(PT. SESTI)
Juli 2022
1
SURVEY BENDUNGAN PENYIMPANAN
(PT. SESTI)
Juli 2022
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................1
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................3
DAFTAR TABEL.......................................................................................................4
1. PENDAHULUAN...............................................................................................5
1
4.1.4. Kondisi Hidrogeologi.............................................................................22
4.1.5. Pelapukan Masa Batuan.........................................................................25
4.2. EVALUATION OF MAIN ENGINEERING GEOLOGICAL PROBLEMS IN THE DAM
SITE (EVALUASI REKAYASA UTAMA MASALAH DI LOKASI BENDUNGAN)...........................26
4.2.1. Masalah Kebocoran Pondasi Bendungan dan Sekeliling Bendungan....26
4.2.2. Masalah Penyelesaian yang Tidak Merata.............................................26
4.2.3. Masalah Stabilitas Lereng......................................................................26
4.2.4. Masalah Anti-gerusan Massa Batuan di Hilir Badan Bendungan..........27
4.3. PARAMETER FISIK DAN MEKANIK MASSA BATUAN (TANAH).....................27
4.4. REKOMENDASI UNTUK JENIS BENDUNGAN DAN PERAWATAN PONDASI......26
7.1. KESIMPULAN................................................................................................30
7.2. SARAN UNTUK LANGKAH SELANJUTNYA.....................................................30
8. APPENDIX......................................................................................................VII
2
DAFTAR GAMBAR
3
DAFTAR TABEL
Rencana Bendungan………………………………………………………………………………………………………..29
4
1. Pendahuluan
Proyek bendungan penampung air sepanjang 16 KM terletak di sudut tenggara Kabu
paten Morowali, Pulau Sulawesi, Sulawesi Tengah, Indonesia. Proyek ini terletak di sisi barat
PT. Indonesia Morowali Industrial Park (PT. IMIP). Tujuan konstruksi proyek ini terutama unt
uk berfungsi sebagai persediaan air dan reservoir penyesuaian untuk produksi dan tempat ting
gal di area PT. IMIP.
Menurut informasi awal yang diberikan oleh PT. IMIP, Waduk 16 KM terletak di ana
k sungai kelas satu di tepi kanan sungai di daerah ini, dan lokasi bendungan telah ditentukan
dengan jumlah kuota air yang akan tertampung 5 juta meter persegi. Jenis bendungan umumn
ya mempertimbangkan bendungan material lokal, dan fasilitas melimpah terletak di tepi kiri.
Kekhawatiran tentang sifat-sifat teknik di bawah bendungan yang melibatkan timbunan
batuan timbunan sebagai material dam, dianggap penting oleh kontraktor (PT. Sinomine
Exploration and Surveying Technology Indonesia), karena belum ada analisis data mengenai
pondasi bendungan, sehingga menjadi perhatian serius dalam memutuskan perawatan untuk
pondasi dan tahap konstruksi. Perawatan pondasi merupakan bagian penting dalam
perencanaan pembangunan DAM. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mencegah bendungan
dari kegagalan pada DAM. Terdapat empat jenis keruntuhan pada DAM, pertama kegagalan
blow out, kedua piping atau erosi internal, ketiga solusi pada material batuan yang mudah
terurai, dan keempat sloughing dapat menyebabkan tekanan rembesan atau saturasi yang akan
menyebabkan redaman pada DAM. hilir. Beberapa parameter dapat berubah selama aktivitas
kontinu di atas permukaan, seperti kohesi, dan derajat kekuatan geser, kekuatan, kondisi
batuan atau tanah. Namun analisis pada proyek ini baru dilakukan berdasarkan data pemboran
dan analisis laboratorium.
5
proyek dan sesuai dengan kondisi setempat.
6
dokumen diserahkan. Hasil survei akan diserahkan untuk penggunaan desain
dalam waktu satu bulan.
(2) Tahap kedua: dengan kebutuhan mendalam dari pekerjaan desain atau jika
masalah teknik dan hidrogeologis yang sangat mempengaruhi pembangunan
bendungan ditemukan, sesuaikan dan tingkatkan pekerjaan eksplorasi
tambahan yang sesuai secara tepat waktu.
7
Tabel 1.2. Referensi dan Standar Pekerjaan Pengeboran Geotenik di Proyek Bendungan
16 KM Morowali, Sulawesi Tengah
STANDARD Remark
NO
Code Year Source
8
2. Geologi Regional Lokasi Pekerjaan
Daerah penelitian masuk pada daerah Lembar Geologi Regional Bungku, daerah ini
dibagi menjadi lima satuan, yakni dataran rendah, dataran menengah, pebukitan menggelomb
ang, kras serta pegunungan. Morfologi dataran rendah umumnya mempunyai ketinggian antar
a 0-50 m mdpl. Morfologi dataran menengah menempati daerah sekitar Desa Tokolimbu juga
Tosea.
Sedangkan morfologi pebukitan menggelombang, berketinggian antara 100 - 400 m
mdpl dan morfologi karst, memiliki ketinggian antara 400-800 m mdpl, dicirikan oleh adanya
pebukitan kasar, sungai bawah tanah maupun dolina. Pola Aliran Sungai umumnya meranting.
