, namun tetap memperhatikan jumlah karbohidrat yang dikonsumsi sehingga selain

IG, beban glikemik (BG) juga perlu diperhatikan karena beban glikemik memperhitungkan
jumlah kandungan karbohidrat yang ada dalam setiap porsi makan tidak hanya melihat
jenisnya seperti IG. Makanan dengan indeks glikemik tinggi akan menyebabkan terjadinya
loncatan kandungan gula darah yang tinggi secara tiba-tiba. Kadar gula darah menjadi tidak
stabil, tubuh tiba-tiba merasa kenyang, namun juga segera cepat menjadi lapar kembali.

Makanan selingan termasuk penting dalam manajemen DM Tipe II sehingga

pemilihan jenis bahan utama dan jumlahnya sangat diperlukan. Snack bar merupakan
makanan selingan yang padat energi dan praktis untuk dikonsumsi dan cocok diberikan untuk
penderita DM Tipe II yang masih produktif agar tidak melewati jadwal makan.
Snack bar untuk makanan selingan DM Tipe II dapat dibuat dengan berbagai jenis
bahan yang memiliki indeks glikemik dan beban glikemik yang rendah. Salah satu bahan
tersebut adalah tepung sagu. Sagu mempunyai Indeks Glikemik (IG) yang rendah yaitu 40.7.
Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki produksi sagu yang tinggi
sehingga pemanfaatan pangan lokal dapat ditingkatkan dan bahan-bahan dalam pembuatan
snack bar menjadi lebih beragam. Produksi sagu sendiri di Riau pada tahun 2014, 2015, dan
2016 berturut-turut adalah 216.083 ton, 366.032 ton, dan 361.146 ton (Dinas Ketahanan
Pangan, 2017).
Dalam pembuatan snack bar berbahan dasar sagu untuk penderita DM Tipe II perlu
dikombinasikan dengan bahan lain yang juga memiliki indeks glikemik yang rendah seperti
jagung. Jagung juga mempunyai Indeks Glikemik (IG) relatif rendah sehingga konsumsi
jagung dianjurkan bagi penderita diabetes. Menurut Nirmala (2008), jagung merupakan salah
satu bahan pangan yang memiliki IG (Indeks Glisemik) sedang yaitu sebesar 59. Di Riau,
produksi jagung pada tahun 2014, 2015, dan 2016 berturut-turut adalah 28.651 ton, 30.870
ton, dan 32.850 ton (Dinas Ketahanan Pangan, 2017).