ABSTRAK
Saat ini penggunaan Teknologi Informasi (TI) merupakan suatu keharusan karena begitu
banyak manfaat yang diperoleh. Namun penggunaan TI yang tidak tepat akan gagal
mendapatkan potensi TI yang sesungguhnya. Satu diantara sekian banyak alasan mengapa TI
gagal memberikan potensinya adalah bahwa TI diterapkan pada cara-cara lama dalam
melakukan sesuatu. Bukannya memusatkan perhatian pada bagaimana seharusnya pekerjaan
dilakukan, dan kemudian mempertimbangkan bagaimana peran TI untuk mendukungnya,
sebagian organisasi malah hanya berusaha untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang ada
untuk mendapatkan penghematan efisiensi. Oleh sebab itu pada penelitian ini akan dibahas
bagaimana cara meningkatkan efisiensi throughput pelayanan pengurusan IMB dalam rangka
memperbaiki, meningkatkan dan mengoptimalkan kinerja pelayanan umum pemerintah daerah
untuk memuaskan masyarakat.
Business Process Reengineering adalah metode manajemen perubahan yang berfokus pada
proses dengan cara meminimisasi kandungan proses yang tidak bernilai tambah. BPR pada
penel;itian ini diterapkan untuk merekayasa ulang proses-proses pelayanan umum pada
pemerintahan kota dengan tujuan meningkatkan kinerjanya. Kinerja proses diukur berdasarkan
efisiensi throughput-nya.
Hasil akhir dari BPR berupa rancangan proses-proses yang telah direkayasa ulang beserta
teknologi informasi yang dapat mendukungnya dengan efisiensi throughput yang meningkat
radikal dari 13,25 % menjadi 86 %. Dengan demikian rancangan proses proses yang sudah
efisien dan efektif tadi siap untuk diotomatisasi dengan menggunakan teknologi informasi.
Kata Kunci : BPR, proses strategis, proses bernilai tambah, pelayanan IMB,
pemerintahan kota, efisiensi throughput, teknologi informasi.
1. PENDAHULUAN
pemerintah meninggalkan pola lama dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh
sebab itu pemerintah daerah harus melakukan serangkaian perubahan. Meskipun perubahan
membawa potensi keuntungan, kebanyakan orang tidak suka berubah. Fakta menunjukkan,
satu-satunya saat orang menyukai perubahan adalah bila orang lain berubah, atau jika keadaan
banyak manfaat yang diperoleh. Namun penggunaan TI yang tidak tepat akan gagal
mendapatkan potensi TI yang sesungguhnya. Satu diantara sekian banyak alasan mengapa TI
gagal memberikan potensinya adalah bahwa TI diterapkan pada cara-cara lama dalam
sebagian organisasi malah hanya berusaha untuk mengotomatisasikan tugas-tugas yang ada
kadangkala menimbulkan masalah pula. Otomatisasi terhadap tugas-tugas yang tidak perlu
seringkali dilakukan dengan memasukkan tugas-tugas tersebut ke dalam proses. Kini tugas-
tugas itu harus dikerjakan sebagaimana yang dituntut oleh komputer, bukan yang dituntut oleh
pelanggan. Pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan, terutama jasa pelayanan umum perlu
pula mengembangkan manajemen yang sesuai dengan karakteristik jasa yang diberikannya.
Salah satu jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah adalah layanan pengurusan Izin
Oleh sebab itu pada penelitian ini akan diimplementasikan metode Bussiness Process
Reengineering pada layanan pengurusan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) agar proses layanan
IMB benar benar sudah merupakan proses yang memaksimumkan nilai tambahnya dan
2. LANDASAN TEORI
“saat yang menentukan “ (moment of thruts), peluang bagi organisasi untuk menunjukkan
kredibilitas dan kapabilitasnya. Berkaitan dengan saat-saat yang menentukan, Carlzon
Pelanggan”, abad dimana para pengguna jasa diposisikan pada tempat yang sangat terhormat.
Pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan, terutama jasa pelayanan umum perlu pula
Pelayanan umum adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama
pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna
Pelayanan umum kepada masyarakat dapat diberikan secara cuma-cuma ataupun disertai
merupakan kompensasi dari pajak yang telah dibayar oleh masyarakat itu sendiri. Sedangkan
pemberian pelayanan umum yang disertai dengan penarikan bayaran, penentuan tarifnya
didasarkan pada harga pasar ataupun didasarkan menurut harga yang paling terjangkau. Dalam
dan Cook [Wasisto] memberikan kiat meningkatkan pelayanan kepada pelanggan yaitu sebagai
berikut:
Untuk dapat mencapai sasaran pemberian pelayanan secara tepat, Maculay dan Cook
a. Specifik (spesifik)
b. Measurable (terukur)
d. Relevant (relevan)
Semua organisasi berusaha agar dapat efektif, misalnya memuaskan dan menyenangkan
para pelanggannya, efisien, misalnya melakukan hal tersebut dengan biaya minimum; dan
adaptif, misalnya menjamin bahwa organisasi dapat efektif dan efisien dalam merespon
yang benar’ (to do right something) dan efisiensi sebagai ‘melakukan sesuatu dengan benar’ (to
do something right), maka idealnya suatu organisasi harus ‘melakukan sesuatu yang benar
Ukuran yang bermanfaat untuk diterapkan dalam merancang suatu proses guna memantau
Sesuai dengan namanya, Business Process Engineering (BPR) ditujukan untuk rekayasa
proses yang bersifat bisnis atau keuntungan, sehingga studi pustaka mengenai BPR semua
diambil dari literatur-literatur yang memang ditujukan untuk kepentingan organisasi yang
bersifat bisnis, dan tidak ada yang ditujukan untuk kepentingan organisasi sosial dan pelayanan
masyarakat. Analisis kesesuaian BPR dengan tujuan kepentingan organisasi nirlaba, dalam hal
a. Re-engineering adalah desain ulang secara radikal dan cepat proses bisnis yang bersifat
strategis dan bernilai tambah serta sistem, kebijakan dan struktur organisasi yang
mendukung proses tersebut, untuk mengoptimalkan aliran kerja (work flow) dan
produktivitas organisasi.
b. Proses adalah serangkaian aktifitas-aktifitas yang saling berkaitan satu sama lain yang
Proses dibagi menjadi 3 macam aktifitas pokok yaitu : aktifitas-aktifitas yang bernilai
aktifitas kendali (aktifitas yang diadakan untuk mengendalikan aktifitas hand-off melalui
Dalam BPR, tidak hanya dilihat proses-proses yang strategis dan bernilai tambah tetapi juga
dilihat keseluruhan sistem, kebijakan dan struktur organisasi yang mendukung proses-proses
tersebut. Sistem mendukung aktifitas-aktifitas proses berkisar pada pemrosesan data dan
sistem informasi manajemen disatu sisi dan sistem sosial budaya di sisi lain.
tersebut secara sistematis untuk menciptakan proses-proses baru guna memberikan hasil
yang diinginkan
Secara fundamental memikirkan kembali cara menyampaikan produk atau jasa dan
merancang proses-proses baru dari permulaan. Pilihan di antara kedua pendekatan tersebut
tergantung mana yang lebih cocok bagi organisasi , dan juga skala waktunya.
Pendekatan ini mempunyai keunggulan, yaitu perubahan dapat dibuat secara inkremental,
sehingga lebih cepat, dalam bagian-bagian kecil untuk mengurangi gangguan dan resiko.
Kelemahannya yaitu basisnya adalah proses yang ada saat ini dan pendekatan baru yang
inovatif cenderung lebih sulit muncul dibandingkan dengan pendekatan kertas bersih, walaupun
inovasi tersebut bisa saja muncul. Pendekatan inkremental ini menghasilkan perubahan yang
Saat merancang ulang proses yang sudah ada, penekanannya adalah pada eliminasi semua
kegiatan yang tidak bernilai tambah dan merampingkan kegiatan yang bernilai tambah.
