Diabetes Meilitus
Diabetes Meilitus
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal. Agar dapat
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal maka dikembangkan
upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat yang mencakup upaya
peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) yang bersifat menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan.
Dengan demikian perawatan merupakan hal yang perlu diperhatikan
dalam semua upaya tersebut diatas. Dalam upaya perawatan ini perawat
melaksanakan suatu asuhan keperawatan dengan memperhatikan klien secara
menyeluruh baik fisik, mental, sosial maupun spiritual, dimana perawat harus
selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam proses
pertumbuhan dan pemulihan klien dengan gangguan sistem endokrin
khususnya Diabetes Melitus.
Diabetes Mellitus menimbulkan gangguan multi sistem dan
merupakan suatu penyakit yang banyak ditemukan di masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah klien dengan Diabetes Mellitus
yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Menurut catatan di ruang perawatan Interna Atas Perjan RS DR. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Jumlah yang dirawat dari September sampai
Desember 2001 sebanyak 15 orang dan dari Januari sampai Agustus 2002
sebanyak 36 Orang.
Diabetes Mellitus jika tidak ditangani dengan baik, maka akan
mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti
mata, ginjal, jantung, pembuluh darah, saraf dan lain-lain.
Mengingat resiko dari Diabetes Mellitus tersebut maka tindakan
perawatan yang sempurna sangat dibutuhkan.Penyembuhan penyakit
1
Diabetes Mellitus tidak hanya dengan pengobatan saja, tapi yang lebih
penting adalah diet yang baik, olah raga yang teratur, dan juga pendidikan
bagi klien dan keluarga.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Diabetes Melitus ?
2. Apa saja klasifikasi Diabetes Melitus ?
3. Apa saja etiologi dari Diabetes Melitus ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari Diabetes Melitus ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Diabetes Melitus ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Diabetes Melitus ?
7. Apa saja pelaksanaan medis dari Diabetes Melitus ?
8. Apa saja masalah yang lazim muncul dari Diabetes Melitus ?
9. Apa saja discharge planning dari Diabetes Melitus ?
10. Apa saja komplikasi dari Diabetes Melitus ?
11. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien Diabetes
Melitus ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien diabetes mellitus.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini dihapkan :
a. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti definisi dari Diabetes
Melitus
b. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti klasifikasi Diabetes
Melitus
c. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti etiologi dari Diabetes
Melitus
d. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti manifestasi klinis dari
Diabetes Melitus
2
e. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti patofisiologi dari Diabetes
Melitus
f. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti pemeriksaan penunjang
dari Diabetes Melitus
g. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti pelaksanaan medis dari
Diabetes Melitus
h. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti masalah yang lazim
muncul dari Diabetes Melitus
i. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti discharge planning dari
Diabetes Melitus
j. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti komplikasi dari Diabetes
Melitus
k. Mahasiswa dapat memahami dan mengerti konsep dasar asuhan
keperawatan pada pasien Diabetes Melitus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Diabetes Tipe I
DM tipe I atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel b pankreas
(reaksi autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80-90% maka
gejala DM mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada
anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1
mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses autoimun, dan
sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Kondisi ini digolongkan
sebagai tipe 1 idiopatik. Sebagian besar (75%) kasus terjadi sebelum usia
30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
4
2. Diabetes Tipe II
DM tipe II merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai
non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini
terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin
resistance) dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistan.
Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Gejala
minimal dan kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini,yang
umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah,
maupun tinggi, sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian
insulin.
3. DM Dalam Kehamilan
DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah
kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistan (ibu
hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat
keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan
morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan
makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin
lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi dan makrosomia.
Frekuensi GDM kira-kira 3-5% dan para ibu tersebut meningkat risikonya
untuk menjadi DM di masa mendatang.
5
C. Etiologi
c. Faktor lingkungan
6
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
7
Pada saat seorang wanita hamil,ada beberapa hormon yang
mengalami peningkatan jumlah.Misalnya, hormon kortisol, estrogen,
dan human placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil, peningkatan
jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi
insulin dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini
menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin yang disebut
sebagai insulin resistance.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolik defisiensi
insulin (Price&Wilson)
1. Kadar Glukosa Puasa Tidak Normal
8
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi diuresis
osmotik yang meningkatkan pengeluaran urine ( Poliuria ) dan timbul
rasa haus ( Polidipsia ).
3. Rasa lapar yang semakin besar ( Polifagia ), berat badan berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan,gatal,mata
kabur,impotensi,peruritas vulva.
9
E. Patofisiologi
Gula darah
- Faktor genetik Kerusakan sel Ketidakseimbanga tidak dapat
- Infeksi virus beta n produksi insulin dibawa
- Pengrusakan masuk dalam
imunologik sel
Kerusakan pada
Dieresis osmotik Vikositas darah Syok
antibodi
meningkat hiperglikemik
Ketidakefektifan
Dehidrasi perfusi jaringan Nekrosis luka Klien tidak
perifer merasa sakit
10
Polidipsia Asam lemak Keton Ureum
Polipagia
Ketidakseimbangan ketoasidosis
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Gula darah : standar untuk diagnosa diabetes adalah peningkatan level
gula darah setelah puasa. Nilai diatas 126mg/dl sedikitnya dua kali
pemeriksaan level gula darah puasa normal 70-126 mg/dl
2. Asam lemak : peningkatan asam lemak karena adanya pemecahan
asam lemak yang digunakan untuk menghasilkan energy
3. Osmalaritas serum : mengukur konsentrasi dari partikel yang
ditemukan didalam bagian cairan dari darah untuk mengevaluasi
keseimbangan cairan. Nilai normal 280-303 mOsm/K.
4. Hemoglobin A1c (HBA1c) : melihat kualitas pengontrol gula darah
dalam 3 bulan terakhir. level 7%
5. insulin serum : hormone peptide yang memungkinan tubuh
mematabolisme penggunaan glukosa
6. elektrolit.
G. Penatalaksanaan Medis
11
1. Edukasi DM
Edukasi dilakukan untuk mendukung perubahan perilaku
pasien. Edukasi pada pasien diabetes meliputi pemahaman tentang
perjalanan penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM
secara berkelanjutan, komplikasi DM dan resikonya , dan cara
penggunaan obat diabtes.
2. Nutrisi
Pola makan sehat dan seimbang sesuai dengan jumlah,
jenis, jadwal (3j) dalam pemberian nutrisi pada pasien.Makanan
sehari-hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein, rendah lemak
jenuh, kolestrol, sedangkan natrium dan gula secukupnya.Komposisi
yang dianjurkan dalam karbohidrat45-65%, lemak 20-25%, protein
10-20%. Jumlah kalori dihitung berdasarkan kenutuhan basal
individuditambah atau dikurangi bergantung dengan factor lain seperti
jenis kelamin, umur, aktivitas, bb, dan kondisi stress.
3. Latihan
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan secara teratur 3-4
kali seminggu selama kurang lebih 30 menit.Latihan dilakukan untuk
menjaga stamina, menurunkan BB, dan meningkatkan kepekaan
insulin.Latihan jasmani yang dianjurkan .latihan jasmani yang bersifat
aerobic, seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak.
4. Pengobatan
Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk
mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal.
Namun, kadar gula darah yang benar-benar normalsulit untuk
dipertahankan.Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang
normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun
jangka panjang menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan
pemantauan kadar gula darah secara teratur baik dilakukan secara
mandiri dengan alat tes kadar gula darah sendiri di rumah atau
12
dilakukan di laboratorium terdekat.Pengobatan diabetes meliputi
pengendalian berat badan, olah raga dan diet.
Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak
akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat
badannya dan berolah raga secara teratur.Namun, sebagian besar
penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan melakukan
olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih
insulin atau obat hipoglikemik (penurun kadar gula darah) per-oral.
Diabetes tipe 1 hanya bisa diobati dengan insulin tetapi tipe
2 dapat diobati dengan obat oral. Jika pengendalian berat badan dan
berolahraga tidak berhasil maka dokter kemudian memberikan obat
yang dapat diminum (oral = mulut) atau menggunakan insulin.
13
mengontrol kadar gula darah dengan baik, mungkin perlu
diberikan suntikan insulin.
b. Terapi Sulih Insulin
Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan
insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian
insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin
dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan
per-oral (ditelan).
Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam
penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat
bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda
menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak,
biasanya di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum
yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing
memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
1. Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling
cepat dan paling sebentar.Insulin ini seringkali mulai
menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai
puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita
yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan
disutikkan 15-20 menit sebelum makan.
2. Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi
insulin isofan.Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai
puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama
18-26 jam.
Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk
memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan
14
pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang
malam.
3. Insulin kerja lambat.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah
dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan
bekerja selama 28-36 jam.
I. Discharge planning
1. Lakukan olahraga secara rutin dan mempertahankan BB yang ideal
2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan
karbohidrat
3. Jarang mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena
hal ini akan menyebabkan fluktuasi (ketidak stabilan) kadar gula darah
4. Pelajari mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan
5. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti
sayuran dan seral
15
6. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung
banyak kolesterol LDL, antara lain : daging merah, produk susu,
kuning telur, mentega, saus salad, dan makanan pencuci mulut
berlemak lainnya
7. Hindari minuman yang berakohol dan kurangi konsumsi garam
J. Komplikasi Diabetes
a. Komplikasi akut :
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan keadaan menurunya kadar
glukosa darah <60mg/dl. Hipoglikemi dapat disebabkan karena
penggunaan insulin atau obat oral yang berlebihan, konsumsi makan
yang sedikit, dan aktivitas yang berat.Gejala-gejala hiperglikemia
terdiri dari gejala adrenergic dan system saraf pusat.Gejala
adrenergik seperti berkeringat, gemetar, dan rasa lapar.Gejala system
saraf pusat seperti pusing, gelisah, penurunan kesadaran sampai
koma.
b. Komplikasi kronik :
16
1) Makroangiopati
a) Penyakit arteri coroner
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah arteri
koroner yang dapat menyebabkan peningkatan insiden infark
miokard.
b) Vaskuler perifer
Tanda dan gejala mencakup berkurangnya denyut nadi
perifer dan klaudikasio intermiten (nyeri pantat atau betis ketika
berjalan).Gangguan vaskuler perifer lama kelamaan dapat
menyebabkan gangren.
c) Serebrovaskuler
Penderita diabetes berisiko dua kali lipat terkena penyakit
serebrovaskuler seperti TIA (transient ischemic attack) dan
stroke.
2) Mikroangiopati
a) Retinopati diabetic
Retinopati terjadi karena prubahan dalam pembuluh darah
pada retinaretinopati diabetik yang dapat menyebabkan
penglihatan kabur yang diakibatkan oleh perubahan mendadak
glukosaa darah.Penyebab terjadinya retinopati pada penderita
diabetes ialah hipoksia kronik pada retina.
b) Nefropati diabetic
Nefropati diabetic disebabkan oleh hipertensi dan kadar
glukosa plasma yang tinggi sehingga terjadi kerusakan kapiler
glomelurus dan penebalan membra, serta pembesaran
glomelurus.
c) Neuropati diabetic
Neuropati terjadi karena hilangnya sensasi pada bagian
terjauh.Risiko tinggi terjadinya ulkus kaki dan
amputasi.Neuropati terjadi karna ada penebalan membrane
basalis kapiler dan dimielinisasi saraf karena hiperglikemia
sehingga hantaran saraf terganggu.
17
Organ/jaringan yg Yg terjadi Komplikasi
terkena
Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk & Sirkulasi yg jelek
menyumbat arteri berukuran menyebabkan
besar atau sedang di jantung, penyembuhan luka yg
otak, tungkai & penis. jelek & bisa
Dinding pembuluh darah kecil menyebabkan penyakit
mengalami kerusakan sehingga jantung, stroke,
pembuluh tidak dapat gangren kaki & tangan,
mentransfer oksigen secara impoten & infeksi
normal & mengalami
kebocoran.
Mata Terjadi kerusakan pada Gangguan penglihatan
pembuluh darah kecil retina. & pada akhirnya bisa
terjadi kebutaan
Ginjal 1. Penebalan pembuluh darah Fungsi ginjal yg buruk
ginjal Gagal ginjal
2. Protein bocor ke dalam air
kemih
3. Darah tidak disaring secara
normal
Saraf Kerusakan saraf karena 1. Kelemahan tungkai
glukosa tidak dimetabolisir yg terjadi secara tiba-
secara normal & karena aliran tiba atau secara
darah berkurang. perlahan
2. Berkurangnya rasa,
kesemutan & nyeri di
tangan & kaki
3. Kerusakan saraf
menahun
Sistem saraf otonom Kerusakan pada saraf yg Tekanan darah yg
18
mengendalikan tekanan darah naik-turun, Kesulitan
& saluran pencernaan. menelan & perubahan
fungsi pencernaan
disertai serangan diare
Kulit Berkurangnya aliran darah ke 1. Luka, infeksi dalam
kulit & hilangnya rasa yg (ulkus diabetikum)
menyebabkan cedera berulang. 2. Penyembuhan luka
yg jelek
Darah Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi,
putih. terutama infeksi
saluran kemih & kulit
Jaringan ikat Gluka tidak dimetabolisir Sindroma terowongan
secara normal sehingga karpal Kontraktur
jaringan menebal atau Dupuytren
berkontraksi.
1. Pengkajian
19
3. Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik (tiazid), dilantin
dan penoborbital
4. Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat berlebihan
d. Pemeriksaan Fisik
1. Neuro sensori
Disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan memori,
kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang.
2. Kardio vaskuler
Takikardia/nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural,
hipertensi dysritmia, kerekel, DVJ (GJK).
3. Pernafasan
Takipnue pada keadaan istirahat/dengan aktivitas, sesak nafas,
batuk tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,
panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun
tajam), RR > 24x/menit, nafas berbau aseton.
4. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, wajah
meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun.
5. Eliminasi
Urine encer, pucat, kuning poliuria, urine berkabut, bau busuk,
diare (bising usus hiperaktif).
6. Reproduksi/sexualitas
Rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi pada
pria, dan sulit orgasme pada wanita.
7. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki,
reflek tendon, menurun kesemutan/rasa berat pada tungkai.
20
8. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak),
kulit rusak, lesi/ulserasi/ulkus.
e. Aspek psikososial
1. Stress, ansietas, depresi
2. Peka rangsangan
3. Tergantung pada orang lain
f. Pemeriksaan dignostik
1. Gula darahmeningkat > 200mg/dl
2. Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok
3. Osmolaritas serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt
4. Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HC03 (asidosis
metabolik)
5. Alkalosis respiratorik
6. Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, menunjukan respon terhadap stress/infeksi
7. Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal
lochidrasi/penurunan fungsi ginjal
8. Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut
9. Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe
I), normal sampai meningkat pada tipe II mengindikasikan
insufisiensi insulin
10. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid
dapat meningkatkan glukosa drah dan kebutuhan akan insulin
11. Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin
meningkat
12. Kultur dan sensivitas : kemungkinan adanya infeksi pada
saluran kemih, infeksi pada luka.
21
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
gangguan keseimbangan insulin,makanan dan aktivitas jasmani
b. Resiko syok b.d ketidakmampuan elektolit kedalam sel tubuh,
hipovolemia
c. Kerusakan integritas jaringan b.d nekrosis kerusakan jaringan (
nekrosis luka gangreng )
d. Resiko infeksi b.d trauma pada jaringan,proses penyakit ( diabetes
melitus )
e. Retensi urine b.d inkomplit pengosongan kandung kemih,sfingter
kuat dan poliuri
f. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi
darah ke perifer,proses penyakit ( DM )
g. Resiko ketidakseimbangan eletrolit b.d gejala poliuria dan
dehidrasi
h. Keletihan
3. Intervensi
22
- Kurang minat pada berat badan yang berarti ahli gizi)
makanan - Ajarkan pasien
- Penurunan berat badan bagaimana membuat
catatan makanan
dengan asupan
harian
makanan adekuat - Monitor jumlah nutrisi
- Kesahalahan konsepsi dan kandungan kalori
- Kesalahan informasi - Berikan informasi
- Membran mukosa tentang kebutuhan
pucat nutrisi
- Ketidakmampuan - Kaji kemampuan
pasien untuk
memakan makanan
mendapatkan nutrisi
- Tonus otot menurun yang dibutuhkan
- Mengengeluh Nutrition Monitoring
gangguan sensasi rasa - BB pasien dalam batas
- Mengeluh asupan normal
makanan kurang dari - Monitor adanya
RDA (recommended penurunan berat badan
- Monitor tipe dan
daily allowance)
jumlah aktivitasyang
- Cepat kenyang setelah bisa dilakukan
makan - Monitor interaksi
- Sariawan ronga mulut selama makan
- Steatorea - Monitor lingkungan
- Kelemahan otot selama makan
pengunyah - Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
- Kelemahan otot
selama jam makan
menelan - Monitor kulit kering
Faktor- faktor yang dan perubahan
Berhubungan pigmentasi
- Faktor biologi - Monitor turgor kulit
- Faktor ekonomi - Monitor kekeringan,
- Ketidakmampuan rambut kusam dan
untuk mengabsorpsi mudah patah
nutrien - Monitor mual dan
- Ketidakmampuan muntah
untuk mencerna - Monitor kadar
makanan albumin, total protein ,
- Ketidakmampuan Hb, dan kadar Ht
menelan makanan - Monitor pertumbuhan
- Faktor psikologis dan perkembangan
- Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
konjungtiva
- Monitor kalori dan
23
intake nutrisi
- Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral
- Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
24
- Monitor fungsi
neurologis
- Monitor fungsi renal
- Monitor tekanan nadi
- Monitor status cairan,
input uotput
- Catat gas darah arteri
dan oksigen di
jaringan
- Monitor EKG
- Memanfaatkan
pemantauan jalur arteri
untuk meningkatkan
akurasi pembacaan
tekanan darah
- Menggambar gas
darah arteri dan
memonitor jaringan
oksigenisasi
- Memantau tren dalam
parameter hemodinaik
(CVP, MAP, tekanan
kapiler
pulmonal/arteri)
- Memantau faktor
penentu pengiriman
oksigen (PaO2 kadar
hemoglobin SaO2,
CO)
- Memantau tingkat
CO2 sublingual dan
tonometry lambung
- Memonitor gejala
gagal pernafasan
- Monitor nilai
laboratorim
- Masukkan dan
memelihara besarnya
kobosanan akses IV
25
3. Kerusakan integeritas Noc Nic
jaringan Tissue integrity : skin and Presure ulcer
Definisi : kerusakan mucous prevention wound care
jaringan membran Wound healing : primary - Anjurkan klien untuk
mukosa, kornea, and secondary intention memakai pakaian
integumen, atau Kriteria Hasil longgar
subkutan Perfusi jaringan normal - Jaga kulit agar tetap
Batasan Karakteristik Tidak ada tanda tanda bersih dan kering
- Kerusakan jaringan infeksi - Mobilisasi pasien
(membran mukosa, Ketebalan dan tekstur setiap dua jam sekali
kornea, integumen, jaringan normal - Monitor kulit akan
atau subkutan) Menunjukan pemahaman adanya kemerahan
- Kerusakan jaringan dalam proses perbaikan - Oleskan lotion atau
Faktor yang kulit dan mencegah baby oil pada daerah
Berhubungan terjadinya cidera berulang tertekan
- Gangguan sirkulasi Menunjukan terjadinya - Monitor aktivitas dan
- Iritan zat kimia proses penyembuhan luka mobilisasi pasien
- Defisit cairan - Monitor status nutrisi
- Kelebihan cairan pasien
- Hambatan mobilitas - Memandikan pasien
fisik dengan air hangat
- Kurang pengetahuan - Observasi luka : lokasi
- Faktor mekanik dimensi, kedalaman,
(tekanan, jaringan nekrotik,
koyakan/robekan, tanda tanda infeksi
friksal) lokal, formasi traktus
- Faktor nutrisi - Ajarkan keluarga
- Radiasi tentang luka dan
- Suhu ekstrem perawatan luka
- Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP
(tinggi kalori tinggi
protein)
- Cegah kontaminasi
feses dan urin
- Lakukan tehnik
perwatan luka dg steril
- Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
- Hindari kerutan pada
tempat tidur
26
4. Resiko Infeksi Noc Nic
Definisi : untuk Immune status Infection Contol
mengalami peningkatan Knowledge : infection (kontrol infeksi)
resiko terserang control - Bersihkan lingkungan
organism patogenik Risk control setelah dipakai pasien
Faktor-faktor Resiko : Kriteria Hasil lain
- Penyakit kronis Klien bebas dari tanda dan - Pertahanan teknik
(diabetes melitus, gejala infeksi isolasi
obesitas) Mendeskripsikan proses - Batasi pengunjung bila
- Pengetahuan yang penularan penyakit, faktor perlu
kurang yang mempengaruhi - Instruksikan pada
- Pertahanan tubuh penularan serta pengunjung untuk
primer yang tidak penatalaksanaanya mencuci tangan saat
adekuat Menunjukan kemampuan berkungjung,
1. Gangguan peritalsis untuk mencegah meniggalkan pasien
2. Kerusakan timbulnya infeksi - Gunakan sabun
integeritas kulit Jumlah leukosit dalam antimikroba
3. Perubahan sekresi batas normal - Cuci tangan sebelum
pH dan sesudah tindakan
Menunjukan perilaku
4. Penurunan kerja keperawatan
hidup sehat
siliaris - Gunakan baju dan
5. Pecah ketuban dini sarung tangan sebagai
6. Pecah ketuban lama alat pelindung
7. Merokok - Pertahankan
8. Stasis cairan tubuh lingkungan aseptik
9. Trauma jaringan selama pemasangan
- Ketidak adekuatan alat
pertahanan sekunder - Ganti letak IV perifer
1. Penurunan HB dan line central dan
2. Imunosupresi dressing sesua
3. Supresi respon petunjuk
inflamasi - Gunakan kateter
4. Vaksinasi tidak intermiten untuk
adekuat menurunkan infeksi
5. Pemajanan terhadap kandung kemih
patogen lingkungan - Tingkatkan intake
meningkat nutrisi
6. Prosedur invasif - Berikan terapi
7. Malnutrsi antibiotik bila perlu
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
- Monitor hitung
granulosit, WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Pertahankan teknik
asepsis pada pasien
27
yang beresiko
- Pertahankan teknik
isolasi
- Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisis luka/
insisi bedah
- Dorong masukan
nutrisi yang cukup
- Dorong masukan
cairan
- Dorong istirahat
- Intruksikan pasien
untuk minum
antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif
28
Sensasi kandung Stimulasi reflex
kemih penuh bladder dengan
Berkemih sedikit kompres dingin
Faktor yang berhubungan pada abdomen
Sumbatan Kateterisasi jika
Tekanan ureter perlu
tinggi Monitor tanda dan
Inhibisi arkus reflex gejala ISK (panas,
Sfingter kuat hematuria,
perubahan baud an
konsistetensi urine)
Urinary Elimination
Management
6. Ketidakefektifan perfusi NOC NIC
jaringan perifer Circulation status Peripheral Sensation
Definisi:penurunan sirkulasi Tissue perfusion : Management
darah ke perifer yang dapat cerebral (Manajemen sensasi
mengganggu kesehatan Kriteria Hasil: perifer)
Mendemonstrasikan status
Batasan Karakteristik: Monitor adanya
sirkulasi yang di tandai
Tidak ada nadi dengan:
daerah tertentu
Perubahan fungsi Tekanan systole dan
yang hanya peka
motorik terhadap
diastole dalam rentang
Perubahan yang di harapkan
panas/dingin/tajam/
karakteristik kulit tumpul
Tidak ada ortostatik
(warna, elastisitas, Monitor adanya
hipertensi
rambut, kelembaban, paratese
Tidak ada tanda
kuku, sensasi, suhu Instruksikan
peningkatan tekanan
Indek ankle-brakhial intracranial (tidak
keluarga untuk
<0,90 mengobservasi kulit
lebih dari 15 mmHg)
Perubahan tekanan jika ada isi atau
Mendemonstrasikan
darah diektremitas laserasi
kemampuan kognitif yang
Waktu pengisian Gunakan sarung
di tandai dengan:
tangan untuk
kapiler >31 detik1 Berkomunikasi
Klaudikasi proteksi
dengan jelas dan
Warna tidak kembali Batasi gerakan pada
sesuai dengan
ketungkai saat kepala, leher, dan
kemampuan
punggung
tungkai di turunkan Menunjukan
Kelambatan Monitor
perhatian,
penyembuhan luka kemampuan BAB
konsekuensi, dan
perifer orientasi Kolaborasi
Penurunan nadi oemberian analgetik
Memproses informasi
Edema Monitor adanya
Membuat keputusan
Nyeri ektremitas tromboplebitis
dengan benar
Bruit fremoral Menunjukan fungsi sensori Diskusikan
mengenai penyebab
29
Pemendekan jarak motori cranial yang utuh : perunahan sensasi.
total yang di tempuh tingkat kesadaran
dalam uji berjalan 6 membaik, tidak ada
menit gerakan involunter
Pemendekan jarak
bebas nyeri yang di
tempuh dalam uji
berjalan 6 menit
Parestesia
Warna kulit pucat
saat elevasi
Faktor yang
Berhubungan:
Kurang pengetahuan
tentang faktor
pemberat (mis:
merokok, gaya hidup
monoton, trauma,
obesitas, asupan
garam, imobilitas)
Kurang pengetahuan
tentang proses
penyakit (mis:
diabetes,
hiperlipidemia)
Diabetes mellitus
Gaya hidup monoton
Merokok
7. Resiko ketidakseimbangan NOC NIC
elektrolit Fluid balance Fluid management
Definisi: Beresiko Hydration Timbang popok
mengalami perubahan kadar Nutritional status : atau pembalut jika
elektrolit serum yang dapat Food and Fluid diperlukan
mengganggu kesehatan Intake Pertahankan catatan
Kriteria Hasil: intake dan output
Faktor risiko
Mempertahankan yang akurat
Defisiensi volume urine output sesuai Monitor status
cairan dengan usia dan BB, hidrasi (kelembaban
Diare BJ urine normal, HT membran mukosa,
Disfungsi endokrin normal nadi adekuat,
Kelebihan volume Tekanan darah, nadi, tekanan darah
cairan suhu tubuh dalam ortostatik), jika
Gangguan batas normal diperlukan
mekanisme regulasi Tidak ada tanda Monitor vital sign
(mis: diabetes, dehidrasi, Elastisitas Monitor masukkan
isipidus, syndrome turgor kulit baik, makanan / cairan
ketidaktepatan membran mukosa dan hitung intake
30
sekresi hormone lembab, tidak ada rasa kalori harian
antidiuretik haus yang berlebihan. Kolaborasi
Disfungsi ginjal pemberian cairan
Efek samping obat IV
(mis: medikasi Monitor status
drain) nutrisi
muntah Berikan cairan IV
pada suhu ruangan
Dorong masukan
oral
Berikan
penggantian
nesogatrik sesuai
output
Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
Tawarkan snack
(jus buah, buah
segar)
Kolaborasi doktet
jika tanda cairan
berlebih muncul
memburuk
Hypovolemia
Management
Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat Hb
dan hematokrit
Monitor tanda vital
Monitor respon
pasien terhadap
penambahan cairan
Monitor
beratbadan
Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
Pemberian cairan
IV monitor adanya
tanda dan gejala
kelebihan volume
cairan
31
Monitor adanya
tanda gagal ginjal
32
Psikologis
- Ansietas,
depresi
- Mengatakan
gaya hidup
membosankan,
stress
Fisiologis
- Anemia, status
penyakit
- Peningkatan
kelemahan fisik
- Malnutrisi,
kondisi fisik
buruk
- Kehamilan,
deprivasi tidur
Lingkungan
- Kelembaban,
suhu, cahaya,
kebisingan
Situasional
- Peristiwa hidup
negative
- pekerjaan
4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan diabetes mellitus adalah :
a. Berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan
tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
b. Syok tidak terjadi.
c. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperature, hidrasi, pigmentasi).
d. Klien bebas dari tanda infeksi.
e. Kandung kemih kosong secara penuh, tidak ada residu urine > 100-
200 cc.
f. Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharpkan
g. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal.
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Berbagai penyakit, sindrom dan simtoma dapat terpicu oleh
diabetes mellitus, antara lain: Alzheimer, ataxia-telangiectasia, sindrom
Down, penyakit Huntington, kelainan mitokondria, distrofi miotonis,
penyakit Parkinson, sindrom Prader-Willi, sindrom Werner, sindrom
Wolfram, leukoaraiosis, demensia, hipotiroidisme, hipertiroidisme,
hipogonadisme, dan lain-lain. Maka daripada itu dalam penyusunan makalah
ini kami menyadari banyak kekurangan, kami minta maaf dan kami
membutuhkan partisipasinya dalam bentuk kritik maupun saran.
34
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, Hadi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Medikal Bedah II.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2.
Jakarta : EGC.
35