Beberapa sungai memiliki pola hampir sejajar, yaitu S. Bahudopi, S. Bahumahoni juga S. Wos
u.
Lokasi Penelitian
9
Gambar 2.1. Peta Geologi Regional Lokasi Pekerjaan
10
Gambar 3.2. Korelasi Satuan Peta Geologi
Formasi batuan yang berkembang pada area penelitian diantaranya:
Aluvium (Qa) : lumpur, lempung, pasir, kerikil, serta kerakal.
Formasi Tokala (TRJt) : perselingan batugamping klastika, batu pasir sela, wak
e, serpih, napal, lempung pasiran dengan sisipan argilit.
Formasi Nanaka (Jn) : konglomerat, batupasir mikaan, serpih dan lensa batubar
a.
Formasi Masiku (JKm) : batusabak, serpih, flit, batupasir, batugamping dengan
buncak rijang. Batusabak, berwarna kelabu sampai coklat kehitaman, berlapis b
aik, padat.
Formasi Salodik (Tems) : kalsilutit, batugamping pasiran, napal, batupasir juga
rijang.
Formasi Matano (Km) : kalsilutit, napal, serpih dan rijang. Kalsilutit, berbutir h
alus, berwarna kelabu, padat-keras, lapisannya baik, tebal lapisan berkisar antar
11
a 10-15cm.
Formasi Tomata (Tmpt) : perselingan batupasir konglomerat, batulempung, tuf
a dengan sisipan lignit.
Kompleks Ultramafik (Ku) : harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit, serpentinit,
dunit, diabas dan batuan gabro.
Lokasi penelitian secara stratigrafi berada pada formasi Tomata (Tmpt) dengan
komposisi batuan pada bagian permukaan berupa perselingan batupasir konglomerat,
batulempung, tufa dengan sisipan lignit.
12
Gambar 3.3. Struktur utama dan Batimetri Sesar Aktif (dimodifikasi dari Silver drr., 19
83 dan Rehault drr., 1991 oleh Surono drr., 1997).
Secara geologi regional, daerah penelitian mempunyai kondisi geologi yang komplek
s, disebabkan kawasan ini merupakan tempat tumbukan aktif dari tiga lempeng (tripple juncti
on) antara Lempeng Hindia-Australian, Samudera Pasifik dan Eurasia yang sangat erat hubun
gannya dengan perkembangan tektonik sejak Paleozoikum hingga Kuarter (Simandjuntak dk
13
k., 1993). Sejumlah penulis (Simandjuntak dkk., 1993, Surono, 1994; Hasanusi dkk., 2013)
menyatakan bahwa daerah ini merupakan interaksi antara mendala geologi Banggai-Sula
sebagai bagian dari benua kecil (micro-continent) yang berasal dari pecahan benua Australia
selama masa Mesozoikum dengan Mendala Sulawesi Timur. Mendala Banggai-Sula dialasi
oleh Batuan Malihan yang diterobos oleh granit dan ditindih oleh batuan gunungapi asam.
Batuan alas ini ditindih tak selaras oleh sedimen tepian benua. Mendala Sulawesi Timur
dialasi oleh Batuan Ofiolit dan batuan sedimen termalihkan (Surono, 2010). Pada akhir
Paleogen, benua kecil ini bergerak dan hanyut ke arah barat, berbarengan dengan kembali
aktifnya Sesar Sorong-Matano dan Palu Koro yang berupa sesar mendatar. Bersamaan dengan
fasa tektonik ini terjadi deformasi yang menghasilkan perlipatan, pensesaran dan
pengkekaran. Pada waktu Miosen Tengah, bagian timur kerak samudera mendala Sulawesi
Timur menumpang tindih benua kecil BanggaiSula yang bergerak ke arah barat dan kedua
mendala geologi tersebut saling bertumbukan dan mengakibatkan pengangkatan pada jalur
ofiolit Sulawesi Timur (Simandjuntak dkk., 1993). Seluruh batuan pada kedua mandala
mengalami deformasi kuat dan menghasilkan lipatan, sesar ikutan dan kekar. Pada Miosen
Akhir hingga Pliosen, terbentuk batuan klastika molasa (Kelompok Molasa Sulawesi) dan
secara tidak selaras menutupi kedua mendala geologi ini. Pada waktu PlioPlistosen, seluruh
daerah ini mengalami deformasi yang menghasilkan lipatan, sesaran dan kekaran (Surono,
1994). Setelah seluruh daerah terangkat dan terbentuklah bentang alam dan terumbu koral di
sepanjang pantai dekat daerah penelitian sampai dengan sekarang.
14
Gambar 3.4. Peta yang menunjukkan lokasi area Proyek, mikrokontinen Banggai-Sula
dan Butong-Tukang Besi (merah muda) dan fitur tektonik utama yang diidentifikasi dal
am studi sebelumnya. Kesalahan dimodifikasi setelah Silver et al. (1983); Garard dkk.
(1988).
Kepingan benua Banggai-Sula memanjang dari barat ke timur dan menempati bagian
tenggara Lengan Timur Sulawesi, Kepulauan Banggai dan Kepulauan Sulabesi. Kesamaan
stratigrafi membuat kepingan benua ini dipercaya banyak penulis (Pigram dkk., 1984 & 1985;
Garrad dkk., 1988; Hall & Sevastjanova, 2012) sebagai kepingan benua yang berasal dari tepi
utara Benua Australia. Nama kepingan benua Siombok diperkenalkan oleh Surono (1998) dan
kepingan ini berada pada bagian barat Lengan Timur Sulawesi. Menurut Simandjuntak dkk.
15
(1993) dan Surono (1994), kepingan ini disusun oleh Formasi Tokala, Formasi Nanaka, dan
setempat Formasi Nambo. Formasi Tokala yang mendominasi Kepingan Siombok, terdiri atas
batugamping, napal dengan sisipan serpih. Surono (1994) menduga formasi ini diendapkan di
lingkungan laut dangkal-dalam dan diperkirakan berumur Trias Akhir. Formasi Tokala
ditindih selaras oleh Formasi Nanaka, yang disusun oleh konglomerat dengan fragmen granit,
batupasir dan serpih. Formasi Nanaka diduga menjemari dengan Formasi Nambo yang
dibentuk oleh sedimen klastik halus berupa napal dan napal pasiran dengan sisipan batubara
dan diendapkan pada lingkungan fluvial. Kedua formasi ini diduga berumur Jura.
Kepingan benua Tambayoli diperkenalkan oleh Surono (1996), yang berada tepat
dipertemuan antara Lengan Timur dan bagian tengah Sulawesi dan memanjang baratlaut- teng
gara. Batuan pembentuk kepingan benua ini didominasi oleh Formasi Tokala yang melampar l
uas di daratan Sulawesi sedangkan Formasi Nanaka hanya tersingkap di pulau-pulau kecil dis
ekitarnya. Berdasarkan kemiripan litologi anatara Formasi Nanaka dan Formasi Bobong di Pu
lau Peleng (Supandjono & Haryono, 1993) diduga keduanya berumur sama yaitu Jura Awal- J
ura Tengah. Kepingan Benua Bungku memanjang baratlaut - tenggara di sepanjang pantai
timur bagian utara Lengan Tenggara Sulawesi dan nama kepingan benua ini diberikan oleh Su
rono (1996). Di dalam peta geologi Lembar Bungku sekala 1:250.000 (Simandjuntak dkk., 19
93) tergambarkan bahwa Kepingan Benua Bungku tersusun oleh Formasi Tokala.
Nama Kepingan Benua Mattarombeo diberikan oleh Surono (1996). Kepingan benua
ini memanjang hampir barat- timur mulai dari pantai timur Lengan Tenggara Sulawesi sampa
i ke arah barat. Formasi Tokala pada Kepingan Mattarombeo didominasi oleh material klasti
k, sebaliknya pada tipe lokasinya di Kepingan Siombok lebih didominasi batuan karbonat. Ha
l ini menggambarkan bahwa formasi ini diendapkan pada lingkungan yang lebih dekat ke dara
t. Diduga secara selaras di atas Formasi Tokala terendapkan Formasi Masiku yang berumur Ju
ra Akhir-Kapur Awal dan diendapkan dalam lingkungan laut dalam. Formasi ini terdiri atas ba
tusabak, serpih, filit, batupasir dan batugamping mempunyai lensa rijang yang mengandung ra
diolarian (Simandjuntak dkk., 1993). Secara tak selaras, di atas Formasi Masiku terendapkan
Formasi Salodik yang disusun oleh kalsilutit, batugamping pasiran, napal, batupasir dan rijang.
Formasi ini berumur Eosen Akhir-Miosen. Lingkungan pengendapan Formasi Salodik pada k
16
epingan benua ini diduga di laut dangkal dan keterdapatan rijang mengindikasikan sebagian d
ari formasi ini terendapkan pada laut dalam.
Kepingan benua Sulawesi Tenggara memanjang baratlaut-tenggara dan menempati se
bagian besar Lengan Tenggara Sulawesi. Batuan tertua sebagai batuan dasar pada kepingan
benua ini adalah Kompleks Batuan Malihan yang diterobos oleh batuan granitan di beberapa
tempat.Sedimen Mesozoikum yang telah dikenal luas adalah Formasi Meluhu yang berumur T
rias dan menumpang takselaras di atas batuan dasar. Formasi Meluhu dapat dibagi menjadi ti
ga anggota (Surono dkk., 1997; Surono & Bachri, 2002) dari bawah ke atas:
Anggota Toronipa, yang didominasi oleh batupasir dengan sisipan batupasir konglom
eratan, batulumpur, dan serpih serta setempat lignit. Lingkungan pengendapan anggota ini a
dalah sebagai endapan kipas sungai yang dipengaruhi oleh tektonik aktif semasa pengendap
annya.