1. Mengeliminasi (Eliminate)
2. Menyederhanakan (Simplify)
3. Mengintegrasikan (Integrate)
4. Mengotomatisasi (Automate)
berlebihan
Waktu tunggu Prosedur Tim Sukar
Transportasi Komunikasi Pelanggan Berbahaya
Pemrosesan Teknologi Pemasok Membosankan
Persediaan Bidang masalah Pengumpulan
data
Cacat / Aliran Transfer data
kerusakan
Duplikasi Proses Analisis data
Mereformasi
Inspeksi
Merekonsiliasi
Salah satu cara yang paling efektif untuk memahami proses yang ada adalah dengan
membuat bagan proses pada sebuah peta. Peta proses ditujukan untuk menampilkan proses
sedemikian rupa sehingga lebih mudah dibaca dan dipahami. Ada beberapa standar pemetaan
2. Standar IDEF0
Standar ini dikembangkan oleh departemen pertahanan Amerika Serikat dan merupakan
3. Standar ASME
Untuk pemetaan proses yang lebih detail, digunakan standar yang dipakai secara luas
dalam perusahaan manufaktur dan mulai juga digunakan di lingkungan kantor dan jasa, yaitu
Metode ini memiliki suatu keunggulan khusus yaitu penilaian apakah suatu tahap
memberikan nilai tambah. Pada Gambar 2.3 memperlihatkan hanya satu dari kolom tersebut
yang mengandung tahap yang bersifat menambah nilai dan karenanya kegiatan yang tidak
Dari dua pendekatan teknik BPR, penelitian ini akan menggunakan pendekatan pertama
yaitu perancangan ulang secara sistematis. Pendekatan ini menggunakan aturan ESIA
Untuk memahami proses layanan secara efektif, maka proses tersebut harus dipetakan.
Untuk itu digunakan 2 alat yaitu; secara umum proses layanan dapat dipetakan menggunakan
bagan alir (flow chart) sederhana (standar ANSI) dan secara detail proses tersebut dirincikan
menggunakan tabel proses standar ASME. Dengan menggunakan 2 alat ini diharapkan ada
pemahaman yang cukup tinggi terhadap proses sebelum dilakukan tahap berikutnya yaitu
Dalam mendapatkan layanan pemda, banyak sekali terdapat waktu tunggu. Jarang sekali
proses layanan, terutama untuk perijinan, yang dapat selesai dalam satu hari dan satu kali
datang. Alasan yang diberikan oleh pihak pemda berkaitan dengan waktu tunggu tersebut,
biasanya adalah karena diperlukan kegiatan pengecekan dan legalitas. Pengecekan lokasi,
Setiap kali orang, material, dan kertas berpindah, itu membutuhkan biaya. Sesuatu atau
seseorang harus memindahkan material dan kertas, dan waktu yang dihabiskannya adalah
c. Pemrosesan
Jika ada suatu rangkaian proses yang tidak mempunyai nilai tambah (dalam artian
masyarakat tidak mempunyai kepentingan dalam rangkaian proses tersebut) dan pemda juga
paperwork dibutuhkan untuk pemenuhan bagian lain dari tugas pelayanan, misalkan
persyaratan legal untuk ditandatangani. Tetapi paperwork dan formulir yang semu akan
menambah birokrasi, dan hanya memberikan kontribusi sedikit bagi layanan yang secara
Sasaran pemda seharusnya adalah melakukan segala sesuatu secara benar sejak awal dan
menghindari biaya tenaga kerja, material, gangguan, dan biaya kesempatan yang
f. Duplikasi pekerjaan
Masyarakat biasanya diminta untuk mengisi data ke dalam suatu formulir dengan
menggunakan pena, yang kadang kadang dibutuhkan dalam rangkap 2 atau lebih kemudian
petugas layanan kembali memasukkan data tersebut ke dalam komputer untuk disimpan
(sebagai dokumentasi elektronis). Hal ini berarti ada duplikasi pekerjaan, dimana pekerjaan
Ini merupakan bentuk lain dari duplikasi. Cukup sering data ditransfer dari satu bentuk ke
bentuk lain, atau dicetak dari suatu sistem komputer untuk diinput kembali secara manual
organisasional dilalui, misalnya untuk IMB, antara pihak kelurahan, kecamatan dan Dinas
berkepentingan terhadap legalitas tanah yang akan didirikan untuk bangunan, apakah tidak
berkepentingan terhadap bangunan yang akan didirikan, apakah sesuai dengan RUTR
(Rencana Umum Tata Ruang), konstruksi bangunan, kekuatan tanah, sanitasi, sumur
peresapan dan lain-lain. Dengan BPR, akan dilakukan analisa kembali rangkaian proses
Meskipun perlu memastikan bahwa segala sesuatunya cocok / sesuai, tetapi jangan
3.1.2.2. Menyederhanakan
a. Formulir
b. Prosedur layanan
d. Teknologi
e. Proses layanan
f. Bidang masalah
3.1.2.3. Mengintegrasikan
a. Pekerjaan
Contoh yang aktual adalah sekarang ini ada beberapa pemda kabupaten atau kota yang
memiliki Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA). Unit ini berfungsi sebagai sentra
b. Tim
b. Masyarakat
3.1.2.4. Mengotomatisasikan
a. Sulit
b. Membosankan
c. Pengumpulan data
d. Transfer data
e. Analisis data
Tabel 3.1. memperlihatkan pemetaan proses secara detail yang didasarkan pada beberapa
asumsi dan bukti keterangan yang didapat di UPTSA dan DTKB. Tahap nomor 1 sampai 6 ,dan
blanko kendali DTKB yang dapat dilihat pada lampiran A. Adanya waktu tunda dalam tahapan
Menunggu aktivitas
26 690
berikutnya
Melakukan koreksi/ Kasubdin
27 penyempurnaan, arahan dan 30
pemecahan masalah Tata Ruang
Menunggu aktivitas
28 330
berikutnya
Mencermati struktur dan Ka. Sie.
29 memberikan saran tindak 30 Teknis
lanjut
Bangunan
Menunggu aktivitas
30 690
berikutnya
Mencermati semua
Ka. Sie
31 koreksi/saran, arahan dan 30
Perijinan
pemecahan masalah
Menunggu aktivitas
32 690
berikutnya
33 Memutuskan berkas disetujui 30 Kasubdin
Perijinan
Menunggu aktivitas
34 690
berikutnya
Memberikan blanko kendali
masuk; mencatat dalam buku
Sub Bagian
35 pemberitahu-an; membuat 30
Umum
surat pemberitahuan kepada
pemohon
Menunggu aktivitas
36 330
berikutnya
Melakukan koreksi dan
menandatangani surat
37 20 Ka. Dinas
pemberitahuan retribusi dan
lampiran-lampirannya
Menunggu aktivitas
38 700
berikutnya
Mengirimkan surat
pemberitahuan retribusi ke Sub Bagian
39 60
pemohon; mengirimkan Umum
konsep SK ke UPTSA
Menunggu aktivitas
40 660
berikutnya
Membayar retribusi di Pemohon
41 UPTSA 60 dan SUK
UPTSA
Membuat SK Asli SUO
42 15
UPTSA
Mengirimkan SK Asli ke SUO
43 20
DTKB UPTSA
44 Menandatangi SK Asli IMBB 5 Ka. Dinas
Memberikan stempel dan
tanggal pada SK dan Bagian Tata
45 lampiran-lampirannya, 10
Usaha
proses didasarkan pada keterangan bahwa satu tahap atau beberapa tahap proses
diselesaikan dalam satu atau beberapa hari kerja (dengan asumsi 1 hari kerja pelayanan sama
dengan 6 jam).
Jika aktivitas diselesaikan dalam satu hari kerja, maka cara menghitung waktu tunda tersebut
adalah waktu 1 hari kerja (360 menit) dikurangi dengan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk
Aktivitas/tahap yang bernilai tambah adalah aktivitas yang penting bagi pemohon, oleh
karena itu secara sederhana adalah aktivitas yang berkaitan dengan SK IMBB yang
merupakan tujuan utama dari pemohon (pembuatan, penandatanganan serta pemberian stempel
dan tanggal). Dari tabel 5.1. terlihat hanya 3 proses (9%) yang bernilai tambah dari total 33
proses (tidak termasuk 16 proses tunda). Untuk mengukur kinerja pelayanan secara keseluruhan
Angka ini cukup kecil dan bisa dikatakan bahwa 86,75 % waktu untuk pengurusan IMBB
organisasi seperti diperlihatkan pada gambar 3.1. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
prosesnya cukup berbelit-belit dan ada beberapa bagian yang dilewati beberapa kali
19
Koord. UPTSA Kepala DTKB
17
IMBB di pemerintah kota Yogyakarta patut untuk dilakukan BPR dengan beberapa
pertimbangan:
1. Rasio aktivitas yang tidak bernilai tambah dominan dibandingkan dengan aktivitas
yang bernilai tambah, yaitu 3:30 Hanya ada 3 aktivitas yang bernilai tambah
2. Waktu yang tidak mempunyai kontribusi terhadap proses tinggi (86,75%). Ini
3. Aliran kerja yang melewati struktur organisasi tidak efisien dan efektif, dimana
kelok, sehingga banyak batas-batas yang dilalui proses. Setiap batas akan
Pada sub bab 3.1 telah dilakukan analisis proses terhadap studi kasus yaitu
analisis proses pelayanan IMBB yang bertujuan untuk memahami proses yang ada.
(Auotomate).
Beberapa kegiatan yang dapat dieliminasi dari proses pelayanan IMBB adalah:
Dari tabel 5.1. didapat bahwa 86,75% dari total waktu proses merupakan
waktu tunda (tahap-tahap proses nomor 12, 14, 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28, 30,
48
32, 34, 36, 38, 40, dan 48), maka dengan mengeliminasi waktu tunda tersebut
hanya sekedar front office, namun juga sebagai back office, sehingga
c. Pemrosesan
Tidak ada pemrosesan yang bisa dieliminasi, karena walaupun proses tersebut
tidak bernilai tambah, tapi tetap penting antara lain untuk legalitas (tahap
proses nomor 4), pengumpulan data (nomor 3, 5 dan 8), pengendalian proses
e. Duplikasi pekerjaan
tersebut ke dalam komputer untuk disimpan (Tahap proses nomor 3 dan 9).
Hal ini berarti ada duplikasi pekerjaan, dimana pekerjaan yang sama
(memasukkan data) dilakukan 2 kali. Jika ini dieliminasi, maka akan lebih
49
formulir dengan data di komputer. Solusi yang diberikan adalah dengan
orang yang berbeda). Jika ada 2 atau lebih aktivitas tersebut berfungsi sama
maka salah satu bisa dieliminasi. Oleh karena (lihat tabel 4.1.) tahap proses
nomor 7 dan 11 berfungsi sama, maka salah satu bisa ditiadakan. Tahap proses
lainnya yang sama adalah nomor 15 dan 17, nomor 21 dan 23, nomor 25 dan
Aktivitas ini sangat penting untuk memvalidasi suatu dokumen. Agar tidak
menyita waktu proses perlu diberikan suatu solusi tepat yaitu sistem on-line
IV.2.2. Menyederhanakan
IV.2.3. Mengintegrasikan
a. Pekerjaan
50
melakukan pendelegasian dan pemberdayaan seseorang maka secara
b. Tim
sebagian besar aktivitas-aktivitas yang ada pada proses pelayanan IMBB. Tim
front office namun sekaligus back office. DTKB hanya akan melakukan
aktivitas pergerakan dokumen antara UPTSA dan DTKB. Hal ini tentunya
c. Masyarakat
3.2.4. Mengotomatisasikan
a. Pengumpulan data
b. Analisis data
Data yang dikumpulkan dari pemohon dapat dijadikan suatu informasi yang
berarti bagi siapa saja yang membutuhkan, misalnya berapa rerata pemohon
51
penyelesaian IMBB, berapa pemasukan kas negara dari pelayanan IMBB dan
dibutuhkan reorganisasi UPTSA. UPTSA tidak lagi menjadi sekedar front office, tapi
sekaligus menjadi back office. Untuk itu langkah pertama yang harus dilakukan
Ide ini berangkat dari hasil salah satu metode BPR, yaitu mengintegrasikan
aktivitas-aktivitas pelayanan ke dalam suatu tim terpadu yang terdiri dari orang-orang
yang berasal dari bagian-bagian terkait dalam proses. Tim ini berada di Unit
Jumlah anggota dari setiap tim tergantung dari jenis pelayanan yang diberikan.
Untuk pelayanan IMBB, jumlah anggota tim tergantung dari banyak dan jenis
aktivitas yang dikerjakan. Dari analisis proses di atas, maka jumlah anggota tim
pelayanan IMBB yang cukup memadai adalah sebanyak 6 orang dengan perincian:
8, 11, 33, 37, 40, 41, 43, 44, 45, dan 47 dari tabel 4.1)
b. 1 orang bertugas melakukan aktivitas yang ada di Sub Dinas Tata Ruang pada
Seksi PDDTRK yaitu tahap proses nomor 25 dan 27 dari tabel 5.1.
52
menyelesaikan tiap berkas yang menjadi tanggung jawab tim tersebut. Bahkan
tahap-tahap proses yang pada analisis proses terlihat sekuensial dapat dilakukan
secara paralel, sehingga 1 anggota tim tidak perlu menunggu selesainya pekerjaan
anggota tim yang lain, untuk melakukan tugasnya. Jumlah tim di tiap jenis
pelayanan tidak mesti cuma 1 tim saja, tapi bisa terdiri dari banyak tim
(tergantung jumlah sumber daya manusianya). Untuk itu diperlukan satu orang
tim tersebut. Koordinator tidak berhak mencampuri hal teknis dari proses, sifatnya
hanya pengawasan terhadap berjalannya proses agar sesuai dengan limit waktu
Diagram alir proses pelayanan IMBB setelah tahapan ESIA dilakukan secara
umum diperlihatkan pada gambar 5.7. dan gambar 5.8. Kendali proses antara anggota
tim pelayanan IMBB maupun dengan personalia di DTKB (KaSie Perijinan, Kasubdin
Perijinan, Kasubdin Tata Ruang dan Kadinas DTKB) dilakukan secara on-line
sehingga tidak ada perpindahan orang dan berkas. Setiap pemilik proses memiliki
akses ke sistem kendali proses sesuai dengan kewenangannya, sehingga setiap orang
diminimalisir dengan sistem on-line. Pemohon minimal pergi ke UPTSA dua kali,
53
MULAI Pemohon mendatangi UPTSA
Ya
e-Formulir diisi dan diprint oleh
Sub-sub proses di Tim
pemohon
Pelayanan IMBB
Gambar 5.7. Diagram AlirProses Pelayanan IMBB setelah Dilakukan Tahapan ESIA
bank yang ditentukan (bahkan ada beberapa bank yang dapat melayani transfer
Perpindahan berkas antara UPTSA dan DTKB terjadi juga hanya 2 kali yaitu pertama,
54
Pemberitahuan UPTSA kepada pemohon (untuk membayar retribusi dan
informasi selesainya SK Asli IMBB) dapat dilakukan melalui e-mail, pemohon secara
aktif melakukan pengecekan proses melalui situs yang disediakan atau lewat telepon.
Pada tabel 5.2. diperlihatkan proses secara detail dengan menggunakan tabel ASME.
Tabel ini dibuat dengan asumsi bahwa pemohon mendapatkan formulir secara on-line
melalui jasa internet. Ada 4 tahap proses yang dilakukan secara paralel yaitu tahap
proses nomor 10, 11, 12 dan 13 dari tabel 5.2. dengan asumsi bahwa tahap proses
terlama memakan waktu selama 45 menit. Pada tabel 5.2. terlihat bahwa waktu tunda
yang ada pada proses sebelumnya sudah dieliminasi sehingga hanya ada 2 waktu
tunda yaitu waktu yang tersisa dalam pergantian hari kerja dan menunggu jadwal cek
%. Jika tidak jatuh pada hari Minggu dan atau hari libur cek lokasi dijadwal hanya 1
Tabel 5.2. juga memperlihatkan bahwa total waktu yang dibutuhkan proses
pelayanan IMBB adalah selama 1615 menit. Jika diasumsikan 1 hari kerja sama
dengan 360 menit, maka proses hanya membutuhkan waktu selama kurang lebih 4,5
hari (bandingkan dengan proses sebelumnya yang memakan waktu selama 12300
menit atau sama dengan 34 hari kerja). Berarti ada peningkatan kecepatan proses
gambar 5.9 Dibandingkan dengan gambar 5.5, aliran proses ini tampak jauh lebih
sederhana dan tidak banyak terjadi perpindahan berkas maupun orang. Hampir semua
UPTSA tidak lagi sekedar menjadi front office tapi juga back office.
55
Koordinator UPTSA Kepala DTKB
Koordinator/ 9
11 Subag
Umum
Supervisor
Keluar
Tim Pelayanan 8 12
IMBB
5 Kasubdin 4 Kasubdin
1 2 Perijinan Tata
7 6
Masuk Ruang
KaSie 3
BANK
Perijinan
11
56
Membuat konsep SK dan perhitungan Petugas
Retribusi Perijinan
57
4. PENUTUP
memberikan hasil yang baik, dalam arti rancangan proses baru yang dihasilkannya
dilakukan BPR.
DAFTAR PUSTAKA
58