NIM : D1011141034
BAB I
PENDAHULUAN
Yang dimaksud dengan turap adalah konstruksi yang dapat menahan tanah
disekelilingnya, mencegah terjadinya kelongsoran, dan biasanya terdiri dari dinding turap dan
penyangganya. Konstruksi turap juga bisa disebut sebagai suatu konstruksi yang banyak
digunakan dalam rekayasa sipil bisa berupa konstruksi sederhana hingga konstruksi sangat
berat. Adapun perbedaan antara turap dan dinding penahan tanah yaitu, anatar lain :
Sedangkan Zainal dan Ir. Sri Respati. N (1955) mengemukakan bahwa turap adalah
bangunan yang dibuat untuk mencegah kelongsoran tanah disekitar daerah penggalian maupun
terjadinya rembesan air. Turap berfungsi sebagai bangunan sementara, digunakan sebagai
bangunan permanen untuk dok pada konstruksi pelabuhan. Konstruksi ini terdiri dari dinding
turap dan penyangganya.
1
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
2
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
a. Turap kayu
Dibuat dari papan ukuran tebal 3,5-5 cm dan lebarnya berkisar 25-30 cm. Umumnya
dipakai sementara, tetapi dapat juga dibuat permanen bila konstruksi berada di bawah muka air
atau diawetkan dengan zat-zat khusus. Kerugiannya ialah :
- Panjangnya terbatas
- Sulit dipancang terutama pada tanah keras
- Tidak tahan lama
Untuk mendapatkan ikatan antara bagian yang berdampingan, dibuat hubungan lidah dan alur.
b. Turap beton
Turap beton jarang dipakai karena kesulitan pembawaan dan pemancangannya.
Umumnya dicetak terlebih dahulu berupa plat lebar dengan tepi-tepinya dibentuk sebagai alur
dan lidah.
3
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
c. Turap baja
Turap jenis ini paling umum dipakai karena banyak segi keuntungannya, antara lain :
- Mudah dipancang sekalipun pada tanah yang keras
- Relatif ringan
- Lebih awet
- Mudah disambung (dapat dibuat panjang sesuai kebutuhan)
- Dapat digunakan berkali-kali
4
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
5
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
b. Turap berjangkar
Bila turap kantilever terlalu dalam pemancangannya menjadi tidak ekonomis, untuk itu
dipasang penjangkaran di dekat muka tanah. Kestabilan turap berjangkar selain didukung oleh
pemancangan ke dalam tanah juga oleh jangkar. Turap jenis ini dapat digunakan untuk menahan
tanah setinggi sampai 10 m, tetapi bila ketinggiannya melebihi 10 m dianjurkan untuk
menggunakan dua buah jangkar untuk mengurangi kedalaman pemancangan.
Pada dasarnya penggunaan jangkar disamping mengurangi dalamnya pemancangan, juga
memperkecil momen lentur dan defleksi lateral.
c. Turap yang menahan plat
Umumnya digunakan bila ada sepur atau rel dari crane di dekat daerah penurapan.
d. Anak bendungan (Cofferdam)
Turap dipancang dalam susunan berbentuk sel yang diisi dengan bahan tanah berbutir
kasar (pasir atau kerikil) dan menjadi suatu struktur yang memberi kestabilan oleh dirinya
sendiri oleh sebab gaya gravitasi .
1.4. Gaya-gaya yang bekerja pada turap
Gaya-gaya yang diperhitungkan dalam perencanaan turap ialah :
a. Tekanan tanah lateral (Tekanan aktif dan tekanan pasif)
Tekanan tanah lateral adalah gaya yang ditimbulkan akibat dorongan tanah di belakang
struktur penahan tanah. Bagian bangunan yang menahan tanah harus direncanakan untuk dapat
menahan tekanan tanah sesuai dengan ketentuan yang ada.
Besarnya tekanan tanah dalam arah lateral ditentukan oleh :
- Besarnya koefisien tekanan tanah aktif, pasif dan keadaan diam
- Besarnya kohesi tanah
- Besarnya beban yang bekerja pada permukaan tanah timbunan
Ada beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisis besarnya tekanan-tekanan
tanah lateral tersebut. Antara lain teori Rankine (1857) dan teori Coulomb (1776). Dalam
laporan ini digunakan teori Rankine (1857), beberapa anggapan dalam analisis tekanan tanah
cara Rankine (1857) adalah :
6
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
- Sudut tanah timbunan dengan horisontal (β) sama dengan sudut tekanan tanah aktif dengan
normalnya.
- Keruntuhan pada struktur penahan tanah dianggap sebagai masalah dua dimensi dengan
memperhatikan panjang satuan dari dinding penahan yang panjangnya tak terhingga.