Anggota Watutaluboto, didominasi oleh batulumpur dan batulanau dengan sisipan ba
tupasir dan konglomerat. Bagian bawah anggota ini diendapkan pada lingkungan delta yang e
nerginya didominasi oleh sungai, sedangkan bagian atasnya lebih didominasi energi pasang-
surut. Secara selaras anggota ini menindih Anggota Toronipa.
Anggota Tuetue terdiri atas batulumpur, batulanau dan napal serta Anggota Tuetue.
Bagian bawah anggota ini kaya struktur sedimen yang umum ditemukanpada lingkungan
pasang-surut dan bagian atasnya menunjukkan lingkungan laut. Kepingan Benua Buton
meliputi seluruh P. Buton dan P. Muna serta beberapa pulau kecil di sekitarnya. Batuan
penyusunnya berumur mulai dari pra-Mesozoikum sampai Kuarter. Menurut Sikumbang dkk.
(1995), batuan tertua dalam kepingan Buton adalah Kompleks Malihan Doole (Formasi
Doole) yang terdiri atas batuan malihan berderajat rendah, kuarsit mikaan berselingan dengan
filit, dan batusabak. Smith & Silver (1991) memberi nama satuan ini Formasi Lakansai yang
berumur Paleozoikum. Selanjutnya terbentuk Kompleks Ofiolit Kapantori berasosiasi
denga Formasi Mukito, diperkirakan berumur Trias Awal. Kompleks Ofiolit Kapantori
disusun oleh peridotit, serpentinit, rijang, filit dan kuarsit. Sementara itu, batugamping di
bagian atasnya. Anggota Watutaluboto ditindih selaras Formasi Mukito terdiri atas metabes
ite, metarijang (metachert), sekis hijau dan ampibol. Satuan batuan berumur Mesozoikum-Ter
17
sier terdiri atas Formasi Winto, Formasi Ogena, Formasi Rumu, dan Formasi Tobelo.
Formasi Winto disusun oleh perselingan serpih, batupasir, konglomerat dan batugamping.
Di atas Formasi Winto diendapkan secara selaras Formasi Ogena yang terdiri atas batugampin
g pelagik disisipi batugamping pasiran dan napal. Formasi Rumu diduga menumpang takselar
as di atas Formasi Ogena, terdiri atas perselingan batugamping, batulumpur dan napal (Smith
& Silver, 1991). Di atas Formasi Rumu diduga menumpang takaselaras Formasi Tobelo, yang
disusun oleh batugamping laut dalam. Satuan batuan berumur Neogen-Kuarter terdiri atas For
masi Tondo, Formasi Sampolakosa, dan Formasi Wapukala. Ketiga formasi ini menumpang
takselaras di atas batuan pra-Neogen. Formasi Tondo terdiri atas perselingan konglomerat,
batupasir dan batulumpur. Formasi Tondo ditindih oleh Formasi Sampolakosa, yang
didominasi oleh sedimen pelagik. Satuan batuan termuda di P. Buton adalah Formasi
Wapukala yang merupakan batugamping terumbu. Satuan ini menumpang di atas Formasi
Tondo dan Formasi Sampolakosa secara takselaras (Sikumbang dkk., 1995).
18
Tabel 3.3. Curah Hujan 12 Tahun terakhir daerah penelitian dari tahun 2010 – 2021
Parameters 尺寸参数
Years - 多年的数 Temperature - 温度 (°C) Rainfall - 雨量 (mm) Humidity - 平均湿度 (%)
据测量 Average Total
Min Max Average Min Max Min Max Avg
mm / month mm / years
2010 20.00 33.50 27.36 1.00 118.00 220.67 2648.00 68.00 98.00 84.03
2011 19.00 35.20 27.57 1.00 104.00 226.17 2714.00 57.00 93.00 79.82
2012 20.00 34.00 27.46 1.00 157.00 283.25 3399.00 63.00 94.00 82.31
2013 20.00 34.20 27.70 0.50 164.50 236.60 2839.20 56.00 99.00 81.53
2014 19.00 34.00 27.08 1.00 131.00 187.27 1318.30 62.00 92.00 81.75
2015 18.00 42.60 26.91 0.50 138.50 119.80 773.00 60.00 92.00 82.78
2016 20.00 35.20 27.21 0.40 81.00 183.98 2207.70 65.00 95.00 86.23
2017 21.00 35.00 24.91 0.50 212.00 144.49 1733.90 61.00 96.00 86.61
2018 19.00 35.60 27.16 0.50 95.00 124.58 1494.90 62.00 94.00 84.12
2019 19.00 35.00 27.31 0.20 82.40 132.72 1592.60 57.00 96.00 83.01
2020 20.20 35.00 27.30 0.20 102.00 180.84 1808.40 55.00 97.00 85.50
2021 21.40 33.60 27.35 0.20 92.00 142.53 570.10 81.00 92.00 86.96
19
3.2. Evaluasi Masalah Geologi Rekayasa Utama Bendungan
3.2.1. Masalah Stabilitas Bendungan
Masalah Stabilitas Bendungan terutama adalah lereng tanah yang terdistribusi di
sepanjang sungai tepi kiri dan kanan. Lereng yang berkembang pada area penelitian pada
dasarnya terdiri dari tanah liat berkerikil dan konglomerat. Kemiringan lereng tepian
umumnya 30° ~ 60° , tingginya 3 ~ 7 m , strukturnya relatif longgar, kemampuan anti-gerusan
buruk, dan dalam keadaan stabil kritis dalam kondisi alami. Setelah bendungan terbentuk,
lereng akan direndam dalam air bendungan untuk waktu yang lama, tanah akan melunak, dan
kekuatan mekanik akan semakin berkurang. Di bawah perendaman dan erosi air bendungan,
akan menyebabkan keruntuhan dan ketidakstabilan akumulasi yang longgar. Skala
rekonstruksi dan keruntuhan lereng tepi reservoir yang disebutkan di atas kecil, oleh karena
itu, selama reservoir dibangun dengan memperhatikan masalah lereng dan langkah-langkah
yang tepat diambil, itu dapat diselesaikan dengan baik.
20
4. Kondisi Geologi Teknik Situs Bendungan
Area rencana bendungan terletak di sebelah barat PT. IMIP. Karena kendala
topografi, tidak ada kondisi topografi yang cocok untuk pembangunan bendungan dalam jarak
beberapa kilometer ke atas dan ke bawah. Oleh karena itu, hanya lokasi bendungan ini yang
dipilih untuk diselidiki dalam proyek ini.
21
Keseragaman dan kekompakan yang buruk.
② (GC) Kerikil (Q4al+pl): coklat-kuning, coklat-abu-abu, biru-abu-abu, agak
basah sampai basah, agak padat. Kerikil terutama terdiri dari batugamping dan
batupasir, kedua terdiri dari feldspar, kuarsit dan peridotit.Ukuran partikel kerikil
umumnya 2 sampai 9 cm, maksimum 23 cm, dan ada batu di beberapa bagian, dan
kandungannya antara 50 dan 65%. . Kebulatan kerikil rata-rata, sebagian besar
prismatik dan tidak beraturan, kerangka sebagian besar bersentuhan, dan isiannya
sebagian besar adalah tanah yang kohesif.
③ (CL) Lempung (Q4dl+el): coklat, abu-abu-cokelat, agak basah sampai
basah, keadaan plastis, mengandung 5-10% partikel kerikil, diperkaya secara lokal
dan berlapis-lapis, ukuran partikel umumnya 0,50-3,00 cm, dan pori-pori terlihat. ,
pori-pori terisi lempung, tidak ada reaksi getar, permukaan potongan halus, kekuatan
dan ketangguhan kering sedang.
④ (CL) Lempung yang mengandung kerikil (Qel): kuning-cokelat, abu-abu-
cokelat, agak basah hingga basah, dapat dalam keadaan plastis keras, terutama terdiri
dari Lempung, mengandung 10% hingga 35% kerikil dan kerikil, ditemukan secara
lokal dan berlapis-lapis, menunjukkan struktur seperti pori, tidak ada reaksi getar,
permukaan potongan kasar, kekuatan dan ketangguhan kering sedang.
⑤-1 (N) Konglomerat lapuk penuh (N): kuning-coklat, abu-abu-coklat dan
biru-abu-abu, komponen mineral terutama kuarsa dan feldspar, struktur batuan asli
masih dapat diidentifikasi secara lokal, struktur telah hancur total, dan inti adalah
tanah berpasir yang lapuk, di antaranya beberapa segmen diapit tidak merata oleh
fragmen mineral, beberapa titik kedalaman tidak mudah untuk coring, rapuh dengan
tangan, melunak dengan perendaman air
⑤-2 (N) Konglomerat lapuk kuat (N): biru-abu-abu, abu-abu-coklat, abu-abu-
putih dan kuning-coklat, struktur batuan asli telah hancur, retakan lapuk
dikembangkan, komposisi mineral berubah secara signifikan, struktur kerikil,
struktur masif, dan sementasi berkapur. Sementasi utama oleh fragmen batuan; jenis
sementasi lemah, terutama terdiri dari kuarsa dan feldspar; sementasi sekunder
22
adalah batu kapur, inti terfragmentasi; beberapa core berbentuk kolumnar pendek,
diameter kerikil 2 ~ 6cm; maksimum 19cm . Lapisan ini memiliki perbedaan
pelapukan yang jelas dan mudah melunak jika kontak dengan air. Tingkat pemulihan
inti adalah 70% hingga 85%. Indeks kualitas batuan RQD kurang dari 20, yang
sangat buruk, dan tingkat kualitas dasar batuan massa adalah V
⑥-1 (N) Peridotit yang sangat lapuk (N): biru-abu-abu, hijau muda, abu-abu,
batuan segar, struktur masif, terutama terdiri dari mineral peridotit dan piroksen, dan
beberapa piroksen didistribusikan dalam fenokris masif. Struktur massa batuan
sebagian besar telah hancur. Inti batuan sebagian besar terfragmentasi dan keras
seperti tanah, didistribusikan di interlayers, dan potongan-potongan kecil dapat
dipecah dengan tangan; mudah untuk melunak dan hancur setelah direndam dalam
air, kekuatan mekanik batuan rendah dan tidak seragam, dan ketahanannya terhadap
cuaca buruk. Ini adalah batu yang cukup lunak.
