Anda di halaman 1dari 9

BAB II ISI

A. Komposisi dari emisi gas buang diesel

Gas buang mesin diesel sangat banyak mengandung partikulat karena banyak
dipengaruhi oleh faktor dari bahan bakar yang tidak bersih. Faktor lain yang sangat dominan
dalam memberikan sumbangan zat cemaran keudara adalah faktor Campuran udara kompresi
dengan bahan bakar yang disemprotkan. Pencampuran yang tidak sebanding (terlalu banyak
bahan)akan menghasilkan gas buangan yang mengandung partikulat berlebihan. Grafik dibawah
ini menunjukkan dimana pada kondisi pencampuran yang sangat kaya (lambda mendekati nol)
maka partikulat akan meningkat dengan tajam.

 Pelumas tidak terbakar

Komponen ini menempati penyumbang terbesar dalam gas buang, yaitu


40%, berasal dari minyak pelumas dalam silinder yang tidak terbakar selama proses pembakaran,
komponen ini menyumbangkan asap berwarna yang keputih-putihan. Semakin banyak minyak
pelumas yang ikut dalam proses pembakaran maka akan semakin banyak warna putih dalam gas
buang. Minyak pelumas yang tidak terbakar tersebut mengandung sususan karbon (C dan H).

 Residu / Kotoran

Partikulat pada gas buang mesin diesel berasal dari partikel susunan bahan
bakar yang masih berisikan kotoran kasar (abu, debu) dikarenakan pemrosesan bahan bakar yang
kurang baik.
Terutama bahan bakar diesel di Indonesia, biasanya solar tidak berwarna atau bening, namun
bahan bakar solar kita pasti berwarna agak ke gelapan. Ini menandakan adanya kotoran dalam
bahan bakar.
Sehingga pada saat terjadi pembakaran, kotoran tersebut akan tyerurai dari susunan partikel yang
lain dan tidak terbakar. Semakin banyak residu dalam bahan bakar, dengan mesin secanggih
apapun akan dihasilkan gas buangan dengan kepulan asap hitam.

 Sulfat

Sulfur yang ada pada bahan bakar yang berasal dari fosil adalah hal yang
sudah lumrah., sulfur tersebut berbentuk sulfur organik maupun non organik. Pembakarn pada
mesin diesel dengan menggunakan bahan bakar fosil biasanya akan menghasilkan sulfur
dioksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3) dengan perbandingan 30 : 1, berarti sulfur dioksida
merupakan bagian yang sangat dominan dalam gas buang diesel.
Sulfur dioksida yang ada diudara bila bertemu dengan uap air akan membentuk susunan asam,
selanjutnya bisa terjadi hujan asam yang sangat merugikan.

 Lain-lain

8% gas buang diesel merupakan kumpulan dari bermacam-macam gas


beracun diantaranya: CO, HC, CO2, NOx,. Sudah diuraikan dalam bab pendahuluan bahwa gas
buangan susunan tersebut meskipun hanya dalam jumlah yang kecil (8%), namun tetap
memberikan andil dalam pencemaran udara.
Gas-gas beracun tersebut bisa dikurangi dengan cara membuat proses pembakaran di dalam
mesin menjadi lebih sempurna dengan cara meningkatkan kemampuan kompresi dan injeksi
bahan bakar yang tepat waktu dan jumlah dengan bahan bakar yang lebih baik kualitasnya.

B. Efek zat yang terkandung pada gas buang terhadap manusia dan
lingkungan.

 Gas CO

Jika terhirup kedalam paru-paru maka gas ini akan beredar bersamaan
dengan darah dan menghalangi masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini karena
gas CO bersifat racun, ikut bereaksi secara metabolis dengan darah (Hb). Ikatan karbon
monoksida dengan darah (karboksihaemoglobin) lebih stabil daripada ikatan oksigen dengan
darah (oksihaemoglobin), sehingga darah menjadi lebih mudah menangkap gas CO dan fungsi
vital darah sebagai pengangkut terganggu.
Apabila peredaran darah terganggu maka efek yang dirasakan oleh tubuh
manusia adalah pusing, rasa tidak enak dimata, sakit kepala dan mual (jika konsentrasi gas CO
rendah). Ini bisa menjadi sangat berbahaya ketika konsentrasi gas CO tinggi, efeknya yaitu detak
jantung meningkat, rasa tertekan di dada, sulit untuk bernafas, kelemahan otot, serangan jantung
dan berujung pada kematian.

