Kelompok 1 :
Sekretaris : Suzika
Kelas : XI AP 3
Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan YME, atas rahmat dan
karunianya kita dalam keadaan sehat, dan dapat menyusun makalah pelajaran
wajib yaitu Seni Budaya.
Oleh karna itu makalah ini adalah pencapaian dan pemahaman siswa
dalam menerima pelajaran dan untuk guru makalah ini bertujuan penilaian
terhadap pemahaman siswanya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 3
C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 3
BAB II MATERI DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 4
A. Sejarah Teater di Dunia............................................................................................................... 4
1. Drama Zaman Yunani ............................................................................................................. 4
7. Teater Zaman Romawi ............................................................................................................ 4
8. Teater Zaman Abad Pertengahan ............................................................................................ 5
9. Teater Zaman Renaisance Di Ingggris (th. 1500 M – th. 1700 M) ......................................... 6
10. Teater Zaman Renaisance Di Perancis (th. 1500 M – th. 1700 M) ..................................... 6
11. Teater Zaman Abad ke 19 ................................................................................................... 6
12. Teater Zaman Modern......................................................................................................... 7
B. TEATER NON TRADISIONAL ................................................................................................ 8
C. Ciri-Ciri Teater Tradisional Dan Teater Modern ........................................................................ 9
D. Fungsi Teater Modern ............................................................................................................... 10
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................................. 11
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 11
B. SARAN ..................................................................................................................................... 11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Drama terlebih dahulu berkembang di dunia barat yang disebut drama klasik pada
zaman Yunani dan Romawi. Pada masa kejayaan kebudayaan Yunani maupun
Romawi banyak sekali yang bersifat abadi, terkenal sampai kini. Semua ini sekedar
informasi untuk memperluas pengetahuan kita di Indonesia khususnya mahasiswa
tentang perkembangan drama di luar Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
3
BAB II
Tokoh Yunani lainnya yang terkenal dalam dunia drama adalah Plato,
Aristoteles, dan Sophocles. Dengan cara pandangnya yang berbeda, ketiga tokoh
ini berperan penting dalam meletakkan dasar-dasar dramaturgi yang dikenal
sekarang. Plato yang terkenal dengan karyanya The Republic memandang seni
sebagai mimetik atau tiruan dari kehidupan jasmaniah manusia
Beberapa karya dramanya yang terkenal yaitu Ayax, Antigone, Wanita-wanita
Trachia, Oidipus Sang Raja, Electra, Philoctetes, dan oidipus di Kolonus.
Beberapa tokoh drama Yunani lainnya adalah Aeschylus (525-SM.),
Euripideus (484-406 SM), Aristophanes (448-380 SM), dan Manander (349-291
SM). Semua lakon yang sudah ditulis dalam bentuk naskah drama ini dipentaskan
di panggung terbuka yang berada di ketinggian. Panggung tersebut berada di
tengah-tengah yang dikelilingi oleh tempat duduk penonton yang melingkari bukit.
Gedung pementasan drama yang terkenal di Athena pada saat itu
adalah Teater Dionysius di samping bawah bukit Acropolis, pusat kuil kota
Athena yang dapat menampung 14.000 penonton.
Bentuk Stragedi Klasik, dengan ciri-ciri tragedi Yunani adalah sebagai berikut :
1. Lakon tidak selalu diakhiri dengan kematian tokoh utama atau tokoh
protagonis.
2. Lamanya Lakon kurang dari satu jam.
3. Koor sebagai selingan dan pengiring sangat berperan (berupa nyanyian rakyat
atau pujian).
4. Tujuan pementasan sebagai Katarsis atau penyuci jiwa melalui kasih dan rasa
takut.
5. Lakon biasanya terdiri atas 3-5 bagian, yang diselingi Koor (stasima).
6. Menggunakan Prolog yang cukup panjang.
Pada zaman Romawi, drama mulai dipentaskan pada tahun 240 SM di kota
Roma oleh seniman Yunani yang bernama Livius Andronicus. Bentuk yang
dipentaskan pada saat itu adalah drama tragedi. Penulis drama tragedi lainnya
yang terkenal adalah Lucius Annaeus Seneca. Selain bentuk tragedi, drama zaman
Romawi juga mementaskan bentuk komedi meskipun dalam penyajiannya banyak
mencontoh dan mengembangkan komedi baru Yunani. Penulis drama tragedi
4
zaman Romawi yang terkenal adalah Terence dan Plautus. Karena merupakan
hasil adaptasi dari drama Yunani, maka dalam konsep pertunjukkan drama
Romawi juga terdapat konsep pertunjukkan drama Yunani. Meski demikian,
drama zaman Romawi memiliki kebaruan-kebaruan dalam penggarapan dan
penikmatan yang asli dimiliki oleh masyarakat Romawi dengan ciri-ciri sebagi
berikut :
1. Koor tidak lagi berfungsi mengisi setiap adegan.
2. Musik menjadi pelengkap seluruh adegan. Tidak hanya menjadi tema
cerita tetapi juga menjadi ilustrasi cerita.
3. Tema berkisar pada masalah hidup kesenjangan golongan menengah.
4. Karekteristik tokoh tergantung kelas yaitu orang tua yang bermasalah
dengan anak-anaknya atau kekayaan, anak muda yang melawan kekuasaan
orang tua dan lain sebagainya.
5. Seluruh adegan terjadi di rumah, di jalan dan di halaman.
5
9. Teater Zaman Renaisance Di Ingggris (th. 1500 M – th. 1700 M)
Bangsa Perancis juga mengambil hikmah dari kejayaan teater Yunani kuno.
Mereka menamakannya sebagai “neo klasik”. Artinya klasik baru. Di mana
mereka telah memberi jiwa baru kepada gaya klasik Yunani kuno. Yaitu gaya
yang lebih halus, anggun dan mewah. Di zaman itu muncullah Moliere (1622
M – 1673 M). Sebagaimana Williams Shakespeare, Moliere juga mengarang
dan mementaskan karyakaryanya sendiri, sekaligus menjadi pemeran
utamanya. Beberapa karyanya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia, di antaranya: Si Bakhil, Dokter Gadungan, Akal Bulus Scapin, dll.
6
seolah peristiwa itu terjadi secara nyata. Gagasan ini melahirkan konvensi baru
dan mengubah konvensi lama yang lebih menampilkan seni drama sebagai sebuah
pertunjukan yang memang dikhususkan untuk penonton. Tidak ada lagi pamer
keindahan bentuk akting dan puitika kata-kata dalam Realisme. Semua
ditampilkan apa adanya seperti sebuah kenyataan kehidupan.
7
The Start Turns Red. Tokoh lainya adalah John Millington Synge (1871-1909)
dengan karya-karya: Riders to the Sea, dan The Playboy of the Western World.
Synge merupakan pelopor teater Irlandia yang mengangkat dunia teater
menjadi penting disana.
5) Perancis : dari Zola sampai Sartre
Dua tokoh drama terkemuka di Prancis adalah Emile Zola (1840-1902) dan
Jean Paul Sartre (1905).
6) Jerman dan Eropa Tengah : dari Hauptman sampai Brecht
Banyak sekali sumbangan Jerman terhadap drama modern Tokoh seperti
Hebble dan temannya telah mempelopori a1iran Realisme. Pengarang
Naturalis yang terkenal adalah Gerhart Huptman (1862-1945) dan Aflhur
Schnitzler (1862-19310).
7) Italia : dari Goldoni sampai Pirandillo
Setalah zaman resenaissance, karya-karya drama banyak berupa opera
disamping comedia dell’arte. Tokoh drama Italia antara lain Goldoni (1707-
1793) dengan karya Mistress of the Inn. Gabrille D’Annunzio (1863-1938)
dan Luigi Pirandello (1867-1936).
8) Spanyol : dari Benavente ke Lorca
Bagi Spanyol, abad XX dipandang sebagai abad kebangkitan dromatic spirit.
Tokohnya antara lain: Jacinto Benavente (1866-1954) yang pernah mendapat
hadiah Nobel 1922. Sezaman dengan Benavente adalah Gregorio Martinez
Sierra (1881-1947) dengan karyanya The Cradle Song. Pengarang paling
penting pada zaman modern di Spanyol adalah penyair dan penulis drama
Federico Garcia Lorco (1889-1936).
9) Rusia : dari Pushkin ke Andreyev
Tzarina Katerin Agung dipandang sebagai pengembangan drama di Rusia.
Pengarang pertama yang dipandang serius adalah Alexander Pushkin (1799-
1837) dengan karyanya Boris Godunov, sebuah tragedi historis.
10) Amerika : Golfrey sampai Miller
Pengarang drama yang penting di Amerika adalah Thomas Godfrey, dengan
karyanya The Princes of Parthic (1767).
Sejak adanya Broadway sebagai pusat teater, perkembangan teater di Amerika
sangat pesat. Tokoh-tokohnya antara lain Eugne Gladstone O’Neill (1888-
1953).
8
tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pendukungnya, baik
masyarakat suku pedalaman, masyarakat pedesaan, perkampungan (pertanian huma
dan pesawahan) dan masyarakat istana atau pendopo atau keraton.
Dalam perkembangannya Teater sebagai salah satu bentuk karya seni pertunjukan
ditinjau dari media yang digunakannya, Sumardjo (2000), mengatakan dapat
dibedakan ke dalam; teater boneka dan teater manusia.
Teater boneka adalah bentuk pertunjukan teater dengan media ekspresi
seninya menggunakan alat boneka atau disebut teater muffet. Contohnya, wayang
golek, wayang kulit, dst. Teater dengan media manusia, yakni dapat dibedakan
menjadi teater orang dan teater tutur. Teater dengan medium utama manusia atau
orang, banyak ditemukan pada jenis dan bentuk teater tradisional dan non tradisonal
dengan ciri utama manusia ditempatkan sebagai pemeran, aktor, aktris di atas pentas.
Teater Tutur memiliki kekhasan penyajian pada penyampaian teks dialog berupa kata-
kata yang dibawakan melalui tokoh (pemeran) diungkap dengan cara bernyanyi,
dilagukan, seperti juru dongeng atau bercerita. Contohnya; Kentrung (Jawa Timur),
Seni Pantun, Beluk (Jawa Barat), MPToh (Aceh), dst.
Teater berdasarkan bentuk dikenali dua bentuk, yakni Teater verbal dan
nonverbal. Teater verbal, menekankan tokoh cerita (pemeran) melakukan dialog
(percakapan antar tokoh atau sendiri) dengan alasan bahwa pesan cerita yang ingin
disampaikan kepada penonton digambarkan atau disampaikan dengan bahasa kata-
kata. Contohnya. Teater Tutur, Sandiwara Radio, Mendongeng, Standing Up Comedy.
Story Toling, dst. Teater non verbal, artinya pesan cerita yang akan disampaikan
kepada penonton dapat digambarkan laku dramatiknya melalui kekuatan ekspresi
gerak tubuh pemeran. Contohnya. Teater Gerak, Teater Tubuh, (Kelompok Payung
Hitam, Rachman Sabur – Bandung; Teater Kubur, Dindon-Jakarta), dan Teater Mini
Kata (Teater Rendra, Jakarta) Seni Pantomin.
9
2. Aliran Teater
a).aliran representatif.
aliran jenis ini adalah aliran drama yang permainan aktingnya hanya menuruti
warisan-warisan gaya berakting model lama . aliran ini disebut aliran
konvensional.
b).aliran presentatif
aliran ini mulai menggali teori-teori mengenai seni berperan. melakukan observasi
dan eksplorasi terutama segi psikologis seorang aktor (dan sang tokoh peranan).
c).aliran absurd
aliran ini merupakan aliran pemberontakan. mereka tidak mau terikat dalam aturan-
aturan permainan drama dan bermain lepas sekedar mengikuti insting.
10
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Seni tradisional berbeda dengan seni populer yang dapat dengan mudah
mengikuti perkembangan zaman. seni tradisional menghadapi langkah berat
menyongsong waktu yang terus melaju. diperlukan orang-orang yang sepunuh hati
mengurusi dan menjadi penerus.kekuatan dan keteguhan pelaku seni pertunjukkan
untuk tetap memajukkan seni tradisionaldengan segala keterbatasan dan
tantangannya.benar-benar memberikan spirit yang luhur bagi pembaca dan penikmat
seni pertunjukan.
B. SARAN
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu
kepada semua pihak bisa menggali ilmunya ( khususnya ilmu tentan seni teater )
dengan mendalami isi makalah ini.
Khususnya kepada kaum muda agar seni teater tidak hilang begitu saja tetapi
bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa sehingga negara Indonesia bisa
disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam dunia seni.
11