Anda di halaman 1dari 11

RELASI AKTOR DALAM RUANG WACANA KEBIJAKAN

KEBUDAYAAN DI BANYUWANGI

M. Hadi Makmur dan Ahmad Taufiq


FISIP Universitas Jember,
Jl. Kalimantan No. 37 Jember
Email: makmur3@gmail.com

Abstrak:
Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan dampak kebijakan kebudayaan
yang sudah diterapkan terhadap komunitas seni dan tradisi budaya
Banyuwangi, khusunya Using, untuk mendiskripsikan pola relasi antar
pelaku budaya dengan pemerintah daerah, dan untuk mengambarkan
konstruksi model kebijakan daerah untuk pelestarian dan pengembangan
kebudayaan lokal Banyuwangi, khusunya Using. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif-kualitatif dengan analisis trianggulasi, analisis isi, dan
permodelan kebijakan. Metode untuk memperoleh data dilakukan melalui
pengamatan, wawancara, dokumentasi, studi kepustakaan, dan FGD. Hasil
penelitian menemukan bahwa kebudayaan Using menjadi sebuah entitas
untuk terus diperebutkan dalam ruang representasi dari kepentingan masing-
masing pihak. Terjadi relasi dari masing-masing aktor dalam sebuah ruang
yang dinamis. Dari hasil penelitian terkait, budaya Using di Banyuwangi
ditemukan beberapa kelompok aktor, yaitu pihak swasta, pimpinan daerah-
Bupati, pelaku budaya lokal, tokoh masyarakat, dan masyarakat umum.
Relasi tersebut merepresentasikan secara dialektik, nilai ekonomis, politik,
spiritualitas serta kebutuhan replikasi identitas dan fantasi-hiburan warga
masyarakat. Beberapa dampak dari kebijakan dan relasi yang muncul adalah
dampak sosial, ekonomi dan bagi budaya dan bagi budaya Using sendiri.

Abstract:
The purpose of this study is to describe the impact of cultural policies that
have been applied to the arts community and cultural traditions in
Banyuwangi, especially Using, and also to describe the pattern of relations
between cultural actors and local governments as well as to describe the
construction of a model of regional policy for the preservation and
development of local culture in Banyuwangi, especially Using. This study is a
descriptive-qualitative research using triangulation analysis, content analysis
and policy modeling. Methods for obtaining the data is observation,
interviews, documentation and study of literatures and FGD. The study found
that Using culture is an entity to continue to be contested in the space
representation of the interests of each party. Occurred relation of each actor in
a dynamic space. From the results of research related to Using culture in
Banyuwangi found several groups of actors, namely the private sector, local
leader-Regent, local cultural actors, community leaders and the general public.
This relation, represents dialectically, values of economy, politics, spirituality,
needs replication of identity, and fantasy-entertainment for community
M. Hadi Makmur dan Ahmad Taufiq

members. Some impacts, policies and relationships that emerge are the social
and economic impacts and for Using culture its own.

Kata-kata kunci:
Kebijakan, budaya Using, konstruksi identitas, komodifikasi budaya

Pendahuluan Perubahan sistem pemerintahan


Pemerintah daerah harus memiliki sentralistik menjadi sistem desentralistik,
komitmen untuk melindungi dan meles- sebagaimana termaktub dalam UU No.32
tarikan berbagai bentuk budaya di tahun 2004, membawa konsekuensi ter-
daerahnya. Pelestarian dan pengem- jadinya perubahan terhadap pengelolaan
bangan kebudayaan memiliki tujuan dan pelestarian budaya bangsa. Peru-
untuk menumbuhkan pemahaman dan bahan sistem pemerintahan tersebut me-
perkembangan masyarakat terhadap ke- nempatkan peran pemerintah yang semu-
budayaan, meningkatkan kualitas kehi- la merupakan operator tunggal dalam
dupan masyarakat, dan menumbuhkan pelestarian warisan budaya, selanjutnya
sikap kritis terhadap fakta sejarah serta menjadi fasilitator, dinamisator, dan ko-
memperkokoh ketahanan bangsa. ordinator dalam pelestarian budaya. Di
Kebudayaan sebagai identitas ko- samping itu, otonomi daerah memberi-
munitas bukan hanya dipahami sebagai kan peluang kepada masyarakat untuk
pembeda dengan komunitas lain, mela- lebih berperan serta dalam upaya peles-
inkan sebagai suatu hal yang dapat tarian budaya, dengan harapan bahwa
digunakan untuk mengenal kehidupan sumber daya budaya harus dapat mem-
komunitas, cara-cara komunitas menyu- berikan manfaat yang lebih besar bagi
sun pengetahuan, menampilkan pera- masyarakat.
saan, dan cara mereka bertindak. Hal Tetapi di sisi yang lain, dampak
tersebut senada dengan pemikiran Taylor dari otonomi daerah, dengan adanya tun-
bahwa kebudayaan dapat diartikan tutan kemandirian fiskal, mendorong
sebagai pandangan hidup dari sebuah pemerintah daerah cenderung berlomba-
komunitas atau kelompok.1 Aspek kebu- lomba bagaimana segala sesuatunya dita-
dayaan sebagai bagian dari pemba- rik pada ranah untuk meningkatkan
ngunan nasional bukan saja dinilai sebe- pendapatan daerah (PAD). Selain itu,
rapa banyak penghargaan lencana segala entitas sosial termasuk entitas bu-
kebudayaan dan pameran unsur kebu- daya juga ditarik oleh para pihak dalam
dayaan, melainkan mengakui eksistensi pusaran politik praktis kekuasaan di
serta mengakomodasi kepentingan setiap tingkat daerah, sehingga kebijakan terten-
komunitas dan budaya lokal dalam ke- tu seringkali digunakan untuk kepen-
hidupan berbangsa. tingan pencitraan elit politik yang se-
dang berkuasa dan untuk memerta-
hankan tingkat kepercayaan publik
1G. Ritzer dan D.J. Goodman, Teori Sosiologi terhadap penguasa eksekutif dan legis-
Modern (Jakarta: Prenada Media, 2008)

236 | KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014


Relasi Aktor dalam Ruang Wacana Kebijakan Kebudayaan

latif suatu wilayah. Tak jarang kebijakan Metode Penelitian


daerah termasuk kebijakan terkait kebu- Pendekatan penelitian ini adalah
dayaan tersebut menjadi semacam ajang kualitatif-deskriptif, yang dimaksudkan
perlombaan bagi kekuatan kekuasaan un- untuk memahami fenomena tentang apa
tuk menunjukkan secara artifisial iden- yang dialami oleh subyek penelitian,
titas mereka terhadap kepentingan sehingga akan terdeskripsikan keadaan
kelompok atau komunitas masyarakat subyek atau obyek penelitian yaitu kebi-
tertentu, termasuk komunitas budaya. jakan pemerintah daerah dalam meles-
Sehingga dikawatirkan kebijakan daerah tarikan dan mengembangakan budaya
terkait pengembangan dan pelestraian lokal berdasarkan fakta-fakta yang tam-
kebudayaan dibiaskan demi kepentingan pak atau sebagaimana adanya.
ekonomi dan keuntungan kekuasaan Penelitian ini merupakan pene-
politik lokal, yang justru kontra porduktif litian studi kasus, dengan wilayah pene-
dengan maksud pengembangan dan pe- litian di Kabupaten Banyuwangi, Sehing-
lestarian kebudayaan itu sendiri. ga penelitian ini tidak dimaksudkan un-
Pada penelitian awal ditemukan tuk membuat generalisasi, namun yang
bahwa seni dan tradisi budaya Using lebih penting adalah untuk menyam-
telah menjadi perhatian dan agenda paikan kedalaman informasi yang dipe-
penting kebijakan pemerintahan daerah roleh. Oleh karena itu, pada penelitian ini
Kabupaten Banyuwangi. Muncul dan tidak menggunakan istilah populasi dan
berkembang tiga wacana dalam kebijakan sampel, namun menggunakan informan.
kebudayaan di wilayah Kabupaten Ba- Subyek penelitian yang akan menjadi
nyuwangi, yaitu rehabilitasi dan kontrol informan dalam penelitian ditentukan
kebudayaan, pembentukan identitas uta- secara sengaja, atau dengan kata lain
ma/pusat kebudayaan dan wacana teknik penentuan informan, adalah
identitas dan promosi kebudayaan. dengan metode purposive (bertujuan)
Terdapat tiga bentuk strategi dan yang dipilih sesuai dengan masalah dan
program yang telah dijalankan dalam tujuan dalam penelitian tersebut,2 yaitu
Kebijakan kebudayaan pemerintah Kabu- orang yang menguasai dan memahami
paten Banyuwangi, yaitu pengembangan objek penelitian dan mampu menjelaskan
pendidikan, pembangunan simbol atau secara rinci masalah yang diteliti.3 Dalam
situs, dan penyiaran, pementasan dan penelitian ini, informan yang digunakan
pagelaran karya kebudayaan lokal, ter- adalah 6 (enam) informan dari Dinas
masuk budaya Using. Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Untuk mengetahui kontrusksi mo- Banyuwangi, 2 (dua) informan dari Dinas
del kebijakan daerah untuk pengem- Pendidikan, dan 3 (tiga) informan dari
bangan dan pelestarian kebudayaan di tokoh budaya dan pegiat kesenian tradisi
tingkat lokal di tengah dinamika ekonomi Banyuwangi.
dan politik di tingkat lokal juga interaksi Metode untuk memperoleh data
komunitas kultural, maka selanjutnya yang diperlukan dalam penelitian ini
perlu diteliti untuk mengetahui bagai-
mana dampak kebijakan kebudayaan 2 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif
terhadap komunitas kebudayaan, juga dan R & D, (Bandung: CV. Alfabeta, 2008), hlm.
relasi antar komunitas juga dengan 218.
3 Budi Raharjo, Keuangan dan Akuntansi untuk
pemerintah daerah. Manajer, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm. 12

KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014| 237


M. Hadi Makmur dan Ahmad Taufiq

dilakukan melaui pengamatan, wawan- tetapi perlu kebijakan yang mengarah


cara, dokumentasi, dan studi kepus- pada solidaritas, persaudaraan dengan
takaan. Untuk mendapatkan keabsahan perlindungan terhadap keberadaan tradi-
dan kepercayaan data, peneliti mela- si, seni dan produk budaya masyarakat.
kukan trianggulasi data baik secara Pandangan komutarianisme itu re-
metode maupun sumber. Data dianalisis levan jika melihat kebijakan pemerintah
dengan menggunakan teknik analisis yang lebih mengarah kepada pertim-
interaktif model Milles & Huberman, bangan-pertimbangan ekonomi daripada
mulai dari reduksi data (data reduction), kultural. Kebijakan terhadap pelestarian
penyajian data (data display), dan pena- dan pengembangan budaya, misalnya,
rikan kesimpulan/verivikasi (conclusion cenderung sebatas penyelengara page-
drawing/verification).4 laran kegiatan kesenian atau tradisi lokal,
yang lebih dimaknai secara ekonomis.
Tinjauan Pustaka Seperti yang disampaikan Lindsay bahwa
1. Kebijakan dan Kebudayaan kebijakan saat ini telah mengubah dan
Kebudayaan merupakan identitas merusak budaya, tradisi, seni-seni, me-
suatu bangsa yang dapat membedakan lalui campur penanganan yang berle-
bangsa tersebut dengan bangsa lainnya. bihan dan kebijakan ke arah komodifi-
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 kasi, dan tidak ada perhatian yang dibe-
mengamanatkan bahwa negara mema- rikan pemerintah dalam konteks sub-
jukan kebudayaan nasional Indonesia di stansi budaya.6
tengah peradaban dunia dengan men- Kebijakan pemerintah dalam peles-
jamin kebebasan masyarakat dalam me- tarian dan pengembangan budaya lokal
melihara dan mengembangkan nilai-nilai berubah menjadi pengelola kegiatan yang
budayanya. menentukan objek dan merubah agar se-
Menurut aliran komutarianisme, suai dengan tuntutan pembangunan, yai-
yang dikumandangkan oleh Etzioni,5 tu peningkatan pendapatan daerah. Da-
kebijakan publik dalam masyarakat mo- lam kondisi ini, budaya, seni, dan tradisi
dern telah kehilangan sense of community, yang digelar menjadi sekedar raga tak
kebijakan pembangunan mengantarkan berisi. Komunitas tradisi dan seni lebih
pada sebuah kondisi masyarakat yang dipandang sebagai objek dan diharapkan
teralienasi, tercerabut dari kerangka ke- menyesuaikan diri dengan tuntutan pem-
percayaan etis, tradisi, dan solidaritas, bangunan yang konsumeristik.
karena kebijakan publik lebih menge- Hal ini tentu saja tidak sinergis
depankan akomodasi kehidupan indi- dengan Peraturan Bersama Menteri
vidualisme dan mekanisme pasar. Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan
Pandangan kelompok ini, dalam dan Pariwisata No. 42 Tahun 2009/No. 40
kebijakan publik, memberikan pesan Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian
bahwa selayaknya kebijakan publik tidak Kebudayaan yang menyatakan bahwa
saja mengarah pada persoalan-persoalan kebijakan pemerintah dalam melestarikan
pembangunan, pertumbuhan, ekonomi
6 Jennifer Lindsay, Cultural Policy And The
4Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 246 Performing Arts In South-East Asia, pada
5 Wayne Parson, Public Policy: Pengantar Teori dan http://www.kitlvm-
Praktik Analisis Kebijakan (Jakarta: Prenada Media, journals.nl/index.php/btlv/article/viewFile/173.
2005), hlm. 53. Diakses pada 10 Naret 2011.

238 | KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014


Relasi Aktor dalam Ruang Wacana Kebijakan Kebudayaan

kebudayaan bangsa ditujukan ke arah pe- Sehingga kebijakan pemerintah,


menuhan hak-hak asasi manusia, pe- dalam kontek ini, seharusnya diarahkan
majuan peradaban, persatuan, dan kesa- untuk mengembangkan modal sosial
tuan, serta kesejahteraan bangsa Indo- untuk mengaktualisasikan nilai-nilai lu-
nesia, sehingga perlu dilakukan peles- hur budaya lokal dalam menghadapi
tarian kebudayaan. Terkait peran peme- derasnya arus budaya global dengan
rintah daerah, berkewajiban melestarikan mendorong terciptanya ruang yang ter-
kebudayaan untuk memperkokoh jatidiri buka dan demokratis bagi pelaksanaan
bangsa, martabat, dan menumbuhkan dialog kebudayaan dan mendorong reak-
kebanggaan nasional serta mempererat tualisasi nilai-nilai kearifan lokal sebagai
persatuan dan kesatuan bangsa dalam salah satu dasar pengembangan etika
bingkai Negara Kesatuan Republik Indo- pergaulan sosial untuk memperkuat iden-
nesia. titas nasional.8 Sebab seperti yang Amar-
Dalam konteks ini, pemerintah tya Sen sampaikan bahwa keberhasilan
menjamin kebebasan masyarakat dalam kebijakan pembangunan sangat ditentu-
memelihara dan mengembangkan nilai- kan oleh kepercayaan yang bersumber
nilai budaya yang tumbuh dan ber- dari norma budaya baik eksplisit maupun
kembang di masyarakat Indonesia. Pada implisit.9
era globalisasi, pemerintah berkewajiban
melindungi dan melayani masyarakat 2. Masyarakat Using dan Budayanya
dalam memelihara dan mengembangkan Salah satu ciri yang dominan
nilai-nilai budayanya agar tidak tergerus sebagai pembeda masyarakat adat etnik
oleh nilai-nilai budaya global yang tidak Using dengan etnik non Using di Ba-
sesuai dengan karakter dan jati diri bang- nyuwangi adalah bahasa Using yang
sa. dipakai oleh etnik Using. Di samping
Kebudayaan sendiri, menurut E.B. penggunaan bahasa Using, masyarakat
Taylor adalah kompleksitas yang menca- Using juga mengembangkan potensi ke-
kup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, senian dan kebudayaan termasuk adat
moral, hukum, adat-istiadat, dan lain istiadat yang mampu ditelusuri sebagai
kemampuan-kemampuan serta kebiasa- hasil pewarisan dari leluhur masyarakat
an-kebiasaan yang didaptkan oleh manu- Using, yaitu masyarakat Kerajaan Blam-
sia sebagai anggota masyarakat.7 Dengan bangan.
lain perkataan, kebudayaan mencakup Latar belakang perkembangan ba-
kesemuanya yang didapatkan atau dipe- hasa Using di Blambangan (dan sekarang
lajari oleh manusia sebagai anggota ma- di Banyuwangi), antara lain karena faktor
syarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sejarah perkembangan kekuasaan Maja-
sesuatu yang dipelajari dari pola-pola pahit yang menguasai Blambangan pada
perilaku normatif. Artinya, ia mencakup 1295-1527. Setelah Majapahit runtuh,
segala cara atau pola berfikir, merasakan,
dan bertindak. 8 Bappenas, Pengembangan Kebudayaan yang
Berlandaskan Pada Nilai-Nilai Luhur,
http://www.Bappenas.Go.Id/Get-File-
Server/Node/8403/. Diakses pada 1 Juli 2011.
7 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar 9 Ahmad Erani Yustika, Ekonomi Politik: Kajian

(Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004), hlm. Teoritis dan Analisis Empiris (Yogyakarta: Pustaka
172. Pelajar, 2009), hlm. 326

KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014| 239


M. Hadi Makmur dan Ahmad Taufiq

Blambangan sering menjadi perebutan Dalam rangka pembangunan


kekuasaan kerajaan-kerajaan lain, seperti kepentingannya itu, Belanda menda-
Kerajaan Demak dan kerajaan-kerajaan di tangkan penduduk secara besar-besaran
Bali (Kerajaan Gel-gel, Kerajaan Buleleng, dari luar Blmabangan. Program ini cukup
dan Kerajaan Mengwi), sebelum akhirnya berhasil menambah jumlah penduduk
dikuasai oleh VOC pada 1774. Latar Blambangan, hingga diuraikan pada
belakang sejarah Blambangan ini mengu- penduduk Blambangan pada 1750 hanya
atkan anggapan bahwa penggunaan Ba- berjumlah 8.000 dan pada awal abad 19
hasa Kawi yang digunakan dalam komu- penduduk Banyuwangi mencapai popu-
nikasi waktu itu di Nusantara juga digu- lasi sebesar 200.000 orang.11
nakan oleh masyarakat Blambangan.10 Identitas budaya suatu masyarakat
Selain bahasa Using sebagai tertentu selalu menghadirkan pandangan
bahasa yang memiliki struktur yang streotipe. Begitu pula halnya dengan
berbeda dengan bahasa Jawa dan bahasa- identitas budaya Using. Masyarakat U-
bahasa lain di sekitarnya, struktur dan sing diprasangkai sebagai sosok yang
pola kesenian Using berkembangan de- kasar (tidak punya tata krama), longgar
ngan ciri-ciri yang berbeda bila dikaitkan dalam nilai, terutama yang terkait dengan
dengan kebudayaan etnik non-Using la- hubungan antar lawan jenis, dan memi-
innya. Perkembangan kebudayaan Using liki ilmu gaib destruktif yang disebut
itu antara lain dihasilkan dari pola pe- santet, pelet, sihir, dan sebangsanya.12 Di
warisan kebudayaan Blambangan, juga samping citra negatif tersebut, masya-
karena faktor akulturasi budaya dengan rakat Using juga dikenal memiliki citra
kebudayaan non-Using lainnya. Hal ter- positif yang membuatnya dikenal luas
sebut dimungkinkan terjadi mengingat dan dianggap sebagai aset budaya yang
sejarah perkembangan peradaban Using produktif, yaitu (1) ahli dalam bercocok
yang terbentuk oleh faktor-faktor sosio- tanam; (2) memiliki tradisi kesenian yang
kultural yang ada di Banyuwangi. handal; (3) sangat egaliter, dan (4) terbu-
Faktor sosio-kultural tersebut dise- ka terhadap perubahan.13
babkan antara lain karena keadaan alam Masyarakat Using bukan hanya
yang demikian sulit menjadikan Blam- ulet dan mahir dalam bercocok tanam,
bangan menjadi daerah yang terisolasi melainkan juga piawai dalam berke-
dari perkembangan daerah-daerah lain di senian. Eksistensinya membuat Kabu-
Pulau Jawa. Karenanya meskipun daerah- paten Banyuwangi menjadi gudang
daerah lain telah dikuasai oleh VOC, produk-produk kesenian tradisional yang
Blambangan baru dikuasai oleh Belanda menjadi kebanggaan Provinsi Jawa Ti-
pada 1774 setelah peperangan berke- mur.
panjangan antara putra-putra Blamba-
ngan. Kemudian demi kepentingan Be-
landa dalam mengeksploitasi tanah jajah-
11 Ibid., hlm. 47
12 Andang Subaharianto, “Mitologi Buyut Cili
an, Belanda membangun fasilitas-fasilitas Dalam Pandangan Orang Using di Desa Kemiren
perekonomian di bumi Blambangan. Kabupaten Banyuwangi”, Laporan Penelitian
(Jember: Lembaga Penelitian Universitas Jember.
(Subaharianto, 1996), hlm. 3.
13 Ayu Sutarto, Ayu “Etnografi Masyarakat
10Erika Sujana, Etnis Jawa (Yogyakarta: Bentang, Using”, Laporan Penelitian (Surabaya: Dinas P dan
2001), hlm. 36 K Provinsi Jawa Timur, 2003)

240 | KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014


Relasi Aktor dalam Ruang Wacana Kebijakan Kebudayaan

Produk-produk kesenian Using masyarakat petani telah menjadikan kese-


bukan hanya menghibur, tetapi juga nian Using tetap terjaga hingga sekarang.
banyak mengandung nilai perjuangan Interaksi budaya antara sisa-sisa
dan perlawanan terhadap kekuatan asing penduduk Blambangan dengan para mig-
yang merugikan. Banyak sekali pesan- ran dari Jawa dan Madura membentuk
pesan mulia yang terkandung dalam struktur dan pola kesenian tradisional
syair-syair baik yang dilantunkan dalam Using di Kabupaten Banyuwangi, antara
kendang kempul maupun hadrah Kun- lain meliputi: (1) Seni pertunjukan
tulan Using dan dalam seni tari tradi- tradisional Using yang berhubungan de-
sional Using, seperti Gandrung dan ngan religi (animisme-dinamisme), antara
Seblang. Jelasnya, produk budaya Using lain Seblang, Singo Barong, dan
memiliki dua warna, yaitu produk bu- Gandrung; (2) seni pertunjukan tradi-
daya yang bercitra agraris dan produk sional Using yang berhubungan dengan
yang bercitra patriotik. religi (Hindu-Bali), antara lain Bali-balian
Masyarakat Using, meskipun men- dan Damarwulan; (3) seni pertunjukan
jadi pemeluk Agama Islam, telah meme- tradisional Using yang berhubungan
lihara tradisinya dengan baik dan tidak dengan religi (Islam), antara lain Kun-
mempertentangkan nilai agama dengan tulan, Mocoan Lontar, Mocoan Campur-
tradisi. Dalam masyarakat Using, agama sari, Rengganis/Praburara, dan Patrol
dan tradisi saling mengisi. Agama sering- Using; (4) seni pertunjukan tradisional
kali sebagai kekuatan yang lebih domi- Using yang berhubungan dengan kese-
nan mewarnai tradisi. Akibatnya, tidak nian Jawa, antara lain Kendang Kempul
sedikit unsur-unsur agama maupun ke- Campursari, Ketoprak, dan wayang kulit;
pentingan agama mewarnai produk kese- (5) seni pertunjukan tradisional Using
nian Using. Produk-produk kesenian profan, antara lain Angklung Paglak
Using yang bercitra agraris dapat diman- (musik); Tari Tradisional Using Modi-
faatkan sebagai perekat dalam kehidupan fikasi (ciptaan pengembangan modern);
bertetangga dan bermasyarakat, sedang- dan Kendang Kempul Blambangan
kan yang bercitra patriotik dapat di- (musik).
manfaatkan untuk membangun nasiona-
lisme. Gambaran Kabupaten Banyuwangi
Masyarakat Using dikenal sangat Kabupaten Banyuwangi memiliki
kaya akan produk-produk kesenian. Da- luas wilayah 5.782,50 KM2. Area kawasan
lam masyarakat Using, kesenian tradi- hutan mencapai 183.396,34 ha atau sekitar
sional masih tetap terjaga kelestariannya, 31,72%; daerah persawahan sekitar 66.152
meskipun ada beberapa yang hampir ha atau 11,44%; perkebunan dengan luas
punah. Kesenian pada masyarakat Using sekitar 82.143,63 ha atau 14,21%; se-
merupakan produk adat yang mempu- dangkan yang dimanfaatkan sebagai dae-
nyai relasi dengan nilai religi dan pola rah permukiman mencapai luas sekitar
mata pencaharian di bidang pertanian. 127.454,22 ha atau 22,04%. Kabupaten
Laku hidup masyarakat Using yang ma- Banyuwangi menjadi salah satu lumbung
sih menjaga adat serta pemahaman me- pangan di Provinsi Jawa Timur. Di sam-
reka terhadap pentingnya kesenian seba- ping potensi di bidang pertanian, Kabu-
gai ungkapan syukur dan kegembiraan paten Banyuwangi merupakan daerah
produksi tanaman perkebunan dan kehu-

KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014| 241


M. Hadi Makmur dan Ahmad Taufiq

tanan, serta memiliki potensi untuk di- daerah dan pertumbuhan ekonomi dae-
kembangkan sebagai daerah penghasil rah. Sehingga entitas budaya dikemas
ternak yang merupakan sumber pertum- dan dipromosikan sedemikian rupa men-
buhan baru perekonomian rakyat. Angka jadi komoditas yang bisa dinikmati dan
kemiskinan di Kabupaten Banyuwangi menarik bagi wisatawan baik dalam ne-
mengalami penurunan dibandingkan ta- geri maupun luar negeri. Seperti pada
hun-tahun sebelumnya. Berdasar PSE saat kepemimpinan Bupati Azwar Anas,
tahun 2005, jumlah penduduk miskin di keberagaman budaya Banyuwangi dike-
Kabupaten Banyuwangi adalah sebanyak mas dalam program rutin tahunan dalam
463.196 atau sejumlah 157.347 RTM. bentuk Banyuwangi Ethno Carnival
Adapun berdasarkan hasil PPLS tahun (BEC), yang diakuinya sangat besar sum-
2008, jumlah Rumah Tangga Miskin di bangannya bagi penerimaan daerah.
Kabupaten Banyuwangi sebesar 129.324 Secara politik, bahwa hampir semua bu-
keluarga dengan jumlah penduduk mis- pati di Banyuwangi, sejak Masa Bupati
kin sebesar 312.395 jiwa. Supaat sampai Bupati Azwar Anas,
Pluralitas dalam kehidupan me- berupaya untuk menunjukkan pada ma-
warnai masyarakat Kabupaten Banyu- syarakat sebagai konstituennya akan ke-
wangi. Dari sisi keagamaan, masyarakat pedulian dan perhatiannya pada budaya
Banyuwangi terdiri dari Islam dengan melalui kebijakan dan program mereka.
pemeluk sebesar 1.386.633 jiwa (95,33%), Seni dan tradisi Using di sini sebagai
Hindu sebanyak 35.958 jiwa (2,47%), sarana bagi pemimpin untuk menun-
Protestan sebanyak 16.503 jiwa (1,13%), jukkan akan diri mereka sebagai yang
Katolik sebanyak 9.016 jiwa (0,62%), dan peduli dan membesarkan identitas buda-
pemeluk agama Budha termasuk Khong ya “wong Banyuwangi” atau setidaknya
Hu Chu sebanyak 6.471 jiwa (0,44%). membuat teridentifikasi “kebanyuwangi-
Sementara keragaman etnis-etnis yang an”-nya. Atas hal ia patut untuk didu-
ada, jumlah etnis Jawa paling dominan, kung dan mendapatkan legitimasi oleh
disusul etnis Using dan etnis Madura. kelompok masyarakat di Banyuwangi,
khususnya Using.
Relasi Aktor dalam Ruang Kebijakan Bagi pelaku dan pegiat seni dan
Kebudayaan tradisi budaya, kebudayaan bagi mereka
Kebudayaan di sini menjadi sebu- lebih sebagai sarana ekspresi jiwa dan
ah entitas untuk terus diperebutkan da- spiritualitas yang menunjukkan akan
lam ruang representasi dari kepentingan identitas mereka sebagai sebuah entitas
masing-masing pihak. Di sini, terjadi kelompok yang hidup di Banyuwangi.
relasi dari masing-masing aktor dalam Tetapi, mereka juga tidak berada dalam
sebuah ruang yang dinamis. Bagi bupati, realitas hidup yang hampa, sehingga seni
sebagai penguasa atau pimpinan peme- dan tradisi yang mereka lakukan hadir
rintahan daerah, kebudayaan Using diha- sebagai bentuk pertunjukan yang diper-
dirkan sebagai entitas yang memiliki tontonkan untuk memenuhi kebutuhan
makna potensial, baik secara politik masyarakat aundien. Dalam konteks itu,
maupun ekonomi. Secara ekonomi, bu- mereka membuat kreasi seni dan tradisi
daya yang berkembang di Banyuwangi, sebagai pertunjukan sebagai pengakuan
seperti budaya Using, menjadi sumber komunitas mereka sekaligus menjadi ko-
potensial bagi perkembangan pendapatan moditas yang patut untuk mendapatkan

242 | KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014


Relasi Aktor dalam Ruang Wacana Kebijakan Kebudayaan

upah dari kreasi dan kehadiran mereka. masyarakat merasa identitas multi-
Bagi masyarakat Banyuwangi bahwa kultural Banyuwangi. Seperti dalam
pertunjukan atau even budaya yang di- festival Kuwung, ruang untuk berperan
tonton dan dinikmati menjadi sarana dan merepresentasikan setiap kelompok
pemenuhan kebutuhan akan fantasi- terwadahi dalam sebuah wadah masya-
hiburan sekaligus juga memperteguh diri rakat Banyuwangi yang multikultur.
sebagai orang Banyuwangi atau seti- Implikasi Budaya dari kebijakan,
daknya sebagai replikasi identitasnya. memromosikan Banyuwangi sebagai kota
Sementara itu, bagi tokoh masyarakat, yang memiliki sejarah yang panjang dan
kebudayaan Using merupakan ruang per- budaya yang sangat beragam, Kabupaten
tarungan antara nilai. Kehadiran kebu- Banyuwangi sebagai sebuah kota yang
dayaan sebagai sarana untuk memer- sangat antusias menghadirkan budaya
tahankan nilai-nilai kedaerahan atau lokal. Hal-hal yang bernuansa kelokalan
loyalitas yang ada. Sedangkan bagi dibangkitkan kembali. Kebijakan peme-
swasta, kebudayaan lebih kuat dimaknai rintah dengan dukungan semua pihak
sebagai ruang potensial secara ekonomi, menunjukkan komitmen untuk mela-
yang bisa menjadi peluang yang meng- kukan revitalisasi budaya yang sesuai
hasilkan keuntungan. Sehingga bagi me- dengan tuntutan kekinian. Kebudayaan
reka bagaimana sebuah entitas budaya menjadi sesuatu yang bersifat transfor-
seperti budaya Using juga bisa dikem- matif, yang terus bergerak membentuk
bangkan dan dikemas secara baik se- modelnya dari waktu ke waktu. Dalam
hingga bisa ditawarkan kepada “pasar” kontek yang substantif, kebijakan dan
yang bisa mengundang “konsumen”, relasi yang ada menjadi ruang dialektik
yaitu masyarakat wisatawan sebesar- yang melibatkan sebagain besar para
besarnya. aktor untuk terus turut serta memikirkan
dan merencanakan model pengembangan
Dampak dari Kebijakan Pemerintah dan dan pelestarian kebudayaan di Banyuwa-
Relasi Aktor terhadap Budaya Using ngi.
Dari kebijakan dan program peme- Bagi kehidupan masyarakat di
rintah daerah Banyuwangi serta relasi zaman sekarang yang “kapitalistik”,
kantor yang ada, dari hasil penelitan ini diakui atau tidak, masyarakat memer-
ditemukan beberapa dampak, yaitu dam- lukan uang untuk memenuhi segala
pak sosial, ekonomi dan bagi budaya kebutuhannya. Masyarakat awam yang
Using sendiri. Secara sosial, program dan tidak berkepentingan dengan pelestarian
kebijakan pemerintah daerah, seperti budaya secara langsung akan tidak pa-
BEC, setidaknya membawa dampak so- ham jika dijelaskan tentang wacana-
sial. Dari beberapa budaya lokal yang wacana tentang pelestarian budaya. Oleh
direpresentasikan, secara bersama-sama sebab itu, mereka memerlukan sesuatu
memberi implikasi pada kehidupan sosial yang bersifat nyata dan memberikan
masyarakat. Masyarakat Banyuwangi mereka manfaat terutama secara material.
yang sangat multietnis memerlukan ting- Di saat yang sama, mereka juga bisa turut
kat toleransi yang sangat tinggi dalam serta melestarikan budaya lokal. Hasi-
kehidupan bermasyarakat. Dengan dia- buan yang disitir Juliawati menyam-
dakannya BEC dan Festival Kuwung paikan bahwa kesanggupan suatu satuan
sejak 2010, misalnya, secara sosial sebagai budaya untuk memertahankan kese-

KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014| 243


M. Hadi Makmur dan Ahmad Taufiq

jatiannya dalam pertemuan antar budaya relasi dari masing-masing aktor dalam
yang demikian majemuknya itu sangat sebuah ruang yang dinamis.
ditentukan oleh tinggi rendahnya derajat Dari hasil penelitian terkait budaya
kesadaran budaya dan tangguh atau Using di Banyuwangi ditemukan bebe-
rapuhnya tingkat kesadaran budaya rapa kelompok aktor, yaitu pihak swasta,
masyarakat pendukungnya.14 pimpinan pemerintah daerah-Bupati, pe-
Kebijakan terkait budaya di laku dan pegiat budaya lokal, tokoh
Banyuwangi dari sisi ekonomi dapat masyarakat, dan masyarakat umum. Re-
dilihat seperti dari kegiatan terkait lasi para aktor dalam ruang kebudayaan
budaya, seperti BEC, festival Kuwung, hidup dalam konteks yang berkembang
dan Paju Gandrung, secara langsung yaitu otonomi daerah dan globalisasi.
telah memberikan nilai tambah secara Dari relasi tersebut merepresentasikan
ekonomis, setidaknya di lapangan para secara dialektik, baik ekonomis, politik,
pedagang dapat meningkatkan pengha- nilai-spiritualitas maupun kebutuhan
silan mereka. Hal ini juga diakui oleh replikasi identitas sekaligus kebutuhan
Bupati Anas bahwa keberhasilan Banyu- fantasi-hiburan warga masyarakat. Dari
wangi menurunkan angka kemiskinan kebijakan dan program pemerintah
dari 20 persen menjadi 9 persen adalah daerah Banyuwangi serta relasi kantor
berkat srategi keroyokan dari banyak sek- yang ada, dari hasil penelitan ini
tor, termasuk sumbangan dari sektor ditemukan beberapa dampak, yaitu
pariwisata.15 Langkah yang ditempuh dampak sosial, ekonomi dan bagi budaya
mulai dari penataan wisata, membuka Using sendiri.
destinasi wisata baru, membuat berbagai Dari hasil sementara penelitian ini
even skala nasional dan internasional maka beberapa hal yang peneliti sa-
yang mampu mengundang banyak wisa- rankan, yaitu pada pemerintah daerah
tawan. Seni dan tradisi budaya lokal di- agar pengembangan budaya Using terus
promosikan secara maksimal dan dapat tetap melibatkan pelaku budaya Using.
menambah nilai jualnya. Implikasi ini Perlu ditemukan sebuah kebijakan pe-
sejalan dengan maksud ekonomi kreatif, lestarian dan pengembangan kebudayaan
di mana ekonomi kreatif merupakan yang berbasis pada dinamika dan konteks
sebuah proses peningkatan nilai tambah sosial masyarakat. []
hasil dari eksploitasi kekayaan intelektual
berupa kreatifitas, keahlian, dan bakat Daftar Pustaka
individu menjadi produk yang dapat Badan Pusat Statistik Kabupaten
dikomersialkan. Banyuwangi. Laporan Akhir Indeks
Pembangunan Manusia Kabupaten
Penutup Banyuwangi Tahun 2009
Kebudayaan di sini menjadi sebu- Bappenas. Pengembangan Kebudayaan Yang
ah entitas untuk terus diperebutkan da- Berlandaskan pada Nilai-nilai Luhur.
lam ruang representasi dari kepentingan http://www.Bappenas.Go.Id/Get-
masing-masing pihak. Di sini terjadi File-Server/Node/8403/. Diakses
pada 1 Juli 2011
Lindsay, Jennifer. Cultural Policy And The
14 Juliawati, Ruang antar Budaya, (Surabaya: Performing Arts In South-East Asia,
Risalah Gusti, 2012), hlm. 36. http://www.kitlv-
15 kompas.com, diakses pada 17 Agustus 2014.

244 | KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014


Relasi Aktor dalam Ruang Wacana Kebijakan Kebudayaan

journals.nl/index.php/btlv/article/ Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu


viewFile/1735/2496. Diakses pada Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo
10 Maret 2011. Persada, 2004.
Koentjoroningrat. Kebudayaan Mentalitas Subaharianto, Andang. Mitologi Buyut Cili
dan Pembangunan. Jakarta: Dalam Pandangan Orang Using di
Gramedia, 2002. Desa Kemiren Kabupaten Banyuwangi.
Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Laporan Penelitian pada Lembaga
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Penelitian Universitas Jember, 1996.
Rosdakarya, 2006. Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif
Parson, Wayne. Public Policy, Pengantar Kuantitatif dan R & D. Bandung: CV.
Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Alfabeta, 2008.
Jakarta: Prenada Media, 2005. Sutarto, Ayu. Etnografi Masyarakat Using.
Sari, Dias Mustika. Fungsi Wangsalan Laporan Penelitian pada Dinas P
Dalam Interaksi Sosial: Kajian dan K Provinsi Jawa Timur, 2003.
Sosiolinguistik terhadap Masyarakat Sutarto, Ayu. Pendekatan Kebudayaan
Bahasa Using di Dusun Genitri Desa dalam Pembangunan Provinsi Jawa
Gendoh Kecamatan Singojuruh Timur. Jember: Kompyawida, 2004.
Kabupaten Banyuwangi. Skripsi
Fakultas Sastra Universitas Jember,
1994.



KARSA, Vol. 22 No. 2, Desember 2014| 245

Anda mungkin juga menyukai