 Timbal (Pb)

Taukah kamu, apakah manfaat penambahan timbal pada bahan bakar


kendaraan bermotor? Ya, alasan mengapa ditambahkannya timbal ialah untuk menurunkan nilai
oktan yang biasanya ditambahkan kedalam bahan bakar berkualitas rendah sehingga dapat
mengurangi ketukan. Ketika timbal terhirup ka dalam tubuh, maka akan beredar mengikuti aliran
darah kemudian diserap kembali oleh otak dan ginjal. Untuk selanjutnya disimpan dalam gigi
dan tulang. Bahaya yang ditimbulkannya yakni gangguan fase awal pertumbuhan fisik dan
mental yang berakibat pada fungsi kecerdasan, penurunan IQ dan pemusatan perhatian,
hiperaktif,gangguan fungsi pendengaran dan penglihatan, dan masih banyak lagi efek yang
disebabkan termasuk pula pelunakan tulang yang terjadi karena Pb memiliki biloks yang sama
dengan Ca sehingga timbal dapat dengan mudah mengambil alih posisi kalsium dalam tubuh. Ca
berperan dalam pengerasan tulang, apabila Ca digantikan oleh Pb dengan demikian tidak ada zat
yang berperan dalam pengerasan tulang sehingga tulang menjadi lunak.

 Gas CO2

Emisi kendaraan bermotor menyebabkan konsenttrasi CO2 di atmosfer


meningkat drastis hingga malampaui kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorbsinya.
Dalam keadaan normal, energi sinar matahari yang masuk ke bumi dipantulkan kembali ke
angkasa dalam bentuk radiasi inframerah. Karena konsentrasi CO2 saat ini begitu besar di
atmosfer sehingga pantulan inframerah tersebut di radiasikan kembali ke bumi. Efeknya, terjadi
peningkatan suhu bumi secara global yang memicu terjadinya efek rumah kaca yang kini
menjadi isu utama di dunia yaitu Global Warming.

 Kabut karbon

Emisi kendaraan bermotor turut pula menhasilkan kabut karbon. Kabut


karbon terbentuk dari hasil pembakaran yang tak sempurna. Kabut karbon juga berperan dalam
memunculkan efek negatif pada tubuh manusia, antara lain kanker. Selain itu, kabut karbon
bersifat induser (pemicu pertumbuhan sel tumor).
C. Standar Emisi

A. Standar Eropa

B. Standar Amerika

Sepanjang tahun 1950 sampai 1960-an, komisi pemerintah daerah dari


negara-negara bagian di AS melakukan penelitian pada berbagai sumber
pencemaran udara. Studi ini akhirnya berkesimpulan bahwa sebagian
besar pencemaran udara disebabkan oleh gas buang kendaraan
bermotor/mobil,

Komisi ini juga menyimpulkan bahwa pembatasa emisi tidak bisa


dilakukan dari negara bagian atau setempat saja (waktu itu aturan emisi
telah di hasilkan oleh beberapa negara bagian dan kota saja melalui
peraturan daerah setempat), lalu
peraturan daerah yang tidak efektif secara bertahap segara digantikan oleh
Peraturan Negara yang lebih konprehensif.

Pada 1967 negara bagian California mendirikan California Air Resources


Board (CARB), lalu pada 1970 US Environmental Protection Agency
(EPA) juga terbentuk. Kedua lembaga tersebut sampai sekarang sangat
berkompeten membuat dan menegakkan aturan emisi untuk mobil serta
sumber pencemar lingkungan lainnya. Melalui lembaga serupa segala
aturan tentang emisi dikembangkan dan diimplementasikan juga di Eropa,
Australia, dan Jepang serta negara lain.

Upaya pertama untuk pengendalian pencemaran lingkungan oleh gas


buang mesin mobil adalah sistem PCV (positive crank ventilation ).
Sistem ini menghisap kembali kebocoran HC dari celah piston dan dinding
silinder yang tertampung dalam carter mesin, lalu hidrokarbon ini
dikembalikan ke intake manifold melalui PCV karena HC tidak boleh
dibuang ke udara terbuka.

PCV pertama kali diaplikasikan secara luas pada mesin mobil baru yang
dijual di California tahun 1961 dan pada tahun 1964 PCV menjadi
peralatan standar pengontrol emisi HC untuk semua kendaraan di seluruh
dunia.

Pada tahun 1966 untuk pertama kalinya mobil baru yang dijual di
California harus mengikuti aturan Negara Bagian tersebut dan tahun 1968
aturan itu semakin diperketat sesuai dengan amanat EPA.

Pada tahun 1974 keluarlah aturan standar emisi yang lebih ketat, sehingga
diperlukan teknik service/tune up yang lebih baik secara berkala agar
memenuhi standard emisi yang baku. Lalu pada tahun 1975 diumumkan
pemakaian catalytic converter guna mereduksi kandungan emisi
berbahaya pada gas buang, dan catalytic converter hanya bisa dipakai bila
mesin menggunakan bensin tanpa timbel

Tahun 1972, General Motors mengusulkan pada American Petroleum


Institute (API) untuk menghapuskan bahan bakar bertimbal, lalu diringi
pada tahun 1975 GM pertamakali memproduksi mesin mobil
menggunakan catalytic converter tentu saja harus menggunakan bensin
bebas timbal (timah hitam)
Akhirnya seperti yang kita jumpai bahwa semua mobil modern hari ini
dilengkapi dengan catalytic converter serta bensin tanpa timbal dapat kita
temukan di mana-mana.

C. Standar Indonesia

Pengaturan emisi gas buang sudah diwacanakan sejak tahun 1990-an


setelah Earth Summit di Rio de Janeiro tahun 1992. Kementerian
Lingkungan Hidup kemudian meratifikasinya dalam bentuk peraturan
Menteri Lingkungan Hidup nomor 35 tahun 1993.
D. Cara-cara mengukur emisi mesin diesel.

Kita awali dengan menghitung karbon dari perusahaan dulu deh, dengan
asumsi jumlahnya akan jauh lebih besar dibandingkan emisi karbon dari rumah kita.
Banyak rujukan yang menyarankan kita untuk mengelompokan sumber emisi menjadi 3
kelompok, yaitu scope 1, 2 dan 3.
Scope 1 adalah emisi karbon dari kegiatan dimana kita punya kendali
penuh, misal pengoperasian boiler, genset atau alat/fasilitas lainnya yang menggunakan
bahan bakar fosil termasuk kendaraan milik perusahaan untuk transportasi orang/barang.
Sumber lainnya bisa dari proses produksi yang mengemisikan gas-gas rumah kaca (GRK)
lainnya , seperti CH4, PF5 dll (lihat tabel 1). Data yang kita perlukan adalah data jumlah
bahan bakar fosil yang dipakai, misal berapa liter solar dalam 1 tahun. Data ini bisa
didapat dari bukti pembelian solar dari bagian keuangan atau pembelian.
Scope 2 adalah emisi yang berasal dari energi yang kita beli atau
datangkan dari luar, misal listrik yang kita pakai dari PLN atau steam dari pemasok luar.
Data yang diperlukan adalah data jumlah listrik (dalam kWh) per tahun yang bisa di
dapat dari tagihan listrik PLN.
Scope 3 adalah emisi yang berasal dari kegiatan pemasok yang memasok
barang ke perusahaan kita. Biasanya emisi dari scope 3 ini jarang dihitung, selain karena
faktor kesulitan dalam akses data juga karena jumlahnya yang relatif kecil.
Data lainnya yang harus ada adalah Faktor Konversi (lihat tabel 2 dan 3)
untuk konversi satuan KWh dan volume bahan bakar ke jumlah emisi CO2 (ton
ekivalen). Jika emisi yang kita hitung adalah GRK diluar CO2 maka kita perlu data
Global Warming Potensial (GWP) (lihat tabel 1).
Jadi rumus untuk di scope 1, yaitu CO2 ton e = jumlah bahan bakar fosil
(liter) x Faktor konversi (sesuai jenis bahan bakarnya) x GWP/1000
Rumus untuk scope 2, yaitu CO2 ton e = jumlah pemakaian listrik (kWh)
x faktor konversi (kg/KWh)/1000
Contoh perhitungannya bisa dilihat di tabel 2 dan 3. Mudah bukan! Kalau
masih ada yang bingung atau kurang jelas atau kondisi di perusahaan kita yang
unik/spesifik, bisa kita diskusikan di blog ini, OK!
Oya, setelah kita hitung emisi karbonnya, kita bisa tahu berapa besar kontribusi
kita terhadap pemanasan global dan perubahan iklim. Setelah itu kita bisa mengidentifikasi
potensi-potensi pengurangan emisi karbon dan menetapkan target berapa besar target
pengurangan.

E. Cara dan teknologi mengurangi emisi mesin diesel.

Teknologi Penanggulangan Emisi Dari Kendaraan

Teknologi penaggulangan emisi dari mesin dapat dikategorikan menjadi 2 bagian


besar yaitu pengurangan emisi metode primer, dan pengurangan emisi metode skunder. Untuk
pengurangan emisi metode primer adalah sebagai berikut:

Berdasarkan bahan bakar :

* Penggalangan penggunaan non petroleum liquid fuels


* Penggunaan angka cetan yang tinggi bagi motor motor diesel
* Penggunaan bahan bakar gas
* Penerapan teknologi emulsifikasi

Berdasarkan perlakuan udara :

* Penggunaan teknologi exhaust gas recirculation


* Pengaturan temperature udara yang masuk pada motor
* Humidifikasi

Berdasarkan proses pembakaran :

* Modifikasi pada pompa bahan bakar dan system injeksi bahan bakar
* Pengaturan waktu injeksi bahan bakar
* Pengaturan ukuran droplet dari bahan bakar yang diinjeksikan
* Injeksi langsung air ke dalam ruang pembakaran.

Untuk pengurangan emisi metode skunder adalah :

* Penggunaan Selective Catalytic Reduction (SCR)


* Penerapan teknologi Sea Water Scrubber untuk aplikasi di kapal
* Penggunaan katalis magnet yang dipasang pada pipa bahan bakar
* Penggunaan katalis pada pipa gas buang kendaraan bermotor

Metode sekunder pengurangan emisi ini ditujukan lebih kepada memberikan efek
positip kepada lingkungan secara keseluruhan. Efek positip yang diperoleh dari penurunan emisi
yang dihasilkan dari metode ini tidak boleh memberikan beban kepada lingkungan lain seperti
adanya sampah material dari produksi /proses yang dilakukan. Kontrol emisi dengan
menggunakan metode sekunder ini banyak dilakukan pada sektor industri dan juga perkapalan
disebabkan oleh semakin ketatnya regulasi lingkungan. Berikut 2 macam metode sekunder yang
saat ini banyak diterapkan:

1. Selective Catalytic Reduction (SCR) untuk mengurangi emisi NOx

Prinsip utama sistem Selective Catalytic Reduction(SCR) adalah penggunaan urea


((NH2)2CO) atau amoniak (NH3). Bahan ini diinjeksikan ke dalam aliran gas buang, dan NOx
akan berubah menjadi N2 dan uap air. Reaksi kimia yang terjadi seperti tertera di bawah ini:

2NO + 2NH3 + 1/2O2 ⇒ 2N2 + 3H2O


6NO2 + 8NH3 ⇒ 7N2 + 12H2O

Efisiensi dari sistem SCR ini sangat berarti untuk mengurangi emisi NOx yaitu
sebesar 90-95% dan menghasilkan nitrogen dan uap air yang tidak berbahaya bagi lingkungan.

2.Seawater Exhaust Gas Scrubber untuk mengurangi emisi SOx

Prinsip utama sistem ini adalah mendinginkan gas buang sampai pada titik embun
dari gas buang tersebut dan mengakibatkan terjadinya kondensasi pada SOx. Saat terjadinya
pendinginan akibat kontak gas buang dengan air laut, dimana air laut adalah asam natural dengan
pH 8.1, terjadi kombinasi kerja yaitu netralisasi dan pengenceran gas buang. Sistem ini awalnya
banyak digunakan sebagai sistem untuk de-sulphurisasi dalam industri, namun saat ini banyak
digunakan untuk aplikasi penurunan SOx di kapal. Dalam suatu kasus, emisi SOx menurun dari
497 ppm menjadi 48 ppm dengan pH water scrubber menurun dari 8.01 menjadi 2.95, dari sifat
basa menjadi sifat asam [5].

Anda mungkin juga menyukai