Modul Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini disusun untuk memenuhi salah
satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik
Sipil Universitas Negeri Semarang
Dosen Pembimbing :
Arie Taveriyanto, S.T, M.T
Disusun oleh
Hilmi Azka Fauzy (5111417031)
Dalam penulisan laporan ini sesungguhnya masih jauh dari kata sempurna,
sehingga untuk kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan sehingga lebih
bermanfaat bagi orang lain.
Penulis
A. Pendahuluan
Dalam proses pelaksanaan pembangunan suatu konstruksi terdapat hal yang
sangat penting untuk diperhatikan yaitu, penyelidikan tanah. Penyelidikan tanah
merupakan modal awal dari berdirinya suatu bangunan. Tanah harus diselidiki
untuk dapat mengetahui bagaimana sifat fisis tanah, dimana letak muka air tanah,
serta bagaimana daya dukung tanah. Dengan diperolehnya data tersebut, maka
struktur bangunan bawah atau pondasi dapat direncanakan. Penyelidikan tanah di
bawah merupakan data utama yang akan digunakan untuk membangun gedung 9
lantai, maka membutuhkan ketelitian dalam proses penyelidikan tanah.
B. Lingkup Pekerjaan
Pada proses penyelidikan tanah terdapat beberapa lingkup perkerjaan yang
berfungsi untuk memudahkan pengelompokan jenis pekerjaan dan mudah dalam
mendeskripsikan data tanah yang diambil. Berikut lingkup pekerjaan dalam
penyelidikan tanah :
a. Pekerjaan lapangan, yaitu proses pengambilan sampel tanah di lapangan
baik itu dengan menggunakan metode sondir maupun boring. Namun, dalam
pembahasan di bawah ini hanya menggunakan metode boring saja. Proses
pengambilan sampel tanah dengan metode boring dilakukan mencapai
kedalaman 40 m
b. Pekerjaan laboratorium, merupakan proses penyelidikan tanah untuk
menganalisis berbagai macam sifat fisis tanah baik itu gradasi butiran tanah,
batas-batas atterberg, berat jenis dan volume tanah, permeabilitas, serta daya
dukung tanah
a. Pekerjaan Lapangan
Dalam pekerjaan lapangan, pengambilan data tanah dilakukan dengan
menggunakan metode boring. Boring terdapat 2 macam berdasarkan peralatan yang
digunakan yaitu bor tangan dan bor mesin. Bor tangan hanya dapat digunakan untuk
mengambil sampel tanah dengan kedalaman 6-10 meter sedangkan bor mesin dapat
digunakan untuk mengambil sampel tanah mencapai kedalaman 30-40 meter.
- Analisa ayakan, untuk ukuran partikel partikel berdiameter > 0,075 mm
- Analisa hydrometer, untuk ukuran partikel partikel berdiameter < 0,075 mm
Gambar 6 Contoh palu yang sering digunakan uji SPT (sumber : SNI 4153-2008)
Deskripsi mengenai data tersebut di atas akan dijelaskan melalui beberapa tabel berikut ini :
BH-1
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Deskripsi Lapisan Tanah
(m) N2)
0-1,5 4 5 9 Lempung berlanau, berwarna cokelat gelap, keras
1,5-3,5 4 5 9 Lempung berlanau, berwarna cokelat kemerahan, keras
3,5-5,5 4 5 9 Lanau berlempung, berwarna cokelat kemerahan, keras
5,5-9,5 5 6 11 Lempung berlanau dengan sedikit pasir, berwarna cokelat muda, keras
9,5-13 5 7 12 Lempung berlanau, berwarna cokelat gelap, keras
13-15 30 20 50 Lanau berpasir, berwarna cokelat gelap, bergradasi baik, sangat padat
15-17 5 7 12 Lempung berlanau, berwarna cokelat gelap, keras
17-19 12 22 34 Lanau berlempung, berwarna abu-abu kecokelatan, keras
19-20 27 23 50 Pasir berlanau, berwarna abu-abu gelap, bergradasi baik, sangat padat
