Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT ( CBR )

Filsafat Pendidikan

Disusun oleh
Roihansyah

5192121001

DOSEN PEMBIMBING
Prof. Dr. Julaga Situmorang, M. Pd

Fakultas Teknik
Pendidikan Teknik Mesin
Universitas Negeri Medan

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan RahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Book
Report (CBR) mata kuliah Filsafat Pendidikan, saya berterima kasih kepada
Bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M. Pd , selaku dosen Filsafat Pendidikan saya,
yang telah memberikan tugas ini terhadap saya.

Saya juga menyadari bahwa CBR ini masih banyak kekurangan oleh karena
itu saya minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan saya juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan
CBR ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Penulis

Roihansyah

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................................... 4
1.2 TUJUAN .............................................................................................................................................. 5
1.3 MANFAAT ........................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................... 6
2.1 IDENTITAS BUKU ................................................................................................................................. 6
2.2 RINGKASAN ISI BUKU .......................................................................................................................... 7
SUMBER : FILSAFAT PENDIDIKAN ( buku utama) ...................................................................................... 7
A. Manusia dan Filsafat .................................................................................................................... 7
B. Filsafat dan Teori Pendidikan ...................................................................................................... 8
C. Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan ................................................................... 8
SUMBER : FILSAFAT PENDIDIKAN ( Buku Pembanding) ............................................................................ 9
A. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional .............................................................................. 10
B. Hubungan Pancasila dengan Sistem pendidikan ditinjau dari Filsafat Pendidikan. ....................... 11
C. Filsafat Pendidikan Pancasila ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi ......................... 11
2.3 PENILAIAN TERHADAP BUKU ............................................................................................................ 15
1.Kelemahan Buku. ............................................................................................................................. 15
2.Kelebihan Buku. ............................................................................................................................... 15
3.Perbedaan kedua Buku. ................................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................................... 17
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 17
3.2 SARAN ............................................................................................................................................... 17

3
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari


makhluk lain. Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami
benda-benda konkrit. Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu
berubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat untuk
dipikirkan dan direnungkan. Kadang-kadang manusia tidak kuasa untuk menentang
dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung memikirkan
segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.
Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir
agar apa yang dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya.
Berpikir adalah hasil kerja pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses
pikirannya selalu nampak misterius dan menakjubkannya seperti alam semesta
sendiri, sehingga manusia terdorong memikirkannya secara mendalam.

Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan


pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa
mengambang dan bersemayam di langit-langit.

Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara
pendekatan yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan
problematika pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping
menggunakan metode-metode ilmiah lainnya. Denga kata lain, teori-teori dan
pandangan-pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof
tentu berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat
yag dianutnya.

Pancasila merupakan dasar dari pembentukan Negara Indonesia


sebagaimana yang dikemukakan oleh bung Karno di dalam lahirnya
Pancasila.Setiap Negara mempunyai dasar atau ideologinya.Fungsi dari suatu dari
ideology atau dogama yaitu serangkaian nilai-nilai yang dijadikan pegangan oleh
setiap warga Negara untuk mengikat seluruh anggotanya dalam suatu organisasi
Negara Republik Indonesia.Sebagai ideology,Pancasila sebagai dasar Negara.Oleh
sebab itu , setiap warga Negara wajib mengikuti dan menghormati nilai-nilai
tersebut dan secara kolekti ingin mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupannya.

4
1.2 TUJUAN

1.Mengkritik 2 buku untuk menambah ilmu dalam Filsafat Pendidikan


2.Untuk menambah wawasan tentang Filsafat Pendidikan khususnya Filsafat
Pendidikan Pancasila
3.Untuk mempelajari Pandangan Filsafat Pancasila Tentang Manusia
1.3 MANFAAT

1.Memperbaiki diri menggunakan teori-teori Filsafat Pendidikan Pancasila


2.Mengetahui bahwa dalam kehidupan sehari-hari Filsafat Pendidikan Pancasila
dapat menjadi acuan untuk membangun bangsa Indonesia.

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 IDENTITAS BUKU


Buku Pertama (Buku Utama)
1. Judul buku : Filsafat Pendidikan
2. Pengarang : Dr.Edward Purba,MA
3. Pengarang : Prof.Dr.Yusnadi,MS
4. Penerbit : UNIMED PRESS
5. Tahun terbit : 2013
6. Kota Terbit : MEDAN
7. Tebal buku : 164 lembar

Buku Kedua (Buku Pembanding)


1. Judul buku : FILSAFAT PENDIDIKAN
2. Pengarang : Prof.Dr.H.Jalaluddin
3. Pengarang : Prof.Dr.H.Abdullah Idi,M.Ed
4. Penerbit : Raja Grafindo Persada
5. Tahun terbit : 2011
6. Kota Terbit : Jakarta
7.Tebal Buku : 384 Lembar

6
2.2 RINGKASAN ISI BUKU

SUMBER : FILSAFAT PENDIDIKAN ( buku utama)

FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN

A. Manusia dan Filsafat


Manusia adalah makhluk Tuhan paling sempurna penciptaannya dari
makhluk lain. Dengan menggunakan panca indera, manusia berusaha memahami
benda-benda konkrit. Eksistensi alam semesta tempat manusia hidup yang selalu
berubah dan penuh dengan peristiwa-peristiwa penting bahkan dahsyat untuk
dipikirkan dan direnungkan. Kadang-kadang manusia tidak kuasa untuk menentang
dan menolaknya, menyebabkan manusia itu tertegun, termenung memikirkan
segala hal yang terjadi di sekitar dirinya.
Manusia mengupayakan eksistensinya untuk hadir di alam dalam berpikir
agar apa yang dilihatnya dapat dipahami makna kehadiran sesuatu di luar dirinya.
Berpikir adalah hasil kerja pikiran. Pikiran manusia dalam proses-proses
pikirannya selalu nampak misterius dan menakjubkannya seperti alam semesta
sendiri, sehingga manusia terdorong memikirkannya secara mendalam.
Seperti halnya, proses berpikir dapat dilakukan manusia denga mengarahkan
pandangannya ke langit biru, maka nampak olehnya benda-benda angkasa
mengambang dan bersemayam di langit-langit.
Dengan menangkap kesan indera lalu dipadukan dengan analisis radio
manusia mulai sadar bahwa pengertiannya melalui kesan indera itu belum
memuaskan. Manusia berpikir dan berpikir sepanjang masa dan sepanjang jaman
tentang hakikat dirinya dan alam semesta. Masing-masing dunia ini memerlukan
pendekatan yang berbeda-beda sebab wujud dan sifat realitas yang akan ditafsirkan
berbeda secara mendasar dan kualitatif.
Filsafat sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang
timbul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Sebelum ada ilmu,
filsafat merupakan lapangan utama pemikiran dan penyelidikan manusia. Filsafat
mendahului ilmu pengetahuan. Demikian pula kesimpulan-kesimpulan filsafat
yang bersifat hakiki, menyebabkan kedudukan filsafat dianggap lebih tinggi
daripada ilmu pengetahuan. Karena itulah filsafat dipandang sebagai induk ilmu
pengetahuan atau yang melahirkan ilmu pengetahuan. Bahkan karena
kedudukannya yang tinggi itu, filsafat disebut ratu ilmu pengetahuan (Queen
Knowledge).

7
B. Filsafat dan Teori Pendidikan
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan, secara lebih rinci
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan
yang digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahakan problematika
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikannya, di samping menggunakan
metode-metode ilmiah lainnya. Denga kata lain, teori-teori dan pandangan-
pandangan filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof tentu
berdasarkan dan bercorak serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yag
dianutnya.
2. Filsafat, juga berfungsi memberika arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menuntut pandangan dan
aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dengan kehidupan nyata. Disinilah
letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-
teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang
sesuai dan relevan dalam kebutuhan, tujuan, dan pandangan hidup masyarakat.
3. Filsafat, termasukjuga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk
memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pendidikan atau pedagogik.

C. Hubungan Antara Filsafat, Manusia Dan Pendidikan

1. Kedudukan Filsafat Dalam Ilmu Pengetahuan


Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, asal, atau
pokok. Karena filsafatlah yang mula-mula merupakan satu-satunya usaha manusia
di bidang pemikiran untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan. Ilmu
pengetahuan itu dasarnya dari filsafat, dengan rincian antara lain :

a. Setiap ilmu pengetahuan itu mempunyai problem dan objek.


b. Filsafat juga memberikan dasar-dasar yang umum bagi semua ilmu pengetahuan
dan dengan dasar yang umum itu dirumuskan keadaan dari ilmu pengetahuan itu.
c. Di samping itu filsafat juga memberikan dasar-dasar yang khusus digunakan
dalam tiap-tiap ilmu pengetahuan.
d. Ilmu pengetahuan memperoleh sifat ilmu itu kalau memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan oleh filsafat.
e. Filsafat juga memberikan metode atau cara kerja kepada tiap ilmu pengetahuan.

8
2. Kedudukan Filsafat Dalam Kehidupan Manusia
a. Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan
tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
b. Filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia.

SUMBER : FILSAFAT PENDIDIKAN ( Buku Pembanding)

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT HIDUP BANGSA

Pancasila adalah :
1. Jiwa seluruh rakyat Indonesia
2. Kepribadian bangsa Indonesia
3. Pandangan bangsa Indonesia
4. Dasar negara Indonesia
5. Tujuan hidup bangsa Indonesia
6. Kebudayaan yang mengajarkan banhwa hidup manusia akan mencapai
puncak
kebahagiaan jika dapat dikembangkan keselarasan dan keseimbangan, baik dalam
hidup manusia secara pribadi, sebagai makhluk sosial dalam hubungan masyarakat,
alam dan Tuhannya à mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.
Pancasila harus dipahami, dihayati dan diamalkan dalam kehidupan à sehingga
mempunyai nilai dan arti bagi kehidupan bangsa Pancasila yang dimaksud: Yang
dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 terdiri dari 5 sila, penjabarannya
sebanyak 36 butir yang saling berhubungan menjadi satu kesatuan.
Sangatlah wajar kalu Pancasila dikatakan sebagai filsafat hiup bangsa karena
menurut Muhammad Noor Syam (1983: 346), nilai-nilai dasar dalam sosio budaya
Indonesia hidup dan berkembang sejak awal peradabannya, yang meliputi:
1. Kesadaran ketuhanan dan kesadaran keagamaan secara sederhana.
2. Kesadaran kekeluargaan, di mana cinta dan keluarga sebagai dasar dan
kodrat terbentuknya masyarakat dan sinambungnya generasi.
3. Kesadaran musyaawarah mufakat dalam menetapkan kehendak bersama.
4. Kesadaran gotong royong, tolong-menolong.
5. Kesadaran tenggang rasa, atau tepo seliro, sebagai semangat kekeluargaan dan
kebersamaan, hormat demi keutuhan, kerukunan dan kekeluargaan dalam
kebersamaan.
Itulah yang termaktub dalam Pancasila dengan 36 butir-butirnya. Dengan begitu,
pada dasarnya masyarakat Indonesia telah melaksanakan Pancasila, walaupun

9
sifatnya masih merupakan kebudayaan. Nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila tersebut sudah beradab lamanya mengakar pada kehidupan bangsa
Indonesia, karena itu Pancasila dijadikan sebagai falsafah hidup bangsa.

A. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan Nasional


Pendidikan di Indonesia berkembang secara dinamis dari zaman kemerdekaan 17
Agustus 1945 dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 2: pendidikan diusahakan dan
diselenggarakan oleh pemerintah sebagai satu sistem pengajaran nasional à hal ini
dimaksudkan agar pendidikan dapat menjamin perkembangan dan kelangsungan
kehidupan bangsa. Sejarah yang menyatakan bahwa Pancasila sebagai asas
pendidikan nasional:
Menurut Aris Toteles, tujuan pendidikan sama dengan tujuan didirikannya suatu
negara (Rapar, 1988:40)à begitu juga Indonesia, yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945 ingin menciptakan manusia pancasila Th 1959 pemerintah
mengeluarkan kebijaksanaan agar arah pendidikan tidak menuju pembentukan
manusia liberal yang dianggap sangat bertentangan dengan jiwa dan semangat
bangsa Indonesia (Depdikbud,1993. Atas instruksi menteri Pengajaran dan Budaya
(PM) Prof.Dr. Priyono yang dikenal dengan nama “Sapta Usaha Tama dan
Pancawardhana” yang isinya antara lain bahwa Pancasila merupakan asas
pendidikan nasional (Supardo, 1960:431).
Jika pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa yang
dianut, karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari dan
mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dan karsa bangsa kita, tujuan
nasional dan hasrat luhur rakyat Indonesia, tersimpul dalam pembukaan UUD 1945
sebagai perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa itu dilembagakan
dalam sistem pendidikan nasional yang bertumpu dan dijiwai oleh suatu
keyakinan, dan pandangan hidup Pancasila. Inilah alasan mengapa filsafat
pendidikan Pancasila merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan
Pancasila adalah subsistem dari sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem
negara Pancasila wajar tercermin dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem
kehidupan bangsa dan masyarakat.
Dengan demikian, jelaslah tidak mungkin Sistem Pendidikan Nasional dijiwai dan
didasari oleh sistem filsafat pendidikan yang selain Pancasila. Hal ini tercermin
dalam tujuan Pendidikan Nasional yang termuat dalam UU No. 2 Tahun 1989 dan
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni: pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan

10
jasmani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab
kemasyarakatan.

B. Hubungan Pancasila dengan Sistem pendidikan ditinjau dari Filsafat


Pendidikan.
Pancasila adalah dasar negara Indonesia di mana fungsi utamanya sebagi
pandangan hidup dan kepribadian bangsa (Dardodiharjo, 1988: 17). Memegang
fungsi dalam hidup dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, Pancasila tidak
saja sebagai dasar negara RI, tapi juga alat pemersatu bangsa, kepribadian bangsa,
pandangan hidup bangsa, sumber ilmu pengetahuan di Indonesia (Azis, 1984: 70).
Sehingga dapat kita ketahui bahwa Pancasila merupakan dasar negara yang
membedakannya dengan bangsa yang lain.
Filsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk mencari
kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang
mendalam tentang kependidikan. Bila kita hubungkan fungsi Pancasila dengan
sistem pendidikan ditinjau dari filsafat pendidikan, maka dapat kita jabarkan
bahwa Pancasila adalah pandangan hidup bangsa yang menjiwai sila-silanya dalam
kehidupan sehari-hari. Dan untuk menerapkan sila-sila Pancasila, diperlukan
pemikiran yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila itu
dapat dilaksanakan. Dalam hal ini, tentunya pendidikanlah yang berperan utama.

C. Filsafat Pendidikan Pancasila ditinjau dari Ontologi, Epistimologi, dan


Aksiologi
a. Ontologi
Ontologi adalah bagian dari filsafat yang menyelidiki tentang hakikat yang ada.
Menurut Muhammad Noor Syam (1984: 24), ontologi kadang-kadang disamakan
dengan metafisika, sebelum manusia menyelidiki yang lain, manusia berusaha
mengerti hakikat sesuatu. Manusia dalam interaksinya dengan semesta raya,
melahirkan pertanyaan-pertanyaan filosofis seperti apakah sesungguhnya realita
yang ada itu. Jadi, ontologi adalah cabang dari filsafat yang persoalan pokoknya
apakah kenyataan atau realita itu. Rumusan-rumusan tersebut identik dengan
membicarakan tentang hakikat ada. Hakikat ada dapat berarti segala sesuatu yang
ada, menunujuk kepada hal umum (abstrak umum universal). (Sutrisno, 1984:
82).Dalam kenyataanya, Pancasila dapat dilihat dari penghayatan dan pengamalan
kehidupan sehari-hari. Dan bila dijabarkan menurut sila-sila dari Pancasila itu
adalah sebagai berikut:
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

11
Sila pertama ini menjiwai sila-sila yang lainnya. Di dalam sistem Pendidikan
Nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar
pada kebudayaan bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dengan sila pertama ini, kita diharapkan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang juga merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional.
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Manusia yang ada di muka bumi ini mempunyai harkat dan martabat yang sama,
yang diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba
Allah (Darmodiharjo, 1988: 40)
Pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial budaya dalam
menuntut ilmu. Setiap manusia mempunyaai kebebasan dalam hal menuntut ilmu,
mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh
karena yang dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai
Pancasila sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab,
adil dan makmur, baik spiritual maupun materiil dan berjiwa Pancasila. Dengan
demikian, sekolah harus mencerminkan sila-sila dari Pancasila.
3) Sila Persatuan Indonesia
Persatuan merupakan kunci kemenangan. Dengan persatuan yang kuat kita dapat
menikmati alam kemerdekaan. Sila ketiga ini tidak membatasi golongan dalam
belajar. ini berarti, bahwa semua golongan dapat menerima pendidikan, baik dari
golongan rendah maupun golongan yang tinggi, tergantung kepada kemampuannya
untuk berpikir, sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
PermusyawaratanPerwakilan
Sila keempat ini sering dikaitkan dengan kehidupan berdemokrasi. Dalam hal ini,
demokrasi sering juga diartikan sebagai kekuasaan ada di tangan rakyat. sebagai
contoh, dalam memilih seorang pemimpin di desa, lembaga untuk menyalurkan
kehendak untuk kepentingan bersama melalui musyawarah (Djamal, 1986: 82).
Bila dilihat dari dunia pendidikan, maka hal ini sangat relevan, karena menghargai
pendapat orang lain demi kemajuan. Di samping itu, juga sesuai dengan UUD
1945 Pasal 28 yang menyatakan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, baik
secara lisan maupun tulisan. Jadi, dalam menyusun tujuan pendidikan, diperlukan
ide-ide dari orang lain demi kemajuan pendidikan.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Rakyat Indonesia
Setiap bangsa di dunia bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan
makmur. Keadilan ini meliputi kebutuhan di bidang materiil dan di bidang spiritual
yang didasarkan pada asas kekeluargaan.

12
b. Epistemologi
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (adanya) benda-benda.
Epistemologi yang diartikan sebagai filsafat yang menyelidiki sumber, syarat,
proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas dan hakikat ilmu pengetahuan.
Dengan filsafat, kita dapat menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi
peningkatan ketenangan dan kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara.
Untuk itu, bangsa Indonesia telah menemukan filsafat Pancasila.
1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh
melalui akal atau panca indra dan dari ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila,
ia lahir tidak secara mendadak, tetapi melalui proses panjang yang dimatangkan
dengan perjuangan. Pancasila digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar
negara, pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk
mencapai cita-cita dan perjanjian luhur rakyat Indonesia (Widjaya, 1985:176-177).
Dalam rangka pikiran seperti ini, maka cita-cita telah merupakan ideologi (lihat
Deliar Noer, 1983: 25).
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kepribadian manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran
tahu atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan
waktu “tidak ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri). Pancasila adalah
ilmu yang diperoleh melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan
mempunyai ilmu moral, diharapkan tidak ada lagi kekerasan dan kesewenang-
wenangan manusia terhadap yang lainnya.
3) Sila Persatuan Indonesia
Proses terbangunnya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau
produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar denga faktor kondisi
lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dala
Permusyawaratan Perwakilan
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai pemimpin di muka bumi ini untuk
memakmurkan umat manusia. Seorang pemimpin mempunyai syarat untuk
memimpin dengan bijaksana. Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan
memang mempunyai peranan yang besar, tetapi itu tidak menutup kemungkinan
peran keluarga dan masyarakat dalam membentuk manusia Indonesia seutuhnya.
Jadi, dalam hal ini diperlukan suatu ilmu keguruan untuk mencapai guru yang
ideal, guru yang kompeten. Setiap manusia bebas mengeluarkan pendapat dengan
melalui lembaga penidikan. Setiap ada permasalahan diselesaikan dengan jalan
musyawarah, agar mendapat kata mufakat.
5) Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