23
kimiawi air tanah adalah tipe HCO3-, PH = 7.5. Ekspresi Kurlov untuk air sungai dan air tanah
adalah sebagai berikut:
24
River Kurlov expression:
M HCO389.7SO46.6Cl3.6
0.245 = Ca73.4(K+Na)15.7Mg9.6
Groundwater Kurlov expression:
M HCO389.3SO47.2Cl3.5
0.322= Ca47.7(K+Na)35.6Mg15.3
Air tanah dan air sungai di lokasi bendungan adalah air jenis kalsium bikarbonat,
nilai pH adalah 6.7 – 7.5; Kandungan CO2 dalam air tanah adalah 19.075,76 ppm, air sungai
adalah 6.771,60 ppm; Kandungan Cl- dalam air tanah adalah 1.39 ppm, air sungai adalah 1.09
ppm; SO42- kandungan dalam air tanah adalah 12.14 ppm, air sungai adalah 6.07 ppm; HCO3-
kandungan air tanah adalah 0.02 ppm, dan air sungai adalah 0.03 ppm. Menurut SNI-
84602017 “Persyaratan Perancangan Geoteknik” tabel dibawah ini dinilai bahwa air tanah dan
air sungai sedikit korosif terhadap beton, dan sedikit korosif terhadap batang baja pada beton
bertulang. Struktur baja lemah korosif.
25
Tabel 4.4. Laporan Analisis Air Sungai dan Wilayah Bendungan Formulir Laporan Ana
lisis Kualitas Air Tanah
Tabel 4.5. Derajat permeabilitas menurut Trask, 1950 (dalam Soedibyo, 1993)
26
Tabel 4.6. Tabel Statistik Hasil Uji Tekanan Air Pengeboran
No Segment Permeabilitas Permeabilitas Metode
Kategori
Lubang (m) air (Lu) air (cm/s) Pengujian
Setengah tidak
BH-01 50.0 – 55.0 23.64 2.96E-04 Packer Test
lulus air
Setengah tidak
BH-02 30.0 - 35.0 21.05 2.64E-04 Packer Test
lulus air
Setengah tidak
BH-07 50.0 – 55.0 27.04 3.39E-04 Packer Test
lulus air
Setengah tidak
BH-08 30.0 - 35.0 16.36 2.05E-04 Packer Test
lulus air
Tabel 4.7. Tabel Statistik Ketinggian Air Tanah dan Kedalaman Terkubur Lapisan Rel
atif Kedap Air (q<10Lu)
Kedalaman Penguburan Vertikal (m)
Lokasi
Tepi Kiri Dasar Tepi Kanan
Ketinggian air tanah 2.8 1.13
Lapisan Relatif Kedap Air dengan q<10Lu 18.4 22.10 ~ 50.0 17.45
Ada perbedaan besar dalam kedalaman yang terkubur dari lapisan yang relatif kedap
air di tepi kiri dan kanan, terutama karena perbedaan dalam pengembangan sambungan dalam
massa batuan dan pelapukan massa batuan di tepi kiri dan kanan. Tirai dapat ditutup dengan
batas bawah standar anti-rembesan desain, dan masalah kebocoran pondasi bendungan dapat
diatasi dengan mengatur grouting tirai.
27
Tabel 4.8. Daftar Batas Bawah Batas Kedalaman Pelapukan Massa Batuan
28
memiliki kemampuan menstabilkan diri yang buruk, dan ada kemungkinan runtuh dan
ketidakstabilan lereng. Bagian-bagian di dekat bendungan di kedua sisi hilir adalah semua
lereng tanah yang dibentuk oleh bagian depan lereng sisa. Mereka terdiri dari tanah liat
berlumpur dan tanah liat . Di bawah tindakan pembilasan, mudah untuk menyebabkan
ketidakstabilan lereng, dan langkah-langkah perlindungan teknik yang tepat harus diambil
untuk menyelesaikannya.