21-23 9 13 22 Lempung berlanau, berwarna abu-abu gelap, sangat keras
23-26 17 33 50 Pasir berlanau, bergradasi baik, berwarna abu-abu gelap, keras
26-30 >50 >50 >50 Pasir berlanau, berwarna abu-abu gelap, bergradasi baik, sangat padat
Tabel 1 Deskripsi bore hole 1
BH-2
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Deskripsi Lapisan Tanah
(m) N2)
0-1,5 2 2 4 Lempung berlanau, berwarna cokelat kemerahan, keras
1,5-3 3 3 6 Lempung berlanau, berwarna cokelat kemerahan, keras
3-5,5 4 5 9 Lempung berlanau, bergradasi baik, berwarna cokelat kemerahan, sedang
5,5-8 5 6 11 Lanau berlempung, bergradasi baik, berwarna cokelat gelap, keras
BH-3
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Deskripsi Lapisan Tanah
(m) N2)
0-1,5 1 2 3 Lempung berlanau, berwarna cokelat, lunak
1,5-3,5 2 3 5 Lempung berlanau, berwarna cokelat kemerahan, sedang
3,5-9 2 3 5 Lempung berlanau, berwarna cokelat, lunak
9-11,5 2 2 4 Lempung berlanau, berwarna cokelat muda, lunak
11,5-17 27 23 50 Lanau berpasir, berwarna cokelat muda, bergradasi baik, kepadatan sedang
17-19 12 16 28 Lanau berlempung, berwarna abu-abu gelap, sangat keras
19-20 17 33 50 Pasir berlanau, berwarna abu-abu gelap, bergradasi baik, sangat padat
20-30 >50 >50 >50 Pasir berlanau, berwarna abu-abu gelap, bergradasi sedang, sangat padat
Tabel 3 Deskripsi bore hole 3
BH-1A
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Deskripsi Lapisan Tanah
(m) N2)
Lanau berlempung dengan sedikit pasir dan gravel, berwarna cokelat kemerahan,
0-7,5 2 3 5
sedang
7,5-10 6 9 15 Lanau berlempung dengan sedikit pasir, berwarna cokelat gelap, keras
10-11,5 5 7 12 Lempung berlanau dengan sedikit pasir, berwarna cokelat, keras
11,5-14 4 4 8 Lanau berlempung dengan sedikit pasir, berwarna cokelat muda, keras
14-16,5 7 9 16 Lanau berlempung, bergradasi baik, berwarna abu-abu gelap, keras
16,5-18 19 26 45 Lanau berlempung, berwarna abu-abu gelap, keras
18-20 16 22 38 Pasir berlanau, berwarna abu-abu gelap, bergradasi baik, sangat keras
20-22 30 20 50 Pasir berlanau, berwarna abu-abu gelap, bergradasi baik, sangat keras
BH-2A
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Deskripsi Lapisan Tanah
(m) N2)
0-4 2 2 4 Lempung berlanau, berwarna cokelat kemerahan, keras
4-7,5 3 4 7 Lanau berlempung, berwarna cokelat gelap, sedang
7,5-10 5 6 11 Lempung berlanau, berwarna cokelat, keras
10-13,5 9 12 21 Lanau berlempung, berwarna cokelat gelap, organik, keras
13,5-16 6 8 14 Lempung berlanau, berwarna cokelat muda, keras
16-18 4 6 10 Lanau berlempung, berwarna abu-abu, keras
18-20 17 22 39 Lanau berlempung, berwarna abu-abu gelap, keras
20-21,5 13 16 29 Lanau berlempung, berwarna abu-abu gelap, sangat lunak
21,5-24 21 26 47 Pasir berlanau, berwarna abu-abu gelap, bergradasi baik, padat
24-27 28 22 50 Pasir berlanau, berwarna abu-abu gelap, bergradasi baik, sangat padat
27-32 >50 >50 >50 Pasir berlanau, berwarna abu-abu gelap, bergradasi baik, sangat padat
32-36 15 18 33 Lanau berlempung, berwarna abu-abu gelap, keras
36-38 10 12 22 Lempung berlanau, berwarna abu-abu kecokelatan, keras
38-40 11 11 22 Lempung berlanau, berwarna abu-abu muda kecokelatan
Tabel 6 Deskripsi bore hole 2A
Berdasarkan data tanah yang didapat dari hasil pengeboran tanah, terdapat
N-SPT. Nilai tersebut merupakan indikator kerapatan tanah. Tabel di bawah
menjelaskan mengenai tingkat kerapatan tanah.