Teori dari Rankine (1857) tentang koefisien tekanan tanah aktif dan pasif dapat ditulis
dengan persamaan sebagai berikut :
Dimana :
7
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
pada sebelah dimana air berada biasanya diacu sebagai garis galian (dredge line). Berdasarkan
hal ini terdapat dua macam metode konstruksi dinding turap, yaitu :
a. Struktur urugan (backfilled structure)
b. Struktur galian (dredged structure)
8
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
9
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
Pada diagram, posisi titik d adalah sedemikian rupa sehingga turap dalam keadaan
setimbang akibat gaya P, diagram odf dan ecf. Posisi D ini ditentukan dengan cara trial and
error.
Dari diskusi di atas dapat kita simpulkan bahwa turap kantilever memperoleh
kestabilannya akibat tekanan pasif di kedua pihak. Namun demikian, distribusi tekanan tanah
pada tanah berbutir kasar dan tanah berbutir halus berbeda. Untuk itu analisa pada kedua jenis
tanah ini kita pisahkan. Adapun prinsip perhitungan turap yaitu antara lain :
1. Menentukan kedalaman penanaman turap
a. Jumlah momen ke titik putar sama dengan NOL
b. Menggunakan metode Blumn
c. Berdasarkan zona tekanan aktif dan tekanan pasif dari buku Braja M. Das.
2. Menentukan Momen Maksimum yang terjadi pada turap
3. Menentukan profil turap yang dipakai
10
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
BAB II
DINDING TURAP BERJANGKAR
Bilamana pemancangan terlalu dalam maka tidak ekonomis. Jika tinggi material
timbunan di belakang turap kantilever lebih dari 6 m maka lebih ekonomis jika di bagian atas
turap kantilever diberi anchor plates, anchor walls atau anchor piles. Adanya anchor akan
mengurangi kedalaman penetrasi sheet pile dan mengurangi luas permukaan dan tinggi sheet
pile yang diperlukan konstruksi, tetapi tie rod dan anchor harus didesain dengan sangat hati-
hati. Adapun perencanaan turap berjangkar meliputi :
Cara analisa adalah berdasarkan keadaaan dan sifat tumpuan pada bagian bawah
pemancangan yang dapat bersifat jepit atau tumpuan. Oleh sebab itu terdapat dua metode :
11
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
Gambar 3.1. Variasi defleksi dan momen pada dinding turap berjangkar dengan metode
perletakan bebas
12
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
Diagram distribusi tekanan bersih di atas garis galian akan sama seperti yang
ditunjukkan pada materi dinding turap kantilever dengan muka air tanah pada pasir.
Di bawah garis galian, tekanan bersih akan sama dengan nol pada kedalaman z = (L1 +
L2 + L3). Hubungan untuk L3 dapat diberikan dengan persamaan :
atau
(z – L) = L3 =
Perlu dicatat bahwa kemiringan garis DEF adalah 1 vertikal ke γ’(Kp – Ka) horisontal.
13
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
Dengan menjumlahkan gaya-gaya dalam arah horisontal (per satuan panjang dinding), Luas
diagram tekanan ACDE – luas EBF – F = 0
Dimana F = gaya tarik pada batang penguat per satuan panjang dinding turap, atau P –
½ L4 – F = 0 Atau F = P – ½ [γ’(Kp – Ka)] L42 (5)
Atau
(6)
Persamaan di atas dapat diselesaikan dengan cara trial and error untuk mendapatkan kedalaman
teoretis (L4).
Kedalaman teoretis dinaikkan sekitar 30% – 40% untuk mendapatkan kedalaman yang
diaktualkan pada pekerjaan konstruksi.
Langkah demi langkah pada prosedur yang diajukan sebelumnya, faktor keamanan dapat
dipakaikan pada Kp pada permulaan perhitungan yaitu, Kp(rencana) = Kp/FK. Jika ini dipakai,
maka tidak perlu penambahan kedalaman teoritis.
Momen maksimum pada turap akan terjadi pada kedalaman diantara z = L1 ke z = L1 + L2.
Kedalaman z ini merupakan kedalaman pada gaya geser sama dengan nol, sehingga momen
maksimum dapat dihitung dengan persamaan berikut :
14
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
(8)
Kalau nilai z telah ditentukan, maka besaran momen maksimum dapat dengan mudah diperoleh.
2.1.2. Metode perletakan bebas (free earth support) pada tanah lempung
Gambar 3.3. menunjukkan sebuah turap berjangkar yang ditanamkan pada lapisan
lempung, sedangkan tanah dibelakang turap adalah tanah granular. Diagram distribusi tekanan
di atas garis galian adalah mirip dengan dinding turap kantilever dengan muka air tanah pada
tanah lempung.
F = P1 – p6 . D (10)
Dimana:
15
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
(11)
Sebagaimana dalam bagian sebelumnya, momen maksimum dalam kasus ini akan terjadi pada
kedalaman L1 < z < L1 + L2.
Kedalaman dimana gaya geser sama dengan nol (berarti momen akan menjadi maksimum)
dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :
Gambar 3.4. Variasi defleksi dan momen pada dinding turap berjangkar dengan metode
perletakan jepit
16
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
Dalam menggunakan metode perletakan jepit (fixed earth support), diasumsikan bahwa
kaki dinding turap tidak diperbolehkan mengalami rotasi (terjepit), seperti diperlihatkan pada
Gambar 3.4.
Diagram distribusi tekanan lateral bersih untuk kondisi ini juga diperlihatkan pada
gambar yang sama. Di dalam solusi metode ini, bagian bawah dari diagram distribusi tekanan
yaitu HFH’GB digantikan oleh sebuah beban terpusat P’. Untuk menghitung L4, sebuah
penyelesaian sederhana yang disebut dengan solusi balok ekivalen (equivalent beam solution)
umumnya digunakan. Untuk memahami solusi balok ekivalen ini, perhatikanlah titik I, yang
merupakan titik perubahan bentuk defleksi dinding turap. Pada titik ini, kepala tiang dapat
diasumsikan sebagai sendi sehingga momen lentur menjadi nol. Jarak vertikal antara titik I dan
garis galian adalah sama dengan L5. Blum (1931) telah memberikan solusi matematis antara
L5 dan L1 + L2. [Gambar 3.5(d)] adalah hasil plot L5/(L1+L2) vs. sudut geser tanah (ϕ).
17
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
Gambar 3.5. Dinding turap berjangkar dengan metode perletakan jepit (fixed earth spport)
pada pasir
Dengan mengetahui nilai ϕ dan L1 + L2, maka besar L5 dapat ditentukan. Bagian turap
[Gambar 3.5(c)] di atas titik I dapat diperlakukan sebagai sebuah balok yang menahan tekanan
lateral tanah melalui gaya jangkar F (kN/m) dan gaya geser P’’ (kN/m). Gaya geser P’’ dapat
dihitung dengan mengambil momen di titik O’ (yaitu tepat di kedudukan jangkar). Sekali nilai
P’’ diketahui, maka panjang L4 dapat diperoleh dengan mengambil momen di titik H (lihat
diagram bawah dari [Gambar 3.5(c)]). Kedalaman penetrasi D, kemudian dapat ditentukan
sebagai 1.2 sampai 1.4 (L3+L4).
18
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
Untuk diagram yang digambar pada Langkah 6, ambil momen di titik O’ untuk menghitung P’’.
7. Dengan mengetahui P’’, gambarkan diagram distribusi tekanan untuk bagian turap yang
berada di antara titik I dan H, seperti pada [Gambar 3.5(c)]. Perlu dicatat bahwa dalam
diagram ini p2’’’ adalah sama dengan γ' (Kp – Ka)(L4).
8. Untuk diagram pada Langkah 8, ambillah momen di titik H untuk menghitung L4.
9. Menghitung D = 1,2 hingga 1,4 Dteori.
2.3. Macam – macam penjangkaran
Jangkar yang digunakan pada turap secara umum dapat di bagi sebagai berikut :
1. Plat dan balok (balok berat) jangkar
2. Batang penguat di belakang turap (tie backs)
3. Tiang jangkar vertikal
4. Balok jangkar yang didukung oleh tiang-tiang miring (tekan dan tarik)
Plat dan balok jangkar biasanya terbuat dari beton jadi [Gambar3.6.a]. Jangkar
dihubungkan ke turap dengan menggunakan batang penguat (tie rods). Sebuah waling wale
ditempatkan pada bagian depan atau belakang turap untuk memudahkan penempatan batang
penguat pada dinding turap. Untuk mencegah batang penguat berkarat, biasanya batang ini
dilapisi dengan cat atau bahan-bahan dari aspal.
Pada waktu pemasangan batang-batang penguat di belakang turap, batang atau kabel
ditempatkan di dalam lubang-lubang yang dibor terlebih dahulu [Gambar 3.6.b], lalu digruting
dengan beton (kabel biasanya berkekuatan tinggi atau tendon baja prategang). Gambar 3.6.c
dan 3.6.d menunjukkan tiang jangkar vertikal dan balok jangkar dengan tiang-tiang miring.
19
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
20
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
rol (kondisi1), sendi (kondisi 2 Metoda Free Earth Support ) dan jepit (kondisi 3
Metoda Fix Earth Support )
21
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
22
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
23
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
BAB IV
DIMENSI TURAP
Untuk menentukan dimensi turap kita harus terlebih dahulu mencari momen maksimum
(Mmax). Kemudian dengan rumus dibawah ini kita akan mendapatkan nilai section modulus (s).
𝑀𝑚𝑎𝑥
𝑠=
𝜎̅
Berdasarkan nilai section modulus kita dapat menentukan profil baja yang akan
digunakan untuk dinding turap yang kita desain. Dibawah ini merupakan contoh table profil
baja tipe Z beserta tegangan ijinnya (𝜎̅) .
24
REKAYASA PONDASI II RIYAN DIKA FAJAR
NIM : D1011141034
25