Anda di halaman 1dari 105

BAB I PENDAHULUAN

Keadaan Atmosfer dilihat dalam Siklus Hidrologi

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ①


1.1. Sifat-Sifat Air
Air (H2 O) adalah suatu zat yang umum dengan sifat-sifat yang tidak lazim.
Strukturnya terdiri dari 2 atom Hidrogen, yang terikat dengan 1 atom Oksigen (lihat
gambar 1).dan Struktur molekular air yang mengakibatkan banyak manfaatnya
sebagai berikut :
 Suatu pelarut,
 Mobilitasnya di dalam tubuh-tubuh mineral dan organik,
 Sifat termalnya yang unik
 Keberadaannya dalam semua fase pada suhu bumi b iasa.

Gambar 1. Struktur Kimiawi Air


Ketika air berubah fasenya, maka molekulnya akan tersusun secara sendirinya
dengan pola yang berbeda secara nyata (lihat gambar 2 hingga gambar 4). Pola ini
diambil ketika air membeku, menyebabkan volumenya berkembang dan massa
jenisnya bertambah. Pemuaian pada saat air membeku menyebabkan es dapat
mengambang di atas air yang telah mencair

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ②


Gambar 2 Struktur Molekul Pada Saat Air Membeku

Gambar 3 Struktur Molekul Pada Saat Air dalam Keadaan Cair


Pada fase cair, molekul air menyusun dengan sendirinya menjadi kelompok-
kelompok kecil. Susunan molekul yang demikian ini yang menyebabkan air dalam
kondisi cair dapat berpindah tempat dan mengalir (lihat gambar 3)
air dengan bentuk gas membawa muatan energi yang tinggi. Keadaan dengan energi
yang tinggi ini menyebabkan molekul selalu dalam keadaan bergerak mengurangi
kecenderungan ikatan antara satu molekul pada saat pembentukannya.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ③


Gambar 4 Struktur Molekul Pada Saat Air dalam Keadaan Uap

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ④


Gambar 5 Perubahan Fasa Air
Air bergerak terus menerus secara konstan di pada suatu siklus yang disebut
siklus hidrologi (Gambar 1).
Ada 6 Komponen utama dalam siklus ini, antara lain :
 Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan efek kombinasi bersih dari dua proses, sebagai


berikut: evaporasi dan transpirasi. Evapotranspirasi menggunakan presipitasi dengan
porsi yang lebih besar daripada proses lainnya yang dihubungkan langsung dengan
siklus hidrologi.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑤


Evapotranspirasi merupakan proses kembalinya kelembaban ke atmosfer. Air di
permukaan apapun, terutama permukaan tanah liat, kolam, kali, sungai, danau, dan
laut, yang dipanasi oleh sinar Matahari hingga mencapai titik dimana air dapat diubah
menjadi uap, atau bentuk gas. Uap air kemudian naik ke atmosfer.

Transpirasi merupakan proses dimana tumbuhan mengembalikan kelembabannya


ke udara. Tumbuh-tumbuhan mengambil air melalui akarnya dan membebaskan
sebagian dari air yang dikandungnya melalui pori-pori di daunnya. Ketika udara yang
hangat/panas melintasi permukaan dedaunan ini, maka kelembabannya diserap oleh
panas tersebut dan menguap ke udara.

 Kondensasi

Kondensasi merupakan pendinginan uap air hingga menjadi cair. Ketika titik
embun tercapai, uap air membentuk tetes air yang kecil dan dapat dilihat dengan
mata. Ketika tetes-tetes ini terbentuk di angkasa dan kondisi atmosfer lainnya akan
tampak, awan akan terbentuk. Ketika tetes ini bersatu, mereka bergabung dan
membentuk tetes yang lebih besar dan kemudian presipitasi akan terjadi.
Note  Temperatur dimana udara harus didinginkan untuk menkondensasikan uap air
yang terkandung di dalamnya. Makin tinggi titik embun, maka makin tinggi kandungan
kelembaban di dalam udara tersebut.

 Presipitasi
Presipitasi merupakan embun yang jatuh dari atmosfer sebagai hujan, salju, hujan
es yang kecil, atau hujan es yang besar. Presipitasi bervariasi jumlahnya, intensitas,
dan bentukan dari musim dan lokasi geografis. Faktor ini berdampak apakah air akan
mengalir ke sungai atau berinfiltrasi ke dalam tanah. Hampir di seluruh bagian bumi,
catatan mengenai salju dan curah hujan tetap disimpan. Hal ini membantu para saintis
untuk menentukan rata-rata hujan untuk suatu lokasi namun juga dapat digunakan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑥


untuk mengklasifikasikan badai hujan berdasarkan d urasi, intensitas dan rata-rata
periode balikan. Informasi ini sangat penting untuk mengatur jarak tanam dan juga
sangat bagus untuk para insinyur menentukan struktur kontrol air dan kendali banjir.
 Infiltrasi,
Infiltrasi merupakan air yang masuk ke dalam permukaan tanah. Infiltrasi
merupakan satu-satunya sumber air yang menyokong pertumbuhan tanaman dan
membantu mempertahankan pasokan air ke sumur-sumur, mata air dan aliran sungai.
Kisaran infiltrasi dipengaruhi oleh karakteristik fisk dari tanah, tutupan vegetasi,
kandungan air pada tanah, temperatur tanah dan intensitas curah hujan.
 Perkolasi
Perkolasi merupakan pergerakan air ke bawah melewati bebatuan dan tanah.
Perkolasi terjadi di bawah zona akar. Air bawah tanah menyelinap melalui tanah
sebanyak air mengisi spons, dan bergerak dari ruang satu ke ruang lainnya melalui
patahan bebatuan, melalui pasir dan kerikil, atau lewat saluran yang berbentuk seperti
batu gamping yang besar.
Bagian-bagian dari komponen ini merupakan konsep kunci dan komponen
yang sangat penting pada siklus hidrologi.
Berdasarkan gambar 4.1, dapat dipastikan hampir tidak ada air yang lepas ke dan
masuk dari angkasa luar. Karena itu dapat dikatakan bahwa keberadaan air di planet bumi
pada dasarnya tetap jumlahnya.

Siklus hidrologi memuat aliran masuk (inflows), aliran keluar (outflows), dan
simpanan (storage). Aliran masuk menambahkan ari di bagian yang berbeda pada
system hidrologi, akan tetapi aliran keluar menghabiskan air. Simpanan merupakan
penampung air dalam bagian suatu sistem. Hal ini dikarenakan pergerakan air
mengikuti siklus, dan aliran masuk merupakan bagian dari suatu sistem dan keluaran
bagi sistem lainnya.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑦


Kita ambil contoh aquifer, perkolasi air menuju ke bawah tanah merupakan
aliran masuk ke dalam aquifer. Pelepasan air tanah dari aquifer menuju aliran sungai
merupakan aliran keluar (juga merupakan aliran masuk dari aliran sungai). Seiring
dengan waktu, jika aliran masuk pada aquifer lebih tinggi daripada aliran keluar,
maka jumlah air yang disimpan dalam aquifer akan bertambah pula. Sebaliknya, jika
aliran masuk kurang dari aliran keluar maka jumlah air yang disimpan pada aquifer
akan berkurang pula.

Gambar 6. Bola Bumi

Penyebaran Air di Bumi

 Samudera
 Tutupan Es dan glasier
 Air yang ada di bawah permukaan
 Air Permukaan
 Kandungan Air di Atmosfer

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑧


Gambar 7. Penyebaran Air di Bumi

Jumlah air yang ada di bumi kurang lebih adalah sebanyak :

Sumber Air Volume air, dalam % dari jml


kubik mil air
Samudra 317,000,000 97.24%
Es, Gletser 7,000,000 2.14%
Air tanah 2,000,000 0.61%
Danau, Air tawar 30,000 0.009%
Inland seas 25,000 0.008%
Soil moisture 16,000 0.005%
Atmosfir 3,100 0.001%
Sungai 300 0.0001%

Total volume air 326,000,000 100%

Tabel 1. Total Volume Air di Bumi

1 mil = 1609,31 m
1 mil3 = 1609,313 m3 atau hampir 1 trilyun gallon

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑨


Gambar 8. Siklus Hidrologi

1.2 Aspek-Aspek Hidrologi


Setelah air hujan jatuh ke permukaan bumi, maka kita akan mengenal istilah- istilah
hidrologi, sebagai berikut :
1. Curahan  air yang sampai ke permukaan bumi, atau dikenal dengan nama
rainfall
2. Kelebihan air hujan (Rainfall exces ) intensitas hujan dikurangi kapasitas
infiltrasi yang menunjukkan kelebihan air hujan yang dapat menggenangi
suatu daerah.
3. Infiltrasi  telah dijelaskan di atas
4. Kapasitas Infiltrasi  Laju maksimum rembesan air melalui permukaan
bumi. (mm/jam atau mm/hours)
5. Intensitas hujan  banyaknya air hujan persatuan waktu

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑩


6. Limpasan (run off)  gerakan air yang meninggalkan daerah aliran menuju
ke laut.
o Run Off permukaan  aliran langsung di atas permukaan tanah atau
sugnai setelah atau pada waktu hujan
o Run Off bawah permukaan  Aliran air di bawah permukaan setelah
infiltrasi
o Run Off air tanah  Aliran air tanah menuju ke laut.

7. Intersepsi (Tangkupan)  sebagian air hujan yang ditangkap oleh bangunan,


tanaman dan lain- lain
8. Perkolasi  telah dijelaskan di atas
9. Water table  Permukaan air tanah
10. Tampungan Permukaan (Surface Detention) Sebagian air hujan yang
menggenangi daerah aliran (genangan tipis air); Tampungan lapisan tipis air
di atas permukaan.
11. Tampungan Lekuk (Depression Storage)  Pengumpulan air dalam selokan,
parit, danau, rawa, sungai, dataran banjir dan semua lekukan di permukaan
tanah.
12. Surface Storage  Segala bentuk penampungan air di permukaan bumi,
termasuk intersepsi, surface detention, depresi storage.
13. Kapasitas Lapang (Field Capacity)  Kuantitas air maksimum yang dapat
ditahan oleh tanah terhadap gaya tarik gravitasi.
14. Kekurangan Kadar air Lapangan (Field Moisture Deficiency)  Banyaknya
air yang diperlukan untuk menaikkan kadar air untuk mencapai kapasitas
lapangan
15. Daerah Alir (Catchment Area)  Daerah terpilih yang dapat menggambarkan
banyaknya air hujan yang dapat menggenangi daerah yang diamati.
16. Evapotranspirasi Potensial (Potential Evapotranspiration) 
Evapotranspirasi dari penutup vegetasi, jika cukup air yang diberikan pada

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑪


tanaman (oleh curah hujan atau air irigasi) untuk memperoleh tumbuhan
tanaman yang optimum
17. Evapotranspirasi aktual (Actual Evapotranspiration)  Evapotranspirasi dari
tutupan vegetasi, di bawah kondisi air yang alami (apa adanya)

1.3 Cakupan dari Meteorologi

Meteorologi yang berhubungan dengan pergerakan atmosfer yang umumnya


didefinisikan dengan fenomena atmosfer.

Cuaca adalah suatu gejala alam yang terjadi dan berubah dalam waktu
singkat, yang kita rasakan dari menit ke menit, jam ke jam. Contoh: perubahan harian
dalam temperatur, kelembaban, angin, tipe-tipe awan, sedangkan Iklim adalah rata-
rata peristiwa cuaca di suatu daerah tertentu, termasuk perubahan ekstrem musiman
dan variasinya dalam waktu yang relatif lama, baik secara lokal, regional atau
meliputi seluruh bumi kita. Iklim dipengaruhi perubahan-perubahan yang cukup lama
dari aspek-aspek seperti orbit bumi, perubahan samudra, atau keluaran energi dari
matahari. Perubahan iklim merupakan sesuatu yang alami dan terjadi secara pelan.
Contoh: musim (dingin, panas, semi, gugur, hujan dan kemarau) dan gejala alam
khusus (seperti tornado dan banjir).

1.4 Cabang Spasial dari Meteorologi


Ilmu pengetahuan Meteorologi, meliputi (berhubungan) dengan aktivitas umat
manusia dan semua disiplin ilmu, dan mempunyai warna sendiri
 Meteorologi  Tentang proses-proses fisis dari atmosfer atau cuaca yang
telah didefinisikan di atas
 Klimatologi  Ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang iklim dan
menyelidiki fenomena cuaca dan penyebabnya. Displin ilmu ini juga sering
disebut sebagai Penelitian Iklim. Sedangkan kata klimatolog adalah orang
yang mempelajari klimatologi.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑫


 Mikro- meteorologi dan Microklimatologi  Pecahan dari elemen
Meteorologi dan proses-proses fisika dekat permukaan. Mikroklimatologi
merupakan ilmu pengetahuan mengenai iklim mikro, termasuk di dalamnya
studi tentang profil temperatur, kelembaban dan angin di bagian terendah
lapisan udara, efek vegetasi dan pelestariannya, dan modifikasi efek bangunan
dan kota (http://www.eionet.eu.int/gemet/concept?cp=5221). Sedangkan
Mikro- meteorologi adalah salah satu bagian dari meteorologi yang membahas
mengenai pengamatan dan penjelasan tentang cuaca dalam skala kecil dan
prediksi cuaca untuk area lokal, hingga beberapa kilometer diameternya
(http://www.globalsecurity.org/wmd/library/policy/army/fm/3-6/3-6gl.htm).
Industri dan klimatologi pertanian atau meteorologi banyak berhubungan
dengan data atau proses cuaca di perusahaan industri pertanian. Akibatnya,
kebutuhan air dari suatu kelompok dam efek cuaca pada tanaman dan penyakit
hewan sehingga banyak yang tertarik dengan meteorologi pertanian.
Kemudian, Hidrometeorologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan
mengenai proses atmosfer dan fase terestial dari siklus hidrologi dengan
penekanan pada hubungan di antara kedua dispilin ilmu tersebut.
World Meteorological Organizations (WMO) mendefinisikan
Hidrometeorologi sebagai salah satu bagian dari meteorologi yang langsung
berhubungan dengan masalah hidrologi, umumnya kontrol bajir, tenaga listrik
hidro, irigasi, dan lapangan yang sama dengan rekayasa dan sumber air.
1.5 Ele men Meteorologi Yang Mempengaruhi Hidrometeorologi
Temperatur merupakan pengukuran proses-proses atmosfer yang berhubungan
dengan tekanan densitas dan kelembaban dari udara, hal ini diakibatkan oleh
pergerakan relatif permukaan bumi.
1.5.1 Temperatur Udara/Atmosfer
a. Formasi suhu udara dan suhu tanah : Jumlah energi yang dipancarkan dari
Matahari yang biasa disebut jumlah radiasi matahari.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑬


Sebagian terbesar mencapai permukaan tanah, sebagaian dipantulkan ke udara
yang meningkatkan suhu udara, sisanya diabsorbsi ke dalam tanah  meningkatkan
suhu tanah.
 Jumlah panas yang mengakibatkan kenaikan suhu udara atau suhu tanah
dinyatakan sebagai neraca jumlah panas dalam proses-proses sebagai berikut :
1. Jumlah panas yang bertambah atau hilang akibat perbedaan suhu antara
permukaan tanah dan lapisan udara di permukaan tanah
2. Jumlah panas yang bertambah dan hilang akibat penguapan dan presipitasi di
permukaan tanah
3. Jumlah panas yang disalurkan di dalam tanah melalui permukaan tanah.
Berdasarkan hal- hal tersebut di atas, maka persamaan pokok neraca panas
δ = point (1) + point (3) + point (3).......................(persamaan I)
1.5.2 Distribusi dan Variasi Temperatur Udara
Pengertian dari temperatur udara adalah temperatur yang diukur dengan
termometer dalam sangkar meteorologi, makin tinggi pengamatan  temperatur
semakin rendah, peristiwa ini disebut sebagai pengurangan temperatur secara
bertahap, besarnya laju pengurangan bertahap.
Selisih antara suhu maksimum + suhu minimum pengamatan harian disebut selisih
temperatur harian.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑭


Gambar 9 Distribusi Suhu Vertikal Atmosfer
(http://www.ccrc.sr.unh.edu/~stm/AS/Common/Layers.GIF )

1.5.3 Temperatur Tanah


Dari persamaan (I) dapat diambil kesimpulan
Jika point (3) > 0  temperatur tanah akan naik, karena jumlah panas yang masuk ke
permukaan tanah > dari yang keluar dari permukaan tanah.
Jika point (3) < 0  temperatur tanah akan turun. Tetapi suhu dalan tanah tidak
hanya naik karena jumlah panas yang masuk ke dalam atau keluar permukaan.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑮


Suhu tanah dipengaruhi oleh kapasitas panas tanah dan konduktivitas panas,
yakni dipengaruhi oleh panas jenis tanah, kerapatan, kadar kelembaban dan sifat-sifat
fisis tanah.
1.5.4 Kandungan Uap Air dalam Atmosfer (Kelembaban)
Massa uap air yang terdapat dalam m3 udara (g) atau kerapatan uap disebut
Kelembaban mutlak (absolut). Kemampuan udara untuk menampung uap berbeda-
beda menurut temperatur. Mengingat makin banyak uap yang dapat ditampung,
maka kekeringan dan kebasahan volume tidak dapat ditentukan oleh kelembaban
mutlak saja.
Kelembaban relatif merupakan perbandingan antara massa uap air dalam
suatu satuan volume dan massa uap air jenuh dalam satu satuan volume itu
pada suhu yang sama.
H= e/E x 100%
E = tekanan uap jenuh (mmHg)
e = tekanan uap pada waktu pengukuran

Tabel 2 Tekanan Uap Jenuh terhadap Temperatur


Temperatur ºC 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Tekanan Uap 4.58 6.54 9.21 12.79 17.54 23.76 31.82 42.18 55.32
Jenuh mmHg

Variasi harian dari kelembaban adalah bertentangan dengan temperatur

Temperatur  Kelembaban

Temperatur  Kelembaban

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑯


1.5.5 Angin
Angin merupakan udara yang bergerak, adalah suatu faktor yang sangat
berpengaruh dalam proses-proses hidrometeorologi. Lengas dan kalor langsung
beralih ke dan dari udara yang cenderung menyerap kondisi-kondisi termal dan
lengas permukaan yang berhubungan. Udara diam yang berhubungan dengan
permukaan air akhirnya menerima tekanan uap dari permukaan itu, sehingga tidak
terjadi penguapan. Dengan cara yang sama, udara diam di atas salju dan es akhirnya
menerima temperatur dan tekanan uap dari permukaan salju atau es, sehingga
pencairan oleh konveksi dan kondensasi berhenti. Akibatnya, angin berpengaruh
secara besar dalam proses penguapan dan pencairan salju. Ini juga penting dalam
menghasilkan hujan, karena hujan dapat terjadi hanya melalui masuknya udara
lembab secara terus menerus ke dalam suatu awan hujan.
Angin mempunyai arah dan kecepatan. Arah angin adalah dari mana dia
bertiup. Kecepatan angin umumnya ditunjukkan sebagai perubahan terhadap
ketinggian dalam bentuk umum.
V = a log Z + b dan V = a log (Z+c) + b
a, b, dan c adalah konstan
Variasi angin terhadap ketinggian dapat ditunjukkan dengan profil power
V1/V2 = (Z1/Z2) k
R  Kondisi tertentu  rata-rata k = 1/S
Atau U2 = U1 (log 6.6/ log h)  mil/hari
1.5.6 Tekanan
Tekanan udara satuan = tekanan gaya 1000 dyme pada luas bidang 1 cm2 dan
mb. Mengingat kerapatan air raksa pada 0ºC adalah 13.5451 g/cm2 dan percepatan
gaya tarik bumi 980,665 cm/dt2
1 atm = 760 mmHg
= 76 x 13,5451 x 980,665
= 1.013.250 dyne/cm2
= 1,013 mb

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑰


Tekanan udara berkurang menurut elevasi temperatur. Hubungan tekanan
udara dan elevasi dapat diperoleh dari persamaan Lapplace :
h = 18,400 (1 + αt) log β0 /β
h = selisih elevasi
β = tekanan udara pada elevasi h (mmHg)
β0 = tekanan udara pada elevasi awal (mmHg)
α = koefesien pengembangan udara = 0,00367
t = suhu rata-rata sampai h(m) dalam ºC

Gambar 10 Profil Vertikal Tekanan Udara terhadap Ketinggian

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑱


1.5.7 Penyinaran Matahari

Siklus lama penyinaran matahari adalah


bagian antara pembagian waktu siang dan
malam hari di bumi. Pembagian siklus lama
penyinaran matahari untuk seluruh lintang pada
musim semi dan gugur ekuinok. Pada saat-saat
tersebut semua tempat mempunyai panjang
waktu siang hari yang sama (12 jam). Siklus
lamanya penyinaran matahari selalu membagi dua ekuator (lintang 0 derajat).

Gambar 11 Panjang Siang Hari pada Solstise


(http://www.uwsp.edu/geo/faculty/ritter/geog101/uwsp_lectures/lecture_eart
h_sun_relations.html)
Radiasi Matahari pada Permukaan Bumi. Konstanta matahari dan posisi
bumi pada orbitnya. Radiasi matahari pada batas atmosfer bumi (Ra) dihitung. Jika
sifat-sifat atmosfer telah diketahui, maka ada kemungkinan untuk menentukan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑲


penipisan dari cahaya matahari pada atmosfer. Rumus empiris sederhana yang
dipakai adalah jumlah awan rata-rata (c)
Rc = Ra (0,803 – 0,340 c – 0,458ce
Atau jika n durasi langit cerah dan N jumlad durasi siang hari, maka
Rc = Ra (0,3+0,5)*(n/N)
Konstanta 0,3 dan 0,5 berubah sedikit terhadap lokasi. Pemantulan (r) dari permukaan
jumlah radiasi matahari yang menembus permukaan.
Rc (1-r) = Ra [(1-r)(0,3 + 0,5)]*(n/N)
Perhitungan Radiasi Permukaan Bumi (Rb). Bumi diasumsikan memancarkan
kembali rata-rata temperatur udara, keluar sebagai radiasi gelombang panjang yang
dikurangi oleh permukaan awan dan untuk lebih kurang oleh uap air.

Gambar 12 Keseimbangan Energi Bumi


(http://stephenschneider.stanford.edu/Graphics/EarthsEnergyBalance.png)
Perhitungan Radiasi Bersih (Rn). Radiasi bersih yang diterima oleh permukaan
dengan albedo r

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar ⑳


Rn = Re (1-r)- Rb
Penggambaran ini dipakai dalam pendekatan energi permukaan untuk
menghitung evaporasi permukaan yang terlihat dari data meteorologi umum yang
ada.
Keseimbangan Panas dalam Atmosfer. Permukaan bumi dan atmosfer
mendapatkan radiasi matahari sebagai gelombang pendek dan kembali sebagai
gelombang panjang. Kelebihan radiasi matahari yang masuk pada lintang rendah dan
kelebihannya pergi ke lintang yang lebih tinggi. Rata-rata distribusi temperatur tidak
sama, namun transfer energi di atas bumi dan menembus atmosfer dalam arah yang
komplit
Komponen Radiasi Gelombang Pendek
 Radiasi gelombang pendek yang langsung (S) merupakan radiasi
gelombang pendek yang masuk langsung ke permukaan tanpa
dipengaruhi oleh bagian atmosfer.
 Radiasi gelombang pendek yang harus disebarkan atau dihamburkan
oleh bagian dari atmosfer
 Radiasi gelombang pendek yang diserap dan dipantulkan
o Jumlah radiasi yang diserap atau dipantulkan tergantung pada
albedo permukaan
o Albedo merupakan sebahagian dari radiasi yang dipantulkan
dari permukaan, biasanya diatur oleh :
 Warna permukaan
 Sudut matahari

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 21


.

Komponen Radiasi Gelombang Panjang


 Radiasi Bumi (L (up)) - radiasi gelombang panjang yang dilepaskan oleh
permukaan bumi.
 Radiasi atmosfer balasan (L (down)) - radiasi gelombang panjang yang
dilepaskan oleh atmosfer langsung menuju permukaan
 Jumlah L (down) or L(up) tergantung pada temperatur yang dilepaskan oleh
permukaan.

 Radiasi bersih- merupakan jumlah dari radiasi yang keluar dan radiasi yang
masuk

Q*= [(S+D)-((S+D)a)] + [L (down)- L (up)]

Keseimbangan Energi

Keseimbangan energi merujuk pada bagaimana energi tersebut digunakan di bumi-


system atmosfer

Q* = LE + H + G

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 22


Gambar 13 Keseimbangan Energi
http://geochange.er.usgs.gov/pub/carbon/fs97137/

Komponen Keseimbangan Energi

Kalor Laten adalah Kalor yang dilepaskan maupun diserap oleh unit massa
substansi ketika berubah keadaan, selama evaporasi, kondensasi, atau sublimasi.
(eobglossary.gsfc.nasa.gov/Library/glossary.php3 )

Transfer Energi Latent (LE)

 LE merupakan transfer energi laten

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 23


 LE bernilai positif berarti evaporasi sedang terjadi di daerah
tersebut
 LE bernilai negative berarti sedang terjadi kondensasi

Kalor sensibel adalah energi panas yang disebabkan oleh naik atau turunnya
temperatur gas, cair atau padat ketikda ditambahkan atau dihilangkan dari material
tersebut. Kalor sensibel merubah temperatur dengan merubah kecepatan pergerakan
molekulnya. (http://www.acdoctor.com/heating/glossary.htm)

Transfer Kalor Sensibel (H)

 H positif berarti energi yang digunakan untuk memanaskan


udara.
 H negatif berarti udara kehilangan energi nya dan mulai
mendingin

Transfer Kalor Bawah Tanah (G)

 G + berarti energy ditransferkan ke bawah permukaan


 G- berarti energi ditransferkan menuju permukaan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 24


1.5.8 Sirkulasi Atmosfer dan Iklim

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IKLIM

Cuaca dan Iklim


Pola cuaca dianggap relatif lebih sederhana diberikan oleh sirkulasi Hadley normal,
iklim rataan cuaca ditentukan oleh lokasi naiknya dan turunnya massa udara di
lintang ekuatorial, dikarenakan massa air yang naik dan curah hujan yang tinggi,
massa air yang turun, curah hujan yang rendah, dan evaporasi tinggi pada lintang
menengah harus dipertimbangkan sebagai tambahan mekanisme pengangkatan massa
udara di atmosfer.
 Pengangkatan konveksional – distimulus pemanasan permukaan lokal
 Pengangkatan orografik – udara dipaksa naik ke ketinggian disebabkan
adanya penghalang seperti pegunungan
 Pengangkatan konvergensi – massa air bergerak ke zona tekanan rendah yang
sama
 Pengangkatan front terjadi sepanjang perbatasan massa udara yang berbeda

Gambar 14 Mekanisme Pengangkatan Udara di Atmosfer

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 25


Pemanasan yang besar di equator menyebabkan massa air naik. Zona daerah
tekanan rendah akan terbentuk di bawah massa air yang naik tadi, temperatur
berkurang terhadap ketinggian dan uap air yang naik mendinginkan massa udara.
Kemudian pendinginan yang terus menerus menyebabkan air berkondensasi,
kemudian hujan mencapai ketinggian dimana temperatur dan massa jenis sebanding
dengan sekeliling atmosfer, massa udara tersebar kemudian massa udara bergerak
menuju daerah kutub (baik selatan atau utara ekuator) dan mendinginkan massa udara
yang mulai turun, menghasilkan zona tekanan tinggi, massa udara mengalir dari zona
permukaan dengan tekanan tinggi ke zona tekanan rendah ditentukan oleh gaya
gradien tekanan, sejauh ini pola aliran ini menghasilkan sel konvektif yang besar,
hasilnya adalah angin atmosfer.
Pembelokan arah angin disebabkan Coriolis. Sel sirkulasi tunggal
seharusnya berada di setiap belahan bumi menyederhanakan kegagalan model untuk
menentukan pengaruh rotasi bumi. Kecepatan rotasi bumi meningkat dari kutub
menuju ekuator, menghasilkan pembelokan massa fluida dari arah yang dituju,
pembelokan ke kanan di belahan bumi utara, dan dibelokkan ke arah kiri di belahan
bumi selatan.
Sirkulasi atmosfer pada Bumi yang berotasi. Deretan pusat tekanan tinggi
dan rendah berkisar pada setiap lintang 30º, membangun sabuk angin utama (sirkulasi
zonal) dari Bumi. Angin bertiup sepanjang gradient tekanan (tinggi ke rendah)
dengan pembelokan oleh gaya Coriolis yang signifikan.
 Angin Pasat Timur Laut 0º to 30º Utara
 Angin Pasat Tenggara 0º hingga 30º Selatan
 Baratan Utara Selatan 30º hingga 60º Utara dan Selatan
 Timuran Utara Selatan 60º hingga 90º Utara dan Selatan
Variabel angin lemah berkembang di ekuator (doldrums), hasil dari konveksi
vertikal massa udara, Daerah Konvergensi Inter Tropik (DKIT) atau Intertropical
Convergence Zone(ITCZ), angin lemah berkembang pada lintang 30º utara dan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 26


selatan (Lintang Kuda), menghasilkan massa udara yang menurun. Zona tekanan
rendah (konvergensi) biasanya dihubungkan dengan udara naik yang hangat dan
lembab, zona tekanan tinggi (divergensi) biasanya dihubungakan dengan massa udara
yang turun, dingin dan kering

Gambar 15 Sirkulasi Atmosfer


http://www.earthsci.org/geopro/ocean/ocean.html

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 27


BAB II PRESIPITASI

Definisi dan Bentuk Presipitasi


 Presipitasi adalah endapan air dari atmosfer (uap yang mengkondensasi) yang
jatuh ke permukaan bumi. Jumlah presipitasi selain dinyatakan dengan
dalamnya presipitasi.
 Derajat curah hujan biasanya dinyatakan oleh jumlah curah hujan dalam suatu
satuan waktu (biasanya diukur dalam mm/jam)
 Ukuran butir hujan ditentukan dari diameternya 0,5 mm disebut hujan ,
diameter 0.50 – 1,00 mm disebut hujan gerimis (drizzle)
Kecepatan Terminal merupakan kecepatan jatuhnya tetes yang bertambah ketika
daya tahan tetes itu sebanding dengan gaya tarik gravitasi. Ketika tetes terus jatuh,
kecepatannya akan konstan. Kecepatan yang konsta n inilah yang disebut kecepatan
terminal

Tabel 3. Tipe Ukuran dan Kecepatan Terminal


Ukuran Kecepatan Terminal

Inti Kondensasi 0.0002 mm 0.00001 cm/ detik

Tetes Awan/Tetes 0.02 mm 1 cm/ detik


Air
Tetes hujan 2 mm 6.5 m/detik

Makin besar ukuran butir hujan maka makin besar kecepatan jatuhnya

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 28


Gambar 16 Kecepatan Jatuh Partikel Awan
http://www.ems.psu.edu/~lno/Meteo437/Fallspeeds.jpg

Terjadinya Presipitasi. Air yang berada di atmosfer bahkan pada hari- hari yang tak
berawan. Untuk terjadinya hujan diperlukan beberapa mekanisme guna mendinginkan
udara sehingga cukup menjadikannya jenuh atau mendekati jenuh. Pendinginan yang
diperlukan oleh hujan dalam jumlah besar diperoleh dari pengangkatan udara.
Pengangkatan ini terjadi oleh suatu sistem konvektif yang dihasilkan dari
ketidaksamaann pemanasan atau pendinginan permukaan bumi dan atmosfer atau
oleh konvergensi rintangan-rintangan orografik. Akan tetapi kejenuhan (saturation)
belum tentu menghasilkan hujan.
Ada dua proses yang sangat penting untuk menghasilkan presipitasi
a. Tumbukan – Proses Koalesense
 Juga dikenal dengan nama proses hujan hangat
 Terjadi pada awan yang memiliki temperatur di atas pembekuan
 Terjadi di daerah Tropis

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 29


Gambar 17 Proses Tumbukan
http://apollo.lsc.vsc.edu/classes/met130/notes/chapter8/graphics/coll.free.gif

b. Proses Es Kristal – Proses Bergeron


 Es kristal dan tetes hujan cair saling melengkapi di awan
 Terjadi di awan dengan temperatur di bawah pembekuan
 Terjadi di daerah lintang tinggi dan lintang menengah

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 30


Gambar 18 Proses Es Kristal
http://www.ems.psu.edu/~lno/Meteo437/Bergeron.jpg

Bentuk-bentuk Presipitasi. Setiap hasil kondensasi uap air atmosferik yang


terbentuk dalam udara bebas atau pada permukaan tanah merupakan suatu
hidrometeor. Karena ahli hidrologi terutama yang berkepentingan dengan hujan,
maka hanya hidrometeor yang berhubungan dengan air yang turun saja yang
dibicarakan di sini. Di antara hidrometeor-hidrometeor tersebut tidak termasuk di
dalamnya damp haze, ice fog, drifting snow, blowing snow, dan frost.

Gerimis (drizzle)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 31


Kadang-kadang disebut mist, terdiri dari tetes-tetes air yang
tipis, biasanya dengan diameter 0,1 dan 0,5 mm (0,004 dan 0,02 inci) dengan
kecepatan jatuh yang demikian lambat sehingga seolah-olah melayang. Gerimis
umumnya jatuh dari stratus yang rendah dan jarang melebihi 1 mm/jam (0,04
inci/jam)

Hujan (rain)
Terdiri dari tetes air yang mempunyai diameter lebih besar
dari 0,5 mm (0,02 inci). Curah hujan (rainfall) umumnya menunjukkan jumlah
presipitasi air.

Glaze
Dalam selimut es, biasanya bersih dah halus, yang
terbentuk pada permukaan yang terbuka oleh pembekuan atau air yang sangat dingin
yang diendapkan oleh hujan atau gerimis. Berat jenisnya dapat mencapai 0,8 sampai
0,9.

Rime
Adalah endapan butiran es yang tak tembus cahaya dan
berwarna putih, yang kurang lebih dipisahkan oleh udara yang tertangkap dan
terbentuk oleh pembekuan air dingin yang sangat cepat yang menimpa benda-benda
yang terbuka. Berat jenisnya rendah 0,2 sampai 0,3.

Salju Adalah campuran kristal-kristal es yang sebagian besar


berbentuk
Heksagonal yang kompleks dan bercabang, umumnya menggumpal menjadi
kumpulan salju (snowflakes) yang diameternya dapat mencapai beberapa inci.
Kerapatan salju segar yang jatuh sangat bervariasi : salju sebanyak 125 sampai 500
mm. (5 sampai 20 inci) umumnya dibutuhkan untuk menyamai air sebanyak 25 mm
(1 inci). Kerapatan (berat jenis) rata-ratanya sering dianggap sebesar 0,1.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 32


Hujan Es (hail)
Adalah hujan dalam bentuk bola-bola es, yang dihasilkan
dalam
awan-awan konvektif, kebanyakan cumulunimbus. Batu-batu es (hailstones) dapat
berbentuk sferoidal, kerucut, atau bentuk yang tidak beraturan dan diameternya
berkisar dari sekitar 5 sampai 125 mm (0,2 sampai 5 inci). Biasanya terdiri dari
lapisan- lapisan yang berganti-ganti dari glaze dan rime, dan berat jenisnya sekitar
0,8.

Sleet
(hujan yang bercampur es dan salju) terdiri dari butir-butir es
yang bulat, pejal , dan tembus cahaya, yang terbentuk oleh pembekuan tetes air hujan
yang turun atau pembekuan kembali sebagian besar kristal es yang mencair yang jatu
melalui suatu lapisan udara dengan temperatur di bawah titik beku di dekat
permukaan bumi.

Keragaman Presipitasi – Ruang dan waktu merupakan dua dimensi yang lazim
menjadi perhatian para ahli hidrologi dalam mengkaji presipitasi. Dalam menentukan
jumlah presipitasi pada beberapa bagian permukaan bumi, faktor-faktor berikut ini, di
samping sirkulasi uap air, adalah penting dalam mengendalikan keragaman ruang
presipitasi (Eagleson,1970) :
i. Garis lintang
ii. Ketinggian tempat
iii. Jarak dari sumber-sumber air
iv. Posisi di dalam dan ukuran massa tanah benua atau daratan
v. Arah angin yang umum (menuju atau menjauhi) terhadap sumber air
vi. Hubungan dengan deretan gunung
vii. Suhu nisbi tanah dan samudera yang berbatasan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 33


Keragaman waktu presipitasi dapat dipandang baik dalam hubungannya
dengan :
a) Rezim presipitasi (tahunan, musiman atau jangka pendek) maupun
dalam hubungannya dengan
b) Peluang statistik (harga- harga ekstrem, frekuensi presipitasi)

Gambar di atas menunjukkan distribusi presipitasi rata-rata tahunan bumi


(terresterial), untuk tahun 1988-1996.
Untuk banyak tujuan, para ahli hidrologi membutuhkan empat unsur
berikut ini untuk mencirikan presipitasi yang jatuh pada suatu titik :
a. Intensitas : Jumlah presipitasi yang jatuh pada saat
tertentu (mm/menit, cm/jam, dan lain- lain)
b. Lama hujan : Periode presipitasi jatuh (menit, jam, dan lain-
lain)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 34


c. Frekuensi : ini mengacu pada harapan bahwa suatu
presipitasi tertentu akan jatuh pada saat tertentu
d. Luas areal : luas areal dengan suatu curah hujan yang dapat
dianggap sama
2.1 Presipitasi
2.1.1 Distribusi Curah Hujan
Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan suatu rancangan pemanfaatan air
dan rancangan pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata di seluruh daerah
yang bersangkutan. Bukan curah hujan pada suatu titik tertentu. Curah hujan ini
disebut curah hujan wilayah/ daerah yang dinyatakan dalam mm.
Cara-cara perhitungan curah hujan daerah dari pengamatan curah hujan di
beberapa titik.
a. Cara Arithmetic Mean (Rata-rata Aljabar)
Cara ini adalah perhitungan rata-rata secara aljabar. Curah hujan di dalam dan di
sekitar daerah yang bersangkutan.

¯x= curah hujan daerah


N = jumlah titik-titik (pos) pengamatan
A1 , A2 , A3 , ..An = Curah hujan di tiap titik pengamatan
Keuntungan dengan cara ini adalah lebih objektif, berbeda dengan cara yang
digunakan oleh metode isohyet, dimana faktor isohyet turut menentukan.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 35


b. Cara Thiessen-Polligon
Cara ini adalah untuk menghitung sumbangan air hujan dari stasiun-stasiun yang
terletak pada daerah pengamatan hujan (rainfall area). Metoda ini menggunakan
perbandingan antara poligon-poligon yang dibuat dengan luas rainfall area.
Poligon-poligon dibuat dengan cara membuat garis-garis berat dengan garis yang
menghubungkan dua stasiun yang berdekatan.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 36


Keterangan
p = curah hujan daerah
R1,.....Rn = curah hujan di tiap titik pengamatan
A1, A2,....An = Bagian daerah yang mewakilik tiap titik pengamatan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 37


Contoh perhitungannya, diasumsikan area yang dihubungkan oleh 4 poligon Thiessen
adalah A = 11 Ac.; B = 9 Ac.; C = 8 Ac.; dan D = 15 Ac. Area ini tentu saja konstan
dan hanya membutuhkan pengukuran sekali saja. Alat pengukur curah hujan
memberikan nilai presipitasi sebagai berikut: A = 1.81 inchi, B = 2.25 inchi, C =
2.07 inchi dan D = 1.53 inchi. Dengan menggunakan persamaan rataan berat, rataan
curah hujan dengan menggunakan poligon Thiessen adalah sebagai berikut :

c. Cara-Cara Garis Isohyet


Umpamanya curah hujan itu bertambah jika elevasi bertambah tinggi. Dengan
demikian, maka dapat dibuatkan diagram mengenai hubungan antara titik
pengamatan dan curah hujan.
Kurva ini (yang sering berbentuk garis lurus) dapat dibuat dengan cara kuadrat
terkecil.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 38


Luas bagian antara garis-garis kontur selang 100 m dan 200 m dapat diukur.
Curah hujan untuk setiap elevasi rata-rata dapat diperoleh.
Metode Isohyet memperbolehkan pengguna untuk memutuskan melalui peta
kontur. Keakuratan sangat tergantung pada keahlian penggunan untuk melakukan
analisis dan banyaknya alat yang digunakan. Jika interpolasi linear sederhana antara
dua stasion yang digunakan untuk menggambar kontur, maka hasinya akan sama
seperti yang didapat dengan menggunakan metode Thiessen.
Keuntungan menggunakan metode Thiessen ataupun Isohyet adalah keduanya
dapat dikombinasikan ketika area yang akan dihitung curah hujan rataannya dekat
dengan alat pengukur dihitung dengan poligon namun curah hujan di atas daerah
tersebut dihitung dengan metode isohyet. Kombinasi kedua metode ini juga dapat

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 39


menghilangkan kerugian menggambar pola poligon yang berbeda ketika menganalisa
beberapa kejadian badai yang berlainan, berdasarkan laporan dari alat ukur.

2.2 Inte rpretasi Data Curah Hujan


Untuk menghindari kesimpulan yang keliru, kiranya penting untuk
memberikan interpretasi yang tepat atas data hujan, yang sering tidak dapat diterima
begitu saja. Sebagai contoh, nilai hujan tahunan rata-rata untuk suatu stasiun
mempunyai nilai yang kurang berarti bila lokasi alat ukurnya telah dipindahkan
cukup jauh selama periode pengukuran nilai rata-rata tersebut. Selain itu, terdapat

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 40


beberapa cara untuk menghitung hujan rata-rata di atas suatu daerah, yang masing-
masing mungkin memberikan jawaban yang berbeda.
2.2.1 Penyesuaian Data
Semua pengukuran data lapangan merupakan contoh element yang bervariasi
antara ruang dan waktu. Sebagai contoh aliran sungai yang diukur dengan waktu
berlainan dan jangka waktunya singkat, pada titik muara sungai. Bahkan radar cuaca,
yang areanya telah ditentukan, contoh tetes air yang terekam pada ‘beam’ dengan
diameter kecil yang berotasi dari pulsa yang diberikan oleh tetes air tersebut. Untuk
pengukuran yang datanya dapat dipergunakan pada praktek hidrologi, data ini
haruslah dapat mewakili, atau dapat diubah ke area tertentu dan durasi yang tertentu
pula. Untuk memperoleh keseragaman di antara pengukuran berbagai jenis data,
penyesuaian sangat penting untuk dilakukan. Penyesuaian ini dilakukan tanpa
melanggar keutuhan pengukuran.
Penyesuaian biasanya dilakukan dengan tiga tujuan. Salah satu tujuannya
adalah membuat pencatatan menjadi seragam pada lingkungan tertentu untuk daerah
yang standar. Contohnya, menyesuaikan keseragaman periode pencatatan untuk
rataan normal yang akan dihitung, atau konversi pengukuran ke ketinggian standar
dari piranti pengukuran. Tujuan kedua adalah menghilangkan atau mengurangi efek
pengaruh luar. Sebagai contoh penggunaan metode analisis massa-ganda yang
cenderung digunakan untuk mengkoreksi perubahan lokasi alat atau tempat yang
terbuka. Tujuan yang ketiga adalah menyingkat data untuk keperluan presentas atau
pengamatan. Proses ini dilakukan dengan selektif. Sebagai contoh peta isohyet yang
telah diperhalus. Contoh yang lain adalah garis regresi, yang menunjukkan hubungan
rataan dan bukannya kekompleksitasan diagram yang tersebar.
2.2.2 Periode Pencatatan Dengan Basis Standar
Masalah yang sering timbul umumnya pada data hidrologi, misalnya pada rata
tahunan curah hujan, adalah datang dari kenyataan bahwa stasiun pengamatan cuaca
memiliki waktu pencatatan yang berbeda-beda. Salah satu stasiun dapat saja
berfungsi pada saat curah hujan yang tinggi, dan stasiun cuaca lainnya hanya

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 41


mencatat periode kering. Usaha untuk membandingkan pencatatan antara dua stasiun
ini, misalnya pada pembuatan peta isohyet tahunan, dapat mengacaukan antara variasi
ruang dan variasi waktu.
Alat yang dapat membantu memecahkan masalah ini adalah semacam grafik
batang (lihat gambar 16) yang menunjukkan waktu pencatatan dari beberapa stasiun
dengan skala waktu yang sama. Selanjutnya mudah saja, dengan salah satu
pengamatan, dipilih periode pencatatan yang paling optimum. Untuk stasiun dengan
pencatatan yang tidak lengkap pada periode yang optimum ini, perhitungan dapat
dilakukan dengan menggunakan korelasi data untuk periode yang umum pada stasiun
lainnya, dan digunakan hubungan tersebut untuk memperkirakan data yang hilang
pada stasiun yang mencatat pada waktu yang singkat.

Gambar 19 Grafik Batang Yang Menunjukkan Periode Pencatatan


2.2.3 Analisis Massa-Ganda
Analisis massa ganda merupakan metode yang menggunakan grafik untuk
menyamakan dan menyesesuaikan ketidak konsistenan pada pencatatan di stasiun
dengan membandingkan trend waktu di setiap stasiun. Nilai tahunan dan musiman

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 42


yang diakumulasi pada stasiun yang diragukan nilainya di plot dengan stasiun
terdekat atau kumpulan stasiun. Trend dan perubahan kemiringan pada kurva massa-
ganda mungkin saja disebabkan oleh perubahan pada keterbukaan dan letak dari alat
pencatat di stasiun, perubahan prosedur pada saat pengambilan dan memproses data,
dsb. Sebagai contoh pada gambar 17 merupakan analisis massa- ganda yang
digunakan untuk mencari perubahan mendasar pada stasiun curah hujan yang
dibandingkan dengan pencatatan stasiun acuan dengan beberapa stasiun terdekat.
Ketika analisis massa ganda mengungkapkan perubahan pada slope
kemiringan, beberapa tujuan lainnya adalah digunakan untuk membuat penyesuaian
yang ditunjukkan oleh rasio antara dua slope dari kurva massa-ganda. Untuk tujuan
lain, penyamaan ini merupakan awal dari penelitian untuk menentukan mengapa ada
perubahan pada slope.

