PEMERINTAHAN ISLAM
[KHILAFAH]
YULIANA
HANIAH
MA AISYIYAH SUNGGUMINASA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah swt. Yang telah memberikan
rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini.
Adapun yang menjadi judul makalah kami adalah “Sistem Pemerintahan
Islam[khilafah] ” yang di dalamnya memuat tentang Defenisi sistem pemerintahan
Islam, Apa dasar-dasar pemerintahan Islam, dan Sistem Pemerintahan dalam Islam
serta Keunggulan Sistem Pemerintahan Islam.
Tujuan saya menulis makalah ini adalah yang utama untuk memenuhi tugas
dari guru saya yaitu ” Rosmawati m.pd ” dalam mata pelajaran FIKIH
Jika dalam penulisan makalah terdapat berbagai kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan, maka kepada para pembaca, penulis memohon maaf sebesar-
besarnya atas koreksi-koreksi yang telah dilakukan. Hal tersebut semata-mata agar
menjadi suatu evaluasi dalam pembuatan makalah ini.
Mudah-mudahan dengan adanya pembuatan makalah ini dapat memberikan
manfaat berupa ilmu pengetahuan yang baik bagi penulis maupun bagi para pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Penulisan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
A. Defenisi sistem pemerintahan Islam 2
B. Dasar-Dasar Pemerintahan Islam
C. Sistem Pemerintahan dalam Islam
D. Keunggulan Sistem Pemerintahan Islam
BAB III PENUTUP 9
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
DAFTAR PUSTAKA 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pemerintahan dalam islam berbeda dengan sistem pemerintahan yang
lain. Perbedaan itu meliputi dasar pemerintahan, bentuk pemerintahan, struktur
pemerintahan, dan sebagainya. Sistem pemerintahan Islam adalah sistem
pemerintahan yang menggunakan Al Quran dan Sunnah sebagai rujukan dalam semua
aspek hidup, seperti dasar undang-undang, mahkamah perundangan, pendidikan,
dakwah dan perhubungan, kebajikan, ekonomi, sosial, kebudayaan dan penulisan,
kesehatan, pertanian, sain dan teknologi, penerangan dan peternakan.
Dasar negaranya adalah Al Quran dan Sunnah. kepala negaranya disebut
Khalifah, Para pemimpin dan pegawai-pegawai pemerintahannya adalah orang-orang
baik, bertanggung jawab, jujur, amanah, adil, faham Islam, berakhlak mulia dan
bertakwa. Dasar pelajaran dan pendidikannya ialah dasar pendidikan Rasulullah, yang
dapat melahirkan orang dunia dan orang Akhirat, berwatak abid dan singa, bertugas
sebagai hamba dan khalifah ALLAH.
B. Rumusan Masalah
A. Apa Defenisi sistem pemerintahan Islam?
B. Apa Dasar-Dasar Pemerintahan Islam?
C. Bagaiamana Sistem Pemerintahan dalam Islam ?
D. Bagiamana Keunggulan Sistem Pemerintahan Islam ?
C. Tujuan
A. Untuk Mengetahui Defenisi sistem pemerintahan Islam?
B. Untuk Mengetahui dasar-dasar pemerintahan Islam?
1
C. Untuk Mengetahui Sistem Pemerintahan dalam Islam ?
D. Untuk Mengetahui Keunggulan Sistem Pemerintahan Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
2
C. Sistem Pemerintahan dalam Islam
Adapun sistem pemerintahan yang pernah diperaktekan dalam islam, sangat terkait
dengan kondisi kontekstual yang dialami oleh masing-masing ummat. Dalam rentang waktu
yang sangat panjang sejak abad ke-7 Masehi hingga sekarang, ummat islam pernah
mempraktekkan beberapa sistem pemerintahan yang meliputi sistem pemerintahan khilafah
(Khalifah berdasarkan syurra dan khalifah berdasarkan Monarrki), imamah, monarki dan
demokrasi.
1. Sistem Pemerintahan Khilafah
Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslim di dunia.
Khilafah bertanggung jawab menerapkan hukum Islam, dan menyampaikan risalah
Islam ke seluruh muka bumi. Khilafah terkadang juga disebut Imamah ; dua kata ini
mengandung pengertian yang sama dan banyak digunakan dalam hadits-hadits shahih.
Khilafah adalah pemerintahan islam yang tidak dibatasi oleh wilayah teritorial,
sehingga kekhalifahan islam meliputi berbagai suku dan bangsa. Ikatan yang
mmempersatukan kekhalifahan adalah islam sebagai agama. Pada intinya,
kekhalifahan adalah kepeminpinan umum yang mengurusi agama dan kenegaraan
sebagai wakil dari Nabi SAW. Dalam bahasa Ibn Khaldun, kekhalifahan adalah
kepeminpinan umum bagi kaum muslimin diseluruh penjuru dunia untuk menegakkan
hukum-hukum syari’at silam dan memikul da’wah islam keseluruh dunia.
Menegakkan khalifah adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin diseluruh
penjuru dunia. Dan menjalankan kewajiban yang demikian itu, sama dengan
menjalankan kewajiban yang diwajibkan Allah bagi setiap kaum muslimin.
Berdasarkan Ijma’ Sahabat, wajib hukumnya mendirikan kekhalifahan. Setelah
Rasulullah SAW wafat, mereka sepakat untuk mendirikan kekhalifahan untuk Abu
Bakar, kemudian Umar, Ustman dan Ali, sesudah masing-masung dari ketiganya
wafat.
Para sahabat telah bersepakat sepanjang hidup mereka atas kewajiban untuk
mendirikan kekhalifahan, meski mereka berbeda pendapat tentang orang yang akan
dipilih sebagai khalifah, tetapi mereka tidak berbeda pendapat secara mutlak
mengenai berdirinya kekhalifahan. Oleh karena itu, kekhalifahan (khilafah) adalah
penegak agama dan sebagai pengatur soal-soal duniawi dipandang dari segi agama.
Orang yang menjalankan tugas itu disebut Khalifah.
Khilafah Berdasarkan Syura
Sistem pemerintahan islam berdasarka syura pernah dipraktekkan pada masa al-
Khulafa al-Rasyidun ketika mereka memerintah islam dibeberapa kawasan yang
didasarkan pada sistem musyawarah sebagai paradigma dasar kekuasaan.Abu Bakar
Al-Shiddiq, umar bin al-Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib telah
menjalankan sistem pemerintahan yang dilandasi oleh semnagat musyawarah.
Ciri yang menonjol dari sistem pemerintahan yang mereka jalankan terletak pada
mekanisme musyawarah, bukan dengan sistem keturunan. Tidak ada satupun dari
empat khalifah tersebut yang menurunkan kekuasaanya kepada sanak kerabatnya.
Musyawarah menjadi jalan yang ditempuh dalam menjalankan kekuasaan sesuai
dengan apa yang dijalankan Rasulullah SAW.
2. Imamah
Kunci utama Imamah dalam politik syi’ah adalah terletak pada posisi imam.
Karena status politik dari para imam adalah bagian yang esensial dalam mazhab
Syi’ah Imamiyah. Mereka dianggap penerus yang dari nabi Muhammad SAW dan
mereka percaya bahwa setiap penerus harus ditunjuk oleh Allah SWT melalui
nabinya. Para Imam dianggap sebagai penerus nabi dan pewaris yang sah dari
otoritasnya.
4
Hal ini bukan dikarenakan mereka dari keluarganya, tetapi karena mereka
merupakan orang-orang yang shaleh taat kepada Allah dan mempunyai karakteristik
yang menjadi prasyarat untuk mengemban tingkat kepemimpinan politik agama.
Demikian juga mereka tidak ditunjuk melalui konsensus rakyat.
Imamah adalah Institusi yang dilantik secara ilahiyah, hanya Allah yang paling
tau kualitas-kualitas yang diperlukan untuk memenuhi tugas ini, oleh karena itu hanya
Dia-lah yang mampu menunjuk mereka. Syi’ah menganggap bahwa Imamah seperti
kenabian, menjadi kepercayaan yang fundamental, dan ketaatan kepada otoritas imam
adalah sebuah kewajiban agama. Meski para Imam tidak menerima wahyu ilahi,
namun para imam mempunyai kualitas, tugas, dan otoritas dari nabi.
Konsep politik Syi’ah yang berpusat pada Imam (yang kemudian diterjemahkan
menjadi wilayat al- afqih) diterjemahkan dalam periode modern dalam bentuk negara
Iran. Iran menjadi penjelmaan politik Syi’ah setelah revolusi Islam Iran tahun 1979
yang dipimpin oleh Imam Khomeini.
Pertama:
sistem politik Islam mengaitkan aspek keamanan dengan aspek ruhiah. Rasul berkali-
kali menegaskan bahwa di antara ciri Muslim yang baik adalah Muslim yang
tetangganya selamat dari lisan dan tangannya. Penjagaan keamanan dikaitkan dengan
pahala dan siksa. Akibatnya, muncullah dorongan takwa dalam diri individu untuk
senantiasa mewujudkan keamanan, baik bagi diri, masyarakat, maupun negara.
Kekuatan internal inilah yang mengokohkan terwujudnya keamanan.
Kedua:
mengharuskan masyarakat untuk menjaga keamanan dan bersikap keras kepada
perusak keamanan. Setiap kemungkaran yang ada, termasuk gangguan tehadap
keamanan, diperintahkan untuk dihilangkan oleh siapapun yang melihatnya; baik
dengan kekuatan, lisan, ataupun dengan hati melalui sikap penolakan.
Ketiga:
makna kebahagiaan yang khas. Allah Swt. telah menetapkan makna kebahagiaan
adalah tercapainya ridha Allah. Berbagai limpahan materi hanyalah kepedihan jika
jauh dari ridha Allah. Untuk apa memiliki kekuasaan jika digunakan untuk
menjauhkan diri dan masyarakat dari ridha Allah. Walhasil, mafhûm kebahagiaan
demikian mendorong setiap orang untuk mengejar ridha Allah dengan menaati-Nya.
Salah satunya adalah memberikan keamanan bagi orang lain.
Keempat:
menutup pintu kriminal. Salah satu pintu datangnya gangguan keamanan adalah
tindak kriminal. Dalam konteks ini, Islam mencegahnya dengan jitu. Allah Swt.
melarang tindak kriminal dengan motif apapun, termasuk untuk kepentingan politik.
Sistem politik Islam tidak mengenal paham machiavelis (menghalalkan segala cara).
Siapapun diharamkan mencuri, merampok, membunuh, merampok harta negara,
korupsi, mengintimidasi rakyat, dll. Islam juga mengharamkan zina dan perkosaan.
Tidak ada cerita dalam Islam yang mentoleransi menggunakan perempuan sebagai
umpan dan modal dalam transaksi ekonomi maupun bargaining politik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan keterangan di atas, dapat di simpulkan bahwa sitem pemerintahan
yang di praktekkan negara islam telah mengalami berbagai model sistem
pemerintahan yang dimulai sejak abad ke-7 hingga sekarang, mulai dari sistem
pemerintahan khilafah, Khalifah berdasarkan syura, khalifah berdasarkan Monarki,
imamah, demokrasi, monarki dan monarki konstitusional, yang mana dari sekian
sistem pemerintahan tersebut islam pernah meraih kejayaan.
Dari sedikit pembahasan di atas tentang sistem pemerintahan Islam atau yang
sering di sebut dengan Khilafah merupakan suatu susunan pemerinahan yang diatur
menurut ajaran agama Islam. Sistem pemerintahan Islam merupakan suatu perintah
dari Allah swt. Maka jelaslah hukumnya adalah wajib yang dikuatkan dengan dalil al-
Quran dan al-Hadits.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan,
masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan
penyusunannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA