2.1.1 Produktivitas
5
6
sejauh mana produktivitas yang dapat dicapai oleh karyawan. Selain itu
pengukuran produktivitas juga dapat digunakan sebagai pedoman bagi para
manajer untuk meningkatkan produktivitas kerja sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh perusahaan. Sedangkan menurut Muchdarsyah Sinungan
(2015:30-35), sebagai berikut:
1. Produktivitas Total adalah perbandingan antara total keluaran (output) dengan
total masukan (input) persatuan waktu. Dalam perhitungan produktivitas total,
semua faktor masukan (tenaga kerja, capital, bahan, energy) terhadap total
keluaran harus diperhitungkan.
Hasil Total
Total Produktivitas = Masukan Total
meningkatkan nilai tambah (value added) produk (barang dan/ jasa) dan
memberikan nilai kepada pelanggan (customer value).
Lean manufacturing atau lean production atau lebih dikenal sebagai lean,
merupakan metode optimal untuk memproduksi barang melalui peniadaan waste
(Lonnie, 2010). Metode ini terdiri dari sekumpulan teknik yang jika dikombinasi
akan mengurangi dan menghilangkan waste.
Menurut Vincet Gaspersz dalam bukunya yang berjudul “Lean Six Sigma”
(2007) Pemborosan (waste) dapat difenisikan sebagai segala aktivitas kerja yang
tidak memberikan nilai tambah dalam proses transformasi input menjadi output
sepanjang value stream (proses untuk membuat, memproduksi, dan menyerahkan
produk baik barang dan atau jasa ke pasar).
Menurut Heizer dan Render (2009), Pemborosan terjadi pada proses bisnis
pabrik yang sering ditemukan seperti produk cacat, kelebihan persediaan,
pemborosan waktu dan sebagainya.
Menurut Heizer dan Render (2009), dengan hal tersebut dapat dijelaskan 7
jenis pemborosan dikenal sebagai “MUDA” antara lain yaitu:
1. Produksi berlebih (Overproduction)
Produksi berlebih adalah menghasilkan produk atau barang yang secara
berlebihan dari yang dibutuhkan pelanggan. Dapat disimpulkan bahwa
pemborosan tersebut paling buruk yang sering ditemukan di pabrik. Karena
pemborosan ini terjadi memproduksi produk lebih banyak dari jumlah
pemesanan, sehingga pemborosan ini dapat menyebabkan permintaan menurun
dan tidak terjualnya persediaan (stock). Untuk mengatasi produksi berlebih,
12
itu sendiri. Secara spesifik, semua gerak kerja yang membutuhkan usaha fisik
berlebih dari pekerja merupakan pemborosan. Contoh gerakan tersebut adalah:
a. Gerakan hilir-mudik mencari alat bantu.
b. Mengambil dan mengembalikan alat ke tempat kerja yang letaknya
berjauhan.
7. Cacat (Defects)
Pemborosan yang terjadi karena harus ada pengerjaan ulang terhadap produk
atau bila produk cacat maka harus dimusnahkan. Hal ini berdampak pada:
a. Operator pada proses produksi berikutnya menunggu.
b. Menambah biaya produksi.
c. Memperpanjang lead time
d. Perlu kerja tambahan untuk membongkar dan mereparasi produk.
Proses tambahan atau aktivitas kerja yang tidak perlu atau tidak efisien. Akar
penyebabnya adalah ketidakpastian dalam penggunaan peralatan, pemeliharaan
perlatan yang jelek (poor tooling maintenance), gagal mengombinasi operasi
kerja.
5. Inventories
Menyembunyikan masalah dan menimbulkan aktivitas penanganan tambahan
yang seharusnya tidak diperlukan. Akar penyebabnya adalah Peralatan yang
tidak andal (unreliable equipment), aliran kerja yang tidak seimbang
(unbalanced flow), pemasok yang tidak kapabel (incapable suppliers),
peramalan kebutuhan yang tidak akurat (inaccurate forecasting), ukuran batch
yang besar (large bath sizes), long changeover times.
6. Motions
Suatu pergerakan dari orang atau mesin yang tidak menambah nilai kepada
barang dan jasa yang akan diserahkan kepada pelanggan, tetapi hanya
menambah biaya dan waktu saja. Akar penyebabnya adalah metode kerja yang
tidak konsistem, organisasi lokasi kerja yang jelek, tata letak tidak diatur
dengan baik.
7. Defect products
Pengerjaan ulang terhadap produk atau bila produk cacat maka harus
dimusnahkan. Akar penyebabnya adalah Incapable processes, insufficent
training, ketiadaan prosedur-prosedur operasi standar.
Menurut Mike & John (2003), Value Stream Mapping adalah salah satu
metode pemetaan aliran produksi dan aliran informasi untuk memproduksikan
satu produk atau satu family produk, tidak hanya pada masing-masing area kerja,
tetapi pada tingkat total produksi serta mengidentifikasi kegiatan yang value
added dan non value added.
Value stream mapping adalah suatu alat yang digunakan sebagai langkah
awal dalam melakukan proses perubahan untuk mendapatkan kondisi perusahaan
yang proses produksinya ramping (Goriwondo et al,2011).
7. Value Adding Time merupakan waktu yang digunakan untuk memberikan nilai
aktual bagi suatu produk.
8. Non-value Adding Time yakni waktu yang dipergunakan untuk melakukan
aktivitas yang tidak bernilai tambah bagi suatu produk.
9. Production Lead Time adalah waktu total yang diperlukan untuk melakukan
pengiriman bahan baku dari supplier.
10. Available Time merupakan waktu total yang digunakan untuk melakukan
kegiatan produksi dikurangi dengan waktu istirahat.
11. Cycle Time merupakan hasil dari available time dikurangi rataan downtime
dan defect time yang kemudian dibagi dengan volume produksi yang
dihasilkan.
12. Working Time merupakan waktu yang digunakan oleh operator untuk
melaksanakan kegiatan produksi.
pegaturan Jasa, menentukan keadaan saat ini atau masa depan dari value
stream untuk proses spesifik dapat dilakukan dengan cara:
1. Menentukan titik awal dan titik akhir dari sebuah proses.
2. Mengenal seluruh stakeholder.
3. Mengetahui metric mana yang digunakan untuk mewakili nilai dari seluruh
proses
4. Membuat diagram alir untuk mengetahui seluruh langkah terdahulu dan
berturut-turut menuju langkah yang spesifik.
5. Mengukur metric pada point 3 mengenai jumlah penggunaan dan pemborosan
saat bekerja.
6. Mengidentifikasi kesempatan untuk perbaikan
7. Mengidentifikasi aksi perbaikan untuk menunjukan kesempatan untuk
perbaikan tersebut.
Value Stream Analysis Tools atau VALSAT adalah alat bantu yang
digunakan sebagai alat bantu untuk memetakan secara detail aliran nilai yang
berfokus pada nilai tambah (value added). Pemetaan yang terperinci ini kemudian
dapat digunakan untuk menemukan penyebab waste yang terjadi (Hines &
Rich,2007).
Diagram tulang ikan atau fishbone diagram adalah salah satu metode
untuk menganalisa penyebab dari sebuah masalah atau kondisi. Sering juga
diagram ini disebut dengan diagram sebab-akibat atau cause effect diagram.
Penemunya adalah Professor Kaoru Ishikawa, seorang ilmuwan Jepang yang juga
alumni teknik kimia Universitas Tokyo, pada tahun 1943. Sehingga sering juga
disebut dengan diagram Ishikawa.
Fishbone Diagram atau Cause and Effect Diagram ini dipergunakan untuk:
1. Mengidentifikasi akar penyebab dari suatu permasalahan
2. Mendapatkan ide-ide yang dapat memberikan solusi untuk pemecahaan suatu
masalah
3. Membantu dalam pencarian dan penyelidikan fakta lebih lanjut
UMKM Tangerang
Selatan
Identifikasi lamanya
produksi
Mengidentifikasi
adanya waste
19
Analisis
perbandingan
kedua nya
perbaikan untuk
mengurangi
pemborosan
(waste) pada
proses produksi
baja coil. Dari
analisa data
dapat diketahui
bahwa
pemborosan
terbesar yaitu
transportation
sebesar 22.14%,
dan terendah
waiting sebesar
18.57 %.
4. Kurniawan, Metode asil penelitian Menganalisis Tidak
Perancangan VALSAT diketahui empat dengan dilakukan di
lean manufacturing pemborosan metode produksi
dengan metode (waste) dari VALSAT yang sama
valsat pada line yang terbesar
produksi drum yaitu inventory
brake type (20.41%),
IMV,2012 motion
(17.97%),
transportation
(15.17%) dan
waiting
(13.28%).
Sedangkan
untuk
aktivitas yang
bernilai tambah
(VA) sebesar
0.139%,
aktivitas yang
tidak
memberikan
nilai tambah
tetapi
dibutuhkan
(NNVA)
sebesar
10.0% dan
aktivitas yang
tidak
memberikan
nilai tambah
(NVA)
sebesar 89.82%.
22