Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH SENI BUDAYA

“TEATER DUNIA Dan NON TRADISIONAL”

Kelompok 1 :

Ketua Kelompok : Ruth Maharani N

Sekretaris : Suzika

Anggota : Diannuari Kalipang


Juniati Nengsih
Mei Kristin
Sophia Analizi
Anggi Putri Y

Kelas : XI AP 3

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 7 BATAM


Perum. Pemko Sekawan Kelurahan Belian Kecamatan Batam Kota
Telp : 0778-7079492; Email : smknegeri7batam@gmail.com

TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME, atas rahmat dan
karunianya kita dalam keadaan sehat, dan dapat menyusun makalah pelajaran
wajib yaitu Seni Budaya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang membantu dalam


pembuatan makalah Seni Budaya ini. Terutama kepada Ibu Sherly ,S.Pd, selaku
guru mata pelajaran Seni Budaya Kelas XI yang telah mengajarkan kami,
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Apa tujuan pembuata makalah? Tujuannya agar siswa dapat mencapai


pelajaran selain disekolah. Kurikulum 2013 dirancang untuk memperkuat
kompetensi siswa dari sisi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara utuh.
Keutuhan tersebut menjadi dasar dalam perumusan kompetensi dasar tiap mata
pelajaran mencakup kompetensi dasar kelompok sikap, kompetensi dasar
kelompok pengetahuan, dan kompetensi dasar kelompok keterampilan. Semua
mata pelajaran dirancang mengikuti rumusan tersebut.

Oleh karna itu makalah ini adalah pencapaian dan pemahaman siswa
dalam menerima pelajaran dan untuk guru makalah ini bertujuan penilaian
terhadap pemahaman siswanya.

Penyusun menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah ini


masih terdapat banyak kekurangan , baik menyangkut isi maupun tulisan,
mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan.

Batam, 30 Maret 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 3
C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 3
BAB II MATERI DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 4
A. Sejarah Teater di Dunia............................................................................................................... 4
1. Drama Zaman Yunani ............................................................................................................. 4
7. Teater Zaman Romawi ............................................................................................................ 4
8. Teater Zaman Abad Pertengahan ............................................................................................ 5
9. Teater Zaman Renaisance Di Ingggris (th. 1500 M – th. 1700 M) ......................................... 6
10. Teater Zaman Renaisance Di Perancis (th. 1500 M – th. 1700 M) ..................................... 6
11. Teater Zaman Abad ke 19 ................................................................................................... 6
12. Teater Zaman Modern......................................................................................................... 7
B. TEATER NON TRADISIONAL ................................................................................................ 8
C. Ciri-Ciri Teater Tradisional Dan Teater Modern ........................................................................ 9
D. Fungsi Teater Modern ............................................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 11
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 11
B. SARAN ..................................................................................................................................... 11

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Drama terlebih dahulu berkembang di dunia barat yang disebut drama klasik pada
zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan kebudayaan Yunani maupun
Romawi banyak sekali yang bersifat abadi, terkenal sampai kini. Semua ini sekedar
informasi untuk memperluas pengetahuan kita di Indonesia khususnya mahasiswa
tentang perkembangan drama di luar Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian teater secara umum dan menurut para ahli?


2. Bagaimana sejarah perkembangan teater dunia?
3. Bagaimana sejarah perkembangan Teater Modern
4. Siapa saja tokoh pengarang teater dunia?
5. Apa saja teater non tradisional?

C. TUJUAN

1. Menyelesaikan Tugas sekolah tentang Seni Budaya


2. Memberikan Informasi mengenai tentang Sejarah Perkembangan Teater Di
Dunia
3. Memberikan Informasi mengenai tentang Sejarah Perkembangan Teater Non
Tradisional
4. Dapat Mengetahui Pengarang Teater Dunia
5. Mengetahui Jenis-jenis Teater non Tradisional

3
BAB II

MATERI DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Teater di Dunia

1. Drama Zaman Yunani

Tokoh Yunani lainnya yang terkenal dalam dunia drama adalah Plato,
Aristoteles, dan Sophocles. Dengan cara pandangnya yang berbeda, ketiga tokoh
ini berperan penting dalam meletakkan dasar-dasar dramaturgi yang dikenal
sekarang. Plato yang terkenal dengan karyanya The Republic memandang seni
sebagai mimetik atau tiruan dari kehidupan jasmaniah manusia
Beberapa karya dramanya yang terkenal yaitu Ayax, Antigone, Wanita-wanita
Trachia, Oidipus Sang Raja, Electra, Philoctetes, dan oidipus di Kolonus.
Beberapa tokoh drama Yunani lainnya adalah Aeschylus (525-SM.),
Euripideus (484-406 SM), Aristophanes (448-380 SM), dan Manander (349-291
SM). Semua lakon yang sudah ditulis dalam bentuk naskah drama ini dipentaskan
di panggung terbuka yang berada di ketinggian. Panggung tersebut berada di
tengah-tengah yang dikelilingi oleh tempat duduk penonton yang melingkari bukit.
Gedung pementasan drama yang terkenal di Athena pada saat itu
adalah Teater Dionysius di samping bawah bukit Acropolis, pusat kuil kota
Athena yang dapat menampung 14.000 penonton.
Bentuk Stragedi Klasik, dengan ciri-ciri tragedi Yunani adalah sebagai berikut :

1. Lakon tidak selalu diakhiri dengan kematian tokoh utama atau tokoh
protagonis.
2. Lamanya Lakon kurang dari satu jam.
3. Koor sebagai selingan dan pengiring sangat berperan (berupa nyanyian rakyat
atau pujian).
4. Tujuan pementasan sebagai Katarsis atau penyuci jiwa melalui kasih dan rasa
takut.
5. Lakon biasanya terdiri atas 3-5 bagian, yang diselingi Koor (stasima).
6. Menggunakan Prolog yang cukup panjang.

7. Teater Zaman Romawi

Pada zaman Romawi, drama mulai dipentaskan pada tahun 240 SM di kota
Roma oleh seniman Yunani yang bernama Livius Andronicus. Bentuk yang
dipentaskan pada saat itu adalah drama tragedi. Penulis drama tragedi lainnya
yang terkenal adalah Lucius Annaeus Seneca. Selain bentuk tragedi, drama zaman
Romawi juga mementaskan bentuk komedi meskipun dalam penyajiannya banyak
mencontoh dan mengembangkan komedi baru Yunani. Penulis drama tragedi

4
zaman Romawi yang terkenal adalah Terence dan Plautus. Karena merupakan
hasil adaptasi dari drama Yunani, maka dalam konsep pertunjukkan drama
Romawi juga terdapat konsep pertunjukkan drama Yunani. Meski demikian,
drama zaman Romawi memiliki kebaruan-kebaruan dalam penggarapan dan
penikmatan yang asli dimiliki oleh masyarakat Romawi dengan ciri-ciri sebagi
berikut :
1. Koor tidak lagi berfungsi mengisi setiap adegan.
2. Musik menjadi pelengkap seluruh adegan. Tidak hanya menjadi tema
cerita tetapi juga menjadi ilustrasi cerita.
3. Tema berkisar pada masalah hidup kesenjangan golongan menengah.
4. Karekteristik tokoh tergantung kelas yaitu orang tua yang bermasalah
dengan anak-anaknya atau kekayaan, anak muda yang melawan kekuasaan
orang tua dan lain sebagainya.
5. Seluruh adegan terjadi di rumah, di jalan dan di halaman.

8. Teater Zaman Abad Pertengahan

Drama abad pertengahan berkembang antara tahun 900 – 1500 M dengan


mendapat pengaruh dari Gereja Katolik. Dalam pementasannya terdapat nyanyian
yang dilagukan oleh para rahib dan diselingi dengan koor. Kemudian ada
pagelaran ‘pasio’ seperti yang sering dilaksanakan di gereja menjelang upacara
Paskah sampai saat ini. Lakon yang dimainkan mula-mula peristiwa kenaikan
Yesus ke surga, sekitar cerita Natal, cerita-cerita dari bible, hingga lakon tentang
para orang suci (santo-santo).
Ketika gereja tidak memperbolehkan mementaskan drama di dalam gereja, maka
drama kemudian dipentaskan di jalan- jalan dan di lapangan. Hal ini berpengaruh
pada perubahan tema lakon yang lebih cenderung tentang kebajikan, kekayaan,
kemiskinan, pengetahuan, kebodohan, dan sebagainya. Pementasan drama seperti
ini disebut drama moral, karena mengajarkan adanya pertarungan abadi antara
kejahatan dengan kebaikan dalam hati manusia. Di tengah pementasan, biasanya
dimasukkan unsur badut untuk memancing tawa penonton karena jenuh
menyaksikan pementasan yang berjalan lamban. Ketika muncul reformasi sekitar
tahun 1600 M, perkembangan drama abad pertengahan mengalami kemunduran
hingga lenyap sama sekali.
Ciri-ciri teater abad Pertengahan adalah sebagai berikut:
a) Dimainkan oleh aktor-aktor yang belajar di universitas sehingga dikaitkan
dengan masalah filsafat dan agama.
b) Dekor panggung bersifat sederhana dan simbolis.
c) Aktor bermain di panggung di atas kereta yang bisa dibawa
berkeliling menyusuri jalanan.
d) Lirik-lirik dialog drama menggunakan dialek atau bahasa.
e) Dimainkan di tempat umum dengan memungut bayaran.
f) Tidak memiliki nama pengarang secara pasti untuk lakon yang
dipentaskannya.

5
9. Teater Zaman Renaisance Di Ingggris (th. 1500 M – th. 1700 M)

Kejayaan teater di zaman Yunani kuno lahir kembali di zaman


Renaissance. Di Inggris muncul dramawan-dramawan besar. Dan yang paling
terkenal hingga sekarang adalah Williams Shakespeare (1564 – 1616).
Beberapa karyanya diterjemahkan oleh Trisno Sumardjo, di antaranya; Romeo
& Juliet, Hamlet, Machbeth, Prahara, dll.

10. Teater Zaman Renaisance Di Perancis (th. 1500 M – th. 1700 M)

Bangsa Perancis juga mengambil hikmah dari kejayaan teater Yunani kuno.
Mereka menamakannya sebagai “neo klasik”. Artinya klasik baru. Di mana
mereka telah memberi jiwa baru kepada gaya klasik Yunani kuno. Yaitu gaya
yang lebih halus, anggun dan mewah. Di zaman itu muncullah Moliere (1622
M – 1673 M). Sebagaimana Williams Shakespeare, Moliere juga mengarang
dan mementaskan karyakaryanya sendiri, sekaligus menjadi pemeran
utamanya. Beberapa karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, di antaranya: Si Bakhil, Dokter Gadungan, Akal Bulus Scapin, dll.

11. Teater Zaman Abad ke 19

Abad 19 merupakan babak baru bagi proses perkembangan drama.


Perpindahan orang-orang berkelas ke kota karena Revolusi Industri turut
menyebabkan perubahan pada seni drama. Di Inggris, sebuah drama kloset atau
naskah lakon yang sepenuhnya tidak dapat dipentaskan mulai bermunculan.
Tercatat beberapa nama penulis drama kloset seperti Wordswoth, Coleridge,
Byron, Shelley, Swinburne, Browning, dan Tennyson. Baru pada akhir abad 19,
drama di Inggris menunjukkan tanda-tanda kehidupan dengan munculnya Henry
Arthur Jones, Sir Arthur Wing Pinero, dan Oscar Wilde.
Juga terlihat kebangkitan pergerakan teater independen yang menjadi perintis
pergerakan “Teater Kecil” yang nanti di abad ke 20 tersebar luas,
misalnyai Theatre Libre Paris, Die Freie Buhne Berlin, independent
Theater London dan Miss Horniman’s Theater Manchester yang mana Ibsen,
Strindberg, Bjornson, Yeats, Shaw, Hauptmann dan Synge mulai dikenal
masyarakat.
Selama akhir abad 19 di Jerman muncul dua penulis lakon
kaliber internasional yaitu Hauptmann dan Sudermann. Seorang doktor Viennese,
Arthur Schnitzler, juga menjadi dikenal luas di luar tempat asalnya Austria dengan
naskah lakon yang ringan dan menyenangkan berjudul Anatol. Di Perancis, Brieux
menjadi perintis teater realistis dan klinis. Sedangkan di Parisdikenal naskah
drama berjudul Cyrano de Bergerac karya Edmond Rostand
Zaman Realisme yang lahir pada penghujung abad 19 dapat dijadikan landas
pacu lahirnya seni drama modern di barat. Penanda yang kuat adalah timbulnya
gagasan untuk mementaskan lakon kehidupan di atas pentas dan menyajikannya

6
seolah peristiwa itu terjadi secara nyata. Gagasan ini melahirkan konvensi baru
dan mengubah konvensi lama yang lebih menampilkan seni drama sebagai sebuah
pertunjukan yang memang dikhususkan untuk penonton. Tidak ada lagi pamer
keindahan bentuk akting dan puitika kata-kata dalam Realisme. Semua
ditampilkan apa adanya seperti sebuah kenyataan kehidupan.

12. Teater Zaman Modern

Drama modern pada dasarnya merupakan proses lanjutan dari kejayaan


pementasan drama sebelumnya yang dimulai sejak zaman Yunani. Perubahan
yang nampak terdapat pada hampir seluruh unsur drama pentas. Berbagai karakter
tokoh di atas pentas diekspresikan dengan konsep pementasan modern yang
memiliki efek-efek khusus dan teknologi baru dalam unsur musik, dekorasi, tata
cahaya, dan efek elektronik. Gaya permainannya pun cenderung didominasi
realistis hingga mengalami kejenuhan dan lebih menjurus pada gaya permainan
yang eksperimental.
Perkembangan gaya eksperimental ditandai dengan banyaknya gaya baru yang
lahir baik dari sudut pandang pengarang, sutradara, aktor ataupun penata artistik.
Tidak jarang usaha para dramawan berhasil dan mampu memberikan pengaruh
seperti gaya; Simbolisme, Surealisme, Epik, dan Absurd. Tetapi tidak jarang pula
usaha mereka berhenti pada produksi pertama. Lepas dari hal itu, usaha pencarian
kaidah artistik yang dilakukan oleh seniman drama modern patut diacungi jempol
karena usaha-usaha tersebut mengantarkan kita pada keberagaman bentuk ekspresi
dan makna keindahan.
Selain konsep dan bentuk pementasan yang modern, perkembangan drama
modern dunia juga ditandai dengan munculnya beberapa dramawan yang
namanya mendunia seperti :
1) Norwegia : Ibsen
Tokoh paling terkemuka dalam perkembangan drama di Norwegia adalah
Henrik Ibsen (1828-1906). Karya Ibsen yang paling terkenal dan banyak
dipentaskan di Indonesia adalah “Nova”, saduran dari terjemahan Armyn Pane
“Ratna”. Karya-karya Ibsen adalah Love’s Comedy, The Pretenders, Brand
dan Peer Gynt (drama puitis), A Doll House, An Emeyn of the people, The
Wild Duck, Hedda Gabler, dan Rosmersholm.
2) Swedia : August Strinberg
Tokoh drama paling terkenal di swedia adalah Strindberg (1849-1912). Karya-
karya drama yang bersifat historis dari Strindberg di antaranya adalah Saga of
the Folkum dan The Pretenders, Miss Julia dan The Father adalah drama
naturalis. Drama penting yang bersifat ekspresionitis adalah A Dream Play,
The Dance of Death, dan The Spook Sonata.
3) Inggris : Bernard Shaw dan Drama Modern.
Tokoh drama modern Inggris yang terpenting (setelah Shakespeare) adalah
George Bernard Shaw (1856-1950). Ia dipandang sebagai penulis lakon
terbesar dan penulis terbesar pada abad Modern.
4) Irlandia : Yeats sampai O’Casey
Tokoh penting drama Irlandia Modern adalah William Butler Yeats yang
merupakan pemimpin kelompok sandiwara terkemuka di Irlandia dan Sean
O’Casey (1884) dengan karyanya: The Shadow of a Gunman, Juno and the
Paycock, The Plough and the Start, The Silver Tassie, Withim the Gates, dan

7
The Start Turns Red. Tokoh lainya adalah John Millington Synge (1871-1909)
dengan karya-karya: Riders to the Sea, dan The Playboy of the Western World.
Synge merupakan pelopor teater Irlandia yang mengangkat dunia teater
menjadi penting disana.
5) Perancis : dari Zola sampai Sartre
Dua tokoh drama terkemuka di Prancis adalah Emile Zola (1840-1902) dan
Jean Paul Sartre (1905).
6) Jerman dan Eropa Tengah : dari Hauptman sampai Brecht
Banyak sekali sumbangan Jerman terhadap drama modern Tokoh seperti
Hebble dan temannya telah mempelopori a1iran Realisme. Pengarang
Naturalis yang terkenal adalah Gerhart Huptman (1862-1945) dan Aflhur
Schnitzler (1862-19310).
7) Italia : dari Goldoni sampai Pirandillo
Setalah zaman resenaissance, karya-karya drama banyak berupa opera
disamping comedia dell’arte. Tokoh drama Italia antara lain Goldoni (1707-
1793) dengan karya Mistress of the Inn. Gabrille D’Annunzio (1863-1938)
dan Luigi Pirandello (1867-1936).
8) Spanyol : dari Benavente ke Lorca
Bagi Spanyol, abad XX dipandang sebagai abad kebangkitan dromatic spirit.
Tokohnya antara lain: Jacinto Benavente (1866-1954) yang pernah mendapat
hadiah Nobel 1922. Sezaman dengan Benavente adalah Gregorio Martinez
Sierra (1881-1947) dengan karyanya The Cradle Song. Pengarang paling
penting pada zaman modern di Spanyol adalah penyair dan penulis drama
Federico Garcia Lorco (1889-1936).
9) Rusia : dari Pushkin ke Andreyev
Tzarina Katerin Agung dipandang sebagai pengembangan drama di Rusia.
Pengarang pertama yang dipandang serius adalah Alexander Pushkin (1799-
1837) dengan karyanya Boris Godunov, sebuah tragedi historis.
10) Amerika : Golfrey sampai Miller
Pengarang drama yang penting di Amerika adalah Thomas Godfrey, dengan
karyanya The Princes of Parthic (1767).
Sejak adanya Broadway sebagai pusat teater, perkembangan teater di Amerika
sangat pesat. Tokoh-tokohnya antara lain Eugne Gladstone O’Neill (1888-
1953).

B. TEATER NON TRADISIONAL

Teater Nontradisional atau sering disebut dengan Teater Modern merupakan


jenis teater yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat kota besar dan
sangat dipengaruhi oleh teori-teori barat, terutama pada kaum terpelajar. Teater
Modern di Indonesia sudah dikenal sejak abad ke-19. Bentuk-bentuk pertunjukannya
yang diakomodir, antara lain: Baca Puisi, Deklamasi, Dramatik Reading, Visualisasi
Puisi, Musikalisasi Waktu“ Karya Sinetron Puisi, Monolog, Teater Konvensional,
Teater Indonesia Eksperimen, Teater Alternatif, Pertunjukan Posmodernisme, Teater
Jalanan, Jeprut, Happening Art. Drama Televisi, Sinetron, Dunia Sineas dan
Perfilman, dst..
Teater sebagai seni pertunjukan berdasarkan ciri-ciri pokok seninya, dapat
dibedakan ke dalam dua jenis: teater tradisional dan teater nontradisional.
Berdasarkan perbedaan ciri-ciri pokok seni dan hubungan seni yang mendasari
pertunjukannya dapat disimpulkan bahwa teater tradisional keberadaan seninya

8
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pendukungnya, baik
masyarakat suku pedalaman, masyarakat pedesaan, perkampungan (pertanian huma
dan pesawahan) dan masyarakat istana atau pendopo atau keraton.

Dalam perkembangannya Teater sebagai salah satu bentuk karya seni pertunjukan
ditinjau dari media yang digunakannya, Sumardjo (2000), mengatakan dapat
dibedakan ke dalam; teater boneka dan teater manusia.
Teater boneka adalah bentuk pertunjukan teater dengan media ekspresi
seninya menggunakan alat boneka atau disebut teater muffet. Contohnya, wayang
golek, wayang kulit, dst. Teater dengan media manusia, yakni dapat dibedakan
menjadi teater orang dan teater tutur. Teater dengan medium utama manusia atau
orang, banyak ditemukan pada jenis dan bentuk teater tradisional dan non tradisonal
dengan ciri utama manusia ditempatkan sebagai pemeran, aktor, aktris di atas pentas.
Teater Tutur memiliki kekhasan penyajian pada penyampaian teks dialog berupa kata-
kata yang dibawakan melalui tokoh (pemeran) diungkap dengan cara bernyanyi,
dilagukan, seperti juru dongeng atau bercerita. Contohnya; Kentrung (Jawa Timur),
Seni Pantun, Beluk (Jawa Barat), MPToh (Aceh), dst.
Teater berdasarkan bentuk dikenali dua bentuk, yakni Teater verbal dan
nonverbal. Teater verbal, menekankan tokoh cerita (pemeran) melakukan dialog
(percakapan antar tokoh atau sendiri) dengan alasan bahwa pesan cerita yang ingin
disampaikan kepada penonton digambarkan atau disampaikan dengan bahasa kata-
kata. Contohnya. Teater Tutur, Sandiwara Radio, Mendongeng, Standing Up Comedy.
Story Toling, dst. Teater non verbal, artinya pesan cerita yang akan disampaikan
kepada penonton dapat digambarkan laku dramatiknya melalui kekuatan ekspresi
gerak tubuh pemeran. Contohnya. Teater Gerak, Teater Tubuh, (Kelompok Payung
Hitam, Rachman Sabur – Bandung; Teater Kubur, Dindon-Jakarta), dan Teater Mini
Kata (Teater Rendra, Jakarta) Seni Pantomin.

