Anda di halaman 1dari 15

Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda.

Untuk memahami
bagaimana perkembangan anak , juga perlu dipahami permasalahan-permasalahan apa yang
dialami anak selama perkembangannya. Hal ini perlu di lakukan agar kita benar-benar dapat
mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada diri anak. Apakah anda pernah memperhatikan
perilaku anak ? Mungkin anda menemukan ada anak yang sulit berbicara, sulit menggerakkan
anggota badan, ketakutan bertemu orang asing, atau sering menganis bila ditinggal ibunya pergi.
Nah, itu adalah beberapa masalah yang dihadapi anak.

Permasalahan yang dihadapi anak dapat dilihat melalui tingkah laku yang ditunjukkan anak
maupun keluhan-keluhan yang dismapaikan oleh orang-orang sekitar anak. Sekarang, marilah
kita bicarakan masalah permasalahan perkembangan yang dihadapi anak sesuai dengan masing-
masing aspek pekembangan.

1. Permaslahan dalam perkembangan Fisik-Motorik

Pola perubahan yang cenderung berbeda pada setiap anak menyebabkan pertumbuhan fisik anak-
anak tampak berbeda satu sama lain. Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan mempengaruhi
proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motoric berarti perkembangan pengendalian
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot-otot yang terkoordinasi. Sebagian
waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan
otot-otot yang ada pada tubuhnya.

Menurut Rusda Koto dan Sri Maryati (1994) dalam perkembangannya, mungkin ditemukan
beberapa hambatan antara lain sebagai berikut :

a. Gangguan fungsi panca indra

b. Cacat Tubuh

c. Kegemukan (oesitas)

d. Ganggguan gerak peniruan (stereotipik)

2. Permasalahan dalam perkembangan kognitif

Kemampuan kogtnif anak harus dikembangkan secara optimal karena menyangkut kemampuan
memcahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari anak

3. Permasalahan dalam perkembangan Bahasa


Kemampuan perkembangan bahas merupakan aspek penting yang perlu dikuasai anak, tetapi
tidak semua anak mampu menguasai kemampuan ini. Selain itu masalah perkembangan Bahasa
terkait dengan terbatasanya pembendaharaan kata anak atau adanya gangguan artikulasi seperti
sulit mengucap huruf r, sy, l, f z, atau c.

4. Permasalahan dalam perkembanganssial

Beberapa masalah social yangs sering dialami anak adalah ingin menag sendiri, dan tidak bisa
menyesuakaikan diri dengan lingkungan baru.

5. Permasalahan dalam perkembangan emosi

Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat . rangsangan yang sering
membangkitkan emosi anak adalah keinnan yang tidak terpenuhi dengan cara mengungkapkan
ekspresi yang tidak terkendali.

Anak merupakan tunas bangsa yang merupakan generasi masa depan bangsa. Anak dengan tumbuh
kembang yang baik akan menghasilkan anak dengan kualitas yang baik pula dalam kehidupan
bermasyarakat. Oleh karena itu, diperlukan peran penting orang tua dan orang- orang disekitar anak
untuk memperhatikan perkembangan anak agar tidak terjadi hambatan yang berarti. Adanya hambatan
dalam perkembangan tidak selalu berarti buruk, namun sesuatu yang perlu disadari dan dicari solusinya
agar hambatan tersebut bisa segera diselesaikan dan anak dapat mengejar pertumbuhan dan
perkembangannya yang baik dan sesuai. Berikut ini merupakan contoh hambatan perkembangan anak :
ads

1. Hambatan Berjalan

Salah satu hambatan perkembangan pada anak adalah hambatan perkembangan motorik yaitu berjalan.
Hal ini ditemukan pada banyak anak tanpa indikasi yang buruk melainkan pertumbuhan lambat yang
cukup normal. Hal ini biasa diimbangi dengan perkembangan lainnya yang lebih cepat sehingga masih
seimbang. Namun apabila orang tua menemukan hambatan berjalan pada anak, orang tua perlu segera
mengkonsultasikan pada tenaga kesehatan agar tidak ada hal yang tidak diinginkan dan hambatan
berjalan ini bisa diatasi dengan cepat. Dengan begitu, anak bisa mengejar keterlambatan
perkembangannya sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.

baca juga : Psikologi Anak

2. Hambatan Berbicara

Beberapa anak juga mengalami hambatan berbicara. Ada beberapa anak di usianya yang sudah
menguasai banyak kosa kata, namun ada juga yang perkembangannya terlambat sehingga belum bisa
berbicara. Hal ini bisa diatasi dengan cara orang tua menjadi aktif untuk mengajak anak berbicara. Pola
pembicaraan yang dilakukan janganlah satu pihak saja, namun memancing anak untuk menirukan kata-
kata misalnya seperti kata mama atau papa.

baca juga :
 Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini
 Cara Mendidik Anak Hiperaktif

3. Hambatan memahami sesuatu

Hambatan memahami sesuatu bisa terjadi pada anak. Hal ini bisa disebabkan oleh diri anak sendiri
dimana daya tangkapnya memang lemah, atau bisa juga karena lingkungannya yang jarang memberikan
informasi yang mudah dipahami. Sebaiknya orang tua membimbing anak untuk melatih pemahaman
anak sejak dini dengan menggunakan benda- benda di sekelilingnya dan dengan penjelasan sederhana
yang bisa dipahami.

baca juga :

 Pola Asuh Anak Usia Dini


 Cara Membentuk Karakter Anak Usia Dini

4. Hambatan untuk fokus

Kemampuan anak untuk memusatkan perhatian akan terganggu jika terjadi hambatan perkembangan.
Dalam hal ini orang tua harus mencari tahu penyebabnya. Mungkin terlalu lama bermain gadget atau
menonton televisi juga bisa berpengaruh. Orang tua perlu menekankan bahwa yang akan mereka
bicarakan itu penting sehingga anak perlu untuk menyimaknya. Hindari paparan media distraksi yang
terlalu sering.

baca juga : Cara Meningkatkan Prestasi Belajar

5. Daya ingat lemah

Anak dengan daya ingat yang lemah bisa terjadi apabila nutrisi dan latihan perkembangan yang diberikan
sejak dini kurang. Maka berikan asupan makanan bergizi pada anak sejak dini dan latihlah dengan
aktivitas yang memperkuat daya ingat anak, bisa melalui permainan- permainan yang seru. Agar anak
memiliki ingatan yang kuat, orang tua bisa melatihnya menghafal sedikit demi sedikit namun sering dan
konsisten.

baca juga :

 Cara Mengenali Potensi Diri


 Teori Belajar Kognitif

6. Kemampuan berbahasa

Kemampuan berbahasa anak memang berbeda- beda. Hambatan perkembangan pada anak bisa
mempengaruhi kemampuan berbahasanya. Orang tua harus memberikan contoh bagaimana cara
berbahasa yang baik untuk komunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Ajarkan anak untuk mencontoh
kata- kata Anda yang baik dan mempraktekkannya langsung pada orang lain.

baca juga :

 Peran Ayah dalam Keluarga


 Peran Ibu dalam Keluarga
7. Hambatan interaksi sosial

Tipe anak yang pemalu dan menarik diri dari lingkungan sosial merupakan salah satu hambatan
perkembangan anak. Pada masa ini anak seharusnya memiliki jiwa sosial yang tinggi untuk ingin bermain
dengan teman- teman sebayanya dan juga tingkat kepekaan sosial yang tinggi. Hambatan interaksi
sosial juga bisa berasal dari orang tua. Apabila orang tua tidak pernah memperlihatkan cara berinteraksi
dengan orang lain kepada anak, maka anak pun akan terhambat interaksi sosialnya. Berikan contoh,
ajarkan pada anak bagaimana bereaksi terhadap repon sosial, berbicara, bermain, dan aturan sosial
lainnya.
baca juga : Fobia Sosial

8. Kesulitan adaptasi dengan lingkungan

Kesulitan beradaptasi dengan lingkungan merupakan hambatan perkembangan anak dikarenakan


kurangnya pengetahuan untuk interaksi dengan orang sekitarnya. Hal ini biasa terjadi ketka anak mulai
memasuki sekolah dengan lingkungan baru atau teman- teman baru. Dalam mengatasi hal ini dibutuhkan
bantuan orang tua atau guru untuk memulai pengenalan atau adaptasi anak dengan lingkungannya.
Anak pada umumnya mampu beradaptasi dengan cepat, sehingga dibutuhkan peranan yang menngawali
hal tersebut.

baca juga : Trauma Psikologis

9. Tingkat emosional anak

Tingkat emosional anak terbentuk dari orang orang disekitarnya misalnya lingkungan, orang tua, atau
orang- orang terdekat lainnya. Anak juga cenderung memiliki emosi yang tinggi apabila tumbuh dalam
keluarga yang penuh tekanan, sering mendengar nada- nada keras atau dibentak. Pada lingkungan yang
demikian, anak juga akan mengalami hambatan perkembangan. Tingkat emosional anak menjadi tidak
stabil dan sulit ditebak. Pentingnya peranan orangtua dalam mengendalikan emosi di sekitar anak sangat
diperlukan.

baca juga :

 Tahap Perkembangan Emosi Anak


 Cara Mengatasi Anak Pemarah

10. Perkembangan fisik

Hambatan perkembangan salah satunya adalah adanya hambatan pertumbuhan fisik. Gangguan atau
kecacatan anggota tubuh mengurangi kemampuan anak untuk bisa beraktivitas seperti anak normal
lainnya. Hal ini menyebabkan keterlambatan perkembangan anak dalam hal tertentu sesuai dengan
gangguan yang dimiliki. Misalnya anak yang terlahir cacat kaki, maka anak akan kesulitan untuk aktivitas
berjalan, berlari bermain sepak bola, dan aktivitas aktif lainnya yang seharusnya meraka alami.

baca juga : Cara Menjadi Pribadi yang Menyenangkan

11. Sakit

Kondisi sakit juga menjadi hambatan perkembangan anak. Anak menjadi tidak mampu mengikuti proses
pembelajaran sehingga tertinggal oleh anak seusianya. Kondisi sakit juga tidak memungkinkan dirinya
bermain dan belajar seperti biasanya. Segala perlengkapan, tempat, pengobatan, serta prosedur
tindakan selama sakit dapat menjadi pengalaman berbeda yang kurang menyenangkan bagi anak dan
yang seharusnya tidak perlu mereka alami. Dukungan orang tua sangat penting.

baca juga : Psikologi Diagnostik

12. Gangguan kepribadian

Hambatan perkembangan anak lainnya yaitu adanya gangguan kepribadian. Hal ini bisa dikarenakan
pengaruh tidak baik dari lingkungannya maupun dari keluarga. Anak akan tumbuh cenderung aneh dan
dinilai berbeda dengan temannya. Pembawaan diri yang berbeda ini membuat anak dijauhi oleh teman
disekitarnya.

baca juga :

 Tipe Kepribadian Manusia


 Fakta Kepribadian Anak Bungsu

13. Perilaku buruk

Hambatan perkembangan anak lainnya ditandai dengan perilaku anak yang buruk. Perilaku yang
dimaksud adalah seperti anak yang rewel, suka merengek bahkan menangis keras tanpa bisa mengerti
apa yang mereka inginkan. Anak seperti ini bisa saja manja, menginginkan perhatian lebih, atau tipe
yang agresif dan banyak menuntut. Hal tersebut berasal dari pola didik orang tua yang kurang baik.
Perkembangan anak bisa terhambat akibat hal ini, karena lingkungannya mungkin juga tidak menyukai
hal tersebut.

baca juga : Perilaku Abnormal

14. Gangguan fungsi panca indera

Anak yang terlahir dengan gangguan panca indera bukan hal yang asing lagi. Gangguan panca indera
yang terjadi biasanya adalah gangguan pengelihatan atau gangguan pendengaran. Kurangnya daya
dengar anak menghambat anak untuk menerima informasi berupa suara dan ketidakmampuan melihat
menghambat anak untuk menerima informasi dalam bentuk, warna, dan gambaran visual. Hambatan ini
akan mempengaruhi perkembangan anak.

baca juga :

 Psikologi Kognitif
 Psikologi Warna

15. Kegemukan

Anak yang gemuk memang sangat lucu dengan pipi tembem dan badan tambunnya. Namun anak
dengan obesitas atau kegemukan berlebih tidak baik untuk perkembangan anak. Hal ini bisa saja
menjadi hambatan karena anak – anak yang seharusnya lincah bisa berlari kesana kemari, akibat
kegemukan anak menjadi malas dan tidak beraktivitas. Hal ini dapat berdampak buruk bagi kesehatan
dan perkembangan anak.
baca juga : Ciri ciri Pubertas

Demikian 15 hambatan perkembangan anak yang paling sering terjadi. Hambatan perkembangan anak
pada dasarnya berasal dari berbagai faktor pemicu seperti keluarga, lingkungan, sekolah, teman, atau
lainnya. Anak memiliki kemampuan untuk belajar dari apa yang mereka dengar, lihat dan rasakan dari
interaksinya dengan orang- orang disekitarnya.

