Anda di halaman 1dari 4

Garam dapur atau natrium klorida atau NaCl.

Zat padat berwarna putih yang dapat


diperoleh dengan menguapkan dan memurnikan air laut. Juga dapat dengan netralisasi HCl
dengan NaOH berair. NaCl nyaris tak dapat larut dalam alkohol , tetapi larut dalam air sambil
menyedot panas, perubahan kelarutannya sangat kecil dengan suhu. Garam normal, suatu
garam yang tak mengandung hidrogen atau gugus hidroksida yang dapat digusur. Larutan-
larutan berair dari garam normal tidak selalu netral terhadap indikator semisal lakmus. Garam
rangkap; yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau
lebih garam tertentu. Misalnya: FeSO4(NH4)2SO4.6H2O dan K2SO4Al4(SO4)3.24H2O. Dalam
larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan mengion jika
dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion
kompleks dalam larutan[5].

Ada dua cara mendapatkan NaCl murni dari garam dapur kasar, yaitu metode rekristalisasi
melalui penguapan dan pengendapan. Metode pengendapan didasarkan pada perbedaan daya
larut antara zat yang akan dimurnikan dengan kotoran dalam pelarut tertentu. Dalam
pemurnian dengan cara penguapannya umumnya dilakukan didasarkan pada kelarutan ion-
ion dalam suatu garam dalam pelarut tertentu ataupun campuran pelarut dalam bentuknya
yang sederhana. Proses rekristalisasi terdiri dari:
 Melarutkan zat tak murni dalam pelarut tertentu pada atau dekat titik leleh
 Menyaring larutan panas sehingga zat tak larut menjadi kristal
 Memisahkan kristal-kristal dari larutan
Memperoleh suatu senyawa kimia dengan kemurnian yang sangat tinggi merupakan hal yang
sangat esensi bagi kepentingan kimiawi. Metode pemurnian suatu padatan yang umum yaitu
rekristalisasi (pembentukan kristal berulang). Metode ini pada dasarnya mempertimbangkan
perbedaan daya larut padatan yang akan dimurnikan dengan pengotornya dalam pelarut
tertentu maupun jika mungkin dalam pelarut tambahan yang lain, yang hanya melarutkan zat-
zat pengotor saja. Pemurnian demikian banyak dilakukan untuk meningkatkan kualitas zat
yang bersangkutan (Underwood, 1996). Melalui rekristalisasi, diperoleh zat padat yang lebih
murni karena komposisi larutan yang lainnya yang kadarnya lebih kecil tidak ikut
mengkristal. Pemisahan gula dari tebu dan pemurnian berbagai macam zat dilakukan dengan
kristalisasi. Pemurnian garam dapur dapat dilakukan dengan rekristalisasi. Dalam hal ini
garam dilarutkan ke dalam air bersih kemudian disaring lalu filtratnya dikristalkan. Suatu zat
yang tampil sebagai zat padat, tetapi tidak mempunyai struktur yang berkembang biak
disebut amorf (tanpa bentuk) (Keenan, 1991).

Rekristalisasi merupakan teknik pemisahan berdasarkan perbedaan titik beku


komponen. Perbedaan itu harus cukup besar dan sebaiknya komponen yang akan dipisah
berwujud padat dan yang lainnya cair pada suhu kamar. Contohnya garam dapat dipisahkan
dari air karena garam berupa padatan. Air garam apabila dipanaskan perlahan dalam bejana
terbuka, maka air kana menguap sedikit demi sedikit. Pemanasan dilakukan saat larutan tepat
jenuh, jika dibiarkan akhirnya terbentuk kristal garam secara perlahan. Setelah pengkristalan
sempurna, garam dapat dipisahkan dengan menyaring (Syukri, 1991).

Rekristalisasi merupakan salah satu cara pemurnian zat padat yang jamak digunakan,
dimana zat-zat tersebut dilarutkan dalam suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Cara
ini bergantung pada kelarutan zat dalam pelarut tertentu di kala suhu diperbesar. Karena
konsentrasi total impuriti biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan, bila
dingin, maka konsentrasi impuriti yang rendah tetapi dalam larutan sementara produk yang
berkonsentrasi tinggi akan mengendap [5].

Ada beberapa syarat agar suatu pelarut dapat digunakan dalam proses kristalisasi
yaitu memberikan perbedaan daya larut yang cukup besar antara zat yang dimurnikan dengan
zat pengotor, tidak meninggalkan zat pengotor pada kristal, dan mudah dipisahkan dari
kristalnya. Dalam kasus pemurnian garam NaCl dengan teknik rekristalisasi pelarut (solven)
yang digunakan adalah air. Prinsip dasar dari rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara
zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan yang
terbentuk dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan dikristalkan
dengan cara menjenuhkannya (mencapai kondidi supersaturasi atau larutan lewat jenuh).
Secara toritis ada 4 metoda untuk menciptakan supersaturasi dengan mengubah temperatur,
menguapkan olvens, reaksi kimia, dan mengubah komposisi solven (Agustina, 2013).
Pengotor yang ada pada kristal terdiri dari dua katagori, yaitu pengotor yang ada pada
permukaan kristal dan pengotor yang ada di dalam kristal. Pengotor yang ada pada permukaa
n Kristal berasal dari larutan induk yang terbawa pada permukaan kristal pada saat proses
pemisahan padatan dari larutan induknya (retentionliquid). Pengotor pada permukaan
kristalini dapat dipisahkan hanya dengan pencucian. Cairan yang digunakan untuk mencuci
harus mempunyai sifat dapat melarutkan pengotor tetapi tidak melarutkan padatan kristal.
Salah satu cairan yang memenuhi sifat diatas adalah larutan jenuh dari bahan kristal yang
akan dicuci, namun dapa juga dipakai pelarut pada umumnya yang memenuhi krteria
tersebut. Adapun pengotor yang berada di dalam kristal tidak dapat dihilangkan dengan cara
pencucian. Salah satu cara untuk menghilangkan pengotor yang ada di dalam kristal adalah
dengan jalan rekristalisasi, yaitu dengan melarutkan kristal tersebut kemudian
mengkristalkannya kembali. Salah satu kelebihan proses kristalisasi dibandingkan dengan
proses pemisahan yang lain adalah bahwa pengotorhanya bisa terbawa dalam kristal jika
terorientasi secara bagus dalam kisi Kristal (Puguh, 2003).

