Anda di halaman 1dari 6

PRE-EKLAMSIA

No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
SOP Halaman :

UPT.
PUSKESMAS Bashiran, SKM
MARIDAN NIP. 196904121995031005

1. Pengertian Pre-eklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan di atas 20 minggu yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya
inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Tanda utama penyakit ini
adanya hipertensi dan proteinuria. Pre-eklampsia merupakan masalah kedokteran yang
serius dan memiliki tingkat komplesitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya
karena Pre-eklampsia berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga
menimbulkan masalah paska-persalinan.
2. Tujuan Agar petugas medis dan paramedis dapat memahami dan memberikan penanganan yang
tepat pada pasien
3. Kebijakan
4. Referensi Peraturan menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Panduan
Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer
5. Prosedur 1. Petugas memanggil pasien sesuai nomor urut
2. Petugas memberi salam saat menerima pasien.
3. Petugas melakukan anamnesis pada pasien, menanyakan keluhan utama pasien,
gejala yang timbul biasanya edema. Timbulnya hipertensi dan proteinuria
merupakan gejala yang paling penting, namun penderita seringkali tidak merasakan
perubahan ini. Biasanya pasien datang dengan gejala pada kondisi yang sudah
cukup lanjut atau pre-eklampsia berat, seperti gangguan penglihatan, sakit kepala
hebat, nyeri perut bagian atas.
Faktor Risiko
1. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan penyakit mikrovaskular (antara
lain : diabetes melitus, hipertensi kronik, gangguan pembuluh darah)
2. Sindrom antibody antiphospholipid (APS)
3. Nefropati
4. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan kehamilan itu sendiri, dan faktor
spesifik dari ibu atau janin.
1. Umur > 40 tahun
2. Nulipara
3. Gemeli
5. Obesitas sebelum hamil
6. Riwayat keluarga preeklampsia – eklampsia
7. Riwayat Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
4. Petugas mencuci tangan terlebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan.
5. Petugas melakukan pemeriksaan tanda vital pasien meliputi tekanan darah, nadi,
suhu dan frekuensi pernapasan.
6. Petugas melakukan pemeriksaan fisik pada pasien :
1. Pada pre-eklampsia ringan: ditandai adanya peningkatan tekanan darah ≥
140/90 mmHg.
2. Pada pre-eklampsia berat : tekanan darah > 160/110 mmHg, edema,
pandangan kabur, nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas
abdomen (akibat teregangnya kapsula glisson), sianosis, adanya
pertumbuhan janin yang terhambat.
7. Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan.
8. Petugas melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin
(Hb,Ht,leukosit,trombosit) dan urin lengkap untuk menilai kadar proteinuria.
9. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan.

10. Petugas melakukan tata laksana sebagai berikut :


1. Tata laksana pre-eklampsia ringan.
1.1. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan antenatal: tekanan darah, berat badan,
tinggi badan, indeks masa tubuh, ukuran uterus dan gerakan janin.
1.2. Rawat jalan (ambulatoir)
1. Ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring)
2. Konsumsi susu dan air buah
3. Obat antihipertensi
Indikasi utama pemberian antihipertensi pada kehamilan adalah untuk keselamatan
ibu dalam mencegah penyakit serebrovaskular. Meskipun demikian, penurunan
tekanan darah dilakukan secara bertahap tidak lebih dari 25% penurunan dalam
waktu 1 jam. Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan aliran darah
uteroplasenter.
Obat antihipertensi yang dapat diberikan :
1. Metildopa, biasanya dimulai pada dosis 250-500 mg per oral 2 atau 3 kali sehari,
dengan dosis maksimum 3 g per hari, atau
2. Nifedipin 10 mg kapsul per oral, diulang tiap 15-30 menit, dengan dosis
maksimal 30 mg.
1.1. Tidak perlu diberikan obat-obatan seperti: diuretik, dan sedatif.
1.2. Tata laksana pre-eklampsia berat.
Pemberian MgSO4 dosis awal dengan cara: ambil 4 mg MgSO4 (10 ml larutan
MgSO4 40%) dan larutkan dalam 10 ml aquades. Berikan secara perlahan IV
selama 20 menit. Jika akses IV sulit berikan masing-masing 5 mg MgSO4 ( 12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan.
11. Petugas merujuk bila ada satu atau lebih gejala dan tanda-tanda pre-eklampsia berat
ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis obstetri
dan ginekologi setelah dilakukan tata laksana pada pre-eklampsia berat.
12. Petugas menulis hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosa dan terapi ke dalam
rekam medik.
13. Petugas menandatangani rekam medik.
14. Petugas menulis hasil diagnosa pada buku register.

6. Diagram Alir
Petugas melakukan Petugas menayakan
Memanggil pasien anamnesa pada keluhan utama pasien
sesuai nomor urut pasien

Petugas menegakkan Petugas melakukan Petugas melakukan


diagnosa pemeriksaan fisik pemeriksaan vital sign

Petugas memberikan
terapi berdasarkan hasil Petugas mencatat Menulis diagnose
pemeriksaan dan hasil di rekam medik pasien ke buku
diagnose dan merujuk register
bila perlu
7. Hal-hal yang 1. Faktor penyebab preeklamsia
perlu 2. Tanda2 preeklamsia
diperhatikan 3. Gejala2 preeklamsia
4. Mengatasi preeklamsia
5. Preeklamsia meningkatkan resiko melahirkan lebih awal.