13
Ilmu pengetahuan sebagai perbendaharaan dan prestasi individu serta sebagai
karya budaya umat manusia merupakan martabat kepribadian manusia (IKIP
Malang, 1983: 63). Dalam arti luas, adil di atas dimaksudkan seimbang antara ilmu
umum dan ilmu agama. Hal ini didapatkan melalui pendidikan, baik itu informal,
formal dan non formal. Dalam sistem pendidikan nasional yang intinya
mempunyai tujuan yang mengejar Iptek dan Imtaq. Di bidang sosial, dapat dilihat
pada suatu badan yang mengkoordidir dalam hal mengentaskan kemiskinan, di
mana hal ini sesuai dengan butir-butir Pancasila. Kita harus menghormati dan
menghargai hasil karya orang lain, hemat yang berarti pengeluaran sesuai dengan
kebutuhan.
c. Aksiologi
Aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki aspek nilai (value). Nilai tidak
akan timbul karena manusia mempunyai bahasa yang digunakan dalam pergaulan
sehari-hari. Jadi, masyarakat menjadi wadah timbulnya nilai. Dikatakan
mempunyai nilai, apabila berguna, benar (logis), bermoral dan etis. Dengan
demikian, dapat pula dibedakan nilai materiil dan spiritual. Pancasila sebagai
pandangan hidup dan dasar negara memiliki nilai-nilai: Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Nilai ideal, materiil, spiritual dan nilai positif
dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan religius. Dengan demikian Pancasila
syarat akan nilai.
1) Sila Ketuhanan yang Maha Esa
Percaya kepada Allah merupakan hal yang paling utama dalam ajaran Islam. Di
setiap kita mengucapkan kalimah Allah, baik itu dalam shalat, menikahkan orang,
dikumandangkan adzan, para dai mula-mula menyiarkan Islam dengan
menanamkan keimanan. Pendidikan, sejak tingkat kanak-kanak sampai perguruan
tinggi, diberikan pelajaran agama dan hal ini merupakan sub-sistem pendidikan
nasional.
2) Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam kehidupan umat Islam, setiap Muslim yang datang ke masjid untuk shalat
berjamaah berhak berdiri di depan dengan tidak membedakan keturunan, ras dan
kedudukan. Di mata Allah sama, kecuali ketakwaan seseorang. Inilah sebagian
kecil contoh dari nilai-nilai Pancasila yang ada dalam kehidupan umat Islam.
3) Sila Persatuan Indonesia
Islam mengajarkan supaya bersatu dalam mencapai tujuan yang dicita-
citakan,mengajarkan untuk taat kepada pemimpin. Memang Indonesia adalah
negara Pancasila, bukan negara yang berdasarkan satu agama. Meskipun demikian
demikian, warga negara kita tidak lepas dari pembinaan dan bimbingan kehidupan
beragama untuk terwujudnya kehidupan beragama yang rukun dan damai.
4) Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
14
Jauh sebelum Islam datang, di Indonesia sudah ada sikap gotong-royong di
musyawarah. Dengan datangnya Islam, sikap ini lebih diperkuat lagi dengan
datangnya al-Qur’an.
5) Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam segi pendidikan, adil itu
seimbang antara ilmu umum dan ilmu agama di mana ilmu agama adalah sub-
sistem dari sistem pendidikan nasional.

2.3 PENILAIAN TERHADAP BUKU

Perbandingan antara kedua buku

1.Kelemahan Buku.
Buku Filsafat Pendidikan dari Edward Purba memiliki cover buku yang
berwarna cerah tetapi sederhana,yang membuat rasa ingin tahu pembaca buku
tertarik untuk melihat dan membacanya,Sedangkan Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin
memiliki cover buku yang berwarna kusam yang membuat daya tarik
pembaca yang baru pertama melihatnya Buku dari Prof.Dr.H.Jalaluddin
mengurangi minat orang yang pertama melihat bukunya.
Buku dari Edward Purba sedikit member latihan di akhir pembahasan
sehingga sedikit sulit untuk memahami isi nya jika tidak ada Dosen
Pembimbing,Buku dari Jalaluddin memberi banyak latihan sehingga membuat
pembacanya lebih mengerti dari tiap-tiap materi yang diberikan.

2.Kelebihan Buku.
Buku Edward Purba sangat detail dan banyak memberikan contoh-contoh
dari materi yang di bahas ,misalnya di awal materi Buku Edward Purba member
Standar Kompetensi,Kompetensi dasar ,dan indikator,agar mahasiswa tau inti dari
materi yang di jelaskan.
Buku Edward Purba tidak terlalu menonjolkan ilmu Filsafat dalam materi
yang terlalu keagamaan,Sedangkan buku dari Jalaluddin terlalu menonjolkan
keagamaan dari agama tertentu dari sebagian besar materi yang ia berikan,hal ini
akan menimbulkan rasa dari pembaca yang berbeda agama malas untuk lanjut
membacanya,Karena Terkadang sebagian orang tidak suka untuk mempelajari apa
yang diajarkan agama lain.

15
3.Perbedaan kedua Buku.
Buku filsafat dari Edward Purba mempunyai tampilan yang lebih menarik,yang
membuat rasa penasaran dari calon pembaca.
Kedua buku memberi materi yang mudah untuk dipahami pembacanya,akan tetapi
buku Jalaluddin lebih banyak memberikan latihan –latihan daripada buku Edward
Purba,akan tetapi Buku dari Edward Purba memberi materi dengan sangat detail
dan banyak contoh-contoh materi yang membuat pembaca lebih mudah untuk
memahaminya.

16
BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bahwa filsafat pendidikan adalah aktivittas pemikiran teratur yang
menjadikan filsafat sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan,
menyelaraskan, mengharmoniskan, dan menerangkan nilai-nilai dan tujuan yang
ingin dicapai. Filsafat pendidikan mempunyai tiga cabang utama yaitu ontologi,
espistomologi, dan aksiologi. Filsafat penddikan memiliki ruang lingkup maupun
tujuannya. Praktek pelaksanaan pendidikan harus berlandaskan nilai dan budaya
jangan mengarah pada terbentuknya pengelompokkan praktek hidup dan
kehidupan masyarakat. Kedudukan filsafat pendidikan dalam jajaran ilmu
pendidikan adalah sebagai bagian fondasi-fondasi pendidikan dan filsafat
pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu sistem
pendidikan, karena filsafat merupakan pemberi arah dan pedoman dasar bagi usaha
– usaha perbaikan, meningkatkan kemajuan dan landasan kokoh bagi tegaknya
sistem pendidikan.

3.2 SARAN
Menurut saya, cover buku sangatlah penting untuk menarik minat calon
pembaca,ketika calon pembaca kurang suka membaca buku , hal utama yang
dilihat pembaca yang malas adalah tampilan buku.Karna akan percuma jika isi
buku itu sangat lengkap tapi daya tarik untuk menimbulkan minat pembaca untuk
membaca buku tersebut kurang ,pembaca yang malas tidak akan membaca buku
yang tampilannya kurang bagus , dan lebih memilih membaca buku dengan
tampilan bagus walaupun isi dari buku tersebut kurang lengkap.

17

Anda mungkin juga menyukai