SKRIPSI
oleh
Dhea Marthilda
1511409057
JURUSAN PSIKOLOGI
2014
FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN ORIENTASI SEKSUAL
(Studi Kasus Pada Lesbian)
SKRIPSI
oleh
Dhea Marthilda
1511409057
JURUSAN PSIKOLOGI
2014
i
PENGESAHAN
Penguji Utama
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya
sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
Dhea Marthilda
NIM. 1511409057
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
(mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat
Bukan karena semua baik maka aku tersenyum, tetapi karena aku tersenyum maka
PERSEMBAHAN
iv
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan Rahmat dan
faktor Pemilihan Orientasi Seksual (studi kasus pada Lesbian). Berkat kemurahan-
Nya penulis mampu melaksanakan penelitian skripsi ini dengan baik dan lancar.
pihak, skripsi ini tidak dapat tersusun. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa terima
Semarang yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.
2. Dr. Drs. Edy Purwanto. M.Si, selaku Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu
3. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
5. Anna Undarwati, S.Psi. M.A. selaku Penguji Utama yang telah memberikan
v
7. Orangtuaku tercinta, Ibu Iswahyuni dan Bapak Suparyono, Kakak, serta Adiku
Medya, Bella, Ai, Happy, Anistya, Singgih, Yule, Anisa), kakak angkatan
(Khususnya Kak Belina, dan Kak Merdita, Mba Ina, Mba Alma, Budhe), adek
angkatan (Ocyd, Kotino), dan teman-teman kos Nur Asri (khususnya Mba Amel,
Mba Dinik, Mba Oky, Melidha, Ika, Intan dan Arai), kakak-kakak S2 Unika
(Khususnya Rahma, Mba Wenty, Mas Ryan), sahabat tercinta (Anisa, Osi, dan
9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis
Penulis
vi
ABSTRAK
Marthilda, Dhea. 2014. Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Seksual (Studi Kasus Pada
Lesbian). Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Skripsi ini dibawah bimbingan Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. dan
Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
PRAKATA………………………………………… ..................................... v
BAB
1 PENDAHULUAN
2 TINJAUAN PUSTAKA
viii
2.1.2 Jenis-jenis Lesbian..................................................................................... 13
3 METODE PENELITIAN
ix
4.3.1.3 Relasi dengan Pasangan Homoseksual………………………………. 45
1. Karakter subjek…………………………………………………………… 52
x
a). Kondisi umum subjek……………………………………………..……… 54
1. Karakter subjek…………………………………………………………… 55
xi
4.5.1.1 Latar Belakang Subjek……………………………………………….. 63
5.1 Simpulan………………………………………………………………….. 75
5.2 Saran……………………………………………………………………… 76
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 Unit Analisis Dinamika Pemilihan Orientasi Seksual pada Lesbian ......... 25
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pedoman Observasi………………………………………………………….. 80
2. Pedoman Wawancara…………………………………………………………81
3. Catatan Lapangan……………………………………………………………. 86
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
kematian selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan
perkembangan yang penting untuk berbagai tahapan rentang kehidupan. Salah satu
tahapan dalam rentang kehidupan manusia adalah masa dewasa awal atau dewasa
dini.
Masa dewasa awal atau dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri
terhadap pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu yang berada
pada masa dewasa awal atau dewasa dini diharapkan memainkan peran baru, seperti
baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.
Masa dewasa awal atau dewasa dini memiliki beberapa tugas perkembangan, salah
Berdasarkan teori perkembangan psikososial Erikson (dalam Papalia, Olds, et. al,
2008: 684), masa dewasa awal (young adulthood) ditandai dengan adanya
1
2
memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan
kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif dan membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini
Individu dewasa awal atau dewasa dini mencari keintiman emosional dan fisik
komitmen. Ketrampilan tersebut sangat penting ketika individu dewasa awal atau
dewasa dini memutuskan untuk menikah, membentuk pasangan yang tidak terikat
pernikahan, atau hidup seorang diri, atau memiliki atau tidak memiliki anak
(Lambeth&Hallet dalam Papalia, 2008: 684). Namun menjadi suatu hal yang tidak
lazim ketika pernikahan itu terjadi antara sesama jenis yaitu wanita dengan wanita
atau pria dengan pria. Pernikahan sesama jenis tentu menjadi hal yang kontroversial
peran gender, bahwa laki-laki dan perempuan tidak harus dipasangkan dan bahwa
ketertarikan sesama jenis adalah realita yang harus diterima. Istilah LGBTIQ pada
mulanya hanya terdiri dari LGB, sebagai simbolisasi dari orientasi seksual di luar
perempuan, gay untuk homoseks laki-laki, dan biseksual adalah orientasi seksual
dimana seseorang memiliki ketertarikan baik kepada lawan jenis maupun sesama
jenis. Istilah LGB yang digunakan pada tahun 1990-an kemudian berkembang dengan
LGBT. Saat ini, istilah umum yang digunakan LGBTIQ, dengan tambahan interseks
yang merujuk pada keadaan dimana seseorang secara fisik maupun psikologis berada
mempertanyakan identitas seksual dan gendernya, dan queer yang merupakan istilah
yang memayungi semua label seksual dan gender minoritas lainnya seperti
kedekatan secara emosional), dan aseksual (tidak memiliki ketertarikan seksual sama
Orientasi seksual adalah fokus ketertarikan seksual, romantis, dan kasih sayang
yang konsisten, bisa jadi bersifat heteroseksual, homoseksual, atau biseksual (Papalia,
2008: 595). Pada tahun 1973, American Physiciatric Association (APA) sudah
yang menyatakan hal serupa: gay dan lesbian bukanlah gangguan kejiwaan (Yulius,
2012: 2).
4
anggota gendernya sendiri atau gender lawan. Lesbian bukan merupakan gangguan
psikologis sebagai pria atau wanita dan anatomi seksnya (Nevid, 2002: 100) . Kaum
dirinya seorang wanita. Lesbian lebih mengarah pada pemilihan orientasi seksual.
perilaku lesbian secara akurat memang sangat sulit. Penelitian yang dilakukan oleh
banyak pakar dari banyak negara belum mampu menentukan secara tepat besarnya
angka insidensi dan prevalensi lesbian. Namun, secara umum, diperkirakan jumlah
kaum lesbian dan homoseksual didalam masyarakat adalah 1% hingga 10% dari
dilakukan Kinsey pada remaja berusia 20 tahun, terdapat 17% perempuan mempunyai
pengalaman lesbian. Pada penelitian yang dilakukan terhadap remaja berusia 16-19
tahun, terdapat 6% wanita lesbian. Ada pula pakar melaporkan bahwa 10,7% murid
SMA berusia 12-18 tahun tidak yakin dengan orientasi seksual mereka, sekitar 5-6%
Cinta seorang lesbian itu sangat mendalam dan lebih hebat daripada cinta
heteroseksual. Meskipun pada relasi lesbian, tidak didapatkan kepuasan seksual yang
5
wajar. Cinta lesbian juga biasanya lebih hebat daripada cinta homoseksual diantara
kaum pria.
Cinta seorang lesbian pada pasangan wanitanya membuat ia gelap mata. Pada
Juli 2014, di Indramayu terjadi percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang
lesbian terhadap pasangannya yang sedang menggelar pesta pernikahan. Pelaku (RO)
diduga sakit hati karena pasangan lesbiannya (ER) menikah dengan lelaki (SA). RO
di rumah ER di Blok Serpati Sedadap Juntinyuat saat ER dan SA usai menjalani akad
pintu kamar belakang rumah dan langsung menyerang menggunakan pisau dapur. RO
diduga sakit hati karena pasangan menikah secara normal dengan laki-laki. ER dan
RO menjalin hubungan sesama jenis saat menjadi TKW di Dubai setahun yang lalu
(Wahid, 2014: 1)
pernikahan secara Islam antara pasangan lesbian itu dihadiri seorang ulama. Kepada
sebuah situs, Sang Pemuka Agama Moderat tersebut menyatakan dirinya hanya
memfasilitasi saja. Perkembangan ini menunjukan bahwa generasi lesbian dan gay
Saat ini dapat dipastikan sudah banyak orang yang memiliki orientasi
contoh, sebut saja SB (22), ia menjadi lebian selama 4 tahun terakhir. Dalam
Femme ialah sebutan untuk lesbian yang berperan sebagai perempuan. SB kuliah di
salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Semarang. SB adalah anak pertama dari 2
bersaudara, adiknya yang juga perempuan berbeda 4 tahun darinya. Dalam kehidupan
lesbian karena terpengaruh oleh temannya yang bernama R (21). R adalah lesbian
yang berperan sebagai lelaki atau yang lebih dikenal sebagai butchi.
Berbeda dengan SB, AA (26) mengaku bahwa ia sudah menyukai wanita sejak
ia mulai bisa mengingat. AA bercerita bahwa sejak ia masih kecil ia sudah menaruh
hati dengan wanita. Namun ia masih memilah-milah apa yang sebenarnya terjadi di
dalam dirinya sampai ia duduk di bangku SMA. Saat ini AA sudah pernah berpacaran
Fenomena lesbian ini seperti gunung es, yaitu hanya puncaknya saja yang
terlihat, tetapi dasarnya tidak terjamah jauh didalam sana. Semakin merebaknya kaum
lesbian di Indonesia tentu saja membuat peneliti tertarik untuk menelusuri lebih lanjut
apa yang mendasari individu memutuskan untuk menjadi seorang lesbian. Oleh
1. Bagi Masyarakat
Sebagai salah satu referensi dan dapat menjadi sumber inspirasi untuk penelitian
lesbian.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lesbian
Lesbian berasal dari kata Lesbos yang artinya pulau ditengah lautan Egeis yang
pada zaman dahulu dihuni oleh kaum perempuan (Kartono, 2006: 249). Pada
masyarakat Barat Lesbianisme dikenal melalui Sappho yang hidup di Pulau Lesbos
pada abad ke-6 SM. Dia adalah tokoh yang memperjuangkan hak-hak wanita
sehingga banyak pengikut-pengikutnya. Akan tetapi, dia kemudian jatuh cinta kepada
Sappho, maka kecantikan wanita itu tidak mungkin dipisahkan dari aspek seksualnya.
Oleh karena itu, kepuasan seksual juga mungkin diperolehnya dari sesama wanita
sesama jenisnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 820). Martin dan Lyon
(dalam Crooks, 1983: 291) berpendapat bahwa lesbian adalah sebutan untuk
perempuan yang tampil erotik, psikologis, emosional dan minat sosialnya pada
dan biseksual ini bisa terus berlangsung dari masa remaja hingga usia dewasa. Pada
9
10
masa remaja masih terdapat kecenderungan jatuh cinta pada wanita, dan muncul
keinginan untuk menolak cinta heteroseksual dari pria. Objek yang dicintai bisa
berganti kadang seorang wanita, kadang seorang pria. Akan tetapi pada masa dewasa
pada asumsi kebutuhan untuk menyalurkan ketegangan. Oleh karena itu, baik tujuan
maupun objek dorongan seksual diarahkan oleh faktor sosial. Artinya, arah
penyaluran ketegangan dipelajari dari pengalaman sosial, dengan demikian tidak ada
pola seksual alamiah, karena yang ada adalah pola pemuasnya yang dipelajari dari
adat istiadatnya lingkungan sosial. Lingkungan sosial akan menunjang atau mungkin
bentuk homoseksual yang lebih hebat biasanya ada pada homoseksual wanita
(lesbian) daripada homoseksual pada pria. Dalam hubungan homoseksual ini sering
Pasangan homoseksual wanita atau lesbian ini biasanya adalah kedua partner
yang selalu berganti peranan. Yang pertama berperan sebagai lelaki yang bersikap
aktif dan sadis. Individu bisa memainkan peran ini karena dirinya didorong keinginan
untuk menuntut hak untuk “menjadi laki-laki”, ataupun sederajat dengan kaum pria.
Yang kedua berperan sebagai wanita feminine yang bersikap pasif masochis, karena
bisa dengan mudah melakukan identifikasi terhadap jenis kelamin yang sama
11
kesemua anggotanya adalah wanita. Biasanya wanita homoseksual itu setia pada
peran yang agresif-sadistis karena didorong oleh pola identifikasi yang amat kuat
terhadap ayahnya. Sedangkan partner yang kedua selalu berganti ganti pasangan dan
memainkan peran sebagai wanita yang bersikap tunduk dan menyerah. Biasanya
mereka memanggil dengan nama kesayangan lelaki dengan nada mesra yang
berkebalikan, seperti secara sekaligus merasa benar-benar wanita; tetapi juga merasa
berbeda (merasa sebagai laki-laki), merasa identik sebagai wanita sekaligus tidak
identik, merasa takut dan bimbang; tetapi merasa aman-terlindungi karena bisa
memiliki obyek cintanya serta bisa melakukan relasi seks, ada unsur sadism yang
berbarengan dengan masochisme, merasa asing sekaligus merasa intim dengan obyek
afeksi yang saling bertentangan itu, yaitu ada keinginan-keinginan untuk menolak dan
Dan pada akhirnya akan menjurus pada gejala yang neurotis (Kartono, 2009: 270).
Kinsey (1948) menyadari bahwa lebih dari setengah abad yang lalu perilaku
jenis, seperti kebanyakan gay dan lesbian yang pernah mempunyai pengalaman
dengan lawan jenis dan beberapa individu menjadi bingung atau tidak yakin tentang
mengalami kecemasan karena di cap sebagai gay atau lesbian, yang mereka
Gelora nafsu homoseksual itu sering timbul pada anak gadis pada usia puber,
menurut analisa psikologi. Hal ini ini dimulai dengan fantasi cinta heteroseksual yang
tidak terpuaskan. Fantasi-fantasi itu berlangsung secara terus menerus, akan tetapi
kemudian berubah memanifestasikan diri dalam dua gejala, yaitu (Kartono, 2009:
270) :
- Kedua : untuk pengganti dari pasangan sebagai obyek cinta yang pasif, lalu ia
khayalan idenya, ia kini menjadi laki-laki. Lalu ia memilih seorang gadis atau
Pemuasan seksual pada pasangan lesbian itu melalui mulut dan alat kelamin
bagian luar. Menurut psikoanalisa hal ini ada sangkut pautnya dengan pemuasan
13
seksual yang merangsang zona mulut (oral) yaitu pemuasan dorongan menyusu pada
bayi yang terulang kembali pada relasi homoseksual pada usia dewasa, yang bisa
seksual diantara pasangan lesbian ini antara lain adalah dengan cara: saling memeluk
mastrubasi anal dan mastrubasi genital, saling membelai dan mencium, terkadang
mereka menggunakan semacam celana atau sabuk yang berpenis, lalu mereka
dewasa.
a. Kelompok Pertama
Namun memiliki beberapa bagian yang mirip dengan pria, misalnya dari
14
pita suara yang berat seperti laki-laki, pertumbuhan rambut dan bulu yang
panjang, tumbuhnya kumis dan jenggot, tidak memiliki buah dada, dll.
b. Kelompok Kedua
Adalah dari para wanita homoseks yang tidak memiliki tanda-tanda kelainan
seorang wanita; yaitu gadis puber ini akan menjadi wanita dewasa yang
berikut: objek-objek seksual itu tidak selalu berwujud seorang pria saja,
akan tetapi bisa juga berwujud seorang wanita. Misalnya saja dalam wujud
kawan pria dan sekaligus mencintai seorang kawan putri pada usia puber)
Selain itu ada lagi type wanita homoseksual yang memiliki bakat biseksualitas
yang besar. Pada umumnya, wanita type ini mempunyai minat cukup besar terhadap
interesse dari kaum pria. Mereka juga suka memilih profesi yang biasanya dijabat
oleh kaum laki-laki. Ciri-ciri kejantanannya sangat menonjol, dan biasanya mereka
memiliki kehidupan perasaan yang bersifat jantan pula. Akan tetapi type wanita ini
cenderung untuk selalu memilih obyek-seksuilnya seorang wanita. Para wanita ini,
Ada seorang wanita yang memiliki tubuh normal wanita. Akan tetapi ia lebih
suka memakai pakaian laki-laki. Dan secara terbuka ia menjalankan kegiatan
homoseksualitas. Jelasnya, ia adalah lesbian. Hanya suaranya saja yang mirip
dengan suara laki-laki. Oleh karena sudah sejak usia sangat muda ia memiliki
suara yang berat besar, maka tumbuhlah anggapan pada diri sendiri, bahwa ia itu
seharusnya menjadi seorang laki-laki, dan bukan jadi seorang perempuan seperti
sekarang ini. Dikemudian hari, setelah terjelang masa puber dan usia dewasa,
timbulah ide-ide yang salah bahwa tidak ada seorang pemuda pun yang
mencintai dirinya, karena ia memiliki suara seperti seorang pria. Lebih-lebih oleh
pengalaman sehari-hari yang dirasakan cukup pahit, karena ia sering diolok-olok
disebabkan oleh suaranya yang berat-serak, lalu ia mendepresiir (menilai rendah)
sifat-sifat dan ciri kewanitaannya. Ia kemudian berusaha melenyapkan semua
16
sifat kewanitaannya, dan bertekad bulat menjadi seorang laki-laki. Dengan begitu,
homoseksualitasnya itu tidak disebabkan oleh adanya kelainan organis pada
dirinya, akan tetapi ditimbulkan oleh faktor psikologis. Dalam hal ini kebutuhan
emosional pada gadis/wanita tadi untuk mencintai dan dicintai, serta untuk
mengatasi perasaan-perasaan inferioritasnya sebagai seorang wanita. Sehingga ia
berusaha dengan segenap daya dan upaya untuk menonjolkan tendens kelaki-
lakiannya, lalu memilih obyek cintanya seorang wanita.
tidak menyenangkan.
Menurut Kartono, (2006: 248) penyebab individu menjadi bagian kaum lesbian
a. Faktor hereditas
b. Pengaruh lingkungan
17
seksual yang normal, misalnya pola asuh dan lingkungan terdekat yang
c. Pengalaman traumatis
Adanya pengalaman buruk di masa lalu yang terus melekat dalam benaknya
masa remaja.
sebagai berikut:
Hubungan antara ayah dan ibu yang sering cekcok. Antara orang tua dan
dengan anak-anak yang tidak harmonis atau bermasalah. Juga ibu yang terlalu
Pelecehan seksual dan kekerasan yang dialami seorang perempuan pada masa
waktu dewasanya.
c. Pengaruh lingkungan
18
Menurut Kartono (2006: 249), pada usia pubertas bisa muncul kecenderungan
biseksual yaitu untuk mencintai sesama jenisnya maupun lawan jenisnya. Namun
dalam proses menuju dewasa kecenderungan ini bisa berubah, perubahannya dapat
perkembangan anak remaja yang normal. Namun, prosesnya akan menjadi abnormal
jika disebabkan oleh faktor-faktor eksogin atau endogen tertentu. Biseksual itu akan
Cinta wanita lesbian sangat mendalam, dan lebih hebat daripada cinta
heteroseksual dan cinta homoseksual daripada cinta homoseksual pada pria. Pada
relasi lesbian tersebut sering tidak diperoleh kepuasan seksual yang wajar (Kartono,
2009: 250).
19
mengarah pada bentuk yang patologis. Gejala pervensi tadi antara lain disebabkan
1). Wanita yang bersangkutan terlalu mudah menjadi jenuh dalam relasi
Bisa juga disebabkan oleh pengalaman traumatis dari wanita yang bersangkutan
dengan seorang pria atau suami yang kejam, sehingga timbul rasa benci dan antipati
terhadap setiap lelaki. Lalu ia lebih suka melakukan relasi seks dan hidup bercinta
dengan seorang wanita lain. Jadi relasi heteroseksual tersebut tidak bisa membuat
pribadi wanita tadi menjadi bahagia; sehingga dia ingin melakukan relasi seks dengan
distimulir oleh faktor-faktor eksogin atau faktor lingkungan (Kartono, 2006: 250).
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian.
Prosedur pelaksanaan suatu penelitian harus didasari dengan metode penelitian ilmiah
agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan diterima
secara objektif.
tersendiri dan hasil yang tidak dapat diungkapkan melalui angka-angka tetapi
memerlukan pendekatan kepada subjek untuk mencapai hasil yang ingin diungkapkan
peneliti. Bogdan dan Taylor (dalam Nurastuti, 2007: 90) mendefinisikan metode
kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah (Azwar, 2012: 5).
Alasan menggunakan metode kualitatif yaitu karena dalam penelitian ini tidak
berusaha untuk memanipulasi setting penelitian. Data dikumpulkan dari latar yang
alami (natural setting) sebagai sumber data langsung. Selain itu, permasalahan yang
20
21
akan dibahas tidak berkenaan dengan angka-angka seperti pada penelitian eksperimen
data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian. Adapun masalah yang diambil
dalam penelitian ini adalah faktor-faktor pemilihan orientasi seksual pada lesbian,
kriteria, penyebab, dan mengapa ia memilih menjadi seorang lesbian. Oleh karena itu,
penelitian kualitatif ini diarahkan pada latar dan karakteristik individu tersebut secara
menyeluruh sehingga individu atau organisasi dipandang sebagai bagian dari suatu
diarahkan dan ditekankan pada upaya memberi gambaran seobyektif dan sedetail
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Studi kasus itu
sendiri menurut Poerwandari (2007: 65) merupakan fenomena khusus yang hadir
dalam suatu konteks yang terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara
fenomena dan konteks tidak sepenuhnya tidak jelas. Kasusnya dapat berupa kasus
individu, peran, kelompok kecil, organisasi komunitas, atau bahkan suatu bangsa.
Penelitian ini menggunakan studi kasus karena peneliti berupaya menelaah sebanyak
mungkin data mengenai subjek yang diteliti dan menguraikan suatu kasus secara
terinci.
22
Yin (2004: 46) menjelaskan empat desain studi kasus, yaitu (1) desain kasus
tunggal holistik, (2) desain kasus tunggal terjalin (embedded), (3) desain kasus
multikasus holistik, dan (4) desain multikasus terjalin. Yin (2004: 47-49) menjelaskan
bahwa studi kasus tunggal merupakan suatu desain yang cocok untuk beberapa
keadaan. Pertama, kasus yang diteliti menyatakan kasus penting dalam menguji suatu
teori yang telah disusun dengan baik. Kedua, kasus tersebut menyajikan suatu kasus
ekstrem atau unik, dimana suatu luka atau kelainan spesifik demikian langka
Ketiga, kasus penyingkapan itu sendiri atau berkaitan dengan tujuan penyingkapan itu
ilmiah. Studi kasus tunggal holistik merupakan desain yang digunakan jika studi
kasus hanya mengkaji sifat umum program yang bersangkutan. Studi kasus tunggal
kualitatif dengan menggunakan desain penelitian studi kasus tunggal holistik. Adapun
kasus yang akan dikaji dalam penelitian ini yakni kasus mengenai wanita lesbian,
mempengaruhi seorang wanita memilih orientasi seksual lesbian dalam setting latar
yang ilmiah dan dilihat dari sudut pandang subjek itu sendiri. Gejala khusus yang
23
hendak dikaji akan digali dalam situasi dimana subjek mengalami pengalaman
sampling bergantung pada penetapan satuan kajian (unit analisis). Adapun pengertian
dari unit analisis adalah informasi yang ingin digali berdasarkan konteks penelitian
Berkenaan dengan hal tersebut, selain sampling juga terdapat adanya satuan
kajian dimana mengenai satuan kajian tersebut, Moleong (2005: 225) menjelaskan
bahwa:
Pada penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah faktor-faktor pemilihan
orientasi seksual pada lesbian. Sedangkan yang menjadi sub unit analisis adalah
pelaku lesbian yang merupakan subjek dalam penelitian sebagai informan utama,
teman subjek sebagai informan pendukung. Melalui sub unit analisis tersebut akan
digali berbagai informasi yang berkaitan dengan orientasi seksual lesbian. Hal
mengapa ia memilih menjadi lesbian. Adapun tabel unit analisis yang digunakan
Tabel 3.1 Unit Analisis Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Seksual pada Lesbian
Sumber Informasi
Informan Informan
Unit
Sub Unit Analisis Utama Pendukung
Analisis
(Pelaku (Teman
Lesbian) Subjek)
Penyebab:
- Faktor-faktor pendorong
penyebab menjadi lesbian V V
Biologis
Psikologis
Relasi dengan pasangan
Faktor-
homoseksual:
faktor
1. pembagian peran dalam
Pemilihan
berhubungan V
Orientasi
2.ada/tidakya hubungan
Seksual
segitiga V
3.emosi yang kontradiktif V
4.pemuasan seksual V
Pengelolaan hubungan sosial :
1. interaksi sosial dalam
25
keluarga V V
2. interaksi sosial dalam
masyarakat V V
sample. Hal tersebut sesuai dengan Moleong (2005: 224) yang mengatakan bahwa
pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive
sample).
maka responden sebagai narasumber yang diambil dalam penelitian ini adalah pelaku
lesbian yang memiliki karakteristik dan pertimbangan tertentu mengingat tidak semua
pelaku lesbian yang bersedia dan senang kehidupannya diekspos untuk dijadikan
bahan penelitian. Penelitian dilakukan terhadap dua orang pelaku lesbian yang
Subjek yang pertama bernama SS. Ia berusia 21 tahun dan saat ini sedang
Subjek yang kedua bernama AR. Ia berusia 23 tahun. Saat ini menjadi mahasiswi
laki-laki.
kriteria yang merupakan pelaku homoseksual (lesbian). Informasi atau data yang
diperoleh juga berasal dari informan yang dapat memberikan informasi seputar fokus
dapat diambil informasinya sebagai data pendukung sesuai dengan kondisi subyek
yang sebenarnya adalah individu yang memiliki hubungan kedekatan serta mengenal
dekat subyek.
bangku SMP. Tetapi mereka berpisah di SMA dan baru bertemu lagi setelah kuliah di
Semarang. Walaupun mereka tidak satu Universitas, tetapi mereka masih sering
Informan kedua bernama EM. EM adalah teman satu kos AA, walaupun AA dan
EM tidak satu kamar, tetapi AA kerap bercerita mengenai masalah pribadinya dengan
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
metode observasi dan wawancara. Sebagai tehnik dan pengumpulan data pelengkap,
dilakukan penggunaan alat tes psikologi. Alat tes psikologi yang digunakan berupa
tes grafis, berupa DAP (Draw a Person), BAUM, dan HTP (House Tree Person).
3.4.1. Wawancara
maksud tertentu. Pendapat lain diutarakan oleh Hadi (dalam Rahayu dan Ardhani dan
metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan
berupa percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu.
28
Percakapan dilakukan oleh kedua pihak yakni pewawancara (interviewer) dan yang
diwawancarai (interviewee).
terbuka atau wawancara semi terstruktur. Wawancara terbuka dilakukan agar subjek
situasi subjek. Peneliti juga menggunakan alat bantu recorder, pena, dan kertas
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengungkap beberapa hal yang berkaitan
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut :
1). Nama
5). Alamat
7). Hobi
29
8). Pendidikan
a. Masa Kecil
b. Masa Remaja
c. Masa Sekarang
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada subjek penelitian langsung atau
sekunder yaitu berasal dari teman subjek digunakan sebagai cross check terhadap
data-data yang diperoleh dari subjek penelitian. Narasumber primer dalam penelitian
ini akan diambil sebanyak 2 orang, sedangkan narasumber sekunder ada 2 orang.
3.4.2. Observasi
Menurut Rahayu dan Tristiadi (2004: 1), observasi adalah pengamatan yang
bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga akan diperoleh
suatu pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi
yang terlibat dalam aktivitas tersebut, serta untuk mengetahui makna kejadian yang
akan dilihat dari perspektif individu-individu yang terlibat dalam kejadian yang
sekaligus teliti tanpa tercemari oleh berbagai hal yang tidak relevan dengan penelitian
yang dilakukan. Jadi, melalui observasi peneliti ingin mempelajari setting, aktivitas,
lingkungan dan perspektif kaum lesbian yang sebelumnya sudah pernah berpacaran
dengan laki-laki.
penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut (Guba dan Lincoln dalam Moleong 2005:
174):
perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.
metode lain.
bagian sepenuhnya dalam kehidupan observee (Rahayu dan Ardhani, 2004: 11).
a). Kondisi Umum (penampilan fisik dan kondisi lingkungan tempat tinggal dan
lokasi kegiatan
yang tampak atau kebiasaan responden, dan sikap yang ditampilkan responden
mencatat secara deskriptif hal-hal yang dianggap penting saat observasi. Dalam hal
ini, peneliti bebas membuat catatan. Pencatatan tidak dilakukan langsung pada saat di
Bodgan dan Biklen dalam Moleong (2006: 209) mengartikan Catatan Lapangan
sebagai catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian
32
kualitatif. Penemuan pengetahuan ataupun teori harus didukung dengan data yang
kongkret dan bukan ditopang oleh yang berasal dari ingatan observer saja.
3.4.3. Dokumentasi
dalam penelitian ini adalah berupa penggunaan alat tes psikologis berupa DAP
320-321), yang dimaksud dengan keabsahan data adalah setiap keadaan harus
(3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari
dan teknik pemeriksaan. Adapun kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan
persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu (Rahayu dan Ardhani, 2004: 142). Peneliti
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Patton (dalam Moleong, 2005: 330) menyatakan bahwa triangulasi dengan sumber
34
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.
Peneliti berusaha untuk tekun selama melakukan pengamatan di lapangan. Hal ini
dilakukan untuk memastikan keabsahan data yang diperoleh. Data yang diperoleh
peneliti melalui wawancara dan observasi pada SB dan AA akan di crosschek dengan
data-data yang diperoleh dari kedua informan, OS, EM. Hal tersebut sebagai
pembanding data yang diperoleh dari SB dan AA dengan menggunakan sesuatu yang
lain di luar data itu. Pengecekan dilakukan untuk menghindari adanya bias dan
AA. OS dan EM diharapkan dapat menjadi pembanding data yang tepat untuk setiap
informasi yang diperoleh dari SB dan AA. Hal-hal yang akan di-crosscheck kepada
analisis data. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
diperoleh dalam penelitian yang meliputi wawancara yang dilakukan dengan subjek,
pengamatan atau observasi, serta hasil rekaman dari wawancara yang telah dilakukan.
35
Menurut Sugiyono (2012: 89), analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
Peneliti melakukan analisis data pada saat pengumpulan data berlangsung serta
setelah pengumpulan data pada periode tertentu. data yang diperoleh dalam penelitian
seperti hasil wawancara dan observasi yang dianalisis. Sugiyono (2012: 91)
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
Data yang diperoleh di lapangan seperti hasil dari wawancara dan observasi yang
jumlahnya cukup banyak, perlu dicatat secara rinci dan teliti. Menurut Sugiyono
(2012: 92), mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti
melakukan reduksi data untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas serta
Reduksi data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan merangkum dan memilih
hal-hal yang penting dari hasil observasi dan wawancara sehngga dapat menjawab
rumusan masalah.
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2012:
95). Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif seperti halnya yang digunakan oleh peneliti. Apabila
peneliti melakukan penyajian data, maka akan mempermudah untuk memahami apa
yang terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
diahami tersebut.
c. Conclusion Drawing/Verification
sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2012: 99). Hasil temuan yang ditemukan
oleh peneliti dapat berupa gambaran dari suatu objek yang sebelumnya masih belum
mengetahui lebih jelas gambaran kondisi subyek sehingga akan lebih memudahkan
proses pelaksanaan penelitian. Hal ini dilakukan juga sebagai bentuk pendekatan dan
penyesuaian sejak awal terhadap subyek agar terbina hubungan yang baik selama
penelitian berlangsung.
observasi awal. Kegiatan tersebut dilakukan terhadap subyek dan sejumlah informan
mengalami kesulitan dalam memperoleh data dalam penelitian. Selain itu berbagai
kesibukan yang dimiliki subyek menjadi kesulitan bagi peneliti untuk melakukan
37
38
Pada penelitian ini juga diperoleh informasi data dari subyek sekunder/informan yaitu
OS yang nantinya akan sangat membantu dalam proses pengolahan data. Peneliti
menggunakan satu orang informan untuk melakukan pengecekan pada data yang
diperoleh dari SB. Subyek kedua adalah AA seorang mahasiswi semester 10 di salah
satu Universitas Negeri di Semarang. Dan peneliti menggunakan satu orang informan
yaitu EM untuk melakukan pengecekan pada data yang diperoleh dari AA.
perekaman dan juga alat tes psikologi. Penggunaan metode tersebut diharapkan dapat
merinci fenomena yang diteliti. Alat yang digunakan untuk merekam proses
wawancara melalui media telepon genggam peneliti. Tidak terdapat kendala yang
begitu berarti menyangkut penggunaan alat perekam saat proses wawancara. Pada
penelitian ini juga digunakan alat tes psikologi berupa tes grafis. Alat tes grafis yang
digunakan berupa DAP (Draw A Person), BAUM, dan HTP (House Tree Person).
bagaimana tipe kepribadian subyek secara umum yang secara tidak langsung
seksual subjek.
bulan Desember 2013 dan Maret 2014. Proses wawancara terhadap subyek dilakukan
39
beberapa kali pertemuan agar diperoleh lebih banyak informasi dan dan lebih
berlangsung pada hari Rabu, 25 Desember 2013 dan 13 Maret 2014. Selain itu,
peneliti juga melakukan pengecekan data melalui masing-masing satu orang informan
berlangsung pada hari Rabu, 26 Maret 2014. Wawancara dengan informan kedua EM
Secara keseluruhan proses wawancara dengan subyek berjalan dengan baik walau
ada beberapa penghambat proses tersebut berlangsung. Beberapa hal yang menjadi
(1) Beberapa kali subyek mendapat telepon atau sms yang terkadang sedikit
(2) Subyek memiliki aktivitas yang cukup menyita waktunya, subyek pertama sedang
subjek sibuk mencari pekerjaan. Lalu subyek yang kedua sedang sibuk melakukan
Penelitian ini melibatkan berbagai pihak yang mempunyai peranan penting untuk
mendukung penelitian ini, agar mendapatkan hasil yang baik. Berbagai data informasi
diperoleh melalui subjek utama dan informan penelitian. Berikut ini merupakan
Nama : SB
Kode :A
Usia : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Domisili : Semarang
Agama : Islam
Nama : AA
Kode :B
Usia : 26 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Domisili : Semarang
Agama : Islam
Nama : OS
41
Kode :C
Usia : 24 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Domisili : Semarang
Agama : Islam
Nama : EM
Kode :D
Usia : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Domisili : Semarang
Agama : Islam
informasi dari OS dan EM. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi syarat keabsahan
Setelah data diperoleh maka tahap selanjutnya yang dikerjakan adalah analisis
data. Tahap analisis data pada penelitian kualitatif memerlukan beberapa tahap
koding dengan membubuhkan kode-kode pada data yang diperoleh. Hal ini bertujuan
untuk mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga
data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Tahap selanjutnya
yaitu mempelajari data dan menandai kata-kata kunci serta gagasan yang ada dalam
data, menemukan tema-tema yang berasal dari data, kemudian melakukan penafsiran
data yaitu berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
bahasa Indonesia yang baku namun tidak jarang subyek juga menggunakan bahasa
istilah bahasa. Adapun kode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Berikut ini adalah uraian temuan-temuan yang diperoleh mulai dari proses
penelitian sampai dengan data hasil penelitian dari masing-masing kasus, baik dari
keluarganya saat ini harmonis dan baik-baik saja, tidak seperti masa kecil SB,
….tapi mamaku….. jarang dirumah. Paling kalo malem. Soalnya dia kerja
sampe sore. (A2-W40:120314)
lesbian karena SB merasa lebih nyaman dengan wanita. SB merasa wanita lebih
pengertian. Dan jika berpacaran dengan lelaki SB merasa was-was takut hamil,
seperti yang terjadi pada tahun 2012 SB mempunyai pengalaman hamil sampai usia 2
44
bulan dengan lelaki bernama X yang bukan kekasihnya, lalu SB gugurkan berdua
dengan obat penggugur yang diberikan oleh X. Sejak saat itu SB enggan mempunyai
kekasih lelaki.
Ya ga ada ceritanya, sebenernya kan awalan tuh aku deket ama si R (wanita) itu.
aku tau dia lesbi, waktu itu aku pacaran ama siapa yah… hmmm, D (lelaki) kalo
ga salah. Aku tetep maen ama si R, terus R tuh intens sms aku ada sebulan-an,
aku kan gemes yah waktu main di kosnya R, aku cium aja bibirnya R, eh dia
diem aja yauda akhirnya aku makin deket terus jadian ama dia. Ehh… sampe
sekarang malah keterusan. Hahaha (A1:W16-271213)
Aku lebih nyaman ama cewe. Terus kalo minta apa-apa dikasih. Terus lebih
ngertiin. Kalo ama cowo dikasih sih, cuman kalo cowo pasti kan dia minta
imbalan balik. Nah kalo pacaran ama cowo itu juga was-was aku takut hamil.
Aku pernah sekali hamil sampai usia 2 bulan sama cowok padahal dia bukan
pacarku. Kira-kira waktu tahun 2012 sama X, terus itu aku gugurin bareng sama
dia, minum obat yang dibeliin dia. Gara-gara itu terus aku males punya pacar
cowok lagi. Padahal sebelum kejadian itu walaupun aku punya pacar cewe aku
tetep pacaran sama cowo. Nek sama cewe kan engga. Jadi lebih sreg ama cewe
hehehe (A1:W14-271213)
mabuk, SB digerayangi dan diajak ke hotel. SB bercerita bahwa ketika dihotel dalam
keadaan setengah sadar SB diajak berhubungan dengan lebih dari satu orang.
Bedanya kalo main ama cowo… kadang cowo suka kurangajar.. ga ngehargain
aku.(A2:W62-120314)
Iya pernah.. pas lagi dugem digrepe-grepe terus diajakin ke hotel… (A2:W64-
120314)
……Aku gatau gimana ceritanya pokoknya waktu itu kan abis dugem terus aku
mabok eh tau-tau aku diajakin ke hotel. Pas dihotel itu kan aku setengah sadar,
kayanya sih ya aku berhubungan nggak cuman sama satu orang. (A2:W66-
120314)
Senada dengan SB, OS pun mengatakan penyebab SB menjadi lesbian adalah
meminta uang dari kekasih wanita SB. Menurut OS, SB mencari kekasih wanita
Kayanya sih karena dia pingin mengimbangi gaya hidup glamour dari temen-
temennya mba, tapi juga dia ga bisa minta lebih sama orang tua. Makanya dia
minta uang dari pacarnya. Dia cari pacar cewe, soalnya kalo dia pacaran sama
cowo kan barangkali hamil mba. Mungkin itu alasan dia milih jadi lesbian.
(C1:W74-260314)
dengan perempuan terasa lebih enak daripada dengan lelaki karena lelaki mudah
ejakulasi.
SB mengaku dirinya menjadi lebih possesiv, lebih kasar, dan lebih egois
dengan lelaki.
dinasehati untuk segerta mencari pacar, bekerja, dan menikah. Saat ini SB sering
Kedua orangtua SB tidak mengetahui jika SB lesbian. Saat ini SB belum ingin
berkeinginan suatu saat kedua orangtua mengetahui kalau SB lesbian karena sudah
Harapannya….. aku bisa coming out. Pengin coming out tapi aku tuh mikir,
aduhhhh ntar aku diusir. Ya, ntar aku ga dapet warisan. Kan mikirnya gitu.
(A2:W104-120314)
Menurut OS, interaksi dalam keluarga SB baik-baik saja, ayah SB sudah sangat
memperhatikan SB, hanya ibu SB saja yang kurang memperhatikan secara mendalam
sebagai lesbian, bahkan SB berniat menikah dengan kekasih wanita SB saat ini.
47
dengan pose yang mengganggu. OS berharap SB tidak terlalu sering memajang foto
Sejauh ini sih gak terlalu ya. Tapi kalo dia pasang foto berdua sama pacar cewe
nya di BBM, terus fotonya tuh yang posenya gitu yah agak ganggu. Agak risih
Aku sih ngeliatnya antara seneng dan sedih gitu, … (C1:W70-260314)
Sebagai anak terakhir, AA paling dimanja oleh ibu AA. AA paling dekat dengan
kakak terakhir yang berusia tidak berbeda jauh dengan AA. Ayah AA adalah seorang
petani di sawah dan di kebun, dan ibu AA adalah ibu rumah tangga yang kadang
berjualan. Semasa AA kecil ibu AA masih aktif berjualan kesana kemari mencari
Aku ga punya alasan. Aku ki ga pernah memilih yoo.. aku cuma njalani naluri
ku. Aku be my self, wes gedi wes tuo ngene aku wegah ngapusi, berpura-pura.
(B1:W24-251213)
48
Aku ketoke ndelok kehidupan yang heteroseksual ki piye yo, aneh banget kayae
bukan diriku banget. Kayae susah banget merefleksikan dalam diriku
ahahahaha. Bukan yang saya inginkan.(B2:W134-130314)
AA tidak mempunyai trauma sewaktu kecil maupun trauma dengan lelaki. AA
tidak membenci lelaki. AA mencintai lelaki, AA hanya tidak bisa jatuh cinta dengan
ketahui jika lelaki berpasangan dengan perempuan. Namun semenjak AA remaja dia
…….Aku kit ndisik rak seneng karo cowok. Piye yoo bukannya aku benci ama
cowok. (B1:W10-251213)
…Aku selalu melihat cewe. Bener-bener menginginkan cewe. (B1:W24-251213)
…Aku seneng cewe kit kelas 1 SD. Ono koncoku SD sing lucu manis banget
hahaha. (B1:W24-251213)
terjadi dalam diri AA. Selepas SMA, AA bekerja selama 3 tahun di 3 tempat berbeda,
dari Vietnam, namun hal itu tidak berlangsung lama karena mereka hanya berpacaran
selama 6 bulan karena AA merasa tidak memiliki koneksi dengan kekasih AA.
Nek hubungan koyo pacaran ki kan memerlukan koneksi ya, tapi aku ki rak iso
dekat secara emosi sama cowo. Ya bisa dikatakan ga nyaman, dan saya
berusaha berpura-pura memalsukan diri saya sendiri. (B1:W42-251213)
49
Sampai saat ini AA sudah 4 kali berpacaran dengan wanita, yang pertama sekitar
tahun 2008 akhir AA berpacaran dengan perempuan asal Malaysia berinisial L yang
satu kantor dengan AA, AA putus dengan L karena AA menganggap L adalah orang
yang aneh. Pacar kedua AA berinisial A, AA dan A berpacaran sekitar tahun 2009. A
berasal dari Semarang. Mereka berpisah karena A lebih memilih bersama lelaki lain.
Pacar wanita AA yang ketiga ini berasal dari Amerika, berinisial DC. AA dan DC
berpacaran pada tahun 2012. AA menganggap bahwa DC adalah cinta sejati AA.
Sampai saat ini AA masih merasa sesak dan sangat menyesal jika mengingat DC.
hubungan seksual dengan pria. Dalam pemuasan seksual dengan kekasih wanita, AA
tidak pernah ada orang ketiga, baik dari pihak AA maupun kekasih wanita AA
teman-teman kos dan chatting dengan kekasih wanita AA, jika sedang berada
dirumah sehari-hari hanya didepan TV karena AA anak terakhir dan semua kakak AA
sudah berkeluarga.
seorang lesbian. AA menganggap bahwa lebih baik berperilaku apa adanya daripada
hidup yang sekarang sebagai lesbian, maka orangtua AA pun akan ikut berbahagia.
mulai terbiasa.
Hal ini sependapat dengan pengakuan EM, bahwa teman kos AA sering meminta
kebebasan pilihan untuk AA. Dampak AA mengaku sebagai lesbian kepada teman
AA adalah terjadinya banyak pro dan kontra. Tetapi itu semua tidak berpengaruh
SB memiliki ciri fisik secara umum berkulit putih langsat dengan rambut
panjang lurus yang selalu terurai. Tinggi badan SB sekitar 158 cm dengan
Namun saat ini SB sudah lulus dan sedang mencari pekerjaan. SB tinggal
di Tegal bersama kedua orangtua dan adik. Rumah SB terletak di sebuah gang
kuliah dan bimbingan. Bila sore hari biasanya SB pergi bermain dengan
teman-teman kampus atau teman kosnya hanya untuk sekedar makan malam
lulus dan belum bekerja. Terkadang SB bermain keluar dengan beberapa teman-
1. Karakter subjek
SB adalah seorang yang humoris dan mudah dekat dengan orang lain.
tidak betah bila hanya berlama-lama diam dirumah. Dengan orang yang tidak
penampilan, hal ini terlihat dari penampilan SB dalam berpakaian yang selalu
setelah menjawab. SB tidak bisa lepas dengan gadget nya. Sesekali saat
SMS.
Interaksi SB dengan teman kos baik, dengan teman sekamar SB, mereka
sangat dekat. SB satu kamar dengan kedua temannya yaitu DN dan IR.
AA memiliki ciri fisik kulit coklat dan kering. Tinggi badan AA sekitar
156 cm dengan berat badan 50 kg. AA tidak terlihat gemuk karena sering
memakai sepatu model boots dan tidak pernah mengenakan sepatu kets model
biasa. Dalam berjalan dan berbicara suara AA sangat berat untuk ukuran suara
seorang wanita.
kendaraan bermotor jarak dari kos ke kampus bisa ditempuh 5 menit. Kos AA
dan poster artis wanita luar negri dengan pakaian yang minim.
mengobrol dengan adik kelas. Setelah itu sisa waktu AA dihabiskan di kos
bimbingan dan mencari referensi. Di sore hari AA sering keluar dengan teman
kos untuk sekedar jalan-jalan sore atau membeli makan bersama. AA tidak pernah
1. Karakter subyek
AA adalah seseorang yang jujur dan membuka diri dengan orang lain.
AA mempunyai banyak teman dan banyak adik kelas yang dekat dengan AA.
AA tidak membatasi diri untuk bergaul dengan orang lain, tetapi teman AA
lesbian, dan mereka tidak menjauhi AA. Tetapi hanya ada beberapa orang
diri dengan siapapun, tetapi kebanyakan orang lain yang menjaga jarak
dengan AA.
Secara keseluruhan dari tes BAUM subjek menunjukan adanya anxiety neurotic,
adanya agresi yang ditekan, pengambilan keputusan yang kurang tegas, tendensi
menarik pada batang terdapat banyak garisan/arsiran dan tumbuhnya dahan yang
menunjukan pintu dan jendela digambar tetapi dalam kondisi tertutup, hal ini
Jadi secara keseluruhan subjek bermasalah dengan ego pada saat menyalurkan
kebutuhannya dilihat dari gambar dahan yang menembus batang pohon yang telah
digambarnya menembus mahkota terlebih dahulu. Subjek memiliki energy yang besar
tetapi tumbuh menjadi individu yang ragu saat mengambil keputusan karena subjek
sangat mengontrol impulsnya dengan rasio yang ia miliki. Gambar rambut yang
Secara keseluruhan dari tes BAUM menunjukan dominan ke garis yang berarti
seseorang yang memiliki dorongan yang besar. Arah pohon digambar kekiri
Tes DAM menunjukan lokasi gambar cenderung kekiri, hal ini mengindikasikan
bahwa dikuasai emosi, menekankan masa lalu, tendensi impulsive, self oriented, dan
introvert. Ukuran gambar yang sangat besar mengindikasikan manic agresif, dan
tendensi ekspansif. Bahu lebar dan besar mengindikasikan adanya protes dan
Tes HTP memberi kesan umum jendela yang digambar banyak tetapi tertutup
sangat rapat yang mengindikasikan memberi ruang untuk kontak dengan lingkungan,
penyelarasan ego dan superego dilihat dari percabangan antara batang dan dahan
yang berada di mahkota dalam tes BAUM. Bagian akar yang digambar tetapi tipis
dan terletak berjauhan mengindikasikan adanya kebutuhan yang tampak kabur dalam
diri AA. Bahu lebar dan besar yang digambar dalam DAP mengindikasikan adanya
didapatkan dalam penelitian ini terkait dengan fokus kajian dan tujuan penelitian.
Adapun hal yang terungkap dalam penelitian ini adalah kejujuran subjek dalam
tes psikologis untuk mengungkap apa saja pengalaman subjek dari penelitian.
temuan dari para informan dapat diketahui berbagai hal yang menunjukan gambaran
(SB)
tinggi badan 158cm dengan berat badan 53kg. Badannya berisi dengan rambut hitam
anak pertama dari 2 bersaudara. Adik perempuan SB saat ini duduk di bangku SMA,
adik SB. Dalam keluarga SB, hanya adik SB yang mengetahui kalau SB lesbian.
Kedua orangtua SB adalah guru SD. Ayah SB bekerja sebagai guru yang
letaknya jauh dari rumah SB, sehingga setiap harinya ayah SB harus berangkat pagi
hari, sedangkan ibu SB adalah guru olahraga dan ketika sore mengajar senam di salah
satu sanggar senam. Ibu SB bekerja dari pagi hingga sore hari, sehingga
memberi kebutuhan materi tanpa memberi perhatian yang mendalam (kasih sayang).
dahulu.
Kartono (2009: 248) menjelaskan bahwa penyebab individu menjadi bagian dari
kaum lesbian dikarenakan beberapa hal, salah satunya adalah, adanya pengalaman
buruk masa lalu yang terus melekat dalam benaknya. Teori tersebut benar, karena SB
dalam keadaan setengah sadar SB diajak berhubungan dengan lebih dari satu orang.
Selain itu SB mengaku enggan memiliki kekasih lelaki karena SB merasa was-was
dan takut hamil jika berpacaran dengan lelaki, seperti yang terjadi pada tahun 2012
SB hamil hingga usia 2 bulan dengan lelaki bernama X yang bukan kekasihnya, lalu
Sejak saat itu SB mengaku enggan mempunyai kekasih lelaki, padahal sebelum
kejadian itu walaupun ia sudah memiliki kekasih wanita, SB tetap memiliki kekasih
lelaki.
melakukan hubungan intim dengan wanita terasa lebih enak daripada dengan lelaki
karena lelaki mudah ejakulasi. Hal ini senada dengan teori menurut Kartono yaitu
61
Menurut Kartono (2006: 267), pada masa biseksual selama periode pubertas itu,
objek erotis yang dicintai bisa berganti-ganti; yaitu sesekali berupa pribadi wanita,
sedang pada kali lain berupa tokoh seorang pemuda/pria. Akan tetapi pada masa
wanita. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh SB, sebelumnya SB selalu
wanita. Sampai saat ini SB sudah berganti 4 kali berpacaran dengan wanita.
Pacar wanita pertama SB adalah R pada tahun 2010, mereka hanya berpacaran
selama 7 bulan. Pacar wanita SB kedua adalah D, mereka berpacaran sekitar tahun
2011 dan hanya berjalan selama 3 bulan. Pacar SB yang ketiga adalah A, mereka
berpacaran pada tahun 2011 dan berjalan sampai 2 tahun. Pacar SB saat ini adalah B.
Mereka berpacaran pada tahun 2013 dan masih berlangsung hingga saat ini berjalan
10 bulan.
mengatakan bahwa jika kekasih wanita SB sudah mapan maka SB akan pergi dari
rumah dan kabur untuk menikah dengan kekasihnya. Namun jika sampai usia
peranan, tidak sependapat dengan teori yang diungkap Kartono (2006: 269) bahwa
kedua partner lesbianisme selalu berganti peran, yaitu seorang berperan sebagai laki-
laki yang aktif dan sadistis; sedang partnernya bersikap pasif-masochis feminine.
SB mengaku dalam hubungannya sering terdapat pihak ketiga baik dari pihak diri
SB maupun dari pihak kekasih SB, tetapi hal itu tidak terlalu mengganggu hubungan
SB dengan kekasih SB. Sesuai dengan teori dari Kartono (2006: 269) yaitu, relasi
daripada sewaktu dahulu saat berpacaran dengan lelaki. Hal ini seperti apa yang
ditulis oleh Kartono (2006: 270), pada relasi homoseksual selalu terdapat emosi yang
kontradiktif, hal ini tidak mengherankan karena adanya elemen-elemen afeksi yang
saling bertentangan itu, yaitu ada keinginan-keinginan untuk menolak dan hasrat
Pemuasan seksual pada cinta homoseksual wanita ini berlangsung dengan jalan
mulut dan alat kelamin bagian luar (Kartono, 2006: 271), teori ini sesuai dengan apa
yang diungkap oleh SB. SB dan kekasih wanita SB berhubungan seksual hampir
dan membantu orangtua. Jika sedang berkumpul dirumah SB sering dinasehati untuk
Teman dekat yang mengetahui orientasi lesbian SB tetap bermain dengan SB,
walaupun ada beberapa yang menjauhi SB. Perilaku SB sebagai lesbian yang kerap
lesbian lain tetapi tidak terlalu dekat. Karena menurut SB jika terlalu dekat dengan
(AA)
Subjek kedua adalah AA, memiliki ciri-ciri fisik secara umum kulit coklat,
memiliki tinggi badan kira-kira 156cm dengan berat badan 50kg. AA terlihat
kelamin perempuan. Ketiga kakak AA sudah menikah dan mempunyai anak, mereka
hidup masih berada dalam satu wilayah (satu kampung). Sebagai anak terakhir, AA
paling dimanja oleh ibu AA. Dalam keluarga, AA paling dekat dengan kakak terakhir
Ayah AA adalah seorang petani disawah dan dikebun, dan ibu AA adalah ibu
rumah tangga yang kadang berjualan. Semasa AA kecil ibunya masih aktif berjualan
menganggap keluarga biasa-biasa saja karena tidak pernah ada kejadian yang
dramatis.
heteroseksual sebagai sesuatu yang menakutkan atau tidak menyenangkan. Hal ini
teman perempuan AA karena menurutnya gadis itu lucu dan manis, tetapi AA merasa
bersalah karena konsep yang diketahui jika lelaki berpasangan dengan perempuan.
65
riwayat lesbian. AA tidak mempunyai trauma semasa kecil maupun trauma dengan
lelaki. AA tidak membenci lelaki, AA hanya tidak bisa jatuh cinta dengan lelaki. AA
mengaku sedari kecil AA selalu melihat wanita dan selalu menginginkan wanita.
terjadi dalam dirinya. selepas SMA, AA langsung bekerja selama 3 tahun di 3 tempat
pernah berpacaran dengan seorang lelaki dari Vietnam, namun hal itu tidak
berlangsung lama. Mereka hanya berpacaran selama 6 bulan. Hubungan ini tidak
bertahan lama karena dalam berpacaran dengan lelaki tersebut AA tidak menemukan
Sampai saat ini AA sudah 4 kali berpacaran dengan wanita, yang pertama sekitar
tahun 2008 akhir AA berpacaran dengan perempuan asal Malaysia berinisial L yang
yang aneh.
66
berasal dari Semarang. Mereka berpisah karena A lebih memilih bersama lelaki lain.
Pacar wanita AA yang ketiga ini berasal dari Amerika, berinisial DC. Mereka
Sampai saat ini AA masih merasa sesak dan sangat menyesal jika mengingat DC.
melindungi kekasih wanita AA. Hal ini tidak sependapat dengan teori dari Kartono
(2006: 269), yang menyatakan bahwa pasangan lesbian selalu berganti peran.
Seseorang berperan sebagai laki-laki yg bersifat aktif dan sadistis, sedang partnernya
bersikap pasif-masochis.
kesemua anggotanya terdiri atas wanita (Kartono, 2006: 269). Teori ini berbeda
dengan yang dialami oleh AA, karena dalam hubungan percintaan AA dengan
kekasih AA tidak pernah ada orang ketiga begitu pula dari pihak kekasih AA.
Pemuasan seksual pada cinta homoseksual wanita itu berlangsung dengan jalan
mulut dan alat kelamin bagian luar (Kartono, 2006: 271), seperti yang diungkapkan
oleh AA bahwa dalam pemuasan seksual AA dengan kekasihnya melakukan oral seks
teman-teman kos dan chatting dengan kekasih AA, jika sedang berada dirumah
sehari-hari hanya didepan TV karena AA anak terakhir dan semua kakak AA sudah
berkeluarga.
AA menganggap bahwa lebih baik berperilaku apa adanya daripada menutupi status
awalnya. Namun semakin lama AA menganggap bahwa teman AA sudah mulai biasa
lesbian adalah banyaknya terjadi pro dan kontra. Tetapi itu semua tidak berpengaruh
Kasus pelecehan seksual dapat menjadi salah satu faktor pembentuk perilaku
seksual yang abnormal, yang dalam hal ini adalah biseksualitas (Mu’allafah, 2014:
yang bergaya hidup glamour. Dengan latar belakang ekonomi kedua orangtua yang
kekasih SB, bahkan terdengar desas desus SB sering berhubungan dengan sesama
SB pertama kali menjadi lesbian saat SB kuliah di semester 3 awal yaitu sekitar
tahun 2010. Tan (2005: 56) mengungkapkan pengaruh lingkungan yang buruk dapat
berada. SB menjadi lesbian karena terpengaruh oleh R saat itu. Selama menjadi
lesbian, SB terkadang masih memiliki kekasih pria. Hingga pada tahun 2012, saat SB
hamil dengan lelaki yang bukan kekasih SB saat itu (X). Kejadian ini membuat SB
memuaskan karena tidak mudah ejakulasi. SB mengaku saat ini dirinya lebih nyaman
berpacaran dengan wanita. Karena ketika berpacaran dengan wanita jika ingin
meminta materi dari kekasih SB, SB tidak perlu takut hamil lagi jika diajak
berhubungan seksual.
Dari hasil ketiga hasil tes grafis diperoleh bahwa SB adalah individu yang sangat
seksual yang dialami SB. Secara berkala sakit yang SB peroleh dari kasus pelecehan
seksual tersebut menumbuhkan kenikmatan yang tidak disadari oleh SB. Kejenuhan
terhadap kasus pelecehan seksual yang terjadi secara berulang-ulang ini akhirnya
menimbulkan kompleks seksual yang lama kelamaan menguasai diri SB. Kasus
pelecehan seksual yang berkali-kali diterimanya ini berusaha ditekat dan dilupakan ke
daerah tak sadar pribadi sebagai kompleks seksual (Jung dalam Mu’allafah, 2014: 9).
Dalam keadaan jenuh, Jung mengatakan bahwa bukan orang itu yang memiliki
kompleks tetapi kompleks lah yang menguasai orang itu. Impelementasinya dalam
70
kasus ini adalah pada akhirnya bukan sekedar kenikmatan yang dirasakan SB, tetapi
kenikmatan itu yang akhirnya menguasai diri SB. Hal ini lah yang menjadi alasan
sesama mahasiswa, bukan hanya demi materi tetapi juga peran kompleks seksual
yang mengendalikan dirinya yang tidak pernah SB sadari. Kenikmatan yang secara
Kejadian trauma yang membuat SB hamil membuat diri SB enggan memiliki kekasih
lelaki atau sekedar berhubungan seperti dahulu lagi dan semakin yakin menjadi
wanita lesbian.
Latar Belakang
Faktor Penyebab
Menjadi
wanita
biseksual
71
menyukai gadis teman sekelas AA, karena menurut AA gadis tersebut memiliki
wajah yang manis dan menggemaskan. Namun AA merasa bersalah atas perasaan
suka tersebut karena konsep yang diketahui adalah jika lelaki selalu berpasangan
dengan wanita. Dengan konsep yang AA fahami sewaktu itu membuat AA ingin
menjadi seseorang yang bukan dirinya. Ia tetap menginginkan menikah dan hidup
berumah tangga, tetapi dengan wanita yang ia cintai. Sensasi yang diterima AA saat
berhubungan dengan sesama jenis membuat AA semakin yakin dan percaya diri
Dari hasil ketiga tes grafis menunjukan bahwa AA adalah individu yang
memiliki permasalahan antara superego dan ego, kebutuhan yang tampak kabur dari
dalam diri AA, dan protes dan keinginan untuk melebihi pria.
lalu yang terekam dalam memori membuat individu menolak untuk menjalin
hubungan yang lebih kompleks dengan lawan jenis (Caesar, 2013: 12). Peplau &
hubungan mereka saat ini, lesbian dan gay yang lebih banyak melaporkan kepuasan
Namun hubungan itu tidak bertahan lama, hanya sekitar 6 bulan. AA mengatakan
Dari pengalaman yang didapat AA, ketika informasi masuk kedalam proses berfikir,
Latar Belakang
Faktor Penyebab
Lesbian
tekhnik pengumpulan data sehingga kurang memperoleh data yang tepat serta akurat
5.1. Simpulan
kesimpulan sebagai berikut: ada beberapa hal yang mendasari seseorang menjadi
seorang lesbian yaitu peristiwa hamil dengan lelaki yang bukan kekasih membuat
enggan memiliki kekasih lelaki atau sekedar berhubungan dengan lelaki dan memilih
dirinya dengan kekasihnya, dapat juga disebabkan adanya trauma pelecehan seksual
yang ia alami menumbuhkan kenikmatan yang tidak disadari. Kenikmatan secara tak
sadar yang dirasakan inilah yang membuat hampir seluruh perilaku diorientasikan
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada urgensi penelitian, maka dapat
74
75
(1) Masyarakat
menyimpang
(2) Peneliti
psikologi sehingga diperoleh data yang akurat tepat dan maksimal bagi
Crooks, R., Beaur, K. 1983. Our Sexuality (Second Edition). United States America:
The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.
Caesar, Vendry., Warouw, Deasy., Rembang, Meiske M. 2013. Konsep Diri Pada
Lesbian di IT Center Manado (Suatu Study Komunikasi Keluarga). Jurnal:
Tidak terbit. [accesed 28/05/14]
Demartoto, Argyo. 2012. Seks, Gender, dan Seksualitas Lesbian. Artikel: Tidak
Terbit. Diunduh pada 17 Juni 2012
Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta: Binapura
Aksara
Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita 1: Mengenal Gadis Remaja & Wanita
Dewasa. Bandung: PT. Mandar Maju
Maslim, Rusdi. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Tanpa Penerbit.
Mu’allafah, Siti. 2014. Dinamika Kepribadian Perempuan Biseksual: Studi Kasus
Pada Seorang Perempuan Biseksual yang Mengalami Pelecehan Seksual. Jurnal:
Tidak terbit [accesed 19/05/14]
76
77
Nevid, Jeffrey. Rathus, Spencer. Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal Edisi
Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga
Papalia, Diane. Old, Sally. Feldman, Ruth. 2008. Human Development (Psikologi
Perkembangan) Edisi Kesembilan Bagian V s/d IX. Jakarta: Predana Media
Group.
Patterson, Charlotte J. 2000. Family Relationship of Lesbians and Gay Men (Journal
of Marriage and the Family 62 University of Virginia Page 1052-1069). Jurnal:
Tidak Terbit [accesed 07/06/14]
http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/pasangan-lesbian-menikah-secara-
islam [accessed 07/04/13]
Rahayu, Iin Tri. Triatiadi Ardi. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang:
Bayumedia
Saragih, Rahmat Sah. 2012. LGBTIQ: Keberagaman Seksual dalam Praduga dan
Stigma
http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/02/lgbtiq-keberagaman-seksual-dalam-
praduga-dan-stigma-474069.html [accessed 11/07/13]
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jumlah%20lesbian%20di%20indon
esia&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CFEQFjAH&url=http%3A%2F%2F
www.ourvoice.or.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F06%2FLesbian-
78
dalam-Pandangan-Psikiatrik-
H.Soewadi.docx&ei=L9fgUeKPMseIkAWR_IHAAQ&usg=AFQjCNG1pKz5e
HiqR2QhrBjCwkkMzd88Hg&bvm=bv.48705608,d.dGI [accessed 14/06/12]
Yin, Robert. 2004. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafinda
Yulius, Hendri. 2012. Gay dan Lesbian: Abnormal? (Tanggapan untuk Tulisan Farid
Muadz Basakaran “Dede Oetomo, Gay, dan Komnas HAM).
http://www.kompasiana.com/hendriyulius [accesed on 11/09/2012]
79
PEDOMAN OBSERVASI
PEDOMAN WAWANCARA
(4). Apa yang membuat anda mengetahui bahwa wanita yang mendekati
anda/anda dekati adalah lesbian? adakah ciri-ciri mencoloknya?
(5). Dalam hubungan percintaan, adakah orang ketiga?
(6). Dalam hubungan anda dengan kekasih anda saat ini, apakah anda
memiliki orang terdekat yang lain? Jika ada lelaki atau perempuan?
(7). Apakah anda sering merasakan bahwa anda meluapkan semua emosi
anda kepada pasangan anda?
(8). Bagaimana cara pemuasan seksual anda dengan pasangan anda?
(9). Seberapa sering intensitas anda berhubungan dengan kekasih sesama
jenis anda?
(10). Pernahkah anda mempunyai kekasih lelaki?
(11). Pernahkah anda melakukan hubungan seksual dengan lelaki?
(12). Adakah perbedaan saat melakukan hubungan seksual dengan
pria dengan saat melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita?
4. Dinamika Pengelolaan Hubungan Sosial
(1). Apa kegiatan anda sehari-hari?
(2). Dengan siapa anda sering menghabiskan waktu anda?
(3). Tahukah keluarga anda bahwa anda adalah seorang lesbian?
(4). Jika keluarga anda tidak mengetahuinya, kapan anda akan
memberitahu mereka? Apa alasan anda tidak memberitahu mereka?
(5). Jika keluarga anda mengetahuinya, apakah mereka menerima anda?
bagaimana sikap mereka dalam keseharian dengan anda?
(6). Tahukah masyarakat sekitar tentang pemilihan orientasi seksual anda?
(7). Status anda sebagai lesbian menghambat anda dalam berinteraksi
sosial dengan lingkungan sekitar?
(8). Bagaimana interaksi anda dengan masyarakat setelah mereka tahu
bahwa anda adalah seorang lesbian?
5. Persepsi Terhadap Situasi yang Dihadapi
(1). Bagaimana anda menilai diri anda sendiri?
82
(2). Apa yang membuat anda menilai diri sendiri seperti itu?
(3). Pernahkah anda merasa gagal?
(4). Apa profesi impian anda?
(5). Apa kesuksesan yang pernah anda rasakan?
(6). Adakah niat untuk menjadi wanita yang normal (menyukai lawan
jenis)?
(7). Apa keinginan anda untuk kedepan?
Tempat : Kampus SB
Subjek Penelitian : SB
Deskriptif:
Subjek nampak rapi mengenakan kemeja biru jeans dan jilbab berwarna hitam,
celana jeans hitam ketat dengan memakai sepatu flat, diperkirakan tinggi badannya
sekitar 158cm. Subyek memakai tas tangan berwarna hitam dengan rantai pendek dan
detail blink blink pada tas nya. Subjek memakai soft lens berwarna abu-abu,
Subjek pergi ke kampus dengan teman satu kosnya yang bernama IR. Selain satu
kos mereka satu jurusan dikampus. Setibanya dikampus sekitar pukul 11.00 subjek
langsung naik ke lantai 3 tempat ia kuliah. Subjek langsung duduk dimeja nomer 3
datang dan duduk disekitar SB. Sebelum dosen datang subjek sempat mengobrol dan
86
tertawa ringan dengan teman-teman sekelas subjek. Subjek keluar dari ruang kuliah
pukul 13.00, setelah selesai kuliah sekitar pukul 13.15 subjek pulang kekos nya
bersama ke 4 temannya. Subjek melepas jilbabnya dan kemudian pergi dengan ke-4
Reflektif:
Tempat : Kos SB
Subjek Penelitian : SB
Deskriptif:
Subjek terlihat segar dengan mengenakan kaos polos putih dan celana yang
sangat pendek. Subjek satu kamar dengan kedua orang temannya, IR dan DN, mereka
semua satu kampus dan satu jurusan dengan subjek. Rambut subjek terlihat basah dan
Kamar subjek kos berukuran 4x3m. Dikamar subjek terlihat beberapa koleksi tas
yang digantung di tembok dan beberapa foto subjek dengan teman-temannya di café-
mengomentari acara yang mereka tonton. Subjek memperagakan salah satu tokoh
dalam acara itu dan membuat IR dan DN tertawa terbahak-bahak. Hingga sekitar
pukul 20.00 subjek dan ketiga temannya pergi keluar untuk membeli makan malam.
88
Reflektif:
Subyek orang yang senang bercanda dengan teman-temannya. Subjek senang pergi ke
café dengan teman dekatnya. Subjek adalah orang yang modis terlihat dari koleksi tas
nya.
89
Tempat : Rumah SB
Subjek Penelitian : SB
Deskriptif:
Subjek nampak lelah dengan muka yang masih bermake-up sepulangnya dari
rumah temannya semasa SMP. Sekitar pukul 19.00 ibu subjek baru tiba dirumah.
Setiba ibunya dirumah ibunya langsung menyiapkan makanan. Pukul 20.00 adik
kamar dengan adiknya. Dikamar subjek terpajang banyak foto-foto subjek dan
adiknya. Kamar subjek berukuran 3x3m dengan sebuah TV 14” didalamnya. Selesai
sambil bermain gadgetnya diatas kasur. Selama mengobrol dengan adiknya subjek
terlihat lebih aktif memulai pembicaraan dan mencari topik, adiknya hanya
Reflektif:
Dirumah subjek banyak melakukan kegiatannya didalam kamar. Subjek dekat dengan
rambut panjang lurus yang selalu terurai. Tinggi badannya sekitar 158 cm
dengan berat badan kira-kira 53 kg. Badannya tidak terlalu gemuk. Dalam
tinggal di Tegal bersama kedua orangtua nya dan seorang adiknya. Rumah
untuk kuliah dan bimbingan. Bila sore hari biasanya SB pergi bermain
1. Karakter Subjek
SB adalah seorang yang humoris dan mudah dekat dengan orang lain.
tidak betah bila hanya berlama-lama diam dirumah. Dengan orang yang
dan IR. Mereka sering berpergian bersama dan berbagi cerita. Namun
Tempat : Kosan AA
Subjek Penelitian : AA
Deskriptif:
Subjek nampak santai mengenakan kaos yang longgar dan celana dibawah lutut
model lelaki yang bersaku banyak, diperkirakan tinggi subjek sekitar 156cm. kulit
subjek coklat dan terlihat kering. Subjek memakai kacamata yang sangat tebal dengan
minus 7 disetiap sisinya. Rambut subjek yang pendek dibiarkan acak-acakan tanpa
Kamar kos subjek berukuran 3x3m. Dikos AA terdapat 8 kamar dengan ruang
parkir yang sempit. Subjek satu kamar dengan temannya. Dikamar subjek terpajang
beberapa foto artis wanita luar negri dengan pakaian yang minim (bikini). Dikamar
AA banyak buku bacaan baik yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa Inggris.
95
AA mengobrol dengan salah satu adik kosnya yaitu EM. Mereka nampak akrab
dan tertawa kecil ditengah-tengah obrolan AA. Tidak berselang lama sekitar pukul
Reflektif:
Tempat : Kampus AA
Subjek Penelitian : AA
Deskriptif:
Subjek tiba dikampus pukul 10.00 WIB dengan mengenakan sepeda untuk
menemui dosen pembimbingnya. Sekitar pukul 10.30 WIB subjek selesai bimbingan
dan pergi ke perpustakaan. Subjek memakai kemeja lelaki berlengan pendek yang
Beberapa kali terlihat adik kelas subjek menyapa subjek dan mengajaknya
mengobrol. Subjek terlihat sibuk kembali dengan mencari referensi dari internet.
AA memiliki ciri fisik kulit coklat dan kering. Tinggi badannya sekitar
156 cm dengan berat badan 50 kg. AA tidak terlihat gemuk karena ia sering
memakai sepatu model boots dan tidak pernah mengenakan sepatu kets model
biasa. Dalam berjalan dan berbicara suara AA sangat berat untuk ukuran suara
seorang wanita.
kendaraan bermotor jarak dari kos ke kampus bisa ditempuh 5 menit. Kos AA
dan poster artis wanita luar negri dengan pakaian yang minim.
referensi penelitiannya dan mengobrol dengan adik kelas. Setelah itu sisa
bimbingan dan mencari referensi. Di sore hari AA sering keluar dengan teman
kosnya untuk sekedar jalan-jalan sore atau membeli makan bersama. AA tidak
4. Karakter subyek
AA adalah seseorang yang jujur dan membuka diri dengan orang lain.
Dia mempunyai banyak teman dan banyak adik kelas yang dekat dengannya.
Ia tidak membatasi diri untuk bergaul dengan orang lain, tetapi temannya yg
lesbian, dan mereka tidak menjauhi nya. Tetapi hanya ada beberapa orang
diri dengan siapapun, tetapi kebanyakan orang lain yang menjaga jarak
denganAA.
100
Verbatim Wawancara
Nama : SB
Usia : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
lesbian?
12 (SB): Semua temen deket ku tahu kalo aku
lesbi.
13 (Intr): Alasan kamu milih jadi lesbian apa?
14 (SB): Aku lebih nyaman ama cewe. Terus kalo Aku lebih nyaman sama Faktor pendorong merasa lebih nyaman
minta apa-apa dikasih. Terus lebih cewe. penyebab menjadi dengan wanita
ngertiin. lesbian
Kalo ama cowo dikasih sih, cuman kalo
cowo pasti kan dia minta imbalan balik.
Nah kalo pacaran ama cowo itu juga was-
was aku takut hamil. Aku pernah sekali
hamil sampai usia 2 bulan sama cowok
padahal dia bukan pacarku. Kira-kira
waktu tahun 2012 sama X, terus itu aku
gugurin bareng sama dia minum obat
yang dibeliin dia. Gara-gara itu terus aku Gara-gara hamil aku Faktor pendorong Menjadi lesbian
males punya pacar cowok lagi. Padahal males punya pacar cowo penyebab menjadi karena trauma hamil
sebelum kejadian itu walaupun aku punya lagi lesbian
pacar cewe aku tetep pacaran sama cowo.
Nek sama cewe kan engga. Jadi lebih
sreg ama cewe hehehe
103
aku diajakin ke hotel. Pas dihotel itu kan nggak cuman sama satu
aku setengah sadar, kayanya sih ya aku orang
berhubungan nggak cuman sama satu orang.
67 (Intr): Terus sekarang kamu lagi pacaran sama
siapa?
68 (SB): Sama Banesss namanya.. cewe tapi ganteng
banget hehehehe
69 (Intr): Peran kamu waktu pacaran sama cewe
itu gimana?
70 (SB): Yaaaaa…. Ga gimana-gimana, aku jadi aku jadi cewenya, banes Relasi dengan Berperan sebagai
cewenya, banes jadi cowonya… jadi cowonya… pasangan wanita
71 (Intr): Ada perubahan ga dalam diri kamu homoseksual
setelah kamu berpacaran sama cewe?
72 (SB): Ada banget. Jadi lebih egois.. lebih posesiv,
lebih kasar, lebih apa yaaaaa…. Pokoknya
intinya kalo ama cowo tuh aku cuek, tapi
kalo ama cewe lebih posesiv.
73 (Intr): Pernah disindir temen ga atas kondisi
yang kaya sekarang?
74 (SB): Pernah.. ya sering kalo dikampus. Gimana
sih, tapi ya becanda-becanda.. misalkan ada
112
hati ahahaha
81 (Intr): Ada pembagian peran ga dalam
hubungan kamu dengan pasangan?
82 (SB): Ga lah.. ga ada. Aku selalu jadi cewe Aku selalu jadi cewe Relasi dengan Selalu berperan
pacaran sama siapapun. Kalo sama yang pacaran sama siapapun. pasangan sebagai wanita
sekarang ya aku jadi cewe. Banesnya yang homoseksual
jadi cowo.
83 (Intr): Mengapa anda memilih peran tersebut?
84 (SB): Hahahahaha, ko bahasanya milih sih. Ya
gak milih orang emang udah naluri dia
bentukannya maskulin banget masa aku
yang jadi cowo ya lucu malah
85 (Intr): Apa kriteria orang yang anda pilih untuk
menjadi kekasih wanita anda?
86 (SB): Yang ganteng, ga dekil, sama yang
payudaranya ga besar. Hahahahaa
Kan ga lucu kalo payudaranya besar ga asik
87 (Intr): Dalam hubungan percintaan kamu
dengan pacar kamu yang sekarang,
adakah orang ketiga?
88 (SB): Pasti adalah. Cuma ya… ganti-gantian. Pasti adalah. Cuma ya… Relasi dengan Ada orang ketiga
114
Kadang dari pihak aku, kadang dari pihak ganti-gantian. Kadang dari pasangan dalam hubungan
sana. Tapi orang ketiganya ga terlalu pihak aku, kadang dari homoseksual pacaran
mengganggu sih. pihak sana.
89 (Intr): Dalam hubungan anda dengan kekasih
anda saat ini, apakah anda memiliki
orang terdekat lain? Jika ada lelaki atau
perempuan?
90 (SB): Hmmm….. ada sih aku masih kontek-
kontekan ama mantanku, kadang juga kalo
main ke Semarang aku masi nginep di
tempat mantanku si R
91 (Intr): Apakah kamu sering merasa bahwa
kamu meluapkan semua emosi kamu
kepada pasangan kamu?
92 (SB): Sering… sering banget. Banes tuh sering
kalo aku lagi ga mood aku marah-marahin.
Tapi ya dia diem aja paling nanti tanya,
“hihh kamu kenapa si sayang ko marah-
marah terus”, baru nanti abis itu aku sadar
kalo aku ngelampiasin marah ke dia
ahahaha.
115
kantoran.
117 (Intr): Kesuksesan yang pernah kamu rasakan
apa?
118 (SB): Suksesnya bisa lulus dari kampus. Itu sukses
buat aku, buat aku orang yang males
heehhehe.
119 (Intr): Adakah niat untuk menjadi wanita yang
menyukai lawan jenis kembali?
120 (SB): Adalah tapi sekarang aku belom nemuin
cowo yang pas yang sreg di ati ahahahaha.
121 (Intr): Apa keinginan anda untuk kedepan?
122 (SB): Aku pingin dapet kerjaan yang mapan itu
aja.
119
Verbatim Wawancara
Nama : OS
Usia : 24 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
itu kurang hmmm… ya gitu deh… suka uang yang model gitu deh seimbang membuat
dugem, terus ntah itu bener atau engga, hehehe subjek menjajakan
katanya sih juga dipake mahasiswa. Terus diri
yaaa gitu deh..
Denger-denger sih dia nyari uang yang model
gitu deh hehehe
23 (Intr): Denger dari mana kamu? Gimana
ceritanya?
24 (OS): Denger dari temen aku. Aku percaya juga sih
soalnya kan emang aku tau sendiri keadaan
ekonomi orangtua nya gimana.
25 (Intr): Memang dia gak dikasih saku ama
orangtua nya ya mba?
26 (OS): Hmmm. Orangtua pasti ngasih lah, cuman orangtuanya terbatas Faktor pendorong Keadaan ekonomi
mungkin karena orangtuanya terbatas mungkin, penyebab menjadi yang sulit
mungkin, jadi dia nggak mau kalah dengan lesbian
pergaulan temen-temen sekelilingnya, jadi
mungkin dia cari uang yang kaya gitu.
27 (Intr): Memang apa pekerjaan orangtua subjek
mba?
28 (OS): Untuk ibu sama bapaknya guru SD
124
kok.
Dia malah bukan malu tapi dia malah
semakin yakin.
61 (Intr): Bagaimana sikap anda setelah mengetahui
teman anda adalah seorang lesbian?
62 (OS): Lebih banyak kasiannya sih kalo ngeliat dia
tiba-tiba jadi lesbian kaya gini.
63 (Intr): Adakah keminderan/kecanggungan pada
subjek setelah mengakui dirinya lesbian?
64 (OS): Enggak dia gak canggung sama sekali malah
dia semakin bangga buat nunjukinnya.
Verbatim Wawancara
Nama : AA
Usia : 26 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
menyangkal diri mereka sendiri ngono sendiri Mereka ki ngerti tapi hubungan sosial subjek lesbian tetapi
lhoo… tidak pernah membahas, dalam keluarga menyangkal dan
Jadi mereka ki ngerti, tapi menyangkal tidak pernah
diri sendiri. Mereka ki ngerti tapi tidak membahas
pernah membahas, jadi mereka ki rak tau
nakoni aku, pacarku sopo, karena
mungkin mereka khawatir nek aku
njawab pacarku cewe mereka juga ga
siap.
Nek kesimpulanku sih, dadi mereka
ngerti tapi tidak ingin membahas itu.
17 (Intr): Kenapa bisa ambil kesimpulan kalau
mereka tahu?
18 (AA): Piye yoooo.. aku gatau definisinya Cuman, mereka ngerti cuma Pengelolaan Keluarga mengerti
nyangkal apa nggak. Cuman, mereka nggak bahas lah. hubungan sosial subjek lesbian tetapi
ngerti cuma nggak bahas lah. Mungkin dalam keluarga tidak membahasnya
itu yang paling tepat.
Mereka tuh menduga, mengerti. Tapi
nggak mengungkit-ngungkit, jadi hal itu
kaya hal yang tabu gitu lhoo.
Lha aku ngerti kalo sebenernya mereka
140
Pekerjaan : Mahasiswi
dibicarakan dirumah?
66 (AA): Yoo koyo kui tok paling yooo… paling
gossip-gosip tetangga terkini, paling
nonton TV
67 (Intr): Siapa yang paling dekat dengan anda
dirumah?
68 (AA): Sama kakak perempuan saya. Sama
mbak-ku persis yang no-3. Soalnya
mungkin umure ga terlalu jauh lah.
Kakakku yang ketiga itu pinter lho.
Logikanya main banget. IQ nya 120. Tapi
dia sensitive banget lho. Dia ya hidupnya
biasa aja. Sekolah, lulus, tau kerjo, terus
mondok, nikah, ndue anak akeh.
Dia tuh habis lulus SMP langsung
mondok, jadi jarang pulang. Jadi ya aku
jarang ketemu paling yo sebulan sekali.
Aku cedhak sama dia ya akhir-akhir ini,
setelah aku balik kerjo lage cedhak dia.
69 (Intr): Apa penilaian kamu tentang keluarga?
70 (AA): Biasa wae ya.. boring wonge. Ibuku
156
itu gimana?
84 (AA): Rak ono pembagian peran sih, nek aku
iso ngerewangi dia yo tak rewangi. Nek
aku rak iso yo orak.
85 (Intr): Ada perubahan ga dalam diri kamu
setelah kamu berpacaran dengan
cewe?
86 (AA): Aku luwih rak perduli lhooo. Yooo
mbiyen kan mungkin jek rodo isin po
piye yoo, tapi saiki yo koyo, lebih baik
orang tidak tahu.
Saiki.. ah wes percuma, karepmu. Koyo
luwih blak-blakan.
87 (Intr): Pernah disindir ga mba atas kondisi
yang sekarang?
88 (AA): Piye yo.. paling yo nek aku ndeloki
konco-koncoku trus mereka bilang, “mba
sadar mbaa..sadar” hahahahhaa..
Tapi yo bercanda.
Nek pas didepan lewat ada cowo yoo,
mereka bilang, “mba, cowo mbaa…”
160
hahahaha
Paling yo koyo ngono tok sih.
89 (Intr): Terus kamu nanggepinnya gimana?
90 (AA): Yo biasa wae paling aku ngguyu-ngguyu
tok sih.
91 (Intr): Pernah ada masalah ga karena kondisi
mba yang kaya sekarang?
92 (AA): Piye yo… awal-awal ki mereka tuh berat
yo, kaya maksudnya ki mereka
mengharapkan standarnya mereka
diterapkan ke saya. Ngono lhoo.
Maksudnya koyo standar yang memakai
sesuatu, mengerjakan sesuatu, berpacaran
dengan seseorang yang.. ya cowo.
Itu ih aku rasain dari lingkungan sekitar
sini.
Nek teman-teman ki lho.. ketoke ki rodok
angel soalnya mereka jek mengharapkan
nyong seperti mereka. Tp nek saiki sih
ketoke wes terbiasa.
93 (Intr): Kira-kira nih, sampai kapan mba
161
heteroseksual ki piye yo, aneh banget yo, aneh banget kayae bukan lesbian heteroseksual yang
kayae bukan diriku banget. Kayae susah diriku banget. tidak menyenangkan
banget merefleksikan dalam diriku
ahahahaha. Bukan yang saya inginkan.
135 (Intr): Apa keinginan anda untuk kedepan?
136 (AA): Abis lulus aku pingin kerja menetap.
Terus aku berkarir dan berjalan normal.
Aku pingin mandiri, hidup sama orang
yang aku suka aja. Ga yang terlalu
muluk-muluk merubah dunia gitu enggak.
Hahahahaha
137 (Intr): oke makasih ya mba selamat malam
138 (AA): iya malam.
169
Verbatim Wawancara
Nama : EM
Usia : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Ga pernah mba. Mungkin dia gak cerita juga, Kan setau aku, keluarganya Pengelolaan Kurang perhatian
atau keluarganya tanya tentang dia. Kan setau tuh emang cuek sama dia. hubungan sosial dari pihak keluarga
aku, keluarganya tuh emang cuek sama dia. dalam keluarga
59 (Intr): Apa kesibukan kedua orangtua subjek?
60 (EM): Kerja mba, kedua orangtuanya petani kok
61 (Intr): Apakah keluarga mengetahui jati diri AA
sebenarnya?
62 (EM): Wah kalo masalah itu aku gak tau mba..
Tapii… menurutku… keluarganya gak tau
mba.
63 (Intr): Menurut anda, apa alasan subjek tidak
memberitahukan keluarganya perihal
orientasi seksualnya?
179
64 (EM): Hmmmm, mungkin mba AA menganggap hal Tp mungkin juga karna Faktor-faktor Kurang perhatian
itu hal yang susah buat dibicarain. Tp orangtua nya ga pendorong dari pihak keluarga
mungkin juga karna orangtua nya ga menanyakan jadi dia belum penyebab menjadi
menanyakan jadi dia belum cerita mba cerita mba lesbian
65 (Intr): Apakah masyarakat mengetahui orientasi
seksual subjek?
66 (EM): Masyarakat kayanya ga tau deh mba. Tapi
mungkin ya bertanya-tanya juga sama
penampilan dia yang maskulin banget
67 (Intr): Bagaimana penerimaan masyarakat
terhadap pengakuan jati diri AA?
68 (EM): Hmmmm.. sepengertiku masyarakat luar ga
pada tau kalo dia lesbi sih mba, kecuali anak-
anak kosan.
Tapi kalo menurutku, penampilan gitu ya,
yang emang maskulin nya ekstrem mungkin
itu lebih…. Kaya mengganggu, kaya “kok
ngono..”,
Aku pertama kali ngeliat tak kira itu cowo.
Terus kan kadang aku kasi liat foto mba AA
ke temen-temen, terus ta tanyain. “eh iki cewe
180