C. Ciri-Ciri Teater Tradisional Dan Teater Modern

1. Perbedaan dan persamaan teater tradisional dan teater modern

a). Persamaan Teater Tradisional Dengan Teater Modern Atau


Kontemporer.
 memiliki perlengkapan pementasan yang sama,seperti dekorasi,tata busana
tata musik dan tata rias.
 memiliki fungsi yang sama ,yaitusebagai media ekspresi,sarana hiburan,dan
media pendidikan.
 memiliki anatomi drama yang sama,yaitu babak,adegan,dan dialog.

b). Perbedaan Teater tradisional dan modern


 Teater tradisional panggungnya lebih sederhana sedangkan modern lebih
menarik
 Teater tradisional naskahnya sesuai yang tertulis dan bersifat terikat
sedangkan modern lebih bebas dan sesuai bahsa sendiri
 Teater tradisional biasanya diiringi music daerah, sedangkan modern
bersifat pop, ceria dan ringan

9
2. Aliran Teater
a).aliran representatif.
aliran jenis ini adalah aliran drama yang permainan aktingnya hanya menuruti
warisan-warisan gaya berakting model lama . aliran ini disebut aliran
konvensional.

b).aliran presentatif
aliran ini mulai menggali teori-teori mengenai seni berperan. melakukan observasi
dan eksplorasi terutama segi psikologis seorang aktor (dan sang tokoh peranan).

c).aliran absurd
aliran ini merupakan aliran pemberontakan. mereka tidak mau terikat dalam aturan-
aturan permainan drama dan bermain lepas sekedar mengikuti insting.

D. Fungsi Teater Modern

Berikut fungsi-fungsi teater dalam lingkup sosial masyarakat :

1. Teater berfungsi sebagai media untuk mengungkapkan ide-ide keindahan


(presentasi estetis)
Manusia bisa tersentuh oleh ungkapan-ungkapan seniman lewat media
teater. Bagaimana indahnya hidup rukun dengan sesama dan bagaimana
indahnya hidup berdampingan dengan alam. Kadang-kadang, ide-ide itu tidak
semuanya menyenangkan penonton. Bisa saja penonton setelah melihat
pertunjukkan teater merasa benci, marah, takut, haru, atau sedih. Semua perasaan
itu luruh menjadi perasaan tunggal, yaitu indah (estetis). Menonton sebuah
pertunjukkan teater adalah belajar menafsirkan ide-ide apa yang
dikomunikasikan oleh seniman teater kepada khalayak. Oleh sebab itu, penonton
dituntut untuk tidak hanya menggunakan emosinya dalam menyaksikan
pertunjukkan, tetapi juga pikirannya agar bisa mengambil hikmah dari apa yang
telah disaksikannya. Dalam sebuah pertunjukkan, selalu ada tema, isi, serta
pesan yang ingin disampaikan kepada penonton. Menonton adlah proses belajar
memahami gagasan atauide yang disampaikan oleh orang lain (seniman). Jika
kamu tidak paham, pertunjukkan teater tersebut tiada bermanfaat. Oleh sebab itu
untuk memahami sebuah pertunjukkan, kamu harus sering menonton
pertunjukkan teater agar hati dan pikiranmu terasa menerjemahkan sebuah karya
drama.
2. Teater berfungsi untuk alat propaganda, misalnya program-program
pemerintah, propaganda politik, atau program-program yayasan tertentu yang
berhubungan dengan jasa layanan masyarakat. Program-program pembangunan
yang dicanangkan oleh pemerintah sering dititipkan pada pertunjukkan teater
rakyat. Misalnya,menyosialisasikan program Keluarga Berencana (KB), sadar
hukum, disiplin nasional, bebas narkoba, atau hidup sederhana.

10
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Seni tradisional berbeda dengan seni populer yang dapat dengan mudah
mengikuti perkembangan zaman. seni tradisional menghadapi langkah berat
menyongsong waktu yang terus melaju. diperlukan orang-orang yang sepunuh hati
mengurusi dan menjadi penerus.kekuatan dan keteguhan pelaku seni pertunjukkan
untuk tetap memajukkan seni tradisionaldengan segala keterbatasan dan
tantangannya.benar-benar memberikan spirit yang luhur bagi pembaca dan penikmat
seni pertunjukan.

B. SARAN

Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu
kepada semua pihak bisa menggali ilmunya ( khususnya ilmu tentan seni teater )
dengan mendalami isi makalah ini.
Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi
bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa
disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.

11

Anda mungkin juga menyukai