Aske Kanker Colorectal
Aske Kanker Colorectal
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kanker colorectal merupakan penyakit inflamasi usus kronis dimana diit tingi lemak,
protein, daging sapi dan rendah serat. Penyakit kanker colorectal ini menduduki urutan
ke-2 sebagai penyebab kematian yang diperkirakan 60.000 kematian dan setiap tahun
kanker colorectal didiagnosa oleh Amerika Serikat sekitar 155.000 kasus baru. Dari semua
tumor ganas colorectal 95 % adalah karsinoma, sisanya adalah limfoma, karsinoid dan
bermacam-macam sarkoma. Sebagian besar tumor ini terjadi pada pria dan wanita setelah
mereka berumur 50 tahun. Walaupun kanker colorectal terjadi karena umur, perdiagnosis
pertama dilakukan pada orang-orang muda dibawah umur (40 tahun) sangat sedikit.
Resiko terjadinya kanker colorectal ternyata akan meningkat pada usia 50 tahun dan
menjadi dua kali lipat lebih besar pada setiap dekade berikutnya. Beberapa kondisi
Meningkatkan resiko terjadinya kanker colorectal seperti polip familiar dari colon atau
rectum, kronik ulceratibe lolitis, diverticolosis dan villous adenomas dari colon.
Terdapatnya asbes dapat diidentifikasikan sebagai salah satu kemungkinan penyebab
tumor ini. Anggota keluarga yang punya kecenderungan menderita kanker (uterine yang
berhubungan dengan kandungan), payudara atau kanker usus menjadi orang yang beresiko
tinggi menderita kanker colorectal.
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami Askep Penyakit Kanker Colorectal.
b. Tujuan Khusus
ж Agar mahasiswa-mahasiswi mengetahui dan memahami Penyakit Kanker
Colorectal.
ж Agar mahasiswa mengenal tanda dan gejala Penyakit Kanker Colorectal.
ж Agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan kepada pasien
dengan Penyakit Kanker Colorectal.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kanker colorectal merupakan penyakit inflamasi usus kronik dimana diit tinggi
lemak, protein, daging dan rendah serat.
B. ETIOLOGI
ж Anemia yang penyebabnya tak jelas, anoreksia, penurunan berat badan, dan
keletihan.
ж Lesi sebelah kiri : nyeri abdominal dan kram, feses mengecil, konstipasi dan
distensi, darah merah segar dalam feses.
ж Lesi rektal : tenesmus (nyeri rektal, merasakan evakuasi tidak lampias setelah
defekasi), konstipasi dan diare secara bergantian, dan darah.
C. PATHOFISIOLOGI
Dari tumor colorectal 95 % yang terjadi dari benign, polip adenomatous dalam usus
besar atau rectum. Hal ini dapat mengurangi tumor malignant lebih dari satu periode
selama 5 tahun atau lebih. Villous adenomas mempunyai 40 % - 50 % kecepatan untuk
menjadi malignant. Kebanyakan tumor colorectal adalah adenocarsinomas, lainnya tumor
carcionoid, leiomy sarcomas dan lymphomas.
Kebanyakan tumor colorectal menyebar kepada peraortic, dimana anal carcinomas
menyebar menjadi perineal nodes. Jarak metastasis lebih sering kehati dan paru-paru.
D. MANIFESTASI KLINIS
E. PEMERIKSAAAN DIAGNOSIS
Diagnosis kanker colon dilakukan dengan pengujian fisik, sigmoidoscopy, colonscopy
dan pengujian barium. Karena 50 % neuplasma kolonis terjadi pada colon sigmoid dan
rectum, mungkin dapat dideteksi oleh sigmoidoscopy flexibel. Antingen carcinoembrionik
(CEA) bermanfaat untuk mengidentifikasi awal kekambuhan dan ukuran efektivitas
terapi.
Tes diagnosa Hasilnya
Hematocrit Dibawah normal karena kurang
Darah
Occult fecal tes darah Positif untuk darah
Pemeriksaan digital rectal Palpable lesion
Visualisasi colonic (barium enema colonoscopy) Lesion yang dicurigai
Boipsi Sel malignant
Carcinoembryonik antigen (CEA) Ditinggikan
Penatalaksanaan pembedahan
Pembedahan merupakan tindakan primer untuk kebanyakan kanker colon dan rectal :
jenis pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran dari tumor : dapat kuratif dan
paliatif.
1. Kanker yang terbatas pada satu sisi diangkat melalui kolonoskop.
2. Kolonoskopi laparoskopi dengan polipektomi mungkin dapat pula dilakukan.
3. Reseksi usus.
4. Akibat teknik-teknik pembedahan yang semakin meningkat, kolostomi
dilakukan pada kurang dari sepertiga pasien dengan kanker colorectal.
F. Medical Manejemen
- Surgery (pembedahan).
- Excision lokal untuk tumor rectal.
- Perbaikan bagian dasar dari colon lesion dengan seluruh mesentery yang
dikandung pada lymphnodes dimana tumor sepertinya menyebar ke akhir anastomosis
(hanya dengan melakukan perawatan kuratif).
- Memblok resection dari colon, bowel terkecil, limpa, uterus, dan/atau ovaries.
- Memotong bypass untuk ketidaksamaan susunan tumor, dengan kreasi dari
vecal stoma.
Terapi Radiasi
- Terapi intraoperative radiasi.
- Radiasi akarnya.
- Terapi sinar eksternal untuk ketidakaturan susunan tumor rectal.
- Transanal irradiasi.
- Postoperative terapi dengan radiasi ketat untuk tumor dari yang melekat pada
dinding usus atau positif pada lymph nodes.
- Palliation
Chemotherapy
- Adjuvant regiman dari fluorouracil (5FU) dengan levamisole
- Radiasi khusus dengan 5FU dan metronidazole
Laser Endoscopic
- Untuk mengacaukan struktur dari tumor rectal
Pembedahan
Pengangkatan colon dari discease – free margins adalah tujuan dari pembedahan. Tumor
dan darah vessels dihentikan dengan proximal vascular dan struktur lymphatic. Biopsi dari
ginjal dan regional limph nodes dilakukan selama prosedur pembedahan dilakukan untuk
mencegah penyebaran penyakit. Ukuran dan lokasi dari tumor dan metasis penyebarannya
dapat diperhitungkan tipe dan apa yang akan dilakukan pada saat pembedahan (gambar 6-
1). Setiap pasien selalu dievaluasi berdasarkan umur, status gizi dan perforasi dan
obstruksi saat tersebut.
Pada umumnya, pembedahan dari kanker cororectal sebagai berikut :
Tumor pada atas usus (12 cm dari anal verge) : anterior colectomy
Tumor pada tengah usus (7 – 11 cm dari anal verge) : lakukan – melalui prosedur
Tumor pada bawah usus (7 cm atau kurang dari anal verge) : abdominal perical
resection dan colostomy.
Tumor pada kanan colon : colectomy kanan atau colostomy
Tumor pada kiri colon : colectomy atau cosostomy
Tumor pada sigmoid colon : sigmoid resection
Pembedahan mungkin dapat dilakukan untuk mengurangi sakit, odor atau perdarahan.
Untuk pembedahan ekstensif, seperti pelvic exenteration (mengangkat limpa dan rectum
dan ereation dari ileal conduit dan sigmoid colostomy) mungkin dapat dimasukkan
sebagai kasus penyakit metastick ekstensif.
Komplikasi
Infeksi
Paralytic ileus
Anastomic leak dengan kemungkinan formasi fistula
Stoma retraction atau prolapse
Preporative Care (Perawatan)
Pasien akan mempunyai beberapa tipe persiapan daro bowel dimana biasanya termasuk 2
atau 3 hari diet cairan, suatu kombinasi dari laxative atau enema, dan oral antibiotik untuk
mensterilkan bowel. Pilihan akan antibiotik mungkin neomycin, kanamysin, bacittracin
atau erythromycin, dimana antibiotik tersebut menekan organisme baik aneorobik dalam
colon. Regimen ini tidak digunakan untuk pasien dengan suatu obstruksi.
Aspek lain dari preoperative care termasuk instruksi dalam menggerakkan, batuk dan
menarik nafas dalam; melancarkan peredaran darah dan melakukan latihan untuk kaki.
Pasien harus mengetahui bahwa setelah pembedahan, ia akan merasakan intraveneus lines,
suatu foley keteter, tube nasogastrik dan cara berpakaian abdominal.
Jika stoma diciptakan, terapi enterostomal harus dilakukan sehingga ukuran stoma dapat
ditandai sebelum pembedahan. Stoma harus sesuai dengan ukuran pingang, lipatan, bekas
luka dan torehan atau belahan yang abdominal. Ukuran tersebut biasanya dibawah dari
umbilicus dan pada tonjolan dari fraumbilical, dimana pasien dapat melihat dan
memegang pounch dengan mudah (lihat gambar 6 – 2).
Perawatan Posttoperative
Pasien harus dibimbing untuk menyeimbangkan tanda-tanda vital dan mengembalikan
bunyi dari usus besar. Pakaian yang dikenakan harus diperiksa untuk drainase atau
perdarahan dan mengganti pakaian tersebut apabila diperlukan. Ketepatan dalam
mengumpulkan data harus tetap dijaga sehingga adanya keseimbangan antara cairan dan
elektrolit. Ukuran dari stomata harus diobservasi dengan melihat ukuran, warna (harus
merah muda), dan kelembaban. Drainase harus scant dan serosanguineous.
Postoperative batuk, menarik nafas dalam, ambulati dini, nutrisi yang cukup, pengawasan
sakit, luka meticulous dan perawatan stoma dan kepatenan dari tube nasogastric dan
keteter foley adalah aspek-aspek penting untuk perawatan pasien.
Paralytic ileus, adalah komplikasi umum setelah pembedahan abdominal, menghasilkan
tanda-tanda klasik dari ukuran abdominal yang bertambah, distention, mual dan muntah.
Intervensitermasuk menurunnya usus dengan tube nasogastric, status NPO dan
meningkatnya aktivitas dari pasien.
Perawatan Ostonomy
Termasuk penerapan pouch, pengosongan dari pouch dan produksi kulit.
Menyeleksi ukuran pouch dari stoma, secara manual pasien akan terampil,
nilai dari penerimaan dan kesiapan pasien. Pouch yang dipilih harus melindungi kulit
dan harus sesuai dan tidak bau. Produk tambahan yang tersedia dapat menolong
mengontrol bau dan melindungi kulit. Beberapa jenis makanan yang dapat
menyebabkan bau harus dihindari atau makan makanan moderen (lihat patient teaching
quide).
Irigasi coloctomy pada umumnya disarankan; pasien diajarkan untuk
menggunakan makanan dan minuman yang dapat dicerna oleh usus.
Perlu dilakukan diet untuk beberapa jenis makanan seperti penolakan (seperti
biji-bijian, kacang-kacangan, makan dalam jumlah besar atau makanan sebangsa kol),
dipusatkan untuk tidak menghindari bau dan gas tetapi juga selalu mencegah obstruksi.
Beberapa medikasi tidak dapat diserap oleh usus tetapi dapat dikeluarkan melalui
colostomy.
Pasien harus diberikan produk-produk perawatan, termasuk perawatan kulit
dan diajarkan bagaimana untuk menggunakannya.
Merubah persepsi pasien akan pikiran mereka tentang tubuh dan seksual perlu
ditekankan sesudah dan sebelum pembedahan. Seorang ostomi mungkin sangat
membantu untuk berdiskusi dengan pasien seperti rasa takut mereka seperti penolakan,
tidak setuju dengan figur mereka saat itu dan berbagai reaksi lainnya terhadap ostomy.
Konseling atau konsultasi seksual mungkin dapat dibicarakan atau didiskusikan,
mereka dapat merubah posisi seksual, merubah pakain dalam dan impoten.
Perawatan Prepocedural
Pasien harus mengerti akan pentingnya status nutrisi yang cukup, menjaga kebersihan
kulit, keseimbangan antara kegiatan dan istirahat, dapat menggunakan alternatif dalam
seksuality.
Perawatan Posprosedural
Perawat harus mengawasi berat, nutrisi dan insiden dari nausea dan diare. Intervensi harus
dipusatkan pada mengatur keseimbangan antara makanan dan cairan yang diberikan ketika
memberikan pengobatan pada pasien dan pengukuran lain yang diberikan untuk efek-efek
khusus (lihat kotak penanganan diare dan iritasi rectal).
Kulit pasien harus diperhatikan pada setiap kali perawatan dan bimbing mereka untuk
menjaga kulit mereka dengan mengulangi pesan yang telah disampaikan. Hal tersebut
penting untuk didiskusikan dengan pasien dengan melihat pola aktifitas dan istirahat
mereka untuk mencegah mereka menjadi letih.
Steril sementara dapat dilakukan untuk seorang pasien yang mendapat terapi radiasi untuk
kanker rectal karena efek kursi radiasi yang mereka gunakan. Jika pasien atau partner baru
saja selesai melahirkan, pengawasan jarak kelahiran harus digunakan ketika pasien
disarankan untuk diberikan terapi radiasi.
Seorang wanita yang berumur lebih dari 40 tahun mungkin secara permanen dapat
diberikan obat untuk menghentikan mens. Hubungan seksual tidak terasa nyaman
dikarenakan mucosa vagina kering. Dalam kasus ini pelumas harus digunakan selama
berhubungan seks.
Douching tidak disarankan. Sedangkan bagi seorang pria yang mendapat terapi radiasi
mungkin dapat impoten pada saat setelah radiasi ; mereka yang telah mendapat radiasi
biasanya mengalami hal ini.
Penanganan Diare dan Iritasi Rectal
Delapan puluh lima dari pasien yang telah mendapat radiasi pada usus mereka akan
mengalami diare. Hal ini terjadi tergantung pada dosis total radiasi yang diberikan,
toleransi laktosa dan cara kerja usus pasien. Diare biasanya terjadi dalam 2 minggu setelah
radiasi terapi diberikan.
Perawatan Medis
Doronglah pasien untuk menghindari susu, alkohol, kopi, makanan berbumbu,
buah-buahan dan makanan segar, makanan berserat dan makanan yang dipanggang.
Sarankan kepada mereka untuk makan makanan yang mengandung irritating seperti
nasi, pisang, saus, apel, makanan yang dihancurkan dan makanan kering yang
dipanaskan.
Sarankan pada pasien bahwa ia minum tiga atau empat gelas air 30 menit
sebelum terapi radiasi. Hal ini dapat mengakibatkan usus dalam keadaan penuh,
dimana mendorong beberapa dari usus besar menonjol dan mendapat sinar radiasi.
Mendorong pasien untuk tidak menggaruk atau menggunakan produk-produk
komersial pada wilayah rectal. Pasien harus selalu diinstruksikan untuk tidak
menggunakan enema, suppositories, atau termometer rektal ketika sedang diberikan
terapi atau untuk satu bulan setelah terapi kecuali apabila pysiciannya membimbing dia
untuk melakukannya.
Mendorong pasien untuk berendam air hangat dalam bathup atau tub kecil
dengan tiga kali sehari. Physician mungkin dapat menggambarkan obat yang perlu
ditambahkan ketika mereka berendam.
Kometerapi
Terapi untuk kanker colorectal mungkin dapat dimasukkan agen single atau multidrug
protocol, sebaiknya dikombinasikan dengan komoterapi, radiasi dan bioterapi.
Efek yang ditimbulkan
Biasanya dosis, obat dan spesifikasi dari pasien
Mual dan muntah
Diare
Tekanan pada tulang sum-sum
Diare biasanya terjadi pada pasien yang menderita ostomy, dikarenakan iritasi pada kulit.
Perlindungan yang diberikan dan memberikan pasta atau tepung mungkin diperlukan. Hal
ini penting untuk menjaga pengumpulan dari jumlah dan konsistensi tinja dan disarankan
salah satu cara bagi pasien untuk dapat mengontrol masalah mereka (lihat kotak pada
halaman 86). Jika pasien menerima vineritine, contopation mungkin dapat menjadi
masalah. Cairan, lunaknya tinja, laxaxitives dan irigasi dari stoma mungkin diperlukan.
