Anda di halaman 1dari 207

FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN ORIENTASI SEKSUAL

(Studi Kasus Pada Lesbian)

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Dhea Marthilda

1511409057

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014
FAKTOR-FAKTOR PEMILIHAN ORIENTASI SEKSUAL
(Studi Kasus Pada Lesbian)

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Dhea Marthilda

1511409057

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

i
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Pemilihan Orientasi Seksual (Studi


Kasus pada Lesbian)” telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 10 Juli 2014
Panitia:
Ketua Sekretaris,

Drs. Sutaryono, M. Pd Dr. Drs. Edy Purwanto, M.Si


NIP.195708281983031005 NIP. 196301211987031001

Penguji Utama

Anna Undarwati, S.Psi. M.A.


NIP. 198205202006042002

Penguji I/ Pembimbing I Penguji II/ Pembimbing II

Moh. Iqbal Mabruri. S.Psi., M.Si Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si


NIP.197503092008011008 NIP. 197202042000032001

ii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis didalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.

Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk

berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 10 Juli 2014

Dhea Marthilda

NIM. 1511409057

iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan

(mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat

perbuatanmu). (QS. An-Naml: 55)

Bukan karena semua baik maka aku tersenyum, tetapi karena aku tersenyum maka

semua menjadi baik. (Penulis)

PERSEMBAHAN

Untuk Ibu, Bapa dan Keluargaku tersayang

yang selalu memberiku dukungan, doa, dan

cinta yang tulus kepadaku

iv
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah melimpahkan Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi dengan judul Faktor-

faktor Pemilihan Orientasi Seksual (studi kasus pada Lesbian). Berkat kemurahan-

Nya penulis mampu melaksanakan penelitian skripsi ini dengan baik dan lancar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan dari berbagai

pihak, skripsi ini tidak dapat tersusun. Oleh karena itu penulis sampaikan rasa terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Drs. Hardjono, M.Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Semarang yang telah memberikan ijin penelitian untuk penyusunan skripsi ini.

2. Dr. Drs. Edy Purwanto. M.Si, selaku Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu

Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.

3. Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan, saran serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, saran serta masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Anna Undarwati, S.Psi. M.A. selaku Penguji Utama yang telah memberikan

masukan serta kritikan dalam rangka penyempurnaan skripsi.

6. Seluruh dosen pengajar jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan, UNNES,

yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman kepada penulis.

v
7. Orangtuaku tercinta, Ibu Iswahyuni dan Bapak Suparyono, Kakak, serta Adiku

yang tidak pernah lelah menyayangi, membimbing sampai kapanpun, dan

mendoakan semua kebaikan untukku.

8. Teman-teman psikologi UNNES angkatan 2009 (Khususnya Trias, Rahil,

Medya, Bella, Ai, Happy, Anistya, Singgih, Yule, Anisa), kakak angkatan

(Khususnya Kak Belina, dan Kak Merdita, Mba Ina, Mba Alma, Budhe), adek

angkatan (Ocyd, Kotino), dan teman-teman kos Nur Asri (khususnya Mba Amel,

Mba Dinik, Mba Oky, Melidha, Ika, Intan dan Arai), kakak-kakak S2 Unika

(Khususnya Rahma, Mba Wenty, Mas Ryan), sahabat tercinta (Anisa, Osi, dan

Titin) yang selalu motivasi, bantuan, keceriaan dan kebersamaannya.

9. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi diri penulis

khususnya maupun pembaca pada umumnya.

Semarang, Juli 2014

Penulis

vi
ABSTRAK

Marthilda, Dhea. 2014. Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Seksual (Studi Kasus Pada
Lesbian). Skripsi, Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Skripsi ini dibawah bimbingan Moh. Iqbal Mabruri, S.Psi., M.Si. dan
Rulita Hendriyani, S.Psi., M.Si

Kata Kunci: orientasi seksual, lesbian

Orientasi seksual adalah fokus ketertarikan seksual, romantik, dan kasih


sayang yang konsisten, bisa jadi bersifat heteroseksual, homoseksual, atau biseksual.
Homoseksual pada wanita disebut sebagai lesbian. saat ini di Indonesia dapat
dipastikan sudah banyak orang yang memiliki orientasi homoseksual, walaupun
belum dapat dipastikan angkanya secara statistik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kulitatif dengan pendekatan
studi kasus. Penelitian ini melibatkan 2 subjek wanita lesbian, narasumber penelitian
ini adalah teman dekat subjek. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik
wawancara, observasi serta tes grafis. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan
triangulasi sumber.
Hasil penelitian menunjukan faktor-faktor pemilihan orientasi seksual pada
individu lesbian dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu adanya beberapa faktor yaitu
faktor psikologis, faktor lingkungan, dan faktor ekonomi. Ketertarikan sesama jenis
muncul semenjak masa remaja. Adanya trauma pelecehan seksual, konsep diri
tentang lelaki dan perempuan yang kabur semasa kecil, dan pengalaman menjalin
hubungan dengan lawan jenis yang kurang menyenangkan menjadi faktor pendorong
subjek menjadi lesbian.
Saran bagi masyarakat diharapkan masyarakat dapat lebih mengenal mengenai
seksualitas terutama berkaitan dengan orientasi seksual lesbian. Kajian menurut
agama, budaya, dan norma sosial menganggap lesbian adalah orientasi seksual yang
menyimpang

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN…………………….. ......................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN.................................. ........................................ iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………………….. .................................. iv

PRAKATA………………………………………… ..................................... v

ABSTRAK.................................................................. ................................. vii

DAFTAR ISI.......................................................... ..................................... viii

DAFTAR TABEL................................................... .................................... xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………… ................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN…………………………. ....................................... xv

BAB

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7

1.4 Kontribusi Penelitian ............................................................................... 8

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lesbian .................................................................................................... 9

2.1.1 Definisi Lesbian......................................................................................... 9

viii
2.1.2 Jenis-jenis Lesbian..................................................................................... 13

2.1.3 Faktor-faktor Penyebab Lesbian................................................................ 16

2.2 Pemilihan Orientasi Seksual ..................................................................... 18

3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 20

3.2 Unit Analisis ............................................................................................. 23

3.3 Narasumber Penelitian .............................................................................. 25

3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data ........................................................ 27

3.4.1 Wawancara ............................................................................................. 27

3.4.2 Observasi ................................................................................................ 29

3.4.3 Dokumentasi ........................................................................................... 32

3.5 Keabsahan Data......................................................................................... 32

3.6 Metode Analisis Data ................................................................................ 36

4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Proses Penelitian ....................................................................................... 37

4.2. Identitas Subjek dan Informan .................................................................. 39

4.2.1 Keterangan Identitas……………………………………………………..39

4.2.2 Keterangan Koding……………………………………………………... 41

4.3. Temuan Penelitian .................................................................................... 43

4.3.1 Pemilihan Orientasi Seksual pada Subjek Satu...................................... 43

4.3.1.1 Latar Belakang Subjek………………………………………………... 43

4.3.1.2 Faktor-Faktor Penyebab Pendorong Menjadi Lesbian ...................... 43

ix
4.3.1.3 Relasi dengan Pasangan Homoseksual………………………………. 45

4.3.1.4 Pengelolaan Hubungan Sosial……………………………………….. 46

4.3.2 Pemilihan Orientasi Seksual pada Subjek Dua ...................................... 47

4.3.2.1 Latar Belakang Subjek……………………………………………….. 47

4.3.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Pendorong Menjadi Lesbian ...................... 47

4.3.2.3 Relasi dengan Pasangan Homoseksual………………………………. 48

4.3.2.4 Pengelolaan Hubungan Sosial………………………………………... 50

4.3.3 Hasil Observasi Subjek Satu……………………………………………. 51

a). Kondisi umum subjek……………………………………………………. 51

1. Kondisi fisik subjek………………………………………………………. 51

2. Kondisi tempat tinggal subjek……………………………………………. 51

3. Lokasi kegiatan subjek……………………………………………………. 52

b). Aktivitas subjek……………………………………………………………52

c). Dinamika psikologis subjek………………………………………………. 52

1. Karakter subjek…………………………………………………………… 52

2. Kecenderungan perilaku yang tampak atau kebiasaan subjek .................. 52

3. Sikap yang ditampilkan subjek saat wawancara ....................................... 53

d). Interaksi sosial subjek……………………………………………………. 53

1. Hubungan subjek dengan teman kos…………………………………….. 53

2. Hubungan subjek dengan keluarga……………………………………….. 53

3. Hubungan subjek diluar teman kos……………………………………….. 53

4.3.4 Hasil Observasi Subjek Dua……………………………………………..54

x
a). Kondisi umum subjek……………………………………………..……… 54

1. Kondisi fisik subjek……………………………………………………… 54

2. Kondisi tempat tinggal subjek……………………………………………. 54

3. Lokasi kegiatan subjek…………………………………………………… 55

b). Aktivitas subjek………………………………………………………….. 55

c). Dinamika psikologis subjek………………………………………………. 55

1. Karakter subjek…………………………………………………………… 55

2. Kecenderungan perilaku yang tampak atau kebiasaan subjek .................. 55

3. Sikap yang ditampilkan subjek saat wawancara ....................................... 55

d). Interaksi sosial subjek…………………………………………………….. 56

1. Hubungan subjek dengan teman kos……………………………………… 56

2. Hubungan subjek diluar teman kos……………………………………….. 56

4.4. Tes Grafis .................................................................................................. 56

4.4.1. Hasil Tes Grafis Subjek Satu (SB)…………………………………….. 56

4.4.2. Hasil Tes Grafis Subjek Dua (AA)…………………………………….. 57

4.5 Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………………... 58

4.5.1 Gambaran Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Lesbian pada Subjek Satu..59

4.5.1.1 Latar Belakang Subjek………………………………………………... 60

4.5.1.2 Faktor-faktor Pendorong Penyebab Menjadi Lesbian ....................... 60

4.5.1.3 Relasi dengan Pasangan Homoseksual…………………………………… 61

4.5.1.4 Pengelolaan Hubungan Sosial…………………………………………….. 63

4.5.2 Gambaran Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Lesbian pada Subjek Dua. 63

xi
4.5.1.1 Latar Belakang Subjek……………………………………………….. 63

4.5.1.2 Faktor-faktor Pendorong Penyebab Menjadi Lesbian ....................... 64

4.5.1.3 Relasi dengan Pasangan Homoseksual………………………………….. 65

4.5.1.4 Pengelolaan Hubungan Sosial…………………………………………….. 67

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian Secara Umum…………………………………. 68

4.6.1 Dinamika faktor-faktor Orientasi Seksual Subjek Satu (SB) ................. 68

4.6.2 Dinamika Faktor-faktor Orientasi Seksual Subjek Dua (AA) ............... 72

4.7 Kelemahan Penelitian……………………………………………………………. 74

5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan………………………………………………………………….. 75

5.2 Saran……………………………………………………………………… 76

DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR TABEL

Tabel

3.1 Unit Analisis Dinamika Pemilihan Orientasi Seksual pada Lesbian ......... 25

3.2 Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ................................... 33

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar

4.1. Dinamika Pemilihan Orientasi Seksual SB…………………………………. 71

4.2. Dinamika Pemilihan Orientasi Seksual AA…………………………………. 73

xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

1. Pedoman Observasi………………………………………………………….. 80

2. Pedoman Wawancara…………………………………………………………81

2.1 Wawancara Subjek Primer…………………………………………………... 81

2.2 Wawancara Subjek Sekunder……………………………………………….. 83

3. Catatan Lapangan……………………………………………………………. 86

3.1 Subjek Pertama (SB)………………………………………………………….86

3.2 Subjek Kedua (AA)…………………………………………………………. 95

4. Verbatim ……………………………………………………………………. 101

4.1 Subjek Pertama (SB)………………………………………………………… 101

4.2 Informan Subjek Pertama (OS)……………………………………………… 120

4.3 Subjek Kedua (AA) ………………………………………………………… 138

4.4 Informan Subjek Kedua (EM) ……………………………………………… 170

5. Tes Grafis …………………………………………………………………… 185

5.1 Subjek Pertama (SB)………………………………………………………….185

5.2 Subjek Kedua (AA)………………………………………………………….. 189

6. Surat Pernyataan Kesediaan ………………………………………………… 192

6.1 Subjek Pertama (SB)……………………………………………………….. 192

6.2 Subjek Kedua (AA)…………………………………………………………. 193

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak pernah statis, dimulai dari pembuahan sampai

kematian selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun kemampuan

psikologis. Perubahan inilah yang disebut sebagai perkembangan dalam rentang

kehidupan manusia. Manusia memiliki tahapan perkembangan dengan tugas-tugas

perkembangan yang penting untuk berbagai tahapan rentang kehidupan. Salah satu

tahapan dalam rentang kehidupan manusia adalah masa dewasa awal atau dewasa

dini.

Masa dewasa awal atau dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri

terhadap pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Individu yang berada

pada masa dewasa awal atau dewasa dini diharapkan memainkan peran baru, seperti

peran suami/isteri, orangtua, dan pencari nafkah, dan mengembangkan sikap-sikap

baru, keinginan-keinginan dan nilai-nilai baru sesuai dengan tugas-tugas baru ini.

Masa dewasa awal atau dewasa dini memiliki beberapa tugas perkembangan, salah

satu diantaranya adalah memilih pasangan. (Hurlock, 1992: 246).

Berdasarkan teori perkembangan psikososial Erikson (dalam Papalia, Olds, et. al,

2008: 684), masa dewasa awal (young adulthood) ditandai dengan adanya

kecenderungan intimacy versus isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu

1
2

memiliki ikatan yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan

kelompok sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif dan membina hubungan

yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap ini

timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-orang

tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.

Individu dewasa awal atau dewasa dini mencari keintiman emosional dan fisik

kepada pasangan romantis. Hubungan ini mensyaratkan ketrampilan seperti

kesadaran diri, empati, kemampuan mengkomunikasikan emosi, pembuatan

keputusan seksual, penyelesaian konflik dan kemampuan mempertahankan

komitmen. Ketrampilan tersebut sangat penting ketika individu dewasa awal atau

dewasa dini memutuskan untuk menikah, membentuk pasangan yang tidak terikat

pernikahan, atau hidup seorang diri, atau memiliki atau tidak memiliki anak

(Lambeth&Hallet dalam Papalia, 2008: 684). Namun menjadi suatu hal yang tidak

lazim ketika pernikahan itu terjadi antara sesama jenis yaitu wanita dengan wanita

atau pria dengan pria. Pernikahan sesama jenis tentu menjadi hal yang kontroversial

karena menikahi orang yang berjenis kelamin sama.

Pada tahun 1960-an terjadi revolusioner seksual di Amerika Serikat, sebuah

pergerakan yang menentang nilai-nilai tradisional terkait dengan seksualitas dan

peran gender, bahwa laki-laki dan perempuan tidak harus dipasangkan dan bahwa

ketertarikan sesama jenis adalah realita yang harus diterima. Istilah LGBTIQ pada

mulanya hanya terdiri dari LGB, sebagai simbolisasi dari orientasi seksual di luar

“normal”. Homoseksual adalah orientasi dimana seseorang memiliki ketertarikan


3

seksual kepada jenis kelaminnya. Lesbian merupakan istilah untuk homoseks

perempuan, gay untuk homoseks laki-laki, dan biseksual adalah orientasi seksual

dimana seseorang memiliki ketertarikan baik kepada lawan jenis maupun sesama

jenis. Istilah LGB yang digunakan pada tahun 1990-an kemudian berkembang dengan

hadirnya pergerakan hadirnya waria (transgender) sehingga istilahnya menjadi

LGBT. Saat ini, istilah umum yang digunakan LGBTIQ, dengan tambahan interseks

yang merujuk pada keadaan dimana seseorang secara fisik maupun psikologis berada

diantara dua jenis kelamin, questioning untuk orang-orang yang masih

mempertanyakan identitas seksual dan gendernya, dan queer yang merupakan istilah

yang memayungi semua label seksual dan gender minoritas lainnya seperti

panseksual (ketertarikan seksual kepada semua gender, termasuk kepada

transgender), demiseksual (ketertarikan seksual kepada orang yang memiliki

kedekatan secara emosional), dan aseksual (tidak memiliki ketertarikan seksual sama

sekali) (Saragih, 2012: 3).

Orientasi seksual adalah fokus ketertarikan seksual, romantis, dan kasih sayang

yang konsisten, bisa jadi bersifat heteroseksual, homoseksual, atau biseksual (Papalia,

2008: 595). Pada tahun 1973, American Physiciatric Association (APA) sudah

mengeluarkan homoseksualitas dari kategori gangguan kejiwaan. Indonesia pun turut

mengadopsi PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa) II dan III

yang menyatakan hal serupa: gay dan lesbian bukanlah gangguan kejiwaan (Yulius,

2012: 2).
4

Orientasi seksual berhubungan dengan arah ketertarikan seseorang terhadap

anggota gendernya sendiri atau gender lawan. Lesbian bukan merupakan gangguan

identitas gender. Lesbian adalah disorientasi seksual. Perbedaan gangguan identitas

gender melibatkan kebingungan seseorang seseorang akan perasaannya secara

psikologis sebagai pria atau wanita dan anatomi seksnya (Nevid, 2002: 100) . Kaum

lesbian tidak meragukan identitas gendernya. Ia menyadari dan menerima bahwa

dirinya seorang wanita. Lesbian lebih mengarah pada pemilihan orientasi seksual.

Untuk menentukan besarnya angka insidensi dan angka prevalensi penyimpangan

perilaku lesbian secara akurat memang sangat sulit. Penelitian yang dilakukan oleh

banyak pakar dari banyak negara belum mampu menentukan secara tepat besarnya

angka insidensi dan prevalensi lesbian. Namun, secara umum, diperkirakan jumlah

kaum lesbian dan homoseksual didalam masyarakat adalah 1% hingga 10% dari

jumlah populasi. Seorang ahli seksologi terkenal, Kinsey, bahkan menyebutkan

bahwa setidaknya 2% hingga 5% wanita adalah lesbian. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Kinsey pada remaja berusia 20 tahun, terdapat 17% perempuan mempunyai

pengalaman lesbian. Pada penelitian yang dilakukan terhadap remaja berusia 16-19

tahun, terdapat 6% wanita lesbian. Ada pula pakar melaporkan bahwa 10,7% murid

SMA berusia 12-18 tahun tidak yakin dengan orientasi seksual mereka, sekitar 5-6%

dari murid-murid ini dideskripsikan sebagai lesbian (Soewandi, 2012: 1).

Cinta seorang lesbian itu sangat mendalam dan lebih hebat daripada cinta

heteroseksual. Meskipun pada relasi lesbian, tidak didapatkan kepuasan seksual yang
5

wajar. Cinta lesbian juga biasanya lebih hebat daripada cinta homoseksual diantara

kaum pria.

Cinta seorang lesbian pada pasangan wanitanya membuat ia gelap mata. Pada

Juli 2014, di Indramayu terjadi percobaan pembunuhan yang dilakukan oleh seorang

lesbian terhadap pasangannya yang sedang menggelar pesta pernikahan. Pelaku (RO)

diduga sakit hati karena pasangan lesbiannya (ER) menikah dengan lelaki (SA). RO

terbukti berusaha melakukan pembunuhan terhadap ER. Peristiwa penusukan terjadi

di rumah ER di Blok Serpati Sedadap Juntinyuat saat ER dan SA usai menjalani akad

nikah. Saat itu ER sedang beristirahat di kamarnya, tiba-tiba RO menerobos masuk

pintu kamar belakang rumah dan langsung menyerang menggunakan pisau dapur. RO

diduga sakit hati karena pasangan menikah secara normal dengan laki-laki. ER dan

RO menjalin hubungan sesama jenis saat menjadi TKW di Dubai setahun yang lalu

(Wahid, 2014: 1)

Pada 15 Mei 2010, berlangsung pernikahan antara 2 perempuan di Surabaya,

pernikahan secara Islam antara pasangan lesbian itu dihadiri seorang ulama. Kepada

sebuah situs, Sang Pemuka Agama Moderat tersebut menyatakan dirinya hanya

memfasilitasi saja. Perkembangan ini menunjukan bahwa generasi lesbian dan gay

sekarang mulai ingin menikah (Rnw.nl-Indonesia, 2010).

Saat ini dapat dipastikan sudah banyak orang yang memiliki orientasi

homoseksual, walaupun belum dapat dipastikan angkanya secara statistik. Sebagai

contoh, sebut saja SB (22), ia menjadi lebian selama 4 tahun terakhir. Dalam

hubungan percintaannya dengan kekasih lesbiannya, SB berperan sebagai femme.


6

Femme ialah sebutan untuk lesbian yang berperan sebagai perempuan. SB kuliah di

salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Semarang. SB adalah anak pertama dari 2

bersaudara, adiknya yang juga perempuan berbeda 4 tahun darinya. Dalam kehidupan

sehari-harinya SB terlihat seperti wanita normal. SB mengaku kalau dirinya menjadi

lesbian karena terpengaruh oleh temannya yang bernama R (21). R adalah lesbian

yang berperan sebagai lelaki atau yang lebih dikenal sebagai butchi.

Berbeda dengan SB, AA (26) mengaku bahwa ia sudah menyukai wanita sejak

ia mulai bisa mengingat. AA bercerita bahwa sejak ia masih kecil ia sudah menaruh

hati dengan wanita. Namun ia masih memilah-milah apa yang sebenarnya terjadi di

dalam dirinya sampai ia duduk di bangku SMA. Saat ini AA sudah pernah berpacaran

dengan wanita sebanyak 4 kali.

Fenomena lesbian ini seperti gunung es, yaitu hanya puncaknya saja yang

terlihat, tetapi dasarnya tidak terjamah jauh didalam sana. Semakin merebaknya kaum

lesbian di Indonesia tentu saja membuat peneliti tertarik untuk menelusuri lebih lanjut

apa yang mendasari individu memutuskan untuk menjadi seorang lesbian. Oleh

karena itu peneliti mengambil judul ”Faktor-Faktor Pemilihan Orientasi Seksual

(Studi Kasus Pada Lesbian)”.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahannya sebagai berikut, bagaimanakah faktor-faktor pemilihan orientasi

seksual pada wanita lesbian.


7

1.3. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor pemilihan orientasi seksual pada wanita lesbian.

1.4. Kontribusi Penelitian

Penelitian faktor-faktor pemilihan orientasi seksual pada lesbian ini akan

diperoleh hasil sebagai berikut :

1.4.1. Secara Teoritis

Manfaat yang diperoleh secara teoritis dari penelitian ini adalah :

1. Memberi sumbangan pengayaan wacana pengetahuan umum mengenai faktor-

faktor pemilihan orientasi seksual pada wanita lesbian

2. Menambah khasanah keilmuan dibidang psikologi pada umumnya dan dibidang

psikologi klinis pada khususnya yang berkaitan dengan faktor-faktor pemilihan

orientasi seksual pada wanita lesbian

1.4.2. Secara Praktis

1. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi pada masyarakat luas mengenai faktor-faktor pemilihan

orientasi seksual pada wanita lesbian.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya


8

Sebagai salah satu referensi dan dapat menjadi sumber inspirasi untuk penelitian

lebih lanjut mengenai faktor-faktor pemilihan orientasi seksual pada wanita

lesbian.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lesbian

2.1.1. Definisi Lesbian

Lesbian berasal dari kata Lesbos yang artinya pulau ditengah lautan Egeis yang

pada zaman dahulu dihuni oleh kaum perempuan (Kartono, 2006: 249). Pada

masyarakat Barat Lesbianisme dikenal melalui Sappho yang hidup di Pulau Lesbos

pada abad ke-6 SM. Dia adalah tokoh yang memperjuangkan hak-hak wanita

sehingga banyak pengikut-pengikutnya. Akan tetapi, dia kemudian jatuh cinta kepada

beberapa pengikutnya dan menulis puisi-puisi yang bernadakan cinta. Menurut

Sappho, maka kecantikan wanita itu tidak mungkin dipisahkan dari aspek seksualnya.

Oleh karena itu, kepuasan seksual juga mungkin diperolehnya dari sesama wanita

(Lewiston dalam Soekanto, 2004: 103).

Lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual

sesama jenisnya (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 820). Martin dan Lyon

(dalam Crooks, 1983: 291) berpendapat bahwa lesbian adalah sebutan untuk

perempuan yang tampil erotik, psikologis, emosional dan minat sosialnya pada

sesama jenis, meskipun kadang tidak terlihat.

Kartono menjelaskan bahwa kecenderungan homoseksual (lesbian pada wanita)

dan biseksual ini bisa terus berlangsung dari masa remaja hingga usia dewasa. Pada

9
10

masa remaja masih terdapat kecenderungan jatuh cinta pada wanita, dan muncul

keinginan untuk menolak cinta heteroseksual dari pria. Objek yang dicintai bisa

berganti kadang seorang wanita, kadang seorang pria. Akan tetapi pada masa dewasa

(kelanjutan biseksual masa remaja), obyek erotisnya benar-benar seorang wanita

(Kartono, 2009: 267).

Penjelasan secara sosiologis mengenai homoseksual/lesbianisme bertitik tolak

pada asumsi kebutuhan untuk menyalurkan ketegangan. Oleh karena itu, baik tujuan

maupun objek dorongan seksual diarahkan oleh faktor sosial. Artinya, arah

penyaluran ketegangan dipelajari dari pengalaman sosial, dengan demikian tidak ada

pola seksual alamiah, karena yang ada adalah pola pemuasnya yang dipelajari dari

adat istiadatnya lingkungan sosial. Lingkungan sosial akan menunjang atau mungkin

menghalangi sikap-tindak dorongan-dorongan seksual tertentu (Soekanto, 2004: 105).

Cinta homoseksual itu bersifat lebih mendalam daripada cinta heteroseksual,

bentuk homoseksual yang lebih hebat biasanya ada pada homoseksual wanita

(lesbian) daripada homoseksual pada pria. Dalam hubungan homoseksual ini sering

tidak diperoleh pemuasan seksual secara nyata (Kartono, 2009: 268).

Pasangan homoseksual wanita atau lesbian ini biasanya adalah kedua partner

yang selalu berganti peranan. Yang pertama berperan sebagai lelaki yang bersikap

aktif dan sadis. Individu bisa memainkan peran ini karena dirinya didorong keinginan

untuk menuntut hak untuk “menjadi laki-laki”, ataupun sederajat dengan kaum pria.

Yang kedua berperan sebagai wanita feminine yang bersikap pasif masochis, karena

bisa dengan mudah melakukan identifikasi terhadap jenis kelamin yang sama
11

(misalnya identifikasi terhadap ibunya dimasa kanak-kanan dan masa pra-pubertas)

(Kartono, 2009: 269).

Seringnya relasi homoseksual ini berlangsung dalam hubungan segitiga yang

kesemua anggotanya adalah wanita. Biasanya wanita homoseksual itu setia pada

salah satu partnernya (partner tetap/pertama). Pada partner tetapnya ia memainkan

peran yang agresif-sadistis karena didorong oleh pola identifikasi yang amat kuat

terhadap ayahnya. Sedangkan partner yang kedua selalu berganti ganti pasangan dan

memainkan peran sebagai wanita yang bersikap tunduk dan menyerah. Biasanya

mereka memanggil dengan nama kesayangan lelaki dengan nada mesra yang

mengandung cinta seksual (Kartono, 2009: 269).

Pada relasi-relasi homoseksual, biasanya terdapat unsur-unsur emosi yang

berkebalikan, seperti secara sekaligus merasa benar-benar wanita; tetapi juga merasa

berbeda (merasa sebagai laki-laki), merasa identik sebagai wanita sekaligus tidak

identik, merasa takut dan bimbang; tetapi merasa aman-terlindungi karena bisa

memiliki obyek cintanya serta bisa melakukan relasi seks, ada unsur sadism yang

berbarengan dengan masochisme, merasa asing sekaligus merasa intim dengan obyek

cintanya. Tidaklah mengherankan, kiranya bahwa karena adanya elemen-elemen

afeksi yang saling bertentangan itu, yaitu ada keinginan-keinginan untuk menolak dan

hasrat-hasrat untuk meraih, maka terjadilah bermacam-macam gangguan emosional.

Dan pada akhirnya akan menjurus pada gejala yang neurotis (Kartono, 2009: 270).

Kinsey (1948) menyadari bahwa lebih dari setengah abad yang lalu perilaku

seksual dan pengalaman yang muncul pada heteroseksual dan homoseksual


12

berkelanjutan dalam sebuah rangkaian yang jelas. Beberapa heteroseksual telah

terikat didalam perilaku homoseksual atau pengalaman ketertarikan dengan sesama

jenis, seperti kebanyakan gay dan lesbian yang pernah mempunyai pengalaman

dengan lawan jenis dan beberapa individu menjadi bingung atau tidak yakin tentang

orientasi seksualnya. Karena stigma homoseksualitas, orang tersebut mungkin

mengalami kecemasan karena di cap sebagai gay atau lesbian, yang mereka

wujudkan dalam permusuhan atau agresi terang-terangan terhadap orang-orang

homoseksual. (Herek, 2000: 3)

Gelora nafsu homoseksual itu sering timbul pada anak gadis pada usia puber,

menurut analisa psikologi. Hal ini ini dimulai dengan fantasi cinta heteroseksual yang

penuh nafsu, namun selalu mengalami kegagalan, sehingga nafsu-nafsu seksualnya

tidak terpuaskan. Fantasi-fantasi itu berlangsung secara terus menerus, akan tetapi

kemudian berubah memanifestasikan diri dalam dua gejala, yaitu (Kartono, 2009:

270) :

- Pertama : harapan pasif untuk dicintai, kemudian dirubah menjadi bentuk

keinginan-keinginan yang aktif untuk mencintai.

- Kedua : untuk pengganti dari pasangan sebagai obyek cinta yang pasif, lalu ia

mengidentifikasikan diri sebagai subjek aktif, tokoh seorang pria. Dalam

khayalan idenya, ia kini menjadi laki-laki. Lalu ia memilih seorang gadis atau

seorang wanita menjadi obyek cintanya.

Pemuasan seksual pada pasangan lesbian itu melalui mulut dan alat kelamin

bagian luar. Menurut psikoanalisa hal ini ada sangkut pautnya dengan pemuasan
13

seksual yang merangsang zona mulut (oral) yaitu pemuasan dorongan menyusu pada

bayi yang terulang kembali pada relasi homoseksual pada usia dewasa, yang bisa

menyebabkan timbulnya abnormalitas psikis dan neurotis. Pelaksanaan pemuasan

seksual diantara pasangan lesbian ini antara lain adalah dengan cara: saling memeluk

mesra, berdekap-dekapan, menyusu putting partner masing-masing, melakukan

mastrubasi anal dan mastrubasi genital, saling membelai dan mencium, terkadang

mereka menggunakan semacam celana atau sabuk yang berpenis, lalu mereka

berganti peran memainkan peran sebagai lelaki (Kartono, 2009: 271).

Dipandang dari bentuk dan isinya, homoseksualitas wanita itu merupakan

kelanjutan daripada pengalaman-pengalaman biseksual masa pubertas; yaitu

peningkatan atau intensifikasi daripada pengalaman-pengalaman pubertas, pada usia

dewasa.

2.1.2. Jenis-jenis Lesbian

Kartono (2009: 263) membagi dua kelompok lesbian, yaitu :

a. Kelompok Pertama

- Kelompok perempuan yang memiliki banyak ciri kelaki-lakian, baik dati

susunan jasmani dan perilakunya, maupun pada pemilihan objek erotisnya.

Biasanya tipe ini memiliki bentuk tubuh lelaki pada umumnya.

- Kelompok perempuan yang memiliki bentuk tubuh sempurna wanita.

Namun memiliki beberapa bagian yang mirip dengan pria, misalnya dari
14

pita suara yang berat seperti laki-laki, pertumbuhan rambut dan bulu yang

panjang, tumbuhnya kumis dan jenggot, tidak memiliki buah dada, dll.

b. Kelompok Kedua

Adalah dari para wanita homoseks yang tidak memiliki tanda-tanda kelainan

fisik. Jadi mereka memiliki tubuh sempurna wanita. Penyebabnya

dikarenakan dari faktor psikhogin. Hal ini dijelaskan sebagai berikut:

Masa pubertas merupakan faktor terpenting bagi pemastian seksualitas

seorang wanita; yaitu gadis puber ini akan menjadi wanita dewasa yang

homoseksual atau heteroseksual (mencintai seks dari lain jenis). Adanya

gejala-gejala biseksual pada usia remaja itu bisa menyebabkan individu

menjadi homoseksual di masa dewasa. Penyebabnya adalah sebagai

berikut: objek-objek seksual itu tidak selalu berwujud seorang pria saja,

akan tetapi bisa juga berwujud seorang wanita. Misalnya saja dalam wujud

kecintaan seorang anak gadis yang ditunjukan kepada seorang teman

wanita. Maka dalam periode biseksual (yaitu periode mencintai seorang

kawan pria dan sekaligus mencintai seorang kawan putri pada usia puber)

itu sering terdapat gejala kelaki-lakian/kejantanan pada diri seorang gadis,

yang diperkuat oleh faktor-faktor psikhis. Faktor-faktor psikhis ini antara

lain berwujud : identifikasi yang terlalu ketat terhadap ayah, dorongan

kompulsif untuk mengimitir kakak laki-laki, ketakutan pada

heteroseksualitas, dan sebagainya.


15

Homoseksual yang muncul di usia dewasa itu pada umumnya merupakan

kelanjutan daripada gejala gejala di masa pubertas yang disebabkan oleh

ketidakmampuan diri wanita tersebut untuk mengubah kecenderungan biseksual

menjadi kecenderungan yang heteroseksual (Kartono, 2009: 264).

Selain itu ada lagi type wanita homoseksual yang memiliki bakat biseksualitas

yang besar. Pada umumnya, wanita type ini mempunyai minat cukup besar terhadap

interesse dari kaum pria. Mereka juga suka memilih profesi yang biasanya dijabat

oleh kaum laki-laki. Ciri-ciri kejantanannya sangat menonjol, dan biasanya mereka

memiliki kehidupan perasaan yang bersifat jantan pula. Akan tetapi type wanita ini

cenderung untuk selalu memilih obyek-seksuilnya seorang wanita. Para wanita ini,

proses homoseksualitasnya lebih banyak bersifat biologis (Kartono, 2009: 265).

Jenis homoseksualitas lain yang memiliki kecenderungan-kecenderungan

kejantanan yang disebabkan oleh pengaruh-pengaruh psikologis, contohnya

dipaparkan sebagai berikut (Kartono, 2009: 265) :

Ada seorang wanita yang memiliki tubuh normal wanita. Akan tetapi ia lebih
suka memakai pakaian laki-laki. Dan secara terbuka ia menjalankan kegiatan
homoseksualitas. Jelasnya, ia adalah lesbian. Hanya suaranya saja yang mirip
dengan suara laki-laki. Oleh karena sudah sejak usia sangat muda ia memiliki
suara yang berat besar, maka tumbuhlah anggapan pada diri sendiri, bahwa ia itu
seharusnya menjadi seorang laki-laki, dan bukan jadi seorang perempuan seperti
sekarang ini. Dikemudian hari, setelah terjelang masa puber dan usia dewasa,
timbulah ide-ide yang salah bahwa tidak ada seorang pemuda pun yang
mencintai dirinya, karena ia memiliki suara seperti seorang pria. Lebih-lebih oleh
pengalaman sehari-hari yang dirasakan cukup pahit, karena ia sering diolok-olok
disebabkan oleh suaranya yang berat-serak, lalu ia mendepresiir (menilai rendah)
sifat-sifat dan ciri kewanitaannya. Ia kemudian berusaha melenyapkan semua
16

sifat kewanitaannya, dan bertekad bulat menjadi seorang laki-laki. Dengan begitu,
homoseksualitasnya itu tidak disebabkan oleh adanya kelainan organis pada
dirinya, akan tetapi ditimbulkan oleh faktor psikologis. Dalam hal ini kebutuhan
emosional pada gadis/wanita tadi untuk mencintai dan dicintai, serta untuk
mengatasi perasaan-perasaan inferioritasnya sebagai seorang wanita. Sehingga ia
berusaha dengan segenap daya dan upaya untuk menonjolkan tendens kelaki-
lakiannya, lalu memilih obyek cintanya seorang wanita.

2.1.3. Faktor-faktor Penyebab Lesbian

Supratiknya (1995: 96) mengungkapkan beberapa faktor yang dapat

menyebabkan individu menjadi lesbian adalah :

a. Kekurangan hormon kewanitaan pada saat masa pertumbuhan.

b. Mendapatkan pengalaman homoseksual yang menyenangkan pada saat masa

remaja atau setelahnya.

c. Memandang perilaku heteroseksual sebagai sesuatu yang menakutkan atau

tidak menyenangkan.

d. Dibesarkan di tengah keluarga di mana ayah dominan sedangkan ibu lemah,

atau tidak ada.

Menurut Kartono, (2006: 248) penyebab individu menjadi bagian kaum lesbian

dikarenakan beberapa hal sebagai berikut :

a. Faktor hereditas

Adanya ketidakseimbangan hormon-hormon seks dalam tubuh.

b. Pengaruh lingkungan
17

Pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan

seksual yang normal, misalnya pola asuh dan lingkungan terdekat yang

mempengaruhi individu untuk merangsang munculnya perilaku homoseksual.

c. Pengalaman traumatis

Adanya pengalaman buruk di masa lalu yang terus melekat dalam benaknya

sehingga menimbulkan kebencian tertentu.

d. Mencari kepuasan relasi homoseksual

Individu mencari kepuasan homoseksual dikarenakan dirinya pernah

menghayati pengalaman homoseksual yang menggairahkan dan berkesan pada

masa remaja.

Tan (2005: 56), mengungkapkan beberapa penyebab menjadi lesbian adalah

sebagai berikut:

a. Pengaruh keadaan keluarga

Hubungan antara ayah dan ibu yang sering cekcok. Antara orang tua dan

dengan anak-anak yang tidak harmonis atau bermasalah. Juga ibu yang terlalu

dominan di dalam hubungan keluarga (sehingga meminimalis peran ayah).

b. Pengalaman seksual buruk pada masa kanak-kanak

Pelecehan seksual dan kekerasan yang dialami seorang perempuan pada masa

kanak-kanak bisa menyebabkan anak tersebut menjadi seorang lesbian pada

waktu dewasanya.

c. Pengaruh lingkungan
18

Pengaruh lingkungan yang buruk dapat mempengaruhi seseorang untuk

bertingkah laku seperti orang-orang dimana dia berada.

Homoseksual wanita (lesbianisme) itu banyak disebabkan oleh faktor-faktor

eksogen atau lingkungan. Baik terhadap homoseksual maupun lesbianisme, orang

tidak bisa berbuat banyak untuk kesembuhannya (Kartono, 2009: 250).

2.2. Pemilihan Orientasi Seksual

Menurut Kartono (2006: 249), pada usia pubertas bisa muncul kecenderungan

biseksual yaitu untuk mencintai sesama jenisnya maupun lawan jenisnya. Namun

dalam proses menuju dewasa kecenderungan ini bisa berubah, perubahannya dapat

menjadi individu yang homoseksual ataupun heteroseksual.

Biseksualitas pada remaja akan berkembang menjadi heteroseksual pada proses

perkembangan anak remaja yang normal. Namun, prosesnya akan menjadi abnormal

jika disebabkan oleh faktor-faktor eksogin atau endogen tertentu. Biseksual itu akan

berkembang menjadi homoseksual, yang objek erotiknya adalah benar-benar seorang

wanita (Kartono, 2006: 249).

Cinta wanita lesbian sangat mendalam, dan lebih hebat daripada cinta

heteroseksual dan cinta homoseksual daripada cinta homoseksual pada pria. Pada

relasi lesbian tersebut sering tidak diperoleh kepuasan seksual yang wajar (Kartono,

2009: 250).
19

Biasanya, peristiwa prevensi heteroseksual berupa lesbianisme itu akan

mengarah pada bentuk yang patologis. Gejala pervensi tadi antara lain disebabkan

karena (Kartono, 2006: 250) :

1). Wanita yang bersangkutan terlalu mudah menjadi jenuh dalam relasi

heteroseksual dengan suaminya atau seorang pria.

2). Ia tidak pernah merasakan orgasme.

Bisa juga disebabkan oleh pengalaman traumatis dari wanita yang bersangkutan

dengan seorang pria atau suami yang kejam, sehingga timbul rasa benci dan antipati

terhadap setiap lelaki. Lalu ia lebih suka melakukan relasi seks dan hidup bercinta

dengan seorang wanita lain. Jadi relasi heteroseksual tersebut tidak bisa membuat

pribadi wanita tadi menjadi bahagia; sehingga dia ingin melakukan relasi seks dengan

seorang wanita sebagai kompensasi dari rasa tidak bahagia. Ringkasnya,

homoseksualitas pada laki-laki dan lesbianisme (homoseksualitas wanita) itu banyak

distimulir oleh faktor-faktor eksogin atau faktor lingkungan (Kartono, 2006: 250).
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Desain Penelitian

Metode penelitian memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu penelitian.

Prosedur pelaksanaan suatu penelitian harus didasari dengan metode penelitian ilmiah

agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya dan diterima

secara objektif.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena memiliki makna penelitian

tersendiri dan hasil yang tidak dapat diungkapkan melalui angka-angka tetapi

memerlukan pendekatan kepada subjek untuk mencapai hasil yang ingin diungkapkan

peneliti. Bogdan dan Taylor (dalam Nurastuti, 2007: 90) mendefinisikan metode

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan kualitatif lebih menekankan kepada analisisnya pada proses

penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan

antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah (Azwar, 2012: 5).

Alasan menggunakan metode kualitatif yaitu karena dalam penelitian ini tidak

berusaha untuk memanipulasi setting penelitian. Data dikumpulkan dari latar yang

alami (natural setting) sebagai sumber data langsung. Selain itu, permasalahan yang

20
21

akan dibahas tidak berkenaan dengan angka-angka seperti pada penelitian eksperimen

maupun kuantitatif, melainkan melakukan studi secara mendalam terhadap suatu

fenomena dengan mendeskripsikan masalah secara terperinci dan jelas berdasarkan

data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian. Adapun masalah yang diambil

dalam penelitian ini adalah faktor-faktor pemilihan orientasi seksual pada lesbian,

dengan tujuan mendeskripsikan faktor-faktor orientasi seksual yang berkaitan dengan

kriteria, penyebab, dan mengapa ia memilih menjadi seorang lesbian. Oleh karena itu,

penelitian kualitatif ini diarahkan pada latar dan karakteristik individu tersebut secara

menyeluruh sehingga individu atau organisasi dipandang sebagai bagian dari suatu

keutuhan, bukan dikategorisasikan ke dalam variabel atau hipotesis. Hasil penelitian

diarahkan dan ditekankan pada upaya memberi gambaran seobyektif dan sedetail

mungkin tentang keadaan yang sebenarnya dari objek studi.

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus (case study). Studi kasus itu

sendiri menurut Poerwandari (2007: 65) merupakan fenomena khusus yang hadir

dalam suatu konteks yang terbatasi (bounded context), meski batas-batas antara

fenomena dan konteks tidak sepenuhnya tidak jelas. Kasusnya dapat berupa kasus

individu, peran, kelompok kecil, organisasi komunitas, atau bahkan suatu bangsa.

Penelitian ini menggunakan studi kasus karena peneliti berupaya menelaah sebanyak

mungkin data mengenai subjek yang diteliti dan menguraikan suatu kasus secara

terinci.
22

Yin (2004: 46) menjelaskan empat desain studi kasus, yaitu (1) desain kasus

tunggal holistik, (2) desain kasus tunggal terjalin (embedded), (3) desain kasus

multikasus holistik, dan (4) desain multikasus terjalin. Yin (2004: 47-49) menjelaskan

bahwa studi kasus tunggal merupakan suatu desain yang cocok untuk beberapa

keadaan. Pertama, kasus yang diteliti menyatakan kasus penting dalam menguji suatu

teori yang telah disusun dengan baik. Kedua, kasus tersebut menyajikan suatu kasus

ekstrem atau unik, dimana suatu luka atau kelainan spesifik demikian langka

sehingga kasus tunggal cukup berharga untuk didokumentasikan dan dianalisis.

Ketiga, kasus penyingkapan itu sendiri atau berkaitan dengan tujuan penyingkapan itu

sendiri. Situasi ini muncul manakala peneliti mempunyai kesempatan untuk

mengamati dan menganalisis suatu fenomena yang tak mengizinkan penelitian

ilmiah. Studi kasus tunggal holistik merupakan desain yang digunakan jika studi

kasus hanya mengkaji sifat umum program yang bersangkutan. Studi kasus tunggal

terjalin merupakan desain yang digunakan bilamana di dalam kasus tunggal,

perhatian diberikan kepada satu atau beberapa subunit analisis.

Ringkasan dari paparan diatas, yakni penelitian ini merupakan penelitian

kualitatif dengan menggunakan desain penelitian studi kasus tunggal holistik. Adapun

kasus yang akan dikaji dalam penelitian ini yakni kasus mengenai wanita lesbian,

memberikan gambaran mengenai latar belakang, hal-hal yang menyebabkan dan

mempengaruhi seorang wanita memilih orientasi seksual lesbian dalam setting latar

yang ilmiah dan dilihat dari sudut pandang subjek itu sendiri. Gejala khusus yang
23

hendak dikaji akan digali dalam situasi dimana subjek mengalami pengalaman

tersebut sehingga subjek dapat menggambarkan seperti yang sebenarnya terjadi.

3.2. Unit Analisis

Moleong (2005: 225) mengungkapkan penetapan sampel, besarnya dan strategi

sampling bergantung pada penetapan satuan kajian (unit analisis). Adapun pengertian

dari unit analisis adalah informasi yang ingin digali berdasarkan konteks penelitian

dan fokus kajian yang telah ditentukan (Moleong, 2005: 225).

Sehubungan dengan penjelasan mengenai karakteristik unit analisis, Moleong

(2005: 224) menjelaskan bahwa:

Sampling digunakan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari


pelbagai macam sumber dan bangunannya (constructions). Dengan demikian
tujuannya bukanlah memusatkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah
untuk merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik.
Maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi
dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian
kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample).

Berkenaan dengan hal tersebut, selain sampling juga terdapat adanya satuan

kajian dimana mengenai satuan kajian tersebut, Moleong (2005: 225) menjelaskan

bahwa:

Satuan kajian biasanya ditetapkan juga dalam rancangan penelitian.


Keputusan tentang penentuan sampel, besarnya dan strategi sampling pada
dasarnya bergantung pada penetapan satuan kajian. Kadang-kadang satuan
kajian itu bersifat perseorangan seperti siswa, klien, pasien yang menjadi
satuan kajian. Bila seseorang itu sudah ditetapkan sebagai satuan kajian, maka
pengumpulan data dipusatkan di sekitarnya. Yang dikumpulkan ialah apa
24

yang terjadi dalam kegiatannya, apa yang mempengaruhinya, bagaimana


sikapnya dan semacamnya.

Pada penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah faktor-faktor pemilihan

orientasi seksual pada lesbian. Sedangkan yang menjadi sub unit analisis adalah

pelaku lesbian yang merupakan subjek dalam penelitian sebagai informan utama,

teman subjek sebagai informan pendukung. Melalui sub unit analisis tersebut akan

digali berbagai informasi yang berkaitan dengan orientasi seksual lesbian. Hal

tersebut berupa faktor yang mempengaruhi bagaimana kriteria, penyebab, dan

mengapa ia memilih menjadi lesbian. Adapun tabel unit analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Unit Analisis Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Seksual pada Lesbian

Sumber Informasi
Informan Informan
Unit
Sub Unit Analisis Utama Pendukung
Analisis
(Pelaku (Teman
Lesbian) Subjek)
Penyebab:
- Faktor-faktor pendorong
penyebab menjadi lesbian V V
 Biologis
 Psikologis
Relasi dengan pasangan
Faktor-
homoseksual:
faktor
1. pembagian peran dalam
Pemilihan
berhubungan V
Orientasi
2.ada/tidakya hubungan
Seksual
segitiga V
3.emosi yang kontradiktif V

4.pemuasan seksual V
Pengelolaan hubungan sosial :
1. interaksi sosial dalam
25

keluarga V V
2. interaksi sosial dalam
masyarakat V V

3. interaksi sosial dengan V


sesama pelaku lesbian

3.3. Narasumber Penelitian

Cara pemilihan narasumber dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sample. Hal tersebut sesuai dengan Moleong (2005: 224) yang mengatakan bahwa

pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive

sample).

Berdasarkan pada fokus kajian penelitian yaitu faktor-faktor orientasi lesbian,

maka responden sebagai narasumber yang diambil dalam penelitian ini adalah pelaku

lesbian yang memiliki karakteristik dan pertimbangan tertentu mengingat tidak semua

pelaku lesbian yang bersedia dan senang kehidupannya diekspos untuk dijadikan

bahan penelitian. Penelitian dilakukan terhadap dua orang pelaku lesbian yang

memiliki karakteristik tertentu yaitu lesbian yang pernah menjalin hubungan

(berpacaran) dengan lelaki. Alasan pengambilan narasumber berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu yang telah disesuaikan dengan tema penelitian

dimana responden merupakan mahasiswi pada sebuah perguruan tinggi di Semarang

yang pernah menjalin hubungan dengan lelaki.

Subjek yang pertama bernama SS. Ia berusia 21 tahun dan saat ini sedang

menempuh pendidikan S-1 di salah satu Universitas Swasta di kota Semarang.


26

Perannya dalam berhubungan dengan kekasih perempuannya adalah sebagai femme.

Saat ini ia sudah 3 kali berganti kekasih perempuan.

Subjek yang kedua bernama AR. Ia berusia 23 tahun. Saat ini menjadi mahasiswi

di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Kota Semarang. Dalam hubungan

percintaannya dengan kekasih perempuannya, ia berperan menjadi butchi atau lesbian

laki-laki.

Pemilihan responden dilakukan dengan cara menggunakan studi pendahuluan

terhadap pelaku lesbian di Semarang, kemudian memilih responden sesuai dengan

kriteria yang merupakan pelaku homoseksual (lesbian). Informasi atau data yang

diperoleh juga berasal dari informan yang dapat memberikan informasi seputar fokus

kajian penelitian yang berhubungan dengan responden penelitian. Informan yang

dapat diambil informasinya sebagai data pendukung sesuai dengan kondisi subyek

yang sebenarnya adalah individu yang memiliki hubungan kedekatan serta mengenal

dekat subyek.

Informan pertama bernama OS, OS adalah teman dekat SB semenjak duduk di

bangku SMP. Tetapi mereka berpisah di SMA dan baru bertemu lagi setelah kuliah di

Semarang. Walaupun mereka tidak satu Universitas, tetapi mereka masih sering

bertemu dan bermain bersama. Diharapkan dengan kedekatan mereka OS dapat

memberikan informasi yang lengkap dan mendalam.


27

Informan kedua bernama EM. EM adalah teman satu kos AA, walaupun AA dan

EM tidak satu kamar, tetapi AA kerap bercerita mengenai masalah pribadinya dengan

EM. EM lebih muda 4 semester dibawah AA. EM diharapkan dapat memberikan

informasi dan data yang lengkap mengenai AA.

3.4. Metode dan Alat Pengumpul Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan

metode observasi dan wawancara. Sebagai tehnik dan pengumpulan data pelengkap,

dilakukan penggunaan alat tes psikologi. Alat tes psikologi yang digunakan berupa

tes grafis, berupa DAP (Draw a Person), BAUM, dan HTP (House Tree Person).

Alat tes psikologi digunakan dalam penelitian dimaksudkan untuk mengetahui

bagaimana tipe kepribadian subjek yang secara tidak langsung mempengaruhi

perilakunya, terutama yang berkaitan dengan pemilihan orientasi seksual.

3.4.1. Wawancara

Moleong (2005: 186) menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Pendapat lain diutarakan oleh Hadi (dalam Rahayu dan Ardhani dan

Ardani, 2004: 63) yang mengemukakan pengertian wawancara sebagai sebuah

metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan

sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Sepihak yang dimaksud

menerangkan perbedaan tingkat kepentingan antara kedua belah pihak. Wawancara

berupa percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu.
28

Percakapan dilakukan oleh kedua pihak yakni pewawancara (interviewer) dan yang

diwawancarai (interviewee).

Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

terbuka atau wawancara semi terstruktur. Wawancara terbuka dilakukan agar subjek

penelitian mengetahui maksud dan tujuan mereka diwawancarai, serta secara

sukarela tanpa paksaan menyetujui pelaksaan wawancara. Wawancara semi

terstruktur menggunakan seperangkat pertanyaan yang telah baku (terstruktur)

namun tidak menutup kemungkinan pertanyaan disesuaikan dengan kondisi maupun

situasi subjek. Peneliti juga menggunakan alat bantu recorder, pena, dan kertas

untuk memudahkan proses wawancara.

Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengungkap beberapa hal yang berkaitan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut :

a). Identitas subjek

1). Nama

2). Usia Saat Wawancara

3). Usia Awal Berpacaran dengan Laki-laki

4). Usia Awal Berpacaran dengan Sesama Perempuan

5). Alamat

6). Tinggal Bersama

7). Hobi
29

8). Pendidikan

b). 1. Riwayat Subjek

a. Masa Kecil

b. Masa Remaja

c. Masa Sekarang

d. Hubungan dengan Orangtua

e. Masalah yang Timbul

2. Persepsi Subjek Terhadap Situasi yang Dialami

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada subjek penelitian langsung atau

si pelaku lesbian sebagai narasumber primer penelitian. Sedangkan narasumber

sekunder yaitu berasal dari teman subjek digunakan sebagai cross check terhadap

data-data yang diperoleh dari subjek penelitian. Narasumber primer dalam penelitian

ini akan diambil sebanyak 2 orang, sedangkan narasumber sekunder ada 2 orang.

3.4.2. Observasi

Observasi digunakan untuk melengkapi instrumen utama pengambilan data.

Menurut Rahayu dan Tristiadi (2004: 1), observasi adalah pengamatan yang

bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga akan diperoleh

suatu pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi

atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Observasi yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan

mengenai setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang


30

yang terlibat dalam aktivitas tersebut, serta untuk mengetahui makna kejadian yang

akan dilihat dari perspektif individu-individu yang terlibat dalam kejadian yang

sedang diamati. Pendeskripsian mengenai kejadian-kejadian ini haruslah kuat, faktual

sekaligus teliti tanpa tercemari oleh berbagai hal yang tidak relevan dengan penelitian

yang dilakukan. Jadi, melalui observasi peneliti ingin mempelajari setting, aktivitas,

lingkungan dan perspektif kaum lesbian yang sebelumnya sudah pernah berpacaran

dengan laki-laki.

Terdapat beberapa alasan penggunaan observasi atau pengamatan dalam

penelitian kualitatif yaitu sebagai berikut (Guba dan Lincoln dalam Moleong 2005:

174):

a. Observasi didasarkan atas pengalaman secara langsung.

b. Observasi memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat

perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan yang sebenarnya.

c. Memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan

pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data.

d. Digunakan sebagai pelengkap wawancara karena terkadang terjadi keraguan atau

kekeliruan sehingga observasi dapat digunakan untuk mengecek hal tersebut.

e. Memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi yang rumit.

f. Dapat digunakan untuk kasus-kasus tertentu yang tidak dapat menggunakan

metode lain.

Observasi dilaksanakan ketika peneliti berinteraksi dengan narasumber, baik

sebelum wawancara, saat proses wawancara, setelah wawancara maupun waktu


31

khusus untuk mengamati keseharian narasumber di lokasi kegiatan. Penelitian ini

menggunakan jenis observasi non-partisipan dimana observer tidak turut ambil

bagian sepenuhnya dalam kehidupan observee (Rahayu dan Ardhani, 2004: 11).

Adapun observasi yang dilakukan terhadap subjek antara lain :

a). Kondisi Umum (penampilan fisik dan kondisi lingkungan tempat tinggal dan

lokasi kegiatan

b). Aktivitas narasumber (kegiatan dikampus, kegiatan ekstrakulikuler narasumber,

aktivitas sehari-hari diluar jam kampus)

c). Dinamika psikologis narasumber (karakter narasumber, kecenderungan perilaku

yang tampak atau kebiasaan responden, dan sikap yang ditampilkan responden

pada saat wawancara)

d). Interaksi sosial narasumber (hubungan responden dengan sesama teman

dikampus, dan hubungan responden dengan teman kos)

Alat observasi yang digunakan adalah catatan lapangan, dimana peneliti

mencatat secara deskriptif hal-hal yang dianggap penting saat observasi. Dalam hal

ini, peneliti bebas membuat catatan. Pencatatan tidak dilakukan langsung pada saat di

lapangan karena dapat mempengaruhi perilaku alamiah narasumber sehingga

pencatatan dilakukan segera mungkin setelah peneliti meninggalkan lapangan.

Bodgan dan Biklen dalam Moleong (2006: 209) mengartikan Catatan Lapangan

sebagai catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan

dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian
32

kualitatif. Penemuan pengetahuan ataupun teori harus didukung dengan data yang

kongkret dan bukan ditopang oleh yang berasal dari ingatan observer saja.

3.4.3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk mendukung dan menunjang tehnik wawancara

dan observasi dalam mengumpulkan data. Adapun dokumentasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berupa penggunaan alat tes psikologis berupa DAP

(Draw a Person),BAUM dan HTP (House Tree Person).

3.5. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan derajat kepercayaan data. Menurut Moleong (2005:

320-321), yang dimaksud dengan keabsahan data adalah setiap keadaan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut :

(1) Mendemonstrasikan nilai yang benar.

(2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan.

(3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari

prosedur dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

Dalam penelitian kualitatif, untuk menetapkan keabsahan data diperlukan kriteria

dan teknik pemeriksaan. Adapun kriteria dan teknik pemeriksaan keabsahan data

sebagai berikut (Moleong, 2005: 327) :

Tabel 3.2 Kriteria dan Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


33

Kriteria Teknik Pemeriksaan


Kredibilitas (derajat kepercayaan) 1. Perpanjangan keikutsertaan
2. Ketekunan pengamatan
3. Triangulasi
4. Pengecekan sejawat
5. Kecukupan referensial
6. Kajian kasus negatif
7. Pengecekan anggota
Keteralihan 8. Uraian rinci
Kebergantungan 9. Audit kebergantungan
Kepastian 10. Audit kepastian

Berdasarkan teknik-teknik pemeriksaan keabsahan data tersebut, penelitian ini

hanya menggunakan teknik ketekunan pengamatan di lapangan dan teknik

triangulasi. Menurut Moleong (2005: 329), ketekunan pengamatan bermaksud

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan

persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal

tersebut secara rinci.

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu (Rahayu dan Ardhani, 2004: 142). Peneliti

membandingkan dengan data-data yang diperoleh melalui narasumber dan informan

dalam triangulasi tersebut. Moleong, (2005: 330) menjelaskan bahwa triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di

luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Patton (dalam Moleong, 2005: 330) menyatakan bahwa triangulasi dengan sumber
34

berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif.

Peneliti berusaha untuk tekun selama melakukan pengamatan di lapangan. Hal ini

dilakukan untuk memastikan keabsahan data yang diperoleh. Data yang diperoleh

peneliti melalui wawancara dan observasi pada SB dan AA akan di crosschek dengan

data-data yang diperoleh dari kedua informan, OS, EM. Hal tersebut sebagai

pembanding data yang diperoleh dari SB dan AA dengan menggunakan sesuatu yang

lain di luar data itu. Pengecekan dilakukan untuk menghindari adanya bias dan

kesalahan dalam menginterpretasikan data yang diperoleh.

Pembanding data yang digunakan diharapkan dapat memperkuat keabsahan data

yang diperoleh selama proses penelitian berlangsung. Peneliti menggunakan informan

OS dan EM dikarenakan keduanya memiliki hubungan dan kedekatan dengan SB dan

AA. OS dan EM diharapkan dapat menjadi pembanding data yang tepat untuk setiap

informasi yang diperoleh dari SB dan AA. Hal-hal yang akan di-crosscheck kepada

kedua informan sesuai dengan unit analisis penelitian ini.

3.6. Metode Analisis Data

Apabila data yang diperoleh di lapangan sudah terkumpul, maka dilakukan

analisis data. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

diperoleh dalam penelitian yang meliputi wawancara yang dilakukan dengan subjek,

pengamatan atau observasi, serta hasil rekaman dari wawancara yang telah dilakukan.
35

Menurut Sugiyono (2012: 89), analisis data adalah proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan

dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan

ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami

oleh diri sendiri maupun orang lain.

Peneliti melakukan analisis data pada saat pengumpulan data berlangsung serta

setelah pengumpulan data pada periode tertentu. data yang diperoleh dalam penelitian

seperti hasil wawancara dan observasi yang dianalisis. Sugiyono (2012: 91)

mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data

display, dan conclusion drawing / verification.

a. Data Reduction atau reduksi data

Data yang diperoleh di lapangan seperti hasil dari wawancara dan observasi yang

jumlahnya cukup banyak, perlu dicatat secara rinci dan teliti. Menurut Sugiyono

(2012: 92), mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Peneliti

melakukan reduksi data untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas serta

mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya (apabila diperlukan).

Reduksi data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan merangkum dan memilih

hal-hal yang penting dari hasil observasi dan wawancara sehngga dapat menjawab

rumusan masalah.

b. Data Display atau penyajian data


36

Langkah selanjutnya setelah melakukan reduksi data adalah melakukan penyajian

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian

singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono, 2012:

95). Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif seperti halnya yang digunakan oleh peneliti. Apabila

peneliti melakukan penyajian data, maka akan mempermudah untuk memahami apa

yang terjadi serta merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

diahami tersebut.

c. Conclusion Drawing/Verification

Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam menganalisis data adalah melakukan

conclusion drawing/verification atau penarikan kesimpulan dan verifikasi.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada (Sugiyono, 2012: 99). Hasil temuan yang ditemukan

oleh peneliti dapat berupa gambaran dari suatu objek yang sebelumnya masih belum

jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.


BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Proses Penelitian

Observasi awal terhadap subyek sebagai narasumber dalam penelitian dilakukan

terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian. Observasi awal dilakukan untuk

mengetahui lebih jelas gambaran kondisi subyek sehingga akan lebih memudahkan

proses pelaksanaan penelitian. Hal ini dilakukan juga sebagai bentuk pendekatan dan

penyesuaian sejak awal terhadap subyek agar terbina hubungan yang baik selama

penelitian berlangsung.

Observasi dan identifikasi awal dilakukan dengan diawali pernyataan

ketersediaan sebagai subjek penelitian, hal ini diperlukan untuk membangun

kepercayaan yang kuat oleh subyek terhadap peneliti.

Peneliti melakukan pengamatan, dan wawancara awal yang dilakukan selama

observasi awal. Kegiatan tersebut dilakukan terhadap subyek dan sejumlah informan

pendukung untuk memperoleh data-data informasi penelitian. Awalnya peneliti

mengalami kesulitan dalam memperoleh data dalam penelitian. Selain itu berbagai

kesibukan yang dimiliki subyek menjadi kesulitan bagi peneliti untuk melakukan

interaksi selama penelitian berlangsung.

Berdasarkan pertimbangan dan informasi yang diperoleh melalui observasi awal

maka dipilih SB dan AA sebagai subyek utama dalam penelitian. Subyek SB

37
38

merupakan seorang mahasiswi jurusan Sistem Informasi di salah satu Universitas

Swasta di Semarang yang digali informasinya sehubungan dengan tema penelitian.

Pada penelitian ini juga diperoleh informasi data dari subyek sekunder/informan yaitu

OS yang nantinya akan sangat membantu dalam proses pengolahan data. Peneliti

menggunakan satu orang informan untuk melakukan pengecekan pada data yang

diperoleh dari SB. Subyek kedua adalah AA seorang mahasiswi semester 10 di salah

satu Universitas Negeri di Semarang. Dan peneliti menggunakan satu orang informan

yaitu EM untuk melakukan pengecekan pada data yang diperoleh dari AA.

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mendukung penelitian adalah

wawancara dan observasi. Sebagai teknik pengumpulan data pelengkap, dilakukan

perekaman dan juga alat tes psikologi. Penggunaan metode tersebut diharapkan dapat

merinci fenomena yang diteliti. Alat yang digunakan untuk merekam proses

wawancara melalui media telepon genggam peneliti. Tidak terdapat kendala yang

begitu berarti menyangkut penggunaan alat perekam saat proses wawancara. Pada

penelitian ini juga digunakan alat tes psikologi berupa tes grafis. Alat tes grafis yang

digunakan berupa DAP (Draw A Person), BAUM, dan HTP (House Tree Person).

Alat tes psikologi digunakan dalam penelitian dimaksudkan untuk mengetahui

bagaimana tipe kepribadian subyek secara umum yang secara tidak langsung

mempengaruhi perilakunya, terutama yang berkaitan dengan pemilihan orientasi

seksual subjek.

Pelaksanaan wawancara mendalam dan observasi yang intens berlangsung pada

bulan Desember 2013 dan Maret 2014. Proses wawancara terhadap subyek dilakukan
39

beberapa kali pertemuan agar diperoleh lebih banyak informasi dan dan lebih

mendalam. Wawancara dengan subyek pertama SB berlangsung pada hari Jumat, 27

Desember 2013 dan 12 Maret 2014. Wawancara dengan subyek kedua AA

berlangsung pada hari Rabu, 25 Desember 2013 dan 13 Maret 2014. Selain itu,

peneliti juga melakukan pengecekan data melalui masing-masing satu orang informan

yang merupakan teman terdekat subyek. Wawancara dengan informan pertama OS

berlangsung pada hari Rabu, 26 Maret 2014. Wawancara dengan informan kedua EM

berlangsung pada hari Jumat, 21 Maret 2014.

Secara keseluruhan proses wawancara dengan subyek berjalan dengan baik walau

ada beberapa penghambat proses tersebut berlangsung. Beberapa hal yang menjadi

penghambat antara lain:

(1) Beberapa kali subyek mendapat telepon atau sms yang terkadang sedikit

mengganggu proses wawancara.

(2) Subyek memiliki aktivitas yang cukup menyita waktunya, subyek pertama sedang

disibukkan dengan kegiatannya menyelesaikan skripsi, bahkan setelah lulus

subjek sibuk mencari pekerjaan. Lalu subyek yang kedua sedang sibuk melakukan

penelitian skripsinya. Praktis waktu untuk melakukan wawancara juga terbatas.

4.2. Identitas Subjek dan Informan

4.2.1. Keterangan Identitas


40

Penelitian ini melibatkan berbagai pihak yang mempunyai peranan penting untuk

mendukung penelitian ini, agar mendapatkan hasil yang baik. Berbagai data informasi

diperoleh melalui subjek utama dan informan penelitian. Berikut ini merupakan

identitas dari subjek primer dan subjek sekunder/informan :

(1) Subyek Primer Pertama

Nama : SB

Kode :A

Usia : 23 tahun

Pekerjaan : Mahasiswi

Domisili : Semarang

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

(2) Subyek Primer Kedua

Nama : AA

Kode :B

Usia : 26 tahun

Pekerjaan : Mahasiswi

Domisili : Semarang

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

(3) Informan Pertama

Nama : OS
41

Kode :C

Usia : 24 tahun

Pekerjaan : Mahasiswi

Domisili : Semarang

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

(4) Informan Kedua

Nama : EM

Kode :D

Usia : 20 tahun

Pekerjaan : Mahasiswi

Domisili : Semarang

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Informasi yang diperoleh peneliti dari SB dan AA akan di crosscheck dengan

informasi dari OS dan EM. Hal tersebut dilakukan untuk memenuhi syarat keabsahan

data penelitian yang diperoleh.

4.2.2. Keterangan Koding

Setelah data diperoleh maka tahap selanjutnya yang dikerjakan adalah analisis

data. Tahap analisis data pada penelitian kualitatif memerlukan beberapa tahap

pengolahan. Tahap pertama sebelum melakukan analisis data adalah melakukan


42

koding dengan membubuhkan kode-kode pada data yang diperoleh. Hal ini bertujuan

untuk mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga

data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari. Tahap selanjutnya

yaitu mempelajari data dan menandai kata-kata kunci serta gagasan yang ada dalam

data, menemukan tema-tema yang berasal dari data, kemudian melakukan penafsiran

data yaitu berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,

mencari dan menemukan pola-pola hubungan serta membuat temuan-temuan umum.

Penguat data diperoleh dari pernyataan subyek. Sesekali subyek menggunakan

bahasa Indonesia yang baku namun tidak jarang subyek juga menggunakan bahasa

atau istilah-istilah pergaulan dan bahasa jawa daerahnya. Istilah-istilah tersebut

diketik dengan cetak miring untuk membantu mempermudah dalam membedakan

istilah bahasa. Adapun kode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

(1) Kode A : data subyek satu

(2) Kode A1 : wawancara pertama dengan subyek satu

(3) Kode A2 : wawancara kedua dengan subyek satu

(4) Kode B : data subyek dua

(5) Kode B1 : wawancara pertama dengan subyek dua

(6) Kode B2 : wawancara kedua dengan subyek dua

(7) Kode C : data informan dari subyek satu

(8) Kode C1 : wawancara dengan informan dari subyek satu

(9) Kode D : data informan dari subyek dua

(10) Kode D1 : wawancara dengan informan dari subyek dua


43

(11) Kode W : pertanyaan

(12) Kode W1 : pertanyaan pertama

(13) Kode W2 : pertanyaan kedua…dst

(14) Kode O : observasi

(15) Kode enam digit angka menunjukkan tanggal pelaksanaan wawancara.

Berikut ini adalah uraian temuan-temuan yang diperoleh mulai dari proses

penelitian sampai dengan data hasil penelitian dari masing-masing kasus, baik dari

hasil wawancara, dan observasi, maupun tes grafis.

4.3. Temuan Penelitian

4.3.1. Pemilihan Orientasi Seksual pada Subjek Satu

4.3.1.1. Latar Belakang Subjek

Sehari-hari ibu SB jarang dirumah karena bekerja hingga malam. SB menilai

keluarganya saat ini harmonis dan baik-baik saja, tidak seperti masa kecil SB,

keluarganya kurang bahagia karena tidak memiliki uang.

….tapi mamaku….. jarang dirumah. Paling kalo malem. Soalnya dia kerja
sampe sore. (A2-W40:120314)

4.3.1.2. Faktor-Faktor Penyebab Pendorong Menjadi Lesbian

Awal mula SB menjadi lesbian karena dekat dengan R. SB memilih menjadi

lesbian karena SB merasa lebih nyaman dengan wanita. SB merasa wanita lebih

pengertian. Dan jika berpacaran dengan lelaki SB merasa was-was takut hamil,

seperti yang terjadi pada tahun 2012 SB mempunyai pengalaman hamil sampai usia 2
44

bulan dengan lelaki bernama X yang bukan kekasihnya, lalu SB gugurkan berdua

dengan obat penggugur yang diberikan oleh X. Sejak saat itu SB enggan mempunyai

kekasih lelaki.

Ya ga ada ceritanya, sebenernya kan awalan tuh aku deket ama si R (wanita) itu.
aku tau dia lesbi, waktu itu aku pacaran ama siapa yah… hmmm, D (lelaki) kalo
ga salah. Aku tetep maen ama si R, terus R tuh intens sms aku ada sebulan-an,
aku kan gemes yah waktu main di kosnya R, aku cium aja bibirnya R, eh dia
diem aja yauda akhirnya aku makin deket terus jadian ama dia. Ehh… sampe
sekarang malah keterusan. Hahaha (A1:W16-271213)
Aku lebih nyaman ama cewe. Terus kalo minta apa-apa dikasih. Terus lebih
ngertiin. Kalo ama cowo dikasih sih, cuman kalo cowo pasti kan dia minta
imbalan balik. Nah kalo pacaran ama cowo itu juga was-was aku takut hamil.
Aku pernah sekali hamil sampai usia 2 bulan sama cowok padahal dia bukan
pacarku. Kira-kira waktu tahun 2012 sama X, terus itu aku gugurin bareng sama
dia, minum obat yang dibeliin dia. Gara-gara itu terus aku males punya pacar
cowok lagi. Padahal sebelum kejadian itu walaupun aku punya pacar cewe aku
tetep pacaran sama cowo. Nek sama cewe kan engga. Jadi lebih sreg ama cewe
hehehe (A1:W14-271213)

SB mempunyai pengalaman buruk sewaktu bermain dengan teman-teman lelaki.

Teman lelaki SB tidak menghargai SB dan terkadang kurangajar. Sewaktu SB

mabuk, SB digerayangi dan diajak ke hotel. SB bercerita bahwa ketika dihotel dalam

keadaan setengah sadar SB diajak berhubungan dengan lebih dari satu orang.

Bedanya kalo main ama cowo… kadang cowo suka kurangajar.. ga ngehargain
aku.(A2:W62-120314)
Iya pernah.. pas lagi dugem digrepe-grepe terus diajakin ke hotel… (A2:W64-
120314)
……Aku gatau gimana ceritanya pokoknya waktu itu kan abis dugem terus aku
mabok eh tau-tau aku diajakin ke hotel. Pas dihotel itu kan aku setengah sadar,
kayanya sih ya aku berhubungan nggak cuman sama satu orang. (A2:W66-
120314)
Senada dengan SB, OS pun mengatakan penyebab SB menjadi lesbian adalah

karena ingin mengimbangi gaya hidup teman-teman SB yang glamour, lalu SB


45

meminta uang dari kekasih wanita SB. Menurut OS, SB mencari kekasih wanita

karena bila berpacaran dengan pria SB takut hamil.

Kayanya sih karena dia pingin mengimbangi gaya hidup glamour dari temen-
temennya mba, tapi juga dia ga bisa minta lebih sama orang tua. Makanya dia
minta uang dari pacarnya. Dia cari pacar cewe, soalnya kalo dia pacaran sama
cowo kan barangkali hamil mba. Mungkin itu alasan dia milih jadi lesbian.
(C1:W74-260314)

4.3.1.3. Relasi dengan Pasangan Homoseksual

Pemuasan seksual SB dengan kekasih wanita SB hampir sama seperti hubungan

antara lelaki dengan perempuan tetapi menggunakan tangan. Intensitas SB

berhubungan tergantung intensitas pertemuan mereka, dalam sebulan minimal satu

kali SB mengunjungi kekasih wanita SB. SB merasa melakukan hubungan intim

dengan perempuan terasa lebih enak daripada dengan lelaki karena lelaki mudah

ejakulasi.

…..Kalo ama cewe aku uda pacaran 4 kali….. (A1:W32-271213)


Hahahahahaha.. ya gitu, hampir sama aja kaya kalo cewe sama cowo….
Hahaha…Cuma kan pake tangan lah sampe klimaks. Kalo uda senut-senut tuh
berenti ahahaha. (A2:W94-120314)
Menurutku tuh enakan sama cewe lhoo. Kalo sama cowo aku gak pernah puas.
Hahahahhaa. Soalnya cowo tuh dikit-dikit pasti udah keluar kalo cewe kan bisa
lama. (A2:W100-120314)

SB mengaku dirinya menjadi lebih possesiv, lebih kasar, dan lebih egois

semenjak menjalin hubungan dengan sesama jenis daripada dahulu berpacaran

dengan lelaki.

4.3.1.4. Pengelolaan Hubungan Sosial


46

Kegiatan SB sehari-hari dirumah saat ini hanya beres-beres rumah, mencari

pekerjaan, dan membantu orangtua. Jika sedang berkumpul dirumah SB sering

dinasehati untuk segerta mencari pacar, bekerja, dan menikah. Saat ini SB sering

menghabiskan waktunya dirumah dengan adik SB.

Kedua orangtua SB tidak mengetahui jika SB lesbian. Saat ini SB belum ingin

memberitahu karena takut diusir dan tidak mendapat warisan. Namun SB

berkeinginan suatu saat kedua orangtua mengetahui kalau SB lesbian karena sudah

serius dan nyaman dengan kekasih SB saat ini.

Harapannya….. aku bisa coming out. Pengin coming out tapi aku tuh mikir,
aduhhhh ntar aku diusir. Ya, ntar aku ga dapet warisan. Kan mikirnya gitu.
(A2:W104-120314)

Menurut OS, interaksi dalam keluarga SB baik-baik saja, ayah SB sudah sangat

memperhatikan SB, hanya ibu SB saja yang kurang memperhatikan secara mendalam

sehingga tidak mengetahui perubahan kelakuan SB.

Tetangga SB tidak mengetahui SB adalah lesbian. Status SB sebagai lesbian

tidak menghalangi SB berinteraksi dengan dunia luar. Teman-teman SB yang

mengetahui SB lesbian pun tidak menjauhi SB.

Berbeda dengan SB, OS menganggap pengakuan SB sebagai lesbian

mengganggu interaksi sosial SB karena orang akan memandang SB minus, akan

tetapi SB terkesan cuek. Setelah mengaku lesbian diantara teman-temannya, OS

bercerita bahwa SB semakin mencintai kekasih lesbian SB dan mencintai dirinya

sebagai lesbian, bahkan SB berniat menikah dengan kekasih wanita SB saat ini.
47

Justru dia semakin mencintai pacar wanitanya, semakin mencintai dirinya


sebagai lesbian. (C1:W66-260314)
Justru malah semakin menjadi. Dia malah bertujuan buat nikah sama pacar
cewe nya kok. (C1:W60-260314)
OS merasa terganggu jika SB memajang foto dengan kekasih lesbian SB di BBM

dengan pose yang mengganggu. OS berharap SB tidak terlalu sering memajang foto

dengan pasangan lesbian SB agar oranglain tidak memandang SB negative.

Sejauh ini sih gak terlalu ya. Tapi kalo dia pasang foto berdua sama pacar cewe
nya di BBM, terus fotonya tuh yang posenya gitu yah agak ganggu. Agak risih
Aku sih ngeliatnya antara seneng dan sedih gitu, … (C1:W70-260314)

4.3.2. Pemilihan Orientasi Seksual pada Subjek Dua

4.3.2.1. Latar Belakang Subjek

Sebagai anak terakhir, AA paling dimanja oleh ibu AA. AA paling dekat dengan

kakak terakhir yang berusia tidak berbeda jauh dengan AA. Ayah AA adalah seorang

petani di sawah dan di kebun, dan ibu AA adalah ibu rumah tangga yang kadang

berjualan. Semasa AA kecil ibu AA masih aktif berjualan kesana kemari mencari

barang dagangan sehingga jarang berada dirumah.

4.3.2.2. Faktor-Faktor Pendorong Penyebab Menjadi Lesbian

AA merasa kehidupan heteroseksual bukanlah kehidupan yang AA inginkan.

Dalam keluarga AA tidak ditemukan riwayat lesbian.

Aku ga punya alasan. Aku ki ga pernah memilih yoo.. aku cuma njalani naluri
ku. Aku be my self, wes gedi wes tuo ngene aku wegah ngapusi, berpura-pura.
(B1:W24-251213)
48

Aku ketoke ndelok kehidupan yang heteroseksual ki piye yo, aneh banget kayae
bukan diriku banget. Kayae susah banget merefleksikan dalam diriku
ahahahaha. Bukan yang saya inginkan.(B2:W134-130314)
AA tidak mempunyai trauma sewaktu kecil maupun trauma dengan lelaki. AA

tidak membenci lelaki. AA mencintai lelaki, AA hanya tidak bisa jatuh cinta dengan

lelaki. Sedari kecil AA sudah menginginkan wanita. Sewaktu SD kelas 1 AA

menyukai teman perempuannya, tetapi AA merasa bersalah karena konsep yang AA

ketahui jika lelaki berpasangan dengan perempuan. Namun semenjak AA remaja dia

mendapatkan banyak informasi tentang homoseksual dari buku-buku.

…….Aku kit ndisik rak seneng karo cowok. Piye yoo bukannya aku benci ama
cowok. (B1:W10-251213)
…Aku selalu melihat cewe. Bener-bener menginginkan cewe. (B1:W24-251213)
…Aku seneng cewe kit kelas 1 SD. Ono koncoku SD sing lucu manis banget
hahaha. (B1:W24-251213)

4.3.2.3. Relasi dengan Pasangan Homoseksual

Semasa SMA, AA tidak memiliki kekasih, AA masih memilah-milah apa yang

terjadi dalam diri AA. Selepas SMA, AA bekerja selama 3 tahun di 3 tempat berbeda,

yaitu di Batam, Singapore, dan Malaysia sebelum akhirnya memutuskan untuk

berkuliah. Semasa berkerja di Malaysia, AA pernah berpacaran dengan seorang lelaki

dari Vietnam, namun hal itu tidak berlangsung lama karena mereka hanya berpacaran

selama 6 bulan karena AA merasa tidak memiliki koneksi dengan kekasih AA.

Nek hubungan koyo pacaran ki kan memerlukan koneksi ya, tapi aku ki rak iso
dekat secara emosi sama cowo. Ya bisa dikatakan ga nyaman, dan saya
berusaha berpura-pura memalsukan diri saya sendiri. (B1:W42-251213)
49

Sampai saat ini AA sudah 4 kali berpacaran dengan wanita, yang pertama sekitar

tahun 2008 akhir AA berpacaran dengan perempuan asal Malaysia berinisial L yang

satu kantor dengan AA, AA putus dengan L karena AA menganggap L adalah orang

yang aneh. Pacar kedua AA berinisial A, AA dan A berpacaran sekitar tahun 2009. A

berasal dari Semarang. Mereka berpisah karena A lebih memilih bersama lelaki lain.

Pacar wanita AA yang ketiga ini berasal dari Amerika, berinisial DC. AA dan DC

berpacaran pada tahun 2012. AA menganggap bahwa DC adalah cinta sejati AA.

Sampai saat ini AA masih merasa sesak dan sangat menyesal jika mengingat DC.

Pacar wanita AA yang terakhir berinisial M. Mereka berpacaran sejak bulan

September 2013. M tinggal di Jogja tetapi M berencana pindah kerja di Kalimantan.

Sekarang hubungan M dengan AA sedang break.

Intensitas berhubungan AA dengan kekasih wanita AA tergantung dari

pertemuan karena menjalani hubungan jarak jauh. AA belum pernah melakukan

hubungan seksual dengan pria. Dalam pemuasan seksual dengan kekasih wanita, AA

melakukan oral seks.

…….Yo sampe ke hubungan intim.……Oral seks…. Pake tangan juga kadang-


kadang. Yo campur aduk lah ga monoton. Sui yooo, sak mareme ahahahaa..
(B2:110-130314)

AA dengan kekasih wanita AA, tidak pernah berganti-ganti peran. AA selalu

berperan melindungi. Dalam hubungan percintaan AA dengan kekasih wanita AA

tidak pernah ada orang ketiga, baik dari pihak AA maupun kekasih wanita AA

4.3.2.4. Pengelolaan Hubungan Sosial


50

Kegiatan sehari-hari AA adalah pergi ke kampus, bimbingan, lalu dikos bersama

teman-teman kos dan chatting dengan kekasih wanita AA, jika sedang berada

dirumah sehari-hari hanya didepan TV karena AA anak terakhir dan semua kakak AA

sudah berkeluarga.

AA sadar bahwa tetangga di daerah tempat tinggal AA mengetahui bahwa AA

seorang lesbian. AA menganggap bahwa lebih baik berperilaku apa adanya daripada

menutupi status lesbian. Karena AA beranggapan bahwa jika AA bahagia dengan

hidup yang sekarang sebagai lesbian, maka orangtua AA pun akan ikut berbahagia.

AA tidak dijauhi oleh teman-teman dekat karena menjadi seorang lesbian. AA

beranggapan bahwa lesbian tidak menghalangi AA berinteraksi dengan dunia luar.

Pada awalnya AA beranggapan bahwa teman-teman dekat AA memasang standar

untuk AA. Namun semakin lama AA menyadari bahwa teman-teman AA sudah

mulai terbiasa.

Hal ini sependapat dengan pengakuan EM, bahwa teman kos AA sering meminta

AA untuk mencari kekasih lelaki, namun EM tidak memaksa, EM memberikan

kebebasan pilihan untuk AA. Dampak AA mengaku sebagai lesbian kepada teman

AA adalah terjadinya banyak pro dan kontra. Tetapi itu semua tidak berpengaruh

kepada diri AA karena ia menerima diri AA sebagai lesbian. AA tidak mengikuti

komunitas perkumpulan para lesbian. Sekalipun bertemu dengan para lesbian AA

hanya sekedarnya saja.


51

EM menganggap bahwa penampilan AA yang sangat maskulin terkadang

mengganggu teman-teman. EM juga bercerita bahwa kegiatan AA berpacaran dengan

kekasih wanita AA lewat Skype terkadang mengganggu EM dan teman-teman kos.

4.3.3. Hasil Observasi Subjek Satu

a). Kondisi umum subjek

1. Kondisi fisik subjek

SB memiliki ciri fisik secara umum berkulit putih langsat dengan rambut

panjang lurus yang selalu terurai. Tinggi badan SB sekitar 158 cm dengan

berat badan kira-kira 53 kg. Badan SB tidak terlalu gemuk. Dalam

berpenampilan, SB selalu memakai pakaian yang seksi dan menunjukan lekuk

tubuh. Dalam keseharian dikampus, SB memakai jilbab yang sangat modis,

namun diluar kampus tidak mengenakan jilbab. SB selalu terlihat cerah

dengan memakai make-up tipis di wajah.

2. Kondisi tempat tinggal subjek

Pada awal penelitian SB adalah mahasiswi semester akhir di salah satu

Universitas Swasta di Semarang. SB tinggal di dekat kampus. Lokasi kos SB

dengan kampus hanya berjarak 5 menit menggunakan kendaraan bermotor.

Kos SB nampak sederhana dengan memiliki 8 kamar.

Namun saat ini SB sudah lulus dan sedang mencari pekerjaan. SB tinggal

di Tegal bersama kedua orangtua dan adik. Rumah SB terletak di sebuah gang

kecil dengan rumah yang sederhana.


52

3. Lokasi kegiatan subjek

SB menghabiskan waktu kesehariannya di kos bila tidak kekampus untuk

kuliah dan bimbingan. Bila sore hari biasanya SB pergi bermain dengan

teman-teman kampus atau teman kosnya hanya untuk sekedar makan malam

atau nongkrong di kedai kopi/kedai coklat.

b). Aktivitas subjek

Saat ini aktivitas subjek sehari-hari dihabiskan dirumah karena SB sudah

lulus dan belum bekerja. Terkadang SB bermain keluar dengan beberapa teman-

teman SB untuk sekedar bermain atau nongkrong.

c). Dinamika psikologis subjek

1. Karakter subjek

SB adalah seorang yang humoris dan mudah dekat dengan orang lain.

Banyak temen-teman yang mengenal SB. Setiap hari SB suka bermain, SB

tidak betah bila hanya berlama-lama diam dirumah. Dengan orang yang tidak

terlalu dekat SB membatasi diri, tetapi dengan teman-teman dekatnya SB

menceritakan semua hal yang dirasakan dan SB alami.

2. Kecenderungan perilaku yang tampak atau kebiasaaan subjek

SB selalu mudah tertawa oleh hal-hal kecil. SB sangat mementingkan

penampilan, hal ini terlihat dari penampilan SB dalam berpakaian yang selalu

modis dan selalu tampil dengan make-up yang natural.

3. Sikap yang ditampilkan subjek saat wawancara


53

Ketika wawancara SB sering tertawa dan menjawab pertanyaan dengan

cepat. SB menjelaskan semua jawaban dengan detil dan terkadang SB tertawa

setelah menjawab. SB tidak bisa lepas dengan gadget nya. Sesekali saat

wawancara SB menerima telepon dan melihat hp untuk membaca BBM atau

SMS.

d). Interaksi sosial subjek

1. Hubungan subjek dengan teman kos

Interaksi SB dengan teman kos baik, dengan teman sekamar SB, mereka

sangat dekat. SB satu kamar dengan kedua temannya yaitu DN dan IR.

Mereka sering berpergian bersama dan berbagi cerita. Namun dengan

tetangga kos lain SB hanya sekedar mengenal.

2. Hubungan subjek dengan keluarga

Interaksi SB dengan keluarga jarang terjadi karena mereka jarang

berkumpul. Kedua orangtua SB bekerja dan pulang ketika sudah sore

menjelang malam. Adik SB sibuk disekolah sehingga setiap harinya baru

pulang kerumah sekitar pukul 20.00 WIB.

3. Hubungan subjek diluar teman kos

Interaksi SB diluar dengan teman kos baik. SB banyak mempunyai teman

dekat yang berbeda-beda. Apabila SB mendapat kenalan baru pun SB tidak

canggung dan bisa lepas mengobrol untuk mencairkan suasana.

4.3.4. Hasil Observasi Subjek Dua

a). Kondisi umum subyek


54

1. Kondisi fisik subyek

AA memiliki ciri fisik kulit coklat dan kering. Tinggi badan AA sekitar

156 cm dengan berat badan 50 kg. AA tidak terlihat gemuk karena sering

memakai baju yang menyerupai lelaki dan berukuran besar. Rambut AA

pendek seperti model-model rambut lelaki dan memakai kacamata minus 7.

Dalam berpenampilan AA cenderung sangat maskulin. AA sering terlihat

memakai sepatu model boots dan tidak pernah mengenakan sepatu kets model

biasa. Dalam berjalan dan berbicara suara AA sangat berat untuk ukuran suara

seorang wanita.

2. Kondisi tempat tinggal subyek

AA adalah salah satu mahasiswi di Perguruan Tinggi Negeri di Semarang,

kos AA tidak berada jauh dari lokasi kampus. Dengan menggunakan

kendaraan bermotor jarak dari kos ke kampus bisa ditempuh 5 menit. Kos AA

masuk di sebuah gang buntu di lingkungan yang cenderung sepi. Kos AA

memiliki 10 kamar dengan halaman parkiran yang kecil. AA memiliki teman

sekamar yang tidak terlalu dekat dengannya. Dikamar AA terpajang foto-foto

dan poster artis wanita luar negri dengan pakaian yang minim.

3. Lokasi kegiatan subyek

AA banyak menghabiskan waktunya di kampus untuk bimbingan skripsi.

Ia juga sering berada di perpustakaan untuk mencari referensi penelitian dan

mengobrol dengan adik kelas. Setelah itu sisa waktu AA dihabiskan di kos

bersama teman-teman kos.


55

b). Aktivitas subyek

AA sedang sibuk menyelesaikan skripsi. AA sering datang kekampus untuk

bimbingan dan mencari referensi. Di sore hari AA sering keluar dengan teman

kos untuk sekedar jalan-jalan sore atau membeli makan bersama. AA tidak pernah

keluar dengan kekasih wanita AA karena mereka berbeda kota.

c). Dinamika psikologis subyek

1. Karakter subyek

AA adalah seseorang yang jujur dan membuka diri dengan orang lain.

AA mempunyai banyak teman dan banyak adik kelas yang dekat dengan AA.

AA tidak membatasi diri untuk bergaul dengan orang lain, tetapi teman AA

yang akrab dan menjadi tempat cerita AA hanya beberapa saja.

2. Kecenderungan perilaku yang tampak atau kebiasaan subyek

AA selalu tampak ramah walaupun sedang tidak dalam kondisi yang

prima. AA tidak terlalu mementingkan masalah penampilan, hal itu terlihat

dari cara berpakaian AA yang apa adanya.

3. Sikap yang ditampilkan subyek pada saat wawancara

Ketika menjawab pertanyaan wawancara AA selalu menatap interviewer.

AA pun tak segan-segan menjelaskan tentang diri AA kepada interviewer.

Namun apabila menyangkut pertanyaan yang menurut AA sensitive maka AA

akan sulit menjawab, AA akan diam sejenak kemudian baru menjawab

pertanyaan yang diberikan interviewer.

d). Interaksi sosial subyek


56

1. Hubungan subyek dengan teman kos

Interaksi AA dengan teman kos baik, semua teman kos mengetahui AA

lesbian, dan mereka tidak menjauhi AA. Tetapi hanya ada beberapa orang

yang akrab dan menjadi teman cerita AA saja.

2. Hubungan subyek diluar teman kos

Interaksi AA selain dengan teman kos baik. AA orang yang membuka

diri dengan siapapun, tetapi kebanyakan orang lain yang menjaga jarak

dengan AA.

4.4. Tes Grafis

4.4.1. Hasil Tes Grafis Subjek Satu (SB)

Secara keseluruhan dari tes BAUM subjek menunjukan adanya anxiety neurotic,

adanya agresi yang ditekan, pengambilan keputusan yang kurang tegas, tendensi

agresivitas, cenderung menutup diri, dan keragu-raguan menghadapi realita. Bagian

menarik pada batang terdapat banyak garisan/arsiran dan tumbuhnya dahan yang

terlihat menembus menunjukan bahwa memang terjadi permasalahan pada egonya.

Tes DAM menunjukan bahwa tekanan pada telinga mengindikasikan paranoid.

Dan perhiasan yang digambar mengindikasikan mencari perhatian. Tes HTP

menunjukan pintu dan jendela digambar tetapi dalam kondisi tertutup, hal ini

merefleksikan bahwa sarana kontak dengan lingkungan disediakan tetapi tertutup.


57

Jadi secara keseluruhan subjek bermasalah dengan ego pada saat menyalurkan

kebutuhannya dilihat dari gambar dahan yang menembus batang pohon yang telah

digambarnya menembus mahkota terlebih dahulu. Subjek memiliki energy yang besar

tetapi tumbuh menjadi individu yang ragu saat mengambil keputusan karena subjek

sangat mengontrol impulsnya dengan rasio yang ia miliki. Gambar rambut yang

terlalu ditonjolkan dalam tes DAM, mengindikasikan infantile, kebutuhan akan

seksualitas, dan tendensi homoseksualitas. Gambar orang yang meninggalkan rumah

atau meninggalkan pohon dalam HTP mengindikasikan adanya keinginan untuk

meninggalkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.

4.4.2. Hasil Tes Grafis Subjek Dua (AA)

Secara keseluruhan dari tes BAUM menunjukan dominan ke garis yang berarti

seseorang yang memiliki dorongan yang besar. Arah pohon digambar kekiri

mengindikasikan orientasi ke belakang (past). Mahkota sebagai bagian yang paling

menarik dan mengalami pengulangan saat penggoresan.

Tes DAM menunjukan lokasi gambar cenderung kekiri, hal ini mengindikasikan

bahwa dikuasai emosi, menekankan masa lalu, tendensi impulsive, self oriented, dan

introvert. Ukuran gambar yang sangat besar mengindikasikan manic agresif, dan

tendensi ekspansif. Bahu lebar dan besar mengindikasikan adanya protes dan

keinginan untuk melebihi pria.


58

Tes HTP memberi kesan umum jendela yang digambar banyak tetapi tertutup

sangat rapat yang mengindikasikan memberi ruang untuk kontak dengan lingkungan,

tetapi kesempatannya sangat ditutup rapat. Gambar orang yang kecil

mengindikasikan kurang berperan dalam keluarga.

Jadi secara keseluruhan AA adalah individu yang memiliki permasalahan antara

penyelarasan ego dan superego dilihat dari percabangan antara batang dan dahan

yang berada di mahkota dalam tes BAUM. Bagian akar yang digambar tetapi tipis

dan terletak berjauhan mengindikasikan adanya kebutuhan yang tampak kabur dalam

diri AA. Bahu lebar dan besar yang digambar dalam DAP mengindikasikan adanya

protes dan keinginan untuk melebihi pria.

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan uraian pada bagian sebelumnya banyak temuan-temuan yang

didapatkan dalam penelitian ini terkait dengan fokus kajian dan tujuan penelitian.

Adapun hal yang terungkap dalam penelitian ini adalah kejujuran subjek dalam

mengungkap orientasi lesbian, faktor-faktor pendorong penyebab menjadi lesbian,

relasi dengan pasangan homoseksual, dan dinamika pengelolaan hubungan sosial.

Penelitian ini menggunakan tehnik wawancara, dan observasi, dokumentasi, dan

tes psikologis untuk mengungkap apa saja pengalaman subjek dari penelitian.

Berdasarkan temuan-temuan penelitian pada subjek dan didukung juga dengan


59

temuan dari para informan dapat diketahui berbagai hal yang menunjukan gambaran

pemilihan orientasi seksual yang dialami oleh subjek.

4.5.1. Gambaran Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Lesbian Pada Subjek Satu

(SB)

4.5.1.1. Latar belakang subjek

Subjek pertama bernama SB. SB berpenampilan sangat feminine. SB mempunyai

tinggi badan 158cm dengan berat badan 53kg. Badannya berisi dengan rambut hitam

lurus panjang terurai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa SB merupakan

anak pertama dari 2 bersaudara. Adik perempuan SB saat ini duduk di bangku SMA,

SB mempunyai hubungan yang dekat dengan adiknya. SB lebih dimanja daripada

adik SB. Dalam keluarga SB, hanya adik SB yang mengetahui kalau SB lesbian.

Kedua orangtua SB adalah guru SD. Ayah SB bekerja sebagai guru yang

letaknya jauh dari rumah SB, sehingga setiap harinya ayah SB harus berangkat pagi

hari, sedangkan ibu SB adalah guru olahraga dan ketika sore mengajar senam di salah

satu sanggar senam. Ibu SB bekerja dari pagi hingga sore hari, sehingga

menyebabkan SB kurang mendapat perhatian. Menurut OS ibu SB hanya bisa

memberi kebutuhan materi tanpa memberi perhatian yang mendalam (kasih sayang).

Kehidupan SB semasa kecil kurang menyenangkan, karena SB menilai keluarga

SB dahulu tidak mempunyai uang sehingga jika SB mengingginkan sesuatu pasti


60

orangtua SB tidak langsung membelikannya melainkan menjanjikannya terlebih

dahulu.

4.5.1.2. Faktor-faktor Pendorong Penyebab Menjadi Lesbian

Kartono (2009: 248) menjelaskan bahwa penyebab individu menjadi bagian dari

kaum lesbian dikarenakan beberapa hal, salah satunya adalah, adanya pengalaman

buruk masa lalu yang terus melekat dalam benaknya. Teori tersebut benar, karena SB

pernah mempunyai pengalaman buruk sewaktu bermain dengan teman-teman lelaki.

Teman lelaki SB tidak menghargai SB dan terkadang kurangajar. Sewaktu SB

mabuk, SB digerayangi dan diajak ke hotel. SB bercerita bahwa ketika SB dihotel

dalam keadaan setengah sadar SB diajak berhubungan dengan lebih dari satu orang.

Selain itu SB mengaku enggan memiliki kekasih lelaki karena SB merasa was-was

dan takut hamil jika berpacaran dengan lelaki, seperti yang terjadi pada tahun 2012

SB hamil hingga usia 2 bulan dengan lelaki bernama X yang bukan kekasihnya, lalu

SB menggugurkan kandungannya dengan cara meminum obat yang diberikan oleh X.

Sejak saat itu SB mengaku enggan mempunyai kekasih lelaki, padahal sebelum

kejadian itu walaupun ia sudah memiliki kekasih wanita, SB tetap memiliki kekasih

lelaki.

Awal mula SB menjadi lesbian juga diungkap SB karena ia merasa nyaman

dengan wanita. SB merasa wanita lebih pengertian. SB juga mengungkapkan bahwa

melakukan hubungan intim dengan wanita terasa lebih enak daripada dengan lelaki

karena lelaki mudah ejakulasi. Hal ini senada dengan teori menurut Kartono yaitu
61

individu mencari kepuasan homoseksual dikarenakan dirinya pernah menghayati

pengalaman homoseksual yang menggairahkan dan berkesan pada masa remaja

(Kartono, 2009: 248).

4.5.1.3. Relasi dengan Pasangan Homoseksual

Menurut Kartono (2006: 267), pada masa biseksual selama periode pubertas itu,

objek erotis yang dicintai bisa berganti-ganti; yaitu sesekali berupa pribadi wanita,

sedang pada kali lain berupa tokoh seorang pemuda/pria. Akan tetapi pada masa

dewasa (kelanjutan biseksual masa puber), objek erotisnya benar-benar seorang

wanita. Hal ini sesuai dengan apa yang dialami oleh SB, sebelumnya SB selalu

berpacaran dengan pria, namun beberapa tahun terakhir SB berpacaran dengan

wanita. Sampai saat ini SB sudah berganti 4 kali berpacaran dengan wanita.

Pacar wanita pertama SB adalah R pada tahun 2010, mereka hanya berpacaran

selama 7 bulan. Pacar wanita SB kedua adalah D, mereka berpacaran sekitar tahun

2011 dan hanya berjalan selama 3 bulan. Pacar SB yang ketiga adalah A, mereka

berpacaran pada tahun 2011 dan berjalan sampai 2 tahun. Pacar SB saat ini adalah B.

Mereka berpacaran pada tahun 2013 dan masih berlangsung hingga saat ini berjalan

10 bulan.

SB mengaku bahwa sudah sangat serius dengan kekasih SB saat ini. SB

mengatakan bahwa jika kekasih wanita SB sudah mapan maka SB akan pergi dari

rumah dan kabur untuk menikah dengan kekasihnya. Namun jika sampai usia

pernikahan kekasih wanitanya belum mapan, maka kekasih SB meminta SB untuk

mencari lelaki untuk dinikahinya.


62

Dalam hubungan percintaan dengan kekasih wanitanya, SB selalu berperan

sebagai wanitanya, kekasih SB sebagai lelakinya. SB tidak pernah berganti-ganti

peranan, tidak sependapat dengan teori yang diungkap Kartono (2006: 269) bahwa

kedua partner lesbianisme selalu berganti peran, yaitu seorang berperan sebagai laki-

laki yang aktif dan sadistis; sedang partnernya bersikap pasif-masochis feminine.

SB mengaku dalam hubungannya sering terdapat pihak ketiga baik dari pihak diri

SB maupun dari pihak kekasih SB, tetapi hal itu tidak terlalu mengganggu hubungan

SB dengan kekasih SB. Sesuai dengan teori dari Kartono (2006: 269) yaitu, relasi

homoseksual ini seringkali berlangsung dalam hubungan segitiga, yang kesemua

anggotanya terdiri atas wanita.

SB mengaku menjadi lebih possesiv setelah berpacaran dengan sesama jenis

daripada sewaktu dahulu saat berpacaran dengan lelaki. Hal ini seperti apa yang

ditulis oleh Kartono (2006: 270), pada relasi homoseksual selalu terdapat emosi yang

kontradiktif, hal ini tidak mengherankan karena adanya elemen-elemen afeksi yang

saling bertentangan itu, yaitu ada keinginan-keinginan untuk menolak dan hasrat

untuk meraih, maka terjadilah bermacam-macam gangguan emosional, dan pada

akhirnya akan menjurus pada gejala neurotis.

Pemuasan seksual pada cinta homoseksual wanita ini berlangsung dengan jalan

mulut dan alat kelamin bagian luar (Kartono, 2006: 271), teori ini sesuai dengan apa

yang diungkap oleh SB. SB dan kekasih wanita SB berhubungan seksual hampir

sama dengan pasangan heteroseksual tetapi SB menggunakan tangan.

4.5.1.4. Pengelolaan Hubungan Sosial


63

Kegiatan SB sehari-hari saat ini hanya beres-beres rumah, mencari pekerjaan,

dan membantu orangtua. Jika sedang berkumpul dirumah SB sering dinasehati untuk

segera mencari pacar, bekerja, dan menikah.

Status lesbian tidak menghalangi SB saat berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Teman dekat yang mengetahui orientasi lesbian SB tetap bermain dengan SB,

walaupun ada beberapa yang menjauhi SB. Perilaku SB sebagai lesbian yang kerap

mengganggu adalah ketika SB memamerkan di profil BBM foto SB dengan kekasih

wanita dengan pose yang mengganggu.

SB tidak mengikuti komunitas lesbian. Dia hanya sekedar mengenal beberapa

lesbian lain tetapi tidak terlalu dekat. Karena menurut SB jika terlalu dekat dengan

lesbian lain akan rawan dengan perselingkuhan.

4.5.2. Gambaran Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Lesbian Pada Subjek Dua

(AA)

4.5.2.1. Latar belakang subjek

Subjek kedua adalah AA, memiliki ciri-ciri fisik secara umum kulit coklat,

memiliki tinggi badan kira-kira 156cm dengan berat badan 50kg. AA terlihat

mempunyai penampilan yang sangat maskulin. penampilan ini konsisten AA terapkan

walaupun sedang berada dilingkungan kampus atau diluar kampus. AA memakai

kacamata yang tebal, sekitar minus 7 dimata kanan dan kiri.


64

AA merupakan salah satu mahasiswi di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di

Semarang. Seperti mahasiswa umumnya, AA menyewa kamar didekat lingkungan

kampusnya. AA adalah anak terakhir dari 4 bersaudara. Semua kakaknya berjenis

kelamin perempuan. Ketiga kakak AA sudah menikah dan mempunyai anak, mereka

hidup masih berada dalam satu wilayah (satu kampung). Sebagai anak terakhir, AA

paling dimanja oleh ibu AA. Dalam keluarga, AA paling dekat dengan kakak terakhir

AA yang umurnya tidak berbeda jauh dengan AA.

Ayah AA adalah seorang petani disawah dan dikebun, dan ibu AA adalah ibu

rumah tangga yang kadang berjualan. Semasa AA kecil ibunya masih aktif berjualan

kesana kemari mencari barang dagangan sehingga jarang berada dirumah. AA

menganggap keluarga biasa-biasa saja karena tidak pernah ada kejadian yang

dramatis.

4.5.2.2. Faktor-faktor pendorong penyebab menjadi lesbian

Supratiknya (1995: 96), mengungkapkan ada beberapa faktor yang dapat

menyebabkan individu menjadi lesbian salah satunya adalah memandang perilaku

heteroseksual sebagai sesuatu yang menakutkan atau tidak menyenangkan. Hal ini

sesuai dengan pernyataan AA yang mengungkapkan bahwa dirinya menjadi lesbian

karena merasa kehidupan heteroseksual bukanlah kehidupan yang AA inginkan.

AA menjadi lesbian karena mengikuti naluri AA. AA menyadari dirinya

menyukai wanita semenjak ia bisa mengingat. Sewaktu kelas 1 SD, AA menyukai

teman perempuan AA karena menurutnya gadis itu lucu dan manis, tetapi AA merasa

bersalah karena konsep yang diketahui jika lelaki berpasangan dengan perempuan.
65

Lalu ketika AA beranjak dewasa AA mengetahui banyak informasi tentang

homoseksualitas dari buku yang AA baca. Dalam keluargapun tidak ditemukan

riwayat lesbian. AA tidak mempunyai trauma semasa kecil maupun trauma dengan

lelaki. AA tidak membenci lelaki, AA hanya tidak bisa jatuh cinta dengan lelaki. AA

mengaku sedari kecil AA selalu melihat wanita dan selalu menginginkan wanita.

Semasa kecil AA lebih banyak bermain dengan teman-teman lelaki daripada

bermain dengan teman perempuan karena AA menganggap bahwa bermain dengan

lelaki lebih menyenangkan karena lebih beraktifitas. AA mengatakan bahwa mainan

seperti mobil-mobilan polisi lebih menarik daripada boneka Barbie.

4.5.2.3. Relasi dengan pasangan homoseksual

Semasa SMA, AA tidak memiliki kekasih, AA masih memilah-milah apa yang

terjadi dalam dirinya. selepas SMA, AA langsung bekerja selama 3 tahun di 3 tempat

berbeda, yaitu di Batam, Singapore, dan Malaysia. Semasa bekerja di Malaysia, AA

pernah berpacaran dengan seorang lelaki dari Vietnam, namun hal itu tidak

berlangsung lama. Mereka hanya berpacaran selama 6 bulan. Hubungan ini tidak

bertahan lama karena dalam berpacaran dengan lelaki tersebut AA tidak menemukan

koneksi antara AA dengan kekasih pria.

Sampai saat ini AA sudah 4 kali berpacaran dengan wanita, yang pertama sekitar

tahun 2008 akhir AA berpacaran dengan perempuan asal Malaysia berinisial L yang

satu kantor denganAA. AA putus dengannya karena AA menganggap L adalah orang

yang aneh.
66

Pacar wanita kedua AA berinisial A, mereka berpacaran sekitar tahun 2009. A

berasal dari Semarang. Mereka berpisah karena A lebih memilih bersama lelaki lain.

Pacar wanita AA yang ketiga ini berasal dari Amerika, berinisial DC. Mereka

berpacaran pada tahun 2012. AA menganggap bahwa DC adalah cinta sejatinya.

Sampai saat ini AA masih merasa sesak dan sangat menyesal jika mengingat DC.

Pacar wanita AA yang terakhir berinisial M. Mereka berpacaran sejak bulan

September 2013. M tinggal di Jogjakarta. Tetapi M berencana pindah kerja di

Kalimantan. Sekarang hubungan M dengan AA sedang break.

AA dengan kekasih wanitanya tidak pernah berganti-ganti peran. AA selalu

melindungi kekasih wanita AA. Hal ini tidak sependapat dengan teori dari Kartono

(2006: 269), yang menyatakan bahwa pasangan lesbian selalu berganti peran.

Seseorang berperan sebagai laki-laki yg bersifat aktif dan sadistis, sedang partnernya

bersikap pasif-masochis.

Seringkali relasi homoseksual itu berlangsung dalam hubungan segitiga yang

kesemua anggotanya terdiri atas wanita (Kartono, 2006: 269). Teori ini berbeda

dengan yang dialami oleh AA, karena dalam hubungan percintaan AA dengan

kekasih AA tidak pernah ada orang ketiga begitu pula dari pihak kekasih AA.

Pemuasan seksual pada cinta homoseksual wanita itu berlangsung dengan jalan

mulut dan alat kelamin bagian luar (Kartono, 2006: 271), seperti yang diungkapkan

oleh AA bahwa dalam pemuasan seksual AA dengan kekasihnya melakukan oral seks

dan menggunakan tangan. AA mengkombinasikan agar tidak monoton, dan biasanya

berlangsung lama sampai mereka puas.


67

4.5.2.4. Pengelolaan hubungan sosial

Kegiatan sehari-hari AA adalah pergi kekampus, bimbingan, lalu dikos bersama

teman-teman kos dan chatting dengan kekasih AA, jika sedang berada dirumah

sehari-hari hanya didepan TV karena AA anak terakhir dan semua kakak AA sudah

berkeluarga.

AA sadar semua tetangga dirumah mengetahui jika AA adalah seorang lesbian,

AA menganggap bahwa lebih baik berperilaku apa adanya daripada menutupi status

lesbian. Karena AA beranggapan bahwa jika AA bahagia sebagai lesbian, maka

orangtua pun akan ikut berbahagia.

AA tidak dijauhi oleh teman-teman dekat karena AA seorang lesbian. Namun

AA menganggap bahwa teman-teman dekat memasang standart untuk AA, pada

awalnya. Namun semakin lama AA menganggap bahwa teman AA sudah mulai biasa

dan menerima apa adanya. AA menganggap bahwa lesbian tidak menghalangi

berinteraksi dengan dunia luar.

Menurut EM, dampak AA mengakui kepada teman-teman bahwa AA adalah

lesbian adalah banyaknya terjadi pro dan kontra. Tetapi itu semua tidak berpengaruh

kepada AA karena AA menerima diri sebagai lesbian. Penampilan AA yang sangat

maskulin terkadang mengganggu teman-teman dan oranglain yang melihat AA.

Kegiatan berpacaran AA dengan kekasih wanita AA melalui Skype diteras kos

terkadang membuat risih teman-teman kos. AA tidak pernah mengikuti komunitas

perkumpuan dengan para lesbian.


68

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian Secara Umum

4.6.1. Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Seksual Subjek Satu (SB)

Kasus pelecehan seksual dapat menjadi salah satu faktor pembentuk perilaku

seksual yang abnormal, yang dalam hal ini adalah biseksualitas (Mu’allafah, 2014:

18). Dari hasil pembahasan temuan penelitian menunjukan bahwa SB mengalami

perubahan orientasi seksual dari heteroseksual menjadi lesbian karena mengalami

kejadian yang traumatis selama masa remaja.

Menurut OS, SB terjebak dalam pergaulan dunia malam dengan teman-teman

yang bergaya hidup glamour. Dengan latar belakang ekonomi kedua orangtua yang

berpenghasilan sederhana, SB mulai mencari tambahan uang meminta dari kekasih-

kekasih SB, bahkan terdengar desas desus SB sering berhubungan dengan sesama

mahasiswa hanya untuk mendapatkan materi.

SB pertama kali menjadi lesbian saat SB kuliah di semester 3 awal yaitu sekitar

tahun 2010. Tan (2005: 56) mengungkapkan pengaruh lingkungan yang buruk dapat

mempengaruhi seseorang untuk bertingkah laku seperti orang-orang dimana dia

berada. SB menjadi lesbian karena terpengaruh oleh R saat itu. Selama menjadi

lesbian, SB terkadang masih memiliki kekasih pria. Hingga pada tahun 2012, saat SB

hamil dengan lelaki yang bukan kekasih SB saat itu (X). Kejadian ini membuat SB

enggan memiliki kekasih lelaki lagi.


69

Menurut Supratiknya (1995: 96) beberapa faktor dapat menjadi penyebab

individu menjadi lesbian, salah satunya adalah karena mendapatkan pengalaman

homoseksual yang menyenangkan pada saat masa remaja atau setelahnya. SB

mengungkap bahwa berhubungan seksual dengan wanita terasa lebih menyenangkan

karena intensitasnya lebih lama. SB merasa berhubungan dengan wanita lebih

memuaskan karena tidak mudah ejakulasi. SB mengaku saat ini dirinya lebih nyaman

berpacaran dengan wanita. Karena ketika berpacaran dengan wanita jika ingin

meminta materi dari kekasih SB, SB tidak perlu takut hamil lagi jika diajak

berhubungan seksual.

Dari hasil ketiga hasil tes grafis diperoleh bahwa SB adalah individu yang sangat

mengontrol impulsnya dengan rasio yang ia miliki, mengindikasikan infantile,

kebutuhan akan seksualitas, tendensi homoseksualitas, dan indikasi keinginan untuk

meninggalkan kegiatan kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.

Pada awalnya, aktivitas seksual SB memang diperoleh dari kasus pelecehan

seksual yang dialami SB. Secara berkala sakit yang SB peroleh dari kasus pelecehan

seksual tersebut menumbuhkan kenikmatan yang tidak disadari oleh SB. Kejenuhan

terhadap kasus pelecehan seksual yang terjadi secara berulang-ulang ini akhirnya

menimbulkan kompleks seksual yang lama kelamaan menguasai diri SB. Kasus

pelecehan seksual yang berkali-kali diterimanya ini berusaha ditekat dan dilupakan ke

daerah tak sadar pribadi sebagai kompleks seksual (Jung dalam Mu’allafah, 2014: 9).

Dalam keadaan jenuh, Jung mengatakan bahwa bukan orang itu yang memiliki

kompleks tetapi kompleks lah yang menguasai orang itu. Impelementasinya dalam
70

kasus ini adalah pada akhirnya bukan sekedar kenikmatan yang dirasakan SB, tetapi

kenikmatan itu yang akhirnya menguasai diri SB. Hal ini lah yang menjadi alasan

mengapa akhirnya SB memilih untuk mendapatkan uang dari berhubungan dengan

sesama mahasiswa, bukan hanya demi materi tetapi juga peran kompleks seksual

yang mengendalikan dirinya yang tidak pernah SB sadari. Kenikmatan yang secara

tidak sadar SB rasakan inilah yang membuat hampir seluruh perilaku SB

diorientasikan dalam hubungan seksual, dengan lelaki maupun dengan perempuan.

Kejadian trauma yang membuat SB hamil membuat diri SB enggan memiliki kekasih

lelaki atau sekedar berhubungan seperti dahulu lagi dan semakin yakin menjadi

wanita lesbian.

Latar Belakang

Keadaan ekonomi semasa kecil yang kurang

Faktor Penyebab

Faktor Internal Faktor Eksternal Faktor Ekonomi


a. Pengalaman a. Gaya hidup Mencari uang dengan
pelecehan seksual glamour cara berhubungan
b. Trauma pernah hamil b. Pergaulan dunia dengan sesama
malam mahasiswa
c. Berteman dengan
lesbian

Menjadi
wanita
biseksual
71

Gambar 4.1 Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Seksual Subjek Satu SB

4.6.2. Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Seksual Subjek Dua (AA)

AA menyadari menyukai sesama jenis semenjak berada di kelas 1 SD. AA

menyukai gadis teman sekelas AA, karena menurut AA gadis tersebut memiliki

wajah yang manis dan menggemaskan. Namun AA merasa bersalah atas perasaan

suka tersebut karena konsep yang diketahui adalah jika lelaki selalu berpasangan

dengan wanita. Dengan konsep yang AA fahami sewaktu itu membuat AA ingin

menjadi lelaki karena AA sangat menginginkan wanita. Namun beranjak remaja AA

mulai mengetahui tentang homoseksualitas dari buku-buku yang AA baca sewaktu

bekerja di Malaysia. Dengan pengetahuan yang semakin luas AA sepenuhnya dapat

menerima diri AA sebagai lesbian tanpa perasaan bersalah.

Supratiknya (1995: 96) mengungkapkan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan individu menjadi lesbian yaitu memandang perilaku heteroseksual

sebagai sesuatu yang menakutkan atau tidak menyenangkan. AA menganggap

hubungan heteroseksual adalah hubungan yang enggan ia jalani karena seperti

menjadi seseorang yang bukan dirinya. Ia tetap menginginkan menikah dan hidup

berumah tangga, tetapi dengan wanita yang ia cintai. Sensasi yang diterima AA saat

berhubungan dengan sesama jenis membuat AA semakin yakin dan percaya diri

dengan pemilihan orientasi seksualnya sebagai lesbian.


72

Dari hasil ketiga tes grafis menunjukan bahwa AA adalah individu yang

memiliki permasalahan antara superego dan ego, kebutuhan yang tampak kabur dari

dalam diri AA, dan protes dan keinginan untuk melebihi pria.

Pengalaman hubungan dengan lawan jenis yang kurang menyenangkan di masa

lalu yang terekam dalam memori membuat individu menolak untuk menjalin

hubungan yang lebih kompleks dengan lawan jenis (Caesar, 2013: 12). Peplau &

Cochran (dalam Patterson, 2000: 4) dari penelitian 50 lesbian, 50 gay, 50 wanita

heteroseksual, dan 50 pria heteroseksual mengatakan ketika ditanyakan tentang

hubungan mereka saat ini, lesbian dan gay yang lebih banyak melaporkan kepuasan

dan kebahagiaan dengan pasangan mereka dibanding dengan pasangan heteroseksual.

AA pernah menjalin hubungan dengan lelaki sewaktu AA bekerja di Malaysia.

Namun hubungan itu tidak bertahan lama, hanya sekitar 6 bulan. AA mengatakan

bahwa AA tidak bisa menemukan koneksi dengan kekasih AA sewaktu berpacaran.

Dari pengalaman yang didapat AA, ketika informasi masuk kedalam proses berfikir,

kemudian mengulang proses tersebut, mengulang sensasi yang diterima lalu

dipersepsikan masuk kedalam memori yang akhirnya dapat menarik kesimpulan

dirinya enggan menjalin hubungan yang lebih kompleks dengan lelaki.


73

Latar Belakang

Konsep diri akan pria dan wanita yang


kabur semasa kecil

Faktor Penyebab

Faktor Internal Faktor Eksternal

a. Bayangan tentang perilaku a. Dukungan dari


heteroseksual yang tidak lingkungan
menyenangkan b. Kurangnya perhatian
b. Hubungan dengan lawan jenis yang dari pihak keluarga
tidak memuaskan dimasa lalu
Gambar 4.2 Faktor-faktor Pemilihan Orientasi Seksual Subjek Dua AA

Lesbian

4.7. Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah peneliti kurang dapat memaksimalkan

tekhnik pengumpulan data sehingga kurang memperoleh data yang tepat serta akurat

mengenai faktor – faktor pemilihan orientasi lesbian.


BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut: ada beberapa hal yang mendasari seseorang menjadi

seorang lesbian yaitu peristiwa hamil dengan lelaki yang bukan kekasih membuat

enggan memiliki kekasih lelaki atau sekedar berhubungan dengan lelaki dan memilih

menjadi lesbian, beberapa individu juga memandang hubungan heteroseksual adalah

hubungan yang kurang menyenangkan, seperti sulit menemukan koneksi antara

dirinya dengan kekasihnya, dapat juga disebabkan adanya trauma pelecehan seksual

yang ia alami menumbuhkan kenikmatan yang tidak disadari. Kenikmatan secara tak

sadar yang dirasakan inilah yang membuat hampir seluruh perilaku diorientasikan

dalam hubungan seksual, baik dengan lelaki maupun perempuan. Sensasi

menyenangkan yang dirasakan saat berhubungan dengan sesama jenis membuatnya

semakin yakin dan percaya diri sebagai lesbian.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan merujuk pada urgensi penelitian, maka dapat

diuraikan beberaa implikasi untuk pihak yang terkait sebagai berikut:

74
75

(1) Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat lebih mengenal mengenai seksualitas terutama

berkaitan dengan orientasi seksual lesbian. Kajian menurut agama, budaya,

dan norma sosial menganggap lesbian adalah orientasi seksual yang

menyimpang

(2) Peneliti

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memaksimalkan tehnik pengumpulan

data, seperti wawancara, observasi, dokumentasi dan penggunaan tes

psikologi sehingga diperoleh data yang akurat tepat dan maksimal bagi

keberhasilan penelitian lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

faktor-faktor pemilihan orientasi lesbian.


DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Crooks, R., Beaur, K. 1983. Our Sexuality (Second Edition). United States America:
The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc.

Caesar, Vendry., Warouw, Deasy., Rembang, Meiske M. 2013. Konsep Diri Pada
Lesbian di IT Center Manado (Suatu Study Komunikasi Keluarga). Jurnal:
Tidak terbit. [accesed 28/05/14]

Demartoto, Argyo. 2012. Seks, Gender, dan Seksualitas Lesbian. Artikel: Tidak
Terbit. Diunduh pada 17 Juni 2012

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat


Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Eriany, Prahaesti. 2007. Manual Tes Grafis. Semarang: Unika Soegijapranata

Herek, Gregory M. 2000. Sexual Prejudice and Gender: Do Heterosexuals’ Attitudes


Toward Lesbians and Gay Men Differ?(Juornal of Social Issues, 56 (2), 251-
266). Jurnal: Tidak terbit [accessed 14/07/2014]

Hurlock, Elizabeth B. 1992. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga

Kaplan dan Sadock. 1997. Sinopsis Psikiatri Edisi Ketujuh Jilid 1. Jakarta: Binapura
Aksara

Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita 1: Mengenal Gadis Remaja & Wanita
Dewasa. Bandung: PT. Mandar Maju

_____________. 2009. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: PT.


Mandar Maju

Maslim, Rusdi. 2002. Diagnosis Gangguan Jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Tanpa Penerbit.
Mu’allafah, Siti. 2014. Dinamika Kepribadian Perempuan Biseksual: Studi Kasus
Pada Seorang Perempuan Biseksual yang Mengalami Pelecehan Seksual. Jurnal:
Tidak terbit [accesed 19/05/14]

76
77

Moelong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya

Nevid, Jeffrey. Rathus, Spencer. Greene, Beverly. 2005. Psikologi Abnormal Edisi
Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian (Cetakan Pertama). Yogyakarta:


Ardana Media

Papalia, Diane. Old, Sally. Feldman, Ruth. 2008. Human Development (Psikologi
Perkembangan) Edisi Kesembilan Bagian V s/d IX. Jakarta: Predana Media
Group.
Patterson, Charlotte J. 2000. Family Relationship of Lesbians and Gay Men (Journal
of Marriage and the Family 62 University of Virginia Page 1052-1069). Jurnal:
Tidak Terbit [accesed 07/06/14]

Poerwandari, E. Kristi. 2007. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku


Manusia. Jakarta: LPSP3 UI

Radio Nederland W. I. 2010. Pasangan Lesbian Menikah Secara Islam

http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/pasangan-lesbian-menikah-secara-
islam [accessed 07/04/13]

Rahayu, Iin Tri. Triatiadi Ardi. 2004. Observasi dan Wawancara. Malang:
Bayumedia

Saragih, Rahmat Sah. 2012. LGBTIQ: Keberagaman Seksual dalam Praduga dan
Stigma

http://sosbud.kompasiana.com/2012/07/02/lgbtiq-keberagaman-seksual-dalam-
praduga-dan-stigma-474069.html [accessed 11/07/13]

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo


Persada

Soewandi. 2012. Lesbian dalam Pandangan Psikiatrik

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=jumlah%20lesbian%20di%20indon
esia&source=web&cd=8&cad=rja&ved=0CFEQFjAH&url=http%3A%2F%2F
www.ourvoice.or.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2012%2F06%2FLesbian-
78

dalam-Pandangan-Psikiatrik-
H.Soewadi.docx&ei=L9fgUeKPMseIkAWR_IHAAQ&usg=AFQjCNG1pKz5e
HiqR2QhrBjCwkkMzd88Hg&bvm=bv.48705608,d.dGI [accessed 14/06/12]

Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius


Poedjiati, Tan. 2005. Mengenal Perbedaan Orientasi Remaja Putri. Surabaya: Suara
Ernest

Wahid, Masyuri. 2014. Lesbian Tusuk Mantan Pasangannya [accesed on 03/08/2014]

Yin, Robert. 2004. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafinda

Yulius, Hendri. 2012. Gay dan Lesbian: Abnormal? (Tanggapan untuk Tulisan Farid
Muadz Basakaran “Dede Oetomo, Gay, dan Komnas HAM).
http://www.kompasiana.com/hendriyulius [accesed on 11/09/2012]
79

PEDOMAN OBSERVASI

a). Kondisi Umum Subjek


1. Kondisi Fisik Subjek
2. Kondisi Tempat Tinggal Subjek
3. Lokasi Kegiatan Subjek
b). Aktivitas Subjek
c). Dinamika Psikologis Subjek
1. Karakter Subjek
2. Kecenderungan Perilaku yang Tampak atau Kebiasaan Subjek
3. Sikap yang Ditampilkan Subjek Saat Wawancara
d). Interaksi Sosial Subjek
1. Hubungan Subjek dengan Teman Kos
2. Hubungan Subjek dengan Teman diluar Kos
3. Hubungan Subjek dengan Orangtua
80

PEDOMAN WAWANCARA

A. Wawancara Subjek Primer


1. Identitas Subjek
(1). Siapa nama Saudara?
(2). Kedudukan anda dalam keluarga sebagai anak keberapa? Berapa
bersaudara dirumah?
(3). Anda pernah merasa bahwa orangtua membedakan perlakuan kalian?
(4). Apa saja pekerjaan orangtua?
(5). Selain bekerja apa saja kesibukan orangtua anda?
(6). Apakah keluarga anda sering berada dirumah?
(7). Apakah keluarga sering berkumpul dirumah?
(8). Jika sedang berkumpul, apa tema pembicaraan yang sering dibicarakan
dirumah?
(9). Siapa yang paling dekat dengan anda dirumah?
(10). Apa penilaian anda tentang keluarga?
2. Faktor-faktor Pendorong Menjadi Lesbian
(1). Adakah penyebab biologis (genetik/keturunan) atau psikologis?
(2). Alasan saudara memilih menjadi lesbian?
(3). Adakah trauma di masa kecil yang mengakibatkan anda menjadi
lesbian?
(4). Adakah trauma dengan lelaki yang membuat anda menjadi lesbian?
3. Relasi dengan Pasangan Homoseksual
(1). Adakah pembagian peran dalam hubungan anda dengan kekasih
wanita anda?
(2). Mengapa anda memilih peran tersebut (sebagai butchi/femme) ?
(3). Apa kriteria orang yang anda pilih untuk menjadi kekasih wanita
anda?
81

(4). Apa yang membuat anda mengetahui bahwa wanita yang mendekati
anda/anda dekati adalah lesbian? adakah ciri-ciri mencoloknya?
(5). Dalam hubungan percintaan, adakah orang ketiga?
(6). Dalam hubungan anda dengan kekasih anda saat ini, apakah anda
memiliki orang terdekat yang lain? Jika ada lelaki atau perempuan?
(7). Apakah anda sering merasakan bahwa anda meluapkan semua emosi
anda kepada pasangan anda?
(8). Bagaimana cara pemuasan seksual anda dengan pasangan anda?
(9). Seberapa sering intensitas anda berhubungan dengan kekasih sesama
jenis anda?
(10). Pernahkah anda mempunyai kekasih lelaki?
(11). Pernahkah anda melakukan hubungan seksual dengan lelaki?
(12). Adakah perbedaan saat melakukan hubungan seksual dengan
pria dengan saat melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita?
4. Dinamika Pengelolaan Hubungan Sosial
(1). Apa kegiatan anda sehari-hari?
(2). Dengan siapa anda sering menghabiskan waktu anda?
(3). Tahukah keluarga anda bahwa anda adalah seorang lesbian?
(4). Jika keluarga anda tidak mengetahuinya, kapan anda akan
memberitahu mereka? Apa alasan anda tidak memberitahu mereka?
(5). Jika keluarga anda mengetahuinya, apakah mereka menerima anda?
bagaimana sikap mereka dalam keseharian dengan anda?
(6). Tahukah masyarakat sekitar tentang pemilihan orientasi seksual anda?
(7). Status anda sebagai lesbian menghambat anda dalam berinteraksi
sosial dengan lingkungan sekitar?
(8). Bagaimana interaksi anda dengan masyarakat setelah mereka tahu
bahwa anda adalah seorang lesbian?
5. Persepsi Terhadap Situasi yang Dihadapi
(1). Bagaimana anda menilai diri anda sendiri?
82

(2). Apa yang membuat anda menilai diri sendiri seperti itu?
(3). Pernahkah anda merasa gagal?
(4). Apa profesi impian anda?
(5). Apa kesuksesan yang pernah anda rasakan?
(6). Adakah niat untuk menjadi wanita yang normal (menyukai lawan
jenis)?
(7). Apa keinginan anda untuk kedepan?

B. Wawancara Subjek Sekunder


1. Identitas Subjek
(1). Siapa nama anda?
(2). Sudah berapa lama anda mengenal subjek?
(3). Bagaimana pandangan anda pada masa mengenal subjek sebelum
mengetahui sebagai lesbian?
(4). Apakah subjek memiliki banyak teman?
(5). Bagaimana kriteria rata-rata teman subjek?
(6). Bagaimana model pergaulan subjek dengan teman-temannya?
(7). Bagaimana keseharian subjek?
(8). Sejak kapan anda mengetahui bahwa subjek adalah seorang lesbian?
(9). Sepengetahuan anda, apakah subjek mempunyai teman dekat untuk
membicarakan hal pribadinya? Siapa saja?
(10). Apakah yang dikatakan subjek sesuai dengan kenyataannya?
(11). Seberapa sering hal itu dilakukan?
(12). Apa yang menjadi topik pembicaraan?
(13). Bagaimana keterbukaan yang dilakukan subjek dalam
memberikan informasi pribadi?
(14). Apakah pengakuan subjek mengganggu anda?
(15). Bagaimana sikap subjek setelah mengaku sebagai lesbian?
83

(16). Bagaimana sikap anda setelah mengetahui bahwa teman anda


adalah seorang lesbian?
(17). Adakah keminderan/kecanggungan pada subjek setelah
mengakui dirinya lesbian?
2. Faktor-faktor Pendorong Menjadi Lesbian?
(1). Sepengetahuan anda, adakah dikeluarga subjek yang memiliki
orientasi seksual yang sama dengan subjek?
(2). Menurut anda, apa penyebab subjek memilih menjadi lesbian?
3. Dinamika Pengelolaan Hubungan Sosial
(1). Apa yang anda ketahui mengenai subjek akan keluarganya?
(2). Apa kesibukan kedua orangtua subjek?
(3). Bagaimana interaksi sosial subjek dalam keluarga yang anda ketahui?
(4). Dalam keluarga siapa yang paling dekat dengan subjek?
(5). Apakah keluarga mengetahui jati diri subjek yang sesungguhnya?
(6). (Jika keluarga belum mengetahui) Menurut anda apa alasan subjek
tidak memberitahukan keluarga perihal orientasi seksualnya?
(7). (Jika sudah mengetahui) Bagaimana perlakuan keluarga subjek
terhadap subjek setelah mengetahui perihal orientasi seksualnya?
(8). Apakah masyarakat mengetahui orientasi seksual subjek?
(9). Bagaimana penerimaan masyarakat terhadap pengakuan jati diri
subjek?
(10). Bagaimana pandangan lingkungan terhadap subjek sebagai
lesbian?
(11). Apakah orang terdekat (sahabat) mengetahui orientasi seksual
subjek?
(12). Bagaimana sikap orang terdekat setelah mengetahui subjek
adalah seorang lesbian?
(13). Apa yang menjadi dampak bagi subjek setelah subjek
mengakui bahwa ia seorang lesbian?
84

(14). Adakah hal-hal/perilaku subjek sebagai lesbian yang


mengganggu lingkungan sosial? Contohnya?
4. Persepsi Terhadap Situasi yang Dialami
(1). Bagaimana penilaian anda sebagai seorang teman terhadap subjek?
(2). Hal apa yang menjadi minat subjek?
(3). Apa keinginan anda untuk subjek sebagai seorang teman?
85

CATATAN LAPANGAN SUBJEK SATU

Catatan lapangan : No.1

Waktu : tanggal 2 Desember 2013

Disusun jam : 15.00 WIB

Tempat : Kampus SB

Subjek Penelitian : SB

Deskriptif:

Gambaran diri subjek:

Subjek nampak rapi mengenakan kemeja biru jeans dan jilbab berwarna hitam,

celana jeans hitam ketat dengan memakai sepatu flat, diperkirakan tinggi badannya

sekitar 158cm. Subyek memakai tas tangan berwarna hitam dengan rantai pendek dan

detail blink blink pada tas nya. Subjek memakai soft lens berwarna abu-abu,

wajahnya cerah dengan make-up tipis yang merona.

Subjek pergi ke kampus dengan teman satu kosnya yang bernama IR. Selain satu

kos mereka satu jurusan dikampus. Setibanya dikampus sekitar pukul 11.00 subjek

langsung naik ke lantai 3 tempat ia kuliah. Subjek langsung duduk dimeja nomer 3

dari depan dengan IR menyusul disebelahnya. Tidak berselang lama teman-teman SB

datang dan duduk disekitar SB. Sebelum dosen datang subjek sempat mengobrol dan
86

tertawa ringan dengan teman-teman sekelas subjek. Subjek keluar dari ruang kuliah

pukul 13.00, setelah selesai kuliah sekitar pukul 13.15 subjek pulang kekos nya

bersama ke 4 temannya. Subjek melepas jilbabnya dan kemudian pergi dengan ke-4

temannya ke Paragon Mall untuk berjalan-jalan dan menonton film.

Reflektif:

Subjek melakukan kegitan dikampus layaknya mahasiswi lain, berinteraksi dengan

mahasiswi lain. Subyek nampak dekat dengan teman-teman sepermainannya.


87

Catatan lapangan : No.2

Waktu : tanggal 28 Desember 2013

Disusun jam : 21.30 WIB

Tempat : Kos SB

Subjek Penelitian : SB

Deskriptif:

Gambaran diri subjek:

Subjek terlihat segar dengan mengenakan kaos polos putih dan celana yang

sangat pendek. Subjek satu kamar dengan kedua orang temannya, IR dan DN, mereka

semua satu kampus dan satu jurusan dengan subjek. Rambut subjek terlihat basah dan

dibiarkan terurai panjang hingga mencapai pusar.

Kamar subjek kos berukuran 4x3m. Dikamar subjek terlihat beberapa koleksi tas

yang digantung di tembok dan beberapa foto subjek dengan teman-temannya di café-

café di Semarang. Subjek terlihat sedang mengobrol dan bercanda dengan IR

mengomentari acara yang mereka tonton. Subjek memperagakan salah satu tokoh

dalam acara itu dan membuat IR dan DN tertawa terbahak-bahak. Hingga sekitar

pukul 20.00 subjek dan ketiga temannya pergi keluar untuk membeli makan malam.
88

Reflektif:

Subyek orang yang senang bercanda dengan teman-temannya. Subjek senang pergi ke

café dengan teman dekatnya. Subjek adalah orang yang modis terlihat dari koleksi tas

nya.
89

Catatan lapangan : No.3

Waktu : tanggal 14 Februari 2014

Disusun jam : 21.00 WIB

Tempat : Rumah SB

Subjek Penelitian : SB

Deskriptif:

Gambaran diri subjek:

Subjek nampak lelah dengan muka yang masih bermake-up sepulangnya dari

rumah temannya semasa SMP. Sekitar pukul 19.00 ibu subjek baru tiba dirumah.

Setiba ibunya dirumah ibunya langsung menyiapkan makanan. Pukul 20.00 adik

subjek baru tiba sepulang dari les disebuah bimbingan belajar.

Seusai mandi subjek langsung mengambil makanan dan memakannya didalam

kamar dengan adiknya. Dikamar subjek terpajang banyak foto-foto subjek dan

adiknya. Kamar subjek berukuran 3x3m dengan sebuah TV 14” didalamnya. Selesai

makan bersama adiknya subjek kembali beraktivitas dikamar sekedar menonton TV

sambil bermain gadgetnya diatas kasur. Selama mengobrol dengan adiknya subjek

terlihat lebih aktif memulai pembicaraan dan mencari topik, adiknya hanya

menanggapi dengan sepatah atau duapatah kata.


90

Reflektif:

Dirumah subjek banyak melakukan kegiatannya didalam kamar. Subjek dekat dengan

adiknya, adik subjek cenderung lebih pendiam daripada subjek.


91

KESIMPULAN HASIL OBSERVASI SUBJEK SATU

a). Kondisi Umum Subjek

1. Kondisi Fisik Subjek

SB memiliki ciri fisik secara umum berkulit putih langsat dengan

rambut panjang lurus yang selalu terurai. Tinggi badannya sekitar 158 cm

dengan berat badan kira-kira 53 kg. Badannya tidak terlalu gemuk. Dalam

berpenampilan, SB selalu memakai pakaian yang seksi dan menunjukan

lekuk tubuhnya. Dalam kesehariannya dikampus, ia memakai jilbab yang

sangat modis, namun diluar kampus ia tidak mengenakan jilbab. SB selalu

terlihat cerah dengan make-up tipis di wajah nya.

2. Kondisi Tempat Tinggal Subjek

Pada awal penelitian SB adalah mahasiswi semester akhir di salah

satu Universitas Swasta di Semarang. Ia tinggal di dekat kampus. Lokasi

kos nya dengan kampus hanya berjarak 5 menit menggunakan kendaraan

bermotor. Kos SB nampak sederhana dengan memiliki 8 kamar.

Namun saat ini SB sudah lulus dan sedang mencari pekerjaan. Ia

tinggal di Tegal bersama kedua orangtua nya dan seorang adiknya. Rumah

SB terletak di sebuah gang kecil dengan rumah yang sederhana.

3. Lokasi Kegiatan Subjek


92

Ia menghabiskan waktu kesehariannya di kos bila tidak kekampus

untuk kuliah dan bimbingan. Bila sore hari biasanya SB pergi bermain

dengan teman-teman kampus atau teman kosnya hanya untuk sekedar

makan malam atau nongkrong di kedai kopi/kedai coklat.

b). Aktivitas Subjek

Saat ini aktivitas subjek sehari-hari dihabiskan dirumah karena SB sudah

lulus dan belum bekerja. Terkadang ia bermain keluar dengan beberapa

teman-temannya untuk sekedar bermain atau nongkrong.

c). Dinamika Psikologis Subjek

1. Karakter Subjek

SB adalah seorang yang humoris dan mudah dekat dengan orang lain.

Banyak temen-teman yang mengenal SB. Setiap hari ia suka bermain, ia

tidak betah bila hanya berlama-lama diam dirumah. Dengan orang yang

tidak terlalu dekat SB membatasi diri, tetapi dengan teman-teman

dekatnya SB menceritakan semua hal yang ia rasakan dan ia alami.

2. Kecenderungan Perilaku yang Tampak atau Kebiasaan Subjek

SB selalu mudah tertawa oleh hal-hal kecil. SB sangat mementingkan

penampilan, hal ini terlihat dari penampilan SB dalam berpakaian yang

selalu modis dan selalu tampil dengan make-up yang natural.

3. Sikap yang Ditampilkan Subjek Saat Wawancara

Ketika wawancara SB sering tertawa dan menjawab pertanyaan

dengan cepat. SB menjelaskan semua jawaban dengan detil dan terkadang


93

ia tertawa setelah menjawabnya. SB tidak bisa lepas dengan gadget nya.

Sesekali saat wawancara ia menerima telepon dan melihat hp untuk

membaca BBM atau SMS.

d). Interaksi Sosial Subjek

1. Hubungan Subjek dengan Teman Kos

Interaksi SB dengan teman kos baik, dengan teman sekamar SB,

mereka sangat dekat. SB satu kamar dengan kedua temannya yaitu DN

dan IR. Mereka sering berpergian bersama dan berbagi cerita. Namun

dengan tetangga kos lain SB hanya sekedar mengenal.

2. Hubungan Subjek dengan Teman diluar Kos

Interaksi SB dengan keluarga jarang terjadi karena mereka jarang

berkumpul. Kedua orangtua SB bekerja dan pulang ketika sudah sore

menjelang malam. Adik SB sibuk disekolahnya sehingga setiap harinya

baru pulang kerumah sekitar pukul 20.00 WIB.

3. Hubungan Subjek dengan Orangtua

Interaksi SB diluar dengan teman kos baik. SB banyak mempunyai

teman dekat yang berbeda-beda. Apabila ia mendapat kenalan baru pun ia

tidak canggung dan bisa lepas mengobrol untuk mencairkan suasana.


94

CATATAN LAPANGAN SUBJEK DUA

Catatan lapangan : No.1

Waktu : tanggal 25 Desember 2013

Disusun jam : 22.00 WIB

Tempat : Kosan AA

Subjek Penelitian : AA

Deskriptif:

Gambaran diri subjek:

Subjek nampak santai mengenakan kaos yang longgar dan celana dibawah lutut

model lelaki yang bersaku banyak, diperkirakan tinggi subjek sekitar 156cm. kulit

subjek coklat dan terlihat kering. Subjek memakai kacamata yang sangat tebal dengan

minus 7 disetiap sisinya. Rambut subjek yang pendek dibiarkan acak-acakan tanpa

disisir sehabis keramas.

Kamar kos subjek berukuran 3x3m. Dikos AA terdapat 8 kamar dengan ruang

parkir yang sempit. Subjek satu kamar dengan temannya. Dikamar subjek terpajang

beberapa foto artis wanita luar negri dengan pakaian yang minim (bikini). Dikamar

AA banyak buku bacaan baik yang berbahasa Indonesia maupun berbahasa Inggris.
95

AA mengobrol dengan salah satu adik kosnya yaitu EM. Mereka nampak akrab

dan tertawa kecil ditengah-tengah obrolan AA. Tidak berselang lama sekitar pukul

20.00 AA mengambil HP dan menganggkat telpon dari kekasihnya. Lalu subjek

bertelepon dengan kekasihnya di teras kosan hingga 1 jam lebih.

Reflektif:

AA memiliki teman sekamar yang tidak terlalu dekat dengannya. AA senang

bercanda dengan teman kosnya.


96

Catatan lapangan : No.2

Waktu : tanggal 3 February 2014

Disusun jam : 12.30 WIB

Tempat : Kampus AA

Subjek Penelitian : AA

Deskriptif:

Gambaran diri subjek:

Subjek tiba dikampus pukul 10.00 WIB dengan mengenakan sepeda untuk

menemui dosen pembimbingnya. Sekitar pukul 10.30 WIB subjek selesai bimbingan

dan pergi ke perpustakaan. Subjek memakai kemeja lelaki berlengan pendek yang

longgar dibadannya dan memakai sepatu bermodel boots berwarna coklat.

Diperpustakaan subjek mengambil beberapa buku referensi dan mengetiknya.

Beberapa kali terlihat adik kelas subjek menyapa subjek dan mengajaknya

mengobrol. Subjek terlihat sibuk kembali dengan mencari referensi dari internet.

KESIMPULAN HASIL OBSERVASI SUBJEK DUA

e). Kondisi umum subyek

4. Kondisi fisik subyek


97

AA memiliki ciri fisik kulit coklat dan kering. Tinggi badannya sekitar

156 cm dengan berat badan 50 kg. AA tidak terlihat gemuk karena ia sering

memakai baju yang menyerupai lelaki dan berukuran besar. Rambutnya

pendek seperti model-model rambut lelaki dan ia memakai kacamata minus 7.

Dalam berpenampilan AA cenderung sangat maskulin. AA sering terlihat

memakai sepatu model boots dan tidak pernah mengenakan sepatu kets model

biasa. Dalam berjalan dan berbicara suara AA sangat berat untuk ukuran suara

seorang wanita.

5. Kondisi tempat tinggal subyek

AA adalah salah satu mahasiswi di Perguruan Tinggi Negeri di Semarang,

kos AA tidak berada jauh dari lokasi kampus. Dengan menggunakan

kendaraan bermotor jarak dari kos ke kampus bisa ditempuh 5 menit. Kos AA

masuk di sebuah gang buntu di lingkungan yang cenderung sepi. Kos AA

memiliki 10 kamar dengan halaman parkiran yang kecil. AA memiliki teman

sekamar yang tidak terlalu dekat dengannya. Dikamar AA terpajang foto-foto

dan poster artis wanita luar negri dengan pakaian yang minim.

6. Lokasi kegiatan subyek

AA banyak menghabiskan waktunya di kampus untuk bimbingan skripsi

atau sekedar hotspot-an. Ia juga sering berada di perpustakaan untuk mencari

referensi penelitiannya dan mengobrol dengan adik kelas. Setelah itu sisa

waktunya dihabiskan di kos bersama teman-teman kosnya.


98

f). Aktivitas subyek

AA sedang sibuk menyelesaikan skripsinya. Ia sering datang kekampus untuk

bimbingan dan mencari referensi. Di sore hari AA sering keluar dengan teman

kosnya untuk sekedar jalan-jalan sore atau membeli makan bersama. AA tidak

pernah keluar dengan kekasih wanitanya karena mereka berbeda kota.

g). Dinamika psikologis subyek

4. Karakter subyek

AA adalah seseorang yang jujur dan membuka diri dengan orang lain.

Dia mempunyai banyak teman dan banyak adik kelas yang dekat dengannya.

Ia tidak membatasi diri untuk bergaul dengan orang lain, tetapi temannya yg

akrab dan menjadi tempat cerita AA hanya beberapa saja.

5. Kecenderungan perilaku yang tampak atau kebiasaan subyek

AA selalu tampak ramah walaupun dirinya sedang tidak dalam kondisi

yang prima. Ia tidak terlalu mementingkan masalah penampilannya, hal itu

terlihat dari cara berpakaian AA yang apa adanya.

6. Sikap yang ditampilkan subyek pada saat wawancara

Ketika menjawab pertanyaan wawancara AA selalu menatap interviewer.

Ia pun tak segan-segan menjelaskan tentang dirinya kepada interviewer.

Namun apabila menyangkut pertanyaan yang menurut ia sensitive ia akan

sulit menjawabnya, ia akan diam sejenak kemudian baru menjawab

pertanyaan yang diberikan interviewer.

h). Interaksi sosial subyek


99

3. Hubungan subyek dengan teman kos

Interaksi AA dengan teman kos baik, semua teman kos mengetahui AA

lesbian, dan mereka tidak menjauhi nya. Tetapi hanya ada beberapa orang

yang akrab dan menjadi teman cerita AA saja.

4. Hubungan subyek diluar teman kos

Interaksi AA selain dengan teman kos baik. AA orang yang membuka

diri dengan siapapun, tetapi kebanyakan orang lain yang menjaga jarak

denganAA.
100

Verbatim Wawancara

Wawancara Pertama, Subjek Primer Pertama SB

Nama : SB

Usia : 23 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Asal Daerah : Tegal

Domisili Sekarang : Semarang

Status Narasumber : Subjek Primer

Interviewer : Dhea Marthilda

Tempat : Kos Dhea, Sekaran. 27 Desember 2013. 20.30 WIB

Baris Hasil Wawancara Data Reduksi Tema Analisis


1 (Intr): Selamat malam mba, nama saya Dhea,
101

nama mba siapa ya?


2 (SB): Nama saya SB mba..
3 (Intr): Usianya berapa mba sekarang?
4 (SB): 23 tahun mba..
5 (Intr): Kamu berapa bersaudara dirumah?
6 (SB): Aku 2 bersaudara dirumah, aku anak
pertama. Adikku perempuan kelas 2
SMA.
7 (Intr): Terus kalo dirumah kamu merasa
orang tua suka ngebeda-bedain kamu
nggak?
8 (SB): Enggak lahhh.. Eh, tapi aku lebih dimanja
sih sama mamah. Ya kalo aku minta apa-
apa dikasih.
Kalo adikku ga pernah minta ahahaha
9 (Intr): Terus uda berapa lama kamu jadi
lesbian mba?
10 (SB): Aku tuh mulai semester 3 awal. Kira-kira
tahun 2010. Ya berarti udah sekitar 3
tahunan.
11 (Intr): Siapa saja yang tahu kalo kamu
102

lesbian?
12 (SB): Semua temen deket ku tahu kalo aku
lesbi.
13 (Intr): Alasan kamu milih jadi lesbian apa?
14 (SB): Aku lebih nyaman ama cewe. Terus kalo Aku lebih nyaman sama Faktor pendorong merasa lebih nyaman
minta apa-apa dikasih. Terus lebih cewe. penyebab menjadi dengan wanita
ngertiin. lesbian
Kalo ama cowo dikasih sih, cuman kalo
cowo pasti kan dia minta imbalan balik.
Nah kalo pacaran ama cowo itu juga was-
was aku takut hamil. Aku pernah sekali
hamil sampai usia 2 bulan sama cowok
padahal dia bukan pacarku. Kira-kira
waktu tahun 2012 sama X, terus itu aku
gugurin bareng sama dia minum obat
yang dibeliin dia. Gara-gara itu terus aku Gara-gara hamil aku Faktor pendorong Menjadi lesbian
males punya pacar cowok lagi. Padahal males punya pacar cowo penyebab menjadi karena trauma hamil
sebelum kejadian itu walaupun aku punya lagi lesbian
pacar cewe aku tetep pacaran sama cowo.
Nek sama cewe kan engga. Jadi lebih
sreg ama cewe hehehe
103

15 (Intr): Gimana ceritanya kamu bisa jadi


lesbian mba?
16 (SB): Ya ga ada ceritanya, sebernernya kan Awalan tuh aku deket Faktor pendorong Berteman dengan
awalan tuh aku deket ama si R (wanita) sama si R (wanita) itu. penyebab menjadi lesbian
itu. aku tau dia lesbi, waktu itu aku aku tau dia lesbi lesbian
pacaran ama siapa yah… hmmm, D
(lelaki) kalo ga salah.
Aku tetep maen ama si R, terus R tuh
intens sms aku ada sebulan-an, aku kan
gemes yah waktu main di kosnya R, aku
cium aja bibirnya R, eh dia diem aja
yauda akhirnya aku makin deket terus
jadian ama dia. Ehh… sampe sekarang
malah keterusan. hahaha
17 (Intr): Kamu puas setelah semua temen deket
kamu tahu kalo kamu lesbian?
18 (SB): Puas lah lega banget. Jadi ga usah
ngumpet-ngumpet.
19 (Intr): Setelah temen-temen tahu kamu
lesbian, mereka ngejauhin kamu?
20 (SB): Engga ko, ga dijauhin. Paling cuma
104

nasehatin aja. Tapi biasa aja, paling tak


dengerin masuk kuping kiri, keluar
kuping kanan aahahaha….
21 (Intr): Jadi lesbian itu bikin kamu susah
interaksi ama dunia luar ga? Atau
menyulitkan kamu ga?
22 (SB): Engga sih biasa aja… mereka gatau aku mereka gatau aku lesbi Pengelolaan hubungan Masyarakat tidak
lesbi sosial dalam masyarakat mengetahui subjek
lesbian
23 (Intr): Keluarga kamu tahu ga kalo kamu
lesbian?
24 (SB): Engga lah, papa mamaku gak tahu kalo papa mamaku gak tahu Pengelolaan hubungan Orangtua tidak
aku belok. Yang tahu cuman adekku. kalo aku belok. sosial dalam keluarga mengetahui subjek
Tapi dia biasa aja, standar. Adek aku kan lesbian
cuek.
Orang waktu aku kasih tau aja
ekspresinya biasa aja ahahahaha
25 (Intr): Sewaktu kamu memberitahu adik
kamu, dia ngasih tanggepan/komentar
nggak?
26 (SB): Engga sama sekali cuma bilang “oh”
105

doang. Mungkin adikku udah tau soalnya


aku juga sering nginepin mantanku si A.
27 (Intr): Kalo keluarga gatau, kenapa kamu ga
ngasih tau? Terus kapan kamu mau
ngasih tau mereka?
28 (SB): Diusir lah kalo aku ngasih tau mereka.
Aku ga bakal ngasih tau mereka. Kecuali
kalo mereka tahu sendiri yah…
29 (Intr): Tahukah masyarakat sekitar
(tetangga) kalau kamu lesbian?
30 (SB): Kalo tetangga gak tau… Kalo tetangga gak tau… Pengelolaan hubungan Masyarakat tidak
sosial dalam keluarga mengetahui subjek
lesbian
31 (Intr): Kamu uda pacaran sama berapa
cewek?
32 (SB): Cewe ya, jangan tanya cowo soalnya aku
udah lupa banyak banget ahahahaha. Tapi
aku masih suka ko ama cowo.
Kalo ama cewe aku uda pacaran 4 kali.
Yang pertama ama R, sekitar tahun 2010.
Aku pacaran cuma 7 bulan.
106

Yang kedua ama D, sekitar tahun 2011,


tapi cuma 3 bulan.
Yang ketiga ama A. sekitar tahun 2011,
jalan 2 tahun.
Terus ini yang terakhir ama B, tahun
2013, baru jalan 3 bulan hehehe
33 (Intr): Itu rata-rata putusnya kenapa?
34 (SB): Ya ada yang karna bosen, ada yang ada yang emang dia nya Relasi dengan pasangan Adanya hubungan
emang dia nya selingkuh, terus akunya selingkuh, terus akunya homoseksual segitiga
selingkuh, paling gitu-gitu doang sih selingkuh,
35 (Intr): Terakhir nih, interaksi kamu dengan
sesama lesbian lain gimana? Terus
kamu ikut komunitas-komunitasnya
gitu ga?
36 (SB): Biasa aja. Ya kenal, tapi ga terlalu deket Ya kenal, tapi ga terlalu Pengelolaan hubungan Interaksi sosial yang
sih. deket sih. sosial dengan sesama tidak terlalu dekat
Soalnya kalo deket-deket ama lesbian lesbian dengan sesama
lain itu rawan selingkuh hahahhaa. lesbian
Engga, aku ga ikut komunitas-komunitas
gitu.
107

Wawancara Kedua, Subjek Primer Pertama SB

Pekerjaan : Fresh Graduate – Sedang Mencari Pekerjaan

Interviewer : Dhea Marthilda

Tempat : Kos teman SB,Semarang. 12 Maret 2014. 22.18 WIB

Baris Hasil Wawancara Reduksi data Tema Analisis


37 (Intr): Selamat malam.. langsung saja ya kita
mulai wawancaranya, kegiatan kamu
sehari-hari apa sekarang?
38 (SB): Kegiatan aku sehari-hari dirumah aja, beres-
beres rumah, nyari-nyari kerjaan, bantu-
bantu orangtua, ya cuma gitu aja buat
sekarang
39 (Intr): Dengan siapa anda menghabiskan waktu
anda?
40 (SB): Kalo sekarang aku sih dirumah sama
adekku. Kalo dulu dikos aku sama anak
kosan paling, kadang sama mantanku si R
itu
108

41 (Intr): Terus keseharian dalam keluarga


gimana?
42 (SB): Ya baik-baik aja, ga ada masalah
43 (Intr): Bisa diceritain ga, masa kecilnya sama
keluarga gimana?
44 (SB): Masa kecilnya sama keluarga kurang soalnya keluargaku ga ada Faktor pendorong Keadaan ekonomi
bahagia. Yaa… soalnya keluargaku ga ada duit dulu jadi ga bahagia. penyebab menjadi yang kurang
duit dulu jadi ga bahagia. lesbian membuat masa kecil
tidak bahagia
45 (Intr): Ga bahagia gimana? Bisa diceritain ga? namanya ga punya duit ya Faktor pendorong Faktor ekonomi
46 (SB): Ya gitu, namanya ga punya duit ya ga ga bahagia. penyebab menjadi mendorong menjadi
bahagia. Kalo minta apa-apa pasti nanti lesbian lesbian
bilangnya “ntar dulu ya mbak”…
Jadi kayanya susah banget ahahahhaa
47 (Intr): Apa pekerjaan orangtua?
48 (SB): Orangtuaku dua-duanya guru, guru SD.
49 (Intr): Selain bekerja, apa saja kesibukan
orangtua?
50 (SB): Kalo mamahku kan guru olahraga, kalo pagi
ngajar di SD, tapi kalo sore dia ngajar
senam di sanggar senam. Kalo papah cuma
109

ngajar disekolah. Itu aja sekolahnya jauh di


gunung, jadi tiap hari berangkat jam 6 pagi.
51 (Intr): Apakah keluarga sering berada
dirumah?
52 (SB): Bapakku sering dirumah, tapi mamaku…..
jarang dirumah. Paling kalo malem. Soalnya
dia kerja sampe sore.
53 (Intr): Kalo lagi kumpul, apa tema yang sering
dibicarakan dirumah?
54 (SB): Yang sering dibicarain ya itu… aku disuruh
nyari kerjaan, disuruh nyari pacar, disuruh
nikah.
55 (Intr): Apa penilaian kamu tentang keluarga
kamu?
56 (SB): Keluarga aku baik-baik aja, harmonis kalo
sekarang.
57 (Intr): apakah kamu menginginkan keluarga
tahu jati diri kamu?
58 (SB): Kalo sekarang sih ga pengin. Tapi buat
ntarnya kepingin juga sebenernya, soalnya
aku sama pacarku yang sekarang kan uda
110

serius banget. Udah nyaman


59 (Intr): Temen-temen kamu lebih banyak cowo
atau cewe?
60 (SB): Lebih banyak cewe dong buat sekarang…
dulu pas masih straight banyak cowonya.
61 (Intr): Bedanya apa main sama cewe dan main
sama cowo?
62 (SB): Bedanya kalo main ama cowo… kadang Tapi kalo main sama cewe Faktor pendorong Merasa nyaman
cowo suka kurangajar.. ga ngehargain aku. ya biasa-biasa aja. Lebih penyebab menjadi dengan wanita
Tapi kalo main sama cewe ya biasa-biasa nyaman. lesbian
aja. Lebih nyaman.
63 (Intr): Pernah punya pengalaman buruk waktu
main sama cowo?
64 (SB): Iya pernah.. pas lagi dugem digrepe-grepe Iya pernah.. pas lagi dugem Faktor pendorong Mengalami
terus diajakin ke hotel… digrepe-grepe penyebab menjadi pelecehan seksual
lesbian
65 (Intr): Iya? Terus-terus kamu mau ga? Gimana
ceritanya?
66 (SB): Ya mau lahh, namanya lagi mabok. Aku Pas dihotel itu kan aku Faktor pendorong Mengalami
gatau gimana ceritanya pokoknya waktu itu setengah sadar, kayanya penyebab menjadi pelecehan seksual
kan abis dugem terus aku mabok eh tau-tau sih ya aku berhubungan lesbian
111

aku diajakin ke hotel. Pas dihotel itu kan nggak cuman sama satu
aku setengah sadar, kayanya sih ya aku orang
berhubungan nggak cuman sama satu orang.
67 (Intr): Terus sekarang kamu lagi pacaran sama
siapa?
68 (SB): Sama Banesss namanya.. cewe tapi ganteng
banget hehehehe
69 (Intr): Peran kamu waktu pacaran sama cewe
itu gimana?
70 (SB): Yaaaaa…. Ga gimana-gimana, aku jadi aku jadi cewenya, banes Relasi dengan Berperan sebagai
cewenya, banes jadi cowonya… jadi cowonya… pasangan wanita
71 (Intr): Ada perubahan ga dalam diri kamu homoseksual
setelah kamu berpacaran sama cewe?
72 (SB): Ada banget. Jadi lebih egois.. lebih posesiv,
lebih kasar, lebih apa yaaaaa…. Pokoknya
intinya kalo ama cowo tuh aku cuek, tapi
kalo ama cewe lebih posesiv.
73 (Intr): Pernah disindir temen ga atas kondisi
yang kaya sekarang?
74 (SB): Pernah.. ya sering kalo dikampus. Gimana
sih, tapi ya becanda-becanda.. misalkan ada
112

bahasan tentang kaya gitu lho…. Ya paling


disindir.. hiyaaaa..hiyaaa gitu-gitu tok.
Udah ga ada yang lain.
75 (Intr): Pernah ada masalah ga sama kondisi
yang sekarang?
76 (SB): Belum pernah..
77 (Intr): Kira-kira nih, sampai kapan kamu bakal
mempertahankan pasangan kamu?
78 (SB): Ya sampe…..aku sadar.
79 (Intr): Maksudnya sampai sadar?
80 (SB): Ya sampai aku nikah sama cowo, walaupun
aku tetep menjalin hubungan sama pacar
ceweku nanti, tp nanti kalau menemukan
cowo yang tepat aku pasti nikah.
Gini nih, jadi pacarku bilang sama aku, kalo
dia belum bisa sukses sampai usianya
mencukupi buat nikah, ya dia nyuruh aku
nikah sama lelaki, kaya nunggu dia sukses
gitu deh, kalo dia ga sukses ya dia ngebiarin
aku nikah sama cowo. Tapi buat saat ini
cowo yg deketin aku ga ada yang sreg di
113

hati ahahaha
81 (Intr): Ada pembagian peran ga dalam
hubungan kamu dengan pasangan?
82 (SB): Ga lah.. ga ada. Aku selalu jadi cewe Aku selalu jadi cewe Relasi dengan Selalu berperan
pacaran sama siapapun. Kalo sama yang pacaran sama siapapun. pasangan sebagai wanita
sekarang ya aku jadi cewe. Banesnya yang homoseksual
jadi cowo.
83 (Intr): Mengapa anda memilih peran tersebut?
84 (SB): Hahahahaha, ko bahasanya milih sih. Ya
gak milih orang emang udah naluri dia
bentukannya maskulin banget masa aku
yang jadi cowo ya lucu malah
85 (Intr): Apa kriteria orang yang anda pilih untuk
menjadi kekasih wanita anda?
86 (SB): Yang ganteng, ga dekil, sama yang
payudaranya ga besar. Hahahahaa
Kan ga lucu kalo payudaranya besar ga asik
87 (Intr): Dalam hubungan percintaan kamu
dengan pacar kamu yang sekarang,
adakah orang ketiga?
88 (SB): Pasti adalah. Cuma ya… ganti-gantian. Pasti adalah. Cuma ya… Relasi dengan Ada orang ketiga
114

Kadang dari pihak aku, kadang dari pihak ganti-gantian. Kadang dari pasangan dalam hubungan
sana. Tapi orang ketiganya ga terlalu pihak aku, kadang dari homoseksual pacaran
mengganggu sih. pihak sana.
89 (Intr): Dalam hubungan anda dengan kekasih
anda saat ini, apakah anda memiliki
orang terdekat lain? Jika ada lelaki atau
perempuan?
90 (SB): Hmmm….. ada sih aku masih kontek-
kontekan ama mantanku, kadang juga kalo
main ke Semarang aku masi nginep di
tempat mantanku si R
91 (Intr): Apakah kamu sering merasa bahwa
kamu meluapkan semua emosi kamu
kepada pasangan kamu?
92 (SB): Sering… sering banget. Banes tuh sering
kalo aku lagi ga mood aku marah-marahin.
Tapi ya dia diem aja paling nanti tanya,
“hihh kamu kenapa si sayang ko marah-
marah terus”, baru nanti abis itu aku sadar
kalo aku ngelampiasin marah ke dia
ahahaha.
115

93 (Intr): Bagaimana cara pemuasan seksual kamu


dengan pasangan kamu?
94 (SB): Hahahahahaha.. ya gitu, hampir sama aja hampir sama aja kaya kalo Relasi dengan Pemuasan seksual
kaya kalo cewe sama cowo…. cewe sama cowo…. pasangan melalui alat kelamin
Hahaha…Cuma kan pake tangan lah sampe Hahaha…Cuma kan pake homoseksual bagian luar
klimaks. Kalo uda senut-senut tuh berenti tangan lah
ahahaha.
95 (Intr): Seberapa sering intensitas anda
berhubungan dengan kekasih sesama
jenis anda?
96 (SB): Kalo ketemu ya sering, paling nggak tuh
aku sebulan sekali ketemu dia. Pasti aku
main ke Purwokerto 2-3 hari.
97 (Intr): Pernahkah anda mempunyai kekasih
lelaki?
98 (SB): Hahaha dulu kan pacarku cowo semua.
99 (Intr): Adakah perbedaan saat melakukan
hubungan seksual dengan pria dengan
saat melakukan hubungan seksual
dengan sesama wanita?
100 (SB): Menurutku tuh enakan sama cewe lhoo.
116

Kalo sama cowo aku gak pernah puas.


Hahahahhaa
Soalnya cowo tuh dikit-dikit pasti udah
keluar kalo cewe kan bisa lama.
101 (Intr): Seandainya kamu lagi jalan-jalan dimall,
terus ketemu temen kamu juga yang
lesbi, seperti apa kamu ngeliat mereka?
102 (SB): Hmmm, paling gini..”ih ih, itu butchi tuhh
tuh.. butchi”, sambil diliatin hehehe
103 (Intr): Apa harapan kamu di kehidupan
mendatang?
104 (SB): Harapannya….. aku bisa coming out. Pengin
coming out tapi aku tuh mikir, aduhhhh ntar
aku diusir. Ya, ntar aku ga dapet warisan.
Kan mikirnya gitu.
105 (Intr): Kalau misalnya suatu saat ada cowo yang
datang ke kamu, terus nyatain cinta, dan
ngajak nikah, terus dia mapan. Mau ga?
106 (SB): Itu mah seringgg, tp engga ah. Ga doyan.
107 (Intr): Kenapa? Apakah pernah ada?
108 (SB): Ya namanya aku ga suka sama cowonya.
117

Padahal aku ditawarin macem-macem lah.


Sampe ditawarin dimasukin jadi pegawai
Bank soalnya dia bapanya kan ketua apa
gitu aku ga mudeng ahahaha,
Tapi orang aku gamau, aku ga suka.
109 (Intr): Gimana kamu menilai diri kamu sendiri?
110 (SB): Aku tuh egois, teruss….keras kepala, terus
baik, easy going, cantik, terusss……males,
yaudah itu aja.
111 (Intr): apa yang bikin kamu menilai diri kamu
sendiri seperti itu?
112 (SB): yang bikin ya…. Ya aku ngerasain kalo aku
memang kaya gitu.
113 (Intr): Kamu pernah ngerasa gagal ga?
114 (SB): Gagal ya sering. Gagal dalam percintaan
sering. Gagal dalam nyari kerjaan tambah-
tambah sering ahahhaa. Kalau gagal dalam
percintaan ya paling nangis, sedih, ya paling
gitu-gitu doang
115 (Intr): Apa profesi yang kamu impikan?
116 (SB): Pingin jadi pegawai bank…kalo ga orang
118

kantoran.
117 (Intr): Kesuksesan yang pernah kamu rasakan
apa?
118 (SB): Suksesnya bisa lulus dari kampus. Itu sukses
buat aku, buat aku orang yang males
heehhehe.
119 (Intr): Adakah niat untuk menjadi wanita yang
menyukai lawan jenis kembali?
120 (SB): Adalah tapi sekarang aku belom nemuin
cowo yang pas yang sreg di ati ahahahaha.
121 (Intr): Apa keinginan anda untuk kedepan?
122 (SB): Aku pingin dapet kerjaan yang mapan itu
aja.
119

Verbatim Wawancara

Wawancara Pertama, Narasumber SB

Nama : OS

Usia : 24 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Asal Daerah : Tegal

Domisili Sekarang : Semarang

Status Narasumber : Narasumber (Teman dekat SB)

Interviewer : Dhea Marthilda

Tempat : Kos OS, Pandanaran. 26 Maret 2014. 21.25 WIB

Baris Hasil Wawancara Reduksi data Tema Analisis


1 (Intr): Selamat malam mba nama saya Dhea,
nama mba siapa ya?
120

2 (OS): Nama saya OS mba..


3 (Intr): Sudah berapa lama mba mengenal subjek?
4 (OS): Sejak SMP
5 (Intr): Bagaimana pandangan anda pada masa
awal mengenal subjek sebelum mengetahui
ia lesbian?
6 (OS): Dulu sih biasa aja sih…. Maksudnya, normal
gitu…
Malah dulu misal kalo ada cowo, hmmm.. dia
ngenalin ke saya sebelum jadi lesbian, gitu..
7 (Intr): Berarti dia dari SMP udah pacaran ya
mba?
8 (OS): Hmmm…. Dibilang pacaran sih engga, deket-
deket gitu, tapi ga jelas jadian apa engga
hahahaa.
9 (Intr): Berarti banyak ya mba cowo yang
ngedeketin dia?
10 (OS): Bukan cowonya sih, tapi kayanya dia-nya
deh.
Contohnya ya, sebenernya sih mereka ga
jadian yah, cuma dia tuh hmm ngerasa kalo
121

cowo itu tuh suka ama dia. Ya dia yang


ngajakin jalan.
11 (Intr): Seberapa jauh hubungan anda dengan
subjek?
12 (OS): Hmmm.. dulu sering main sih. Kalo sekarang
masih sering komunikasi, kadang-kadang
juga masih suka ketemu main bareng. Cuma
sempet gak ketemu pas kita SMA dan awal
kuliah
13 (Intr): Bagaimana pandangan kamu tentang
pribadi subjek?
14 (OS): Hmmm, dari dulu sih kalo menurut aku sihh,
dulu biasa aja sih.
Tapi menurut aku kalo sekarang kaya gitu,
aku juga ngga ngerti gimana kenapa dia bisa
kaya gitu, maksudnya dasar pemikirannya
gimana aku juga ngga ngerti.
15 (Intr): Apakah subjek memiliki banyak teman
dikampus? Siapa saja yang menjadi teman
subjek?
16 (OS): Kayanya sih aku liat cuma beberapa yaa
122

kayak di lingkungan kos sama beberapa orang


dikampus. Cuma ya sekedar kenal-kenal gitu.
17 (Intr): Bagaimana kriteria rata-rata yang menjadi
teman subjek?
18 (OS): Kalo diliat sih pada baik-baik semua,
maksudnya ga ada yang bikin dia terjerumus
kaya gitu. Cuma… Mungkin karena dasarnya
orang tuh masing-masing ya. Mungkin juga
temennya juga pingin ngasih tau apa yang
terbaik buat subjek tapi gak bisa ngasih tau
yang sampe segitunya.
19 (Intr): Bagaimana model pergaulan subjek
dengan teman-temannya?
20 (OS): Ya gitu.. model-model anak gaul yang suka model-model anak gaul Faktor pendorong Lingkungan
dugem, kaya high sosialita gitu deh yang suka dugem, kaya high penyebab menjadi pertemanan yang
modelannya dia ama temen-temennya sosialita gitu lesbian tidak baik
21 (Intr): Terus kamu tahu nggak gimana
keseharian dia dikampus?
22 (OS): Kalo.. kalo itu kurang tahu, cuman seringnya katanya sih juga dipake Faktor pendorong Lingkungan
denger-dengernya diluar kampus kalo diluar mahasiswa. penyebab menjadi pergaulan dan
ya gitu dia. Denger-denger dia pergaulannya Denger-denger sih dia nyari lesbian ekonomi yang tidak
123

itu kurang hmmm… ya gitu deh… suka uang yang model gitu deh seimbang membuat
dugem, terus ntah itu bener atau engga, hehehe subjek menjajakan
katanya sih juga dipake mahasiswa. Terus diri
yaaa gitu deh..
Denger-denger sih dia nyari uang yang model
gitu deh hehehe
23 (Intr): Denger dari mana kamu? Gimana
ceritanya?
24 (OS): Denger dari temen aku. Aku percaya juga sih
soalnya kan emang aku tau sendiri keadaan
ekonomi orangtua nya gimana.
25 (Intr): Memang dia gak dikasih saku ama
orangtua nya ya mba?
26 (OS): Hmmm. Orangtua pasti ngasih lah, cuman orangtuanya terbatas Faktor pendorong Keadaan ekonomi
mungkin karena orangtuanya terbatas mungkin, penyebab menjadi yang sulit
mungkin, jadi dia nggak mau kalah dengan lesbian
pergaulan temen-temen sekelilingnya, jadi
mungkin dia cari uang yang kaya gitu.
27 (Intr): Memang apa pekerjaan orangtua subjek
mba?
28 (OS): Untuk ibu sama bapaknya guru SD
124

29 (Intr): Sejak kapan anda mengetahui kalau


subjek adalah seorang lesbian?
30 (OS): Hmmm.. saat ketemu kemaren beberapa
bulan yang lalu yah.
31 (Intr): Sepengetahuan anda, apakah subjek
mempunyai teman dekat yang biasa diajak
untuk membicarakan hal pribadinya?
Siapa saja?
32 (OS): Hmmm. Ya banyak sih.
Ya saya sendiri, temen SMP, D, dan temen
kuliahnya satu kos.
Tapi mungkin sekarang udah mulai pada tahu
soalnya dia udah mulai publikasi di BBM.
33 (Intr): Lalu bagaimana dia menceritakan bahwa
ia lesbian?
34 (OS): Sebenenya sih udah ada curiga waktu dulu,
waktu dia punya mantan yang dia pajang
fotonya itu. jadi sebenernya aku curiga udah
lama cuma, yaa…masih belum memastikan
terus juga ga pernah ketemu cuman say hello
lewat bbm doang. Terus tiba-tiba ketemu
125

temen lama (temen SMP) yang juga tahu,


terus aku dikasih tahu dari situ juga.
Terus akhirnya dia juga cerita sendiri gara-
gara dia ngajakin jalan sama mantan dia yang
sama-sama cewe..
35 (Intr): Seberapa sering intensitas anda menjadi
tempat berbagi cerita (mengobrol hal
pribadi)?
36 (OS): Ga sering sih, kalo missal aku gak nanya, gak
bakal cerita juga deh kayanya. Dia agak
introvert kayanya. Harus dipancing dulu dia
itu ahahahhaa..
37 (Intr): Apa yang menjadi topik pembicaraan?
38 (OS): Biasanya sih, apa yah… Macem-macem sihh
39 (Intr): Bagaimana keterbukaan yang dilakukan
subjek dalam memberikan informasi
pribadi?
40 (OS): Yaaa….. masih ada beberapa sih yang masih
ditutupin. Cuma aku sendiri gamau yang
terlalu ngulik gimana.
41 (Intr): Kapan pertama kali dia mengatakan
126

bahwa ia seorang lesbian?


42 (OS): Waktu kita abis jalan bareng sama mantannya
dia yang cewe itu. sekitar beberapa bulan
yang lalu ya, uda lumayan sih setengah taun
ada
43 (Intr): Siapa saja yang mengetahui perihal subjek
lesbian?
44 (OS): Pastinya temen-temen kosan dia. Tapi untuk
saat ini karena dia udah berani publikasi ya
udah hampir semuanya lah hahaha
45 (Intr): Apakah hal yang disampaikan subjek
sesuai dengan kenyataan dan apa adanya?
46 (OS): Heem, sesuai kok
47 (Intr): Bagaimana ekspresi subjek dalam
menyampaikan hal pribadi?
48 (OS): Gimana ya, ya biasa aja sih. Ekspresinya ya
campur aduk sih menurut aku.
49 (Intr): Bagaimana pandangan/persepsi anda
terhadap penyampaian hal pribadi yang
dilakukan subjek?
50 (OS): Ya… apa yah
127

Gimana yah engga sih, aku ngeliatnya biasa


aja. Cuma yang bikin nggak nyangka waktu
ngedenger dia terus terang apa yang ngga kita
duga. Gitu sih
51 (Intr): Apakah pengakuan diri subjek
mengganggu anda? mengapa?
52 (OS): Hmmm.. sebenernya sih bukan ngeganggu
yah, tapi agak syok gimana gitu ahahahaha
Tapi yaudah mau gimana lagi, cuman tapi
sejauh ini berharap dia bisa sembuh lah, ga
kaya gitu terus aahahhaa.
Sempet takut waktu nginep dirumah dia
ahahahahaa, satu kamar sama dia cuman ya
mau gimana lagi. Cuman aku gak mau
nunjukin banget lah kalo aku takut. Tapi
tambah kesini, yaudalah…. Tapi tetep
berusaha untuk menyembuhkan dia,
gimanapun caranya hahaha.
53 (Intr): Bagaimana pandangan lingkungan
terhadap subjek sebelum subjek mengakui
perihal lesbiannya?
128

54 (OS): Orang pasti mikirnya dia normal, pasti.


Karena, yaaa awalnya juga kan dia sering ama
cowo juga kan. Jadi pasti gak pada nyangka
kalo tahu-tahu dia berubah haluan ahahaa.
55 (Intr): Bagaimana pandangan lingkungan setelah
tahu bahwa dia seorang lesbian?
56 (OS): Itu sih orang pendapatnya masing-masing
yah. Aku gaktahu kalo orang tuh nilai nya
gimana. Tapi ya pasti kalo orang ngga tahu
dia lesbiannya kenapa, pasti bakal berfikir
negative sih. Menurut aku gitu.
57 (Intr): Bagaimana persepsi lingkungan setelah
subjek mengakui sebagai lesbian? Apakah
mendapat penerimaan atau penolakan?
58 (OS): Sejauh ini masih diterima dengan lingkungan
dekatnya dia. Maksudnya temen-temen
deketnya dia
59 (Intr): Bagaimana sikap subjek setelah mengakui
sebagai lesbian?
60 (OS): Justru malah semakin menjadi. Dia malah
bertujuan buat nikah sama pacar cewe nya
129

kok.
Dia malah bukan malu tapi dia malah
semakin yakin.
61 (Intr): Bagaimana sikap anda setelah mengetahui
teman anda adalah seorang lesbian?
62 (OS): Lebih banyak kasiannya sih kalo ngeliat dia
tiba-tiba jadi lesbian kaya gini.
63 (Intr): Adakah keminderan/kecanggungan pada
subjek setelah mengakui dirinya lesbian?
64 (OS): Enggak dia gak canggung sama sekali malah
dia semakin bangga buat nunjukinnya.

65 (Intr): Apa saja yang menjadi dampak bagi


subjek setelah dia mengakui bahwa ia
seorang lesbian?
66 (OS): Justru dia semakin mencintai pacar
wanitanya, semakin mencintai dirinya sebagai
lesbian.
67 (Intr): Apakah pengakuan jati diri subjek sebagai
lesbian mengganggu interaksi sosialnya?
130

68 (OS): Pasti ganggu lah. Apa yah, orang tuh jadi


pasti mandang dia ya, minus. Jadi jelek, tapi
ya… dia nya cuek gimana ahahaha
69 (Intr): Apakah terdapat hal-hal atau perilaku
subjek sebagai lesbian yang mengganggu
lingkungan sosial? Hal apa saja?
Mengapa?
70 (OS): Sejauh ini sih gak terlalu ya. Tapi kalo dia
pasang foto berdua sama pacar cewe nya di
BBM, terus fotonya tuh yang posenya gitu
yah agak ganggu. Agak risih
Aku sih ngeliatnya antara seneng dan sedih
gitu, cuma yah gpp sih dia kan emang lagi
cinta-cintaan sama pacarnya, cuma yah gausa
di ekspos gitu lah ahahahaa
Biar orang ga terlalu mandang negative sama
dia. Kan dia bisa pajang foto sendiri, foto
sama temen. Ga sama pacarnya melulu
ahahaha
Seakan-akan nunjukin “ini lhoh pacar aku,
lesbi” ih gitu
131

71 (Intr): Sepengetahuan anda, apakah dikeluarga


subjek memiliki orientasi seksual yang
sama dengan subjek?
72 (OS): Sepengetahuan saya sih engga mba. Semua
keluarganya normal kok.
73 (Intr): Menurut anda, apa penyebab subjek
memilih menjadi lesbian?
74 (OS): Kayanya sih karena dia pingin mengimbangi Dia cari pacar cewe, soalnya Faktor pendorong Memilih menjadi
gaya hidup glamour dari temen-temennya kalo dia pacaran sama cowo penyebab menjadi lesbian karena
mba, tapi juga dia ga bisa minta lebih sama kan barangkali hamil mba. lesbian takut hamil
orang tua. Makanya dia minta uang dari
pacarnya.
Dia cari pacar cewe, soalnya kalo dia pacaran
sama cowo kan barangkali hamil mba.
Mungkin itu alasan dia milih jadi lesbian
75 (Intr): Apa yang anda ketahui mengenai subjek
akan keluarganya?
76 (OS): Kalo menurut aku ya, kalo bapaknya sih uda
perhatian banget menurut aku. Cuma ibunya
itu. ibunya kaya cuman sekedar perhatian
sebatas materi aja sih kurang perhatian yang
132

mendalam kaya afeksi gitu.


77 (Intr): Apa kesibukan kedua orangtua subjek?
78 (OS): Hmmm, kalo pagi dua-duanya kerja. Kalo
sore mamanya kayanya ngajar senam deh.
Kalo papanya kayanya cuma kerja. Dulu sih
waktu SMP papanya pernah jadi ketua RT
gitu. Tp sekarang kayanya cuma kerja deh
79 (Intr): Bagaimana interaksi sosial subjek dalam
keluarga yang anda ketahui?
80 (OS): Baik-baik aja sih, cuma yah itu ibunya tuh
kurang perhatian.
81 (Intr): Siapa yang paling dekat dengan subjek
dalam keluarga?
82 (OS): Kalo seringnya sih mamahnya, cuman
mamahnya itu kurang merhatiin. Sampai
gatau perubahan kelakuan anaknya gitu.
Ibarat orang cuma sekedar say hello tapi ga
mendalam.
83 (Intr): Apakah keluarga subjek mengetahui jati
diri subjek yang sesungguhnya?
84 (OS): Kayanya engga deh. Soalnya kalo emang iya
133

tahu, pasti dia dilarang dong buat pacaran ke


Purwokerto, ketempat pacar cewenya.
85 (Intr): Menurut anda, apa alasan subjek tidak
memberitahukan keluarga perihal
orientasi seksualnya?
86 (OS): Hmmm, aku gatau itu. mungkin karna dia
takut sama mama papa nya atau mungkin
karena suatu saat dia bakal nikah dengan
lelaki
87 (Intr): Apakah masyarakat mengetahui orientasi
seksual subjek?
88 (OS): Kayanya ga tau deh kalau orang cuma sekedar Kalo masyarakat dan orang Pengelolaan Keluarga dan
liat dia, karena penampilan dia sempurna rumah kayanya engga deh hubungan dalam masyarakat tidak
wanita. Kalo temen-temen deketnya mungkin masyarakat dan mengetahui kalau
tau dari sosmed nya dia. Kalo masyarakat dan keluarga subjek lesbian
orang rumah kayanya engga deh.
89 (Intr): Bagaimana sikap orang terdekat ketika
mengetahui subjek adalah lesbian?
90 (OS): Ya kita ga bisa apa-apa. maunya sih dia
normal lagi tapi kan itu balik lagi kalo dianya
masih kekeuh jadi lesbian ya mau gimana.
134

Ada sih beberapa teman yang terus


membatasi diri ama dia termasuk aku, tapi
ada juga beberapa yang masi intens main ama
dia.
91 (Intr): apa penilaian anda sebagai seorang teman?
92 (OS): Ya ngeliatnya kasian sebenernya. Ngeliat
temenn sendiri tahu-tahu suka sama cewe,
rasanya gimanaaaaa gitu, ya penginnya sih
gimana pun caranya pingin dia berubah
Sampai kita tuh sama temen-temen nyariin
cowo ngusahain banget tapi ya gitu.
93 (Intr): Apa keinginan anda sebagai teman kepada
subjek?
94 (OS): Sembuh. Jadi normal lagi, nikah sama laki-
laki, percaya sama laki-laki.
95 (Intr): Apa hal yang menjadi minat subjek?
96 (OS): Saat ini dia berminat sama pacarnya yang
sekaraang, minat banget ahahahaha
Terus dia berminat banget kerja deket
pacarnya. Terus nikah sama pacar
perempuannya.
135

Tapi mudah-mudahan sih dia ketemu sama


cowo.
97 (Intr): Dari mana anda bisa tahu kalau subjek
menginginkan menikah dengan kekasih
wanitanya?
98 (OS): Dia cerita sama saya kok mba mau kabur mau
nikah sama pacar cewe nya kalo memang
pacarnya udah mapan.
99 (Intr): Oke terimakasih selamat malam
100 (OS): Malam…
136

Verbatim Wawancara

Wawancara Pertama, Subjek Primer Kedua AA

Nama : AA

Usia : 26 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Asal Daerah : Kampung Ngesrep, Kecamatan Kedungmumpul, Kabupaten Temanggung

Domisili Sekarang : Sekaran Semarang

Status Narasumber : Subjek Primer ke-2

Interviewer : Dhea Marthilda

Tempat : Kos AA. 25 Desember 2013. 19.00 WIB

Baris Hasil Wawancara Reduksi data Tema Analisis


1 (Intr): Selamat malam mba, nama saya Dhea,
nama mba siapa ya?
137

2 (AA): Nama saya AA mba..


3 (Intr): Usia mba sekarang berapa?
4 (AA): Saya kelahiran 2 September 1987, berarti
sekitar 26 tahun
5 (Intr): Mba ini di keluarga sebagai anak
keberapa dan berapa bersaudara
dirumah?
6 (AA): Aku.. anak terakhir dari 4 bersaudara
cewe semua. Dadikan aku anak terakhir,
umurku ki semene.. mbak-mbakku udah
menikah semua udah berkeluarga, sudah
punya anak
7 (Intr): Mba pernah merasa bahwa orangtua
membeda-bedakan kalian ber-4?
8 (AA): Aku dimanja. Maksude nek aku gelut
karo mbakku, kan mbakku sing nangis,
tapi aku sing dibeloni ibukku
hahahaha…..
Kekuatan anak terakhir hahaha….
Aku juga cenderung ditumbas-tumbaske,
ora koyo sing njaluk ngoyo, rak usah
138

njaluk aku wis ditumbaske.


9 (Intr): Sudah berapa lama kamu jadi lesbian
mba?
10 (AA): Seumur hidup saya, saya tahu bahwa
saya lesbi. Sejak aku bisa mengingat aku
udah sadar bahwa aku suka ama cewe.
Aku kit ndisik rak seneng karo cowok.
Piye yoo bukannya aku benci ama
cowok.
11 (Intr): Siapa saja yang tahu mbak itu lesbian?
12 (AA): Semua orang dekat tahu, anak kos ini
tahu semua.
13 (Intr): Bagaimana mereka bisa
mengetahuinya?
14 (AA): Hahahaha.. aku nek ndue pacar cewek
pamer og. Koyok woro-woro pacar anyar
hahahaa.
Saya tidak bisa menyembunyikan
kebahagiaan saya.
15 (Intr): Nek keluarga inti mba, tahu semua?
16 (AA): Nek keluarga ki.. yo piyee yoo. Kaya Kaya menyangkal diri mereka Pengelolaan Keluarga mengerti
139

menyangkal diri mereka sendiri ngono sendiri Mereka ki ngerti tapi hubungan sosial subjek lesbian tetapi
lhoo… tidak pernah membahas, dalam keluarga menyangkal dan
Jadi mereka ki ngerti, tapi menyangkal tidak pernah
diri sendiri. Mereka ki ngerti tapi tidak membahas
pernah membahas, jadi mereka ki rak tau
nakoni aku, pacarku sopo, karena
mungkin mereka khawatir nek aku
njawab pacarku cewe mereka juga ga
siap.
Nek kesimpulanku sih, dadi mereka
ngerti tapi tidak ingin membahas itu.
17 (Intr): Kenapa bisa ambil kesimpulan kalau
mereka tahu?
18 (AA): Piye yoooo.. aku gatau definisinya Cuman, mereka ngerti cuma Pengelolaan Keluarga mengerti
nyangkal apa nggak. Cuman, mereka nggak bahas lah. hubungan sosial subjek lesbian tetapi
ngerti cuma nggak bahas lah. Mungkin dalam keluarga tidak membahasnya
itu yang paling tepat.
Mereka tuh menduga, mengerti. Tapi
nggak mengungkit-ngungkit, jadi hal itu
kaya hal yang tabu gitu lhoo.
Lha aku ngerti kalo sebenernya mereka
140

tuh ngerti. Soalnya aku ga pernah


ngomong masalah cowok, ga pernah
ngenalin cowo.
Terus aku yoo mbawain foto pacarku
nang dompetku terus kok.
19 (Intr): Ada yang pernah liat foto didompetmu
nggak mbak?
20 (AA): Dompetku sering dibuka-buka mbe terus yo mbakku ngerti yo Pengelolaan Kakak subjek
ponakan ku. Biasanya keponakanku sing meneng ae. hubungan sosial mengetahui subjek
cilik-cilik yo jadi ga patek’o mudeng dalam keluarga lesbian
paling cuma teko. Nek teko yo paling ta
tuduki jeneng’e. Ini namanya X, terus yo
mbakku ngerti yo meneng ae.
Ibukku yo ketoke ngerti sih. Siapa yang Ibukku yo ketoke ngerti sih. Faktor pendorong Penerimaan dari
deket sama aku tapi dia ya diem. Siapa yang deket sama aku penyebab menjadi lingkungan keluarga
tapi dia ya diem. lesbian
21 (Intr): Apa alasan anda tidak memberitahu
secara gamblang kepada orangtua
anda?
22 (AA): Piye yo…
Mereka rak ngebahas, jadi aku yo rak
141

ngebahas. Mereka nganggep orak penting


yo jadi aku nganggep orak penting.
Carane njelaske ki, mereka orak
ngebahas jadi iki ki tabu bukan sesuatu
yang untuk dibahas.
Aku menganggap tidak ada urgent buat
ngebahas ini wong mereka yo rak tau
teko. Mungkin nek mereka teko aku
ngomong, tapi wong mereka ga tau teko.
23 (Intr) Lalu alasan mba jadi lesbian apa?
24 (AA) Aku ga punya alasan. Aku ki ga pernah
memilih yoo.. aku cuma njalani naluri
ku.
Aku be my self, wes gedi wes tuo ngene
aku wegah ngapusi, berpura-pura.
Itu tuh bukan pilihan, just happen.
Aku tuh dari umur 4 tahun udah seneng
cewe. Aku selalu melihat cewe. Bener-
bener menginginkan cewe.
Aku seneng cewe kit kelas 1 SD. Ono
koncoku SD sing lucu manis banget
142

hahaha. Tapi akhirnya dia sekarang nikah


mbe sedulurku. Tapi dulu aku ngerasa
bersalah seneng sama dia soalnya kan
dulu aku ngertinya cowo yo mbe cewe.
Aku ki wes kit cilik banget berandai-
andai aku pingin jadi cowo. Maksudnya
piye yo, dadi cewe ki rak masalah kaya
nduwe payudara sama alat kelamin
cewek. Cuma konsep yang saya tahu dari
dulu kan jika lelaki ya sama perempuan.
Tapi suwe-suwe sekitar pas SMP ya aku
ngerti konsep cewe mbe cewe. Aku tahu
soalnya aku seneng moco bro.
Kan awale aku rak ngerti, terus aku kan
rak mungkin takon mbek bapak karo
mbokku. Sing jelas bapakku rak lulus
SD, mbokku cuma lulusan SD terus
mereka rak bakal mudeng tho malah
mereka ngarani aku ki aneh.
Aku kendhel moco, kadang ya buku-
buku yang terlarang aku ngumpet-
143

ngumpet mikir gimana cara


mendapatkannya ahahaha. terus aku ki
bejo banget karena dokter tempatku kerja
ngoleksi buku akeh banget. Jadi emang
dia kan orang China-Malaysia. Aku kan
kerja dadi koyo resepsionis kadang yo
mbantu nang klinik. Dokter karo anake ki
ngerti aku lulusan SMA tapi bisa bahasa
Inggris. Jadi buku-buku Bahasa Inggrise
ki dioper nang aku kok, dadi kan aku
moco-mikir, lama-lama mungkin aku
menemukan diriku.
25 (Intr): Bagaimana seorang lelaki itu menurut
anda? dan bagaimana seorang
perempuan itu menurut anda?
26 (AA): Lelaki itu harus tegas, bertanggung
jawab, agresif, dan melindungi. Kalo
cewe itu gak harus tegas dan gak harus
bertanggung jawab.
27 (Intr): Anda puas setelah orang terdekat tahu
bahwa anda seorang lesbian?
144

28 (AA): Lego banget koyo kita tuh wes rak


nggowoni beban neng pundak. Koyo
piye yo, koyo kowe ki manuk sing nang
sangkar trus tiba-tiba ucul piye, yo lega
lah bahagia tenan.
29 (Intr): Setelah orang sekitar tahu kalau anda
lesbian, mereka menjauhi anda?
30 (AA): Tidak sama sekali. Soalnya gini lho tak
critain, pacarku yang kemarin itu kan dia
orang luar negri. Bule Amerika, trus tak
kasih tau sama temen-temenku, “ini
lhooo pacarku”, tp yo karna jarang
ketemu jadi ya buat lucu-lucuan tok.
Aku juga ngasih tau sama temen-
temenku itu juga santai, ga yang tegang
banget trus ngasih tau gitu. Jadi ya
mereka nanggepinnya biasa wae…
31 (Intr): Terus mbak, apa jadi lesbian itu bikin
kamu susah berinteraksi dengan dunia
luar?
32 (AA): Biasa waee too.. aku wes rak peduli aku
145

bakal disukai atau tidak, aku bakal


diterima atau tidak. Tetapi sekarang saya
memikirkan hal yang berbeda, semua
orang ki berhak nek rak seneng ki bisa
meninggalkan.
Jadi kaya saya menjadi diri saya sendiri,
nek mereka meh cedhak yo cedhak orak
yo orak. Piye yoooo, aku yakin semua
orang tuh bakal lebih seneng kalo kita
jujur dari pada kita menutupi sesuatu.
Jadi tak balikin sama sikapku dewe lah,
aku kan nek diapusi wong ki pegelee pol.
Apa meneh wong sing cephak mbek aku.
33 (Intr): Tahukah masyarakat sekitar
(tetangga) anda tentang anda sebagai
lesbian?
34 (AA): Alahhh brooo… bentukku koyo ngene Alahhh brooo… bentukku Pengelolaan Tetangga
mesti curiga. Opo meneh neng ndeso. koyo ngene mesti curiga. hubungan sosial mengetahui subjek
Umurku semene ki normalnya udah dalam masyarakat lesbian
nikah blaa..blaaa..blaa.. dan bentukane ki
lucu-lucu koyo cherrybell.
146

Alah paling wes ngerti kabeh wes do


umbrus neng mburiku.
35 (Intr): Terus kalo tetangga udah pada tahu,
kamu apa ga kasian mbak sama
ibumu, diomongin dibelakang ama
tetangga?
36 (AA): Piye yooo… aku ki emang koyo ngene
dadi….
Bukan masalah mesake rak mesake ne
yo, aku ki mikirnya, lhaa nek aku
ngapusi mereka malah luwih mesake
mereka. Wong tuo kok diapusi kowe
kurangajar.
Utowo nek aku orak bahagia, rak seneng
karo uripku, ati wongtuo ku tambah orak
seneng. Dadi koyo bisa dikatakan aku ki
uripku seperti apa yang saja inginkan lah.
Kowe ngerti kan wong tuo selalu
mengharapkan yang terbaik untuk
anaknya, dan apa yang membuat anaknya
bahagia.
147

37 (Intr): Bagaimana interaksi mbak dengan


sesama lesbian yang lain?
38 (AA): Aku ga ikut-ikut komunitas gitu. Aku ki
gak tertarik ama kumpul-kumpul gitu
kok.aku ki rak seneng sing piyee yoo…
sosialisasi tingkat tinggi ngono.
39 (Intr): Tapi kamu pernah ketemu ga sama
salah satu dari mereka mbak? Terus
nek ketemu piye?
40 (AA): Yooo pernah to yo. Biasa waee.
41 (Intr): Berarti kamu udah pacaran berapa
kali mbak?
42 (AA): Aku ki tau pacaran mbe cowok. Cuma Aku ki tau pacaran mbe Faktor pendorong Merasa lebih
aku rak enjoy, trus mrene-mrene aku ki cowok. Cuma aku rak enjoy, penyebab menjadi nyaman menjalani
luwih koyo enjoy menjalaninya sama trus mrene-mrene aku ki lesbian hubungan dengan
cewe. luwih koyo enjoy wanita
Bahagia dan lebih menjadi diri saya menjalaninya sama cewe.
sendiri. Nek hubungan koyo pacaran ki
kan memerlukan koneksi ya, tapi aku ki
rak iso dekat secara emosi sama cowo.
Ya bisa dikatakan ga nyaman, dan saya
148

berusaha berpura-pura memalsukan diri


saya sendiri, sesuatu yang bukan diri
saya. Koyo nek kowe nganggo klambi,
tapi kowe rak seneng dipaksa yo piye.
Pas SMA ki aku ga pacaran, aku masi
memilah-milah what’s going on didalam
hati. Aku tau pacaran karo cowok sekali.
Pas aku lulus SMA kan aku langsung
kerja selama 3 tahun. aku kerja di Batam,
Singapore, dan Malaysia.
Nah, waktu kerja di Malaysia itu aku
pernah cephak mbek cowo Vietnam. Yo
koyo pacaran ngono. Ndeknen kan konco
cephak kerja ku. Aku temenan ama dia 1
tahun trus pacaran sekitar 6 bulan.
Piye yo, aku kaya menggali lebih dalam
diri saya sendiri, tetapi ternyata tidak
berhasil ahahahaha…
Trus aku pulang ke Indonesia aku
langsung ilang kabar ta tinggalin.
Nek pacaran sama cewe aku udah 4 kali.
149

Yang pertama sekitar tahun 2008 akhir,


aku pacaran sama cewe Malaysia
inisialnya L. aku putus soalnya dia freak
ko, aneh hehehe….
Yang kedua pas tahun 2009 orang
Semarang inisialnya A, aku putus
soalnya dia dia lebih milih jalan sama
lelaki lain.
Yang ketiga ini tahun 2012 dan sampe
sekarang masih suka ta pikirin, ini paling
mbekas kayanya ini cinta sejatiku. Sama
bule Amerika itu. inisialnya DC. Kita
putus soalnya dia gitu kok ga pengertian.
Dia kan disana sendirian, minta aku
datang kesana nemenin dia, ta bilang to
kan nunggu 2 tahun lagi pas aku lulus.
Eh dia malah ga sabar marah sama aku.
Yo aku ga bisa to tiba-tiba pergi kesana.
Aku juga wes janji meh lulus mbe ibukku
kok. Aku depresi saat itu. asem, asem…
dia nganggap aku ga serius ama dia.
150

Yang terakhir ini September 2013 ini


sama anak Jogja, inisialnya M. tapi
sekarang kita lagi break. Trus tau-tau dia
pindah kerja di Kalimantan. Tapi aku
masih kontek-kontek an ama dia. Aku
masih suka kirim-kiriman foto. Yahhh
kita lihat nanti, kan kontraknya dia
setaun disana. mungkin bisa lanjut,
mungkin bisa tidak yang penting saya
mah berusaha mengambil yang positif.
43 (Intr): Apa ada di keluarga yang sama kaya
kamu (lesbian) mba?
44 (AA): Ketoke rak ono deh bro, aku spesies unik
ahahahah
45 (Intr): Terus ada kejadian waktu kamu kecil
yang bikin trauma sampe kamu jadi
lesbian?
46 (AA): Ga da yoo.. aku ga ada trauma apa-apa.
aku ki gak benci ama cowo yo. Malah
kadang ki cewe yang lebih egois. Cewe
maunya menang sendiri. Cowo ki nek
151

berkorban tenanan. Tp cewe tuh gamau


ngasih malah mintanya dikasih
pembuktian terus.
aku rak trauma. aku gak sakit hati sama
cowo. Aku ki mencintai cowo, tapi ga
jatuh cinta sama cowo.
47 (Intr): Dari kecil berarti mainan-mainan mu
mainan cowo semua?
48 (AA): Iya aku main mobil-mobilan ahahaahaha.
Aku ga maen rujak-rujakan. Aku yo gak
ndue boneka Barbie, tapi mbakku ndue.
Mobil polisi patroli yang hitam putih ki
lebih menarik perhatianku ketimbang
boneka Barbie. Hahaha
49 (Intr): Yauda mba sementara itu dulu makasih
atas bantuannya ya.
50 (AA): Iya kalo butuh apa-apa kabarin aja..
152

Wawancara Kedua, Subjek Primer Kedua AA

Pekerjaan : Mahasiswi

Interviewer : Dhea Marthilda

Tempat : Kos AA,Semarang. 13 Maret 2014. 21.46 WIB

Baris Hasil Wawancara Reduksi data Tema Analisis


51 (Intr): Selamat malam.. langsung saja kita
mulai wawancaranya ya, kegiatan
kamu sehari-hari apa?
52 (AA): Aku…pokoke ki… ya biasa. Kuliah,
ndongeng-ndongeng karo koncoku,
paling autis hotspotan nang kampus.
53 (Intr): Dengan siapa anda sering
menghabiskan waktu anda?
54 (AA): Kalo disini ya kalo dikampus ya sama
anak kampus, bimbingan. Kalo dikos ya
sama anak-anak kos terus chatting-an
sama pacarku.
Dulu waktu ikut organisasi ya aku aktif di
organisasi.
153

Kalo dirumah aku depan TV terus. Makan


depan TV, tidur depan TV. Sehari-hari
sama TV terus
Aku anak terakhir aku rak nduwe konco,
wong tuoku wes tuo jadi krik-krik-krik
ngono
55 (Intr): Terus keseharian dalam keluarga
gimana mba?
56 (AA): Biasa wae sihh… koyo ibuku ngasahi.
Kadang nek aku gek mood masak, nek
orak sih yoo..paling nonton TV nang
umah
57 (Intr): Bisa diceritain ga mba masa kecilnya
sama keluarga gimana?
58 (AA): Masa kecil? Hmmm.. paling yo rak
terlalu, piye yo….
Mbak-mbakku wes gedi, tapi yo aku
dolan karo mereka, atau nek ga aku dolan
karo konco-koncoku sing sak umuran.
Dolanan layangan biasane, nek orak yo
nang kali, jeguran.
154

59 (Intr): Apa pekerjaan orangtua mba?


60 (AA): Ibuku ibu rumah tangga yo… kadang dia
dodolan apakek, kaya beras atau apa.
ibuku cuma nyortir, kecil-kecilan.
Nek bapakku petani, nang sawah, nang
kebon
61 (Intr): Apa kegiatan orangtua anda selain
bekerja?
62 (AA): Kegiatane ngaji hahahaha. Kadang melu
ziarah nang ndi, kadang ki pengajian nang
ndi. Ibukku ki ngajinan og, ngaji terus.
Nek bapakku tuh yo paling mangkat
nyawah, terus muleh.
63 (Intr): Apakah keluarga sering dirumah?
64 (AA): Nang umah terus keluargaku ki…
mbiyen pas aku cilik ibuku kadangkala
nang umah, soale ndeknen kerjoo, jek
aktif mencari barang dagangan kesana
kemari. Saiki yo wes orak, wes tuo sih.
Dadi nang umah wae.
65 (Intr): Apa tema pembicaraan yang sering
155

dibicarakan dirumah?
66 (AA): Yoo koyo kui tok paling yooo… paling
gossip-gosip tetangga terkini, paling
nonton TV
67 (Intr): Siapa yang paling dekat dengan anda
dirumah?
68 (AA): Sama kakak perempuan saya. Sama
mbak-ku persis yang no-3. Soalnya
mungkin umure ga terlalu jauh lah.
Kakakku yang ketiga itu pinter lho.
Logikanya main banget. IQ nya 120. Tapi
dia sensitive banget lho. Dia ya hidupnya
biasa aja. Sekolah, lulus, tau kerjo, terus
mondok, nikah, ndue anak akeh.
Dia tuh habis lulus SMP langsung
mondok, jadi jarang pulang. Jadi ya aku
jarang ketemu paling yo sebulan sekali.
Aku cedhak sama dia ya akhir-akhir ini,
setelah aku balik kerjo lage cedhak dia.
69 (Intr): Apa penilaian kamu tentang keluarga?
70 (AA): Biasa wae ya.. boring wonge. Ibuku
156

ngganggur, bapakku yo gak pernah aneh-


aneh, kaya KDRT sama istri atau mukul
anak-anaknya. Bapakku ki koyo datar
wae, jujur, sabar, ya sifat-sifat mulia
ngono. Ya selayaknya bapak-bapak wae
ngono. malah bapakku okeh menenge
soale ben mbokku rak cerewet.
Aku yo kayae sing rak tau heboh piye.
Mbak-mbakku ki yo, koyo sekolah, kerjo,
terus nikah… orak ono sing dramatis.
Biasalah, bisa dikatakan.
71 (Intr): Apakah anda ingin keluarga
mengetahui jati diri anda?
72 (AA): Yo pingin to yooo…… aku sih koyone
wes coming out saben dino
hahahahhaaa…
73 (Intr): Temen-temen kamu banyak yang cowo
atau cewe?
74 (AA): Mbiyen pas aku cilik cowo e.. ntah saiki
ko dadi cewe-cewe yo.
Tapi padahal mbiyen ki koyo jeguran,
157

dolan layangan karo cowo-cowo.


Malah karo cewe-cewe ki koyo pasaran,
masak-masakan ki aku rak mudeng.
75 (Intr): Bedanya main sama cewe dan main
sama cowo?
76 (AA): Ketoke nek cowo ki luwih akeh gerake
lhoo.. luwih beraktifitas koyo mlayu-
mlayu dadi menyenangkan.
Nek cewe kan cenderung koyo mobilitase
kurang, jadi kurang menarik lho.. boring.
77 (Intr): Pernah punya pengalaman buruk ga
waktu main sama cowo?
78 (AA): Orak sih.. biasa wae… malah mereka sing
punya pengalaman buruk mbe aku
ahahaha….
Nek aku gelut kan ndisik aku pasti
menang. Kan pas SD kan, dadi koyo cah
cilik ki kekuatane podo. Nek saiki aku
percoyo nek aku kalah. Tapi ndisik kan
gampang hahaha.
79 (Intr): Adakah teman sebaya/teman sekolah
158

yang mba idolakan dulu?


80 (AA): Aku ae ki gak apal temen-temen
sekelasku yang cowo pas SMA. Ga ada
aku gak punya idola pas SMA atau SMP.
Tapi aku suka sama Joddy Foster. Satu-
satunya alasan aku mengidolakan Joddy
Foster karena dia tuh homo. Aku ngerti
sebelum semua orang ngerti, sangar kan?
Ahahahaa
Aku ngerti wae, aku koyo ndue firasat
ngono. padahal kan dia lage wae
menyatakan kalau dia homo tuh 3 tahun
yang lalu. Tapi aku ket SMA ngerti nek
dia homo.
81 (Intr): Terus sekarang lagi pacaran sama
siapa mba?
82 (AA): BREAK. Aku break sama pacarku yang
di Jogja itu, malesi. Dia mentingke karir
sih.. ketoke dia nunggu aku lulus juga
deh.
83 (Intr): Peran mba waktu pacaran sama cewe
159

itu gimana?
84 (AA): Rak ono pembagian peran sih, nek aku
iso ngerewangi dia yo tak rewangi. Nek
aku rak iso yo orak.
85 (Intr): Ada perubahan ga dalam diri kamu
setelah kamu berpacaran dengan
cewe?
86 (AA): Aku luwih rak perduli lhooo. Yooo
mbiyen kan mungkin jek rodo isin po
piye yoo, tapi saiki yo koyo, lebih baik
orang tidak tahu.
Saiki.. ah wes percuma, karepmu. Koyo
luwih blak-blakan.
87 (Intr): Pernah disindir ga mba atas kondisi
yang sekarang?
88 (AA): Piye yo.. paling yo nek aku ndeloki
konco-koncoku trus mereka bilang, “mba
sadar mbaa..sadar” hahahahhaa..
Tapi yo bercanda.
Nek pas didepan lewat ada cowo yoo,
mereka bilang, “mba, cowo mbaa…”
160

hahahaha
Paling yo koyo ngono tok sih.
89 (Intr): Terus kamu nanggepinnya gimana?
90 (AA): Yo biasa wae paling aku ngguyu-ngguyu
tok sih.
91 (Intr): Pernah ada masalah ga karena kondisi
mba yang kaya sekarang?
92 (AA): Piye yo… awal-awal ki mereka tuh berat
yo, kaya maksudnya ki mereka
mengharapkan standarnya mereka
diterapkan ke saya. Ngono lhoo.
Maksudnya koyo standar yang memakai
sesuatu, mengerjakan sesuatu, berpacaran
dengan seseorang yang.. ya cowo.
Itu ih aku rasain dari lingkungan sekitar
sini.
Nek teman-teman ki lho.. ketoke ki rodok
angel soalnya mereka jek mengharapkan
nyong seperti mereka. Tp nek saiki sih
ketoke wes terbiasa.
93 (Intr): Kira-kira nih, sampai kapan mba
161

mempertahankan pasangan mba?


94 (AA): Sampai mati broo…
95 (Intr): Adakah pembagian peran dalam
hubungan kamu dengan pasangan?
96 (AA): Nek pembagian peran secara ekstrem sih Aku yg lebih ngelindungin Relasi dengan Dalam berpacaran
engga, cuman kalo payungan ya aku yg dia. pasangan berperan sebagai
megang gagangnya. Aku yg lebih homoseksual lelaki
ngelindungin dia. Ya bisa dibilang kaya
gitu.
97 (Intr): Mengapa anda memilih peran
tersebut?
98 (AA): Piye yo, kui koyo tidak terencana terjadi Ada hujan yo aku ngerespon Relasi dengan Berperan sebagai
secara naluriah. Ada hujan yo aku aku yang megangin payung pasangan lelaki
ngerespon aku yang megangin payung homoseksual
99 (Intr): Apa kriteria orang yang anda pilih
untuk menjadi kekasih wanita anda?
100 (AA): Aku pinginnya feminine, wangi, terus
sedikit sensitive. Gitu aja.
Orang yang sedikit perasa, yo peduli,
perhatian mbe aku.
Sama yang penting wangi.
162

101 (Intr): Apa yang membuat anda mengetahui


bahwa wanita yang anda dekati adalah
lesbian?
102 (AA): Aku nggak tau yo. Gini, cewe feminine
kan uakehh banget nang dunyo iki.
Ketoke cah iki menarik tak cedhaki, nek
dia rak memberikan respon yo tinggal,
nek dia memberikan respon yo
Alhamdulillah. Jadi ki yo untung-
untungan juga sih
103 (Intr): Dalam hubungan percintaan mba
dengan pacar mba, adakah orang
ketiga?
104 (AA): Yoooo rak yo.. mutilasi sisan hahaha. Dia
sih rak tau aneh-aneh yoo.
Dia kaya aku ko yo.. piye yooo, kaya
serius karo hubungan dadi orak seenake.
105 (Intr): Dalam hubungan anda dengan kekasih
anda saat ini, apakah anda memiliki
orang terdekat yang lain? Jika ada
lelaki atau perempuan?
163

106 (AA): Ada, konco chatting-an neng fb. cewe,


tapi yo sekedar chatting-chatting tok
ngono. Ono lah 1 atau 2 orang.
Dia ngajak kenalan. Bro, aku ki nek neng
situs jodoh online gak tau sms sek, mesti
ngenteni di sms sek. Soale kan rak enak
wae nek aku ngajak kenalan tapi dicueki.
Makanya aku nunggu dia ngajak kenalan
baru tak tanggepin. Kecuali dia cewe
Afrika atau Amerika sing ireng terus
kriting-kriting kui. Aku wedi ahahahaha
107 (Intr): Apakah mba sering merasa bahwa
mba meluapkan emosi sama pasangan?
108 (AA): Orak sih.. Cuma kadang iyalah sesekali.
Dia sih meneng ae paling. Cepet sih, rak
suwi paling.
109 (Intr): Bagaimana cara pemuasan seksual
mba dengan pasangan mba?
110 (AA): Yo koyo nang film-film ngono. Yo sampe ke hubungan intim. Relasi dengan Pemuasan seksual
Hahahahaha…. Oral seks…. Pake tangan juga pasangan melalui alat kelamin
Yo sampe ke hubungan intim. kadang-kadang. homoseksual bagian luar dan oral
164

Hmmmmmmm ndak iyo kudu seks


disampaikan? Tp iki aman ya bro ya
aman?
Oral seks…. Pake tangan juga kadang-
kadang. Yo campur aduk lah ga monoton.
Sui yooo, sak mareme ahahahaa..
111 (Intr): Seberapa sering intensitas anda
berhubungan dengan kekasih sesama
jenis anda?
112 (AA): Seketemunya kan aku LDR brooo. Kalau
pas ketemu yo aku sering.
113 (Intr): Pernahkah anda mempunyai kekasih
lelaki?
114 (AA): Pernah itu sekali dulu tapi ga berjalan
dengan baik tho…
115 (Intr): Pernahkah anda melakukan hubungan
seksual dengan pria?
116 (AA): Hah? Ga pernah. Gak tau aku hahaha.
Wong pacaran yo cuma sedelok. Wong
saya gak menemukan apa yang saya cari
sama dia.
165

117 (Intr): Seandainya kamu lagi jalan-jalan di


mall, terus ketemu temen kamu yang
juga lesbian, seperti apa penilaian
kamu waktu melihat mereka?
118 (AA): Hahahhaa.. piye yo, biasa wae sih paling
cuma “waw” nek ayu ahahahaa
119 (Intr): Apa harapan kamu dikehidupan
mendatang mba?
120 (AA): Mungkin cepet ndang lulus ndang kerjo.
Koyo mapan pokoke. Yo nek wes oleh
nikah yo nikah hehehe. Terutama mapan
sek ah. Aku pingin dia tak senengi, ngono
wae
121 (Intr): Bagaimana kamu menilai diri kamu
sediri?
122 (AA): Mungkin opo yo.. diriku ki, terlalu jujur
yo. Terlalu blak-blakan terus terang. Dadi
piye yo.. aku ki terbuka wonge.
123 (Intr): apa yang membuat kamu menilai diri
kamu sendiri seperti itu?
124 (AA): aku nek ditakoni opo yo njawabe sesuai
166

dengan keadaan dadi koyo orak


mengatakan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi.
Penilaian dari teman-teman juga, aku ki
wonge terlalu jujur lhoo, dadi nek
ngomong sesuatu ki rak dibungkus
dengan kata-kata yang manis, jadi koyo
opo anane. Tapi aku yo kroso ngono sih
125 (Intr): Jadi missal ada orang yang baru
ketemu terus tau-tau langsung bilang
kamu lesbian gitu, kamu gimana?
Jujur juga?
126 (AA): Nek bener-bener wong sing baru sih
cuma…
127 (Intr): Kamu pernah ngerasa gagal ga?
128 (AA): Gagal ki yo beberapa kali. Cuma sing
paling gedi ki sing aku rak iso
mempertahankan hubungan sing apik
karo mantanku sing D kui. Kui
penyesalan seumur hidupku. Aku sesek
nek kemutan. Atiku ki loro nek kelingan
167

dia.. yooo, semua orang nduwe


penyesalan seumur hidup dan penyesalan
ku tuh dia.
129 (Intr): Profesi yang kamu impikan?
130 (AA): Aku kepingin dadi pelaut bro. hahahaha
Ketoke asik hidup bebas, kesana kesini.
Duite yo lumayan. Cuma yo rak mungkin
aku dadi pelaut ahahaha
131 (Intr): Kesuksesan yang pernah kamu
rasakan?
132 (AA): Yoo.. nek secara karir dan akademik jelas
aku rak sukses. Semua orang tau. Haha
Tapi selama ini aku rak tau ngapusi diri
sendiri. Dadi koyo aku menjalankan
hidup sesuai dengan harapan dan menjadi
diri saya sendiri ga menutup-nutupi. Tapi
yo menurutku itu uda cukup sih.
133 (Intr): Adakah niat untuk menjadi wanita
yang menyukai lawan jenis?
134 (AA): Niat ga ada sama sekali. Blas rak ono. Aku ketoke ndelok kehidupan Faktor pendorong Bayangan tentang
Aku ketoke ndelok kehidupan yang yang heteroseksual ki piye penyebab menjadi hubungan
168

heteroseksual ki piye yo, aneh banget yo, aneh banget kayae bukan lesbian heteroseksual yang
kayae bukan diriku banget. Kayae susah diriku banget. tidak menyenangkan
banget merefleksikan dalam diriku
ahahahaha. Bukan yang saya inginkan.
135 (Intr): Apa keinginan anda untuk kedepan?
136 (AA): Abis lulus aku pingin kerja menetap.
Terus aku berkarir dan berjalan normal.
Aku pingin mandiri, hidup sama orang
yang aku suka aja. Ga yang terlalu
muluk-muluk merubah dunia gitu enggak.
Hahahahaha
137 (Intr): oke makasih ya mba selamat malam
138 (AA): iya malam.
169

Verbatim Wawancara

Wawancara Pertama, Narasumber AA

Nama : EM

Usia : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Mahasiswa

Asal Daerah : Kebumen

Domisili Sekarang : Semarang

Status Narasumber : Narasumber (Teman dekat AA)

Interviewer : Dhea Marthilda

Tempat : Kos EM, Banaran. 21 Maret 2014. 19.27 WIB

Baris Hasil Wawancara Reduksi data Tema Analisis


1 (Intr): Selamat malam mba, nama mba siapa ya?
2 (EM): Nama saya EM mba..
170

3 (Intr): Sudah berapa lama mba mengenal AA?


4 (EM): Kenal sih..dari aku semester 1 mba, waktu
aku dari pertama kali kesini, berarti AA
semester 5.
Hampir 3 tahun. Cuma deketnya sih baru 1,5
atau 2 tahun ini
5 (Intr): Bagaimana pandangan mba pada masa
awal mengenal subjek sebelum mengetahui
sebagai lesbian?
6 (EM): Dia…..Hmmm.. apa ya.
Aku ya ngerasane tuh “Ko gini sih??”,
ternyata disekitarku kok ada yah orang-orang
kaya gitu.
Ya menurut aku pertama nya agak tanda
tanya, terus kesini-kesini nya “oya gak papa
sih”.
7 (Intr): Takut ga mba?
8 (EM): Enggak
9 (Intr): Dia mulai cerita jujur itu sejak kapan?
10 (EM): Jujur itu mulai kayanya pas aku semester 3
atau 4 itu.
171

11 (Intr): Itu kamu yang ngulik atau dia yang cerita


mba?
12 (EM): Aku mulai deket ama mba-mba kos kan
semester 3 atau 4 gitu, mba AA cerita sendiri
tentang dia punya cewe, atau dia punya
kenalan itu di chit-chat.
dia ngomong semua jujur sendiri kok
13 (Intr): seberapa jauh hubungan mba dengan AA?
14 (EM): Hmm.. sama dia cuma..
Kita kalo dikos pasti berdua gitu mbak. Dia
nanti kekamarku, dia cerita sama aku.
Bahkan sama mba-mba kos juga dia ga terlalu
jujur, paling dia cerita ama aku, jujur sama
aku
15 (Intr): Bagaimana pandangan mba tentang
pribadi AA?
16 (EM): Dia itu, orangnya.. apa ya mba…
Sebagai seorang temen, dia tu apik mba, dia
orangnya jujur dan kalo aku ngomong sesuatu
pasti dia punya pendapat sendiri tentang itu.
jadi aku rasa ia orangnya pinter.
172

Kalo sebagai orang yang lesbian, aku rasa dia


malah ga lesbi.
Soalnya dia sama aku tuh pernah bilang,
“halah EM, aku wes rak meh mikiri cewe.
Arep ono cowo opo cewe sing teko yo tak
terimo”. Ngono mba..
17 (Intr): Berarti mba masi yakin kalo AA itu ga
lesbian? Kenapa bisa bilang seperti itu?
18 (EM): Heeem mbaa. Dia tuh ga lesbi. Dia tetap suka
ama cowo. Cuman dia itu kayak.. apa ya
pelampiasan dia karna dia kepingin nyoba
sesuatu yang baru gitu mba
19 (Intr): Apakah subjek memiliki banyak teman
dikampus?
20 (EM): Iya mba banyak. Ada beberapa. Y, A, AG,
TA.
21 (Intr): Kriteria rata-rata teman AA dikampus
bagaimana?
22 (EM): Ya biasa mba. Tapi kalo dia cerita tentang
mas Y itu, orange saru banget hahahhaa
Terus kalo mba AG itu orangnya itu juga
173

sama-sama lesbi kan ya mba.. ntar mba AA


cerita kalo mba AG tuh suka sekos sama
pacarnya.
Kalo mba A tuh baik, orangnya normal.
Pokoknya ga suka yang aneh-aneh gitulah
Ya gitu-gitu deh mba
23 (Intr): Bagaimana subjek dalam kesehariannya
dikampus?
24 (EM): Sekarang kan dia udah semester tua ya mba,
paling sih kalo dikampus hotspot-an, ketemu
dosbing, ngobrol-ngobrol ama adek kelasnya
dia kan suka nongkrong di perpus. Gitu…
25 (Intr): Bagaimna model pergaulan subjek dengan
teman-temannya?
26 (EM): Yaaa ga aneh-aneh sih mba kalo aku lihat.
Paling biasa-biasa semua, tapi ya itu,
temennya unik-unik. Hahahaha..
27 (Intr): Hal apa yang menjadi minat subjek?
28 (EM): Dia sebenernya… habis lulus itu ya mbaaa,
dia kepengen jadi pelaut mbaa
hahahhaa
174

29 (Intr): sejak kapan mba mengetahui kalau AA


adalah seorang lesbian?
30 (EM): Sejak dia menceritakannya mba, kira-kira
waktu aku semester 4.
31 (Intr): Sepengetahuan anda, apakah AA
mempunyai teman dekat untuk
membicarakan hal pribadinya? Siapa
saja?
32 (EM): Ngomong hal-hal pribadi ya ke aku. Kalo ga
sama mbak-mbak kos yang seangkatan sama
dia.
33 (Intr): Seberapa sering hal itu dilakukan?
34 (EM): Sering mba. Sering banget
Kadang kan kita kalo sore jalan-jalan bareng,
ntar kita ngobrol-ngobrol bareng.
Atau pas lagi dikos abis maghrib gini ga ada
tugas.
35 (Intr): Apa yang menjadi topik pembicaraan?
36 (EM): Sekarang sih M (pacarnya), terus masalah
bola mba, dia seneng bolaaa. Terus jam
tangan..
175

Dia tuh kaya, apa yah mba, tertarik banget


sama hal-hal yang maskulin.
37 (Intr): Bagaimana keterbukaan yang dilakukan
AA untuk memberikan informasi pribadi?
38 (EM): Dia cerita sendiri mba biasanya, terus nanti Ke orang-orang dikos ini Pengelolaan Teman kos subjek
baru tak tanya-tanya. tuh udah ga ada yang hubungan sosial mengetahui subjek
Ke orang-orang dikos ini tuh udah ga ada ditutup-tutupin mba. dalam masyarakat lesbian
yang ditutup-tutupin mba.
Nek hal yang pribadi sih ke aku sama ke
mbak kos yang seangkatan.
Kalo ga nanti pas dia lagi baca buku, trus tak
deketin nanti dia cerita, “EM, masa ngene-
ngene”, gitu mba…
39 (Intr): Siapa saja yang mengetahui perihal AA
lesbian?
40 (EM): Menurut aku, satu kos ini, mas Y sama Keluarganya kayanya ga Pengelolaan Keluarga tidak
temen-temen deketnya mba AA. ada yang tahu hubungan sosial mengetahui subjek
Keluarganya kayanya ga ada yang tahu. Dia dalam keluarga lesbian
cuma pernah bilang ke orangtuanya kalo
temenan, ga yang kaya pacaran gitu.
41 (Intr): Berarti dia pernah cerita masalah D
176

(mantan pacarnya) ke orangtuanya?


42 (EM): Ga tau.. dulu tuh dia bilang ntah udah cerita,
ntah mau cerita mba.
Kan si D itu ka dulu udah pingin kesini, terus
dia bilang, “ya aku ngomonge yo koncoku
mbe ibuku, masa ngomonge pacar, yo rak
mungkin ahahhaa”.
43 (Intr): Bagaimana ekspresi AA dalam
menyampaikan hal pribadi?
44 (EM): Mba AA ki orange gak ekspresif mba.. kalo
ngomong muka nya datar. Dia seneng, dia
suka, dia sedih mukanya sama aja. Hahahahaa
45 (Intr): Apakah pengakuan AA sebagai lesbian
mengganggu mba?
46 (EM): Pertamanya iya..
Aku mbatin kok dia berani ya terus terang
gitu. Aku misalkan menempatkan aku diposisi
dia aku ga akan sejujur itu.
Menurut aku dia orangnya berani
47 (Intr): Bagaimana sikap mba AA setelah mengaku
sebagai lesbian?
177

48 (EM): Pas udah ngaku, dia rasanya kaya plong gitu


mba. Lega…
Tapi menurutku dia masih normal ko mba…
49 (Intr): Bagaimana sikap anda setelah mengetahui
bahwa teman anda adalah lesbian?
50 (EM): Ya biasa aja sih mba, ga yang terlalu kaget
atau gimana, mungkin lebih banyak ngga
percayanya.
51 (Intr): Adakah keminderan/kecanggungan paa
subjek setelah mengakui dirinya lesbian?
52 (EM): Enggak ko mbak AA sama sekali ga gitu. Dia
orangnya PD dan nerima dirinya sebagai
lesbian
53 (Intr): Sepengetahuan anda, adakah dikeluarga
subjek yang memiliki orientasi seksual
yang sama dengan subjek?
54 (EM): Kayanya nggak ada deh, orang mbak-
mbaknya aja udah nikah semua kok
55 (Intr): Menurut anda, apa penyebab subjek
memilih menjadi lesbian?
56 (EM): Mbak AA tuh cuman penasaran kepingin
178

coba-coba aja. Menurutku sih itu.


57 (Intr): Apa yang anda ketahui mengenai mba AA
akan keluarganya?
58 (EM): Yang aku tahu dia tuh.. biasa aja. orangtuanya ga pernah Faktor-faktor Pembiaran dari
Sama orangtuanya tuh, orangtuanya ga pernah ngelarang dia, “mbok km pendorong pihak keluarga
ngelarang dia, “mbok km jadi cewek AA”, jadi cewek AA”, “mbok penyebab menjadi
“mbok kamu jangan kaya gitu”, kamu jangan kaya gitu”, lesbian

Ga pernah mba. Mungkin dia gak cerita juga, Kan setau aku, keluarganya Pengelolaan Kurang perhatian
atau keluarganya tanya tentang dia. Kan setau tuh emang cuek sama dia. hubungan sosial dari pihak keluarga
aku, keluarganya tuh emang cuek sama dia. dalam keluarga
59 (Intr): Apa kesibukan kedua orangtua subjek?
60 (EM): Kerja mba, kedua orangtuanya petani kok
61 (Intr): Apakah keluarga mengetahui jati diri AA
sebenarnya?
62 (EM): Wah kalo masalah itu aku gak tau mba..
Tapii… menurutku… keluarganya gak tau
mba.
63 (Intr): Menurut anda, apa alasan subjek tidak
memberitahukan keluarganya perihal
orientasi seksualnya?
179

64 (EM): Hmmmm, mungkin mba AA menganggap hal Tp mungkin juga karna Faktor-faktor Kurang perhatian
itu hal yang susah buat dibicarain. Tp orangtua nya ga pendorong dari pihak keluarga
mungkin juga karna orangtua nya ga menanyakan jadi dia belum penyebab menjadi
menanyakan jadi dia belum cerita mba cerita mba lesbian
65 (Intr): Apakah masyarakat mengetahui orientasi
seksual subjek?
66 (EM): Masyarakat kayanya ga tau deh mba. Tapi
mungkin ya bertanya-tanya juga sama
penampilan dia yang maskulin banget
67 (Intr): Bagaimana penerimaan masyarakat
terhadap pengakuan jati diri AA?
68 (EM): Hmmmm.. sepengertiku masyarakat luar ga
pada tau kalo dia lesbi sih mba, kecuali anak-
anak kosan.
Tapi kalo menurutku, penampilan gitu ya,
yang emang maskulin nya ekstrem mungkin
itu lebih…. Kaya mengganggu, kaya “kok
ngono..”,
Aku pertama kali ngeliat tak kira itu cowo.
Terus kan kadang aku kasi liat foto mba AA
ke temen-temen, terus ta tanyain. “eh iki cewe
180

opo cowok?”, trus mereka bilang cowo lah..


masa cewe gitu.
Terus aku cerita ke temen ku kalo itu tu cewe,
dia temen sekosku, dia deket sama aku. Tapi
temen-temenku tetep ga percaya.
Malah pacarku yang khawatir, “mbok ojo
edhek-edhek yang”, katanya gitu ya ta jelasin
wong dia gakpapa kok.
69 (Intr): Bagaimana pandangan lingkungan setelah
dia menyampaikan perihal lesbiannya?
70 (EM): Lingkungan kosan setau aku paling yo ngasih
tau, “wes mba, nggolek cowok wae”.
Kalo aku sih ya terserah mba AA wong hak
nya mba AA
71 (Intr): Apakah orang terdekat (sahabat)
mengetahui orientasi seksual subjek?
72 (EM): Kalau sahabat sama anak kos sini tau semua
mba kalau dia itu lesbian
73 (Intr): Bagaimana sikap orang terdekat setelah
mengetahui subjek adalah seorang lesbian?
74 (EM): Biasa aja sih mba anak-anak sini juga tetep
181

mau main sama mba


AA, tak liat temen-temen deketnya juga tetep
main sama dia.
75 (Intr): Apa yang menjadi dampak bagi subjek
setelah mengakui bahwa ia seorang
lesbian?
76 (EM): Dampak nya ya itu mba, mungkin ada
beberapa orang yang ngerasa kontra….
Terus, hmmm…. Kalo dari dalam dirinya
mba AA kayanya ga ada deh, soalnya dia tuh
menerima dirinya sendiri, jadi yang lain juga
mungkin menerima dia
77 (Intr): Adakah hal-hal (perilaku) mba AA sebagai
lesbian yang mengganggu lingkungan
sosial? Contohnya?
78 (EM): Hmmm… gatau ya menurutku itu ngganggu
apa ga, cuma kalo dia Skype-an sama D kan
didepan situ (depan kos) jadi mungkin bagi
oranglain mengganggu sih mba…
79 (Intr): Apa penilaian mba sebagai seorang teman
kepada mba AA?
182

80 (EM): Mba AA itu baik, suka kasih nasehat, dewasa,


berpikiran luas.
81 (Intr): Apa keinginan mba untuk subjek sebagai
seorang teman?
82 (EM): Aku pinginnya mba AA tuh normal. Normal
dalam artian nanti tuh dia punya pacar cowo.
Terserah sih sekarang dia mau coba sama M
dulu atau gimana-gimana nanti.
Aku pinginnya suatu hari nanti mba AA tuh
punya cowo.
Soalnya aku liat mba AA itu ga sepenuhnya
yang lesbian. Dia Cuma kepingin, gitu
menurutku.
83 (Intr): Mba bisa bilang gitu alasannya kenapa
mba?
84 (EM): Alasanya.. gimana ya. Dia kan pernah punya
pacar cowo, dan ga ada trauma sama cowo.
Teruss…. Apa yaaa..
Semenjak dia ikut cupid chat ya semenjak dia
punya pacar M itu aku baru liat dia lesbi.
Kalo dia punya ketertarikan sama cewe.
183

Tapi aslinya dari pihak AA nya sendiri juga


pernah cerita kalo dia tuh sebenernya kalo dia
cewe apa cowo mau nerima.
85 (Intr): oke terimakasih informasinya mba. Selamat
malam
86 (EM): iya mba…
184
185
186
187
188
189
190
191

Anda mungkin juga menyukai