Anda di halaman 1dari 169

TESIS

PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU
PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
TOL NUSA DUA – NGURAH RAI - BENOA

MADE BAYU SAMBIRA TEJA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

1
2

TESIS

PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU
PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
TOL NUSA DUA – NGURAH RAI - BENOA

MADE BAYU SAMBIRA TEJA


NIM 1091561008

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
3

PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA TERHADAP PERILAKU
PEKERJA KONSTRUKSI PADA PROYEK JALAN
TOL NUSA DUA – NGURAH RAI - BENOA

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister


Pada Program Magister, Program Studi Teknik Sipil,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

MADE BAYU SAMBIRA TEJA


NIM 1091561008

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
4

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 11 AGUSTUS 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS Ir. Gede Astawa Diputra, MT


NIP. 19580305 198601 1 001 NIP. 19580916 198702 1 001

Mengetahui:

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Direktur


Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana Universitas Udayana

I Putu Alit Suthanaya, ST, MEngSc. Ph.D Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi,Sp.S(K)


NIP. 19690805 199503 1 001 NIP. 19590215 198510 2 001
5

Lembar Penetapan Panitia Penguji

Tesis Ini Telah Diuji Pada


Tanggal 6 Agustus 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana


No. 2337/UN.14.4/HK/2015 Tanggal 3 Agustus 2015

Ketua : Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS

Anggota :

1. Ir. Gede Astawa Diputra, MT

2. Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA

3. Ir. Mayun Nadiasa, MT

4. Ir. I Wayan Yansen, MT


6

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Made Bayu Sambira Teja

NIM : 1091561008

Program Studi : Magister Teknik Sipil

Judul Tesis : Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi pada

Proyek Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun

2010 dan Peraturan perundangan yang berlaku.

Denpasar, 6 Agustus 2015


Yang menyatakan,

Made Bayu Sambira Teja


7

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa /
Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas asung kertha wara nugraha-Nya, tesis
ini dapat diselesaikan.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Ir. I Nyoman Sutarja, MS selaku
Pembimbing Utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada
penulis. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Ir. Gede
Astawa, MT selaku Pembimbing Kedua, yang telah memberikan motivasi, saran
dan pengalaman kepada penulis. Kepada Bapak Putu Kertajaya, selaku PSMK3L
dari PT. Hutama Karya pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa, yang
telah banyak berkontribusi kepada penulis, baik dalam pemberian data penunjang
untuk penyelesaian Tesis ini, maupun dalam hal berbagi pengalaman dan
informasi.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana
Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan
Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
Ucapan terima kasih ini juga disampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana
Universitas Udayana Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan
yang diberikan kepada penulis sebagai mahasiswa magister pada Program
Pascasarjana Universitas Udayana.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para dosen penguji yaitu;
Dr. Ir. I Gusti Agung Adnyana Putera, DEA, Ir. Mayun Nadiasa, MT, Ir. I Wayan
Yansen, MT. yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan dan koreksi,
sehingga tesis ini dapat terwujud. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan melalui team manajemen Program Pascasarjana yang telah
member bantuan finansial dalam bentuk BPPS sehingga meringankan beban
dalam menyelesaikan pendidikan ini.
8

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada


dosen-dosen dan pegawai Program Magister Program Studi Teknik Sipil, yang
telah membantu penulis selama mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana
Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada rekan kerja dan
rekan sejawat yang ikut membantu dalam melancarkan penyelesaian penulisan ini.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada kedua orang
tua yang selalu memberikan doa serta dukungan moral dan spiritual, kakak yang
selalu memberikan motivasi dan saran-saran. Akhirnya penulis sampaikan terima
kasih kepada istri serta anak tercinta, yang terus-menerus memberikan perhatian
dan dukungan kepada penulis.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu melimpahkan nugraha-Nya
kepada semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu
pelaksanaan penyelesaian Tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga.
9

ABSTRAK

PENGARUH PENGETAHUAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN


KERJA TERHADAP PERILAKU PEKERJA KONSTRUKSI PADA
PROYEK JALAN TOL NUSA DUA - NGURAH RAI - BENOA

Terdapat ketidaksesuaian antara pemahaman pengetahuan Keselamatan


dan Kesehatan Kerja (K3) dengan penerapan perilaku pekerja konstruksi pada
Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3, dimana
proyek jalan tol ini dibangun di atas laut. Ada pekerja yang tidak sadar
berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang bekerja dengan tidak
aman meskipun sudah tahu bagaimana seharusnya bekerja secara aman, dan ada
juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu pengarahan dan
bimbingan. Untuk itu, perlu diketahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap
perilaku pekerja konstruksi dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi
dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme alat pelindung diri, sarana dan
prasarana, serta risiko K3.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Nonprobability Sampling
dengan metode Sampling Insidental. Data penelitian diambil dari penilaian
jawaban responden terhadap kuisioner oleh pekerja yang dijadikan sampel
penelitian. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan K3 dengan perilaku pekerja. Analisis regresi digunakan untuk
menjelaskan pengaruh aspek pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja
konstruksi secara bersama-sama dengan analisis regresi linier berganda maupun
parsial dengan analisis regresi linier sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi yang
positif dan rendah antara pengetahuan K3 dengan perilaku pekerja. Dari aspek-
aspek pengetahuan K3, maka aspek mekanisme penggunaan alat pelindung diri
dan pemanfaatan sarana prasarana di tempat kerja berpengaruh secara
positif/berbanding lurus dan tidak signifikan, sedangkan aspek pemahaman akan
definisi dan inisiasi, pemahaman sistem manajemen K3 dan pemahaman akan
risiko berpengaruh secara negatif/berbanding terbalik dan tidak signifikan
terhadap penerapan pekerja konstruksi dalam berperilaku aman dan selamat.

Kata kunci : Pengetahuan K3, Perilaku Pekerja, Proyek Jalan Tol


10

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY


KNOWLEDGE ON CONSTRUCTION WORKER BEHAVIOR IN
NUSA DUA-NGURAH RAI – BENOA TOLL ROAD PROJECT

There is incompatibility between the understanding of Occupational


Health and Safety (OHS) knowledge with the application of construction workers
behavior on the Nusa Dua - Ngurah Rai - Benoa Toll Road Project Pack 3, where
the toll road project was built above the sea. There are workers who work with
unsafe although they already know how it should work safely, and there are also
workers who found himself competent, but need direction and guidance.
Therefore, need to know the influence of occupational health and safety
knowledge on construction workers behavior seen from several aspects such as
definitions and initiation, management systems, mechanisms of personal
protective devices, facilities and infrastructure, as well as the risk of OHS.
The sampling technique used Non probability sampling with Incidental
Sampling method. Data were taken from the assessment of respondents' answers
to the questionnaire by workers sampled in the research. Correlation analysis is
used to determine the relationship between knowledge of OHS with worker
behavior. Regression analysis was used to explain of the knowledge of OHS
aspects influence on construction workers behavior together by using the multiple
linear regression analysis and partial by using simple linear regression analysis.
The research result showed that there is a positive correlation between
knowledge of OHS with worker behavior. In term of the OHS knowledge aspects,
the use of personal protective devices mechanism aspects and utilization of
facilities and infrastructure at work site affect positively / directly proportional
and not significant, while aspects understanding of the definition and initiation,
understanding of the OHS management system and an understanding of the risks
effect Negative / inversely and not significant on the application of construction
workers behavior in a secure and safe.

Keywords : Knowledge of OHS, Workers Behavior, Toll Road Project


11

DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL DALAM ……………………………………………………....... i
PRASYARAT GELAR ………………..………………………………... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..………………………………………….... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ………….……………………….... iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT …….………………….... v
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………….... vi
ABSTRAK …………………………………………………………… viii
ABSTRACT …………………………………………………………… ix
DAFTAR ISI ………………………………………………………….... x
DAFTAR TABEL …………………………………………………… xiv
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… xv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xvi

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1


1.1 Latar Belakang …………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………….. 5
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….. 5
1.3.1 Tujuan Umum Penelitian …………………………….. 5
1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian …………………………….. 5
1.4 Manfaat Penelitian …………………………………………….. 6
1.4.1 Manfaat Praktis …………………………………………….. 6
1.4.2 Manfaat Akademis …………………………………….. 6
1.5 Batasan Masalah …………………………………………….. 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………….. 8


2.1 Filosofi K3 …………………………………………………….. 8
2.2 Sistem Manajemen K3 (SMK3) …………………………….. 10
2.2.1 Pengertian SMK3 …………………………………….. 11
12

2.2.2 Tujuan SMK3 …………………………………………….. 13


2.2.3 Proses SMK3 …………………………………………….. 14
2.3 Tujuan dan Manfaat K3 …………………………………….. 16
2.4 Kecelakaan dan Keselamatan Kerja …………………………….. 16
2.4.1 Konsep Kecelakaan …………………………………….. 16
2.4.2 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan …………………….. 17
2.4.3 Filosofi Keselamatan …………………………………….. 20
2.4.4 Persyaratan Keselamatan Kerja …………………………….. 21
2.5 Alat Pelindung Diri (APD) …………………………………….. 22
2.6 Kesehatan Kerja …………………………………………….. 28
2.6.1 Kesehatan Lingkungan …………………………………….. 28
2.6.2 Kesehatan Kerja ……………………..………………..…….. 29
2.6.3 Pengelolaan Sampah …………………………………….. 29
2.6.4 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah ……………………... 34
2.7 Manajemen Proyek Konstruksi……………….………………….. 36
2.7.1 Definisi Proyek …………….……………….…………….. 36
2.7.2 Definisi Manajemen Proyek ……..…………………….. 37
2.7.3 Macam – Macam Proyek…………………………………….. 38
2.7.4 Ukuran Proyek …………………………..……………….. 39
2.7.5 Pandangan Terhadap Manajemen Proyek …………….. 40
2.8 Manajemen Risiko ………………...………………………….. 41
2.8.1 Konsep Risiko …………………………………………….. 41
2.8.2 Manajemen Risiko K3 …………………………………….. 41
2.8.3 Konsep HIRARC dalam Manajemen Risiko …………….. 42
2.9 Konsep Perilaku …………………………………………….. 43
2.9.1 Definisi Umum Perilaku ………………………...….. 43
2.9.2 Motivasi dalam Perilaku ……………………...…….. 44
2.9.3 Tujuan dalam Perilaku …………………………………….. 45
2.9.4 Hubungan Perilaku K3 dengan Budaya K3 …………….. 48
2.10 Kajian Analisis Data ……………………………………………. 49
2.10.1 Populasi dan Sampel …………………………………… 49
13

2.10.2 Teknik Sampling …………………………………… 51


2.11 Uji Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Penelitian ……. 51
2.11.1 Validitas …………………………………………… 52
2.11.2 Reliabilitas …………………………………………… 54
2.11.3 Interpretasi Hasil Penelitian …………………………… 54
2.12 Skala Pengukuran Penelitian….………………………………… 55
2.13 Analisis Regresi …………………………………………… 56
2.13.1 Analisis Regresi Linier Sederhana …………………… 56
2.13.2 Analisis Regresi Linear Berganda …………………… 57

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………… 59


3.1 Pendekatan Penelitian …………………………………………… 59
3.2 Lokasi Penelitian …………………………………………… 60
3.3 Penentuan Sumber Data …………………………………… 61
3.4 Jenis Data …………………………………………………… 61
3.5 Definisi Operasional Variabel…………………………………… 62
3.6 Teknik Pengumpulan Data …………………………………… 67
3.7 Skala Pengukuran …………………………………………… 67
3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………………… 68
3.9 Analisis Data …………………………………………………… 69
3.10 Cara Penyajian Data ………………………………………… 69
3.11 Diagram Kerangka Penelitian …………………………… 70

BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………… 71


4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian …………………………… 71
4.2 Deskripsi Data …………………………………………… 73
4.2.1 Deskripsi Karakteristik Pekerja …………………………… 73
4.2.2 Deskripsi Jawaban Pekerja Berdasarkan Hasil Survei …… 74
4.3 Pengaruh Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi
Secara Bersama-sama …………………………………………… 75
4.4 Pengaruh Masing – masing Variabel Pengetahuan K3 terhadap
14

Perilaku Pekerja Konstruksi Secara Parsial …………………… 77

BAB V PEMBAHASAN …………………………………………… 84


5.1 Uji Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja …… 84
5.1.1 Uji Autokorelasi …………………………………………… 84
5.1.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 Secara Bersama-sama
Terhadap Variabel Perilaku Pekerja …………………… 84
5.1.3 Pengaruh Masing-masing Variabel Pengetahuan K3 Secara Parsial
Terhadap Variabel Perilaku Pekerja …………………… 87
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN …………………………………… 92
6.1 Simpulan …………………………………………………… 92
6.2 Saran …………………………………………………………… 93
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………… 94
LAMPIRAN …………………………………………………… 95
15

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Pandangan Baru dan Tradisional terhadap Manajemen Proyek ....40
Tabel 2.2 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r …………………………. 53
Tabel 4.1 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur ……...……………….. 73
Tabel 4.2 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Kontrak Kerja …….……….. 73
Tabel 4.3 Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan ..……………….. 74
Tabel 4.4 Signifikansi Pengaruh Variabel Bersama-sama ………….…….. 75
Tabel 4.5 Uji Parameter Variabel Bersama-sama …..….………….…….. 76
Tabel 4.6 Nilai Korelasi dan Determinasi ……………….………….……..76
Tabel 4.7 Signifikansi Variabel Definisi dan Inisiasi …..………….…….. 77
Tabel 4.8 Uji – t Variabel Definisi dan Inisiasi …...……………….…….. 78
Tabel 4.9 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X1 …….……….……..78
Tabel 4.10 Signifikansi Variabel Sistem Manajemen ……………….……..79
Tabel 4.11 Uji – t Variabel Sistem Manajemen …...……………….…….. 79
Tabel 4.12 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X2 …….…….…….. 79
Tabel 4.13 Signifikansi Variabel Alat Pelindung Diri …………….…….. 80
Tabel 4.14 Uji – t Variabel Alat Pelindung Diri …...……………….…….. 80
Tabel 4.15 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X3 …………….……..80
Tabel 4.16 Signifikansi Variabel Sarana dan Prasarana ….……….…….. 81
Tabel 4.17 Uji – t Variabel Sarana dan Prasarana …...…………….…….. 81
Tabel 4.18 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X4 ………………….. 82
Tabel 4.19 Signifikansi Variabel Risiko ………………..…………..…….. 82
Tabel 4.20 Uji – t Variabel Risiko …………………...……………...…….. 82
Tabel 4.21 Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X5 …………..…….. 83
Tabel 5.1 Nilai Korelasi dan Determinasi …………..……….…………... 84
16

DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Siklus Manajemen ……………………………………. 16
Gambar 2.2 Pembatas – pembatas dalam Pelaksanaan Proyek………...… 38
Gambar 2.3 Hubungan Bahaya dan Risiko……………...……………… 42
Gambar 2.4 Perilaku Penyesuaian (Coping Behaviour) …..……………… 47
Gambar 2.5 Hubungan Perilaku dan Motivasi…………..……………… 48
Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ……………………………………. 60
Gambar 3.2 Diagram Kerangka Penelitian ……………………………. 70
17

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Informed Consent ……………..………………………..…… 96
Lampiran 2 Form Kuisioner ……………...…………………..…………… 100
Lampiran 3 Tabulasi Hasil Responden ……………...………………..….. 108
Lampiran 4 Pearson Product Moment ……………...………………..…… 126
Lampiran 5 Tabulasi Data Uji Instrumen ……………...………………..… 127
Lampiran 6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ……..……………..…… 129
Lampiran 7 Nilai Distribusi F ………………………………………...…… 141
Lampiran 8 Analisis Regresi SPSS …………………………………...…… 143
Lampiran 9 Analisis Regresi Microsoft EXCEL ……...……………...…… 149
18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pekerjaan konstruksi merupakan kombinasi dari berbagai macam disiplin

ilmu pengetahuan, baik dilihat dari segi teknis konstruksi maupun dari segi non

teknisnya dan termasuk juga di dalamnya unsur sumber daya manusianya (man

power). Dalam pekerjaan konstruksi selalu menyangkut dengan penyelenggaraan

pekerjaan konstruksi dan masyarakat penyelenggara pekerjaan konstruksi itu

sendiri. Dimana penyelenggaraan pekerjaan konstruksi ini wajib memenuhi

ketentuan tentang keteknikan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3),

perlindungan tenaga kerja, serta tata lingkungan setempat untuk menjamin

terwujudnya tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

Terkait dengan potensi risiko kecelakaan kerja pada pelaksanaan pekerjaan

konstruksi, maka pengetahuan akan K3 pada suatu proyek konstruksi saat ini telah

menjadi kebutuhan mendasar. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan seperti

seharusnya tanpa adanya intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk

mengelolanya (safety management), yang sering disebut Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). K3 konstruksi bukanlah sesuatu yang

baru, mengingat ada beberapa regulasi terkait K3 sudah ada sejak Tahun 1970,

seperti Undang – Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, dan

beberapa tahun lalu Pemerintah juga menerbitkan Peraturan Menteri No. 9 Tahun

2008 tentang SMK3.


19

Standar Keselamatan Kerja yang belum memadai dan masih tingginya

angka kecelakaan kerja di Indonesia, merupakan bukti lemahnya perhatian

terhadap pentingnya aspek K3 pada pekerjaan konstruksi. Sebagai gambaran, data

angka kecelakaan kerja dari PT. Jamsostek Tahun 2011 di Indonesia tercatat

96.314 kasus kecelakaan kerja, dimana terdapat 2.144 orang meninggal, 42 orang

cacat total. Sebagian besar pekerja yang ditanyakan mengenai berbagai hal

tentang K3, tidak mengetahui secara jelas mengenai K3 meskipun pernah

mendengarnya. Hal ini berarti bahwa persoalan K3 bagi pekerja ditempatkan jauh

di bawah persoalan seperti upah rendah serta hak – hak lainnya. Banyak

perusahaan yang tidak menyediakan alat keselamatan dan pengaman untuk

pekerjanya, dan banyak juga pengusaha yang mengabaikan K3 karena dianggap

mengeluarkan biaya tambahan.

Secara umum pengetahuan tentang K3 sangat luas, akan tetapi ada

beberapa komponen K3 yang dipandang penting untuk dijadikan tolak ukur

pemahaman K3. Komponen – kompenen tersebut adalah Definisi dan Inisiasi K3,

Sistem Manajemen K3 (SMK3), Alat Pelindung Diri (APD), Sarana dan

Prasarana K3, Risiko K3. Definisi dan inisiasi bermanfaat untuk gambaran awal

tentang K3 pada suatu proyek konstruksi yang erat kaitannya dengan pengenalan

secara umum seperti misalnya definisi istilah – istilah, kepanjangan dari singkatan

– singkatan, arti dan makna lambang K3, struktur organisasi yang terlibat, pihak

internal dan eksternal terkait fungsi pelaksanaan K3, dan sebagainya. Proses

SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan Do Check Action) yaitu mulai dari

perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan perbaikan. Dengan demikian,


20

SMK3 akan berjalan terus – menerus secara berkelanjutan selama aktivitas

organisasi masih berlangsung. Perlindungan keamanan dan keselamatan pekerja

dalam suatu kegiatan konstruksi seharusnya dilakukan secara sungguh – sungguh

melalui berbagai cara untuk mengurangi sumber bahaya dengan menggunakan

alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya

pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) masih sangat sulit, mengingat para pekerja

akan menganggap bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan. Begitu juga

dengan sarana dan prasarana K3 yang memadai, seperti misalnya tersedia atau

tidaknya fasilitas MCK, tempat sampah organik atau anorganik, pengelolaan

limbah, yang secara tidak langsung juga bisa mempengaruhi perilaku pekerja saat

bekerja. Komponen penting lainnya yaitu risiko K3, yang menggambarkan

besarnya potensi bahaya pada pekerjaan konstruksi untuk dapat menimbulkan

insiden atau cedera pada pekerja yang ditentukan oleh kemungkinan dan

keparahan yang diakibatkannya, sehingga harus dikelola dan dihindarkan melalui

manajemen K3 yang baik.

Dalam penulisan ini, penulis mengambil objek penelitian pada Proyek

Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3 dengan

Penyedia Jasanya adalah Wika-Adhi-Hutama KSO dengan Lead Contractor PT.

Hutama Karya Persero (Tbk). Cakupan pekerjaannya meliputi Main Road,

Simpang Susun Ngurah Rai, Jalan Akses Ngurah Rai, dan Persimpangan

Sebidang Jalan Ngurah Rai.

Pelaksanaan konstruksi proyek pembangunan jalan tol ini sebagian besar

di atas laut dengan beberapa potensi hambatan yang dihadapi antara lain bekerja
21

di ketinggian, pencahayaan saat bekerja malam hari, dipengaruhi kondisi pasang

surut air laut, angin kencang yang tidak bisa diprediksi. Di samping itu, terdapat

beberapa identifikasi bahaya dan risiko pada saat pelaksanaan pekerjaan seperti

perahu terbalik, terkena alat kerja manual, jatuh dari ketinggian, tersengat listrik,

tertimpa benda berat, terkena manuver alat, paparan debu tanah, kemacetan lalu

lintas, jatuh ke air dalam, terjepit tiang pancang, suara keras di atas 86 db, terjepit

bar cutter/bender, terimpa precast, dan sebagainya.

Oleh karena sudah teridentifikasi bahaya dan risiko pekerjaan pada proyek

di atas laut ini, maka dari pihak penyedia jasa sudah seharusnya melakukan upaya

manajemen yaitu adanya tindakan preventif , tanggap darurat dan mitigasi.

Penerapan Safety Induction dan mekanisme penggunaan APD merupakan prioritas

bagi keselamatan pekerja. Akan tetapi, pada pelaksanaan di lapangan, masih saja

terdapat pekerja yang tidak mengikuti aturan yang sudah menjadi kebijakan mutu

dan K3 perusahaan. Ada pekerja yang tidak sadar bahwa dia tidak kompeten dan

mempunyai kebiasaan berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang

tahu bagaimana melakukan pekerjaannya dengan aman dan selamat, tetapi tidak

dilakukan, dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu

pengarahan dan bimbingan dari orang lain. Secara umum terdapat ketimpangan

antara pengetahuan tentang K3 dengan perilaku pekerja di tempat kerja.

Dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis ingin meneliti

mengenai pengaruh pengetahuan K3 pada pekerjaan konstruksi terhadap perilaku

pekerja konstruksi di tempat kerja dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti
22

definisi dan inisiasi, sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana,

serta risiko K3.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi

dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem

manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3?

2. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara bersama-sama

terhadap perilaku pekerja konstruksi?

3. Bagaimana pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara parsial

terhadap perilaku pekerja konstruksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum maupun tujuan khusus pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja konstruksi

dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi, sistem

manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3.

1.3.2 Tujuan Khusus Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara

bersama-sama terhadap perilaku pekerja konstruksi.


23

b. Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengetahuan K3 secara

parsial terhadap perilaku pekerja konstruksi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti

berikut yaitu:

1. Bagi penyedia jasa konstruksi, hasil penelitian ini diharapkan memberi

masukan bagi instansi dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi pekerja

terkait dengan regulasi yang mengatur K3.

2. Bagi pekerja konstruksi, hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu pedoman

bahwa betapa pentingnya penerapan K3 Konstruksi pada tempat kerja dan bisa

mengubah pola perilaku pekerja dari berisiko menjadi mengutamakan

keselamatan kerja.

1.4.2 Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti

berikut yaitu:

1. Untuk bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya pada

pengembangan upaya – upaya untuk menghasilkan terobosan baru di bidang

K3 Konstruksi.
24

2. Dibidang penelitian diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi

bagi peneliti lainnya yang hendak meneliti masalah K3 Konstruksi di masa

yang akan datang.

1.5 Batasan Masalah

Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk perilaku pekerja

konstruksi pada pelaksanaan pekerjaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua

– Ngurah Rai – Benoa, khususnya Paket 3 yang dikerjakan oleh Kontraktor Wika-

Adhi-Hutama KSO dengan Lead Contractor PT. Hutama Karya Persero (Tbk).
25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

3.1 Filosofi K3

Salah satu organisasi profesional Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

di USA, International Association of Safety Professional (IASP) menetapkan 8

prinsip K3 yang menjadi landasan pengembangan K3 (Ramli, 2010:23) sebagai

berikut:

1. K3 adalah tanggung jawab moral atau etik (Safety is an ethical responsibility)

Masalah K3 hendaknya dilihat sebagai tanggung jawab moral untuk melindungi

keselamatan sesama manusia. Oleh karena itu, K3 bukan sekadar pemenuhan

perundangan atau kewajiban, tetapi merupakan tanggung jawab moral setiap

pelaku bisnis untuk melindungi keselamatan pekerjanya.

2. K3 adalah budaya, bukan sekadar program (Safety is a culture, not a program)

Banyak perusahaan yang menganggap K3 hanya sekadar program yang dijalankan

dalam perusahaan atau untuk memperoleh penghargaan dan sertifikat. Padahal K3

adalah cerminan dari budaya (safety culture) dalam organisasi. K3 harus menjadi

nilai-nilai yang dianut dan menjadi landasan dalam pengembangan bisnis.

3. K3 adalah tanggung jawab manajemen (Management is responsible)

Selama ini manajemen sering melemparkan tanggung jawab K3 kepada para

pengawas dan jika terjadi kecelakaan akan melimpahkan kepada mereka yang

berada di tempat kerja. Padahal secara moral, tanggung jawab mengenai

keselamatan ada pada manajemen. Tanggung jawab ini tentu dalam wujud
26

kebijakan, kepedulian, kepemimpinan dan dukungan penuh terhadap upaya

keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan.

4. Pekerja harus dididik untuk bekerja dengan aman (Employees must be trained

to work safety)

Setiap tempat kerja, lingkungan kerja dan jenis pekerjaan memiliki karakteristik

dan persyaratan K3 berbeda. Karena itu, K3 tidak bisa timbul sendirinya pada diri

pekerja atau pihak lainnya. K3 harus ditanamkan dan dibangun melalui

pembinaan dan pelatihan.

5. K3 adalah cerminan kondisi ketenagakerjaan (Safety is a condition of

employment)

Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja yang

menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan. Oleh karena itu,

kondisi K3 dalam perusahaan adalah pencerminan dari kondisi ketenagakerjaan

dalam perusahaan.

6. Semua kecelakaan dapat dicegah (All injuries are preventable)

Prinsip dasar ilmu K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena semua

kecelakaan pasti ada sebabnya. Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan, maka

kemungkinan kecelakaan dapat dihindarkan.

7. Program K3 bersifat spesifik (Safety programs must be site specific)

Prinsip ini melihat bahwa program K3 tidak bisa dibuat, ditiru, atau

dikembangkan semuanya. Namun harus berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata

di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan

finansial, dan lainnya. Program K3 harus dirancang spesifik untuk masing-masing


27

organisasi atau perusahaan sehingga tidak bisa sekadar meniru atau mengikuti

arahan dan pedoman dari pihak lain.

8. K3 baik untuk bisnis (Safety is good business)

Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya tambahan,

namun harus dilihat sebagai bagian dari proses produksi atau strategi perusahaan.

K3 adalah bagian integral dari aktivitas perusahaan. Kinerja K3 yang baik akan

memberikan manfaat terhadap bisnis perusahaan.

3.2 Sistem Manajemen K3 (SMK3)

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) harus dikelola sebagaimana

dengan aspek lainnya dalam perusahaan seperti operasi, produksi, logistik, sumber

daya manusia, keuangan dan pemasaran. Aspek K3 tidak akan bisa berjalan

seperti apa adanya tanpa intervensi dari manajemen berupa upaya terencana untuk

mengelolanya. Karena itu, ahli K3 sejak awal Tahun 1980an berupaya

meyakinkan semua pihak, khususnya manajemen organisasi untuk menempatkan

aspek K3 setara dengan unsur lain dalam organisasi. Hal inilah yang mendorong

lahirnya berbagai konsep mengenai Manajemen K3 (safety management). Semua

system manajemen K3 bertujuan untuk mengelola ririko K3 yang ada dalam

perusahaan agar kejadian yang tidak diinginkan atau dapat menimbulkan kerugian

dapat dicegah. Mengelola K3 sama juga dengan mengelola aspek lain dalam

perusahaan dengan menggunakan pendekatan manajemen modern mulai dari

perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan pengawasan.


28

Selanjutnya International Labour Organization (ILO) mengeluarkan

pedoman Sistem Manajemen K3 untuk digunakan di lingkungan kerja. Hal serupa

juga terjadi di sector industry lainnya sehingga berkembang berbagai system

manajemen keselamatan seperti Food Safety Management System, Railway Safety

Management System, Marine Safety Management System, Road Safety

Management System, Construction Safety Management System, Hospital Safety

Management System, dan lainnya. Faktor inilah antara lain yang mendorong

lahirnya system manajemen K3 OHSAS 18001.

2.2.1 Pengertian SMK3

Menurut Kepmenaker 05 Tahun 1996, Sistem Manajemen K3 adalah bagian dari

system manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya

yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pengendalian

risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang

aman, efisien dan produktif.

SMK3 merupakan konsep pengelolaan K3 secara sistematis dan

komprehensif dalam suatu sistem manajemen yang utuh melalui proses

perencanaan, penerapan, pengukuran dan pengawasan. Pendekatan SMK3 telah

berkembang sejak Tahun 1980an yang dipelopori oleh pakar K3 seperti James

Tye dari British Safety Council, Dan Petersen, Frank Birds dan lainnya. Dewasa
29

ini terdapat berbagai bentuk SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai lembaga

dan institusi di dalam dan luar negeri. antara lain:

a. Sistem Manajemen Five Star dari British Safety Council, UK

Dikembangkan oleh lembaga K3 di Inggris sekitar Tahun 1970 dan digunakan

di berbagai perusahaan dan institusi. Lembaga ini memberi penghargaan

kepada perusahaan yang berprestasi berbentuk pedang keselamatan (Sword of

Honour). Beberapa perusahaan di Indonesia, seperti Pertamina dan Petrokimia

telah memperoleh penghargaan ini.

b. British Standard BS 8800 Guide to Occupational Health and Safety

Management System

Merupakan standar tentang SMK3 yang diberlakukan di Inggris dan Negara

lain di sekitarnya.

c. Occupational Health and Safety (OHS) Management System, OHSA,USA

d. International Safety Rating System (ISRS) dari ILCI/DNV

Suatu SMK3 yang dipelopori oleh ahli K3 dari USA yaitu Mr. Frank Bird

yang mengembangkan metode penilaian kinerja K3 yang disebut ISRS. Sistem

ini memberi peringkat kinerja K3 suatu perusahaan melalui audit dan nilai

(system scoring). Di Indonesia telah banyak perusahaan yang menerapkan

sistem ini.

e. Process Safety Management, OHSA Standard CFR 29 1910.119

Merupakan SMK3 yang dirancang khusus untuk industri proses berisiko

tinggi seperti perminyakan dan petrokimia. Di Indonesia dikenal dengan


30

istilah Manajemen Keselamatan Proses (MKP) yang telah dikembangkan oleh

berbagai industri dan perusahaan.

f. Sistem Manajemen K3 dari Depnaker RI

Sistem ini telah dikembangkan di Indonesia dan diimplementasikan oleh

berbagai perusahaan. Auditnya dilakukan melalui Sucofindo.

g. American Petroleum Institute: API 9100A: Model Environmental Health and

Safety (EHS) Management System

Lembaga ini mengeluarkan pedoman tentang sistem manajemen keselamatan

kerja dan lingkungan

h. American Petroleum Institute: API RP 750, Management of Process Hazards

i. ILO – OHS 2001: Guideline on OHS Management System

Lembaga perburuhan dunia ini juga mengembangkan pedoman SMK3 yang

banyak digunakan sebagai acuan oleh berbagai Negara dan perusahaan.

j. E&P Forum: Guidelines for Development and Application of HSE

Management System

Semua SMK3 tersebut memiliki kesamaan yaitu berdasarkan proses dan fungsi

manajemen modern. Yang berbeda adalah elemen implementasinya yang

disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

2.2.2 Tujuan SMK3

Berbagai tujuan SMK3 tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Sebagai alat ukur kinerja K3 dalam organisasi

b. Sebagai pedoman implementasi K3 dalam organisasi


31

c. Sebagai dasar penghargaan (awards)

d. Sebagai sertifikasi

Mengingat banyaknya SMK3 yang dikembangkan oleh berbagai institusi

tersebut, timbul kebutuhan untuk menstandarisasikan sekaligus memberikan

sertifikasi atas pencapaiannya. Dari sini lahirlah penilaian kinerja K3 yang disebut

OHSAS 18000 (Occupational Health and Safety Assessment Series). Sistem ini

dapat disertifikasikan melalui lembaga sertifikasi dan diakui secara global.

OHSAS 18000 pertama kali diperkenalkan pada Tahun 1999 dan kemudian

disempurnakan pada Tahun 2007 dan disepakati sebagai suatu Standar Sistem

Manajemen K3. OHSAS 18000 terdiri dari dua bagian yaitu OHSAS 18001

sebagai standar atau persyaratan SMK3, dan OHSAS 18002 sebagai pedoman

pengembangan dan penerapannya.

2.2.3 Proses SMK3

Menurut OHSAS 18001, sistem manajemen merupakan suatu set elemen-

elemen yang saling terkait untuk menetapkan kebijakan dan sasaran untuk

mencapai objektif tersebut. SMK3 terdiri atas dua unsur pokok yaitu proses

manajemen dan elemen-elemen implementasinya. Proses SMK3 menjelaskan

bagaimana sistem manajemen tersebut dijalankan atau digerakkan. Sedangkan

elemen merupakan komponen-komponen kunci yang terintegrasi satu dengan

yang lainnya membentuk satu kesatuan sistem manajemen.

Elemen-elemen ini mencakup antara lain tanggung jawab, wewenang,

hubungan antar fungsi, aktivitas, proses, praktis, prosedur dan sumber daya.
32

Elemen ini dipakai untuk menetapkan kebijakan K3, perencanaan, objektif dan

program K3. Proses SMK3 menggunakan pendekatan PDCA (Plan – Do – Check

– Action) yaitu mulai dari perencanaan, penerapan, pemeriksaan, dan tindakan

perbaikan. Dengan demikian, SMK3 akan berjalan terus-menerus secara

berkelanjutan selama aktivitas organisasi masih berlangsung.

SMK3 dimulai dengan penetapan kebijakan K3 oleh manajemen puncak

sebagai perwujudan komitmen manajemen dalam mendukung penerapan K3.

Kebijakan K3 selanjutnya dikembangkan dalam perencanaan. Tanpa perencanaan

yang baik, proses K3 akan berjalan tanpa arah (misguided), tidak efisien, dan

tidak efektif. Berdasarkan hasil perencanaan tersebut, dilanjutkan dengan

penerapan dan operasional, melalui pengerahan semua sumber daya yang ada,

serta melakukan berbagai program dan langkah pendukung untuk mencapai

keberhasilan. Secara keseluruhan, hasil penerapan K3 harus ditinjau ulang secara

berkala oleh manajemen puncak untuk memastikan bahwa SMK3 telah berjalan

sesuai dengan kebijakan dan strategi bisnis serta untuk mengetahui kendala yang

dapat mempengaruhi pelaksanaanya. Dengan demikian, organisasi dapat segera

melakukan perbaikan dan langkah koreksi lainnya.


33

Tinjauan
Manajemen ACTION PLAN Perencanaan

Pengukuran & CHECK DO Implementasi


Pemantauan

Gambar 2.1 Siklus Manajemen

3.3 Tujuan dan Manfaat K3

Sering timbul anggapan bahwa K3 merupakan pemborosan, pengeluaran

biaya yang sia-sia atau sekadar formalitas yang harus dipenuhi oleh organisasi. K3

masih dianggap sebagai beban tambahan bagi organisasi. Persepsi seperti ini

sangat menghambat pelaksanaan K3. Aspek K3 bersifat multi dimensi. Karena itu

tujuan dan manfaat K3 juga harus dilihat dari berbagai sisi seperti dari sisi hukum,

perlindungan tenaga kerja, ekonomi, pengendalian kerugian, sosial, dan lainnya.

3.4 Kecelakaan dan Keselamatan Kerja

2.4.1 Konsep Kecelakaan

Dalam proses terjadinya (Ramli, 2010:30), kecelakaan terkait empat unsur

produksi yaitu People, Equipment, Material, Environment (PEME) yang saling

berinteraksi dan bersama-sama menghasilkan suatu produk atau jasa. Kecelakaan


34

terjadi dalam proses interaksi tersebut yaitu ketika terjadi kontak antara manusia

dengan alat, material dan lingkungan dimana dia berada. Kecelakaan dapat terjadi

karena kondisi alat atau material yang kurang baik atau berbahaya. Kecelakaan

juga dapat dipicu oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak aman seperti ventilasi,

penerangan, kebisingan, atau suhu yang tidak aman melampaui ambang batas. Di

samping itu, kecelakaan juga dapat bersumber dari manusia yang melakukan

kegiatan di tempat kerja dan menangani alat atau material.

Faktor-faktor penyebab kecelakaan seperti dikemukakan oleh H.W.

Heinrich (1930) dengan teori dominonya yang menggolongkan atas:

a. Tindakan tidak aman dari manusia (unsafe action), misalnya tidak mau

menggunakan alat keselamatan dalam bekerja, melepas alat pengaman atau

bekerja sambil bergurau. Tindakan ini dapat membahayakan dirinya dan orang

lain yang dapat berakhir dengan kecelakaan.

b. Kondisi tidak aman (unsafe condition), yaitu kondisi di lingkungan kerja baik

alat, material, maupun lingkungan yang tidak aman dan membahayakan.

Teori tersebut selanjutnya dikembangkan oleh Frank Bird yang

menggolongkan atas sebab langsung (immediate causes) dan faktor dasar (basic

causes). Penyebab langsung kecelakaan adalah pemicu yang langsung

menyebabkan terjadinya kecelakaan, sedangkan penyebab tidak langsung

merupakan faktor yang turut memberikan kontribusi terhadap kejadian tersebut.

2.4.2 Pendekatan Pencegahan Kecelakaan

Prinsip mencegah kecelakaan sebenarnya sangat sederhana yaitu dengan

menghilangkan faktor penyebab kecelakaan yang disebut tindakan tidak aman dan
35

kondisi yang tidak aman. Namun dalam prakteknya tidak semudah yang

dibayangkan karena menyangkut berbagai unsur yang saling tekait mulai dari

penyebab langsung, penyebab dasar dan latar belakang. Oleh karena itu,

berkembang berbagai pendekatan dalam pencegahan kecelakaan. Banyak teori

dan konsep yang dikembangkan para ahli, dan beberapa diantaranya yaitu:

a. Pendekatan Energi

Sesuai dengan konsep energi, kecelakaan bermula karena adanya sumber

energi yang mengalir mencapai penerima (recipient). Karena itu pendekatan

energi mengendalikan kecelakaan melalui tiga titik yaitu pada sumbernya, pada

aliran energi (path way) dan pada penerima.

b. Pendekatan Manusia

Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian mengenai K3 dilakukan

berbagai pendekatan dan program K3 antara lain:

1). Pembinaan dan Pelatihan

2). Promosi dan Kampanye K3

3). Pembinaan Perilaku Aman

4). Pengawasan dan Inspeksi K3

5). Audit K3

6). Komunikasi K3

7). Pengembangan prosedur kerja aman (Safe Working Practices)

c. Pendekatan Teknis
36

Pendekatan teknis menyangkut kondisi fisik, peralatan, material, proses

maupun lingkungan kerja yang tidak aman. Untuk mencegah kecelakaan yang

bersifat teknis dilakukan upaya keselamatan antara lain:

1) Rancang bangun yang aman disesuaikan dengan persyaratan teknis dan

standar yang berlaku untuk menjamin kelaikan instalasi atau peralatan kerja.

2) Sistem pengaman pada peralatan atau instalasi untuk mencegah kecelakaan

dalam pengoperasian alat atau instalasi.

d. Pendekatan Administratif

Pendekatan secara administratif dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain:

1) Pengaturan waktu dan jam kerja sehingga tingkat kelelahan dan paparan

bahaya dapat dikurangi

2) Penyediaan alat keselamatan kerja

3) Mengembangkan dan menetapkan prosedur dan peraturan tentang K3

4) Mengatur pola kerja, sistem produksi dan proses kerja

e. Pendekatan Manajemen

Banyak kecelakaan yang disebabkan oleh faktor manajemen yang tidak

kondusif sehingga mendorong terjadinya kecelakaan. Upaya pencegahan yang

dilakukan antara lain:

1) Menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3)

2) Mengembangkan organisasi K3 yang efektif

3) Mengembangkan komitmen dan kepemimpinan dalam K3, khususnya untuk

manajemen tingkat atas.


37

2.4.3 Filosofi Keselamatan

Setiap kecelakaan pasti ada penyebabnya. Tidak ada kejadian apapun yang

tanpa sebab sebagai pemicunya. Jika faktor penyebab tersebut dihilangkan, maka

dengan sendirinya kecelakaan bisa dicegah. Atas dasar tersebut, maka menurut

Heinrich yaitu setiap kecelakaan dapat dicegah. Selanjutnya dikemukakan sepuluh

aksioma sebagai berikut:

a. Bahwa kecelakaan merupakan rangkaian proses sebab dan akibat. Tidak ada

kecelakaan yang disebabkan oleh faktor tunggal, namun merupakan

rangkaian sebab dan akibat yang saling terkait.

b. Bahwa sebagian besar kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia dengan

tindakannya yang tidak aman.

c. Bahwa kondisi yang tidak aman dapat membahayakan dan menimbulkan

kecelakaan.

d. Bahwa tindakan tidak aman dari seseorang dipengaruhi oleh tingkah laku,

kondisi fisik, pengetahuan dan keahlian serta kondisi lingkungan kerjanya.

e. Untuk itu upaya pencegahan kecelakaan harus mencakup berbagai usaha

antara lain dengan melakukan perbaikan teknis, tindakan persuasif,

penyesuaian individu dengan pekerjaannya dan dengan melakukan

penegakan disiplin (law inforcement).

f. Keparahan suatu kecelakaan berbeda satu dengan lainnya.

g. Program pencegahan kecelakaan harus sejalan dengan program lainnya

dalam organisasi.
38

h. Pencegahan kecelakaan atau program keselamatan dalam organisasi tidak

akan berhasil tanpa dukungan dan peran serta manajemen puncak dalam

organisasi.

i. Pengawas merupakan unsur kunci dalam program K3

j. Bahwa usaha keselamatan menyangkut aspek ekonomis.

2.4.4 Persyaratan Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja dalam suatu tempat kerja mencakup berbagai aspek

yang berkaitan dengan kondisi dan keselamatan sarana produksi, manusia dan

cara kerja. Persyaratan keselamatan kerja menurut Undang-undang No.1 tahun

1970 adalah sebagai berikut:

a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan

b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran

c. Mencegah dan mengurangi bahaya kebakaran

d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri dalam kejadian

kebakaran atau kejadian lainnya

e. Memberikan pertolongan dalam kecelakaan

f. Memberikan alat pelindung diri bagi pekerja

g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,

kelembapan, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar

atau radiasi, suara atau getaran

h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik,

maupun psikis, keracunan, infeksi dan penularan.


39

i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai

j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik

k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang baik

l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban

m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerja

n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman,

atau barang

o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan

p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan, dan

penyimpanan barang.

q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya

3.5 Alat Pelindung Diri (APD)

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha – usaha teknis pengamanan

tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun

kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya.

Sehingga pihak manajemen akan mengambil tindakan untuk melindungi pekerja

itu dengan berbagai cara yaitu mengurangi sumber bahaya ataupun menggunakan

alat pelindung diri (personal protective devices). Namun dalam realisasinya

pemakaian APD masih sangat sulit, mengingat para pekerja akan menganggap

bahwa alat ini akan mengganggu pekerjaan.


40

APD adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh

bangunan yang bekerja di sebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung,

diwajibkan menggunakannya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah

melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus

memenuhi persyaratan tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan

efektif terhadap jenis bahaya.

APD berperan penting terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam

pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang

penting sebagai pelaku pembangunan, sehingga perlu dilakukan upaya – upaya

perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, sosial, teknis dan medis dalam

mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dapat

mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan peralatan, menurunnya mutu dan

hasil produksi, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan, dan akhirnya

akan merugikan semua pihak serta berdampak pada perekonomian nasional.

Bahaya yang mungkin terjadi di lantai produksi dan menimpa tenaga kerja adalah:

a. Tertimpa benda keras dan berat

b. Tertusuk atau terpotong benda tajam

c. Terjatuh dari tempat tinggi

d. Terbakar atau terkena aliran listrik

e. Terkena zat kimia berbahaya pada kulit atau melalui pernafasan

f. Rusak pendengaran karena kebisingan

g. Rusak penglihatan karena cahaya berlebihan

h. Terkena radiasi
41

Kerugian yang harus ditanggung apabila terjadi kecelakaan adalah :

a. Produktivitas pekerja berkurang selama beberapa waktu

b. Adanya biaya perawatan medis atas tenaga kerja yang terluka, cacat, bahkan

meninggal

c. Kerugian atas kerusakan mesin

d. Menurunnya efisiensi perusahaan, dan lain-lain

APD bukanlah alat yang nyaman apabila dikenakan tetapi fungsi dari alat

ini sangatlah besar sebab dapat mencegah penyakit akibat kerja ataupun

kecelakaan pada waktu bekerja. Pada kenyataannya banyak para pekerja yang

masih belum mengenakan APD karena merasakan ketidaknyamanan saat bekerja.

Berdasarkan Pasal 14 huruf c UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,

pengusaha wajib menyediakan APD secara cuma-cuma terhadap tenaga kerja dan

orang lain yang memasuki tempat kerja. Apabila kewajiban pengusaha/pengurus

perusahaan tersebut tidak dipenuhi merupakan suatu pelanggaran undang-undang.

Berdasarkan Pasal 12 huruf b, tenaga kerja diwajibkan memakai APD yang telah

disediakan. APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja

harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak

menolak memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari

ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus diperhatikan faktor – faktor

pertimbangan dimana APD harus :

a. Enak dan nyaman dipakai

b. Tidak mengganggu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja
42

c. Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi

bahaya

d. Memenuhi syarat estetika

e. Memperhatikan efek samping penggunaan APD

f. Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan, dan harga

terjangkau

Beberapa jenis APD antara lain : masker, kacamata, sepatu pengaman,

sarung tangan, topi pengaman (helmet), perlindungan telinga, perlindungan paru-

paru, dan APD lainnya. Penggunaan pelindung wajah dan alat pernafasan

(Masker) pada tempat – tempat kerja tertentu seringkali udaranya kotor yang

diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain: debu – debu kasar dari

penggerindaan atau operasi – operasi sejenis; racun dan debu halus yang

dihasilkan dari pengecatan atau asap; uap beracun atau gas beracun dari pabrik

kimia; bukan gas beracun tetapi seperti Karbondioksida (CO2) yang menurunkan

konsentrasi Oksigen (O2) di udara. Untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran

tersebut, kita dapat menggunakan alat yang disebut masker . Hal yang perlu

diperhatikan dalam menggunakan masker yaitu: bagaimana menggunakan masker

secara benar; macam dari kotoran debu yang perlu dihindari; dan lamanya

menggunakan alat tersebut.

Jenis – jenis masker dan penggunaannya :

a. Masker penyaring debu, berguna untuk melindungi pernafasan dari serbuk –

serbuk logam, pengerindahan atau serbuk kasar lainnya.


43

b. Masker berhidung, berguna untuk menyaring debu atau benda lain sampai

ukuran 0,5 mikron, bila kita sulit bernafas waktu memakai alat ini maka

hidungnya harus diganti karena filternya telah tersumbat oleh debu.

c. Masker bertabung, mempunyai filter yang baik daripada masker berhidung.

Masker ini sangat tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas

tertentu. Bermacam-macam tabung dapat dipasangkan dan tertulis untuk

macam gas yang bagaimana masker tersebut digunakan.

Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah

pencegahan kecelakaan yang menimpa mata. Orang-orang merasa enggan

memakai kacamata (goggles) karena ketidaknyamanannya sehingga dengan

alasan tersebut pekerja merasa mengurangi kenikmatan kerja. Banyak upaya yang

harus diselenggarakan ke arah pembinaan disiplin, atau melalui pendidikan dan

penggairahan, agar tenaga kerja memakainya. Tenaga kerja yang berpandangan

bahwa risiko kecelakaan terhadap mata adalah besar akan memakainya dengan

kemauan sendiri. Sebaliknya, jika mereka merasa bahwa bahaya itu kecil, mereka

tidak akan mau memakainya. Kecelakaan mata berbeda – beda dan aneka jenis

kacamata pelindung diperlakukan. Misalnya, pekerjaan dengan kemungkinan

adanya risiko dari bagian-bagian yang melayang memerlukan kacamata dengan

lensa yang kokoh, sedangkan bagi pengelasan diperlakukan lensa penyaringan

sinar las yang tepat.

Sepatu pengaman (Safety Shoes) harus dapat melindungi tenaga kerja

terhadap kecelakaan-kecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa

kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pijar, asam –
44

asam, dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik, cukup

memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda – benda

berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja di dalam

solnya. Lapis baja di dalam sol perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan

benda runcing dan tajam khususnya pada pekerjaan bangunan.

Sarung Tangan (Gloves) harus diberikan kepada tenaga kerja dengan

pertimbangan akan bahaya – bahaya dan persyaratan yang diperlukan, antara lain

syaratnya adalah bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada

jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena benda panas,

terkena bahan kimia, terkena aliran listrik, terkena radiasi, dan sebagainya. Harus

diingat bahwa memakai sarung tangan ketika bekerja pada mesin pengebor, mesin

pengepres dan mesin lainnya yang dapat menyebabkan tertariknya sarung tangan

ke mesin adalah berbahaya. Sarung tangan juga sangat membantu pada pekerjaan

yang berkaitan dengan benda kerja yang panas, tajam ataupun benda kerja yang

licin. Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik.

Helm Pengaman (Safety Helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang

mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh, melayang, atau benda-benda lain

yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan

plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini. Telinga

harus dilindungi selain dari suara yang berlebihan atau kebisingan, juga dari

loncatan api, percikan logam, pijar, atau partikel-partikel yang melayang.

Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga.


45

Masih terdapat APD lainnya seperti tali pengaman bagi tenaga kerja yang

mungkin terjatuh, selain itu mungkin pula diadakan tempat kerja khusus bagi

tenaga kerja dengan segala alat proteksinya. Juga pakaian khusus bagi tenaga

kerja saat terjadinya kecelakaan atau untuk penyelamatan. Pakaian kerja harus

dianggap suatu alat perlindungan terhadap bahaya – bahaya kecelakaan.

3.6 Kesehatan Kerja

Hal – hal yang terkait prihal kesehatan kerja diantaranya diatur dalam UU

No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, terutama yang tertuang dalam Bab

tersendiri yaitu prihal Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja.

2.6.1. Kesehatan Lingkungan

Prihal Kesehatan Lingkungan, dalam beberapa pasal menyebutkan tentang

upaya kesehatan lingkungan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas

lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Adapun lingkungan sehat yang dimaksud mencakup lingkungan permukiman,

tempat kerja, tempat rekreasi, dan fasilitas umum. Lingkungan sehat juga

dimaksudkan bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan

antara lain: limbah cair; limbah padat; limbah gas; sampah yang tidak diproses

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah; binatang pembawa

penyakit; zat kimia yang berbahaya; kebisingan yang melebihi ambang batas;

radiasi sinar pengion dn non pengion; air yang tercemar; udara yang tercemar; dan

makanan yang terkontaminasi.


46

2.6.2 Kesehatan Kerja

Prihal Kesehatan Kerja, dalam beberapa pasal menyebutkan tentang upaya

kesehatan kerja yang ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan

terhindar dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh

pekerjaan, meliputi pekerja di sektor formal dan informal, serta berlaku bagi

setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan tempat kerja. Pengelola

tempat kerja wajib mentaati standar kesehatan kerja sesuai dengan standar yang

ditetapkan pemerintah, serta menjamin lingkungan kerja yang sehat dan

bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja. Pengelola tempat kerja wajib

melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan,

peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja. Pekerja wajib

menciptakan dan menjaga kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati

peraturan yang berlaku di tempat kerja. Dalam penyeleksian pemilihan calon

pegawai pada perusahaan, hasil pemeriksaan kesehatan secara fisik dan mental

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Majikan

atau pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan,

peningkatan, pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya

pemeliharaan kesehatan pekerja.

2.6.3 Pengelolaan Sampah

Terkait dengan kesehatan, pengelolaan sampah juga menjadi hal yang

sangat penting. Seperti yang diatur dalam Undang - Undang No. 18 Tahun 2008

tentang Pengelolaan Sampah. Proses pembangunan yang dilakukan oleh bangsa

Indonesia harus diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan


47

dan berwawasan lingkungan sesuai dengan amanah Pasal 33 Ayat (4) Undang –

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemanfaatan sumber daya

alam masih menjadi modal dasar pembangunan di Indonesia saat ini dan masih

diandalkan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, penggunaan sumber daya

alam tersebut harus dilakukan secara bijak. Pemanfaatan sumber daya alam

tersebut hendaknya dilandasi oleh tiga pilar pembangunan berkelanjutan yaitu:

menguntungkan secara ekonomi (economically viable), diterima secara sosial

(socially acceptable), dan ramah lingkungan (environmentally sound). Proses

pembangunan yang diselenggarakan dengan cara tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kesejahteraan dan kualitas kehidupan generasi masa kini dan yang

akan datang.

Aktivitas pembangunan yang dilakukan dalam berbagai bentuk usaha

dan/atau kegiatan pada dasarnya akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

Dengan diterapkannya prinsip berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dalam

proses pelaksanaan pembangunan, dampak terhadap lingkungan yang diakibatkan

oleh berbagai aktivitas pembangunan tersebut dianalisis sejak awal

perencanaannya, sehingga langkah pengendalian dampak negatif dan

pengambangan dampak positif dapat disiapkan sedini mungkin. Perangkat atau

instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah AMDAL

dan UKL – UPL. Pasal 22 Undang – Undang No.32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan bahwa setiap usaha

dan/atau kegiatan yang berdampak penting terhadap lingkungan hidup wajib

memiliki AMDAL. AMDAL tidak hanya mencakup kajian terhadap aspek


48

biogeofisik dan kimia saja, tetapi juga aspek sosial ekonomi, sosial budaya dan

kesehatan masyarakat. Sedangkan untuk setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak

berdampak penting, sesuai dengan ketentuan Pasal 34 Undang – Undang No.32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup diwajibkan

untuk memiliki UKL – UPL. Pelaksanaan AMDAL dan UKL – UPL harus lebih

sederhana dan bermutu serta menuntut profesionalisme, akuntabilitas dan

integritas semua pihak terkait agar instrumen dapat digunakan sebagai perangkat

pengambilan keputusan yang efektif.

AMDAL dan UKL – UPL juga merupakan salah satu syarat untuk

mendapatkan Ijin Lingkungan. Pada dasarnya proses penilaian Amdal atau

pemeriksaan UKL – UPL merupakan satu kesatuan dengan proses permohonan

dan penerbitan Ijin Lingkungan. Dengan dimasukkannya AMDAL dan UKL –

UPL dalam proses perencanaan usaha dan/atau kegiatan, Menteri, Gubernur, atau

Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya mendapatkan informasi yang luas

dan mendalam terkait dengan dampak lingkungan yang mungkin terjadi dari suatu

rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut dan langkah-langkah pengendaliannya,

baik dari aspek teknologi, sosial, dan kelembagaan. Berdasarkan informasi

tersebut, pengambilan keputusan dapat mempertimbangkan dan menetapkan

apakah suatu rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak, tidak layak,

disetujui, atau ditolak, dan Ijin Lingkungannya dapat diterbitkan. Masyarakat juga

dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan dan penerbitan Ijin Lingkungan.

Tujuan diterbitkannya Ijin Lingkungan antara lain untuk memberikan

perlindungan terhadap lingkungan hidup yang lestari dan berkelanjutan,


49

meningkatkan upaya pengendalian usaha dan/atau kegiatan yang berdampak

negatif pada lingkungan hidup, memberikan kejelasan prosedur, mekanisme dan

koordinasi antar instansi dalam penyelenggaraan perijinan untuk usaha dan/atau

kegiatan, dan memberikan kepastian hukum dalam usaha dan/atau kegiatan.

Dalam Undang – Undang ini, yang dimaksud dengan :

a. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang

berbentuk padat.

b. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau

volumenya memerlukan pengelolaan khusus.

c. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah.

d. Penghasil sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang

menghasilkan timbulan sampah.

e. Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

f. Tempat penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke

tempat pendaur ulangan, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah

terpadu.

g. Tempat pengolahan sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan

pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan,

dan pemrosesan akhir sampah.

h. Tempat pemprosesan akhir adalah tempat untuk memproses dan

mengembalikan sampah ke media lingkungan secara aman bagi manusia dan

lingkungan.
50

i. Kompensasi adalah pemberian imbalan kepada orang yang terkena dampak

negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan penanganan sampah di tempat

pemrosesan akhir sampah.

j. Orang adalah orang perseorangan, kelompok orang, dan/atau badan hukum.

k. Sistem tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dalam

rangka pengendalian yang meliputi pencegahan dan penanggulangan

kecelakaan akibat pengelolaan sampah yang tidak benar.

l. Pemerintah pusat yang selanjutnya disebut pemerintah adalah Presiden

Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

m. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

n. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang pengelolaan lingkungan hidup dan di bidang pemerintahan lain yang

terkait.

Ruang Lingkup dalam Undang – Undang ini mencakup:

a. Sampah yang dikelola berdasarkan UU ini terdiri atas sampah rumah tangga,

sampah sejenis sampah rumah tangga, dan sampah spesifik.

b. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,

tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.


51

c. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial,

kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau

fasilitas lainnya.

d. Sampah spesifik meliputi sampah yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun, sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun,

sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran bangunan, sampah yang

secara teknologi belum dapat diolah, dan/atau sampah yang timbul secara

tidak periodik.

e. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis sampah spesifik diatur dengan

peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

lingkungan hidup.

2.6.4 Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah

Hal – hal yang terkait Penyelenggaraan Pengelolaan Sampah:

a. Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga

terdiri atas pengurangan sampah dan penanganan sampah.

b. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan timbulan sampah,

pendauran ulang sampah, dan/atau pemanfaatan kembali sampah.

c. Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan sebagai berikut

yaitu menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka

waktu tertentu, memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan,

memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan, memfasilitasi


52

kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang, memfasilitasi pemasaran

produk-produk daur ulang.

d. Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan menggunakan bahan produksi

yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat

didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh proses alam.

e. Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan

bahan yang dapat diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai oleh

proses alam.

f. Kegiatan penanganan sampah meliputi: pemilahan dalam bentuk

pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau

sifat sampah; pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan

sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat

pengolahan sampah terpadu; pengangkutan dalam bentuk membawa sampah

dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari

tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;

pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi dan jumlah

sampah; dan/atau pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian

sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan

secara aman.

g. Pengelolaan sampah spesifik adalah tanggung jawab Pemerintah


53

3.7 Manajemen Proyek Konstruksi

2.7.1 Definisi Proyek

Proyek didefinisikan sebagai sebuah rangkaian aktivitas unik yang saling

terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu dan dilakukan dalam periode waktu

tertentu pula. Menurut PMBOK Guide (2004), sebuah proyek memiliki beberapa

karakteristik penting yang terkandung di dalamnya yaitu: temporary, unique,

progressive elaboration. Sementara (temporary) berarti setiap proyek selalu

memiliki jadwal yang jelas kapan dimulai dan kapan diselesaikan. Sebuah proyek

berakhir jika tujuannya telah tercapai atau kebutuhan terhadap proyek itu tidak

ada lagi sehingga proyek tersebut dihentikan. Unique artinya bahwa setiap proyek

menghasilkan suatu produk, solusi, service atau output tertentu yang berbeda-beda

datu dan lainnya. Progressive elaboration adalah karakteristik proyek yang

berhubungan dengan dua konsep sebelumnya yaitu sementara dan unik. Setiap

proyek terdiri dari langkah-langkah yang terus berkembang dan berlanjut sampai

proyek berakhir. Setiap langkah semakin memperjelas tujuan proyek.

Karakteristik – karakteristik tersebut di atas yang membedakan aktivitas

suatu proyek terhadap aktivitas rutin operasional. Aktivitas operasional cenderung

bersifat terus – menerus dan berulang – ulang, sementara aktivitas proyek bersifat

temporer dan unik. Dari segi tujuannya, aktivitas akan berhenti ketika tujuan telah

tercapai. Sementara aktivitas operasional akan terus menyesuaikan tujuannya agar

pekerjaan tetap berjalan.


54

2.7.2 Definisi Manajemen Proyek

Manajemen proyek adalah aplikasi pengetahuan (knowledges),

keterampilan (skills), alat (tools) dan teknik (techniques) dalam aktivitas –

aktivitas proyek untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan proyek (PMBOK,

2004). Manajemen proyek dilaksanakan melalui aplikasi dan integrasi tahapan

proses manajemen proyek yaitu initiating, planning, executing, monitoring dan

controlling serta akhirnya closing keseluruhan proses proyek tersebut. Dalam

pelaksanaannya, setiap proyek selalu dibatasi oleh kendala-kendala yang sifatnya

saling mempengaruhi dan biasa disebut sebagai segitiga project constraint

(lingkup pekerjaan, waktu dan biaya), dimana keseimbangan ketiga konstrain

tersebut akan menentukan kualitas suatu proyek. Perubahan salah satu atau lebih

faktor tersebut akan mempengaruhi setidaknya satu faktor lainnya.

Untuk situasi sekarang, perusahaan perlu juga menjaga agar pencapaian

yang diperoleh dalam pelaksanaan proyek tetap menjaga hubungan baik dengan

pelanggan (customer relation). Hal ini ditunjukkan dalam Gambar 2.2. Dalam

gambar tersebut ditunjukkan bahwa dalam pencapaian tujuan proyek, kita perlu

memperhatikan batasan waktu, biaya, lingkup pekerjaan dengan memanfaatkan

resources yang kita punyai (Budi Santosa,2009). Di sini juga bisa dikemukakan

bahwa dalam pelaksanaan proyek ada tawar – menawar (trade off) antara berbagai

pembatas. Jika kualitas hasil ingin dinaikkan, akan membawa konsekuensi

kenaikan biaya dan waktu. Sebaliknya, jika biaya ditekan agar lebih murah

dengan waktu pelaksanaan tetap sama, maka konsekuensinya, kualitas bisa turun.
55

Hubungan Baik
dengan Customer

Lingkup Pekerjaan Waktu

Resources

Biaya

Gambar 2.2 Pembatas-pembatas dalam Pelaksanaan Proyek

(Sumber : Budi Santosa,2009)

2.7.3 Macam-Macam Proyek

Menurut jenis pekerjaannya, proyek bisa diklasifikasikan antara lain


sebagai berikut:

1. Proyek Konstruksi

Proyek ini biasanya berupa pekerjaan membangun atau membuat produk fisik.

Sebagai contoh adalah proyek pembangunan jalan raya, jembatan atau

bangunan konstruksi lainnya.

2. Proyek Penelitian dan Pengembangan


56

Proyek ini bisa berupa penemuan produk baru, temuan alat baru, atau

penelitian mengenai ditemukannya bibit unggul untuk suatu tanaman. Proyek

ini bisa muncul di lembaga komersial maupun pemerintah. Setelah suatu

produk baru ditemukan atau dibuat biasanya disusul pembuatan secara massal

untuk dikomersialisasikan.

3. Proyek yang Berhubungan dengan Manajemen Jasa

Proyek ini sering muncul dalam perusahaan maupun instansi pemerintah.

Proyek ini bisa berupa : perancangan struktur organisasi; pembuatan sistem

informasi manajemen; peningkatan produktivitas perusahaan; dan pemberian

training.

2.7.4 Ukuran Proyek

Proyek bisa dilihat dari sumber daya yang dibutuhkan, biayanya dan

waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Hal-hal ini digunakan sebagai

kriteria ukuran proyek, sehingga ukuran proyek bisa dilihat dari jumlah

kegiatannya, besarnya biaya, jumlah tenaga kerja, dan waktu yang dibutuhkan.

Sedangkan tingkat kompleksitasnya suatu proyek ditandai dengan jumlah kegiatan

dan hubungan antar kegiatan, jenis dan jumlah hubungan antar

kelompok/organisasi dalam proyek, jenis dan jumlah hubungan antar kelompok di

dalam organisasi dan pihak luar, dan tingkat kesulitan. Suatu proyek bisa

berukuran besar dengan jumlah kegiatan banyak, tenaga kerja besar namun

tingkat kesulitannya sedang.


57

2.7.5 Pandangan terhadap Manajemen Proyek

Ada cara pandang yang berbeda antara pandangan tradisional dan pandangan baru

terhadap manajemen proyek. Beberapa perbedaan antara bagaimana pandangan

tradisional dan pandangan baru terhadap manajemen proyek disajikan dalam

Tabel 2.1.

Tabel 2.1
Pandangan Baru dan Tradisional terhadap Manajemen Proyek
Pandangan Tradisional Pandangan Baru

Manajemen proyek perlu lebih banyak Manajemen proyek memungkinkan


orang dan ongkos tambahan untuk menyelesaikan lebih banyak
pekerjaan dengan ongkos lebih murah,
dengan lebih sedikit orang
Keuntungan menurun Keuntungan akan meningkat
Manajemen proyek meningkatkan Manajemen proyek akan memberikan
jumlah perubahan cakupan pekerjaan kontrol yang lebih baik terhadap
perubahan cakupan pekerjaan
Manajemen proyek menciptakan Manajemen proyek organisasi makin
ketidakstabilan dan konflik efisien dan efektif melalui prinsip
perilaku organisasi yang lebih baik
Manajemen proyek menyerahkan Manajemen proyek memberikan solusi
produk kepada pelanggan
Ongkos manajemen proyek membuat Manajemen proyek meningkatkan
tidak kompetitif bisnis kita
Manajemen proyek menambah masalah Manajemen proyek meningkatkan
kualitas kualitas
Sumber : Budi Santosa, 2009
58

3.8 Manajemen Risiko

2.8.1 Konsep Risiko

Memahami konsep risiko secara luas, akan merupakan dasar yang esensial

untuk memahami konsep dan teknik manajemen risiko. Oleh karena itu, dengan

mempelajari berbagai definisi risiko, diharapkan pemahaman tentang konsep

risiko menjadi semakin jelas. Definisi yang pertama adalah risk is the chance of

loss yang menyebutkan bahwa risiko adalah kans kerugian, biasanya

dipergunakan untuk menunjukkan suatu keadaan dimana terdapat suatu

keterbukaan (exposure) terhadap kerugian atau suatu kemungkinan kerugian.

Sebaliknya jika disesuaikan dengan istilah yang dipakai dalam statistik, maka

chance sering dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan

munculnya situasi tertentu. Definisi berikutnya adalah risk is the possibility of loss

yaitu risiko merupakan kemungkinan kerugian, dimana istilah possibility berarti

bahwa probabilitas suatu peristiwa berada diantara satu dan nol. Selanjutnya risk

is uncertainty yaitu risiko adalah ketidakpastian baik yang bersifat subjektif

maupun objektif. Ketidakpastian subjektif merupakan penilaian individu terhadap

situasi risiko, sedangkan ketidakpastian objektif dimaksudkan sebagai frekuensi

relatif yang didasarkan atas perhitungan ilmiah.

2.8.2 Manajemen Risiko K3

Tujuan upaya K3 adalah untuk mencegah kecelakaan yang ditimbulkan

karena adanya suatu bahaya di lingkungan kerja. Karena itu pengembangan

SMK3 harus berbasis pengendalian risiko sesuai dengan sifat dan kondisi bahaya

yang ada. Bahkan secara ekstrem dapat dikatakan bahwa K3 tidak diperlukan jika
59

tidak sumber bahaya yang harus dikelola. Perhatikan Gambar 2.3 yang

memperlihatkan hubungan bahaya dengan risiko. Keberadaan bahaya dapat

mengakibatkan terjadinya kecelakaan atau insiden yang membawa dampak

terhadap manusia, peralatan, material dan lingkungan (Soehatman Ramli, 2010).

Risiko menggambarkan besarnya potensi bahaya tersebut untuk dapat

menimbulkan insiden atau cedera pada manusia yang ditentukan oleh

kemungkinan dan keparahan yang diakibatkannya. Adanya bahaya dan risiko

tersebut harus dikelola dan dihindarkan melalui manajemen K3 yang baik. Karena

itu, manajemen K3 memiliki kaitan yang sangat erat dengan manajemen risiko.

Pihak Terdampak
(Manusia Lingkungan Material Peralatan)

Manajemen K3
Bahaya Kecelakaan

RISIKO

Gambar 2.3 Hubungan Bahaya dan Risiko

(Sumber : Soehatman Ramli, 2010)

2.8.3 Proses HIRARC dalam Manajemen Risiko

Sesuai persyaratan OHSAS 18001, organisasi harus menetapkan prosedur

mengenai identifikasi bahaya (Hazards Identification), penilaian risiko (Risk

Assessment), dan pengendalian risiko (Risk Control) atau disingkat HIRARC.

Keseluruhan proses ini disebut juga manajemen risiko (Risk Management).


60

HIRARC merupakan elemen pokok dalam SMK3 yang berkaitan langsung

dengan upaya pencegahan dan pengendalian bahaya. Disamping itu, HIRARC

juga merupakan bagian dari sistem manajemen risiko. Menurut OHSAS 18001,

HIRARC harus dilakukan di seluruh aktivitas organisasi untuk menentukan

kegiatan organisasi yang mengandung potensi bahaya dan menimbulkan dampak

serius terhadap K3. Selanjutnya hasil HIRARC menjadi masukan untuk

penyusunan objektif dan target K3 yang akan dicapai, yang dituangkan dalam

program kerja. HIRARC merupakan titik pangkal dari pengelolaan K3. Jika

HIRARC tidak dilakukan dengan baik maka penerapan K3 akan salah arah, acak

atau virtual, karena tidak mampu menangani isu pokok yang ada dalam

organisasi. Elemen-elemen lainnya seperti pelatihan, dokumentasi, komunikasi,

pengukuran, pengendalian rekaman dan lainnya adalah untuk menopang atau

mengacu kepada program pengendalian risiko. Jangan terjadi sebaliknya, dimana

organisasi hanya fokus kepada elemen – elemen pendukung, lengkap dengan

prosedur dan dokumentasinya, namun mengabaikan proses HIRARC, sehingga

kecelakaan masih akan dapat terjadi.

3.9 Konsep Perilaku

2.9.1 Definisi Umum Perilaku

Perilaku pada dasarnya berorientasi pada tujuan. Dengan kata lain,

perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai

tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu diketahui secara sadar oleh

individu yang bersangkutan. Adakalanya kita bertanya:”mengapa saya melakukan


61

hal itu?” Sigmund Freud adalah orang pertama yang memahami pentingnya

motivasi di bawah sadar (Subsconcious Motivation), dimana beliau beranggapan

bahwa manusia tidak selalu menyadari tentang segala sesuatu yang diinginkan,

sehingga sebagian besar perilaku mereka dipengaruhi oleh motif-motif atau

kebutuhan-kebutuhan di bawah sadar. Sebagai analogi tentang motivasi

kebanyakan orang, dapat kita menggunakan struktur sebuah gunung es. Segmen

penting motivasi manusia muncul di bawah permukaan (gunung es tersebut) hal

mana tidak selalu terlihat oleh individu yang bersangkutan. Maka oleh karenanya,

seringkali hanya sebagian kecil dari motivasi jelas terlihat atau disadari oleh orang

yang bersangkutan. Kesatuan dasar perilaku adalah sebuah aktivitas. Sebenarnya

semua perilaku merupakan suatu seri aktivitas. Guna dapat meramalkan perilaku,

para manajer mengetahui motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan apa pada

manusia yang menyebabkan timbulnya tindakan tertentu pada waktu tertentu.

2.9.2 Motivasi dalam Perilaku

Manusia bukan saja menunjukkan perbedaan dalam kemampuan, tetapi

juga ada perbedaan dalam keinginan untuk melakukan sesuatu atau motivasi.

Motivasi orang – orang bergantung pada kekuatan motif-motif mereka. Kadang-

kadang motif-motif dinyatakan orang sebagai kebutuhan (needs), keinginan

(wants), dorongan (drives), atau impuls – impuls di dalam individu yang

bersangkutan. Motif – motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Mereka

menimbulkan dan mempertahankan aktivitas serta menentukan arah umum

perilaku seorang individu. Pada dasarnya motif – motif atau kebutuhan –

kebutuhan merupakan sumber terjadinya aksi.


62

2.9.3 Tujuan dalam Perilaku

Tujuan – tujuan berada di luar seorang individu, yaitu mereka kadang –

kadang dinyatakan sebagai imbalan yang diharapkan ke arah mana motif – motif

diarahkan. Tujuan – tujuan tersebut seringkali dinamakan perangsang –

perangsang (incentives) oleh para ahli ilmu jiwa. Tetapi sebaiknya kita tidak

menggunakan istilah tersebut oleh karena kebanyakan orang mengaitkan imbalan

dengan imbalan finansial konkret, seperti upah/gaji yang meningkat, tetapi kita

pun harus mengakui bahwa terdapat pula cukup banyak imbalan yang tak

berbentuk (intangible rewards) seperti misalnya pujian atau kekuasaan, yang

sama pentingnya dalam hal menimbulkan perilaku. Para manajer yang berhasil

dalam memotivasi pegawai mereka umumnya menyediakan sebuah lingkungan

dimana tersedia tujuan – tujuan (perangsang – perangsang) yang tepat guna

pemuasan kebutuhan.

Sebuah motif cenderung menyusut kekuatannya, apabila ia dipenuhi atau

apabila ia ditahan dari pemuasan. Kebutuhan – kebutuhan berkekuatan tinggi

yang dipenuhi kadang – kadang dinyatakan dengan istilah “satisfied”, artinya

kebutuhan tersebut telah dipenuhi hingga tingkat dimana kebutuhan lain yang

bersangkutan kini lebih kuat. Apabila sebuah kebutuhan berkekuatan tinggi

berupa perasaan haus, maka kalau orang minum, hal tersebut cenderung

mengurangi kekuatan tersebut dan kebutuhan-kebutuhan lain, kini mungkin

menjadi lebih penting.


63

Pemuasan suatu kebutuhan mungkin tertahan. Sekalipun dapat terjadi

gejala menyusutnya kekuatan kebutuhan, hal tersebut tidak selalu terjadi pada

waktu permulaan. Justru mungkin terdapat tendensi bagi orang yang bersangkutan

untuk melakukan perilaku penyesuaian (coping behavior). Hal tersebut berupa

sebuah upaya untuk mengatasi penghalang tersebut dengan jalan pemecahan

masalah secara uji coba. Orang yang bersangkutan dapat mencoba aneka macam

perilaku guna menemukan sebuah perilaku yang akan mencapai tujuan yang

diinginkan atau yang akan mengurangi ketegangan yang timbul karena

pemblokiran (blockage).

Perhatikan Gambar 2.4 . Secara inisial, perilaku menyesuaikan tersebut

mungkin bersifat rasional (J. Winardi, 2004). Mungkin orang tersebut berupaya

melakukan macam-macam percobaan ke arah No.1 sebelum ia beralih ke arah

No.2 dan hal yang sama diulanginya sebelum akhirnya menuju kearah No.3,

dimana akhirnya ia mencapai keberhasilan hingga tingkat tertentu.


64

PEMBLOKIRAN

Perilaku yang Dicoba 2


PEMBLOKIRAN

Perilaku yang KEBUTUHAN


KEKUATAN
Dicoba 1 TINGGI

Perilaku yang Dicoba 3

SUKSES

Dilanjutkan

Perilaku yang
Gambar 2.4. Perilaku Penyesuaian (Coping Behavior)
(Sumber : J. Winardi, 2004)
Apabila orang-orang berupaya untuk mencapai sesuatu hal tanpa adanya

sesuatu hasil, maka mereka mungkin mensubstitusi tujuan – tujuan yang dapat

memuaskan kebutuhan tersebut. Hubungan antara motif – motif, tujuan, dan

aktivitas ditunjukkan dalam bentuk sederhana pada Gambar 2.5 . Ilustrasi

skematik tersebut menunjukkan sebuah situasi yang memotivasi dimana motif –

motif seorang individu dikerahkan ke arah pencapaian tujuan. Motif yang paling

kuat menimbulkan perilaku yang atau diarahkan ke arah tujuan atau aktivitas

tujuan. Oleh karena tidak semua tujuan dapat dicapai, maka para individu tidak

selalu mencapai aktivitas tujuan, terlepas dari kekuatan motif yang ada. Jadi

aktivitas tujuan ditunjukkan dengan garis putus-putus.


65

Aktivitas yang
MOTIF ditujukan ke arah
sasaran

PERILAKU

TUJUAN Aktivitas Tujuan

Gambar 2.5. Hubungan Perilaku dan Motivasi


(Sumber : J. Winardi, 2004)
2.9.4 Hubungan Perilaku K3 dengan Budaya K3

Untuk mengubah budaya K3 bisa dilakukan dengan mengubah mindset

(cara pandang) para pekerja. Perubahan mindset bisa dilakukan dari mengubah

perilaku. Apa keterkaitan antara mindset dan perilaku. Perilaku adalah tindakan

yang dapat diamati atau dilihat. Segala sesuatu yang dilakukan oleh seseorang

yang dapat dilihat, dirasa, dan didengar. Oleh karena itu, perilaku dapat diukur

sehingga bisa dikelola dan ditingkatkan. System manajemen secara menyeluruh

akan mempengaruhi perilaku para pekerja. Tidak dapat dipungkiri bahwa perilaku

yang member dampak kerugian adalah perilaku yang tidak disadari dan terjadinya

dalam waktu yang sangat cepat.

Mengapa untuk mengubah budaya K3 perlu focus pada perilaku? Dari

hasil analisis terhadap beberapa insiden, disimpulkan bahwa 95% kecelakaan

kerja secara langsung berkaitan dengan perilaku tidak selamat sesaat sebelum

kejadian kecelakaan kerja. Perilaku bisa diobservasi dan diukur. Insiden – insiden
66

terjadi disebabkan oleh kombinasi beberapa perilaku. Contoh, dari sebuah struktur

perancah, toe board dilepas untuk memindahkan beberapa material. Setelah

pemindahan material selesai, toe board tersebut tidak dikembalikan ke tempat

semula. Sebuah batu bata jatuh dan menimpa seorang pekerja yang sedang bekerja

di bawah perancah dan mati.

Hanya butuh satu dari perilaku – perilaku terlihat dan dapat diukur dilakukan

dengan aman untuk mencegah terjadinya kecelakaan fatal. Adapun hubungan

perilaku dengan mindset :

a. Mindset menggambarkan keseluruhan persepsi yang terbentuk oleh

pengamatan dari satu atau beberapa perilaku

b. Mindset ada dalam kepala manusia, oleh karena itu dapat diukur dan diamati

c. Mindset adalah hal yang dipikirkan, diketahui atau diyakini.

3.10 Kajian Analisis Data

2.10.1 Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/pertanyaan

yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Sugiyono (2008),

populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam lain.

Populasi bukan sekadar jumlah yang ada pada objek/pertanyaan yang dipelajari,

tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh pertanyaan/objek.


67

Tujuan diadakan populasi adalah agar kita dapat menentukan besarnya

anggota sampel yang diambil dari anggota populasi. Populasi dalam setiap

penelitian harus disebutkan secara tersurat yaitu berkenan dengan besarnya

anggota populasi serta wilayah penelitian yang dicakup.

2. Sampel

Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono,2008). Bila dalam penelitian populasinya besar, dan peneliti

tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti itu dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi tersebut. Dalam penelitian ini, sampel yang

digunakan sebagai objek penelitian adalah pekerja konstruksi pada proyek

Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa Paket 3 sebanyak 137

orang dari populasi pekerja sebanyak 1159 orang

Beberapa criteria yang perlu diperhatikan dalam mengambil sampel

adalah:

a. Menentukan daerah generalisasi terlebih dahulu

b.Member batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat populasi

c. Menentukan sumber-sumber informasi tentang populasi

d. Memilih teknik sampling dan menghitung jumlah besar anggota sampel yang

sesuai dengan tujuan penelitiannya


68

2.10.2 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Menurut

Sugiyono (2008), untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian terdapat berbagai macam teknik sampling yang digunakan. Teknik

sampling pada dasarnya dibagi atau dikelompokkan menjadi dua yaitu Probability

Sampling dan Nonprobability Sampling.

Pada penelitian ini digunakan teknik sampling Nonprobability Sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak member peluang/kesempatan sama

bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilh menjadi sampel. Dari teknik

nonprobability sampling ini dipakai Sampling Insidental yang merupakan teknik

penentuan sampel dengan cara menjadikan setiap orang yang dijumpai dan

sebagai pekerja konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-

Ngurah Rai-Benoa Paket 3 yang dianggap layak sebagai sumber data.

3.11 Uji Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Penelitian

Sebagaimana diketahui bahwa data mempunyai kedudukan yang sangat

penting bagi suatu penelitian, karena merupakan penggambaran variable yang

diteliti dan berfungsi sebagai alat untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena

itu, data dalam suatu penelitian dapat dikumpulkan dengan suatu instrument

yang dipakai dalam mengumpulkan data haruslah memenuhi persyaratan

penting yaitu Validitas dan Reliabilitas.


69

2.11.1 Validitas

Instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variable

yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi yaitu

mengkorelasikan skor setiap butir dengan total variable tersebut dengan

menggunakan teknik korelasi PPM (Pearson Product Moment) dengan rumus

sebagai berikut (Arikunto, 2006;168), dalam (Riduwan, 2006;110)


∑  ∑  ∑ 
r hitung = …………………………(1)

∑    ∑   .
∑    ∑  

Dimana:

r hitung = Koefisien Korelasi

X = Variabel Bebas

Y = Variabel Terikat

n = Jumlah Responden

Korelasi PPM dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari

harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasinya negatif

sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 artinya korelasinya

sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel 2.2

interpretasi nilai r sebagai berikut:


70

Tabel 2.2

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,80 - 1,000 Sangat Kuat

0,60 - 0,799 Kuat

0,40 - 0,599 Cukup Kuat

0,20 - 0,399 Rendah

0,00 - 0,199 Sangat Rendah

Sumber : Riduwan 2006

Selanjutnya untuk mencari makna hubungan variable X terhadap Y maka

hasil korelasi PPM tersebut dihitung dengan Uji-t dengan rumus:

√

t hitung = √ 
………………………..…………(2)

Dimana:

t hitung = Nilai t

r = Nilai Koefisien Korelasi

n = Jumlah Sampel

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2),

Kaidah keputusan: t hitung > t table berarti valid

t hitung < t table berarti tidak valid


71

2.11.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah menunjukkan pada tingkat kehandalan sesuatu yang dapat

dipercaya dan dapat dihandalkan dengan menggunakan metode Alpha

Cronbach’s, rumus reliabilitas dengan metode Alpha adalah (Arikunto,

2002):

 ∑ "#
 =  1 − "$
 …………………………(3)

Dimana:

 = Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

∑ %& = Jumlah varian butir

% = Varian total

Uji signifikansi dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 artinya instrument

dapat dikatakan reliable apabila nilai alpha lebih besar dari r kritis product

moment.

2.11.3 Interpretasi Hasil Penelitian

Penafsiran atas hasil penelitian terhadap hasil analisis data dilakukan untuk

mendapatkan informasi lebih jauh yang berkaitan dengan hasil penelitian.

Selain itu, interpretasi juga dimaksudkan untuk mendapatkan inferensi yang

relevan dengan hasil penelitian. Interpretasi yang dilakukan adalah cara

terbatas berdasarkan data dan hubungannya dengan penelitian serta

dilaksanakan pada saat yang bersamaan. Interpretasi cara ini akan

menghasilkan pengertian yang sempit dan terbatas.


72

3.12 Skala Pengukuran Penelitian

Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan

untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada pada alat ukur, sehingga

alat ukur tersebut jika digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data

kuantitatif. Dengan skala pengukuran maka variabel yang diukur dengan

instrument tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga akan lebih

akurat, efisien dan komunikatif (Sugiyono,2011).

Berbagai skala sikap yang digunakan antara lain:

1. Skala Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena social. Dalam penelitian,

fenomena social ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang

selanjutnya disebut variabel penelitian. Dengan skala Likert, maka variabel

yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian indicator

tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrument

yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Jawaban setiap item

instrument yang menggunakan skala Likert dapat berupa kata-kata antara lain:

a. Sangat Sering = 5

b. Sering = 4

c. Kadang-kadang = 3

d. Hampir Tidak Pernah = 2

e. Tidak Pernah = 1
73

2. Skala Guttman

Skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya-

tidak”, “benar-salah”, “pernah-tidak pernah”, dan lain-lain

3. Semantic Differensial

Skala pengukuran yang berbentuk Semantic Differensial dikembangkan oleh

Osgood. Skala ini juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya

tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis

kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak di bagian kanan garis dan

jawaban sangat negatifnya terletak di bagian kiri garis.

4. Rating Scale

Dari ketiga skala pengukuran seperti yang telah dikemukakan, data yang

diperoleh semuanya adalah data kualitatif yang kemudian dijadikan data

kuantitatif. Tetapi dengan rating scale data mentah yang diperoleh berupa

angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif.

3.13 Analisis Regresi

3.13.1 Analisis Regresi Linear Sederhana

Secara umum analisis regresi linear sederhana digunakan untuk

menganalisis satu variabel dependen dengan satu variabel independen. Persamaan

umum analisis regresi linear sederhana adalah:

Y = a + bX …………………………..………(4)

Keterangan:

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan


74

a = Harga Y prediksi jika X = 0 (harga konstan)

b = Koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan atau penurunan

X = Subyek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

3.13.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda yaitu didasarkan pada hubungan

fungsionalnya, dimana mempunyai lebih dari satu variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y). persamaan umum analisis regresi linear berganda yaitu:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + ……. + bnXn ……………(5)

Keterangan:

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan

a = Harga Y prediksi jika X = 0 (harga konstan)

b1, bn = Koefisien regresi, menunjukkan angka peningkatan atau penurunan

X1, Xn = Subyek dalam variabel independen yang mempunyai nilai tertentu

Tahap selanjutnya, hasil perhitungan dengan regresi linear berganda

tersebut dapat dilakukan analisis sebagai berikut:

a. Koefisien Determinan (R2)

Menilai koefisien determinasi yang digunakan untuk mengetahui ketepatan

model yang dipakai, yang dinyatakan dengan beberapa persen variabel

dependent dijelaskan oleh variabel independent di dalam model regresi.

Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel

independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan variabel

dependen.
75

b. Uji-F

Uji-F digunakan untuk menguji koefisien regresi secara keseluruhan dengan

cara membandingkan F hitung dengan F tabel atau berdasarkan probabilitas

pada tingkat signifikan 5%. Kriteria pengambilan keputusan dalam Uji-F

adalah apabila F hitung lebih besar dari F tabel atau probabilitas/signifikansi

regresi lebih kecil dari α yang digunakan, maka variabel independen secara

bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tetapi jika

F hitung lebih kecil dari F tabel atau probabilitas/signifikansi regresi lebih

besar dari α yang digunakan, maka variabel independen secara bersama-sama

tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

c. Uji-t

Uji Parameter Regresi (Uji-t) dilakukan untuk membuktikan dan untuk

mengetahui keberartian koefisien regresi parsial, dengan cara membandingkan

nilai t hitung dengan nilai t tabel pada tingkat signifikansi 5% atau dengan

melihat probabilitas/signifikansi masing-masing regresi. Apabila t hitung lebih

besar dari t tabel atau jika signifikansi lebih kecil dari α yang digunakan

berarti variabel-variabel bebas secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

variabel bergantung.
76

BAB III

METODE PENELITIAN

6.1 Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kualitatif yaitu suatu metode yang berusaha mengumpulkan data yang

sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan serta menganalisisnya

sehingga dapat memberikan gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti.

Metode kualitatif bisa bermakna apabila data yang didapat lebih lengkap, lebih

mendalam, dan kredibel sehingga tujuan penelitian tercapai. Metode ini tepat

digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, perusahaan sebagai objek

penelitian, yang bertujuan membuat deskriptif gambaran secara sistematis, factual

dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki
77

6.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua –

Ngurah Rai – Benoa Paket 3 yang terletak di Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

a. Denah Lokasi Proyek Jalan Tol

b. Simpang Susun Ngurah Rai

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian


78

6.3 Penentuan Sumber Data

Populasi pekerja pada proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah

Rai – Benoa, Paket 3 adalah berjumlah 1159 orang. Pada penelitian ini, teknik

pengambilan sampel dilakukan dengan metode Sampling Insidental. Teknik

penyebaran kuisioner dengan cara meminta bantuan staf PT. Hutama Karya yang

terlibat pada proyek Pembangunan Jalan tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa

Paket 3 untuk menyebarkan kuisioner, atau membagikan langsung pada pekerja

konstruksi pada proyek tersebut yang siap bekerja sama dan dijadikan sumber

data. Jumlah pekerja yang dijadikan sampel yaitu sebanyak 137 orang.

6.4 Jenis Data

Untuk mendapatkan tujuan akhir dari penelitian, maka data yang

diperlukan adalah data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh dari responden dengan mendistribusikan kuisioner dan

atau wawancara langsung kepada pekerja konstruksi yang bersedia dijadikan

sampel penelitian. Data primer yang digunakan yaitu hasil jawaban kuisioner

yang kemudian dibuatkan tabulasi penilaian jawaban responden (Lampiran 3).

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Unit SMK3L PT. Hutama Karya seperti data umum

proyek, RK3K Proyek, data jumlah pekerja, serta literatur – literatur dan media

yang berhubungan dengan objek yang diteliti.


79

6.5 Definisi Operasional Variabel

Variabel merupakan gejala yang bervariasi dapat berupa faktor-faktor

yang mempengaruhi variabel lain. Variabel yang diidentifikasi dalam hubungan

pengetahuan K3 dan perilaku pekerja konstruksi antara lain : variabel bebas dan

variabel tergantung.

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain atau

variabel yang disebut variabel prediktor. Dalam penelitian ini sebagai variabel

bebas adalah pengetahuan tentang K3 yang terdiri dari: Definisi atau Inisiasi K3

(X1), Sistem Manajemen K3 (X2), Mekanisme Alat Pelindung Diri (X3), Sarana

dan Prasarana K3 (X4), Risiko K3 (X5).

Variabel tergantung yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Perilaku Pekerja Konstruksi (Y).

Sesuai dengan tujuan penulisan, maka variabel-variabel yang akan diuji

diambil dari konsep tentang variabel yang dapat mempengaruhi perilaku pekerja

konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa

Paket 3. Variabel – variabel yang akan dianalisis tersebut dibagi menjadi enam

kelompok yaitu :

1. Variabel Perilaku Pekerja Konstruksi (Y) yang terdiri atas :

a. Y.1 = Mengutamakan Kerja daripada Pekerjaan Berisiko

b. Y.2 = Membiasakan Perilaku Hidup Sehat

c. Y.3 = Ikut Menjaga Kelestarian Lingkungan

d. Y.4 = Menjaga Kebersihan Lingkungan

e. Y.5 = Menggunakan Fasilitas MCK


80

f. Y.6 = Memakai Helm Safety Saat Bekerja

g. Y.7 = Memakai Masker Saat Bekerja

h. Y.8 = Memakai Safety Belt Saat Bekerja

i. Y.9 = Memakai Safety Harness di Ketinggian

j. Y.10 = Memakai Safety Shoes

k. Y.11 = Mentaati Rambu-rambu K3 Proyek

l. Y.12 = Kesigapan Tanggap Darurat dan Kondisi Bencana

m. Y.13 = Mengikuti Safety Talk (Briefing K3)

n. Y.14 = Mengoperasikan APAR

o. Y.15 = Melakukan P3K

2. Variabel Definisi dan Inisiasi K3 (X1)

a. X1.1 = Definisi K3

b. X1.2 = Definisi Sistem Manajemen K3

c. X1.3 = Ahli K3 Konstruksi

d. X1.4 = Petugas K3 Konstruksi

e. X1.5 = Definisi P2K3

f. X1.6 = Rencana K3 Kontrak (RK3K)

g. X1.7 = Audit Internal K3

h. X1.8 = Monitoring dan Evaluasi K3

i. X1.9 = Peraturan Baku terkait K3

j. X1.10 = ISO dan OHSAS


81

3. Variabel Sistem Manajemen K3 (X2)

a. X2.1 = SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum

b. X2.2 = Adanya Kebijakan K3

c. X2.3 = Prinsip Plan Do Check Action

d. X2.4 = Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko

e. X2.5 = Pemenuhan Peraturan Perundang-Undangan

f. X2.6 = Sasaran dan Program

g. X2.7 = Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban

h. X2.8 = Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian

i. X2.9 = Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultasi

j. X2.10 = Dokumentasi

k. X2.11 = Pengendalian Dokumen

l. X2.12 = Pengendalian Operasional

m. X2.13 = Kesiagaan dan Tanggap Darurat

n. X2.14 = Pengukuran dan Pemantauan

o. X2.15 = Evaluasi Kepatuhan

p. X2.16 = Penyelesaian Insiden dan Ketidaksesuaian

q. X2.17 = Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

r. X2.18 = Pengendalian Rekaman

s. X2.19 = Audit Internal

t. X2.20 = Tinjauan Manajemen

u. X2.21 = Perbaikan Berkelanjutan


82

4. Variabel Mekanisme Alat Pelindung Diri (X3)

a. X3.1 = Penggunaan APD

b. X3.2 = Pentingnya APD

c. X3.3 = Pengaruh Pemakaian APD terhadap Kenyamanan Kerja

d. X3.4 = Pengaruh Pengadaan APD terhadap Biaya Konstruksi

e. X3.5 = Briefing Penggunaan APD

f. X3.6 = Penggunaan Safety Helmet

g. X3.7 = Penggunaan Safety Masker

h. X3.8 = Penggunaan Safety Belt

i. X3.9 = Penggunaan Safety Harness

j. X3.10 = Penggunaan Safety Boat

k. X3.11 = Penindakan terhadap Pelanggaran Penggunaan APD

5. Variabel Sarana dan Prasarana K3 (X4)

a. X4.1 = Tersedianya Sarana K3 yang Memadai

b. X4.2 = Fasilitas MCK yang Layak

c. X4.3 = Tersedianya Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

d. X4.4 = Adanya Tangga Darurat

e. X4.5 = Adanya Tempat Berkumpul (Center Point)

f. X4.6 = Tersedianya Alat-alat Kebersihan Proyek

g. X4.7 = Tersedianya TPS Sampah Proyek

h. X4.8 = Adanya Fire Alarm

i. X4.9 = Adanya First Aid Kit (P3K)


83

j. X4.10 = Adanya Asuransi Tenaga Kerja

k. X4.11 = Adanya Signage K3

l. X4.12 = Pentingnya Signage K3

m. X4.13 = Pengaruh Signage K3 terhadap Kelancaran Konstruksi

6. Variabel Risiko K3 (X5)

a. X5.1 = Identifikasi Bahaya

b. X5.2 = Manajemen Risiko

c. X5.3 = Risiko K3

d. X5.4 = Risiko Tinggi

e. X5.5 = Risiko Sedang

f. X5.6 = Risiko Kecil

g. X5.7 = Adanya Unsafe Action

h. X5.8 = Adanya Unsafe Condition

i. X5.9 = Penilaian Risiko

j. X5.10 = Pengendalian Bahaya

k. X5.11 = Dampak Lingkungan

l. X5.12 = Pengaruh Kebersihan terhadap Kesehatan Kerja

m. X5.13 = Pengelolaan Limbah Cair

n. X5.14 = Pengelolaan Limbah Padat

o. X5.15 = Aplikasi Green Building


84

6.6 Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data

adalah dengan cara sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data jumlah pekerja yang terlibat, Rencana K3 Kontrak, tool

box meeting pada proyek jalan tol, media cetak yang berkaitan dengan proyek

jalan tol, beberapa referensi hasil penelitian dan beberapa data lain yang

terkait Pengendalian Sistem Mutu dan K3 Lingkungan (PSMK3L).

2. Pengumpulan Data Primer

Data primer dikumpulkan dengan metode penyebaran kuisioner dimana

responden akan diminta untuk menjawab pertanyaan, yang selanjutnya akan

di buatkan tabulasi penilaian responden.

6.7 Skala Pengukuran

Semua variabel yang digunakan pada penelitian ini diukur dengan

menggunakan Skala Likert. Dalam hal ini penulis berasumsi bahwa skala likert

menghasilkan pengukuran variabel dalam Skala Interval (Sakaran: 1992). Ada

lima alternatif pengukuran yang digunakan yaitu tipe Skala Likert dengan skor :

5 = Sangat Tahu/Sangat Penting/Sangat Sering/Sangat Besar

4 = Tahu/Penting/Sering/Besar

3 = Kurang Tahu/Kurang Penting/Kadang-kadang/Sedang

2 = Tidak Tahu/Tidak Penting/Jarang/Kecil

1 = Sangat Tidak Tahu/Sangat Tidak Penting /Tidak Pernah/ Sangat Kecil


85

6.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas sebuah alat ukur didasarkan pada kriteria instrumen terhadap

fakta-fakta yang terjadi di lapangan, dimana validitas instrumen tersebut harus

memiliki ketepatan dan kecermatan untuk mendapatkan data yang valid. Cara

yang digunakan untuk menguji validitas adalah dengan menggunakan program

SPSS (Statistical Product and Service Solution). Untuk mengetahui korelasi item

pertanyaan satu dengan yang lain digunakan Corrected Item-Total Correlation Uji

validitas dilakukan setiap butir soal. Item instrument dianggap valid jika r hitung

> 0,3. Hasil perhitungan untuk uji validitas instrumen pada Lampiran 6.

Item pertanyaan dengan nilai korelasi negatif berarti item yang merusak

fungsi skala, sehingga item tersebut perlu diperbaiki. Item yang mendekati nol

berarti tidak mampu memberikan informasi apapun tentang subyek. Item yang

positif berarti mampu memberikan keterangan yang akurat tentang subyek dan

mampu membedakan subyek yang mempunyai sikap tertentu.

Melakukan uji reliabilitas merujuk kepada konsistensi hasil pengukuran.

Kalau hasilnya konsisten, maka instrumen tersebut dapat dipercaya (reliable) atau

dapat dihandalkan (dependable). Pada penelitian ini pengujian reliabilitas yang

digunakan dengan metode Alpha Cronbach. Koefisien dari Alpha Cronbach

berkisar antara 0 sampai 1, untuk nilai kurang dari 0,6 secara umum instrumen

dianggap tidak reliabel. Hasil perhitungan untuk uji validitas instrumen pada

Lampiran 6.
86

6.9 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses pengolahan data yang diperoleh

melalui survey. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah ;

1) Statistik Deskriptif

Statistik yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau member gambaran

terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana

adanya, tanpa membuat analisis atau kesimpulan yang berlaku untuk umum.

Proses transformasi data penelitian dalam bentuk penyajian data, dengan tabel

distribusi frekuensi dan penjelasan melalui mean jawaban.

2) Analisis Regresi dan Korelasi

Analisis regresi dan korelasi menggunakan program SPSS dan Microsoft

Excel. Analisis regresi yang digunakan adalah Analisis Regresi Linear

Berganda untuk mengetahui pengaruh aspek-aspek pengetahuan K3 secara

bersama-sama terhadap perilaku pekerja konstruksi, kemudian Analisis

Regresi Linear Sederhana untuk mengetahui pengaruh masing-masing aspek

pengetahuan K3 secara parsial terhadap perilaku pekerja konstruksi

Analisis korelasi, untuk mengetahui korelasi pengetahuan K3 dengan perilaku

pekerja konstruksi di tempat kerja dengan menggunakan analisis korelasi

Pearson Product Moment (PPM).

6.10 Cara Penyajian Data

Untuk lebih memudahkan dan memahami isi data dan lebih komunikatif,

maka penyajian hasil pengumpulan data dapat dibuat berupa tabel.


87

6.11 Diagram Kerangka Penelitian

MULAI

Perumusan Masalah dan Tujuan Penelitian

Kajian Pustaka

Menentukan Sampel dan Variabel Penelitian

Data Primer : Data Sekunder :


• Kuisioner • Data Proyek

Membuat Format Kuisioner

Percobaan Penilaian dan Kuisioner


Tidak

Uji Validitas dan


Reliabilitas

Ya
Penyebaran Kuisioner

Analisis Data / Tabulasi Data

Pembahasan Hasil Analisis Data

Simpulan dan Saran

SELESAI
Gambar 3.2 Diagram Kerangka Penelitian
88

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Pembangunan jalan tol ini dilaksanakan dengan konsep Design and Built,

yaitu pengguna jasa menyediakan basic design, kriteria desain dan penyedia jasa

yang merencanakan simultan dengan pelaksanaan konstruksi. Adapun Data

Umum Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah rai – Benoa adalah

sebagai berikut:

a. Nama Paket :

Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3, STA 5+308

sd STA 6+092 (Main Road), Simpang Susun Ngurah Rai, STA 0+000 sd STA

1+597 (Jalan Akses Ngurah Rai), Persimpangan Sebidang Jalan Ngurah Rai

b. Pemilik Proyek : PT. Jasa Marga Bali TOL

c. Sumber Dana : PT. Jasa Marga Bali TOL

d. Lokasi : Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, Prov. BALI,

e. Kontraktor : WIKA – ADHI – HUTAMA (KSO)

f. Pelaksanaan : 420 Hari Kalender (Tahun Jamak)

g. Tanggal PHO : 19 Juni 2013

h. Tanggal FHO : 18 April 2016

Pada tahap pelaksanaan proyek jalan tol ini, proses pembangunannya

dibagi menjadi 4 paket yang secara keseluruhan ditargetkan selesai bersamaan dan

direncanakan sudah dioperasikan sebelum pelaksanaan APEC, karena nantinya


89

jalan tol akan menunjang pelaksanaan perhelatan akbar kegiatan tersebut pada

Tanggal 7 – 8 Oktober 2013 di Bali. Pada minggu kedua Januari 2012 panitia

pengadaan penyedia jasa pemborongan pembangunan jalan tol ini, telah berhasil

melaksanakan tugasnya dan konsorsium telah menunjuk pemenang penyedia jasa

sebagai berikut :

1. Paket I (Main Road) dari Sta 0+000 – Sta 2+970 dan persimpangan sebidang

dengan Bypass Ngurah Rai yang dimenangkan oleh Wika-Adhi-Hutama JO

(Joint Operation) dan sebagai lead contractor PT. Adhi Karya (Persero) Tbk.

2. Paket II (Main Road) dari Sta 2+970 – Sta 5+308 yang dimenangkan oleh PT.

Waskita Karya (Persero).

3. Paket III (Main Road) dari Sta 5+308 – Sta 6+090, di simpang susun Ngurah

Rai, jalan akses Ngurah Rai dari Sta 0+000 – Sta 1+593, dan persimpangan

sebidang dengan Bypass Ngurah Rai dimenangkan oleh Wika-Adhi-Hutama

JO dan sebagai lead contractor PT. Hutama Karya (Persero).

4. Paket IV (Main Road) dari Sta 6+090 – Sta 8+122, dan simpang susun Benoa,

pelebaran akses Pelabuhan Benoa dari Sta 0+000 – Sta 2+200 dan

persimpangan pesanggaran Bypass Ngurah Rai yang dimenangkan oleh PT.

Waskita Karya (Persero).

Mengingat proyek tol ini melintas di wilayah perairan dan disekitarnya ada

hutan bakau, maka pemantauan lingkungan menjadi tugas yang tidak boleh

ditinggalkan. Sebelum melaksanakan pekerjaan fisik di lapangan, sudah dilakukan

Studi AMDAL dan setiap 6 bulan sekali dilakukan pemantauan lingkungan secara

intensif. Karena lokasi pekerjaan sebagian besar ada di tengah laut, maka
90

diupayakan sesedikit mungkin membuat beton di laut dan untuk itu ditetapkan

dengan metode precast. Hampir semua girder dan slab memakai precast yang

memang ramah lingkungan. Terutama pada bentuk-bentuk penampang badan

jalan yang tidak tipikal. Konstruksi jalan tol ini sebagian besar dibuat precast yang

ramah lingkungan, sehingga dari sisi gangguan eksistem lingkungan hampir

dikatakan tidak muncul. Pekerjaan yang dilakukan secara pracetak bisa mencapai

lebih dari 75%.

4.2 Deskripsi Data

4.2.1 Deskripsi Karakteristik Pekerja

a. Berdasarkan Umur
Tabel 4.1
Karakteristik Pekerja Berdasarkan Umur
Umur Pekerja Jumlah Persentase
No
(Tahun) (Orang) (%)
1. 17 – 25 18 13.139
2. 25 – 40 61 44.526
3. > 40 58 42.336
Jumlah 137 100
Sumber: Tabulasi hasil survei

b. Berdasarkan Kontrak Kerja


Tabel 4.2
Karakteristik Pekerja Berdasarkan Kontrak Kerja
Jumlah Persentase
No Sifat Kontrak Kerja
(Orang) (%)
1. Karyawan Tetap 20 14.599
2. Karyawan Lepas 67 48.905
3. Karyawan Kontrak Proyek 50 36.496
Jumlah 137 100
Sumber: Tabulasi hasil survei
91

c. Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.3
Karakteristik Pekerja Berdasarkan Pendidikan
Tingkat Jumlah Persentase
No
Pendidikan (Orang) (%)
1. SMP 41 29.927
2. SMA 44 32.117
3. Sarjana 52 37.956
Jumlah 137 100
Sumber: Tabulasi hasil survei

4.2.2 Deskripsi Penilaian Pekerja Berdasarkan Hasil Survei

Berdasarkan hasil survei dari pekerja/responden pada Proyek Pembangunan Jalan

Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa Paket 3 yang dilakukan dengan

menyebarkan kuisioner dan informed consent selama satu bulan. Dengan

beberapa pertanyaan pada masing – masing variabel, yaitu Definisi dan Inisiasi

K3 (Variabel X1), Sistem Manajemen K3 (Variabel X2), Alat Pelindung Diri

(Variabel X3), Sarana dan Prasarana K3 (Variabel X4), Risiko K3 (Variabel X5),

maka diperoleh tabulasi hasil jawaban responden seperti terlihat pada Lampiran 3

(Tabulasi Penilaian Responden). Dari data tersebut terdapat nilai mean dari

masing-masing responden, sebagai nilai representatif dari beberapa pertanyaan

sebagai indikator masing-masing variabel. Kemudian nilai tersebut akan

digunakan dalam perhitungan regresi yang hasilnya dapat digunakan untuk

mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen

baik secara bersama-sama maupun secara parsial.


92

4.3 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja

Konstruksi Secara Bersama - sama

Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan

Pengaruh Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi secara bersama –

sama adalah metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuan program

software Microsoft Excel . Adapun langkah – langkah dalam metode ini yaitu

dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi, Uji-F, Uji–t,

menentukan koefisien korelasi dan determinasi.

Dari hasil perhitungan dengan program software Microsoft Excel (Data Analyze

Regresion), dengan plot data hasil survei (Lampiran 3) didapatkan hasil

perhitungan:

a. Uji-F

Tabel 4.4
Signifikansi Pengaruh Variabel Bersama-sama
Df SS MS F Significance F
Regression 5 5.229 1.046 1.929 0.094
Residual 131 71.017 0.542
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Keterangan:

Df = Degree of freedom (derajat kebebasan)

SS = Sum Square (jumlah kuadrat)

MS = Mean Square (kuadrat tengah)

F = Significance (Signifikansi)
93

b. Uji - t

Tabel 4.5
Uji Parameter Variabel Bersama-sama
Koef. CI 95%
Variabel SE t t - tabel p(t)
(B) Lower Upper
Konstanta 3.9717 0.4647 8.5475 1.9782 0.0000 3.0525 4.8909
X1 -1.3711 1.0284 1.3331 1.9782 0.0924 -3.4055 0.6634
X2 -0.8311 0.4824 1.7229 1.9782 0.0436 -1.7853 0.1232
X3 1.9594 0.9418 2.0803 1.9782 0.0197 0.0962 3.8225
X4 0.3572 0.5664 0.6307 1.9782 0.2647 -0.7632 1.4777
X5 -0.1049 0.0872 1.2022 1.9782 0.1157 -0.2774 0.0677
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Dari Tabel 4.5 di atas didapatkan Nilai Konstanta=3.9717, Nilai Koefisien X1=-

1.3711, Nilai Koefisien X2=-0.8311, Nilai Koefisien X3=1.9594, Nilai Koefisien

X4=0.3572, Nilai Koefisien X5=-0.1049. Sedangkan model persamaan regresi

yang didapat adalah sebagai berikut :

Y = 3.9717 – 1.3711X1 – 0.8311X2 + 1.9594X3 + 0.3572X4 – 0.1049X5

c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi

Tabel 4.6
Nilai Korelasi dan Determinasi
Regression Statistics
Multiple R 0.262
R Square 0.068
Adjusted R Square 0.033
Standard Error 0.736
Observations 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
94

Berdasarkan Tabel 4.6, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) =

0.262, Koefisien Determinasi (r square) = 0.068, Penyesuaian Koefisien

Determinasi (adjusted r square) = 0.033

4.4 Pengaruh Masing – masing Variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku

Pekerja Konstruksi Secara Parsial

Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan

pengaruh masing – masing variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja

Konstruksi secara parsial adalah metode Analisis Regresi Linier Sederhana

dengan bantuan program software Microsoft Excel . Adapun langkah – langkah

dalam metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi,

Uji-F, Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi.

1. Pengaruh Variabel Definisi dan Inisiasi K3 (X1) terhadap Perilaku Pekerja

Konstruksi (Y)

a. Uji-F

Tabel 4.7
Signifikansi Variabel Definisi dan Inisiasi
Df SS MS F Significance F
Regression 1 0.240 0.240 0.426 0.515
Residual 135 76.006 0.563
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
95

b. Uji – t

Tabel 4.8
Uji – t Variabel Definisi dan Inisiasi
Lower Upper
Coefficients Standard Error t Stat P-value
95% 95%
Intercept 3.723 0.306 12.168 0.000 3.118 4.329
X1 0.072 0.110 0.653 0.515 -0.145 0.288
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Dari Tabel 4.8 di atas, didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 3,723 + 0,072X

c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi

Tabel 4.9
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X1
Regression Statistics
Multiple R 0.056
R Square 0.003
Adjusted R Square -0.004
Standard Error 0.750
Observations 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Berdasarkan Tabel 4.9, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) =

0.056, Koefisien Determinasi (r square) = 0.003, Penyesuaian Koefisien

Determinasi (adjusted r square) = -0.004

2. Pengaruh Variabel Sistem Manajemen K3 (X2) terhadap Perilaku Pekerja

Konstruksi (Y)

a. Uji-F
96

Tabel 4.10
Signifikansi Variabel Sistem Manajemen
df SS MS F Significance F
Regression 1 0.059 0.059 0.105 0.746
Residual 135 76.187 0.564
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

b. Uji – t

Tabel 4.11
Uji – t Variabel Sistem Manajemen
Lower Upper
Coefficients Standard Error t Stat P-value
95% 95%
Intercept 3.829 0.285 13.426 0.000 3.265 4.393
X2 0.033 0.103 0.324 0.746 -0.170 0.237
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 3,829 + 0,033X

c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi

Tabel 4.12
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X2
Regression Statistics
Multiple R 0.028
R Square 0.001
Adjusted R Square -0.007
Standard Error 0.751
Observations 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Berdasarkan Tabel 4.12, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) =

0.028, Koefisien Determinasi (r square) = 0.001, Penyesuaian Koefisien

Determinasi (adjusted r square) = -0.007


97

3. Pengaruh Variabel Alat Pelindung Diri (X3) terhadap Perilaku Pekerja

Konstruksi (Y)

a. Uji-F

Tabel 4.13
Signifikansi Variabel Alat Pelindung Diri
Df SS MS F Significance F
Regression 1 0.454 0.454 0.808 0.370
Residual 135 75.793 0.561
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

b. Uji – t

Tabel 4.14
Uji – t Variabel Alat Pelindung Diri
Lower Upper
Coefficients Standard Error t Stat P-value
95% 95%
Intercept 3.653 0.302 12.083 0.000 3.055 4.251
X3 0.097 0.108 0.899 0.370 -0.116 0.310
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 3,653 + 0,097X

c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi

Tabel 4.15
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X3
Regression Statistics
Multiple R 0.077
R Square 0.006
Adjusted R Square -0.001
Standard Error 0.749
Observations 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
98

Berdasarkan Tabel 4.15, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.077,

Koefisien Determinasi (r square) = 0.006, Penyesuaian Koefisien Determinasi

(adjusted r square) = -0.001

4. Pengaruh Variabel Sarana dan Prasarana K3 (X4) terhadap Perilaku Pekerja

Konstruksi (Y)

a. Uji-F

Tabel 4.16
Signifikansi Variabel Sarana dan Prasarana
Df SS MS F Significance F
Regression 1 0.343 0.343 0.610 0.436
Residual 135 75.903 0.562
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

b. Uji – t

Tabel 4.17
Uji – t Variabel Sarana dan Prasarana
Lower Upper
Coefficients Standard Error t Stat P-value
95% 95%
Intercept 3.678 0.315 11.664 0.000 3.054 4.301
X4 0.087 0.111 0.781 0.436 -0.133 0.307
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 3,678 + 0,087X

c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi


99

Tabel 4.18
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X4
Regression Statistics
Multiple R 0.067
R Square 0.004
Adjusted R Square -0.003
Standard Error 0.750
Observations 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Berdasarkan Tabel 4.18, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.067,

Koefisien Determinasi (r square) = 0.004, Penyesuaian Koefisien Determinasi

(adjusted r square) = -0.003

5. Pengaruh Variabel Risiko K3 (X5) terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi (Y)

a. Uji-F

Tabel 4.19
Signifikansi Variabel Risiko
df SS MS F Significance F
Regression 1 0.684 0.684 1.223 0.271
Residual 135 75.562 0.560
Total 136 76.246
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

b. Uji – t

Tabel 4.20
Uji – t Variabel Risiko
Lower Upper
Coefficients Standard Error t Stat P-value
95% 95%
Intercept 4.309 0.359 12.005 0.000 3.599 5.019
X5 -0.098 0.088 -1.106 0.271 -0.272 0.077
Sumber : Data Analisis Regresi Excel
100

Dari tabel Uji – t di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 4,309 - 0,098X

c. Menghitung Nilai Korelasi dan Determinasi

Tabel 4.21
Nilai Korelasi dan Determinasi Variabel X5
Regression Statistics
Multiple R 0.095
R Square 0.009
Adjusted R Square 0.002
Standard Error 0.748
Observations 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Berdasarkan Tabel 4.21, maka didapatkan nilai : Koefisien Korelasi (r) = 0.095,

Koefisien Determinasi (r square) = 0.009, Penyesuaian Koefisien Determinasi

(adjusted r square) = 0.002


101

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Uji Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pekerja

5.1.1 Uji Autokorelasi

Tabel 5.1
Nilai Korelasi dan Determinasi
Regression Statistics
Multiple R 0.262
R Square 0.068
Adjusted R Square 0.033
Standard Error 0.736
Observations 137
Sumber : Data Analisis Regresi Excel

Berdasarkan Tabel 5.1 bahwa terdapat korelasi atau hubungan antara

Pengetahuan K3 dengan Perilaku Pekerja yaitu sebesar 0,262 ( > 0). Sedangkan

pengaruh variabel dependen terhadap variabel independen, ditunjukkan dengan

nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan yaitu sebesar 0,033 (3,3%).

Hal ini menunjukkan bahwa hanya 3,3% sumbangan pengaruh yang diberikan

faktor – faktor pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja.

5.1.2 Pengaruh Variabel Pengetahuan K3 secara bersama – sama terhadap

Variabel Perilaku Pekerja

Dari Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa 3,30% keragaman yang terjadi pada

variabel Perilaku Pekerja dapat diduga dari kombinasi variabel Definisi dan

Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, dan Risiko.
102

Sedangkan sisanya dijelaskan atau dipengaruhi variabel lainnya. Metode

perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan Pengaruh

Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi secara bersama – sama

adalah metode Analisis Regresi Linier Berganda dengan bantuan program

software Microsoft Excel dan program SPSS . Adapun langkah – langkah dalam

metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan koefisien regresi, Uji-F,

Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi.

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa kombinasi variabel Definisi

dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, dan

Risiko tidak signifikan untuk menduga variabel Perilaku Pekerja, hal ini

ditunjukkan dengan nilai F hitung (1,929) lebih kecil dari F tabel sebesar 2,283

(Lihat Lampiran 7, Nilai Distribusi F) dan nilai significance F sebesar 0,094 > α

yang digunakan sebesar 0,05.

Dari Tabel 4.5 dapat diketahui bahwa:

a. Variabel X1 (Definisi dan Inisiasi), variabel X2 (Sistem Manajemen), variabel

X4 (Sarana Prasarana), dan variabel X5 (Risiko) adalah variabel – variabel

yang tidak signifikan memberikan kontribusi dalam persamaan regresi

ditunjukkan oleh nilai t variabel X1 sebesar 1,3331 < t tabel (1,9782), nilai t

variabel X2 sebesar 1,7229 < t tabel (1,9782), nilai t variabel X4 sebesar

0,6307 < t tabel (1,9782), dan nilai t variabel X5 sebesar 1,2022 < t tabel

(1,9782).
103

b. Variabel X3 (Alat Pelindung Diri) adalah variabel yang signifikan

memberikan kontribusi dalam persamaan regresi yang ditunjukkan dengan

nilai t variabel X3 sebesar 2,0803 > t tabel (1,9782).

Sehingga model persamaan regresi yang didapat adalah sebagai berikut :

Y = 3.9717 – 1.3711X1 – 0.8311X2 + 1.9594X3 + 0.3572X4 – 0.1049X5

Persamaan tersebut di atas dapat diartikan sebagai berikut:

a. Perilaku Pekerja = 3,9717 Konstanta – 1,3711 koefisien regresi Definisi dan

Inisiasi – 0,8311 koefisien regresi Sistem Manajemen + 1,9594 koefisien

regresi Alat Pelindung Diri + 0,3572 koefisien regresi Sarana dan Prasarana –

0,1049 koefisien regresi Risiko.

b. Konstanta sebesar 3,9717 artinya jika variabel Definisi dan Inisiasi, variabel

Sistem Manajemen, variabel Alat Pelindung Diri, variabel Sarana dan

Prasarana, dan variabel Risiko nilainya 0, maka variabel Perilaku Pekerja

nilainya adalah 3,9717.

c. Nilai koefisien regresi variabel Definisi dan Inisiasi sebesar – 1.3711 artinya

jika variabel independen lainnya yaitu Sistem Manajemen, Alat Pelindung

Diri, Sarana Prasarana, Risiko tetap serta Definisi dan Inisiasi mengalami

kenaikan 1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami penurunan

sebesar 1.3711.

d. Nilai koefisien regresi variabel Sistem Manajemen sebesar - 0.8311 artinya

jika variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Alat Pelindung

Diri, Sarana Prasarana, Risiko tetap serta Sistem Manajemen mengalami


104

kenaikan 1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami penurunan

sebesar 0.8311.

e. Nilai koefisien regresi variabel Alat Pelindung Diri sebesar 1.9594 artinya jika

variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen,

Sarana Prasarana, Risiko tetap serta Alat Pelindung Diri mengalami kenaikan

1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami kenaikan sebesar

1.9594.

f. Nilai koefisien regresi variabel Sarana Prasarana sebesar 0.3572 artinya jika

variabel independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen,

Alat Pelindung Diri, Risiko tetap serta Sarana Prasarana mengalami kenaikan

1 satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami kenaikan sebesar

0.3572.

g. Nilai koefisien regresi variabel Risiko sebesar – 0,1049 artinya jika variabel

independen lainnya yaitu Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat

Pelindung Diri, Sarana Prasarana tetap serta Risiko mengalami kenaikan 1

satuan, maka nilai Perilaku Pekerja akan mengalami penurunan sebesar

0,1049.

5.1.3 Pengaruh masing – masing Variabel Pengetahuan K3 secara parsial terhadap

Variabel Perilaku Pekerja

Metode perhitungan yang digunakan untuk mengetahui hasil perhitungan

pengaruh masing – masing variabel Pengetahuan K3 terhadap Perilaku Pekerja

Konstruksi secara parsial adalah metode Analisis Regresi Linier Sederhana


105

dengan bantuan program software Microsoft Excel dan program SPSS. Adapun

langkah – langkah dalam metode ini yaitu dengan menghitung nilai konstanta dan

koefisien regresi, Uji-F, Uji–t, menentukan koefisien korelasi dan determinasi.

1. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Definisi dan Inisiasi K3

Dari Tabel 4.7 diketahui bahwa nilai F hitung (0,426) < F tabel (3,911)

dan signifikasi p(f) 0,515 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Definisi

dan Inisiasi tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien

determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,240 dengan

jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square)

sebesar 0,003 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,056.

Dari tabel Tabel 4.8 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 3,723 + 0,072X

Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek definisi

dan inisiasi mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam

berperilaku juga mengalami peningkatan.

2. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Sistem Manajemen K3

Dari Tabel 4.10 diketahui bahwa nilai f hitung (0,105) < f tabel (3,911)

dan signifikasi p(f) 0,746 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Sistem

Manajemen tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien

determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,059 dengan


106

jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square)

sebesar 0,001 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,028.

Dari Tabel 4.11 maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 3,829 + 0,033X

Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek sistem

manajemen mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam

berperilaku juga mengalami peningkatan.

3. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Alat Pelindung Diri

Dari Tabel 4.13 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (0,808) < f tabel

(3,911) dan signifikasi p(f) 0,370 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel Alat

Pelindung Diri tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien

determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,454 dengan

jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square)

sebesar 0,006 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,077.

Dari Tabel 4.14 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 3,653 + 0,097X

Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek

mekanisme penggunaan APD mengalami peningkatan, maka implementasi

pekerja konstruksi dalam berperilaku juga mengalami peningkatan.


107

4. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Sarana dan Prasarana K3

Dari Tabel 4.16 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (0,610) < f tabel

(3,911) dan signifikasi p(f) 0,436 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel

Sarana dan Prasarana tidak signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai

koefisien determinasi yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,343

dengan jumlah kuadrat total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r

square) sebesar 0,004 dan nilai korelasi (r) sebesar 0,067.

Dari Tabel 4.17 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 3,678 + 0,087X

Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek sarana

dan prasarana mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi

dalam berperilaku juga mengalami peningkatan.

5. Regresi Linear Sederhana pada Variabel Risiko K3

Dari Tabel 4.19 di atas diketahui bahwa nilai f hitung (1,223) < f tabel

(3,911) dan signifikasi p(f) 0,271 > α (0,05). Hal ini berarti pengaruh variabel

Risiko signifikan terhadap variabel Perilaku Pekerja. Nilai koefisien determinasi

yaitu perbandingan jumlah kuadrat regresi sebesar 0,684 dengan jumlah kuadrat

total sebesar 76,246, maka didapatkan nilai determinasi (r square) sebesar 0,009

dan nilai korelasi (r) sebesar 0,095.


108

Dari Tabel 4.20 di atas maka didapatkan model persamaan regresinya yaitu:

Y = 4,309 - 0,098X

Artinya: jika pemahaman pengetahuan K3 dilihat dari pemahaman aspek risiko

K3 mengalami peningkatan, maka implementasi pekerja konstruksi dalam

berperilaku mengalami penurunan dengan catatan perhitungan peningkatan nilai

perhitungan variabel > 43,969 satuan.


109

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Didapatkan nilai Koefisien Korelasi (r) sebesar 0,262 dan berdasarkan

interpretasi koefisien nilai korelasi berada diantara 0,200 – 0,399, artinya

terdapat hubungan atau tingkat korelasi yang rendah antara Pengetahuan K3

dengan Perilaku Pekerja. Sedangkan nilai Koefisien Determinasi (adjusted r

square) sebesar 0,033 yang artinya hanya sebesar 3,3% dari aspek – aspek

Pengetahuan K3 yang berpengaruh terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi dan

sisanya sebesar 96,7% dipengaruhi oleh variabel lain.

2. Berdasarkan hasil perhitungan Uji–t dengan menggunakan metode perhitungan

Regresi Linier Berganda nilai t hitung < t tabel, maka tidak ada pengaruh

secara signifikan dari variabel–variabel pengetahuan K3 (Definisi dan Inisiasi,

Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana dan Prasarana, Risiko) secara

bersama-sama terhadap Perilaku Pekerja Konstruksi pada Proyek

Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa, Paket 3.

3. Berdasarkan hasil perhitungan Uji–t dengan menggunakan metode perhitungan

Regresi Linier Sederhana dari masing–masing variabel Pengetahuan K3

terhadap variabel Perilaku Pekerja Konstruksi yaitu nilai t hitung < nilai t

tabel, maka tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel–variabel

pengetahuan K3 (Definisi dan Inisiasi, Sistem Manajemen, Alat Pelindung


110

Diri, Sarana dan Prasarana, Risiko) secara parsial terhadap Perilaku Pekerja

Konstruksi pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai –

Benoa,Paket 3.

6.2 Saran

Saran – saran :

1. Perlu diadakan pelatihan, pembinaan dan informasi yang lebih intensif

mengenai K3 oleh pihak berwenang kepada seluruh pekerja yang terlibat pada

Proyek Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai- Benoa Paket 3,

sehingga pekerja konstruksi bisa lebih memahami dan mendalami

Pengetahuan K3, baik secara konsep maupun dalam penerapan berperilaku.

2. Karena pengaruh pengetahuan K3 dari aspek-aspek Definisi dan Inisiasi,

Sistem Manajemen, Alat Pelindung Diri, Sarana Prasarana, dan aspek Risiko

sangat kecil mempengaruhi perilaku pekerja konstrksi, maka perlu dicoba juga

penelitian dilakukan dengan menggunakan aspek-aspek (variabel) lainnya

yang memiliki potensi berpengaruh terhadap perilaku pekerja konstruksi.


111

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2009. Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Anonim. 2004. Undang-Undang Ketenagakerjaan Lengkap . Jakarta: Sinar
Grafika.
Anonim. 2010. Undang-Undang Kesehatan Dan Rumah Sakit 2009 . Yogyakarta:
Pustaka Yustisia.
Anonim. 2013. Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bandung: Fokus Media.
Anonim. 2013. Media Tren Konstruksi (Inspirasi Bagi Profesional). Tangerang:
Adil Maju Bersama.
Darmawi, H. 1990. Manajemen Risiko . Jakarta : Bumi Aksara.
Mahapatni, I.A.P.S. 2012. “Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Proyek Konstruksi di Kabupaten Badung”(tesis). Denpasar: Universitas
Udayana
Manuhutu,D.J. 2010. “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pelanggan (Study Kasus Apartemen Cempaka Mas Jakarta Selatan)”(tesis).
Denpasar: Universitas Udayana.
Nawari. 2010. Analisis Regresi Dengan MS Excel 2007 Dan SPSS 17. Jakarta:
Gramedia.
Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Santosa, B. 2009. Manajemen Proyek Konsep & Implementasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Somad, I. 2013. Teknik Efektif Dalam Membudayakan Keselamatan & Kesehatan
Kerja. Jakarta: Dian Rakyat.
Soehatman, R. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R & G. Bandung:
Alfabeta.
Tresnaningsih, E. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Laboratorium
Kesehatan. Jakarta: Pusat Kesehatan Kerja.
Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media.
112

LAMPIRAN – LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent 113

INFORMED CONSENT
Persetujuan Setelah Penjelasan
(Mohon uraian di bawah ini dibaca dengan seksama, jika anda setuju
nyatakan pada kolom yang sudah disediakan pada bagian akhir penjelasan ini)

Judul Penelitian :
Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap
Perilaku Pekerja Konstruksi Pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai
– Benoa

Peneliti : Made Bayu Sambira Teja

1. Pendahuluan
9.1 Latar Belakang
Pelaksanaan konstruksi proyek pembangunan jalan tol ini sebagian
besar di atas laut dengan beberapa potensi hambatan yang dihadapi antara
lain bekerja di ketinggian, pencahayaan saat bekerja malam hari, dipengaruhi
kondisi pasang surut air laut, angin kencang yang tidak bisa diprediksi. Di
samping itu, terdapat beberapa identifikasi bahaya dan risiko pada saat
pelaksanaan pekerjaan seperti perahu terbalik, terkena alat kerja manual,
jatuh dari ketinggian, tersengat listrik, tertimpa benda berat, terkena manuver
alat, paparan debu tanah, kemacetan lalu lintas, jatuh ke air dalam, terjepit
tiang pancang, suara keras di atas 86 db, terjepit bar cutter/bender, terimpa
precast, dan sebagainya.
Oleh karena sudah teridentifikasi bahaya dan risiko pekerjaan pada
proyek di atas laut ini, maka dari pihak penyedia jasa sudah seharusnya
melakukan upaya manajemen yaitu adanya tindakan preventif , tanggap
darurat dan mitigasi. Penerapan Safety Induction dan mekanisme penggunaan
APD merupakan prioritas bagi keselamatan pekerja. Akan tetapi, pada
pelaksanaan di lapangan, masih saja terdapat pekerja yang tidak mengikuti
aturan yang sudah menjadi kebijakan mutu dan K3 perusahaan. Ada pekerja
yang tidak sadar bahwa dia tidak kompeten dan mempunyai kebiasaan
berperilaku tidak aman (unsafe action), ada pekerja yang tahu bagaimana
melakukan pekerjaannya dengan aman dan selamat, tetapi tidak dilakukan,
dan ada juga pekerja yang menyadari dirinya berkompeten, tetapi perlu
pengarahan dan bimbingan dari orang lain. Secara umum terdapat
ketimpangan antara pengetahuan tentang K3 dengan perilaku pekerja di
tempat kerja.
114

9.2 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan K3 terhadap perilaku pekerja
konstruksi dilihat dari beberapa aspek terkait K3 seperti definisi dan inisiasi,
sistem manajemen, mekanisme APD, sarana dan prasarana, serta risiko K3.

9.3 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah seperti berikut yaitu:
3. Bagi penyedia jasa konstruksi, hasil penelitian ini diharapkan memberi
masukan bagi instansi dalam rangka meningkatkan perlindungan bagi pekerja
terkait dengan regulasi yang mengatur K3.
4. Bagi pekerja konstruksi, hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu pedoman
bahwa betapa pentingnya penerapan K3 Konstruksi pada tempat kerja dan bisa
mengubah pola perilaku pekerja dari berisiko menjadi mengutamakan
keselamatan kerja.

2. Risiko Selama Penelitian Berlangsung


Akibat langsung dari penelitian ini terhadap responden khususnya maupun
terhadap masyarakat secara umum tidak ada, hanya terganggu aktivitasnya selama
pekerjaan pembangunan jalan tol berlangsung
2.1 Hak responden :
1.Responden berhak memberikan saran atau usul terkait dengan perlakuan
yang diberikan
2.Karena penelitian ini bersifat sukarela, maka responden dapat
mengundurkan diri jika menemukan hal – hal yang dirasa merugikan
3. Responden berhak mengetahui hasil penelitian
2.2 Kewajiban responden :
1.Responden diwajibkan untuk mengisi biodata dan semua kerahasiaannya
terkait penelitian ini akan tetap dijaga oleh peneliti.
2.Responden diminta untuk mengisi kuisioner saat pekerjaan pembangunan
jalan tol berlangsung
115

3.Responden diminta untuk melakukan seluruh perlakuan secara sungguh –


sungguh sesuai dengan arahan yang diberikan oleh peneliti

2.3 Hal – hal lain :


1.Walaupun prosedur penelitian dijalankan dengan cermat, apabila terjadi
risiko atau ketidaknyamanan selama penelitian berlangsung, maka akan
dirundingkan bersama antara responden dengan peneliti
2.Hasil – hasil penelitian akan sepenuhnya dipakai untuk keperluan keilmuan,
tidak untuk kepentingan publikasi
3.Penjelasan ini serta Surat Persetujuan dibuat rangkap dua, satu untuk peneliti
dan satu untuk responden.

3. Penutup
Untuk berlangsungnya penelitian dengan baik, maka mutlak diperlukan kerjasama
antara responden dengan peneliti.
116

Surat Persetujuan Ikut Serta Dalam Penelitian

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………………………………………………………………...

Umur : ………………………………………………………………...

Jenis Kelamin : ………………………………………………………………...

Pendidikan : ………………………………………………………………...

Pekerjaan : ………………………………………………………………...

Alamat : ………………………………………………………………...

………………………………………………………………...

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta memahami dan menyadari


manfaat dan risiko penelitian yang berjudul :

Pengaruh Pengetahuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap


Perilaku Pekerja Konstruksi Pada Proyek Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai
– Benoa

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas, serta


mematuhi segala ketentuan – ketentuan penelitian yang sudah saya pahami,
dengan catatan apabila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun,
berhak membatalkan persetujuan ini.

Denpasar, …………… 2013

Mengetahui, Yang Menyetujui,


Penanggung jawab penelitian Peserta penelitian

( Made Bayu Sambira Teja ) (……………………………)


117
Lampiran 2 Form Kuisioner
118
119
120
121
122
123
124
125
Lampiran 3 Tabulasi Penilaian Responden
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
136
137
138
139
140
141
142
143
Lampiran 4 Pearson Product Moment
144
Lampiran 5 Tabulasi Data Uji Instrument
145
146
Lampiran 6 Validitas & Reliabilitas Instrument

Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Definisi & Inisiasi K3

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100,0
Excluded a 0 ,0
Total 10 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,964 10

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


X1.1 4,3000 ,82327 10
X1.2 4,2000 1,03280 10
X1.3 3,7000 1,05935 10
X1.4 4,2000 1,03280 10
X1.5 4,4000 1,07497 10
X1.6 4,2000 1,03280 10
X1.7 4,0000 1,24722 10
X1.8 4,2000 1,03280 10
X1.9 3,8000 1,13529 10
X1.10 4,3000 1,05935 10
147

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X1.1 37,0000 72,444 ,825 ,962
X1.2 37,1000 68,544 ,881 ,959
X1.3 37,6000 69,600 ,790 ,962
X1.4 37,1000 69,656 ,810 ,962
X1.5 36,9000 67,433 ,911 ,958
X1.6 37,1000 69,878 ,795 ,962
X1.7 37,3000 66,456 ,820 ,962
X1.8 37,1000 68,989 ,852 ,960
X1.9 37,5000 68,056 ,819 ,961
X1.10 37,0000 67,556 ,919 ,957

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


41,3000 84,678 9,20205 10
148

Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Sistem Manajemen K3

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100,0
Excluded a 0 ,0
Total 10 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,975 21
149

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


X2.1 4,1000 1,10050 10
X2.2 3,9000 ,99443 10
X2.3 4,1000 1,10050 10
X2.4 3,9000 1,19722 10
X2.5 4,1000 1,28668 10
X2.6 4,1000 ,73786 10
X2.7 4,2000 1,13529 10
X2.8 3,8000 1,13529 10
X2.9 4,1000 1,28668 10
X2.10 4,0000 1,05409 10
X2.11 4,0000 ,94281 10
X2.12 4,3000 1,05935 10
X2.13 4,1000 1,19722 10
X2.14 4,0000 1,24722 10
X2.15 4,1000 1,10050 10
X2.16 4,4000 ,84327 10
X2.17 4,0000 1,05409 10
X2.18 4,0000 1,15470 10
X2.19 3,9000 1,19722 10
X2.20 4,2000 1,03280 10
X2.21 4,2000 ,91894 10
150

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X2.1 81,4000 319,156 ,761 ,974
X2.2 81,6000 322,267 ,757 ,974
X2.3 81,4000 320,711 ,719 ,974
X2.4 81,6000 315,156 ,793 ,974
X2.5 81,4000 308,489 ,888 ,973
X2.6 81,4000 328,933 ,777 ,974
X2.7 81,3000 316,011 ,817 ,973
X2.8 81,7000 315,344 ,834 ,973
X2.9 81,4000 310,044 ,851 ,973
X2.10 81,5000 321,389 ,735 ,974
X2.11 81,5000 330,944 ,538 ,976
X2.12 81,2000 315,289 ,900 ,973
X2.13 81,4000 311,822 ,876 ,973
X2.14 81,5000 311,389 ,848 ,973
X2.15 81,4000 318,267 ,784 ,974
X2.16 81,1000 323,656 ,854 ,973
X2.17 81,5000 321,167 ,741 ,974
X2.18 81,5000 312,278 ,898 ,973
X2.19 81,6000 314,267 ,815 ,973
X2.20 81,3000 317,567 ,860 ,973
X2.21 81,3000 326,233 ,699 ,974

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


85,5000 350,278 18,71571 21
151

Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel APD

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100,0
Excluded a 0 ,0
Total 10 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,950 11

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


X3.1 4,1000 ,99443 10
X3.2 4,0000 1,15470 10
X3.3 3,9000 1,19722 10
X3.4 4,1000 1,10050 10
X3.5 4,5000 ,70711 10
X3.6 4,1000 ,87560 10
X3.7 4,2000 1,03280 10
X3.8 4,1000 1,19722 10
X3.9 4,1000 1,19722 10
X3.10 4,2000 1,13529 10
X3.11 4,0000 ,81650 10
152

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X3.1 41,2000 73,956 ,816 ,944
X3.2 41,3000 70,456 ,883 ,941
X3.3 41,4000 71,600 ,783 ,945
X3.4 41,2000 74,178 ,713 ,948
X3.5 40,8000 79,067 ,742 ,948
X3.6 41,2000 78,178 ,643 ,950
X3.7 41,1000 73,656 ,800 ,944
X3.8 41,2000 69,511 ,899 ,940
X3.9 41,2000 69,956 ,874 ,941
X3.10 41,1000 72,544 ,779 ,945
X3.11 41,3000 79,122 ,627 ,950

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


45,3000 88,900 9,42868 11
153

Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Sarana & Prasarana K3

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100,0
Excluded a 0 ,0
Total 10 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,955 13

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


X4.1 4,2000 ,78881 10
X4.2 4,3000 ,94868 10
X4.3 3,7000 1,15950 10
X4.4 3,9000 1,19722 10
X4.5 4,0000 1,15470 10
X4.6 4,1000 ,73786 10
X4.7 4,3000 ,82327 10
X4.8 4,0000 1,15470 10
X4.9 3,9000 1,19722 10
X4.10 4,0000 1,15470 10
X4.11 4,1000 1,10050 10
X4.12 4,2000 ,78881 10
X4.13 4,5000 ,84984 10
154

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X4.1 49,0000 101,778 ,754 ,953
X4.2 48,9000 101,211 ,644 ,955
X4.3 49,5000 96,278 ,737 ,953
X4.4 49,3000 93,789 ,827 ,950
X4.5 49,2000 93,511 ,876 ,949
X4.6 49,1000 102,767 ,741 ,953
X4.7 48,9000 100,544 ,798 ,952
X4.8 49,2000 98,400 ,640 ,956
X4.9 49,3000 93,789 ,827 ,950
X4.10 49,2000 93,289 ,887 ,949
X4.11 49,1000 96,322 ,781 ,952
X4.12 49,0000 101,778 ,754 ,953
X4.13 48,7000 98,456 ,903 ,949

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


53,2000 114,400 10,69579 13
155

Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Risiko K3

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100,0
Excluded a 0 ,0
Total 10 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,964 15

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


X5.1 4,2000 1,03280 10
X5.2 3,8000 1,13529 10
X5.3 3,8000 1,03280 10
X5.4 4,1000 ,99443 10
X5.5 4,3000 1,05935 10
X5.6 4,4000 1,07497 10
X5.7 3,8000 1,03280 10
X5.8 4,1000 ,99443 10
X5.9 4,2000 1,03280 10
X5.10 3,9000 1,10050 10
X5.11 4,2000 ,91894 10
X5.12 4,1000 ,99443 10
X5.13 4,0000 1,15470 10
X5.14 4,0000 1,24722 10
X5.15 4,1000 1,10050 10
156

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
X5.1 56,8000 146,844 ,865 ,960
X5.2 57,2000 146,400 ,796 ,962
X5.3 57,2000 150,622 ,705 ,963
X5.4 56,9000 148,989 ,806 ,962
X5.5 56,7000 145,344 ,904 ,960
X5.6 56,6000 144,711 ,916 ,959
X5.7 57,2000 152,844 ,613 ,965
X5.8 56,9000 148,767 ,816 ,961
X5.9 56,8000 147,511 ,836 ,961
X5.10 57,1000 150,100 ,677 ,964
X5.11 56,8000 152,844 ,698 ,963
X5.12 56,9000 149,211 ,797 ,962
X5.13 57,0000 143,556 ,891 ,960
X5.14 57,0000 145,111 ,762 ,963
X5.15 56,9000 148,322 ,747 ,963

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


61,0000 169,556 13,02135 15
157

Uji Validitas dan Reliabilitas pada Variabel Perilaku Pekerja Konstruksi

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %
Cases Valid 10 100,0
Excluded a 0 ,0
Total 10 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items
,969 15

Item Statistics

Mean Std. Deviation N


Y1 3,7000 1,15950 10
Y2 3,8000 1,13529 10
Y3 4,0000 1,15470 10
Y4 4,4000 ,84327 10
Y5 4,1000 1,10050 10
Y6 3,8000 1,13529 10
Y7 3,9000 1,19722 10
Y8 4,0000 1,15470 10
Y9 4,0000 1,15470 10
Y10 4,1000 ,99443 10
Y11 4,2000 1,03280 10
Y12 4,0000 1,15470 10
Y13 3,9000 1,19722 10
Y14 3,9000 1,19722 10
Y15 4,0000 1,24722 10
158

Item-Total Statistics

Scale Corrected Cronbach's


Scale Mean if Variance if Item-Total Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Correlation Deleted
Y1 56,1000 177,656 ,678 ,969
Y2 56,0000 173,111 ,855 ,966
Y3 55,8000 170,400 ,936 ,965
Y4 55,4000 178,044 ,942 ,966
Y5 55,7000 177,789 ,714 ,969
Y6 56,0000 173,556 ,839 ,966
Y7 55,9000 175,211 ,735 ,968
Y8 55,8000 173,956 ,810 ,967
Y9 55,8000 171,956 ,881 ,966
Y10 55,7000 182,011 ,632 ,970
Y11 55,6000 181,822 ,613 ,970
Y12 55,8000 170,622 ,928 ,965
Y13 55,9000 170,989 ,879 ,966
Y14 55,9000 172,100 ,841 ,966
Y15 55,8000 169,289 ,897 ,965

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


59,8000 199,956 14,14056 15
159
Lampiran 7 Nilai Distribusi F
160
161
Lampiran 8 Analisis Regresi SPSS

Regression
Variables Entered/Removed(b)

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X5, X4, X2,
. Enter
X3, X1(a)
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .262(a) .069 .033 .7363
a Predictors: (Constant), X5, X4, X2, X3, X1

ANOVA(b)

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5.231 5 1.046 1.930 .094(a)
Residual 71.016 131 .542
Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X5, X4, X2, X3, X1
b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Standardize
Unstandardized d
Model Coefficients Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta


1 (Constant) 3.972 .465 8.548 .000
X1 -1.371 1.028 -1.076 -1.333 .185
X2 -.831 .482 -.695 -1.723 .087
X3 1.960 .942 1.558 2.081 .039
X4 .357 .566 .275 .631 .529
X5 -.105 .087 -.102 -1.202 .231
a Dependent Variable: Y
162

Regression
Variables Entered/Removed(b)

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X1(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .056(a) .003 -.004 .7503
a Predictors: (Constant), X1

ANOVA(b)

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .240 1 .240 .426 .515(a)
Residual 76.006 135 .563
Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X1
b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 3.723 .306 12.167 .000
X1 .072 .110 .056 .653 .515
a Dependent Variable: Y
163

Regression
Variables Entered/Removed(b)

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X2(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .028(a) .001 -.007 .7512
a Predictors: (Constant), X2

ANOVA(b)

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .059 1 .059 .105 .746(a)
Residual 76.187 135 .564
Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X2
b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta


1 (Constant) 3.829 .285 13.426 .000
X2 .033 .103 .028 .324 .746
a Dependent Variable: Y
164

Regression
Variables Entered/Removed(b)

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X3(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .077(a) .006 -.001 .7493
a Predictors: (Constant), X3

ANOVA(b)

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .454 1 .454 .808 .370(a)
Residual 75.793 135 .561
Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X3
b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Standardized
Model Unstandardized Coefficients Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta


1 (Constant) 3.653 .302 12.083 .000
X3 .097 .108 .077 .899 .370
a Dependent Variable: Y
165

Regression
Variables Entered/Removed(b)

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X4(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .067(a) .004 -.003 .7498
a Predictors: (Constant), X4

ANOVA(b)

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .343 1 .343 .610 .436(a)
Residual 75.903 135 .562
Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X4
b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta


1 (Constant) 3.678 .315 11.664 .000
X4 .087 .111 .067 .781 .436
a Dependent Variable: Y
166

Regression
Variables Entered/Removed(b)

Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X5(a) . Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: Y

Model Summary

Adjusted R Std. Error of


Model R R Square Square the Estimate
1 .095(a) .009 .002 .7481
a Predictors: (Constant), X5

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


1 Regression .684 1 .684 1.223 .271(a)
Residual 75.562 135 .560
Total 76.246 136
a Predictors: (Constant), X5
b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta


1 (Constant) 4.309 .359 12.005 .000
X5 -.098 .088 -.095 -1.106 .271
a Dependent Variable: Y
167
Lampiran 9 Analisis Regresi Microsoft EXCEL
168
169

Anda mungkin juga menyukai