Stoma mungkin dapat terjadi di sekitar kulit peristomal dan stoma itu sendiri. Perlindungan
untuk kulit harus dilakukan, merubah pouch dengan hati-hati dan melalui pembersihan
kulit apabila diperlukan.
Infeksi fungal disebebkan dari stoma dapat terjadi akibat kemeoterapi termasuk tekanan
pada tulang sum-sum. Bedak anti fungal dapat menolong. Pouch harus dipindahkan atau
diangkat dengan hati-hati untuk mencegah terjadi perdarahan di samping stoma karena
jumlah platelet sedikit.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
C. Assesment : Gastrointestinal
D. Observasi :
Dalam pada tinja, adanya perdarahan rectal yang meningkat tenesmus, merasa tidak
lengkap evacuation, tinja seperti pensil, mendadak, buang air besar, abdominali
distention, exessive platus, kram abdominal, constipation atau diare.
E. Assesment : Psyhological
Observasi : Takut
b. Diagnosa Keperawatan
ж Constipation berhubungan dengan obstruksi dari colorectal oleh tumor.
Data Subjektif
Data Obyektif
ж Kurangnya gerakkan pada usus besar, susah atau tinjal yang seperti pensil :
kurangnya bunyi pada usus : darah pada tinja.
ж Terlihat sedih dan kurang beraktifitas, marah dan depresi atau tertekan.
Perencanaan
ж Reduksi ansietas.
ж Prosedur pembedahan.
Intervensi
ж Ambulate pasien sesering mungkin dan mendorong pasien untuk melakukan
latihan-latihan fisik.
R/ mengurangi destention.
ж Mendorong pasien untuk makan makanan dan minum cairan dalam jumlah
banyak, berikan buah-buah segar, jus permen, kopi hangat dan cairan yang dingin
atau panas .
ж Tidak memberikan minuman pada saat makan makanan ringan : berikan cairan
yang hangat setelah makan makanan yang ringan.
R/ abdomen rileks.
ж Mencatat enema.
ж Kurangi sakit untuk beberapa saat, intensitas dan kualitas : kurangi efektifitas
dari rasa sakit dengan mengurangi pengukuran.
R/ mengatur hydration.
R/ menurunnya energi.
R/ mencegah perdarahan.
ж Mengawasi darah untuk acid dasar dan hasil abnormal elektrolit dari hilangnya
elektrolik dan acid.
ж Waspada untuk keluhan sakit yang disebabkan oleh kram abdominal atau
iritasi anal.
ж Tidak memberikan enema atau laxative, masukkan tube rectal atau mengukur
temparatur rectal.
R/ agar dapat menerima ketakutan akan kurangnya percaya diri dan penolakan
agar berbicara dengan seseorang yang punya pengalaman sama dengan melakukan
dan memberi jalan keluar.
d. Evaluasi
Out come dari pasien
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker colorectal merupakan penyakit inflamasi kanker usus kronis : diit tinggi lemak,
protein, daging sapi, dan benda serat. Untuk berbagai faktor, contohnya diet ketat karbohidrat
diduga sebagai salah satu penyebab. Namun dapat disimpulkan bahwa pengaruh lingkungan
khususnya diet memainkan peranan yang nyata pada penyabab kanker colorectal. Faktor
keturunan juga sebagai pencetus timbulnya kanker jenis ini, dimana pengaruh genetik dari
sindrom karsinoma poliposis yang dapat timbul pada populasi umum.
Diet yang kaya akan daging sapi dan lemak dapat meningkatkan pertumbuhan kuman-
kuman anaerobik pada usus besar terutama jenis clostidium dan bakteriodes yang bekerja
pada lemak dan asam empedu sekunder pada kolon dengan merusak mukosa kolon memulai
aktivitas replikasi. Yang berperan adalah pembentukan nitrosamida dari amin dan dan amida
yang dilepas oleh daging dalam diet. Kurangnya serat dalam diet dapat memperkecil volume
tinja dan memperlambat waktu pengosongan usus, keadaan ini mengurangi proses dilusi dan
proses pengikatan bahan-bahan karsinogen. Diet rendah serat sering disebabkan rendahnya
konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran yang mengandung vitamin A, C dan E yang diduga
punya efek anti kanker.