Peristiwa rekristalisasi berhubungan dengan reaksi pengendapan. Endapan merupakan


zat yang memisah dari satu fase padat dan keluar ke dalam larutannya. Endapan terbentuk
jika larutan bersifat terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan
merupakan konsentrasi molal dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung dari suhu, tekanan,
konsentrasi bahan lain yang terkandung dalam larutan dan komposisi pelarutnya [6].
Kemudahan suatu endapan dapat disaring dan dicuci tergantung sebagian besar pada
struktur morfologi endapan, yaitu bentuk dan ukuran-ukuran kristalnya. Semakin besar
kristal-kristal yang terbentuk selamaberlangsungnya pengendapan, makin mudah mereka
dapat disaring dan mungkin sekali (meski tak harus) makin cepat kristal-kristal itu akan turun
keluar dari larutan, yang lagi-lagi akan membantu penyaringan. Bentuk kristal juga penting.
Struktur yang sederhana seperti kubus, oktahedron, atau jarum-jarum sangat menguntungkan,
karena mudah dicuci setelah disaring. Kristal dengan struktur yang lebih kompleks, yang
mengandung lekuk-lekuk dan lubang-lubang, akan menahan cairan induk (mother liquid),
bahkan setelah dicuci dengan seksama. Dengan endapan yang terdiri dari kristal-kristal
demikian, pemisahan kuantitatif lebih kecil kemungkinannya bisa tercapai [6].

Selama pengendapan ukuran kristal yang terbentuk, tergantung terutama pada dua
faktor penting yaitu laju pembentukan inti (nukleasi) dan laju pertumbuhan kristal. Jika laju
pembentukan inti tinggi, banyak sekali kristal akan terbentuk, dan terbentuk endapan yang
terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh
dari larutan. Makin tinggi derajat lewat jenuh, makin besarlah kemungkinan untuk
membentuk inti baru, jadi makin besarlah laju pembentukan inti [6].

Dua zat yang mempunyai struktur kristal yang sama disebut isomorfik (sama bentuk),
contohnya NaF dengan MgO, K2SO4 dengan K2SeO4, dan Cr2O3 dengan Fe2O3. Zat
isomorfik tidak selalu dapat mengkristal bersama secara homogen. Artinya satu partikel tidak
dapat menggantikan kedudukan partikel lain. Contohnya, Na+ tidak dapat menggantikan K+
dalam KCl, walaupun bentuk kristal NaCl sama dengan KCl. Suatu zat yang mempunyai dua
kristal atau lebih disebut polimorfik (banyak bentuk), contohnya karbon dan belerang.
Karbon mempunyai struktur grafit dan intan, belerang dapat berstruktur rombohedarl dan
monoklin [2].
DAPUS

Day, R.A dan Underwood. 1987. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.

Keenan, C.W. 1999. Kimia untuk Universitas Jilid 2. Erlangga. Jakarta.

Bird, Tony. 1987. Kimia Fisika untuk Universitas. Gramedia. Jakarta.

Sukamat dan Ersam. 2006. Dua Senyawa Santon Dari Kayu Batang Mundu Garcinia
Dulcis (Roxb.) Kurz. Sebagai Antioksidan. ITS. Surabaya.

Arsyad, M.N. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Gramedia. Jakarta.

Svehla, S. 1985. Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro.
Jilid I. PT Kalman Media Pusaka. Jakarta.

Lukis, Prima Agusti. (2010). Dua Senyawa Mangostin dari Ekstak n-Heksan padaKayu
Akar Manggis ( Garcinia mangostana, Linn). Institut Teknologi Sepuluh
September. Surabaya. Diakses tanggal 8 Desember 2014
Rositawati, Agustina Leokrist., Dkk, (2013). Rekristalisasi Garam Rakyat dari Daerah
Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri.Jurnal Teknologi Kimia Dan
Industri. Vol. 2, No.4.Universitas Diponegoro. Semarang. Diakses tanggal 8
Desember 2014
Setyopratomo, Puguh. Dkk, (2003). Studi Eksperimental Pemurnian Garam NaCl
dengan CaraRekristalisasi. Universitas Surabaya
Sulistyaningsih, Triastuti.Dkk, (2010). Pemurnian Garam Dapur Melalui Metode
Kristalisasi Air Tua dengan Bahan Pengikat Pengotor Na2C2O4-NaHCO3 dan
Na2C2O4-Na2CO3.Vol.8, No. 1Universitas Negri Semarang
Wirda, Zurrahmi. dkk. (2011). Pengaruh Berbagai Jenis Pelarut dan Asam Terhadap
Rendemen Antosianin dari Kubis Merah (Brassica Oleraceae Capitata). Vol 18.
No 2.Universitas Malikussaleh Reuleut-Aceh utara.Banjarbaru

Keenan, Charles W. 1991. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Jakarta: Erlangga


Syukri, S. 1991. Kimia Dasar. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Underwood, A.L dan Day R.A. 1996. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga
Vogel. 1979. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman
Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai