Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka dikembangkan
upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan
dalam semua upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat
melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan memperhatikan klien secara
menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun spiritual, dimana perawat harus
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam proses
pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin
khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan
merupakan suatu penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah klien dengan Diabetes Mellitus
yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Menurut catatan di ruang perawatan Interna Atas Perjan RS DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Jumlah yang dirawat dari September sampai
Desember 2001 sebanyak 15 orang dan dari Januari sampai Agustus 2002
sebanyak 36 Orang.
Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik, maka akan
mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti
mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, saraf dan lain-lain.
Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan
perawatan yang sempurna sangat dibutuhkan.Penyembuhan penyakit

1
Diabetes Mellitus tidak hanya dengan pengobatan saja, tapi yang lebih
penting adalah diet yang baik, olah raga yang teratur, dan juga pendidikan
bagi klien dan keluarga.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Diabetes Melitus ?
2. Apa saja klasifikasi Diabetes Melitus ?
3. Apa saja etiologi dari Diabetes Melitus ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Diabetes Melitus ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Melitus ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Diabetes Melitus ?
7. Apa saja pelaksanaan medis dari Diabetes Melitus ?
8. Apa saja masalah yang lazim muncul dari Diabetes Melitus ?
9. Apa saja discharge planning dari Diabetes Melitus ?
10. Apa saja komplikasi dari Diabetes Melitus ?
11. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
Melitus ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini dihapkan :
a. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti definisi dari Diabetes
Melitus
b. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti klasifikasi Diabetes
Melitus
c. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti etiologi dari Diabetes
Melitus
d. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti manifestasi klinis dari
Diabetes Melitus

2
e. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti patofisiologi dari Diabetes
Melitus
f. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti pemeriksaan penunjang
dari Diabetes Melitus
g. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti pelaksanaan medis dari
Diabetes Melitus
h. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti masalah yang lazim
muncul dari Diabetes Melitus
i. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti discharge planning dari
Diabetes Melitus
j. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti komplikasi dari Diabetes
Melitus
k. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Diabetes Melitus

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis


dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat.

Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat


disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan
ketidakadekuatan penggunaan insulin.

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan


Hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat,lemak,dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitifitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskuler,makrovaskular, dan neuropati ( Yuliana
Elin 2009 ).

B. Klasifikasi Diabetes Melitus

1. Diabetes Tipe I
DM tipe I atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas
(reaksi autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80-90% maka
gejala DM mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada
anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1
mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses autoimun, dan
sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan
sebagai tipe 1 idiopatik. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia
30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.

4
2. Diabetes Tipe II
DM tipe II merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai
non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini
terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin
resistance) dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistan.
Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Gejala
minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini,yang
umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah,
maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian
insulin.

3. DM Dalam Kehamilan
DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah
kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu
hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat
keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan
morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan
makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin
lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
Frekuensi GDM kira-kira 3-5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya
untuk menjadi DM di masa mendatang.

4. Diabetes Tipe Lain


Subkelas DM di mana individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan
spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati (penyakit
Cushing’s , akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel
beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu kerja insulin (b-
adrenergik), dan infeksi/sindroma genetik (Down’s, Klinefelter’s).

5
C. Etiologi

Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka


penyebab pada setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan
beberapa penyebabdari penyakit diabetes mellitus:

1) Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )


a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi Mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke
arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal


dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing. Yaitu autoantibodi terhadap sel-sel pulau
Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang


menimbulkan destruksi selbeta. (Price,2005)

2) Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )


Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
Faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)

Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes


tipe 2. Pada awlanya, tipe 2 muncul seiring dengan bertambahnya usia
dimana keadaan fisik mulai menurun.

6
b. Obesitas

Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi


glukosa yang menyebabkan diabetes tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan
persediaan cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi.
Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus
ekstra keras memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu
obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan
perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.

c. Riwayat keluarga

Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper


100%. Resiko berkembangnya diabetes tipe 3 pada sausara kandung
mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang tua
menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak
adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe 2.(
Martinus,2005)

3) Diabetes gestasional (GDM )


Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami
oleh si Ibu :
a) Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b) ibu mengalami/menderita DM saat hamil

Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:

a) Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu


hamil dan menghilang setelah melahirkan.
b) Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum
hamil dan berlanjut setelah hamil.
c) Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi
penyakit Pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit
pemburuh darah panggul dan pembuluh darah perifer.

7
Pada saat seorang wanita hamil,ada beberapa hormon yang
mengalami peningkatan jumlah.Misalnya, hormon kortisol, estrogen,
dan human placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan
jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi
insulin dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini
menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut
sebagai insulin resistance.

Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah


terganggu, jumlah gula dalam darah pasti akan naik. Hal inilah yang
kemudian menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes
gestasional.

4) Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom


lainnya

a. Kelainan genetic dalam sel beta.

Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan


bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien seringkali obesitas dan
resisten terhadap insulin.

b. Kelainan genetic pada kerja insulin


sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi.

D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi
insulin (Price&Wilson)
1. Kadar Glukosa Puasa Tidak Normal

8
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi diuresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine ( Poliuria ) dan timbul
rasa haus ( Polidipsia ).
3. Rasa lapar yang semakin besar ( Polifagia ), berat badan berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan,gatal,mata
kabur,impotensi,peruritas vulva.

Kriteria diagnosis DM : (SudoyoAru,dkk 2009)

1. Gejala klasik DM+Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1mmol/L)


Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu
2. Gejala Klasik DM+Glukosa plasma >126 mg/dl (7,0 mmol/L )
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikit nya 8 jam
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO .200 mg/dl ( 11,1 mmol/L )
TTGO dilakukan dengan standar WHO,menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan kedalam air.

Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994):(SudoyoAru,dkk 2009)

1. 3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa ( dengan


karbohidrat yang cukup )
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam ( mulai malam hari ) sebelum
pemeriksaan,minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75gram ( orang dewasa ) atau 1,75 gr/kgBB ( anak-
anak ),dilarutkan dalam air 250ml dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai.
6. Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama proses pemeriksaan subjek yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak merokok

9
E. Patofisiologi
Gula darah
- Faktor genetik Kerusakan sel Ketidakseimbanga tidak dapat
- Infeksi virus beta n produksi insulin dibawa
- Pengrusakan masuk dalam
imunologik sel

Glukosuria Batas melebihi Hiperglikemia Anabolisme


ambang ginjal protein menurun

Kerusakan pada
Dieresis osmotik Vikositas darah Syok
antibodi
meningkat hiperglikemik

Poliuri Aliran darah Koma diabetik Kekebalan


retensi urin lambat tubuh menurun

Kehilangan Iskemik jaringan Resiko infeksi Neuropati


elektrolit dalam sensori perifer
sel

Ketidakefektifan
Dehidrasi perfusi jaringan Nekrosis luka Klien tidak
perifer merasa sakit

Resiko syok Kehilangan gangren Kerusakan


kalori integritas
jaringan

Merangsang Sel kekurangan Protein dan lemak BB menurun


hipotalamus bahan untuk dibakar
metabolisme

Pusat lapar dan


haus
Katabolisme lemak Pemecahan protein Keletihan

10
Polidipsia Asam lemak Keton Ureum

Polipagia

Ketidakseimbangan ketoasidosis
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah : standar untuk diagnosa diabetes adalah peningkatan level
gula darah setelah puasa. Nilai diatas 126mg/dl sedikitnya dua kali
pemeriksaan level gula darah puasa normal 70-126 mg/dl
2. Asam lemak : peningkatan asam lemak karena adanya pemecahan
asam lemak yang digunakan untuk menghasilkan energy
3. Osmalaritas serum : mengukur konsentrasi dari partikel yang
ditemukan didalam bagian cairan dari darah untuk mengevaluasi
keseimbangan cairan. Nilai normal 280-303 mOsm/K.
4. Hemoglobin A1c (HBA1c) : melihat kualitas pengontrol gula darah
dalam 3 bulan terakhir. level 7%
5. insulin serum : hormone peptide yang memungkinan tubuh
mematabolisme penggunaan glukosa
6. elektrolit.

G. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan DM dilakukan untuk meningkatkan kualitas pasien


DM .target yang dilakukan dalam penatalaksanan DM meliputi
pengendalian gula darah, pengendalian penyakit penyerta, dan pengelolaan
komplikasi. Penatalaksanan DM edukasi, nutrisi, latihan, pengobatan, dan
monitoring. Penatalaksanaan terpadu pada DM meliputi 4 pilar yaitu
edukasi, nutrisi, latihan fisik dan pengobatan.

11
1. Edukasi DM
Edukasi dilakukan untuk mendukung perubahan perilaku
pasien. Edukasi pada pasien diabetes meliputi pemahaman tentang
perjalanan penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM
secara berkelanjutan, komplikasi DM dan resikonya , dan cara
penggunaan obat diabtes.
2. Nutrisi
Pola makan sehat dan seimbang sesuai dengan jumlah,
jenis, jadwal (3j) dalam pemberian nutrisi pada pasien.Makanan
sehari-hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein, rendah lemak
jenuh, kolestrol, sedangkan natrium dan gula secukupnya.Komposisi
yang dianjurkan dalam karbohidrat45-65%, lemak 20-25%, protein
10-20%. Jumlah kalori dihitung berdasarkan kenutuhan basal
individuditambah atau dikurangi bergantung dengan factor lain seperti
jenis kelamin, umur, aktivitas, bb, dan kondisi stress.
3. Latihan
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan secara teratur 3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit.Latihan dilakukan untuk
menjaga stamina, menurunkan BB, dan meningkatkan kepekaan
insulin.Latihan jasmani yang dianjurkan .latihan jasmani yang bersifat
aerobic, seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak.
4. Pengobatan
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk
mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal.
Namun, kadar gula darah yang benar-benar normalsulit untuk
dipertahankan.Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang
normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun
jangka panjang menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan
pemantauan kadar gula darah secara teratur baik dilakukan secara
mandiri dengan alat tes kadar gula darah sendiri di rumah atau

12
dilakukan di laboratorium terdekat.Pengobatan diabetes meliputi
pengendalian berat badan, olah raga dan diet.
Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak
akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat
badannya dan berolah raga secara teratur.Namun, sebagian besar
penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan
olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih
insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe
2 dapat diobati dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan
berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian memberikan obat
yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin.

Berikut ini pembagian terapi farmakologi untuk diabetes, yaitu:


a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar
gula darah secara adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi
tidak efektif pada diabetes tipe I. Contohnya adalah glipizid,
gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan
kadar gula darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh
pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.
Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi
pelepasan insulin tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap
insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan cara menunda
penyerapan glukosa di dalam usus.
Obat hipoglikemik per-oral biasanya diberikan pada
penderita diabetes tipe II jika diet dan oleh raga gagal
menurunkan kadar gula darah dengan cukup.
Obat ini kadang bisa diberikan hanya satu kali (pagi hari),
meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali
pemberian.Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat

13
mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu
diberikan suntikan insulin.
b. Terapi Sulih Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan
insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian
insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin
dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan
per-oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam
penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat
bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda
menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak,
biasanya di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum
yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing
memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
1. Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling
cepat dan paling sebentar.Insulin ini seringkali mulai
menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai
puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita
yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan
disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2. Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi
insulin isofan.Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai
puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama
18-26 jam.
Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk
memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan

14
pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang
malam.
3. Insulin kerja lambat.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah
dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan
bekerja selama 28-36 jam.

H. Masalah yang Lazim Muncul


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan
keseimbangan insulin,makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektolit kedalam sel
tubuh,hipovolemia
3. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (
nekrosis luka gangreng )
4. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan,proses penyakit ( diabetes
meilitus )
5. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih,sfingter kuat
dan poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah
ke perifer,proses penyakit ( DM )
7. Resiko ketidakseimbangan eletrolit b.d gejala poliuria dan dehidrasi
8. Keletihan

I. Discharge planning
1. Lakukan olahraga secara rutin dan mempertahankan BB yang ideal
2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan
karbohidrat
3. Jarang mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena
hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidak stabilan) kadar gula darah
4. Pelajari mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan
5. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti
sayuran dan seral

15
6. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung
banyak kolesterol LDL, antara lain : daging merah, produk susu,
kuning telur, mentega, saus salad, dan makanan pencuci mulut
berlemak lainnya
7. Hindari minuman yang berakohol dan kurangi konsumsi garam

J. Komplikasi Diabetes

Komplikasi yang berkaitan dengan diabetes diklasifikasikan sebagai


komplikasi akut dan kronik.

a. Komplikasi akut :
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan keadaan menurunya kadar
glukosa darah <60mg/dl. Hipoglikemi dapat disebabkan karena
penggunaan insulin atau obat oral yang berlebihan, konsumsi makan
yang sedikit, dan aktivitas yang berat.Gejala-gejala hiperglikemia
terdiri dari gejala adrenergic dan system saraf pusat.Gejala
adrenergik seperti berkeringat, gemetar, dan rasa lapar.Gejala system
saraf pusat seperti pusing, gelisah, penurunan kesadaran sampai
koma.

2) Ketoasidosis Diabetik (KAD)


KAD terjadi ketika kadar glukosa tinggi (300-600mg/dl),
asidosis metabolic, osmolalitas plasma meningkat (300-320
mOsm/ml), peningkatan anion gap dan ketonemia atau ketonuria.
3) Hiperglikemia, Hiperosmolar, Koma Nonketotik (HHNK)
HHNK merupakan kondisi peningkatan glukosa darah
(600-1200mg/dl), osmolalitas plasma meningkat (300-380
mOsm/ml), plasma keton (+/-), dan anion gap normal atau sedikit
meningkat.

b. Komplikasi kronik :

16
1) Makroangiopati
a) Penyakit arteri coroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah arteri
koroner yang dapat menyebabkan peningkatan insiden infark
miokard.
b) Vaskuler perifer
Tanda dan gejala mencakup berkurangnya denyut nadi
perifer dan klaudikasio intermiten (nyeri pantat atau betis ketika
berjalan).Gangguan vaskuler perifer lama kelamaan dapat
menyebabkan gangren.
c) Serebrovaskuler
Penderita diabetes berisiko dua kali lipat terkena penyakit
serebrovaskuler seperti TIA (transient ischemic attack) dan
stroke.
2) Mikroangiopati
a) Retinopati diabetic
Retinopati terjadi karena prubahan dalam pembuluh darah
pada retinaretinopati diabetik yang dapat menyebabkan
penglihatan kabur yang diakibatkan oleh perubahan mendadak
glukosaa darah.Penyebab terjadinya retinopati pada penderita
diabetes ialah hipoksia kronik pada retina.
b) Nefropati diabetic
Nefropati diabetic disebabkan oleh hipertensi dan kadar
glukosa plasma yang tinggi sehingga terjadi kerusakan kapiler
glomelurus dan penebalan membra, serta pembesaran
glomelurus.
c) Neuropati diabetic
Neuropati terjadi karena hilangnya sensasi pada bagian
terjauh.Risiko tinggi terjadinya ulkus kaki dan
amputasi.Neuropati terjadi karna ada penebalan membrane
basalis kapiler dan dimielinisasi saraf karena hiperglikemia
sehingga hantaran saraf terganggu.

17
Organ/jaringan yg Yg terjadi Komplikasi
terkena
Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk & Sirkulasi yg jelek
menyumbat arteri berukuran menyebabkan
besar atau sedang di jantung, penyembuhan luka yg
otak, tungkai & penis. jelek & bisa
Dinding pembuluh darah kecil menyebabkan penyakit
mengalami kerusakan sehingga jantung, stroke,
pembuluh tidak dapat gangren kaki & tangan,
mentransfer oksigen secara impoten & infeksi
normal & mengalami
kebocoran.
Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan
pembuluh darah kecil retina. & pada akhirnya bisa
terjadi kebutaan
Ginjal 1. Penebalan pembuluh darah Fungsi ginjal yg buruk
ginjal Gagal ginjal
2. Protein bocor ke dalam air
kemih
3. Darah tidak disaring secara
normal
Saraf Kerusakan saraf karena 1. Kelemahan tungkai
glukosa tidak dimetabolisir yg terjadi secara tiba-
secara normal & karena aliran tiba atau secara
darah berkurang. perlahan
2. Berkurangnya rasa,
kesemutan & nyeri di
tangan & kaki
3. Kerusakan saraf
menahun
Sistem saraf otonom Kerusakan pada saraf yg Tekanan darah yg

18
mengendalikan tekanan darah naik-turun, Kesulitan
& saluran pencernaan. menelan & perubahan
fungsi pencernaan
disertai serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah ke 1. Luka, infeksi dalam
kulit & hilangnya rasa yg (ulkus diabetikum)
menyebabkan cedera berulang. 2. Penyembuhan luka
yg jelek
Darah Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi,
putih. terutama infeksi
saluran kemih & kulit
Jaringan ikat Gluka tidak dimetabolisir Sindroma terowongan
secara normal sehingga karpal Kontraktur
jaringan menebal atau Dupuytren
berkontraksi.

K. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien Diabetes Melitus

1. Pengkajian

a. Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada
kulit yang disertai bisul/ lalu tidak bisa sembuh, kesemutan/rasa berat,
mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poli
urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare
kadang-kadang disertai nyeri perut, kram otot, gangguan
tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada
wanita dan masalah impoten pada pria.

b. Riwayat Kesehatan Dahulu


1. Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes gestasional
2. Riwayat ISK berulang

19
3. Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin
dan penoborbital
4. Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan

c. Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM.

d. Pemeriksaan Fisik
1. Neuro sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori,
kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
2. Kardio vaskuler
Takikardia/nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,
hipertensi dysritmia, kerekel, DVJ (GJK).
3. Pernafasan
Takipnue pada keadaan istirahat/dengan aktivitas, sesak nafas,
batuk tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,
panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun
tajam), RR > 24x/menit, nafas berbau aseton.
4. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, wajah
meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
5. Eliminasi
Urine encer, pucat, kuning poliuria, urine berkabut, bau busuk,
diare (bising usus hiperaktif).

6. Reproduksi/sexualitas
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada
pria, dan sulit orgasme pada wanita.
7. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon, menurun kesemutan/rasa berat pada tungkai.

20
8. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
e. Aspek psikososial
1. Stress, ansietas, depresi
2. Peka rangsangan
3. Tergantung pada orang lain
f. Pemeriksaan dignostik
1. Gula darahmeningkat > 200mg/dl
2. Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
3. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
4. Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HC03 (asidosis
metabolik)
5. Alkalosis respiratorik
6. Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, menunjukan respon terhadap stress/infeksi
7. Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal
lochidrasi/penurunan fungsi ginjal
8. Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut
9. Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe
I), normal sampai meningkat pada tipe II mengindikasikan
insufisiensi insulin
10. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid
dapat meningkatkan glukosa drah dan kebutuhan akan insulin
11. Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin
meningkat
12. Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi pada luka.