29
Tabel 4.9. Tabel Hasil Uji Sifat Fisik dan Mekanik Tanah
IMIP . KM . 16 BH . 1 41.20 - 41.40 20.13 1.762 2.6740 1,466 0.82 0,45 65.37 Silty Sandy CLAY Redish BROWN - - - - 44.06 23.25 20.81 CL 23.527 0.071 18.263 0.048 0.229 0.169 1.356
IMIP . KM . 16 BH . 1 77.80 - 78.00 21.48 1.738 2.6598 1,430 0.86 0,46 66.47 Silty Sandy CLAY Redish BROWN - - - - 57.53 29.14 28.39 MH 18.738 0.036 13.537 0.027 0.149 0.093 1.602
Silty Clayey Sandy
IMIP . KM . 16 BH . 7 2.00 - 2.20 18.17 - 2.6935 - - - - Brownish GREY 36.08 29.45 11.41 23.06 - - - - - - - - - - -
GRAVEL
Gravelly Silty Clayey
IMIP . KM . 16 BH . 7 21.52 - 21.72 18.24 1.795 2.6850 1,518 0.77 0,43 63.70 Brownish GREY - - - - 34.12 21.18 12.94 CL 25.676 0.215 20.498 0.154 0.907 0.570 1.592
SAND
Gravelly Silty Sandy
IMIP . KM . 16 BH . 7 30.00 - 30.20 27.15 1.675 2.6606 1,317 1.02 0,50 70.91 CLAY BROWNISH - - - - 45.10 23.20 21.90 CL 21.535 0.049 15.560 0.038 0.252 0.160 1.574
Gravelly Silty Clayey
IMIP . KM . 16 BH . 8 26.20 - 26.40 19.11 1.785 2.6860 1,499 0.79 0,44 64.80 Redish BROWN - - - - 33.03 20.12 12.91 CL 26.741 0.028 18.143 0.021 0.121 0.072 1.696
SAND
Hasil Pengujian
No Jenis Pengujian Unit BH-04-1 BH-06-3 ZK01-1 ZK403-1 Metode
30
Tabel 4.8. Tabel Nilai Indeks Mekanika Fisik Batuan di Daerah Lokasi Rencana Bendungan
Bulk Triaxial Compression
Dry Atterberg Limit Direct Shear Consolidation Consolidation
Moisture Density Specific Unconfine Test (UU)
Density
No. BH Depth Content (γ) Gravity Compression Ø C Ø C Cv
(γd)
(W) (%) (gr/cm3 (Gs) LL (%) PL (%) PI (%) qu (Kg/cm2) Cc
(gr/cm3) ( O ) (Kg/cm2) ( O ) (Kg/cm2) (cm2 /det)
)
BH04-2 34.00 - 34.20 - 2.003 - 2.623 25.83 20.19 5.65 0.302 26.07 0.13 - - 0.049 0.28
BH04-3 48.00 - 48.20 - 2.152 - 2.631 26.28 20.24 6.04 0.893 28.96 0.575 - - 0.06 0.17
BH06-1 08.80 - 09.00 21.28 2.083 1.717 2.628 26.06 20.44 5.62 0.618 26.81 0.129 24.17 0.099 0.055 0.2
BH06-2 34.60 - 34.80 - 1.806 - 2.63 26.57 21.05 5.52 0.091 26.44 0.09 - - 0.023 0.25
ZK02-1 07.00 - 07.20 24.67 2.083 1.67 2.625 26.41 20.51 5.9 0.107 27.17 0.146 24.38 0.103 0.041 0.15
ZK02-2 29.50 - 29.20 32.24 1.915 1.448 2.633 26.01 20.33 5.68 0.117 27.53 0.15 23.69 0.095 0.051 0.2
Tabel 4.9. Parameter Fisik dan Mekanik Tanah yang Direkomendasikan di Area Bahan Bangunan Rencana Bendungan
Allow
Friction able
Natural Density Permeability Cohesion Allowable
Compre Angle Seepa Temporar
( G/Cm 3 ) (Cm/S) Compre (K P A) Plast Liqu Bearing Permanent
Water ssion (°) ge y
Soil Propo ssion icity id Capacity Excavation
Strata Content Factor Gradie Excavatio
Name rtion Modulus Inde Inde (K P A) Slope Ratio
(%) (M P A - nt n Of
1 (M P A) Soli Soli x x Dry Level
Dry Wet Vertic ) Slo Slo Wet Slopes
Level d d Density
Density Density al w w Densit
Fast Fast
y
5.51E- 5.80E-
Qel+dl Clay 27.4 1.47 1.87 2.73 0.368 7.36 17.4 18.3 21.4 20.7 20.7 0.26 160~180 0.45 1:1.75 1:1.20
06 06
31
4.4. Rekomendasi Untuk Jenis Bendungan dan Perawatan Pondasi
Mempertimbangkan kondisi geologi hidrologi dan rekayasa lokasi bendungan,
lokasi bendungan memiliki kondisi geologis dasar untuk pembangunan bendungan tanah
sedang-rendah.
1) Pemilihan Permukaan Pondasi
Bagian dangkal dari batuan dasar di dasar sungai sumbu bendungan memiliki
massa batuan yang sangat lapuk setebal 4 – 6 m. Batuan itu keras dan daya
dukungnya rata-rata. Disarankan untuk menghapus lapisan penutup Kuarter
dan lapisan yang sangat lapuk, dan menggunakan massa batuan yang lapuk
lemah sebagai lapisan bantalan pondasi bendungan.
2) Anti rembesan pondasi bendungan
Karena pondasi bendungan relatif terkubur dalam di lapisan kedap air,
perawatan anti-rembesan harus dilakukan, dan langkah-langkah drainase dan
pengurangan tekanan dari pondasi bendungan harus dikoordinasikan.
Kedalaman tirai anti-rembesan harus dianggap sedalam 2m ke dalam badan
batuan yang relatif kedap air dengan permeabilitas air kurang dari 10Lu
(standar anti-rembesan desain). Tirai anti-rembesan untuk dua abutmen harus
ditutup dengan batas permeabilitas air kurang dari 10Lu.