BH-1
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Kerapatan Tanah
(m) N2)
0-1,5 4 5 9 Tidak padat
1,5-3,5 4 5 9 Tidak padat
3,5-5,5 4 5 9 Tidak padat
5,5-9,5 5 6 11 Kepadatan sedang
9,5-13 5 7 12 Kepadatan sedang
13-15 30 20 50 Padat
15-17 5 7 12 Kepadatan sedang
17-19 12 22 34 Kepadatan sedang
19-20 27 23 50 Padat
21-23 9 13 22 Kepadatan sedang
23-26 17 33 50 Padat
26-30 >50 >50 >50 Sangat padat
Tabel 10 Deskripsi kerapatan tanah relatif bore hole 1
BH-2
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Kerapatan Tanah
(m) N2)
0-1,5 2 2 4 Tidak padat
1,5-3 3 3 6 Tidak padat
3-5,5 4 5 9 Tidak padat
5,5-8 5 6 11 Kepadatan sedang
8-9,5 5 8 13 Kepadatan sedang
9,5-11,5 6 9 15 Kepadatan sedang
11,5-13,5 12 15 27 Kepadatan sedang
13,5-16 13 17 30 Kepadatan sedang
16-17,5 15 18 33 Padat
17,5-20 28 22 50 Padat
20-21,5 30 20 50 Padat
21,5-23,5 38 12 50 Padat
BH-3
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Kerapatan Tanah
(m) N2)
0-1,5 1 2 3 Sangat tidak padat
1,5-3,5 2 3 5 Tidak padat
3,5-9 2 3 5 Tidak padat
9-11,5 2 2 4 Tidak padat
11,5-17 27 23 50 Padat
17-19 12 16 28 Kepadatan sedang
19-20 17 33 50 Padat
20-30 >50 >50 >50 Sangat padat
Tabel 12 Deskripsi kerapatan tanah relatif bore hole 3
BH-4
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Kerapatan Tanah
(m) N2)
0-3,5 3 4 7 Tidak padat
3,5-7,5 3 4 7 Tidak padat
7,5-10 2 3 5 Tidak padat
10-11,5 9 10 19 Kepadatan sedang
11,5-14 9 11 20 Kepadatan sedang
14-17 32 18 50 Padat
17-20 27 23 50 Padat
20-25 >50 >50 >50 Sangat padat
25-26 15 21 36 Padat
26-30 >50 >50 >50 Sangat padat
Tabel 13 Deskripsi kerapatan tanah relatif bore hole 4
BH-1A
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Kerapatan Tanah
(m) N2)
0-7,5 2 3 5 Tidak padat
7,5-10 6 9 15 Kepadatan sedang
10-11,5 5 7 12 Kepadatan sedang
11,5-14 4 4 8 Tidak padat
14-16,5 7 9 16 Kepadatan sedang
16,5-18 19 26 45 Padat
18-20 16 22 38 Padat
20-22 30 20 50 Padat
22-24 23 27 50 Padat
24-27 30 20 50 Padat
27-30 >50 >50 >50 Sangat padat
30-33 >50 >50 >50 Sangat padat
BH-2A
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Kerapatan Tanah
(m) N2)
0-4 2 2 4 Tidak padat
4-7,5 3 4 7 Tidak padat
7,5-10 5 6 11 Kepadatan sedang
10-13,5 9 12 21 Kepadatan sedang
13,5-16 6 8 14 Kepadatan sedang
16-18 4 6 10 Tidak padat
18-20 17 22 39 Padat
20-21,5 13 16 29 Kepadatan sedang
21,5-24 21 26 47 Padat
24-27 28 22 50 Padat
27-32 >50 >50 >50 Sangat padat
32-36 15 18 33 Padat
36-38 10 12 22 Kepadatan sedang
38-40 11 11 22 Kepadatan sedang
Tabel 15 Deskripsi kerapatan tanah bore hole 2A
BH-3A
Kedalaman Jumlah SPT (N1 +
N1 N2 Kerapatan Tanah
(m) N2)
0-6 2 2 4 Sangat tidak padat
6-7,5 6 8 14 Kepadatan sedang
7,5-10 0,5 0,5 1 Sangat tidak padat
10-11,5 5 7 12 Kepadatan sedang
11,5-15 10 13 23 Kepadatan sedang
15-17,5 13 21 34 Padat
17,5-19,5 5 7 12 Kepadatan sedang
19,5-20 5 10 15 Kepadatan sedang
20-22 28 22 50 Padat
22-25,5 25 25 50 Padat
25,5-26,5 >50 >50 >50 Sangat padat
26,5-28 >50 >50 >50 Sangat padat
28-32 >50 >50 >50 Sangat padat
32-33,5 27 23 50 Padat
33,5-36 >50 >50 >50 Sangat padat
36-38 11 13 24 Kepadatan sedang
38-40 >50 >50 >50 Sangat padat
Tabel 16 Deskripsi kerapatan tanah relatif bore hole 3A