Gambar 20. Grafik Analisis Massa Ganda


2.2.4 Inte rpolasi Untuk Data Yang Hilang
Pada saat menyiapkan data yang digunakan untuk analisis data, ada kalanya
beberapa catatan ditemukan tidak lengkap. Untuk mengisi kekosongan pada deret
waktu atau ruang yang kosong pada peta. Dan juga yang mengeksploitasi sebagian,

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 43


bagian data yang hilang dapat dicari dengan menggunakan interpolasi data yang
dicatat pada stasiun terdekat. Penilaian layak atau tidaknya dilakukan interpolasi pada
data yang hilang sangat diperlukan, jika terlalu sedikit kesenjangan data yang akan
dihitung, nilai kuantitas yang besar untuk melengkapi catatan data meteorologi dapat
diabaikan. Jika terlalu banyak data yang dicari dengan metode interpolasi ini, maka
keseluruhan data yang ada akan sangat sulit untuk dipergunakan sebagai analisis data.
Hanya dapat digunakan kurang lebih 5% atau 10% dari pencatatan.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 44


BAB III
KELENGASAN TANAH

Air pada permukaan tanah, di aliran sungai atau pada danau dapat kembali ke
atmosfer sebagai uap air melalui proses evaporasi. Air digunakan oleh tumbuhan
dapat kembali ke atmosfer melalui tranpirasi yang terjadi ketika air mengalir melalui
daun-daunnya. Dikenal dengan sebutan evapotranspirasi, naik evaporasi dan
transpirasi semakin besar terjadi pada saat kondisi temperatur dan angin, udara yang
kering , serta sinar matahari mencapai maksimum.

3.1 Peranan Zona Tidak Jenuh (Unsaturated Zone) Pada Siklus Hidrologi

Ketika air mencapai permukaan tanah, air merembes melalui pori-pori di


antara partikel tanah. Tanah terbuat dari partikel yang tersusun rapat dengan berbagai
jenis dan ukuran. Porisitas tanah yang tinggi memiliki kemampuan yang besar untuk
menahan air, disebabkan banyaknya ruangan pori-pori, jika pori-pori tersebut
dihubungkan dan air dapat mengalir dengan mudah, tanah dikatakan permeabel.
Ukuran dan bentuk serta susunan pori-pori antara partikel lempung mengakibatkan
tanah liat menjadi impermeabel dan memiliki kekebalan terhadap infiltrasi. Pasir dan
kerikil memungkinkan air berinfiltrasi lebih, disebabkan permeabilitas mereka yang
tinggi.

Mengetahui kandungan air pada tanah sangat penting. Pada umumnya, air
dapat berinfiltrasi lebih cepat pada tanah yang kering dibandingkan pada tanah yang

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 45


basah. Intesitas badai, atau panjangnya waktu dimana presipitasi terjadi, juga dapat
mempengaruhi infiltrasi. Jika hujan atau lelehan salju mencapai permukaan tanah
lebih cepat daripada yang dapat diresapkan ke dalam pori-pori, maka akan terjadi
genangan air di permukaan tanah, dan genangan air ini akan mengalir ke saluran air
terdekat. Keterbatasan kapasitas tanah untuk memungkinkan infiltrasi merupakan
salah satu penyebab, mengapa badai yang intensitasnya tinggi menghasilkan lebih
besar banjir dibandingkan hujan yang rintik-rintik namun dengan rentang waktu yang
lama.

3.1.1 Airtanah
Air bawah tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan mengandung
air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk di dalamnua mata air yang muncul
secara alamiah di atas permukaan tanah.(KEPMEN PE, 2000)
Air bawah tanah atau airtanah dipisahkan menjadi airtanah dalam/tertekan dan
airtanah dangkal/tak tertekan. Airtanah dangkal adalah yang terdapat pada lapisan
mengandung air (akuifer ) tak tertekan ( unconfined akuifer) yang bagian bawahnya
dibatasi oleh lapisan kedap air dan bagian atasnya tidak ditutupi lapisan kedap air
melainkan oleh muka preatik bertekanan satu atmosfer ( sama dengan tekanan udara).
(Kusumayudha, 2003). Sementara itu, airtanah dalam adalah airtanah yang terdapat
pada akuifer tertekan (confined akuifer) yang bagian bawah dan atasnya dibatasi oleh
lapisan kedap air. Airtanah yang muncul di atas permukaan tanah disebut mata
air/rembesan.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 46


Gambar 21 Recharge area dan Discharge area
(http://water.usgs.gov/pubs/circ/circ1139/htdocs/natural_processes_of_ground.htm)
Parameter utama pembentuk airtanah ini adalah air hujan yang meresap ke
dalam tanah di daerah imbuh ( recharge area) yang sebagian tersimpan di dalam
akuifer dan sebagian lagi ke luar secara alami di daerah lepasan ( discharge area)
sebagai mata air. Hal tersebut merupakan bagian dari siklus hidrologi.

Ketika air berinfiltrasi ke dalam tanah, gravitasi menarik air ke bawah melalui
pori-porinya hingga mencapai kedalaman dimana seluruh lapisan tersebut diisi oleh
air. Pada titik ini, tanah atau batuan menjadi jenuh, dan level air sebagai hasil dari
pengisian air disebut muka airtanah. Muka airtanah tidak selalu sama kedalamannya
di bawah permukaan tanah. Selama periode dengan presipitasi yang tinggi, muka
airtanah ini dapat naik. Sebaliknya pada periode dengan presipitasi yang rendah dan
evapotranspirasi tinggi maka muka airtanah ini akan turun.

3.1.2 Zona Airtanah

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 47


Daerah di bawah muka airtanah ini disebut zona saturasi, dan air dalam zona
ini disebut airtanah. Daerah di atas muka airtanah ini disebut zona unsaturasi. Zona
unsaturasi merupakan zona tepat di bawah permukaan tanah dan di atas muka
airtanah dimana pori-pori tanahnya diisi oleh air maupun udara, namun tidak
seluruhnya dijenuhkan oleh air. Zona ini berbeda dengan zona saturasi, dimana pori-
pori dijenuhkan dengan air. Zona unsaturasi juga sering disebut sebagai zona vadose.

Gambar 22 Zona Unsaturasi


(http://toxics.usgs.gov/definitions/unsaturated_zone.html)

Ada 4 pembagian yang sering digunakan untuk memilah- milah zona sub-
permukaan :
o Permukaan tanah – air yang berada pada permukaan ini disebut air
permukaan.
o Zona Vadose
o Muka airtanah
o Zona Phreatik
3.1.2.1 Zona Vadose

 Juga disebut sebagai zona aerasi


 Karakteristiknya sebagai berikut: adanya tanah tidak jenuh dan endapan, tanah
lembab

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 48


 Perkolasi dikendalikan oleh gravitasi – pergerakannya kebanyakan kearah
bawah
 Komposisi dan struktur tanah akan mengendalikan arah aliran yang
sebenarnya.

3.1.2.2 Muka Airtanah


 Merupakan puncak dari zona saturasi
 Muka airtanah merupakan bentukan kasar seperti di atas permukaan tanah –
naik di bawah pegunungan atau daerah yang tinggi serta turun di daerah
lembah
 Danau dan sungai merupakan gambaran air yang ada di permukaan pada
muka airtanah – muka airtanah yang sampai pada permukaan
 Tinggi muka airtanah berubah- ubah sesuai dengan musim
3.1.2.3 Zona Phreatik
 Zona ini disebut juga sebagai zona saturasi – ruang pada pori-pori tanah
seluruhnya diisi oleh air
 Ketika air berada pada zona Phreatik maka gravitasi akan mengendalikan arah
alirannya keseluruhan
 Aliran air pada daerah muka airtanah yang tinggi adalah menuju ke arah
bawah – namun pada danau dan sungai alirannya menuju ke atas.
3.1.3 Pembagian Sub-Pe rmukaan Tanah :
 Zona Vadose : Pair < Patmosfer
Merupakan zona unsaturasi (atau zona aerasi)
 Zona akar (atau zona kelengasan tanah)
 Zona intermediate
o Pinggir Kapiler : Pair  Patmosfer (atau tekanan pada zoan saturasi)
 Muka airtanah : Pair = Patmosfer
 Zona Phreatik : Pair > Patmosfer (atau zona saturasi, zona airtanah)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 49


Gambar 23 Struktur Sub-Permukaan Tanah
(http://www.atmos.albany.edu/deas/atmclasses/atm408/soilm.html)

3.2 Komposisi Fisik Tanah


Tanah dibagi dalam 3 fraksi berdasarkan ukuran partikel :
 Tanah Liat
 Lumpur
 Pasir

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 50


Tanah liat memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan aktivitas
hidrologi.

Gambar 24 Klasifikasi Tanah Berdasarkan Ukuran


(http://www.atmos.albany.edu/deas/atmclasses/atm408/classification.html)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 51


Gambar 25 Segitiga Struktur Tanah
(http://www.atmos.albany.edu/deas/atmclasses/atm408/soilm.html )
Fraksi Tanah
Fraksi Tanah Lempung
o Terdiri dari partikel yang selalu berisi air
o Cenderung berisi mineral lempung
o Memiliki area permukaan reaktif yang besar
o Menyerap dan menahan air pada tanah
Pasir dan Lumpur
 Kurang air , dan partikelnya kurang reaktif
 Menahan sedikit air
 Mengandung jumlah quartz (SiO3 yang besar, stabil, merupakan
senyawa yang mendekati lembam (inert)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 52


Gambar 26 Tipe Struktur Tanah
(http://www.atmos.albany.edu/deas/atmclasses/atm408/typestruct.html)

3.3 Infiltrasi dan Pe mbagiannya


Infiltrasi didefinisikan sebagai
 Pergerakan air dari permukaan ke zona
 76% dari presipitasi dunia berinfiltrasi
di daratan
 Merupakan peristiwa yang sangat
penting dalam siklus hidrologi, hal ini
dikarenakan :
o Infiltrasi menentukan
berapa banyak air yang
disimpan dalam permukaan
tanah dan muka airtanah
dan ketersediaannya untuk
pertumbuhan tanaman
o Rembesan air pada tanah
merupakan faktor utama
dalam pengisian airtanah

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 53


o Memiliki respon efek yang besar pada sungai untuk peristiwa
masuknya air untuk menentukan proporsi air yang bergerak di atas
tanah dengan yang ada di bawah tanah.

3.3.1 Laju Infiltrasi


Laju dimana air masuk ke dalam tanah dari permukaan sebagai fungsi dari
laju input-air (lelehan salju dan curah hujan) dan kapasitas infiltrasi, laju maksimum
yang tanah akan menerima air.
Daerah infiltrasi i(t) bergantung pada daerah pasokan (irigasi, hujan), namun
juga komposisi tanah. Infiltrasi kumulatif I(t), merupakan jumlah total dari air yang
berinfiltrasi selama periode yang diberikan :

Dimana
I(t) Infiltrasi kumulatif selama periode t (mm)
i(t) Daerah Infiltrasi selama periode t (mm/jam)

Ada 3 kondisi Infiltrasi


 Tidak ada Kolam : H = 0
 f  t   wt   f t 
 Laju Infiltrasi
ketika laju
masuknya air <
kapasitas infiltrasi

 Saturasi dari atas : H > 0


 wt   f  t   f t 
 Laju masuknya air
> laju Infiltrasi
dimana = kapasitas
infiltrasi
 Saturasi dari bawah : H > 0
 f t  = 0
 Muka airtanah naik
ke permukaan dan seluruh kolom tanah dijenuhkan
 Infiltrasi nilainya nol

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 54


3.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi

Faktor utama yang mempengaruhi Infiltrasi adalah :

 Tipe tanah (tekstur, struktur, karakteristik hidrodinamik). Karakteristik tanah


mempengaruhi gaya kapilaritas dan penyerapan.
 Tutupan tanah. Tumbuhan memiliki pengaruh positif terhadap infiltrasi
dengan menambahkan waktu air masuk ke dalam tanah.
 Topografi dan morfologi lekuk lereng
 Pasokan aliran (intensitas hujan, aliran irigasi). Kelembaban tanah merupakan
faktor yang sangat penting dalam rezim infiltrasi. Rezim infiltrasi berkembang
berbeda pada waktu tanah kering atau basah.
 Kepadatan tanah disebabkan oleh tubrukan tetes hujan dan efek lainnya,
penggunaan alat-alat berat pertanian yang berakibat buruk pada lapisan
permukaan tanah.

Gambar 27 rezim infiltrasi bergantung pada waktu untuk berbagai tipe tanah yang
berbeda [after Musy,2001]

3.3.3 Hidrologi Secara Horizontal Zona Aerasi

Zona air re mbesan tanah


 Zona saturasi atau phreatik (sumur bawah tanah)
 Tekanan air positif
 Hidrostatik dengan tanpa aliran dan penambahan serta
kedalaman

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 55


Zona tegangan saturasi (pinggiran kapiler)
 bagian terendah dari vadose (level dangkal) Zona yang
berdampingan ke permukaan air rembesan dan dijenuhkan
dengan air pembuluh kapiler
 negatif namun tekanannya relatif tinggi dari awal hingga nol
pada muka air rembesan sampai pada tegangan masukan pada
puncak zona ini.
 Ketinggian dari zona ini sebanding dengan tegangan masukan
udara (cm) dan bervariasi dari pasir kasar yang tidak dapat
dilihat oleh mata hingga beberapa meter pada tanah lempung.
Zona pe rtengahan (intermediate zone)
 Zona dimana air akan merembes dari zona akar ke muka
airtanah
 Mungkin saja horizon yang besar pada daerah gurun dengan
muka air rembesan tanah yang rendah, atau tebal atau secara
musiman akan hilang dimana muka airtanah dekat dengan
permukaan dan akar memanjang hingga pinggiran pembuluh
kapiler.
Zona Akar
 Lapisan teratas dimana tumbuhan mengambil air
 Air masuk melalui infiltrasi dan dikeluarkan melalui
evapotranspirasi dan rembesan
 Pendistribusian kembali air rembesan tanah

Pendistribusian Ke mbali Air Rembesan

 Gaya pembuluh kapiler (difusi)

 Lebih besar daripada gaya gravitasi dengan laju rendah


infiltrasi dan tanah yang subur
 Air pembuluh kapiler didifusikan sepanjang gradient tekanan
uap, misalnya jauh dari pinggiran pembuluh kapiler dan dari
sabutk air gravitasi merembes melalui zona vadose menuju
tanah yang lebih kering.
 Pada tanah yang berat, bagian tanah yang basah menyebar,
sehingga gaya kapilaritasnya tinggi

Pengaliran secara gravitasi

 Air yang berinfiltrasi merembes melalui zona aerasi sebagai


sabuk dari air gravitasi yang berhubungan dengan presipitasi
atau kejadian lelehan salju.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 56


 Air gravitasi akan merembes melalui zona airtanah, kecuali
aliran masuk yang dibantu oleh konduktivitas hidraulik vertical
rendah dan relative lebih tinggi dibandingkan konduktivitas
hidraulik arah menyamping
 Dengan laju infiltrasi yang tinggi dan tanah kasar, ada
perbedaan yang tajam antara tanah pada kapasitas lapang atau
tanah yang berada pada bagian transisi

3.4 Hukum Darcy dan Konduktivitas Hydraulik


3.4.1 Hukum Darcy

Hukum Darcy menyatakan secara kuantitatif 1-D aliran air pada tanah yang
jenuh dan dituliskan sebagai :

J = –Ki Eq. 1

Dimana, J merupakan fluks air (atau aliran air), K merupakan konduktivitas


hidraulik, dan i merupakan gradient hidraulik. Tanda negative menjaga K tetap positif
dan menjaga agar terintegrasi secara langsung, gradient hidraulik selalu berkurang
pada arah yang sama dengan aliran air. Untuk lebih sederhananya, tanda minus pada
rumus di atas merupakan cara untuk menghilangkan gradient hidraulik yang
berkurang terhadap arah aliran air.Hukum Darcy singkatnya dapat disebut sebagai :
aliran air yang sebanding dengan pusat gradient hydraulik (i)

3.4.1.1 Fluks Air


Fluks air (J) didefinisikan sebagai :
Q
J Eq. 2
At
Dimana J merupakan banyaknya air, Q merupakan pergerakan melalui area
perpotongan per satuan waktu (t) (gambar 3.6).

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 57


Gambar 28 Illustrasi Persamaan Fluks Air
(http://soils.usda.gov/technical/technotes/note6fig1.jpg )

Fluks dapat dianggap sebagai air yang mengalir melalui selang karet. Fluks merupakan
laju air yang dibuang oleh selang karet tersebut, dibagi oleh diameter selang karet tersebut
(e.g., gal/jam in2 atau in3 /jam in2 = in/jam).

3.4.2 Gradien Hidrolik


Gradien hidraulik menggambarkan keefektifan gaya pembangkit di belakang
gerak air dan didefinisikan sebagai :
H
i
l

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 58


Dimana merupakan perbedaan atau perubahan potensial air total antara titik
pada tanah, dan l merupakan jarak antara titik. Pusat hidraulik mewakili potensial air
rembesan tanah (lihat pembahasan di bawah). Gradien hidraulik merupakan selisih
antara total pusat hidraulik per satuan jarak.

Potensial Rembesan air tanah


Potensial Rembesan air tanah merupakan gaya pembangkit di belakang gerak
air. Keuntungan utama dari konsep ‘potensial’ adalah menyediakan kesatuan ukuran
dimana
rangkaian kesatuan dimana perubahan air dapat dihitung pada kapan saja dan
dimanapun juga sepajang ruang kesatuan tanah-tumbuhan-atmosfer (Hillel, 1980).
Air rembesan tanah merupakan pokok dari beberapa gaya. Gaya-gaya yang termasuk
di dalamnya adalah gravitasi, tekanan hidrolik.
Untuk Aliran Jenuh : Dua gaya pembangkit utama merupakan komponen yang
tergabung dari pusat tekanan dan pusat gravitasi. Jadi, total potensial rembesan air
tanah, yang juga dikenal dengan sebutan total pusat hidrolik (H), dapat dinyatakan
dengan :
H  Hg  HP
Dimana : Hg = pusat gravitasi, dimana posisi vertikal dari titik relatif yang dipilih dari
ketinggian untuk data yang tunggal (lihat gambar 3.8). Hp = Pusat tekanan yang
disebabkan adanya penggabungan. Nilainya nol pada permukaan muka airtanah dan
akan bertambah (memiliki nilai yang positif) dengan kedalaman di bawah permukaan
muka airtanah (e.g., Hip pada Gambar 3.8)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 59


Gambar 29 Illustrasi Gradien hidrolik
(http://soils.usda.gov/technical/technotes/note6fig1.jpg )

3.4.3 Konduktivitas Hidraulik


Konduktivitas hidrolik jenuh merupakan ukuran kemampuan tanah yang
jenuh untuk seberapa banyak air diteruskan ketika diarahkan pada gradien
kemiringan. Ini dapat dianggap sebagai keleluasaan dimana pori-pori tanah yang
jenuh memungkinkan pergerakan air.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 60


Gambar 30 Konduktivitas hidrolik
Diagram menunjukkan hubungan antara fluks dan gradien hidrolik.
Konduktivitas hidrolik (K) merupakan lekukan yang menegaskan adanya hubungan.
Garis titik menunjukkan bahwa pada kondisi setara gradien hidrolik, tanah dengan
konduktivitas yang tinggi memiliki fluks yang tinggi pula.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 61


BAB IV EVAPORASI &
TRANSPIRASI
(EVAPOTRANSPIRASI)

Hidrologi merupakan suatu ilmu yang sangat komplek untuk dipelajari.


Hidrologi banyak menyangkut ilmu- ilmu lainnya. Seperti geologi, tanah, vegetasi,
pertanian, cuaca dan lain- lain.
Penelitian hidrologi sering dilakukan hanya yang menyangkut beberapa aspek
yang sifat hubungannya satu sama lain. Seperti aliran sungai dihubungakan dengan
kemiringan tanah, macam tanah, vegetasi dan hujan. Sedang evaporasi dan
evapotranspirasi adalah juga merupakan kegiatan yang sangat mendasar untuk
dipelajari bagian demi bagian dan pemanfaatan sumber-sumber air sebelum
pekerjaan-pekerjaan pelaksaan desain dan operasi pengairan yang dilakukan.

4.1 Pendahuluan
Evaporasi dari permukaan air, evapotranspirasi permukaan air, tanah dan
tumbuh-tumbuhan adalah cukup penting ditinjau dari sudut hidrologi seperti operasi
sitem dari suatu waduk, atau untuk pembantu analsia menentukan debit sungai yang
dihitung dari data hujan.
Secara umum dapat dikatakan evaporasi dan evaptranspirasi adalah elemen
yang penting untuk mempelajari sumber-sumber air. Akan tetapi walaupun kedua
elemen stersebut di atas dirasakan cukup penting, namun kita secara langsung tidak
dapat menentukan besarannya. Apalagi untuk massa air dan permukaan tanah yang
luas. Untuk mengatasi hal itu ahli-ahli hidrologi dari banyak negara menganjurkan
penggunaan metode- metode Glass Apan dan Lysimeter.
Guna menentukan penguapan dari suatu waduk atau evapotranspirasi daerah
aliran sungai dapat ditentukan dengan metode water budget dan metode lainnya.
Namun kedua metode tersebut sulit dipraktekkan karena menyangkut banyak faktor-
faktor iklim dan hidrologi yang harus dipelajari.
Metode perkiraan evaporasi dan evapotranspirasi yang cukup banyak
dipergunakan antara lain adalah metode :
 Thorntwaite
 Blaney-Criddle

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 62


 Hargreaves
 Penman
 Turc
Semua metode di atas, perhitungannya didasarkan kepada elemen klimatologi.
Untuk mendapatkan elemen-elemen klimatologi itu maka klimatologi atau stasion
agroklimatologi harus dibangun di daerah penelitian. Pada stasiun tersebut dicatat
pada klimatologi seperti :
a. Temperatur udara maksimum dan minimum
b. Sinar matahari
c. Kelembaban udara
d. Kecepatan angin
e. Radiasi matahari
f. Evaporasi pada Class A pen
g. Temperatur air dalam Class A pen
Menurut kenyataan pengumpulan data di atas ternyata tidak semudah
teorinya, hal ini dikarenakan menyangkut dua faktor teknis dan non teknis,seperti
ketelitian alat, penempatannya di lapangan, mobilisasi sang pengamat, yang secara
menyeluruh menyebabkan data sering terputus-putus.
Pada akhir-akhir ini di Indonesia sudah ada pemikiran lain untuk dapat
memperkecil tingkat evaporasi dan inflitrasi agar air yang terlah ditampung dari suatu
waduk tidak hilang secara percuma begitu saja, terutama di daerah-daerah yang
memiliki kondisi sungai kecil dengan tingkat penguapan yang tinggi.
Faktor apa saja yang mempengaruhi hilangnya air (atau evaporasi bersih) pada
atmosfer :
1. Temperatur : naiknya temperatur , disebabkan oleh naiknya aktivitas molekul
air dan hilangnya molekul air, hal ini mempengaruhi nilai bersih evaporasi.
Temperatur air dan temperatur permukaan yang diuapkan. Hal ini
membutuhkan energi masukan yang banyak untuk merubah dari cair menjadi
gas. Temperatur (evaporasi) merupakan fungsi dari lintang, musimanm waktu
perhari, dan perawanan.
2. Kelembaban relatif udara : udara yang panas dapat menampung uap air lebih
banyak daripada udara yang beku. Pengukuran kandungan uap air atmosfer
dinyatakan dalam persen. Berapa persen uap air yang telah dijenuhkan di
udara. Semakin tinggi kelembaban relative, laju evaporasi akan menurun.
Terkadang, ini dapat juga berarti tekanan uap berkurang – dimana perbedaan
tekanan uap antara permukaan air dan atmosfer.
3. Kecepatan angin; semakin besar kecepatan anginnya, udara semakin
bercampur, dan kemungkinan untuk terjadi evaporasi. Kestabilan udara atau
udara yang diam juga mempengaruhi laju evaporasi.
Selain yang disebutkan di atas temperatur permukaan merupakan faktor yang
paling berpengaruh dalam evaporasi. Daerah dengan permukaan yang panas akan
mendapatkan evaporasi yang besar. Artik dan Antartika, atau lintang-menengah

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 63


pada saat musim dingin, evaporasi akan sangat rendah. Laut memiliki permukaan
air yang terbuka, daerah tropis dan subtropis, evaporasi sangat tinggi.
4. Ketersediaan Uap Air : Evaporasi Aktual (Actual Evaporation) terjadi pada
permukaan tertentu. Pasokan air pada tanah terbatas, tumbuhan mengalami
kesulitan untuk mengekstrak air, dan Evaporasi Aktual akan menurun begitu
pula Evaporasi Potensial.
Kapasitas Lapang : kandungan kelembaban tanah maksimum
dibawah drainase yang bebas.
Titik Pelenyapan : kelembaban air tanah akan habis
menuju titik dimana tanaman mulai layu.

Evaporasi Potensial : Transfer kelembaban dari permukaan yang bervegetasi yang


disebut sebagai Evaporasi Potensial (EP), dan ketika pasokan kelembaban pada tanah
mulai tak terbatas. Evaporasi sebanding dengan radiasi bersih, misalnya :
R
PE  n
L
L = Panas Laten Evaporasi – 1 mm evaporaso membutuhkan 59 kalori persatuan luas.
Efek Oasis : jika area yang diairi dikelilingi oleh lapangan yang kering laju
R
evaporasi dapat melebihi n sekitar 25-30%. Air yang berjalan pada permukaan
L
yang luas akan mengambil kelembaban yang secukupnya untuk mengurangi laju
evaporasi.
Laju Evaporasi Potensial ditentukan oleh total ketersediaan energi
sepanjang di tempat tersebut tersedia air tanah yang tak terbatas.

4.2 Evaporasi dan Evapotranspirasi pada Lingkungan


Kejadian hujan yang jatuh ke permukaan bumi adalah merupakan proses dari
faktor- faktor meteorologi. Telah dijelaskan di bab sebelumnya.
Secara garis besar evaporasi dan evapotranspirasi terjadi di udara, vegetasi,
danau, sungai, salju, tanah, batu dan di daerah rawa.
Jadi nampak evaporasi dan evapotranspirasi terjadi secara serentak terjadi di
seluruh lingkungan yang secara langsung maupun tidak mempengaruhi aktivitas
manusia

4.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Evaporasi Dan Evapotranspirasi


Faktor-faktor yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi telah lama
diketahui. Akan tetapi sukar untuk dievaluasi tersendiri untuk menentukan elemen

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 64


cuaca mana yang lebih dominan, hal ini dikarenakan adanya interdependent dan efek
dari masing- masing faktor.
Faktor-faktor cuaca yang mempengaruhi evaporasi dan evapotranspirasi
antara lain adalah suhu udara, angin, perbedaan tekanan udara, sinar matahari, hujan ,
dan lain- lain.
Kondisi cuaca berubah dari waktu ke waktu dari suatu daerah, maka hasil
pengukuran evaporasi dan evapotranspirasi adalah hanya merupakan perkiraan rata-
rata saja.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 65


4.4 Beberapa Macam Metode Perkiraan Evaporasi Dan Evapotranspirasi

Gambar 31 Metode Panci Evaporasi


(http://www.fao.org/docrep/S2022E/)
4.4.1 Perkiraan Evaporasi
Cara-cara memperkirakan evaporasi masih tetap dalam perkembangannya.
Belum ada suatu standardisasi yang sifatnya universal, baik untuk Class A pan
maupun evaporimeter. Class A pan baik bentuknya maupun penggunaannya
tidak sama.
4.4.2 Class A Evaporasi pan
Class A pan penggunaannya cukup luas saat ini. Pemakaiannya bermacam-
macam, ada yang diletakkan di atas tumpukan tanah, diapungkan di atas air
(danau) dan ada pula yang dikuburkan hingga permukaan air dalam Class A
pan kira-kira sama dengan permukaan tanah. (perhatikan gambar 31)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 66


Gambar 32 Panci Penguapan Bundar Class A Evaporasi
(http://www.fao.org/docrep/S2022E/)

Gambar 33 Panci Evaporasi Segiempat (dkenal dengan nama Sunken Colorado


pan)
(http://www.fao.org/docrep/S2022E/)

Prinsip dari panci evaporasi adalah sebagai berikut :

- Panci evaporasi dipasang pada permukaan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 67


- Panci evaporasi diisi dengan air yang telah diketahui kuantitasnya (area
permukaan Panci evaporasi diketahui, begitu pula kedalaman air telah
dihitung)
- Air dapat menguap selama periode waktu tertentu (biasanya 24 jam). Sebagai
contoh, setiap pagi pada jam 7 pagi merupakan saat pengukuran diambil.
Curah hujan, jika ada diukur pada saat itu juga.
- Setelah 24 jam, kuantitas air yang tersisa (contohnya Kedalaman air) dihitung
- Banyaknya evaporasi persatuan waktu (perbedaan antara kedua pengukuran
dengan kedalaman air) dihitung, inilah yang disebut panci evaporasi : E pan
(dalam mm/24 jam)
- E pan dikalikan dengan Koefesien pan, K pan, untuk mendapatkan Eto
(Evapotranspirasi pada tanaman)

Rumus : PET = K panci × E panci


Dengan PET merupakan Evapotranspirasi tanaman
K panci : Koefesien Panci
E pan : Panci Evaporasi

Jika tinggi air dalam panci turun dengan sangat drastis (dikarenakan hujan
yang kurang), air ditambahkan ) (lihat gambar 33). Tinggi air pada saat penambahan
air dan pengurangan air juga dicatat. Jika tinggi air naik secara cepat, air dikurangi
dari panci penguapan (lihat gambar 3.5) dan tinggi air sebelum dan sesudahnya
dicatat pula.

Gambar 34 Air yang ditambahkan pada panci ketika air berkurang secara drastis
(http://www.fao.org/docrep/S2022E/)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 68


Gambar 35 Air yang dikurangkan pada panci ketika air bertambah dengan cepat
(http://www.fao.org/docrep/S2022E/)

Penentuan K panci

Ketika mengunakan panci penguapan untuk menentukan ETo, sejogjanya dilalukan


perbandingan antara evaporasi pada air permukaan panci dan evapotranspirasi pada
rumput yang standar. Tentu saja air pada panci dan rumput tidaklah bereaksi tepat
sama terhadap iklim. Untuk itu diperlukan koefesien spesial, yaiut K panci untuk
menghubungkan satu sama lain.

Koefesien panci, K panci tergantung pada :

- tipe panci yang digunakan


- lingkungan sekitar panci; contohnya panci ditaruh pada area yang kosong atau
area dengan tumbuhan
- iklim : kelembaban dan kecepatan angin

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 69


Untuk Class A panci evaporasi, K panci bervariasi anta ra 0,35 dan 0,85. rata-rata K pan =
0,70

Untuk panci segiempat (Sunken Colorado pan), K pan bervariasi antara 0,45 dan 1,10. rata-
rata K pan = 0,80

K panci tinggi jika : K panci rendah jika :


Panci diletakkan pada area yang tidak ditumbuhi Panci diletakkan dekat dengan
tanaman tanaman
Kelembaban Tinggi (lembab) Kelembaban rendah (kering)
Kecepatan angin rendah Kecepatan angin tinggi
4.4.3 Lysimeter : merupakan Blok tertutup tanah dengan tutup vegetasi
mirip yang dipunyai lingkungannya.
PE = Presipitasi + Perubahan Berat - Perkolasi
Evaporimeter Tipe Thorntwaite : pasokan kelembaban dijaga oleh blok
“irigasi” ketika kapanpun dirasakan perlu.
PE = Presipitasi + air yang ditambahkan - Perkolasi
4.4.4 "Evapotron": alat yang digunakan untuk transfer kelembaban. Hanya
digunakan untuk penelitian saja. Lebih banyak digunakan di Australia.
4.4.5 Metode Thorntwaite
Perkiraan evapotranspirasi potensial yang mempergunakan data klimatologi
dikembangkan oleh Thorntwaite untuk menentukan waterbudget dari suatu daerah
aliran sungai. Ia mengemukakan rumus umum sebagai berikut :
PET  c.t a
Dimana : PET = evapotranspirasi potensial dalam cm untuk 30 hari dengan lama
penyinaran matahari 12 jam tiap-tiap hari
t = temperatur rata-rata bulanan dalam Cº
c dan a = koefesien tahunan indek I, I sendiri merupakan penjumlahan
lahan dari indeks panas bulanan i selama 12 bulan
t
i ditentukan dengan rumus i   1,514
5
Untuk koefesien a diselesaikan dengan rumus :
a  675.10 9 I 3  771.10 7 I 2  1792.10 5 I  0,49239
1
c
I
Maka rumus di atas menjadi
a
 10t 
PET  1,6 
 I 

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 70


Untuk memperkirakan PET dengan metode Thorntwaite ini harus diketahui
temperatur rata-rata bulanan dan lintang lokasi stasiun meteorologi.
Perkiraan PET menurut Thorntwaite ini dapat juga dengan mempergunakan
nomograf, dan untuk mempergunakan nomograf harus ditentukan terlebih dahulu
indeks panas tahunan. Untuk lebih jelasnya akan diberikan pada Praktikum
Hidrometeorologi.

4.4.6 Metode Blaney-Gridle


Blaney-Gridle telah mengadakan percobaan dan penelitian di bagian barat
Amerika Serikat dengan beberapa tumbuh-tumbuhan atau crop untuk memperkirakan
evapotranspirasi. Mereka berpendapat besarnya evapotranspirasi sangat bervariasi
sesuai dengan keadaan temperatur, lamanya penyinaran matahari dan kelembaban
udara bagi bermacam- macam tumbuhan.
Dari eksperimen-eksperimen yang mereka lakukan hingga didapat rumus
evapotranspirasi potensial seperti di bawah ini :
PET  K . p.0,4572t  8,128
Dimana :
K = koefesien consumtive use consumtive use yang tergantung dengan tipe
dan tempat tumbuh-tumbuhan
t = temperatur rata-rata bulanan
p = presentasi jumlah daytime hour dalam tahunan
Besarnya koefesien K Blaney-Gridle mengemukakan 0,80 dan 0,60 masing-
masing untuk daerah yang dekat dengan pantai dan di daerah arid atau kering. Bagi
daerah tropik kemungkinan koefesien K = 0,75 bagi tanama n alfalfa.
Metode Blaney-Gridle merupakan metode yang sederhana, dengan hanya
menggunakan data pengukuran temperatur. (lihat gambar 3.6). Yang harus diingat,
adalah bagaimanapun juga, metode ini tidak terlalu akurat, ini menyediakan perkiraan
kasar atau orde magnitude. Terutama dibawah kondisi klimat yang ekstrem, Metode
Blaney-Gridle tidak akurat, untuk area berangin kuat, kering, area yang panas, PET
diabaikan (lebih dari 6-%), namun di daerah calm, lembab, area berawan, PET
diperhitungkan (lebih dari 40%).

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 71


Gambar 36 Metode Blaney-Gridle
(http://www.fao.org/docrep/S2022E/)

4.4.7 Metode Penman


Metode Penman ini untuk memperkirakan evapotranspirasi potensial
didasarkan atas keseimbangan energi untuk menghitung perubahan volume air antara
penguapan permukaan dan atmosfer. Untuk itu Penman mengemukakan rumus
sebagai berikut :
   n
PET  RA1  r  0,18  0,55  T 4 (0,56  0,08 e  0,10  0,90 
n
 N   N

Dimana :
PET = Evapotranspirasi potensial dalam mm/hari
RA = maksimum solar radiasi dalam Cal/cm2 .
a = albedo untuk penguapan permukaan
d = pengukuran lamanya sinar matahari pada pos dalam jam dan
persepuluhan
H = lamanya hari astronomi dalam jam dan persepuluhan
δ = Konstanta dari Stefan-Boltzman = 1,1810.10-7 Cal/cm2 /hari/ºK
T = Temperatur udara dalam sangkar dalam ºK

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 72


e = pengukuran tekanan uap air dalam mb
ew = maksimum tekanan uap air dalam temperatur T
ea = hubungan tekanan uap air jenuh dengan slop kemiringan kurva
temperatur T
Untuk menghitung evapotranspirasi potensial menurut rumus Penman di atas, data
klimatologi yang diperlukan adalah :
a. Temperatur rata-rata Harian
b. Albedo yang diperkirakan, untuk yang kira-kira menyeluruh berwarna hijau,
umumnya tumbuhan seperti di daerah persawahan dan lain- lain. Perkiraan
albedo untuk tempat-tempat permukaan lain adalah :

Daerah Pasir 0,26


Daerah Batu 0,16
Daerah Hutan 0,11
Daerah Semak 0,22
Tumbuh-tumbuhan hijau 0,20
Permukaan air 0,50 sampai
0,15
Tabel 4 Albedo Perkiraan albedo untuk tempat-tempat permukaan

Kesulitan dalam mempergunakan rumus Penman ini adalah dalam memperkirakan


faktor e, yaitu pengukuran uap air dalam mb di bawah sangkar. Akan tetapi untuk
mengatasi hal ini dapat ditentukan dengan rumus di bawah ini :
 U 
e w  e  e w 1  
 100 
Dimana :
ew = tekanan uap air maksimum (mb) pada temperatur T
U = % kelembaban udara
Akan lebih dijelaskan pada praktikum Hidrometeorologi

4.5 Perhitungan dan Perkiraan Evaporasi


Prinsip metode yang digunakan untuk menghitung evaporasi adalah :

4.5.1 Metode Keseimbangan Energi


Merupakan total bersih radiasi gelombang panjang dan pendek yang diterima oleh
permukan (Rn) yang terjadi dari tiga proses sebagai berikut :
a) Transfer panas sensibel (H)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 73


b) Panas Laten (LE) ke atmosfer, dan
c) Panas Sensibel ke bawah tanah (G)
Rn  H  LE  G
Rn didapatkan dengan menggunakan netto radiometer
G : data didapatkan dari profil temperatur, fluks panas tanah
H : dipakai Rasio Bowen
H
B
LE
Rasio gradien vertikal temperatur dan tekanan uap
R  G 
E n
L1  B 
Transformasi dari satu gram air menjadi uap air pada temperatur danau normal
membutuhkan sebanyak 590 kalori energi panas. Panas Laten evaporasi air
bervariasi antara 596 kalori per gram pada 0ºC hingga 580 kalori per gram pada
27ºC, dan menuju 540 kalori per gram pada 100 ºC
Qs  Qrs  Qlw  Qh  Qe  Qv  Qve  Q0
Dimana
Qs: Radiasi matahari yang datang
Qrs: Radiasi matahari yang dipantukan
Qlw: Radiasi gelombang panjang dari air ke atmosfer
Qh: Panas laten sensibel yang ditransfer dari pertukaran
turbulent dari air ke atmosfer
Qe: energi yang digunakan untuk evaporasi
Qv: Energi bersih yang diadveksi ke danau oleh aliran air.
Qve: Energi yang diadveksi keluar dari badan air oleh air yang
berevaporasi
Qo: Perubahan yang disalurkan ke danau
Semua unit kalori persatuan sentimeter (langleys)
Transfer panas sensibel tidak dihubungkan dengan Rasio Bowen yang tidak
berdimensi (R), didefinisikan sebagai :
Q
R  h  0.00061PTs  Ta E s  E a 
Qe
Dimana :
P : Tekanan Atmosfer (mb)
Ts dan Ta : Temperatur permukaan air dan udara
Es dan Ea : Tekanan Uap dari permukaan air dan udara
Qe C Ts  Tb 
Qve 
L
Dimana : C : panas spesifik air (kalori/gram/ ºC)
Tb : temperatur acak yang digunakan pada perhitungan, 0 ºC

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 74


L : Panas laten Penguapan (590 kalori/gram)
Qs Qrs Qlw  Qv Q0 
1 R  C Ts Tb 
Qe  L
Jumlah energi yang digunakan untuk evaporasi (Q e) yang dihubungkan dengan
kedalaman evaporasi (E0 ) oleh persamaan
Q
E0  e
Lp
p merupakan massa jenis air (gram/cm3 )

Qs  Qrs  Qlw  Qv  Q0 


E0 
pL1  R   Ts  Tb 

4.5.2 Metode Aerodinamis (Metode Transfer Massa)


Memperhitungkan faktor yang mengendalikan penghilangan uap air dari
permukaan yang diuapkan. Gradien vertikal kelengasan dan aliran turbulens udara.
Berdasarkan kecepatan angin dan kekurangan tekanan :
E0  Nf (U )( E s  E a )
N : Konstanta, koefesien transfer massa
f(U) : suatu fungsi kecepatan angin
Es : Tekanan Uap permukaan air
Ea : Tekanan uap udara
4.5.3 Metode Kombinasi
Penman (1963) menyatakan PE sebagai fungsi ketersediaan radian energi (Rn)
dan batasan (Ea) yang mengkombinasikan pengurangan penjenuhan dan kecepatan
angin.
Rn = 0.75 S - Ln

0.75 S : Radiasi matahari yang diserap oleh permukaan padang


rumput 25% albedo (koefesien
Ln: Radiasi Gelombang panjang bersih dari permukaan
Ea = F(U) (Es-E)

F(U) = 0.35*(I+0.01u) untuk rumput yang pendekfor short


grasses
u: Kecepatan angin pada 2 meter (mil/hari)
Es: Tekanan penjenuhan uap (mmHg) pada rataan
tekanan air
E: Tekanan uap sebenarnya pada rataan temperatur dan
kelembaban
Persamaan Oliver :

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 75


PE = (T-Tw)*(L/L2)
PE  T  Tw 
L
L2
T: Rata-rata temperatur bulananmean monthly temperature
Tw: Rata-rata temperatur wet-bulb

4.5.4 Formula Te mperatur


Formula Temperatur : Thornthwaite menghubungkan pengamatan dengan
penggunaan air di daerah pengairan di sebelah barat U.S terhadap temperatur udaram
dengan penyusaian terhadap panjangnya hari.
a
 10T 
PE (mm / bulan)  1.6 
 I 
T: Rata-rata temperatur bulanan
a: fungsi empiris I
1.514
T 
I: Penjumlahan (Jan-Des)  
5
Budyko:
Rn 0
PE (mm / tahun)   0.18 T
L
Rno: Radiasi Budget Netto untuk tanah yang basah.
 T : Penjumlahan rata-rata temperatur harian lebih
besar dari 10ºC

Turc:
P
AE 
2
 p
0.9   
I
P: Presipitasi tahunan (mm)
I: 300  25T  0.05T 3

4.5.5 Perkiraan Neraca


Perkiraan Aerologi
E  D  P S
S: Perubahan Tampungan pada tumpukan kolom udara
D: divergensi atau konvergensi netto uap air keluar atau
menuju kolom

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 76


4.5.6 Evaporasi pada Salju
Diperkirakan 676 kalori yang dibutuhkan untuk merubah salju menjadi uap
air. Tekanan uap air memiliki batas atas 6,11 mb; < 6,11 mb ketika evaporasi terjadi.(
U.S. Army Corps of Engineers (1956))
E s  0,0231Z a U a E s  E a 
0,33

Ea: cm/hari
Za: ketinggian di atas permukaan salju
Ua: Kecepatan angin (km/hari)
Es-Ea: tekanan uap air dalam mb
4.6 Pengurangan Evaporasi
Pengurangan evaporasi dengan mengendalikan laju penguapan air adalah penting dari
segi ekonomi. Hal ini dapat dilakukan denagn berbagai cara:
 Mengurangi permukaan air yang terbuka (reservoir, danau, saluran,
singai, dan lain- lain) hingga minimum
 Menutup dengan bahan yang mengapung yang memiliki koefisien
refleksi yang tinggi
 Menggunakan suatu penutup plastik yang mengapung
 Menyediakan suatu atap di atas kawasan
 Menghilangkan vegetasi yang tidak perlu (khususnya dalam air) yang
menyebabkan transpirasi tinggi
 Menggunakan lapisan permukaan. Setil alkohol (atau disebut
heksadekonal) memberikan hasil yang memuaskan (Roberts, 1957)
 Menyimpan air pada reservoir tanah. Ini juga disukai dengan maksud-
maksud untuk pemurnian (dengan infiltrasi)
 Memperlakukan tanah dengan bahan-bahan kimia (seperti setil alkohol)
untuk mengurangi transpirasi. Teknik ini masih dalam penelitian
(Eagleson,1970)`

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 77


BAB V
DEBIT AIR SUNGAI

Jika intensitas curah hujan maupun lelehan salju melebih laju infiltrasi, maka
kelebihan air mulai berakumulasi sebagai cadangan permukaan. Bila kapasitas
cadangan permukaan dilampaui (merupakan fungsi depresi permukaan dan gaya
tegangan muka), limpasan permukaan mulai sebagai suatu aliran lapisan yang tipis.
Pada akhirnya, lapisan aliran ini berkumpul ke dalam saluran sungai yang diskrit.
Dalam artian yang umum, air yang mengalir pada saluran-saluran yang kecil ini,
parit-parit, sungai-sungai dan aliran-aliran merupakan kelebihan curah hujan terhadap
evapotranspirasi, cadangan permukaan dan air bawah tanah.
Dalam kepustakaan kata-kata yang berlainan seperti limpasan, aliran sungai, debit
sungai digunakan untuk mengartikan sesuatu yang sama (Chow, 1964 dan Ward,
1967). Untuk mengatasi sebagian kesulitan tersebut terminologi berikut digunakan di
sini.
- Limpasan : Bagian presipitasi (juga konstribusi-konstribusi permukaan dan
bawah permukaan) yang terdiri atas gerakan gravitasi air dan nampak pada
saluran permukaan dari bentuk permanen maupun terputus-putus. Kata-kata
yang sinonim : aliran sungai, debit sungai maupun produksi tangkapan.
- Aliran murni : Limpasan yang tidak dipengaruhi oleh pengaliran buatan,
simpanan, maupun tindakan manusia lainnya pada atau di atas saluran
maupun pada daerah aliran sungai.
- Limpasan permukaan : Bagian limpasan yang melintas di atas permukaan
tanah menuju saluran sungai. Kata-kata yang sinonim : limpasan di atas lahan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 78


(beberapa ahli membedakan limpasan permukaan dengan limpasan di atas
lahan)
- Limpasan bawah permukaan (limpasan hujan bawah permukaan, aliran bawah
permukaan) : Limpasan ini merupakan sebagain dari limpasan permukaan
yang disebabkan oleh bagian-bagian presipitasi yang berinfiltrasi ke tanah
permukaan dan bergerak secara lateral melalui horizon-horizon tanah bagian
atas menuju sungai. Kata-kata yang sinonim : aliran hujan bawah permukaan,
aliran bawah permukaan, aliran antara dan perembesan.
- Limpasan permukaan langsung : Bagian limpasan permukaan memasuki
sungai secara langsung setelah curah hujan maupun lelehan salju. Limpasan
ini sama dengan : kehilangan presipitasi (=intersepsi + inflitrasi +
evapotranspirasi + cadangan permukaan). Kata-kata sinonim adalah :
limpasan langsung dan limpasan hujan. Limpasan permukaan langsung
adalah sama dengan hujan efektif jika hanya hujan yang terlibat dalam
membentuk limpasan permukaan. Kelebihan presipitasi (atau kelebihan curah
hujan) adalah sama dengan konstribusi presipitasi terhadap limpasan
permukaan.pada gambar 37, tip-tipe limpasan dan alirannya disajikan.
Presipitasi dalam setiap bentuk, jatuh ke atas vegetasi, batuan gundul, tanah,
permukaan, permukaan air dan saluran sungai (selanjutnya disebut presipitasi
saluran). Air yang jatuh di atas vegetasi diintersepsi (yang kemudian
berevaporasi dan /atau mencapai permukaan tanah) selama suatu waktu
maupun secara langsung jatuh di atas tanah (khususnya pada kasus dengan
hujan-hujan berintensitas tinggi dan lama). Bagian hujan yang pertama
membasahi permukaan tanah dan vegetasi. Selanjutnya, lapisan tipis air
dibentuk di atas permukaan tanah yang disebut dengan detensi permukaan.
Jika lapisan air ini menjadi lebih besar (atau lebih dalam), maka aliran air
mulau berbentuk laminer. Namun, jika kecepatan aliran meningkat maka
turbulensi juga meningkat. Aliran ini disebut Limpasan Permukaan. Air yang
mengalir ini akhirnya mencapai saluran sungai dan menambahkan debit

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 79


sungai. Selama perjalanan limpasan permukaan (Q s) air disimpan di atas
permukaan tanah sebagai cadangan depresi. Air yang berinfiltrasi yang hilang
dari presipitasi dapat memberikan konstribusi terhadap debit saluran melalui
limpasan bawah permukaan(Q ss) dan/atau debit air tanah (Q g ).
Seperti yang telah dijelaskan panjang lebar di atas, rangkaian air yang
memebrikan konstribusi kepada debit sungai dapat dirangkum sebagai berikut ;
a. Presipitasi (atau saluran) langsung
b. Limpasan permukaan
c. Limpasan bawah permukaan
d. Debit airtanah
e. Lelehan salju
Satuan debit adalah volume per waktu (m3 /detik, liter/hari, m3 /tahun, dan lain).

5.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Limpasan


Faktor-faktor yang mempengaruhi volume total limpasan
A. Faktor-faktor iklim
- Banyaknya presipitasi
- Banyaknya evapotranspirasi
B. Faktor-faktor Daerah Aliran Sungai
- Ukuran Daerah aliran sungai
Tinggi tempat rata-rata daerah aliran sungai (pengaruh orografis)

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 80


Gambar 37 Limpasan Permukaan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 81


Gambar 38. Tipe-tipe Limpasan dan alirannya

5.2 Hubungan Curah Hujan dengan Limpasan


Dalam mengkaji hubungan curah hujan
dengan limpasan, penting sekali mempertimbangkan
pembagian tahun yang baru. Tahun air lebih baik
daripada tahun kalender, karena pembagian didasarkan
atas awal dan akhir tahun pada suatu waktu ketika
aliran sungai berada pada keadaan yang terendah.
Hubungan antara curah hujan dan limpasan
tidaklah langsung. Di antara keduanya, evaporasi,
intersepsi, cadangan depresi, cadangan salju dan
infiltrasi kemiringan, bentuk, ketinggian, tata guna

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 82


lahan, geologi daerah aliran langsung dari curah hujan dengan limpasan untuk hujan
angin individual biasanya tidak menghasilkan korelasi yang memuaskan. Sekalipun
demikian, adalah mungkin untuk membuat suatu hubungan empiris untuk suatu
daerah aliran sungai tertentu yang didasarkan atas jumlah-jumlah dalam tahun-air.
Pada iklim- iklim sedang dan tropis, iklim basah, umumnya diperoleh suatu
hubungan garis lurus. Rumus empiris dari type tersebut, Q  cP  L , memberikan
hubungan itu. Sebaran titik tahunan di sekitar garis lurus disebabkan oleh keragaman
tahunan, yaitu :
a) Evapotranspirasi
b) Tinggi muka air pada tahun sebelumnya
c) Agihan presipitasi tahunan dan musiman

Gambar 39 Hubungan Antara Curah Hujan Dengan Limpasan


Hubungan curah hujan dengan limpasan atas dasar bulan adalah jauh lebih
rumit dibandingkan atas dasar tahunan. Hal ini disebabkan karena kondisi

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 83


sebelumnya memainkan peranan yang lebih penting dalam mengatur limpasan.
Kerapkali hubungan tersebut tidak jelas. Hubungan curah hujan dan limpasan dapat
lebih diperbaiki bila faktor- faktor lainnya seperti selang tahun (minggu dalam
setahun), lamanya hujan angin,
5.3 Konsep Hidograf
Hidograf adalah suatu grafik yang menunjukkan keragaman limpasan (dapat
juga tinggi muka air, kecepatan, beban sedimen, dll) dengan waktu. Hidograf periode
pendek terdiri atas beberapa cabang naik, puncak (maksimum) dan cabang turun.
Bentuk umum hidograf ini dikendalikan oleh faktor-faktor meteorologis (jumlah dan
intensitas curah hujan, dll), agihan (agihan areal dan waktu curah hujan) dan tanah.
Karena itu, hidrograf merupakan salah satu tanggapan aliran sunga terhadap masukan
curah hujan.
Anggaplah proses limpasan sebagai hasil dari curah hujan yang diagihkan
secara seragam (dalam waktu dan luas) pada suatu tangkapan, (gambar 5.2)

Gambar 40 Komponen Hidograf Periode Pendek


Proses ini dapat dilakukan dalam 5 tahap, yaitu:
Tahapan I : Periode tak hujan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 84


i. Air tanah memberikan ar terhadap sungai sebagai aliran dasar (baseflow) dan
karena itu muka air tanah menurun, yang menyebabkan mengeringnya lapisan
tanah tak jenuh.
ii. Evapotranspirasi menambah meningkatnya defisiensi lengas tanah (kapasitas
lapangan minus kandungan air aktual)
iii. Hidograf hanya merupakan suatu kurva deplesi dan limpasan sungai adalah
100% dari air tanah
Tahapan II : Periode hujan awal
i. Sebagian curah hujan ditahan oleh intersepsi
ii. Sebagian dari hujan ditahan sebagai cadangan depresi
iii. Hampir tidak terdapat limpasan permukaan. Air hanya digunakan untuk
membatasi tanah
iv. Hidograf berubah dari kurva deplesi ke cabang naik
Tahapan III : Kesimpulan hujan
i. Cadangan depresi berada pada kapasitas maksimum
ii. Infiltrasi mulai
iii. Limpasan permukaan mulai (Qs) dan menyebabkan peningkatan yang terus
menerus pada tinggi muka air sungai
iv. Defisiensi lengas tanah menurun. Diduga bahwa perkolasi belum berlangsung.
Oleh karena itu, muka air tanah tetap pada tinggi muka air yang sama karena
tidak terdapat pengisian kembali.
Tahapan IV : Berhentinya hujan
i. Air yang masih bersisa di atas tanah mengalir sebagai limpasan permukaan ke
sungai
ii. Infiltrasi berlanjut
iii. Limpasan sungai disebabkan oleh air dalam kanal, cadangan kanal (R), dan
menurun dengan waktu

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 85


iv. Pada titik Z, cadangan kanal adalah nol dan limpasan sungai disebabkan oleh air
yang dipasok oleh air tanah. Hal ini juga disebabkan akhir dari limpasan
permukaan.
Tahapan V : Periode tak hujan yang baru
i. Lengas tanah berada pada kapasitas lapangan
ii. Akifer diisi kembali. Karena itu, air tanah mulai menambah limpasan sungai
iii. Kurva deplesi yang baru berlanjut
Kita sekarang akan mengetahui bahwa debit yang diukur di suatu sungai terdiri atas
dua komponen, yaitu :
Q = limpasan permukaan + limpasan air tanah (aliran dasar)
Misalnya,
Q1 = aliran dasar
Q2 = aliran dasar + limpasan permukaan
Q3 = aliran dasar (termasuk pengisian kembali air tanah) + limpasan
permukaan
Bila kita membandingkan curah hujan dengan hidrograf maka
Volume hujan yang dipresipitasikan = i At d
Dimana : i = intensitas curah hujan
A = luas daerah aliran sungai
td = lama curah hujan
i At d = kehilangan + limpasan permukaan + pengisian kembali air tanah
Kehilangan = defisiensi lengas tanah + intersepsi + cadangan depresi +
evapotranspirasi
Curah hujan efektif = limpasan permukaan
Pada umumnya sebagai berikut :
i At d = kehilangan +  Q dt   Q
s d dt

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 86


Untuk hidograf- hidograf jangka panjang (misalnya 1 tahun) prinsip-prinsip proses
limpasan yang dibahas di atas tetap sama. Tipe-tipe utama hidograf jangka panjang
dibedakan sebagai berikut :
a) Hidograf bergigi : baik karena curah hujan yang berintensitas tinggi maupun
kapasitas infiltrasi yang rendah, lahu curah hujan yang berlebihan (menjadi
limpasan permukaan) seringkali dijumpai menyebabkan fluktuasi yang kecil,
karena limpasan permukaan pada suatu keragaman limpasan di seluruh
musim. Konstribusi air tanah selalu dapat ditemukan dengan menghubungkan
titik-titik yang rendah pada hidograf dengan kurva yang lebih halus.
b) Hidograf halus : Baik karena curah hujan yang berintensitas rendah maupun
kapasitas infiltrasi yang tinggi, air tanah yang mengisi sungai menjadi
dominan. Hidograf yang dihasilkan adalah halus dan menunjukkan
maksimum setelah musim hujan, yang secara berangsur-angsur menurun
hingga akhir periode musim kemarau.
c) Tipe hidograf yang ketiga adalah apa yang sering ditunjukkan oleh sungai-
sungai yang besar. Selama musim penghujan debit terutama disebabkan oleh
limpasan permukaan. Pada bulan-bulan sisanya, hidograf mengambil bentuk
kurva deplesi air tanah yang sederhana
5.4 NERACA AIR
5.4.1 Metoda F.J.Mock
Rincian air yang mauk (inflow) dan yang keluar (outflow) ke dan dari siklus
hidrologi untuk satu wilayah selama periode tertentu dinyatakan dalam
kesetimbangan air (water balance)
Meskipun konsepnya sederhana, dalam prakteknya penentuan dan
perhitungan water balance cukup rumit. Karena prosesnya tergantung pada banyk
faktor dan saling terkait serta mempengaruhi satu sama lain.
Dalam studi water balance ini, tahapan pertama adalah mengindentifikasi
komponen-komponen berdasarkan proses siklus hidrologi. Asumsi yang digunakan
oleh F.J.Mock (Mock,1973) adalah semua air dapat mengisi tanah dengan

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 87


penggunaan utama untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kelebihan air
mengisi soil moisture sampai mencapai harga maksimum dan sisa air akan dihitung
sebagai water surplus. Kehilangan air dalam hal ini evapotranspirasi, mengasumsikan
bahwa air selalu tersedia cukup di alam, tetapi alam tidaklah demikian. Sehingga
perlu menghitung evapotranspirasi minimal (limited evapotranspiration) yang terjadi
pada musim kering.
Perumusan evapotranspirasi minimal adalah sebagai berikut :
m18  n 
^ E  Ep
20
Dimana :
^E : Perbedaan antara potensial evapotranspirasi dengan evapotranspirasi minimal
Ep : potensial evapotranspirasi (mm/bln) metode Penman
n : jumlah air setiap bulan
m : prakiraan permukaan yang tidak tertutup permukaan
Nilai faktor m dapat diperkirakan melalui tutupan lahan dan jumlah hari hujan dalam
setiap bulan.
5.4.2 Prosedur Perhitungan Water Balance F.J.Mock
Dalam perhitungan water balance dengan metode F.J.Mock terdapat
beberapa tahap pengolahan data yang harus dikerjakan, yaitu sebagai berikut :
5.4.2.1 Perhitungan Evapotranspirasi
Data Klimatologi :
a. Temperatur (T)
b. Kelembaban (RH)
c. Jumlah hari hujan (n)
d. Kecepatan angin pada ketinggian 2 meter (W2)
Berdasarkan persamaan Penman :

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 88


AH  0,27 E a
E
A  0,27
 
H  R1  r 0,18 _ 0,55S   T 4 0,56  0,092 e d 0,1  0,9S 
E a  0,35e a  e d k  0,01W2 
Dengan :
E : Potensial evapotranspirasi (mm H2 O/hari)
Ea : Evaporasi (mm H2 O/hari)
A : Kemiringan kurva tekanan uap air jenuh pada suhu udara (Tabel 5.1)
B : T 4 = radiasi black body pada temperature udara (mm H2 O/hari) (Tabel 5.2 )
ea : tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata (mmHg) (Tabel 5.3)
ed : tekanan uap sebenarnya (mmHg)  ed = RH ea
R : Radiasi solar pada permukaan horizontal d i atas atmosfer (mm H2 O/hari) (Tabel
5.4)
r : koefesien refleksi (%)
S : Radiasi matahari
W2 : kecepatan angin pada ketinggian 2 meter (mil/hari)
K : koefesien kekasaran, k= 0,5 untuk permukaan air, k = 1 untuk tanaman.
Kecepatan angin standar adalah pada ketinggian 10 meter, sehingga perlu dikoreksi
untuk mendapatkan kecepatan angin pada ketinggian 2 meter, dengan rumus sebagai
berikut :
Vh
 0,233  0,656 log 10h  4,75
V10
Dengan :
Vh : kecepatan angin pada ketinggian h meter
V10 : kecepatan angin pada ketinggian 10 meter
h : ketinggian dalam meter
Sunshine :
S   2,25n  90% dengan n adalah jumlah hari hujan.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 89


Potensial evapotranspirasi yang dihitung ini adalah potensial evapotranspirasi harian,
sehingga untuk bulanan dikalikan dengan banyaknya hari dalam setiap bulannya.
5.4.2.2 Evapotranspirasi Minimal
Evapotranspirasi potensial mengasumsikan bahwa air selalu tersedia cukup
di alam, tetapi kenyataannya tidaklah demikian, sehingga perlu dihitung minimalnya
(aktualnya).
Dengan persamaan :
d 
E  E p  m (mm/bln)
 30 

Dimana :
E : Perbedaan antara potensial dan evapotranspirasi minimal
Ep : evapotranspirasi potensial (mm/bln)
m : perkiraan permukaan yang tidak tertutup tanaman
d : jumlah hari kering setiap bulan
3
d  27  n, dengan n jumlah hari hujan per bulan
2
Sehingga :
m
E  E p  18  n 
 20 
Dengan :
m = 0  hutan
m = 20% - 60%  daerah perkotaan
m = 10%  tumbuhan hijau
EI  E p  E

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 90


5.4.3 Perhitungan Neraca Kesetimbangan Air
5.4.3.1 Rata-Rata Curah Hujan
Curah hujan bulanan dihitung dengan memakai cara Thiessen atau
rata-rata. Hal ini telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
5.4.3.2 Kelebihan Air (Ws)
Ws  CH  El
Dengan :
Ws : Water surplus
CH : curah hujan rata-rata bulanan
El : evapotranspirasi minimal
Air hujan yang turun dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan
evapotranspirasi. Bila curah hujan dikurangi evapotranspirasi bernilai negatif, maka
terjadi lengas tanah (soil moisture) berkurang dari harga maksimum. Tetapi bila curah
hujan dikurangi evapotranspirasi bernilai positif, maka terlebih dahulu mengisi
kekurangan harga lengas tanah sehingga mencapai harga maksimum. Kelebihan air
terjadi bila kelebihan air setelah lengas tanah telah maksimum dan kelebihan air ini
merupakan water surplus. Nilai lengas tanah didasarkan pada tekstur tanah dan
tumbuh-tumbuhan (ada pada tabel)
 Soil Moisture (lihat tabel)
 Soil storage : pada bulan kering (R-Ep) > 0  soil storage negatif
 Water surplus > 0 bila soil storage dan (R-Ep) > 0
5.4.3.3 Run Off dan Ground Water Storage
a. Infiltrasi
Faktor infiltrasi didasarkan pada porositas jenis tanah, vegetasi, suhu, dan
lain- lain (lihat tabel )
Infiltrasi (I) = k Ws

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 91


qt
Dengan k adalah faktor infiltrasi berdasarkan  k , atau berdasarkan
q0
pada porositas jenis tanah (lihat tabel 5.5)
b. Storage Volume

Vn  KVn 1 
1
1  K in
2
K : konstanta potensial Ground Water Storage = koefesien alir tanah (lihat
tabel)
c. Base Run Off (Base Flow)
Bn  I n  Vn1  Vn  (mm/thn)
d. Direct Run Off (DRO)
DRO = Ws  Ln (mm/thn)

e. Run Off (RO)


RO = DRO + Bn (mm/thn)

Tabel 5 Hubungan Temperatur dan Kemiringan kurva tekanan uap air


jenuh
T(ºC) 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30

A 0.342 0.385 0.432 0.464 0.541 0.603 0.671 0.746 0.820 0.917 1.013

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 92


Tabel 6 Hubungan Temperatur dan B (konstanta Boltzman)
T(ºC) B
25 15.92
26 16.1
27 16.34
28 16.56
29 16.79
30 17.01

Tabel 7 Hubungan Antara suhu dan Ea


T(ºC) Ea (mmHg)
25 23.76
26 25.73
27 26.98
28 28.59
29 30.20
30 31.82

Tabel 8 Hubungan lintang dengan radiasi matahari (R)


Lintang R
10º LU 14.23
0º 14.43
10º LS 14.20

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 93


Tabel 9 Tabel Porositas Pada Batuan Endapan
No Material Porositas
(%)
1 Kerikil kasar 28
2 Kerikil sedang 32
3 Kerikil 34
4 Pasir kasar 39
5 Pasir Menengah 39
6 Pasir Halus 43
7 Lumpur (siflt) 46
8 Lempung (clay) 42
9 Batu Pasir Putih halus 33
10 Batu Pasir Putih sedang 37
11 Batu Kapur 30
12 Dolomite 26
13 Bukit Pasir 45
14 Loess 49
15 Peat 92
16 Schist 38
17 Batu Lumpur 35
18 Batu Lempung 43
19 Batu Sabak (shale) 6
20 Tilt Dominan Lumpur 34
21 Tilt Dominan pasir 4
22 Tuff 41
23 Basalt 17
24 Gabbro Lapuk 13
25 Granite Lapuk 45

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 94


5.5 Analisis Banjir Perioda Ulang dan Penanggulangannya
Definisi banjir banyak ragamnya, kita mengenal 2 macam banjir, yang
pertama adalah terjadinya peristiwa genangan pada daerah yang biasanya kering; dan
yang kedua adalah terjadinya pada limpasan air pada alur sungai yang disebabkan
karena debit pada sungai melebihi kapasitas pengalirannya.
Banjir tidak menjadi persoalan selama peristiwa tersebut tidak menimbulkan
persoalan bagi kehidupan manusia. Namun sejak manusia bermukim dan melakukan
berbagai kegiatan di daerah dataran banjir, persoalan banjir akan timbul dan sejak itu
pula manusia telah berusaha mengurangi kerugian-kerugian yang disebabkan oleh
banjir. Sejalan dengan proses berkembangnya masyarakat baik jumlah penduduk
maupun tingkat kehidupannya, maka persoalan yang ditimbulkan oleh banjir dirasa
semakin meningkat pula. Apabila kita lihat bahwa peristiwa banjir pada umumnya
adalah merupakan interaksi dari kejadian alam biasa dan pengaruh perbuatan manusia
itu sendiri.
Pengendalian banjir pada umumnya hanyalah merupakan usaha untuk
mengurangi kerugian akibat banjir berhubung tindakan ini mempunyai keterbatasan.
Usaha pengendalian banjir secara mutlak adalah tidak mungkin dilakukan selain juga
tidak ekonomis. Pengendalian banjir yang dikerjakan pada suatu sungai pada
umumnya dinyatakan dalam pengendalian pada besara debit banjir tertentu, yang
dinyatakan dalam periode ulang atau dalam persen kemungkinan terjadinya debit
banjri dalam satu tahun.
5.5.1 Sebab-Sebab Terjadinya Persoalan Banjir
Pada umumnya persoalan banjir ditimbulkan oleh dua hal, yaitu : banjir
sebagai akibat tindakan perbuatan manusia, dan yang ditimbulkan oleh keadaan dan
peristiwa alam tanpa campur tangan manusia.
- Persoalan banjir yang timbul akibat perbuatan manusia

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 95


a) Timbulnya daearh-daerah pemukiman sehingga genangan banjir
pada daerah tersebut yang semula bukan merupakan persoalan
bagi manusia lambat laun berubah menjadi persoalan
b) Alur sungai semakin menyempit disebabkan oleh adanya
pemukiman sepanjang kiri-kanan alur sungai tersebut.
c) Debit sungai (puncak banjir) untuk periode ulang tertentu
menjadi lebih besar yang pada umumnya disebabkan oleh
perubahan-perubahan tata guna lahan baik yang berada di daerah
hulu maupun yang berada di daerah hilir, dan perubahan tata
guna lahan di daerah hulu sungai dapat memperbesar run off dan
memperkecil peresapan
d) Kurangnya kesadaran masyarakat antara lain berupa kegiatan
pemanfaatan sungai dan saluran-saluran untuk tempat
pembuangan sampah sehingga menimbulkan banjir.
- Persoalan banjir yang ditimbulkan oleh keadaan dan peristiwa alam
tanpa campur tangan manusia
a) Curah hujan yang tinggi yang menimbulkan debit air sungai
lebih besar dari kapasitas alur sungai
b) Terjadinya pembendungan pada muara sungai akibat air pasang
dari laut
c) Terdapatnya hambatan-hambatan terhadap aliran sungai yang
disebabkan oleh faktor geometri alur sungai
d) Kemiringan sungai yang sangat landai sehingga kapasitas
pengaliran kecil
Pada umumnya penyebab timbulnya persoalan banjir pada suatu sungai
adalah merupakan interaksi dari beberapa macam penyebab yang telah disebutkan di
atas.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 96


5.5.2 Banjir Periode Ulang
5.5.2.1 Metode Banjir Periode Ulang
Untuk menentukan debit banjir dapat dilakukan berbagai cara, misalnya
dengan persamaan empiris, hidograf satuan dan model simulasi. Selama data
pengamatan banjir tidak tersedia atau tidak cukup untuk membuat hidograf satuan,
maka pendekatan lain yang dapat dilakukan adalah membuat model simulasi. Model
simulasi didasarkan bahwa debit aliran pada suatu outlet basin merupakan hasil
proses hidrologi yang ada dalam basin tersebut.
Model simulasi merupakan suatu proses deterministik yang terdiri dari
serangkaian persamaan matematik yang mewakili serangkaian kejadian di dalam
suatu sistem hidrologi untuk selama periode waktu yang telah ditentukan. Hasil yang
didapat menjelaskan berbagai proses yang ada pada suatu siklus hidrologi dengan
menggunakan teori yang sudah dikembangkan.
Dalam memperkirakan banjir rencana tertinggi untuk setiap daerah
pengaliran sungai terlebih dahulu dicari besarnya curah hujan tiap-tiap jam dari curah
hujan rencana. Untuk itu terlebih dahulu dicari besarnya curah hujan rata-rata harian
maksimum yang terjadi tiap tahun.
Dengan menggunakan metode frekuensi analisis Daerah Pengaliran Sungai
sesuai dengan tahun berulangnya (return period), kemudian diplot pada Gumbel`s
paper. Curah hujan rencana yang didapatkan adalah besarnya curah hujan harian,
sedangkan untuk memperkirakan debit banjir yang tertinggi perlu dipelajari curah
hujan per jam. Untuk itu perlu dikumpulkan pola-pola curah hujan tertinggi yang
pernah terjadi pada setiap Daerah Pengaliran Sungai yang diambil dari pos hujan
otomatik yang ada di sekitar daerah pengaliran sungai, dalam hal ini terlebih dahulu
dibuat Mass Curve Rainfall. Dengan diketahuinya pola distribusi curah hujan per jam
dan besarnya curah hujan rencana per jam yang merupakan input ke dalam model.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 97


5.5.2.2 Memilih Banjir Rencana
Dalam menentukan besarnya periode ulang (return period) yang cocok bagi
suatu perencanaan proyek tertentu, maka selalu dengan probability (kemungkinan)
dan resiko kegagalannya.
Apabila banjir rencana mempunyai periode ulang (return period) sama
dengan T tahun dan resiko r, dari banjir rencana yang terjadi dalam L umur proyek
yang direncanakan ialah :
 1
r  1  1   L
 T
dimana , r = resiko terjadinya banjir (kegagalan)
T = periode ulang (return period)
L = periode tahun tertentu (umur proyek yang direncanakan)
Sebagai contoh, apabila suatu banjir rencana yang besarnya periode ulang
(return period) 20 tahun dan akan terjadi dalam 3 tahun mendatang, maka terjadinya
resiko kegagalan adalah sebagai berikut :
 1 
r  1  1  3
 20 
 1  0,953
 0,143
atau 14%, selanjutnya pada tabel di bawah ini ditunjukkan hubungan periode ulang
(return period) yang diperlukan dengan suatu resiko kegagalan dengan umur proyek.
Tabel di bawah ini menunjukkan percent probabilitas dari N-tahun kejadian banjir
dalam suatu periode tertentu.
Sebagai contoh pada tabel tersebut kemungkinan banjir 200 tahunan terjadi
pada 2 tahun mendatang adalah sebesar 1%.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 98


Tabel 10 Probabilitas dari N Tahun Kejadian Banjir
Jumlah
tahun 5 10 20 50 100 200 500 1000
dalam
periode
tertentu
1 20 10 5 2 1 0.5 0.2 0.
2 33 19 10 4 2 1 0.4 0.
3 45 27 14 6 3 1.5 0.6 0.
5 63 41 22 10 5 2.5 1 0.
10 87 65 40 18 9 5 2 1
20 98 88 64 33 17 10 4 2
30 99.8 96 78 45 24 14 6 3
60 - 99.8 94 70 43 26 11 6
100 - - 99.4 87 60 39 18 9
200 - - - 98.2 74 6363 33 18
500 - - - - 99.6 92 63 39
1000 - - - - - 99.3 96 63
N = rata-rata periode ulang T tahun
Tabel 11 Probabilitas Banjir untuk 1 tahun

Flood Probabilities for any one year


"Year" Probability Percent Flows

500 0.002 00.2% Extreme

100 0.010 01.0% Heavy to extreme

50 0.020 02.0% Moderate

25 0.040 04.0% Light to moderate

10 0.100 10.0% Light

5 0.200 20.0% Mild

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 99


5.5.2.3 Analisis Probabilitas Debit Banjir
Analisis probabilitas didefinisikan sebagai besarnya debit banjir dengan
suatu probabilitas P yang terjadi atau dilampaui dalam setiap tahun. Periode ulang
(return period) T disebut sebagai ganti dari probabilitas P dalah banjir rencana.
Periode ulang dari probabilitas secara matematis berlawanan :
1
P
T
Banyak formula untuk menentukan plotting position ,tetapi yang paling umum
dipakai adalah Weibul sebagai berikut :
m N 1
P atau T 
N 1 m
dimana P = probabilitas banjir rencana
m = nomor urut (ranking) dari kejadian banjir yang diurut dari besar ke kecil
N = jumlah data
T = periode ulang (return period)
Berbagai formula lain dari probabilitas plotting (secara grafis) untuk
menentukan periode ulang T, seperti tabel 5.8
Tabel 12: Formula untuk menentukan periode ulang (return period) T
Formula T Distribusi T untuk N=50 , m =
- California (1923) N 50
m
- Hazen (1930) 2N Normal 100
2m  1
- Weibul (1939) N 1 Normal & Pearson III 51
m
- Blom (1958) N  0,25 Normal 80,4
m  0,375

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 100


- Beard (1962) N  0,4 Pearson II 72
m  0,3
- Gringorten (1963) N  0,12 Exponential, extreme value I 89,5
m  0,44

Apabila diperkirakan distribusi data mengikuti normal distribusi, maka


1
dalam memplot hubungan besarnya kejadian banjir dan probabilitas dilakukan
T
pada kertas normal, dalam perhitungan frekuensi distribusi cara lainnya dikenal
berupa Gumbe’l, Log-Pearson type III, EVI fungsi distribusi log Normal.
5.5.2.4 Kemungkinan Banjir Maksimum (Probable
Maximum Flood)
Dalam penelitian ini, juga diperkirakan banjir yang mungkin terjadi
Probable Maximum Flood (PMF) sesuai dengan kemungkinan terjadinya hujan
tertinggi atau Probable Maximum Precipitation(PMP). Hujan terbesar yang mungkin
terjadi diperkirakan dengan Metode Empiris Hershfield yang dinyatakan sebagai
berikut +
PMP  X  K  S n
dimana, PMP = Probable Maximum Precipitation (mm)

X = rata-rata curah hujan maksimum


Sn = standard deviasi (mm)
K = konstanta (=15)
Untuk itu, dicari terlebih dahulu besarnya curah hujan tertinggi per jam yang
mungkin terjadi di setiap daerah pengaliran sungai. Dengan cara yang sama seperti
dalam memperkirakan banjir rencana tertinggi, dimana basin dan run off
characteristics, initial condition, base flow, soil moisture index dan besarnya curah
hujan per jam (PMP), sebagai input ke dalam Model Simulasi, didapatkan besarnya

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 101


banjir yang mungkin terjadi Probable Maximum Flood (PMF) di daerah pengaliran
sungai.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 102


DAFTAR PUSTAKA

Chow, Ven Te, Ph.D., 1983 : Handbook of Applied Hydrology A Compendium of


Water Resources Technology, McGraw-Hill, New York.

Gumbel, E.J, 1954 : Statistical Theory of Draughts: Proceeding of ASCE Volume 80,
Separate 439.

Kumpulan Makalah : Analisa Hidograp. Direktorat Jenderal Pengairan. Departemen


Pekerjaan Umum. Indonesia.

Lehre, Andre, DR., 2000 : Penman Approach To Evaporation And


Evapotranspiration. Handouts Lecture, Dept. of Geology, Humboldt State
University. USA.
Linsley, R.K., M.A. Kohler dan J.L.H. Paulus. 1958 : Hydrology for Engineers
McGraw-Hill, New York.

Mock, F.J, DR., 1973 : Land Capability Appraisal Indonesia, Water Availability
Appraisal. Report Prepared for Land Capability Appraisal Project. Food And
Agriculture Organization of the United Nations. Bogor, Indonesia.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 103


Runtiarko, Ir., M.Sc., 1993 : Analisa Banjir Perioda Ulang dan Penanggulangannya.
Makalah Seminar Aspek Geofisika dalam Mitigasi Bencana Alam, Aula
Barat – ITB, Bandung, Indonesia.

Seyhan, Ersin., 1990 : Dasar-Dasar Hidrologi. Gajah Mada University Press.


Indonesia.
Todd, David Keith, 1923 : Groundwater Hydrology Second Edition. John Wiley &
Sons, Canada.

Ward & Robinson, 2000 : Evapotranspiration, Journal Reading Manual. USGS


Website. USA.

Wilson, E.M., 1993 : Hidrologi Teknik. Edisi keempat. Penerbit ITB, Indonesia

World Meteorological Organization., 1983 : Guide to Hydrological Practices Volume


II Analysis,Forecasting and Other Applications. Secretariat of the World
Meteorological Organization – Geneva – Switzerland.

Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 104


Oleh Hidrometeorologi oleh Muhammad Edisar 105

Anda mungkin juga menyukai