Hal tersebut pula yang menyebabkan perkembangan anak bisa menjadi baik atau buruk. Apabila
keluarga dan lingkungan memberikan contoh dan ajaran yang baik maka perkembangan anak juga akan
tumbuh dengan baik. Begitu pula sebaliknya apabila anak tumbuh pada keluarga dan lingkungan yang
tidak baik, maka anak akan mengalami banyak hambatan perkembangan yang perlu diatasi.

Permasalahan Eksternal Anak Usia Dini


Selain masalah internal dari diri si kecil sendiri, ada juga beberapa permasalahan anak
usia dini yang muncul akibat lingkungan sekitarnya. Beberapa di antaranya adalah:

1. Keinginan yang Tidak Terpenuhi

Pada umumnya, ketika seorang anak memiliki keinginan yang tidak terpenuhi, ia akan
menunjukkan perilaku yang merusak, membanting, dan melemparkan barang-barang di
sekitarnya. Terkadang pada beberapa kasus, ia tidak akan berhenti bahkan setelah
keinginannya terpenuhi. Kalau seperti itu, tandanya buah hati mendapatkan kesenangan
ketika memecahkan atau menghancurkan mainannya menjadi bagian-bagian kecil.

Biasanya, beberapa orangtua akan membiarkan perilaku merusak ini karena mengira
buah hatinya masih terlalu kecil. Padahal, jika dibiarkan secara terus menerus hal ini
akan mengganggu kehidupan sosialnya. Khususnya ketika ia mulai merusak mainan atau
benda miliki orang lain.

Penyebab perilaku merusak ini bisa diakibatkan karena adanya amarah yang terpendam
dan kekecewaan. Selain itu, bisa jadi karena kurangnya perhatian yang diberikan kedua
orangtuanya, sehingga ia berusaha mencari-cari perhatian tersebut.

2. Kesalahan Pola Asuh

Pola asuh anak menjadi bagian penting yang harus diperhatikan oleh setiap orangtua.
Karena jika ada kesalahan dalam pola asuh seperti menggunakan kekerasan, otoriter,
atau terlalu sering dilarang, nantinya bisa berdampak buruk bagi pertumbuhan dan
perkembangan buah hati.

Salah satu dampaknya adalah si kecil menunjukkan sikap permusuhan, amarah, dan
tindakan melukai orang lain baik secara fisik atau verbal. Hal tersebut biasanya
ditunjukkan untuk mencapai tujuan tertentu berupa pembelaan diri atau meraih
keunggulan dengan membuat lawannya merasa tidak berdaya.

Sasarannya bisa diarahkan pada pendidik, teman, atau bahkan benda mati. Cara
pelampiasannya tidak hanya dengan menendang atau memukul, tapi juga bisa
mengganggu proses belajar atau kegiatan lain yang sedang berlangsung.

3. Ruang Lingkup Pergaulan Terbatas

Beberapa orangtua terkadang kurang memberi kesempatan pada putra dan putrinya
untuk mengenal lingkungan dan pertemanan selain di rumah dan sekolah. Biasanya, hal
tersebut dilakukan karena beberapa alasan tertentu seperti kekhawatiran diganggu
temannya atau ikut-ikutan temannya yang bandel.

Sayangnya, jika hal tersebut dibiarkan begitu saja, nantinya bisa membuat si kecil
menjadi lebih menarik diri dari lingkungannya. Efek jangka panjangnya bisa membuat
buah hati menjadi sulit bergaul, pasif, kurang percaya diri, dan kurang mandiri. Padahal
jika anak usia dini dibiarkan berksplorasi dan bersosialisasi dengan anak sebayanya, hal
tersebut bisa membantunya beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
4. Tekanan dari Orang Sekitar

Seorang anak bukanlah orang dewasa yang bisa dipaksa atau mudah melakukan
sesuatu karena terpaksa. Ia juga bukanlah sebuah robot yang bisa dengan mudah
mengikuti semua keinginan kedua orangtuanya. Sayangnya, ada beberapa orangtua
yang berpikiran bahwa memaksakan dan menekan buah hatinya bisa memberikan efek
yang baik.

Padahal jika seorang anak terus menerus mendapatkan tekanan dan paksaan, nantinya
bisa membuat buah hati menjadi depresi, sensitif, mudah ragu-ragu, murung, dan
akhirnya kesulitan bergaul dengan sekitarnya. Sifat tersebut jika dibiarkan secara terus
menerus bisa menjadi masalah yang cukup serius dan menghambat perkembangan si
kecil. Khususnya dalam pergaulan, pertumbuhan, ego, dan penyesuaian diri.

5. Aturan Rumah Terlalu Keras atau Longgar

Didikan keluarga adalah suatu hal yang penting dalam hidup seorang anak. Karena
aspek ini merupakan salah satu pendukung pertumbuhan karakter si kecil untuk
menjalani hidup ke depannya. Jika didikannya baik maka buah hati pun kemungkinan
besar akan tumbuh dengan baik, begitu pula sebaliknya.

Sayangnya, beberapa orangtua memilih untuk mendidik anaknya dengan keras, seperti
membentak, memukul, meneriaki, mencubit, mencambuk, menendang, menampar, dan
lain sebagainya. Para orangtua tersebut beranggapan bahwa mendidik anak dengan
cara keras inilah maka seorang anak akan lebih mudah menurut dan disiplin. Padahal,
kenyataannya belum tentu seperti itu.

Ketika seorang anak merasa terlalu dikekang akibat aturan yang terlalu keras,
adakalanya ia pun akan berusaha memberontak dan membangkang. Di mana, mereka
mungkin terlihat seperti menurut di hadapan orangtuanya, tapi akan melakukan apapun
sesuka mereka selama tidak ketahuan.

Namun, tidak berarti aturan rumah yang terlalu longgar adalah hal yang baik. Karena
jika anak usia dini dibebaskan begitu saja bisa menjadikannya kurang peka terhadap
mana yang benar dan mana yang salah.

6. Terlalu Dimanjakan
Sudah sewajarnya jika orangtua ingin memberikan dan menyediakan segala sesuatu
untuk menyenangkan buah hatinya. Namun, jika hal tersebut dilakukan secara
berlebihan dan tidak benar-benar dikontrol, nantinya ia pun menjadi seorang anak yang
manja.

Berdasarkan Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Si., anak manja adalah anak yang selalu
mengharapkan perhatian berlebih dari lingkungan sekelilingnya. Kemudian, hal itu
diikuti dengan keinginan untuk segera dituruti segala kemauannya.

Ketika buah hati terlalu dimanjakan, ia pun akan cenderung berada di zona nyaman
yang lama-lama membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang tidak memiliki kecakapan
sosial. Hal ini dikarenakan ia cenderung tidak diharuskan untuk memikirkan pemecahan
bagi permasalahannya. Sehingga kemampuannya menghadapi masalah pun lebih
rendah dibandingkan anak lainnya yang sudah dilatih mandiri.

Ketidakmampuan tersebut bisa berlanjut hingga ia dewasa, di mana ia akan terbiasa


bergantung pada kedua orangtuanya. Tak hanya itu, ia pun akan menjadi seseorang
yang keras kepala, egois, sulit dewasa, dan kurang bisa mandiri.
Baca juga: Sudah Tahukah Anda tentang Penyebab dan Cara Mengatasi Anak
Susah Makan Berikut Ini?

Cara Menangani Permasalahan Anak Usia Dini


Pada hakikatnya, penanganan permasalahan perkembangan anak usia dini itu tidak ada
yang benar-benar ideal dan sudah pasti efektif. Karena bagaimanapun, Anda harus
memperhatikan karakter si kecil dan jenis masalahnya. Di antara cara yang bisa Anda
lakukan adalah:

1. Mencari Akar Permasalahan

Langkah awal dalam usaha menangani permasalahan anak usia dini adalah dengan
mencari akar masalahnya. Jika permasalahannya sudah diketahui, maka akan lebih
mudah dicari pemecahannya.

Khususnya untuk anak usia dini yang terkadang masih belum mengetahui bagaimana
cara mendeskripsikan atau mengungkapkan masalah yang tengah ia alami. Di sinilah
peran orangtua hadir untuk memperhatikan dan mengarahkan agar permasalahannya
bisa segera teratasi.

Dalam usaha mencari akar permasalahan tersebut, orangtua juga bisa meminta bantuan
pada dokter atau psikiater anak. Terutama jika masalahnya tidak bisa terlihat langsung.
Jika masalah tersebut bermula di sekolah, jangan ragu-ragu untuk bekerja sama dengan
guru atau pengajar buah hati untuk mendeteksi permasalahannya.

2. Memberikan Saran dan Nasihat


Dalam menangani permasalahan anak usia dini, saran dan nasihat untuk buah hati
sangat diperlukan. Khususnya jika Anda ingin mengarahkan dan menjelaskan nilai baik
dan buruk pada si kecil.

Khususnya karena si kecil masih berusia dini sehingga ia masih bisa dididik dan
diarahkan dengan baik. Nasihat yang diberikan kepadanya pun lebih bisa tertanam di
dalam kepala.

3. Contohkan dan Ajarkan Nilai Moral yang Baik

Setiap anak adalah seorang peniru yang ulung. Setelah melihat, mendengar, dan
merasakan hal-hal yang ada di sekitarnya, ia pun akan berusaha menirukannya sebaik
mungkin.

Oleh karenanya, sebagai orangtua Anda harus menjadi teladan yang baik untuk si kecil.
Sehingga, ia pun akan berusaha menirukan hal-hal baik yang Anda lakukan dan
menghindari masalah-masalah yang nantinya bisa muncul di kemudian hari.
Ajarkan juga nilai-nilai moral yang berlaku di masyarakat dengan cara menyenangkan,
seperti melalui lagu atau cerita yang mudah dipahami si kecil. Jelaskan juga bagian
mana yang salah dari permasalahan yang ia alami.

4. Melatif Kognitif

Yang dimaksud di sini adalah melatih aspek kognitif si kecil, yaitu kemampuan
berpikirnya. Kemampuan tersebut akan menjadikan si kecil sanggup menghubungkan,
menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa.

Salah satu caranya adalah melatihnya untuk berpikir secara kritis dan membuat
keputusan sendiri. Sesudahnya, biasakan si kecil untuk melihat hasil dari keputusan yang
dibuatnya. Sehingga nantinya ia bisa mulai belajar untuk mengambil keputusan
berdasarkan kemampuan dan penilaian yang logis, bukan sekedar berdasarkan emosi
semata.

Dengan melatih aspek kognitifnya, Ayah dan Bunda bisa mengetahui dan mengevaluasi
sejauh mana kemampuan dan kelemahan buah hati. Sehingga ketika sebuah
permasalahan muncul, orangtua bisa langsung mengatasi permasalahan anak usia dini
yang mungkin terjadi.

5. Permainan

Bermain merupakan kebutuhan bagi setiap anak. Melalui permainan, buah hati bisa
mengembangkan berbagai aspek penting dalam hidupnya.

Beberapa aspek penting tersebut di antaranya adalah perkembangan fisik, kognitif,


bahasa, dan sosio-emosional. Dengan bermain secara baik dan benar, itu bisa menjadi
salah satu media untuk menstimulasi si kecil.

Di lain pihak, dengan melakukan permainan yang aktif bisa membuat si kecil menjadi
lebih sehat karena banyak bergerak. Khusunya jika hal tersebut didukung dengan
pengaturan pola makan yang seimbang.

6. Bantuan Profesional
Hal ini merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan setelah mencoba berbagai macam
cara. Di mana proses yang terjadi adalah konselor berusaha membantu anak untuk
sembuh dan mengatasi permasalahan anak usia dini.

Hal ini merupakan tahap terakhir yang bisa dilakukan setelah mencoba berbagai macam
cara. Di mana proses yang terjadi adalah dokter, konselor, atau psikiater anak berusaha
membantu buah hati untuk sembuh dan mengatasi permasalahan anak usia dini.

Khususnya adalah ketika masalah yang terjadi berhubungan dengan syaraf si kecil.
Karena biasanya jika berhubungan dengan masalah tersebut, seorang dokter atau
psikiater akan lebih bisa mengidentifikasi masalah utamanya dan mengetahui cara
menanganinya.

Konseling ini bisa dilakukan pada si kecil sejak usianya sedini mungkin. Khususnya sejak
si kecil sudah bisa diajak berkomunikasi karena salah satu tahapan dalam konseling ini
adalah dengan cara mengobrol dan mengidentifikasi permasalahan yang ada.
Sesudahnya, baru konselor bekerja sama dengan orangtua untuk tindak lanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai