BUPATI TANGERANG
TENTANG
BUPATI TANGERANG,
14. Undang-Undang...
3
Pasal I...
4
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun
2010 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Tangerang Nomor 1010) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah
(Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 09, Tambahan
Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 0912) diubah
sebagai berikut:
1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga Pasal 1 berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
1. Daerah adalah Kabupaten Tangerang.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
3. Bupati adalah Bupati Tangerang.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya
disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat
daerah yang berkedudukan sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Pejabat adalah pegawai yang diberi tugas tertentu di
bidang perpajakan Daerah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan.
6. Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah Satuan Kerja
yang membidangi Pendapatan Daerah Kabupaten
Tangerang.
7. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah Kepala
Satuan Kerja yang membidangi Pendapatan Daerah
Kabupaten Tangerang.
8. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung
seluruh penerimaan daerah dan digunakan untuk
membayar seluruh pengeluaran daerah.
9. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat
penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati
untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran
daerah pada bank yang ditetapkan.
10. Badan...
5
33. Bea...
7
43. Surat...
8
3. Ketentuan...
10
Pasal 77A
SPPT dan/atau STTS bukan merupakan bukti kepemilikan hak
atas tanah.
Pasal 97
(1) Pajak terutang terjadi setelah diterbitkannya SKPD atau
setelah Wajib Pajak melaporkan SPTPD.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan
pajak terutang diatur dengan Peraturan Bupati.
(3) Jika...
11
Pasal 114
(1) Satuan Kerja dan atau pihak-pihak terkait yang
melaksanakan pemungutan Pajak Daerah dapat diberi
insentif atas dasar pencapaian kinerja tertentu.
(2) Pemberian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sebesar 5% melalui Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
Pasal 117
(1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak
menyampaikan SPTPD atau mengisi dengan tidak benar
atau tidak lengkap atau melampirkan keterangan yang
tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah dapat
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)
tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(2) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan
SPTPD atau mengisi dengan tidak benar atau tidak
lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar
sehingga merugikan keuangan Daerah dapat dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar.
(3) Wajib
12
Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2015.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Daerah Kabupaten Tangerang.
Ditetapkan di Tigaraksa
Pada Tanggal
Plt. BUPATI TANGERANG,
Ttd.
HERMANSYAH
Diundangkan di Tigaraksa
Pada Tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN TANGERANG,
Ttd.
ISKANDAR MIRSAD
PENJELASAN
ATAS
TENTANG
I. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 73
Yang dimaksud dengan “paling besar Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar
rupiah)” adalah jumlah nilai sampai dengan batas Rp. 1.000.000.000,-
(satu milyar rupiah).
Yang dimaksud dengan “lebih dari Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar
rupiah)” adalah jumlah nilai dari Rp. 1.000.000.001,- (satu milyar satu
rupiah).
Yang dimaksud dengan “sampai dengan Rp. 5.000.000.000,- (lima milyar
rupiah)” adalah jumlah nilai sampai dengan batas Rp. 5.000.000.000,-
(lima milyar rupiah).
Yang dimaksud dengan “lebih dari Rp.5.000.000.000,- (lima milyar
rupiah)” adalah jumlah nilai dari Rp.5.000.000.001,- (lima milyar satu
rupiah)
Pasal 77
Cukup jelas.
Pasal 77A
Cukup jelas.
Pasal 97
Cukup jelas.
Pasal 100
Cukup jelas.
Pasal 114
Cukup jelas.
Pasal 117
15
Cukup jelas.