PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran suatu kegiatan yang dirancang oleh guru agar siswa melakukan
keiatan belajar , untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan . dalam
merancang kegiatan pembeajaran ini, seorang guru semestinya memahami karakteristik
siswa, tujuan pembelajran, yang ingin dicapai atau kompetensi yang harus dikuasai
siswa, materi ajar yang akan disajikan, dan cara yang digunakan terus mengemas
penyajian materi serta penggunaan bentuk dan jenis penilaian yang akan dipiih untuk
melakukan mengukuran terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi
yang telah dimiliki siswa.
Berkaitan dengan cara atau metode apa yang akan dipilih dan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran , seorang guru harus terlebih dahulu memahami berbagai
pendakatan, strategi, dan model pembelajaran. Pemahaman tentang hal ini akan
memberikan tuntutan kepada guru untuk dapat memilah , memilih, dan menetapkan
dengan tepat metode pmbelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran.
1
B. RUMUSAN MASALAH :
C. TUJUAN :
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Menurut Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model
belajar
mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.
5. Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang
menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan
Weil, 1986:14).
6. Menurut Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model
pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan
siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada
satu model dengan model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator
namun pada model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
4
B. Macam-macam model pembelajaran
1. Model Pembelajaran Saintifik
5
c) satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam
melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk
melakukan penemuan.
d) dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat
hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan
dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik. Teori Piaget,
menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan
dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967).
a. mengamati
b. menanya
c. mengumpulkan informasi
d. mengasosiasi
e. mengkomunikasikan
6
Contoh penerapan pada model pembelajaran saintifik:
- Menanya : seorang siswa yang bertanya dengan apa yang ia lihat dan
perhatikan.
7
yang dilakukan dengan ujian akhir semester (UAS), ujianujian tengah
semester (UTS), kuis, PR,dokumen, dan laporan.
Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu
pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan
dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada
penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi,
kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran
Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata
pelajaran yang bersangkutan.
c. Sistem Penilaian
D. Penilaian (Assessment)
8
E. Contoh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based
Learning)
9
pelajaran dalam bentuk akhir , melainkan diperlukan untuk mengatur itu nya)
“ (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103).
Ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa
anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas. Model Discovery Learning
adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk
akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi,
klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut
cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of
assimilatig conceps and principles in the mind (Adalah proses mental asimilasi
conceps dan prinsip-prinsip dalam pikiran (Robert B. Sund dalam Malik,
2001:219).
10
memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir (merepresentasikan apa yang
dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh
karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan
berhasil.
Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan
kecepatannyasendiri.
11
Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan
gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai
peneliti di dalam situasi diskusi.
Menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi siswa
yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau
mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan,
sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
Tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan
waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan
masalah lainnya.
12
Harapan-harapan yang terkandung dalam model ini dapat buyar berhadapan
dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur
gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
13
selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.
14
baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat
pembuktian secara logis.
e. Verification (Pembuktian)
15
5) Contoh Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning
16
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah
topik dunia nyata, hal ini akan berharga bagi atensi dan usaha peserta didik.
Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dikatakan sebagai operasionalisasi konsep
“Pendidikan Berbasis Produksi” yang dikembangkan di Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK). SMK sebagai institusi yang berfungsi untuk menyiapkan lulusan
untuk bekerja di dunia usaha dan industri harus dapat membekali peserta didiknya
dengan “kompetensi terstandar” yang dibutuhkan untuk bekerja pada bidang
masing-masing.
6. Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan;
2. Banyak orang tua peserta didik yang merasa dirugikan, karena menambah
biaya untuk memasuki system baru.
17
3. Banyak instruktur merasa nyaman dengan kelas tradisional ,dimana
instruktur memegang peran utama di kelas. Ini merupakan suatu transisi
yang sulit, terutama bagi instruktur yang kurang atau tidak menguasai
teknologi.
Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-
problem yang kompleks.
Meningkatkan kolaborasi.
18
2. Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
a. Peran Guru
19
Mempelajari ide dan konsep baru.
1. Penilaian Proyek
a. Pengertian
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan
penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,
kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan
menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.
Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu dipertimbangkan yaitu:
20
Keaslian maksudnya proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan
hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk
dan dukungan terhadap proyek peserta didik.
2. Penilaian Produk
a. Pengertian
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu
produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat
produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni
(patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan
logam. Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu
diadakan penilaian yaitu:
21
Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya
dilakukan pada tahap appraisal.
22
BAB III
PENUTUPAN
A. Simpulan
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat kekurangan lain, oleh
karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan dalam memperbaiki makalah
berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan
umumnya untuk pembaca.
23
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka
Ismail. (2003). Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat
Terintegrasi
Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.
Rahmadi Widdiharto. (2006). Model-model Pembelajaran Matematika.
Makalah diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.
Slavin (1994). Cooperative Learning, Theory, Research, and Practice (Second
Edition).
24