulkan gaya gerak kedepan. Kalau
diperhatikan kelihatan lemah, tetapi sebetulnya tidak demikian, cacing tanah termasuk relatif
kuat karena dengan susunan otot yang melingkar dan memanjang cacing tanah dapat menembus
tanah. Cacing tanah dapat mendorong suatu benda atau batu kecil yang 60x lebih berat dari
tubuhnya sendiri, tetapi bila tidak dapat didorong, tanah itu akan dimakannya dan setelah itu
bersama-sama kotoran dikeluarkan atau disembulkan melalui anus (Sayuti, 1999).
Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu pergerakan yang disebut seta, fungsinya adalah
sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya. Bila seekor cacing tanah ditarik
dari lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini disebabkan karen daya lekat seta. Alat bantu
lainnya adalah lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir pada epidermisnya. Lendir (mucus) ini
terus diproduksi untuk melapisi seluruh tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat
yang kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai
untuk memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa bergerak didalam lubang
(Sayuti, 1999).

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Tubuh cacing tanah bersegmen-segmen dan dalam tubuhnya
dapat dijumpai adanya sistem pencernaan, sirkulasi, reproduksi,
ekskresi, saraf, pernafasan yang cukup kompleks.
2) Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, dan
banyak senyawa organiknya dengan pH 6-7,2, kelembabab 15%
- 30% serta suhu 15oC-25oC.
3) Prilaku yang umum dijumpai pada cacing tanah adalah
prilaku makan, prilaku kawin, pergerakan, prilaku membuang
kotoran serta prilaku melindungi diri dari pemangsa/predator.
B. Saran
Dala penelitian ini penulis menganalisis data secara sederhana
berdasarkan referensi atau mengacu pada sumber pustaka.
Sehingga untuk menerangkan morfologi, anatomi, dan fisiologi
cacing tanah secara lebih mendalam perlu diteliti tentang
beberapa aspek terkait hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai