DINAS KESEHATAN
UPT PUSKESMAS KERSAMENAK
Jl. Cikamiri Ds. Kersamenak Kec.Tasrogong Kidul Kab. Garut
E-mail : puskesmaskersamenak@gmail.com
I.PENDAHULUAN
Undang – undang kesehatan nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan
menyatakan bahwa upaya pembangunan Nasional diarahkan guna tercapainaya
kesadaran,kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk
agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Kesehatan Indera penglihatan dan pendengaran adalah hal yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Depkes RI telah
membuat Rencana Strategis Nasional dalam Penanggulangan Gangguan
Penglihatan/Kebutaan ( PGPK ) dan Penanggulangan Gangguan Pendengaran
/Ketulian ( PGPKT ) dengan sasaran prioritas yang harus ditangani.Untuk masalah
gangguan penglihatan yang saat ini merupakan penyebab utama kebutaan di
masyarakat adalah : Katarak , Glaukoma , Kelainan Refraksi , dan
Xeroftalmia.Untuk masalah gangguan pendengaran yang menyebabkan gangguan
pendengaran dan ketulian di masyarakat adalah : Tuli akibat infeksi telinga tengah
( OMSK =Otitis Media supuratif Khronik ), Tuli bawaan/Kongenital, Tuli akibat
pemaparan bising (NIHL ), Tuli pada Usia lanjut ( Presbikusis)
II.LATAR BELAKANG.
Salah satu fungsi Puskesmas adalah sebagai penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran ,kemauan
dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat ,sehingga terwujud
derajat kesehatan yang optimal.Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan
penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Indera penglihatan
sangat menentukan kualitas sumber daya manusia ( SDM ).Indera penglihatan dan
pendengaran sangat menentukan kualitas sumber daya manusia,karena 83 %
informasi sehari-hari masuk melalui indera penglihatan dan 11% melalui indera
pendengaran,indera penciuman 3,5 %, indera peraba 1,5 % dan indera pengecap
1,0 %.Dari hasil survey kesehatan Indera penglihatan dan pendengaran yang
dilakukan di 8 ( delapan ) Provinsi menunjukkan bahwa prevalensi kebutaan di
Indonesia sebesar 1,5 %.Menurut W.H.O. prevalensi kebutaan yang melebihi 1 %
,penanganan masalahnya bukan hanya masalah medis saja tetapi suadh
merupakan masalah sosial yang perlu ditangani secara Lintas program dan Lintas
Sektor.Saat ini,penyumbang angka kebutaan tertinggi disebabkan oleh Katarak
yaitu sebesar ( 0,78% ),selanjutnya Glaukoma sebesar ( 0,20 % ),kelainan refraksi
( 0,14%) dan penyakit lain yang berhubungan dengan usia lanjut ( 0,38 %).Hasil
survey untuk gangguan pendengaran/ketulian, penyebab terbanyak disebabkan
oleh : Serumen prof sebesar ( 3,6 %),OMSK sebesar ( 3,1 % ),prebikusis ( 2,6 %
),ototoksisitas sebesar ( 0,3 %),
Dengan meningkatnya penemuan kasus kelainan refraksi di masyarakat
dan anak sekolah pada tahun 2015 sebanyak 251 kasus , ini menunjukkan bahwa
masih banyak angka kejadian kelainan refraksi di masyarakat dan di sekolah yang
belum terdeteksi.Kelainan Refraksi adalah keadaan dimana bayangan tegas tidak
terbentuk pada retina ( makula lute atau bintik kuning ) sehingga terjadi ketidak
seimbangansistim optik pada mata yang menghasilkan bayangan yang kabur.
Mengingat jalur informasi utama ditangkap oleh mata ( 83,% )dan kemampuan
penglihatan yang optimal hanya berkembang sampai usia 9 tahun,maka
keterlambatan untuk melakukan koreksi refraksi dapat menyebabkan
berkurangnya kemampuan menyerap materi pembelajaran serta potensi untuk
meningkatkan kecerdasannya ( 30 % dengan melihat dan 50 % dengan melihat
dan mendengar ).Pada kelainan refraksi seperti miopi tinggi terjadi degenerasi
ringan syaraf mata yang dapat menyebabkan kebutaan. Gangguan penglihatan
akibat kelainan refraksi dengan prevalensi sebesar 22,1 % juga menjadi masalah
yang serius.Sementara 10 % dari 66 juta anak usia sekolah ( 5- 19 tahun
)menderita kelainan refraksi.Sampai saat ini angka pemakaian kacamata koreksi
masih rendah yaitu 12,5 % dari prevalensi.Ada beberapa kasus pada masyarakat
akibat ketidaktahuan masyarakat atas kebiasaan atau perilaku sehari – hari yang
ternyata ada pengaruhnya pada kesehatan inderanya seperti :membaca ditempat
yang gelap ,jarak baca yang terlalu dekat ( jarak baca minimal 30 cm ).Hal ini
dapat dicegah dengan meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
melalui kegiatan penyuluhan di sekolah/masyarakat.
III. TUJUAN
A. Tujuan Umum:
Menurunkan angka kejadian gangguan kesehatan indera dalam rangka mencapai
Vision 2020-The Right To Sight dan Sound hearing 2030-Better Hearing For All.
B. Tujuan khusus
1.1.Teridentifikasinya besaran masalah kesehatan Indera.
1.2.Penemuan kasus refraksi pada anak sekolah, penanganan kasus,dan
sistem rujukan
1.3.Pengobatan dengan kacamata koreksi pada siswa dengan kelainan refraksi
1.4.Terlaksananya pelayanan untuk meningkatkan cakupan.
1.5. Meningkatkan peran serta dan pemberdayaan masyarakat dalam
penanggulangan Kesehatan Indera.
V.SASARAN
1.Anak sekolah : SD- SMP- SMA yang ada di wilayah kerja UPT Puskesmas
Kersamenak Kecamatan Tarogong Kidul Kab Garut.
3 SDN 3 Kersamenak
4 SDN 1 Sukabakti
5 SDN 2 Sukabakti
SDN 1 Cibunar
6
7 SDN 2 Cibunar
8 MI Izhhaaruul Haq
MI Nurul Fatah
9
10 MI Al Anwary
15 SMP Assalam
16 SMK Assalam
SMP Al Anwary
17
18 SMA Al Anwary
20 SMK IPMAN
SMPN 5 Tarkid
21