Avera Total
Cover
ge Reser Floor Dista
Width Length Thick
Name Features Thick ves Space nce
(m) (m) ness
ness (10.0 (hm2) (km)
(m)
(m) 00m3)
Brick red clay, dry density
1.47g/cm 3 , wet density 1.87g/cm
3
, natural water content 27.4% ,
On The Big
internal friction angle 17~19° , 171 245 7 5.5 23 4.2 1.0
Pound Yard
cohesion 20~22KPa ,
permeability coefficient
5.5~5.8×10 -6 cm/s
Brick red clay, dry density
1.47g/cm 3 , wet density 1.87g/cm
3
, natural water content 27.4% ,
Maple Hill
internal friction angle 17~19° , 113 191 12 10.5 22 2.2 0.5
Earth Yard
cohesion 20~22KPa ,
permeability coefficient
5.5~5.8×10 -6 cm/s
Brick red clay, dry density
1.47g/cm 3 , wet density 1.87g/cm
3
, natural water content 27.4% ,
Bay Hill Soil
internal friction angle 17~19° , 219 348 11 9.5 70 7.6 5.5
Yard
cohesion 20~22KPa ,
permeability coefficient
5.5~5.8×10 -6 cm/s
Limestone, the saturated
Anfutou compressive strength is 60MPa ,
Stone the bulk density is 2.78g/cm 3 , the 50 200 / >10 >10 1 1.0
Factory elastic modulus is 40.3GPa , and
the softening coefficient is 0.70
Tabel 6.10. Tabel Karakteristik Halaman Material Reservoir Gunung
28
6.1. Sand and Gravel (Pasir dan Kerikil)
Pantai dan gundukan pasir di area proyek tidak dikembangkan, dan tidak ada nilai
penambangan pasir dan kerikil. Pasir dan kerikil yang dibutuhkan untuk pembangunan
proyek harus dibeli dari luar daerah pekerjaan rencana bendungan. Menurut hasil pengujian
material pasir dan kerikil yang disediakan oleh halaman material pasir dan kerikil, komponen
utama material pasir dan kerikil adalah kuarsa, kandungan lumpur kurang dari 3%, modulus
kehalusan pasir adalah 2,8 ~ 3,4, rata-rata ukuran partikel adalah 0,40 ~ 0,48mm, kandungan
sulfat dan sulfida kurang dari 1%. Pasir dan kerikil bergradasi baik. Cadangan total dari
stockyard lebih besar dari 4 × 105 m3. Kualitas dan cadangannya dapat memenuhi persyaratan
desain, dan dapat diangkut sejauh ±5 km ke lokasi konstruksi melalui jalan darat.
29
sisa tanah liat merah bata dengan cadangan ±70×10 4 m3. Itu dalam keadaan plastik ke plastik
keras, dengan kadar air rendah dan kualitas baik, yang dapat memenuhi persyaratan teknik.
Jarak rata-rata sekitar 1,5 km.
31
8. Appendix
8.1. Foto Corebox
8.2. Geotechnical test report (1)
8.3. Soil compaction test report (1)
8.4. Water quality analysis report (2)
8.5. Rock physics and mechanics test report (1)
vii
Bore Hole ID : BH01(Depth : Date : 17 – 28 Juni 2022
0.00 – 80.00m)
viii
ix
x
xi
xii
Bore Hole ID : BH02 (Depth : Date : 06 – 14 Juni 2022
0.00 – 50.00m)
xiii
xiv
xv
Bore Hole ID : BH03 (Depth : Date : 19 Mei – 01 Juni 2022
0.00 – 50.00m)
xvi
xvii
xviii
xix
Bore Hole ID : BH04 (Depth : 0.00 Date : 02 – 08 Juli 2022
– 50.00m)
xx
xxi
xxii
Bore Hole ID : BH05 (Depth : 0.00 Date : 19 Mei – 02 Juni 2022
– 50.00m)
xxiii
xxiv
xxv
xxvi
Bore Hole ID : BH06 (Depth : 0.00 Date : 02 – 13 Juli 2022
– 50.00m)
xxvii
xxviii
xxix
Bore Hole ID : BH07 (Depth : 0.00 Date : 17 Juni – 01 Juli 2022
– 80.00m)
xxx
xxxi
xxxii
xxxiii
xxxiv
xxxv
Bore Hole ID : BH08 (Depth : 0.00 Date : 06 – 14 Juni 2022
– 50.00m)
xxxvi
xxxvii
xxxviii
Bore Hole ID : ZK-01 (Depth : 0.00 Date : 14 – 20 Juli 2022
– 40.00m)
xxxix
xl
xli
Bore Hole ID : ZK-02 (Depth : 0.00 Date : 11 – 16 Juli 2022
– 40.00m)
xlii
xliii
xliv
Bore Hole ID : ZK-03 (Depth : 0.00 Date : 11 – 16 Juli 2022
– 40.00m)
45
46
47
48