Anda di halaman 1dari 3

Analisis Limbah Industri Logam Terhadap Kualitas Air Sungai Deli ( Ditinjau Dari Aspek Fisika

Dan Kimia )

ABSTRAK Kegiatan industri industri logam seperti industi lapis listrik dan baja di Kota Medan
berlokasi dekat dengan sungai Deli dan berbaur dengan kegiatan pemukiman, terutama di
Kelurahan Titi Kuning Lingkungan X dan Kelurahan Kota Bangun Lingkungan IV. Berdasarkan
Keputusan Gubemur Sumatera Utara Nomor 660.3/1266/K/92, sungai Deli ditetapkan sebagai
peruntukan air golongan B. Sedangkan industri logam tersebut menggunakan sungai Deli sebagai
badan penerima limbah cair dari kegiatan industri tersebut. Limbah cair dari industri logam
tersebut mengandung senyawa kimia logam berat yang berbahaya yaitu : Cu, Pb, Zn, Cd, Cr, Ni dan
Sianida. Sementara masyarakat di kedua lokasi penelitian tersebut masih menggunakan air sungai
Deli untuk mandi, mencuci dan air minum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh industri logam tersebut terhadap terhadap kualitas air sungai Deli dengan menggunakan
indikator fisika dan kimia air golongan B terutama untuk parameter logam berat. Tujuan kedua
yaitu untuk mengetahui tanggapan masyarakat yang bertempat tinggal dipinggir sungai Deli
terhadap kualitas air sungai Deli dan masalah lingkungan. Pengamatan dan pengambilan sampel
dilakukan 14 kali pada lokasi yang telah ditentukan. Ditentukan sebanyak 7 lokasi pengambilan
sampel yaitu Titi Gang Sejarah Deli Tua satu kali pengambilan sampel, jembatan gang Batu
Kelurahan Titi Kuning dua kali pengambilan sampel, jempatan Pangkalan Mansyur empat kali
pengambilan sampel, belakang PT. Growth Sumatera tiga kali pengambilan, belakang PT. Intan Suar
Kartika dua kali pengambilan, jembatan Kota Bangun satu kali pengambilan dan Titi Belawan satu
kali pengambilan. Paramter yang diamati dan dianalisis adalah Cd, Cr, Cu dan Pb. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai rata-rata logam berat pada lokasi pengamatan dekat industri lapis listrik
dan industri baja seperti logam Cd berkisar antara 0,02 - 0,04 mg/L , Cr berkisar antara 0,48 0,59
mg/L, Cu berkisar antara 1,24 - 1,36 mg/L dan Pb berkisar antara 1,14 - 0,72 mg/L. Mengacu
kepada Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Baku Mutu Air, maka parameter logam
berat pada lokasi pengamatan telah melampaui baku mutu air golongan B, yaitu air yang sesuai
untuk kebutuhan bahan baku air minum. Tanggapan masyarakat yang bertempat tinggal dipinggir
sungai Deli terhadap kualitas air sungai juga menyatakan bahwa telah terjadi penurunan kualitas air
sungai Deli. Pemahaman masyarakat sekitar terhadap permasalahan lingkungan khususnya tentang
pengelolaan lingkungan hidup sangat minim sekali.

analisis limbah
limbah industri
logam
kualitas air sungai deli
aspek fisika dan kimia
Sungai Deli merupakan salah satu dari delapan sungai yang ada di Kota Medan. Mulanya, pada
masa kerajaan Deli, sungai merupakan urat nadi perdagangan ke daerah lain. Saat ini, luas hutan di
hulu Sungai Deli hanya tinggal 3.655 hektare, atau tinggal 7,59 persen dari 48.162 hektare areal DAS
Deli. Padahal, dengan luas 48.162 hektare, panjang 71,91 kilometer (km), dan lebar 5,58 km, DAS
Deli seharusnya memiliki hutan alam untuk kawasan resapan air sedikitnya seluas 140 hektare, atau
30 persen dari luas DAS.

Selain itu, kini limbah mencemari sungai. Pencemaran Sungai Deli, 70 persen di antaranya
diakibatkan limbah padat dan cair. Limbah domestik padat atau sampah yang dihasilkan di Kota
Medan 1.235 ton per hari.

Wilayah Medan dan sekitarnya memang sudah menjadi langganan banjir setiap tahun. Tidak jauh
berbeda dengan Kota Jakarta, daerah yang dikenal dengan sebutan Tanah Deli ini selalu disambut
oleh banjir di setiap awal tahun, tepatnya di musim hujan. Bahkan, dalam rentang waktu sekitar lima
tahun sekali, banjir besar juga akan datang menggenangi kota ini yang terjadi di awal tahun 2011 lalu.

Ribuan rumah di 16 kecamatan dari 21 kecamatan di Medan terendam oleh banjir yang terjadi pada 6
Januari 2011 tersebut. Sebanyak enam sungai besar yang mengalir di kota ini, salah satunya Sungai
Deli meluap, akibat hujan yang mengguyur beberapa hari sebelumnya. Akibatnya, warga Medan
mengalami kerugian hingga miliaran rupiah, meskipun tidak ada korban jiwa dalam banjir terbesar
sejak delapan tahun terakhir itu.

Belakangan, ketika musim hujan tak lagi menentu, jadwal kedatangan banjir pun ikut-ikutan berubah.
Luapan Sungai Deli tak lagi bisa diprediksi kapan akan datang menggenangi rumah-rumah warga.
Banjir bisa datang kapan saja ketika hujan terus-terusan mengguyur Kota Medan, seperti yang terjadi
pada akhir bulan lalu. Bahkan, banjir ini masih bisa terjadi hingga awal tahun berikutnya.

Sepertinya, warga Medan harus lebih waspada lagi. Jika dulu mereka bisa memperkirakan banjir
setiap awal tahun. Namun, sekarang dengan turunnya hujan lebat satu harian, maka warga pun
harus segera menyelamatkan perabotan rumahnya ke daerah yang lebih tinggi. Jika tidak, bisa saja
hanyut diseret arus Sungai Deli yang mengalir di dalam rumah mereka.

Kota Medan sendiri sebenarnya adalah salah satu kota besar di Indonesia. Bahkan, pemerintah kota
sudah mencanangkannya menjadi ‘kota metropolitan’. Sayangnya, kota ini masih bermasalah dengan
banjir. Sama seperti Jakarta, meskipun kota besar, Medan ternyata tidak bisa bebas dari banjir.
Setiap musim hujan, curah hujan yang tinggi

selalu saja berbuah bencana bagi warga.

Anehnya, banjir yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia, termasuk di Medan seringkali
hanya disebabkan oleh hujan seharian. Dengan hujan satu hari saja, kota ini langsung terendam
luapan air sungai. Tentu saja ada yang salah dalam pembangunan kota, sehingga banjir selalu saja
menjadi langganan setiap tahunnya. Bisa saja pembangunan di kota ini tidak berjalan sesuai aturan,
dimana bangunan bisa didirikan seenaknya.

Tak heran, jika akhirnya banyak pengamat yang menyalahkan tata kota di daerah ini yang memang
bermasalah. Ketidakdisiplinan pemerintah dalam melaksanakan rencana tata ruang dan wilayah kota
(RTRWK) pun menjadi sorotan. Tata kota yang jelek inilah yang paling banyak menjadi penyebab
banjir; bahkan tidak hanya di Medan, juga di kota-kota besar lainnya, termasuk Jakarta.

Padahal, RTRWK ini biasanya telah disusun beberapa tahun sebelumnya, dengan selalu dilakukan
redesain untuk memperbaharuinya. Itupun dilakukan dengan memperhatikan aspek lingkungan,
termasuk juga drainase untuk aliran air. Namun, jika sama sekali tidak ada kedisiplinan dalam
menjalankannya, hasilnya tetap saja akan nihil, dan kemudian dampaknya seperti yang kita lihat
sekarang ini.

Developer di DAS Deli tampak tidak mengikuti RTRWK yang sudah ditetapkan. Pencemaran semakin
parah dengan banyaknya pabrik, rumah sakit dan hotel di sepanjang DAS Deli. Hak kepemilikan atas
tanah rakyat kecil juga diterbengkalaikan. Sudah saatnya kita benahi.

Kalau bukan kita, siapa lagi.. Kalau bukan sekarang.. Kapan Lagi.
Saya, Dody Pradipto Y.S., Calon Legislatif DPRD Kota Medan akan menjadikan Pengendalian Banjir
dan Normalisasi Sungai Deli sebagai target utama yang harus diprioritaskan oleh Pemerintahan Kota
Medan di Thun 2014 mendatang. , Salam Indonesia Raya,-

Cara merekomendasikan page DPYSfor2104 (http://facebook.com/dpys2014 ) kepada semua teman


anda di facebook :
1. masuk ke dalam page ini, klik LIKE
2. cari : Undang teman-teman anda menyukai Halaman ini ( di bagian kanan) klik LIHAT SEMUA
3. cari interaksi terbaru dan klik ke LIHAT SEMUA TEMAN
4. Conteng semua nama teman anda dan klik KIRIM.

Terima kasih atas bantuan para sahabat. Semoga perjuangan kita untuk Medan Tercinta dapat
terwujud. Salam Indonesia Raya !!

Anda mungkin juga menyukai