21
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan keseimbangan insulin,makanan dan aktivitas jasmani
b. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektolit kedalam sel tubuh,
hipovolemia
c. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (
nekrosis luka gangreng )
d. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan,proses penyakit ( diabetes
melitus )
e. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih,sfingter
kuat dan poliuri
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi
darah ke perifer,proses penyakit ( DM )
g. Resiko ketidakseimbangan eletrolit b.d gejala poliuria dan
dehidrasi
h. Keletihan

3. Intervensi

1. Ketidak seimbangan Noc Nic


nutrisi kurang dari  nutrional status  Nutrition Management
kebutuhan tubuh  nutrional status : food and - Kaji adanya alergi
 Definisi : Asupan nutrisi fluid intake makanan
- Kolaborasi jumlah
tidak cukup untuk  nutrional status: nutrien kalori dan nutrisi
memenuhi kebutuhuhan intake - Anjurkan pasien untuk
metabolik. Kriteria Hasil : mengingkatkan intake
 Batasan Karakteristik:  adanya peningkatan berat Fe
- Kram abdomen badan sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk
- Nyeri abdomen tujuan meningkatkan protein
- Menghindari makanan  berat badan ideal sesuai dan vitamin C
dengan tinggi badan - Berikan subtansi gula
- Berat badan 20% atau
 mampu mengidentifikasi - Yakinkan diet yang
lebih dibawah berat kebutuhuan nutrisi dimakan mengandung
badan ideal  tidak ada tanda malnutrisi tinggi serat untuk
- Kerapuhan kapiler  menunjukkan peningkatan mencegah konstipasi
- Bising usus hiperaktif fungsi pengecapan dan - Berikanan makanan
- Kurang makanan menelan yang terpilih (sudah di
- Kurang informasi  tidak terjadi penurunan konsultasikan dengan

22
- Kurang minat pada berat badan yang berarti ahli gizi)
makanan - Ajarkan pasien
- Penurunan berat badan bagaimana membuat
catatan makanan
dengan asupan
harian
makanan adekuat - Monitor jumlah nutrisi
- Kesahalahan konsepsi dan kandungan kalori
- Kesalahan informasi - Berikan informasi
- Membran mukosa tentang kebutuhan
pucat nutrisi
- Ketidakmampuan - Kaji kemampuan
pasien untuk
memakan makanan
mendapatkan nutrisi
- Tonus otot menurun yang dibutuhkan
- Mengengeluh  Nutrition Monitoring
gangguan sensasi rasa - BB pasien dalam batas
- Mengeluh asupan normal
makanan kurang dari - Monitor adanya
RDA (recommended penurunan berat badan
- Monitor tipe dan
daily allowance)
jumlah aktivitasyang
- Cepat kenyang setelah bisa dilakukan
makan - Monitor interaksi
- Sariawan ronga mulut selama makan
- Steatorea - Monitor lingkungan
- Kelemahan otot selama makan
pengunyah - Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
- Kelemahan otot
selama jam makan
menelan - Monitor kulit kering
 Faktor- faktor yang dan perubahan
Berhubungan pigmentasi
- Faktor biologi - Monitor turgor kulit
- Faktor ekonomi - Monitor kekeringan,
- Ketidakmampuan rambut kusam dan
untuk mengabsorpsi mudah patah
nutrien - Monitor mual dan
- Ketidakmampuan muntah
untuk mencerna - Monitor kadar
makanan albumin, total protein ,
- Ketidakmampuan Hb, dan kadar Ht
menelan makanan - Monitor pertumbuhan
- Faktor psikologis dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan

23
intake nutrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet

2. Resiko Syok Noc Nic


 Definisi : Beresiko  Syok prevention  Syok Prevention
terhadap ketidakcukupan  Syok managament - Monitor status
aliran darah ke jaringan Kriteria Hasil sirkulasi BP, warna
tubuh, yang dapat  Nadi dalam batas yang kulit, suhu kulit,
mengakibatkan diharapkan denyut jantung, HR,
disfungsung seluler yang  Irama jantung dalam batas dan ritme, nadi perifer,
mengancam jiwab yang diharapkan dan kapiler refil
 Faktor Resiko  Frekuensi nafas dalam - Monitor tanda
- Hipotensi batas yang di harapkan inadekuat oksigenasi
- Hipovolemi  Irama pernafasan dalam jaringan
- Hipoksemia batas yang diharapkan - Monitor suhu dan
- Infeksi  Natrium serum dbn pernafasan
- Sepsis (dalam batas normal) - Monitor input dan
- Sindrom respon output
 Klorida serum dbn
inflamasi sistemik - Pantau nilai labor :
 Kalsium serum dbn
HB, HT, AGD, dan
 Magnesium serum dbn elektrolit
 Ph darah serum dbn - Monitor hemodinamik
Hidrasi invasi yang sesuai
 Indakator - Monitor tanda dan
- Mata cekung tidak gejala asites
ditemukan - Monitor tanda awal
- Demam tidak ditemukan syok
- TD dbn - Tempatkan pasien
- Hematokrit dbn pada posisi supine, kai
elevasi ntuk
peningkatan preload
dengan tepat
- Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok
- Ajarkan keluarga dan
pasien tentang langkah
untuk mengatasi gejala
syok
 Syok Management

24
- Monitor fungsi
neurologis
- Monitor fungsi renal
- Monitor tekanan nadi
- Monitor status cairan,
input uotput
- Catat gas darah arteri
dan oksigen di
jaringan
- Monitor EKG
- Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan
tekanan darah
- Menggambar gas
darah arteri dan
memonitor jaringan
oksigenisasi
- Memantau tren dalam
parameter hemodinaik
(CVP, MAP, tekanan
kapiler
pulmonal/arteri)
- Memantau faktor
penentu pengiriman
oksigen (PaO2 kadar
hemoglobin SaO2,
CO)
- Memantau tingkat
CO2 sublingual dan
tonometry lambung
- Memonitor gejala
gagal pernafasan
- Monitor nilai
laboratorim
- Masukkan dan
memelihara besarnya
kobosanan akses IV

25
3. Kerusakan integeritas Noc Nic
jaringan  Tissue integrity : skin and  Presure ulcer
 Definisi : kerusakan mucous prevention wound care
jaringan membran  Wound healing : primary - Anjurkan klien untuk
mukosa, kornea, and secondary intention memakai pakaian
integumen, atau Kriteria Hasil longgar
subkutan  Perfusi jaringan normal - Jaga kulit agar tetap
 Batasan Karakteristik  Tidak ada tanda tanda bersih dan kering
- Kerusakan jaringan infeksi - Mobilisasi pasien
(membran mukosa,  Ketebalan dan tekstur setiap dua jam sekali
kornea, integumen, jaringan normal - Monitor kulit akan
atau subkutan)  Menunjukan pemahaman adanya kemerahan
- Kerusakan jaringan dalam proses perbaikan - Oleskan lotion atau
 Faktor yang kulit dan mencegah baby oil pada daerah
Berhubungan terjadinya cidera berulang tertekan
- Gangguan sirkulasi  Menunjukan terjadinya - Monitor aktivitas dan
- Iritan zat kimia proses penyembuhan luka mobilisasi pasien
- Defisit cairan - Monitor status nutrisi
- Kelebihan cairan pasien
- Hambatan mobilitas - Memandikan pasien
fisik dengan air hangat
- Kurang pengetahuan - Observasi luka : lokasi
- Faktor mekanik dimensi, kedalaman,
(tekanan, jaringan nekrotik,
koyakan/robekan, tanda tanda infeksi
friksal) lokal, formasi traktus
- Faktor nutrisi - Ajarkan keluarga
- Radiasi tentang luka dan
- Suhu ekstrem perawatan luka
- Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP
(tinggi kalori tinggi
protein)
- Cegah kontaminasi
feses dan urin
- Lakukan tehnik
perwatan luka dg steril
- Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
- Hindari kerutan pada
tempat tidur

26
4. Resiko Infeksi Noc Nic
 Definisi : untuk  Immune status  Infection Contol
mengalami peningkatan  Knowledge : infection (kontrol infeksi)
resiko terserang control - Bersihkan lingkungan
organism patogenik  Risk control setelah dipakai pasien
 Faktor-faktor Resiko : Kriteria Hasil lain
- Penyakit kronis  Klien bebas dari tanda dan - Pertahanan teknik
(diabetes melitus, gejala infeksi isolasi
obesitas)  Mendeskripsikan proses - Batasi pengunjung bila
- Pengetahuan yang penularan penyakit, faktor perlu
kurang yang mempengaruhi - Instruksikan pada
- Pertahanan tubuh penularan serta pengunjung untuk
primer yang tidak penatalaksanaanya mencuci tangan saat
adekuat  Menunjukan kemampuan berkungjung,
1. Gangguan peritalsis untuk mencegah meniggalkan pasien
2. Kerusakan timbulnya infeksi - Gunakan sabun
integeritas kulit  Jumlah leukosit dalam antimikroba
3. Perubahan sekresi batas normal - Cuci tangan sebelum
pH dan sesudah tindakan
 Menunjukan perilaku
4. Penurunan kerja keperawatan
hidup sehat
siliaris - Gunakan baju dan
5. Pecah ketuban dini sarung tangan sebagai
6. Pecah ketuban lama alat pelindung
7. Merokok - Pertahankan
8. Stasis cairan tubuh lingkungan aseptik
9. Trauma jaringan selama pemasangan
- Ketidak adekuatan alat
pertahanan sekunder - Ganti letak IV perifer
1. Penurunan HB dan line central dan
2. Imunosupresi dressing sesua
3. Supresi respon petunjuk
inflamasi - Gunakan kateter
4. Vaksinasi tidak intermiten untuk
adekuat menurunkan infeksi
5. Pemajanan terhadap kandung kemih
patogen lingkungan - Tingkatkan intake
meningkat nutrisi
6. Prosedur invasif - Berikan terapi
7. Malnutrsi antibiotik bila perlu
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
- Monitor hitung
granulosit, WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Pertahankan teknik
asepsis pada pasien

27
yang beresiko
- Pertahankan teknik
isolasi
- Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisis luka/
insisi bedah
- Dorong masukan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukan
cairan
- Dorong istirahat
- Intruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif

5. Retensi Urine NOC NOC


Definisi : Pengosongan  Urinary elimination Urinary Retention Cace
kandung kemih tidak  Urinary continence  Monitor intake dan
komplit Kriteria Hasil: output
Batasan Karakteristik  Kandung kemih  Monitor
 Tidak ada haluaran kosong secara penuh penggunaan pbat
urine  Tidak ada residu urine antikolionergik
 Distensi kandung >100-200 cc  Monitor derajat
kemih  Bebas dari ISK distensi bladder
 Menetes  Tidak ada spasme  Instruksikan pada
 Disuria bladder pasien dan keluarga
 Sering berkemih  Balance cairan untuk mencatat
 Inkontinensia aliran seimbang output urine
berlebih  Sediakan privacy
 Residu urine untuk eliminasi

28
 Sensasi kandung  Stimulasi reflex
kemih penuh bladder dengan
 Berkemih sedikit kompres dingin
Faktor yang berhubungan pada abdomen
 Sumbatan  Kateterisasi jika
 Tekanan ureter perlu
tinggi  Monitor tanda dan
 Inhibisi arkus reflex gejala ISK (panas,
 Sfingter kuat hematuria,
perubahan baud an
konsistetensi urine)
Urinary Elimination
Management
6. Ketidakefektifan perfusi NOC NIC
jaringan perifer  Circulation status Peripheral Sensation
Definisi:penurunan sirkulasi  Tissue perfusion : Management
darah ke perifer yang dapat cerebral (Manajemen sensasi
mengganggu kesehatan Kriteria Hasil: perifer)
Mendemonstrasikan status
Batasan Karakteristik:  Monitor adanya
sirkulasi yang di tandai
 Tidak ada nadi dengan:
daerah tertentu
 Perubahan fungsi  Tekanan systole dan
yang hanya peka
motorik terhadap
diastole dalam rentang
 Perubahan yang di harapkan
panas/dingin/tajam/
karakteristik kulit tumpul
 Tidak ada ortostatik
(warna, elastisitas,  Monitor adanya
hipertensi
rambut, kelembaban, paratese
 Tidak ada tanda
kuku, sensasi, suhu  Instruksikan
peningkatan tekanan
 Indek ankle-brakhial intracranial (tidak
keluarga untuk
<0,90 mengobservasi kulit
lebih dari 15 mmHg)
 Perubahan tekanan jika ada isi atau
Mendemonstrasikan
darah diektremitas laserasi
kemampuan kognitif yang
 Waktu pengisian  Gunakan sarung
di tandai dengan:
tangan untuk
kapiler >31 detik1  Berkomunikasi
 Klaudikasi proteksi
dengan jelas dan
 Warna tidak kembali  Batasi gerakan pada
sesuai dengan
ketungkai saat kepala, leher, dan
kemampuan
punggung
tungkai di turunkan  Menunjukan
 Kelambatan  Monitor
perhatian,
penyembuhan luka kemampuan BAB
konsekuensi, dan
perifer orientasi  Kolaborasi
 Penurunan nadi oemberian analgetik
 Memproses informasi
 Edema  Monitor adanya
 Membuat keputusan
 Nyeri ektremitas tromboplebitis
dengan benar
 Bruit fremoral Menunjukan fungsi sensori  Diskusikan
mengenai penyebab

29
 Pemendekan jarak motori cranial yang utuh : perunahan sensasi.
total yang di tempuh tingkat kesadaran
dalam uji berjalan 6 membaik, tidak ada
menit gerakan involunter
 Pemendekan jarak
bebas nyeri yang di
tempuh dalam uji
berjalan 6 menit
 Parestesia
 Warna kulit pucat
saat elevasi
Faktor yang
Berhubungan:
 Kurang pengetahuan
tentang faktor
pemberat (mis:
merokok, gaya hidup
monoton, trauma,
obesitas, asupan
garam, imobilitas)
 Kurang pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis:
diabetes,
hiperlipidemia)
 Diabetes mellitus
 Gaya hidup monoton
 Merokok
7. Resiko ketidakseimbangan NOC NIC
elektrolit  Fluid balance Fluid management
Definisi: Beresiko  Hydration  Timbang popok
mengalami perubahan kadar  Nutritional status : atau pembalut jika
elektrolit serum yang dapat Food and Fluid diperlukan
mengganggu kesehatan  Intake  Pertahankan catatan
Kriteria Hasil: intake dan output
Faktor risiko
 Mempertahankan yang akurat
 Defisiensi volume urine output sesuai  Monitor status
cairan dengan usia dan BB, hidrasi (kelembaban
 Diare BJ urine normal, HT membran mukosa,
 Disfungsi endokrin normal nadi adekuat,
 Kelebihan volume  Tekanan darah, nadi, tekanan darah
cairan suhu tubuh dalam ortostatik), jika
 Gangguan batas normal diperlukan
mekanisme regulasi  Tidak ada tanda  Monitor vital sign
(mis: diabetes, dehidrasi, Elastisitas  Monitor masukkan
isipidus, syndrome turgor kulit baik, makanan / cairan
ketidaktepatan membran mukosa dan hitung intake

30
sekresi hormone lembab, tidak ada rasa kalori harian
antidiuretik haus yang berlebihan.  Kolaborasi
 Disfungsi ginjal pemberian cairan
 Efek samping obat IV
(mis: medikasi  Monitor status
drain) nutrisi
 muntah  Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
 Dorong masukan
oral
 Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai
output
 Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
 Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
 Kolaborasi doktet
jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
Hypovolemia
Management
 Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
 Monitor
beratbadan
 Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
 Pemberian cairan
IV monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan

31
 Monitor adanya
tanda gagal ginjal

8 Keletihan NOC NIC


Definisi:Rasa letih luar  Endurance Energy management
biasa dan penurunan  Concentrasion  Observasi adanya
kapasitas kerja fisik dan  Energy convervation pembatasan klien
jiwapada tingkat yang  Nutrional status : dalam melakukan
biasanya secara terus- energy aktifitas
Kriteria Hasil  Dorong anak untuk
menerus
 Memverbalisasikan mengungkapkan
Batasan Karakteristik peningkatan energy perasaan terhadap
 Gangguan dan merasa lebih baik keterbatasan
konsentrasi  Menjelaskan  Kaji adanya faktor
 Gangguan libido penggunaan energy yang menyebabkan
 Penurunan performa untuk mengatasi kelelahan
 Kurang minat kelelahan  Monitor nutrisi dan
terhadap sekitar  Kecemasan menurun sumber energy yang
 Mengantuk  Glukosa darah adekuat
 Peningkatan keluhan adekuat  Monitor pasien
fisik  Kualitas hidup akan adanya
 Peningkatan meningkat kelelahan fisik dan
kebutuhan istirahat  Istirahat cukup emosi secara
 Introspeksi  Mempertahankan berlebihan
 Kurang energy kemampuan untuk  Monitor respon
 Lesu berkonsetrasi kardiovaskuler
 Letargi terhadap aktivitas
 Persepsi  Bantu aktivitas
membutuhkan sehari-hari sesuai
energy yang luar dengan kebutuhan
biasa  Tingkatkan tirah
 Mengatakan baring dan
perasaan lelah pembatasan
 Mengatakan tidak aktivitas
mampu (tingkatkan periode
mempertahankan istirahat)
aktivitas fisik pada  Konsultasi ahli gizi
tingkat yang untuk
biasanya meningkatkan
 Mengatakan tidak asupan makanan
mampu yang berenergi
pempertahankan tinggi.
aktivitas fisik pada
tingkat yang Behavior Management
biasanya Activity Management
Faktor yang Energy Management
berhubungan Nutrion management

32
 Psikologis
- Ansietas,
depresi
- Mengatakan
gaya hidup
membosankan,
stress
 Fisiologis
- Anemia, status
penyakit
- Peningkatan
kelemahan fisik
- Malnutrisi,
kondisi fisik
buruk
- Kehamilan,
deprivasi tidur
 Lingkungan
- Kelembaban,
suhu, cahaya,
kebisingan
 Situasional
- Peristiwa hidup
negative
- pekerjaan

4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
b. Syok tidak terjadi.
c. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi).
d. Klien bebas dari tanda infeksi.
e. Kandung kemih kosong secara penuh, tidak ada residu urine > 100-
200 cc.
f. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharpkan
g. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal.

33
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai


dengan Hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme
karbohidrat,lemak,dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitifitas insulin atau keduanya dan menyebabkan
komplikasi kronis mikrovaskuler,makrovaskular, dan neuropati ( Yuliana
Elin 2009 ).

Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular(risiko


ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina
yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan sarafyang dapat
menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi
yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.

B. Saran
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh
diabetes mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom
Down, penyakit Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis,
penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom
Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme,
hipogonadisme, dan lain-lain. Maka daripada itu dalam penyusunan makalah
ini kami menyadari banyak kekurangan, kami minta maaf dan kami
membutuhkan partisipasinya dalam bentuk kritik maupun saran.

34
DAFTAR PUSTAKA

Huda Nurafif, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi. Jogjakarta : MediAction.

Purwanto, Hadi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II.

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2.
Jakarta : EGC.

35

Anda mungkin juga menyukai