Anda di halaman 1dari 25

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Konfigurasi Mikrotik Router

Peneliti menggunakan RB75IU-2HnD sebagai router.


Dikarenakan di dalam RB751U-2HnD telah terpasang Mikrotik
RouterOS dengan versi 5.11 sehingga tidak diperlukan instalasi
Mikrotik RouterOS terlebih dahulu. Sebelum penelitian dimulai ada
beberapa konfigurasi dasar yang digunakan guna mendukung
penelitian mengenai bandwidth management dapat berjalan dengan
baik. Berikut langkah awal dalam melakukan konfigurasi dalam
mikrotik :

1. Secara Default IP addresss pada RB75IU-2HnD adalah


192.168.88.1. Untuk dapat mengaksesnya yaitu dengan
mengisikan alamat IP 192.168.88.1 pada browser yang
tersedia hingga tampil halaman seperti di bawah ini:

Gambar 4.1 Tampilan Mikrotik pada browser


55

2. Untuk mengakses kedalam Mikrotik dapat dilakukan


dengan beberapa cara yaitu menggunakan Winbox, webfig,
atau menggunakan SSH/Telnet.

3. Dengan memilih konfigurasi menggunakan webfig. Maka


akan muncu tampilan konfigurasi sebagai berikut :

Gambar 4.2 Tampilan Mikrotik dengan webfig

4. Jika menggunakan Telnet maka hanya tinggal memilih


connect with telnet. Atau menggunakan command prompt
dari Windows dengan mengetikkan telnet 192.168.88.1.
Sehingga akan tampil konfigurasi seperti berikut :
56

Gambar 4.3 Tampilan Mikrotik dengan telnet

5. Jika menggunakan Winbox maka kita tinggal melakukan


download aplikasi Winbox melalui halaman Mikrotik dan
mengisikan IP address dari Mikrotik pada Winbox loader
seperti pada gambar berikut:

Gambar 4.4 Tampilan Mikrotik dengan winbox

4.2. Implementasi Simple Queue, Hierarchial Token Bucket ( HTB )

Berikut ini merupakan addressing dan subnetting pada jaringan


menggunakan metode Simple Queue dan Hierarchial Token Bucket (HTB)
yang dibangun:

WAN IP address : 192.168.99.5 (gateway dari ISP)

Netmask : 255.255.255.0

LAN IP address : 190.169.10.0/24

Netmask : 255.255.255.0
57

Gateway : 190.169.10.1

DNS : 190.169.10.1

Interface pada Mikrotik:

1. Internet : IP address 192.168.99.5 mengarah ke ISP.

2. Local : IP address 190.169.10.1 mengarah jaringan client.

Konfigurasi dasar pada mikrotik melalui Winbox dalam menu new


terminal.

a. Penamaan Interface:

[admin@mikrotik] > /interface set 1 name=”Local”

[admin@mikrotik] > /interface set 1 name=”Internet”

Gambar 4.5 Konfigurasi penamaan interface pada mikrotik

b. Pengalamatan:

[admin@mikrotik] ip address add


address=192.168.99.5/24 interface=Local
58

[admin@mikrotik] ip address add


address=190.169.10.1/24 interface=Interface

Gambar 4.6 Konfigurasi pengalamatan interface pada mikrotik

c. Konfigurasi gateway mikrotik

[admin@mikrotik]ip route add gateway=192.168.99.254

Gambar 4.7 konfigurasi gateway pada mikrotik

d. Konfigurasi DNS (Domain Name Server):

Untuk parameter DNS menggunakan DNS dari ip yang diberikan oleh


ISP.

[admin@mikrotik] ip dns set server=192.168.99.254

Gambar 4.8 Konfigurasi DNS pada mikrotik


59

d. Konfigurasi Masqurade pada firewall NAT menerjemahkan alamat IP


client menjadi satu level dengan IP router, sehingga memiliki hak yang
sama seperti IP pada Router. Implementasinya pada router :
[admin@mikrotik] ip firewall nat add chain=srcnat
action=masquerade

Gambar 4.9 Konfigurasi firewall NAT pada mikrotik

4.3. Pengujian dan Analisa Hasil

Setelah dilakukan konfigurasi bandwidth management dengan


menggunakan masing-masing metode, maka dilakukan pengujian dan
analisa berdasarkan konsep dasar masing-masing metode agar terlihat
dengan jelas bagaimana perbandingan masing-masing metode tersebut.
Dalam pengamatan metode-metode tersebut menggunakan Winbox.

4.3.1. Analisa metode simple queue

a. Pengujian Data Rate

Dalam pengujian data rate simple queue ini dilakukan


pengambilan data sebanyak 10 kali setiap 5 detik setiap
client dengan max bandwidth per-client sebesar 256kbps.
Dan diambil rata-rata setiap client-nya. Untuk hasil
pengujian disajikan pada Tabel 4.1 dan Grafik 4.1 berikut
ini :

No Detik Max Bandwidth 256Kb


60

client1 client2 client3

1 5 78.7 kb 58.3 kb 59.1 kb

2 10 75.1 kb 59.1 kb 71.0 kb

3 15 87.0 kb 58.6 kb 58.3 kb

4 20 102.9 kb 47.3 kb 48.0 kb

5 25 106.7 kb 48.4 kb 48.0 kb

6 30 97.7 kb 72.1 kb 36.0 kb

7 35 173.0kb 35.5 kb 23.6 kb

8 40 128.6 kb 22.6 kb 90.4 kb

9 45 98.8 kb 11.6 kb 93.2kb

10 50 98.9 kb 23.6 kb 94.6kb

43.71 62.22
rata-rata 104.74kb
kb kb

total rata-rata
210.67kb
data rate

Tabel 4.1 Hasil pengujian data rate Simple Queue


61

Gambar 4.13 Analisa data rate pada Simple Queue

Grafik 4.1 Hasil pengujian data rate Simple Queue

b. Pengujian transmiter data pada interface ether2-local

Pada pengujian Tx (transmiter) dilakukan


pengambilan data sebanyak 10 kali setiap 5 detik sekali
dengan melihat pada interterface Local dan diambil rata-
rata Tx-nya. Untuk hasil pengujiannya dapat dilihat pada
Tabel 4.2 berikut ini :

Transmiter
No Detik (Tx)
1 5 196,1 kb
2 10 205,2 kb
3 15 203,9 kb
4 20 198,2 kb
5 25 203,1 kb
6 30 205,8 kb
7 35 232,1 kb
8 40 241,6 kb
9 45 203,6 kb
10 50 217,1 kb

rata-rata 210,67 kb
62

Tabel 4.2 Hasil pengujian transmitter data Simple Queue

Gambar 4.14 Analisa transmitter pada Simple Queue

Grafik 4.2 Hasil pengujian transmitter Simple Queue

c. Pengujian Throughput
63

Pengujian throughput dilakukan dengan melihat berapa waktu


yang di butuhkan untuk mendownload file sebesar 3.37 Mb
dari http://www.1clickfm.com/media/songs/Wide%20Awake
%20-%20Katy%20Perry.mp3

Pencatatan waktu dengan menggunakan stopwacth. Dengan


hasil yang bisa dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini :

Ukuran
Waktu
File Bandwidth Throughput
(s)
(kbit) limit max (kbps)

client1 256k 327 269.5

client2 3370 256k 335 262.3

client3 256k 335 261.6

rata-rata 264.4

Tabel 4.3 Hasil pengujian throughput Simple Queue

4.3.2. Analisa Hierarchial Token Bucket ( HTB )

a. Pengujian Data Rate

Dalam pengujian data rate Hierarchial Token Bucket ( HTB )


ini dilakukan pengambilan data sebanyak 10 kali setiap 5
detik setiap client dengan max bandwidth per-client sebesar
256kbps. Dan diambil rata-rata setiap client-nya. Hasil
pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.5 dan Grafik 4.3 berikut
ini :

Max Bandwidth 256kb


No Detik client1 client2 client3
1 5 93,4 kb 82,7 kb 79,9 kb
64

2 10 75,4 kb 94,5 kb 86,8 kb


3 15 90,4 kb 81,4 kb 84,4 kb
4 20 84,4 kb 93,4 kb 78,4 kb
5 25 81,4 kb 78,4 kb 96,5 kb
6 30 75,4 kb 84,4 kb 96.6 kb
7 35 96,4 kb 81,4 kb 77,0 kb
8 40 96,4 kb 81,4 kb 78,9 kb
9 45 96,4 kb 75,4 kb 84,4 kb
10 50 81,4 kb 93,4 kb 81,4 kb
rata-rata 87,1 kb 84,6 kb 83,1 kb
total rata-rata 254,8 kb

Tabel 4.4 Hasil pengujian data rate pada HTB

Gambar 4.15 Analisa data rate pada HTB


65

Grafik 4.2 Hasil pengujian data rate HTB

b. Pengujian transmiter data pada interface ether2-local

Pada pengujian Tx (transmiter) dilakukan


pengambilan data sebanyak 10 kali setiap 5 detik sekali
dengan melihat pada interterface Local dan diambil rata-
rata Tx-nya. Untuk hasil pengujiannya dapat dilihat pada
Tabel 4.6 berikut ini :
66

Transmiter
No Detik (Tx)
1 5 256,0 kb
2 10 256,7 kb
3 15 256,2 kb
4 20 256,2 kb
5 25 256,3 kb
6 30 262,4 kb
7 35 254,8 kb
8 40 256,7 kb
9 45 256,2 kb
10 50 256,2 kb
rata-rata 256,8 kb

Tabel 4.5 Hasil uji transmiter data pada HTB


67

Gambar 4.16 Analisa transmitter pada HTB

c. Pengujian Throughput

Pengujian throughput dilakukan dengan melihat berapa waktu


yang di butuhkan untuk mendownload file sebesar 3.37 Mb
dari http://www.1clickfm.com/media/songs/Wide%20Awake
%20-%20Katy%20Perry.mp3

Pencatatan waktu dengan menggunakan stopwacth. Dengan


hasil yang bisa dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini :

Ukuran
Waktu
File Bandwidth Throughput
(s)
(kbit) limit max (kbps)

client1 256k 325 267.8

client2 3370 256k 338 282.1

client3 256k 339 265.2

rata-rata 271,7

Tabel 4.6 Hasil pengujian throughput HTB

4.4. Hasil Pengujian dan Analisa

Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode simple


queue dan hierarchial token bucket ( HTB ) didapatkan hasil sebagai
berikut :

a. Pengujian Data Rate pada simple queue dan HTB

Dari tabel 4.1 dan tabel 4.4

total rata-
Total Total Total
No Metode rata data
Client1 Client2 Client3
rate
68

Simple
1 104.74kb 43.71kb 62.22 kb 210.67kb
Queue

2 HTB 87,1 kb 84,6 kb 83,1 kb 254,8 kb


69

Dari grafik 4.1 dan grafik 4.2

Grafik 4.1 Hasil pengujian data rate Simple Queue

Grafik 4.2 Hasil pengujian data rate HTB


70

b. Dari pengujian transmitter dengan metode simple


queue dan HTB

Dari tabel 4.2 dan 4.5

Transmiter
No Detik (Tx)
1 5 196,1 kb
2 10 205,2 kb
3 15 203,9 kb
4 20 198,2 kb
5 25 203,1 kb
6 30 205,8 kb
7 35 232,1 kb
8 40 241,6 kb
9 45 203,6 kb
10 50 217,1 kb

rata-rata 210,67 kb

Tabel 4.2 Hasil pengujian transmitter data Simple Queue


71

Transmiter
No Detik (Tx)
1 5 256,0 kb
2 10 256,7 kb
3 15 256,2 kb
4 20 256,2 kb
5 25 256,3 kb
6 30 262,4 kb
7 35 254,8 kb
8 40 256,7 kb
9 45 256,2 kb
10 50 256,2 kb
rata-rata 254,8 kb

Tabel 4.5 Hasil pengujian transmitter data HTB

Dari hasil pengujian dan analisa metode Simple Queue dan Hierarchial
Token Bucket ( HTB ) dapat diambil kesimpulan awal bahwa :

1. Penggunaan simple queue lebih mudah dari HTB dimana


pada HTB diperlukan setting tambahan pada firewall
mangle. Di mana pada mangle tersebut kita harus menandai
setiap paket yang akan kita tujukan kepada client kita.

2. Dari tabel 4.1 dan tabel 4.4 begitu juga dengan grafik 4.1
dan grafik 4.2 didapatkan kesimpulan bahwa pada metode
simple queue terdapat perbedaan data rate yang tidak
seimbang dari ke tiga client yaitu 104.74 kb, 43.71 kb, dan
62.2 kb. Berarti terdapat tarik menarik bandwidth dari
ketiga client tersebut. Berbeda dengan ketika peneliti
menggunakan metode HTB hampir tidak terdapat
perbedaan data rate yaitu 87.1 kb, 84.6 kb, dan 83.1 kb.
Dari ke tiga client bisa di katakan mendapatkan bandwidth
72

yang sama dan tidak terjadi tarik menarik bandwidth seperti


pada metode simple queue.

3. Dari tabel 4.1 dan tabel 4.4 begitu juga dengan grafik 4.1
dan grafik 4.2 juga didapatkan kesimpulan bahwa pada
simple queue didapatkan total bandwidth yang tidak
mencapai maksimal / 256 kbps, karena hanya mendapatkan
total 210.67 kbps terjadi bandwidth loss sebesar 45.33 kbps
atau sekitar 17.71% . Sedangkan dengan metode HTB
client mendapatkan total 254.8 kbps, terjadi bandwidth loss
sebesar 1.2 kbps atau sekitar 0.47% . Ini berarti bahwa
metode HTB sangat berperan dalam hal bandwidth loss.

4.5. Implementasi Pada OQ Solusi Network

Setelah dilakukan penelitian menggunakan simple queue dan HTB


didapatkan bahwa metode HTB sangat optimal dalam pembagian
bandwidth maka peneliti mengimplementasikan metode tersebut pada
perusahaan OQ Solusi Network.

a. Desain jaringan pada OQ Solusi Network


73

b. Pada OQ Solusi Network terdapat 2 buah PC yang


terhubung menggunakan media LAN sebagai penghubung.
Sedangkan karyawan yang lainnya menggunakan notebook
yang terhubung melalui Wireless.

c. Wireless pada OQ Solusi Network menggunakan ARP


berdasarkan mac-address sebagai langkah pengamanan.

4.5.1. Pengujian dan Analisa Implementasi.

Setelah diimplementasikan diperlukan uji lanjut bahwa


metode HTB tersebut telah berjalan dengan sempurna. Pengujian
dilakukan dengan melakukan proses download pada 3 client. File
yang akan di download sebesar 3,37Mb yang berasal dari
http://www.1clickfm.com/media/songs/Wide%20Awake%20-
%20Katy%20Perry.mp3. Analisa dilakukan secara bertahap mulai
1 client hingga mencapai 3 client.
74

a. 1 client download

No. Detik Client 1


1 5 255,4 kb
2 10 252,4 kb
3 15 255,4 kb
4 20 255,4 kb
5 25 255,4 kb
6 30 255,4 kb
7 35 255,4 kb
8 40 255,4 kb
9 45 255,4 kb
10 50 255,4 kb
Rata-Rata 255,1 kb
Tabel 4.7 Hasil pengujian data rate pada client 1

Grafik 4.3 Hasil pengujian data rate pada client 1


75

b. 2 client download

No. Detik Client 1 Client 2


1 5 135,5 kb 120,4 kb
2 10 129,7 kb 126,4 kb
3 15 126,7 kb 129,4 kb
4 20 129,8 kb 123,4 kb
5 25 129,5 kb 126,4 kb
6 30 120,4 kb 135,4 kb
7 35 132,8 kb 123,4 kb
8 40 129,4 kb 126,4 kb
9 45 123,5 kb 132,4 kb
10 50 129,7 kb 123,4 kb
Rata-Rata 128,7 kb 126,7 kb
Total Rata-Rata 255,4 kb
Tabel 4.8 Hasil pengujian data rate pada client 1
dan client 2

Grafik 4.3 Hasil pengujian data rate pada client 1


dan client 2
76

c. 3 client download

No. Detik Client 1 Client 2 Client 3


1 5 84,4 kb 87,4 kb 84,0 kb
2 10 84,4 kb 87,4 kb 84,0 kb
3 15 81,4 kb 87,4 kb 84,0 kb
4 20 87,4 kb 84,4 kb 84,0 kb
5 25 87,4 kb 84,4 kb 84,0 kb
6 30 87,4 kb 78,4 kb 87,0 kb
7 35 84,4 kb 84,4 kb 87,0 kb
8 40 88,3 kb 84,4 kb 84,0 kb
9 45 84,4 kb 87,4 kb 84,0 kb
10 50 87,4 kb 81,4 kb 84,0 kb
Rata-Rata 85,69 kb 84,7 kb 84,6 kb
Total Rata-Rata 254,99 kb
Tabel 4.9 Hasil pengujian data rate pada client 1 ,client 2
dan client 3

Grafik 4.3 Hasil pengujian data rate pada client 1 ,client 2


dan client 3

Dari hasil pengujian dan analisa metode Hierarchial Token


Bucket ( HTB ) yang telah di implementasikan dapat diambil
kesimpulan awal bahwa metode HTB telah berjalan secara
sempurna pada OQ Solusi Network. Dilihat ketika dilakukan
download oleh satu client yaitu 255.1 kb. Dilakukan penelitian
77

ulang dengan dua client menjadi 128.7 kb untuk client 1 dan


126.7 kb untuk client ke 2 dengan total bandwidth 255.4 kb.
Begitu pula setelah dengan penilitian yang ke tiga dengan
menggunakan tiga client didapatkan 85.69 kb untuk client 1,
84.7 kb untuk client ke 2, dan 84.6 kb untuk client ke 3 dengan
total bandwidth 254.99 kb.
78

4.6. 4234

5. Hierarchial Token Bucket ( HTB )

5.1.

Anda mungkin juga menyukai