8. Unit Terkait 1. Pelayanan KIA


2. Pelayaan Bersalin

9. Dokumen 1. Rekam Medik


Terkait 2. Buku KIA

10. Rekaman Historis


Perubahan No. Yang dirubah Isi Perubahan Tgl Mulai diberlakukan
PRE-EKLAMPSIA
No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Terbit :
DAFTAR
Tanggal :
TILIK berlaku
Halaman :

UPT.
PUSKESMAS Bashiran, SKM
MARIDAN NIP. 196904121995031005

No Langkah Kegiatan Ya Tidak Tidak Berlaku


1 Apakah petugas memanggil pasien sesuai nomor urut?

2 Apakah petugas memberikan salam saat menerima pasien?

3 Apakah petugas melakukan anamnesis pada pasien,


menanyakan keluhan utama pasien, gejala yang
timbul biasanya edema. Timbulnya hipertensi dan
proteinuria merupakan gejala yang paling penting,
namun penderita seringkali tidak merasakan
perubahan ini. Biasanya pasien datang dengan
gejala pada kondisi yang sudah cukup lanjut atau
pre-eklampsia berat, seperti gangguan penglihatan,
sakit kepala hebat, nyeri perut bagian atas.
Faktor Risiko
1. Kondisi-kondisi yang berpotensi menyebabkan
penyakit mikrovaskular (antara lain : diabetes
melitus, hipertensi kronik, gangguan pembuluh
darah)
2. Sindrom antibody antiphospholipid (APS)
3. Nefropati
4. Faktor risiko lainnya dihubungkan dengan
kehamilan itu sendiri, dan faktor spesifik dari ibu
atau janin.
1. Umur > 40 tahun
2. Nulipara
3. Kehamilan multipel
5. Obesitas sebelum hamil
6. Riwayat keluarga pre-eklampsia – eklampsia
7. Riwayat Pre-eklampsia pada kehamilan
sebelumnya?
4 Apakah petugas mencuci tangan terlebih dahulu sebelum
melakukan pemeriksaan?
5 Apakah petugas melakukan pemeriksaan tanda vital pasien
meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan frekuensi
pernapasan?
6 Apakah petugas melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
:
1. Pada pre-eklampsia ringan: ditandai adanya
peningkatan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg.
2. Pada pre-eklampsia berat : tekanan darah >
160/110 mmHg, edema, pandangan kabur,
nyeri di epigastrium atau nyeri pada kuadran
kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula glisson), sianosis, adanya
pertumbuhan janin yang terhambat?
7 Apakah petugas melakukan cuci tangan setelah
pemeriksaan?
8 Apakah petugas pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
darah rutin (Hb,Ht,leukosit,trombosit) dan urin
lengkap untuk menilai kadar proteinuria?
9 Apakah petugas menegakkan diagnosis berdasarkan hasil
pemeriksaan?
10 Apakah petugas melakukan talaksanaan parotitis sebagai
berikut:
1. Tata laksana pre-eklampsia ringan.
1.1. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan
antenatal: tekanan darah, berat badan, tinggi
badan, indeks masa tubuh, ukuran uterus dan
gerakan janin.
1.2. Rawat jalan (ambulatoir)
1. Ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur
miring)
2. Konsumsi susu dan air buah
3. Obat antihipertensi
Indikasi utama pemberian antihipertensi pada
kehamilan adalah untuk keselamatan ibu dalam
mencegah penyakit serebrovaskular. Meskipun
demikian, penurunan tekanan darah dilakukan
secara bertahap tidak lebih dari 25% penurunan
dalam waktu 1 jam. Hal ini untuk mencegah
terjadinya penurunan aliran darah uteroplasenter.
Obat antihipertensi yang dapat diberikan :
1. Metildopa, biasanya dimulai pada dosis 250-500
mg per oral 2 atau 3 kali sehari, dengan dosis
maksimum 3 g per hari, atau
2. Nifedipin 10 mg kapsul per oral, diulang tiap
15-30 menit, dengan dosis maksimal 30 mg.
1. Tidak perlu diberikan obat-obatan seperti:
diuretik, dan sedatif.
2. Tata laksana pre-eklampsia berat.
a. Pemberian MgSO4 dosis awal dengan cara: ambil
4 mg MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan
larutkan dalam 10 ml aquades. Berikan secara
perlahan IV selama 20 menit. Jika akses IV sulit
berikan masing-masing 5 mg MgSO4 ( 12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan
kanan?
11 Apakah petugas merujuk bila ada satu atau lebih gejala dan
tanda-tanda pre-eklampsia berat ke fasilitas
pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki
dokter spesialis obstetri dan ginekologi setelah
dilakukan tata laksana pada pre-eklampsia berat?
12 Apakah petugas menulis hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik, diagnosa dan terapi ke dalam rekam medik?
13 Apakah petugas menandatangani rekam medik?

14 Apakah petugas menulis hasil diagnosa pada buku


register?

CR: …………………………………………%.
,………………………………
Pelaksana/Auditor

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai