Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….

ISSN 0853-2885

Percepatan Penyediaan Benih Sumber Kedelai Unggul Secara


In Vitro

Erni Suminar1*, Sumadi1, Syariful Mubarok1, Toto Sunarto2, dan Nita Suswati Endah Rini3

1
Staf Departemen Budidaya Pertanian FapertaUnpad
2Staf Departemen Hama & Penyakit Tumbuhan

3Alumni Prodi Agroteknologi Minat Teknologi Benih Faperta Unpad

Alamat korespondensi: erni.suminar@unpad.ac.id

ABSTRACT

In vitro method to fasten availability high quality soybean seeds

Soybean is an important crop as a source of food and its demand has increased every year. Several
new varieties of soybean have been generated, but the number is still limited. Furthermore, the
infestation of pests and infection of diseases have also limited the new soybean varieties
production as it increase the risk of growth failure. Therefore, methods to fasten the availability of
high quality of soybean seeds need to be developed. One of which can be done through in vitro
culture method. The objective of this study was to obtain the best type and the best concentration
of cytokinin for the growth of soybean explants in vitro. The experiment was conducted in Seed
Technology and Tissue Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, Universitas Padjadjaran.
The experimental design used was Completely Randomized Design with 13 treatments and four
replications. The basic media used were Murashige and Skoog (MS) + Vitamin B5 with addition of
BAP (1.0 mg/l, 1.5 mg/l, and 2.0 mg/l), Kinetin (0.5 mg/l, 1.0 mg/l, and 1.5 mg/l), TDZ (0.01 mg/l,
0.1 mg/l, and 1.0 mg/l), and coconut water (10%, 15%, and 20%). The result showed that cytokinin
types and concentrations gave different effect to soybean explant growth. The best treatment was
demonstrated by BAP at the concentration of 1.5 mg/l as shown by the highest percentage of
leaves and the number of shoots. However, it did not affect the percentage of buds produced by
explant and the percentage of callus produced by explant.

Keyword : BAP, Kinetin, TDZ, Coconut water, Soybean.

Abstrak

Kedelai merupakan komoditas yang memegang peranan penting. Permintaan akan kedelai
meningkat setiap tahunnya. Varietas kedelai baru yang bersifat unggul sudah banyak dihasilkan,
namun jumlahnya masih terbatas. Tingginya serangan hama dan penyakit saat perbanyakkan
benih di lapangan menyebabkan tingginya resiko kegagalan dalam pertumbuhan varietas baru
tersebut. Sehingga perlu dilakukan percepatan penyediaan benih sumber varietas unggul di
laboratorium secara in vitro. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan jenis dan
konsentrasi sitokinin yang terbaik untuk pertumbuhan eksplan kedelai in vitro. Penelitian
dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas
Padjadjaran. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga
belas perlakuan dan empat ulangan. Media dasar yang digunakan adalah Murashige dan Skoog
(MS) + Vitamin B5 dengan penambahan BAP (1,0 mg/l; 1,5 mg/l; 2,0 mg/l), Kinetin (0,5 mg/l; 1,0
mg/l; 1,5 mg/l), TDZ (0,01 mg/l; 0,1 mg/l; 1,0 mg/l), dan air kelapa (10%; 15%; 20%). Hasil
percobaan menunjukkan bahwa pemberian jenis dan konsentrasi sitokinin memberikan pengaruh
yang berbeda terhadap pertumbuhan eksplan. Perlakuan terbaik diperoleh pada BAP dengan

126
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….
ISSN 0853-2885

konsentrasi 1,5 mg/l yang ditunjukkan dengan tingginya persentase jumlah daun dan tunas yang
terbentuk. Akan tetapi, penambahan sitokinin tersebut tidak memberikan pengaruh terhadap
persentase eksplan dalam membentuk tunas dan persentase eksplan dalam membentuk kalus.

Kata Kunci : BAP, Kinetin, TDZ, Air Kelapa, Kedelai

PENDAHULUAN tempe dan tahu (Dinas Pertanian Tanaman Pangan


Provinsi Jawa Barat, 2012). Kendala lapangan yang
Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pangan yang memiliki nilai penting ketiga di produksi benih kedelai di Indonesia adalah faktor
Indonesia setelah padi dan jagung. Kebutuhan lingkungan diantaranya lama penyinaran atau
kedelai mengalami peningkatan setiap tahunnya panjang hari. Menurut Adisarwanto (2008), tanaman
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di kedelai merupakan tanaman subtropis yang sangat
Indonesia. BPS (2013) melaporkan produksi kedelai peka terhadap lama penyinaran sinar matahari,
di Indonesia pada tahun 2012 sebanyak 843,15 ribu dengan panjang hari yang lebih lama (14 – 16
ton biji kering, menurun sebanyak 8,13 ribu ton jam/hari) jika dibandingkan dengan wilayah tropis
(0,96%) dari tahun 2011, sedangkan kebutuhan (11 – 12 jam/hari). Lama penyinaran tersebut
untuk konsumsi di Indonesia pada tahun yang sama berpengaruh terhadap kecepatan berbunga,
adalah sebesar 2,283 juta ton atau defisit sekitar 1,5 pertumbuhan tanaman, dan jumlah polong, sehingga
juta ton. Kekurangan kedelai ini kemudian dipenuhi menyebabkan produksi benih kedelai masih rendah.
melalui kebijakan impor. Penurunan produksi Produksi benih sumber tidak bisa dilakukan
kedelai di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa sepanjang tahun, karena terkendala oleh musim
faktor, diantaranya luas areal panen yang terus yang tidak sesuai untuk budidaya kedelai. Salah satu
menurun serta serangan hama dan penyakit alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan
tanaman (Harsono, 2008). Serangan hama dan melalui upaya percepatan penyediaan benih sumber
penyakit tanaman kedelai seperti penyakit karat bermutu melalui perbanyakan secara kultur in
daun, dapat menurunkan produksi kedelai sebesar vitro.
10% - 90% (Sumartini, 2010). Penggunaan varietas Media MS + vitamin B5 (MSB5) merupakan
unggul tahan hama penyakit merupakan salah satu media dasar MS dengan penambahan vitamin yang
solusi yang bisa digunakan untuk menangani berasal dari media B5. Kelebihan media MSB5 jika
permasalahan tersebut. dibandingkan dengan media MS, adalah vitamin
Faktor lain yang menyebabkan rendahnya yang digunakan berasal dari media B5 yang lebih
produksi kedelai di Indonesia adalah ketersediaan mendukung untuk pertumbuhan kedelai,
benih unggul yang masih terbatas (Purwantoro, diantaranya adalah konsentrasi thiamine yang
2012). Benih merupakan salah satu faktor penentu digunakan lebih besar yaitu 10 mg/l jika
produktivitas kedelai di Indonesia hingga 28% selain dibandingkan pada media MS yaitu sebesar 0,1 mg/l,
pupuk dan serangan hama penyakit (Suherman, konsentrasi nicotinic acid dan piridoxyn HCl juga
2013). Purwantoro (2012) menyatakan bahwa lebih besar yaitu 1,0 mg/l jika dibandingkan pada
penggunaan benih unggul dapat menentukan media MS yaitu sebesar 0,5 mg/l.
tingkat keberhasilan atau kegagalan hasil panen Penggunaan zat pengatur tumbuh di dalam
hingga 60%. Wahyudi dkk. (2012) menyebutkan kultur jaringan tergantung pada tujuan atau arah
bahwa kedelai var. Mutiara 1 merupakan varietas pertumbuhan tanaman yang dikehendaki. Sitokinin
kedelai hasil iradiasi sinar gama yang dirilis pada merupakan golongan ZPT yang mendorong
tahun 2010 oleh Badan Tenaga Nuklir (BATAN), pembelahan sel (Wattimena, 1988). Beberapa jenis
yang bersifat tahan terhadap penyakit karat daun sitokinin yang biasa digunakan dalam memicu
(Phakopsora pachirhyzi Syd), tahan terhadap regenerasi eksplan adalah BAP
penyakit bercak/hawar daun coklat (Cercospora) dan (Benzylaminopurine), Kinetin, dan Thidiazuron
agak rentan CMMV (Cowpea Mild Mottle Virus) (TDZ), selain itu bahan organik yang dapat dijadikan
serta tahan terhadap hama penggerek pucuk sebagai sitokinin dalam kultur jaringan adalah air
(Melanagromyza sojae). kelapa, banyak mengandung senyawa organik
Kedelai var. Mutiara 1 ini merupakan komplek dan terkandung difenilurea memiliki
kedelai biji besar yang sangat cocok digunakan aktivitas sama seperti sitokinin yang berfungsi untuk
sebagai bahan baku dalam industri pembuatan memacu multiplikasi tunas (Pierik, 1997;Wattimena,

127
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….
ISSN 0853-2885

1988). Semakin tinggi kecepatan multiplikasi tunas penambahan kinetin 0,5 mg/l pada media MSB5
maka semakin banyak pula tunas yang terbentuk, memberikan hasil yang terbaik pada pembentukan
sehingga jumlah bibit tanaman yang dihasilkan lebih tunas tanaman kedelai kultivar Jilin 35, Dongnong
banyak dalam waktu yang lebih cepat. 42, Hefeng 25 dan Hefeng 41.
Beberapa sitokinin yang sudah digunakan Kristina & Syahid (2012) melaporkan bahwa
dalam kultur in vitro tanaman diantaranya TDZ, penggunaan air kelapa pada perbanyakan in vitro
BAP, dan Kinetin. Lu (1993) menyatakan TDZ tanaman temulawak dengan konsentrasi 15%
merupakan salah satu sitokinin yang dapat memberikan hasil terbaik dalam merangsang
meningkatkan kemampuan multiplikasi tunas, pertumbuhan tunas in vitro. Nasib et al. (2008)
menginduksi pembentukan tunas adventif dan melaporkan bahwa penggunaan air kelapa pada
proliferasi tunas aksilar. Peggunaan TDZ pada perbanyakan in vitro tanaman kiwi dengan
konsentrasi rendah (0,0022 sampai 0,088 mg/l) kosentrasi air kelapa 20% + BAP 2 mg/l pada media
sangat efektif dipergunakan dalam mikropropagasi dasar MS memberikan hasil terbaik pada panjang
tanaman. Hutchinson et al. (2010) melaporkan akar, jumlah tunas, dan jumlah pucuk. Amutha et al.
bahwa penggunaan TDZ pada konsentrasi 1,0 mg/l (2003) menyatakan bahwa penambahan NAA (1,07
memberikan hasil yang baik pada pembentukan µM), BA (8,8 µM) dan air kelapa 10% pada media
tunas dan panjang tunas pada tanaman Alstroemeria MS memberikan hasil terbaik pada pembentukan
aurantiaca (Peruvian Lily). Penggunaan TDZ pada tunas adventif tanaman kacang hijau (Vigna radiata)
konsentrasi rendah (0,1 mg/l) tidak memberikan kv. KM2, CO3, dan Pusa Vishal.
efek yang signifikan, sedangkan pemberian TDZ
pada konsentrasi tinggi (5,0 mg/l) bersifat sebagai BAHAN DAN METODE
inhibitor. Kaneda et al. (1997) melaporkan bahwa
penggunaan TDZ 1,0 mg/l memberikan hasil yang Percobaan dilakukan di Laboratorium
paling baik pada pembentukan tunas pada tanaman Kultur Jaringan Teknologi Benih, Fakultas
kedelai dari eksplan hipokotil. Pertanian, Universitas Padjadjaran Jatinangor,
BAP merupakan sitokinin yang aktif dan Sumedang, pada bulan Februari sampai Mei 2014.
daya rangsangnya lebih lama, karena tidak mudah Bahan tanam dalam percobaan ini berupa eksplan
dirombak oleh enzim di dalam tanaman (George & embryonic axis benih kedelai var. Mutiara 1 yang
Sherington, 1984). Penggunaan BAP dengan diperoleh dari Badan Tenaga Nuklir Nasional
konsentrasi 1,5 mg/l menunjukkan frekuensi (BATAN) Jakarta, sedangkan media dasar yang
regenerasi tunas paling tinggi diantara 5 konsentrasi digunakan adalah media Murashige and Skoog (MS)
yang lain (0,5 mg/l ; 1,0 mg/l; 2,0 mg/l; 2,5 mg/l; 3,0 + vitamin B5 dengan penambahan ZPT BAP (1,0
mg/l) pada kultur in vitro kedelai varietas Cuban mg/l; 1,5 mg/l; 2,0 mg/l), Kinetin (0,5 mg/l; 1,0 mg/l;
Incasoy-36 pada media MSB5 (Soto et al., 2013), 1,5 mg/l), TDZ (0,01 mg/l;0,1 mg/l; 1,0 mg/l) dan
BAP dengan konsentrasi 1,0 mg/l memberikan hasil siokinin alami yaitu air kelapa (10%; 15%; 20%). Air
yang paling baik jika dibandingkan konsentrasi kelapa yang dipergunakan merupakan air kelapa
lainnya (2,0 mg/l) terhadap pembentukan pucuk hijau dengan tingkat kematangan sedang. Bahan-
pada kultur in vitro kedelai kultivar NARC-4 dan bahan lain yang dipergunakan dalam percobaan ini
NARC-7 (Zia et al., 2010), BAP 2,0 mg/l + 0,5 mg/l adalah agar-agar, gula pasir, aquades, alkhohol 95%,
pada media MS memberikan hasil yang terbaik ada alkhohol 70%, larutan NaOHCl, tissue, spiritus,
pembentukan tunas pucuk tanaman kacang arab detergent anti bakteri, HCl, NaOH, dan kertas label.
atau kacang chickpea (Cicer arietinum L.) (Huda et Percobaan ini mengguakan Rancangan
al., 2003). Acak Lengkap (RAL) dengan 13 perlakuan jenis dan
Kinetin merupakan jenis sitokinin yang konsentrasi sitokinin. Tiap perlakuan diulang
dapat meningkatkan pembelahan sel pada jaringan sebanyak empat kali, masing-masing ulangan terdiri
tanaman, mengatur perkembangan dan atas empat unit, sehingga totalnya adalah 208 unit.
pertumbuhan tanaman (Wetherell 1982). Hesar et Perlakuan yang dipergunakan dalam percobaan ini
al. (2011) melaporkan bahwa penggunaan kinetin adalah sebagai berikut: A (Tanpa ZPT (Kontrol); B
pada tanaman Matthiola incana (Virginia Stock) (BAP 1,0 mg/l); C (BAP 1,5 mg/l); D (BAP 2,0 mg/l);
pada konsentrasi 2 mg/l memberikan hasil terbaik E (Kinetin 0,5 mg/l); F (Kinetin 1,0 mg/l); G (Kinetin
pada jumlah tunas yang terbentuk dan konsentrasi 1 1,5 mg/l); H (TDZ 0,01 mg/l); I (TDZ 0,1 mg/l); J
mg/l memberikan hasil terbaik pada panjang akar. (TDZ 1,0 mg/l); K (Air Kelapa 10%); L (Air Kelapa
Xiao dan Tian (2008) melaporkan bahwa 15%); M (Air Kelapa 20%).

128
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….
ISSN 0853-2885

Data yang diperoleh di uji dengan Semakin banyak jumlah daun yang terdapat pada
menggunakan uji F (Fisher). Apabila terdapat suatu tanaman maka proses fotosintesis yang terjadi
perbedaan yang nyata antar perlakuan dilakukan uji juga lebih tinggi, sehingga fotosintat yang dihasilkan
lanjut dengan uji perbedaan nilai rata-rata dengan juga lebih banyak (Pertamawati, 2010). Hasil
Uji Scott Knot pada taraf 5%. pengamatan menunjukkan bahwa media perlakuan
mampu menstimulasi proses regenerasi eksplan
HASIL DAN PEMBAHASAN menjadi daun (Gambar 1.). Proses regenerasi ini
terjadi karena media yang digunakan mengandung
Persentase Eksplan Membentuk Daun nutrisi makro, nutrisi mikro, ZPT, serta vitamin
Daun merupakan komponen utama suatu yang sesuai dalam memicu terjadinya regenerasi
tumbuhan untuk melaksanakan proses fotosintesis. pada eksplan kedelai yang ditanam.

100
90
76,92
80
69,23
Persentase (%)

66,67
70
58,33
60 53,33
50
50 41,67 41,67 42,86
36,36
40 30,77
30
20
10 4,77
0
0
A B C D E F G H I J K L M

A (Tanpa ZPT (Kontrol); B (BAP 1,0 mg/l); C (BAP 1,5 mg/l); D (BAP 2,0 mg/l); E (Kinetin 0,5 mg/l);
F (Kinetin 1,0 mg/l); G (Kinetin 1,5 mg/l); H (TDZ 0,01 mg/l); I (TDZ 0,1 mg/l); J (TDZ 1,0 mg/l);
K (Air Kelapa 10%); L (Air Kelapa 15%); M (Air Kelapa 20%).

Gambar 1. Data persentase eksplan membentuk daun.

Proses pembentukan organ yang terjadi eksplan. ZPT auksin dan sitokinin berperan dalam
melalui proses organogenesis langsung dan tidak pembentukan kalus, pembentukan akar,
langsung. Organogenesis langsung ditandai dengan pembentukan tunas, proliferasi tunas, dan proliferasi
eksplan yang ditanam langsung beregenerasi kalus (Lubaina & Murugan, 2012; Parabia et al.,
membentuk tunas dan daun setelah eksplan tersebut 2007).
ditanam. Organogenesis tidak langsung ditandai
dengan pembentukan organ-organ tanaman seperti
tunas, daun, akar terjadi setelah eksplan Persentase Eksplan Membentuk Kalus
beregenerasi menjadi kalus. Organogenesis tidak Pembentukan kalus dalam kultur in vitro
langsung yang terjadi pada percobaan ini dapat memungkinkan untuk terbentuknya tunas-tunas
dilihat pada Gambar 1. Tahap organogenesis tidak dari sel-sel baru yang terdapat pada kalus dan dapat
langsung pada percobaan ini dimulai dengan membentuk tanaman baru. Hasil pengamatan
pembentukan kalus yang kemudian disusul dengan terhadap persentase eksplan membentuk kalus
organ-organ tanaman yang lainnya. Proses menunjukkan bahwa eksplan embrionic axis kedelai
organogenesis dan morfogenesis dalam kultur yang digunakan mampu membentuk kalus.
jaringan sangat dipengaruhi oleh keberadaan zat Terbentuknya kalus pada kultur in vitro
pengatur tumbuh (ZPT) pada media. Zat pengatur menunjukkan adanya proses organogenesis tidak
tumbuh pada kultur jaringan berperan penting langsung pada kultur. Terbentuknya kalus pada
dalam mengontrol proses morfogenesis pada ekplan kultur in vitro tanaman bergantung pada
tanaman (Lestari, 2011; Dafalla et al., 2011). keseimbangan ZPT yang terkandung didalam
Beberapa ZPT memberikan pengaruh yang berbeda- eksplan serta jenis eksplan dan spesies tanaman yang
beda terhadap prose organogenesis dan morfogenesis digunakan (Da Silva et al., 2003; Rao et al., 2005).

129
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….
ISSN 0853-2885

Kombinasi antara auksin dan sitokinin dengan pembentukan kalus pada kultur in vitro (Rao et al.,
konsentrasi auksin yang lebih tinggi dari pada 2005).
auksin memberikan hasil yang baik terhadap

100 93.75 a 91.75 a


90 83.5 a
80
70 58.5 b
60 50 b
45.75 b
50
40
20.75 c
30 14.5 c
c
20 0.0 12.5 c
0.0 8.25 c
10 0.0 c
c
0
A B C D E F G H I J K L M

A (Tanpa ZPT (Kontrol); B (BAP 1,0 mg L-1); C (BAP 1,5 mg L-1); D (BAP 2,0 mg L-1); E (Kinetin 0,5 mg L-1);
F (Kinetin 1,0 mg L-1); G (Kinetin 1,5 mg L-1); H (TDZ 0,01 mg L-1); I (TDZ 0,1 mg L-1); J (TDZ 1,0 mg L-1);
K (Air Kelapa 10%); L (Air Kelapa 15%); M (Air Kelapa 20%).

Gambar 2. Data Persentase eksplan membentuk kalus (%).

Hasil percobaan menunjukkan persentase kedelai kultivar CO3. Penelitian lain juga
eksplan membentuk kalus mencapai 93,75% pada 12 melaporkan penambahan BAP pada media MSB5
MST (Gambar 2). Persentase eksplan membentuk dengan kisaran konsentrasi 2,0 -5,0 mg/l
kalus menunjukkan nilai yang tidak berbeda nyata memberikan hasil yang terbaik terhadap
pada perlakuan C (BAP 1,5 mg/l), D(BAP 2,0 mg/l) pembentukan kalus eksplan embrionic axis kedelai
dan perlakuan I (TDZ 0,1 mg/l) dengan persentase kultivar CO3, sedangkan pada konsentrasi yang
yang relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan lebih rendah dan lebih tinggi menurunkan
perlakuan-perlakuan yang lain. Penggunaan media persentase kalus yang terbentuk (Radhakrisnan &
B5 yang mengandung sitokinin memberikan hasil Ranjithakumari, 2007). Pembentukan kalus dapat
yang terbaik terhadap pembentukan kalus pada dilihat pada Gambar 3.

Terbentuk tunas dan


daun
Belum ada tunas

A B

Gambar 3. Tahapan pembentukan daun dan tunas melalui organogenesis tidak langsung. A. Kalus berakar;
B. Kalus berakar tumbuh menjadi tunas dan daun.

Penambahan sitokinin dalam media kultur karena interaksi antara hormon endogen dan
dapat mempengaruhi konsentrasi hormon endogen eksogen yang ditambahkan mengarah kepada
yang terkandung dalam suatu kultur. Tingginya pertumbuhan kalus, diduga konsentrasi auksin
persentase kalus pada perlakuan C (BAP 1,5 mg/l), dalam kultur lebih tinggi bila dibandingkan dengan
D (BAP 2,0 mg/l) dan I (TDZ 0,1 mg/l) diduga kandungan sitokininnya. Apabila konsentrasi auksin

130
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….
ISSN 0853-2885

yang terkandung dalam suatu eksplan lebih tinggi kultur in vitro dapat dipacu dengan menambahkan
daripada kandungan sitokininnnya maka arah ZPT berupa sitokinin dalam media yang digunakan.
pertumbuhan eksplan adalah membentuk kalus. Konsentrasi sitokinin yang relatif tinggi daripada
auksin dapat merangsang inisiasi tunas, sebaliknya
Jumlah Tunas per Eksplan konsentrasi auksin yang relatif tinggi daripada
Terbentuknya tunas dalam kultur in vitro sitokinin dapat merangsang inisiasi akar atau kalus.
sangat menentukan keberhasilan produksi bibit yang Data hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
banyak, seragam, dan dalam waktu yang relatif penambahan sitokinin pada media dasar MSB5
singkat. Semakin banyak tunas yang terbentuk, memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
maka bibit yang dihasilkan melalui kultur jaringan jumlah tunas pada 12 MST.
juga semakin banyak. Multiplikasi tunas dalam

4 3.69 a 3.79 a

3.5 3.04 b
3 2.58 b
2.5 2.25 b
2b
2 1.75 b 1.69 b
1.61 b
1.41 b
1.5 1.23 b
1.04 b
1
0.5 0.17 b
0
A B C D E F G H I J K L M

A (Tanpa ZPT (Kontrol); B (BAP 1,0 mg L-1); C (BAP 1,5 mg L-1); D (BAP 2,0 mg L-1); E (Kinetin 0,5 mg L-1);
F (Kinetin 1,0 mg L-1); G (Kinetin 1,5 mg L-1); H (TDZ 0,01 mg L-1); I (TDZ 0,1 mg L-1); J (TDZ 1,0 mg L-1);
K (Air Kelapa 10%); L (Air Kelapa 15%); M (Air Kelapa 20%).

Gambar 4. Data jumlah tunas per eksplan 12 MST.

Pada 12 MST perlakuan yang menghasilkan pembentukan dan multiplikasi tunas serta
jumlah tunas yang relatif tinggi terdapat pada merangsang pembelahan dan pembesaran sel (Mok
perlakuan C (BAP 1,5 mg/l) dan D (BAP 2,0 mg/l). & Mok 2001).
Berdasarkan uji lanjut yang dilakukan, perlakuan- TDZ merupakan jenis sitokinin sintetis yang
perlakuan tersebut menunjukkan nilai yang tidak digunakan dalam merangsang regenerasi pada
berbeda nyata antar perlakuan (Gambar 4.). BAP berbagai spesies tanaman, dengan tingkat
dan TDZ merupakan jenis sitokinin yang mampu keefektivan mencapai 10 hingga 1000 kali lipat bila
merangsang pembentukan tunas pada kultur in vitro dibandingkan dengan hormon lainnya (Guo et al.,
tanaman, sehingga penambahan sitokinin pada 2011). Penggunaan TDZ dapat merangsang
media dengan konsentrasi tertentu mampu pembentukan tunas lebih baik dari pada BA (Kaneda
meningkat multiplikasi tunas pada kultur in vitro et al., 1996). Penggunaan TDZ pada konsentrasi
tanaman. Gunawan (1988) menyatakan bahwa rendah dapat memicu pembentukan tunas pada
penggunaan BAP dengan konsentrasi tinggi dan kultur in vitro tanaman. TDZ sangat berperan dalam
masa yang panjang dapat mempengaruhi jumlah dan merangsang morfogeneis pada kultur in vitro
bentuk tunas. BAP merupakan salah satu jenis tanaman, dengan beberapa respon seperti mampu
sitokinin yang memiliki sifat sangat aktif yang menginduksi terbentuknya kalus dari berbagai
berperan dalam diferensiasi sel, memacu macam sumber eksplan dan spesies tanaman,
pertumbuhan tunas, proliferasi tunas ketiak dan mempersingkat waktu dalam regenerasi kultur, dan
penghambat pembentukkan akar (Wattimena, meningkatkan jumlah tunas per eksplan (Sculze,
1988). BAP telah banyak digunakan dalam kultur in 2007). TDZ pada konsentrasi lebih tinggi (1-2 mg/l)
vitro padaberbagai jenis spesies tanaman dan merangsang pembentukan tunas terbaik pada
terbukti mampu meningkatkan multiplikasi tunas eksplan hipokotil tanaman kedelai (Kaneda et al.,
(Supriati dkk., 2006). Sitokinin memegang peranan 1996). TDZ dengan kosentrasi yang lebih rendah
dalam perkembangan tanaman terutama dalam (0,05 mg/l) dikombinasikan dengan BA 0,1 mg/l

131
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….
ISSN 0853-2885

memberikan hasil terbaik dalam jumlah tunas yang dalam Peixe dkk. (2007) menyatakan bahwa di
dihasilkan pada tanaman Encok (Plumbago dalam air kelapa terdapat kandungan zeatin yang
zeylanica L.) (Syahid & Kristina, 2008). BAP dan cukup tinggi sehingga sangat penting untuk
TDZ merupakan jenis sitokinin yang banyak dipergunakan dalam mikropropagasi tanaman.
digunakan dalam kultur in vitro dengan tingkat
keefektifan yang tinggi dalam memacu
pertumbuhan tunas pada kisaran konsentrasi Jumlah Daun per Eksplan
tertentu. Yadav et al. (2010) juga menambahkan Berdasarkan data analisis ragam,
bahwa perbandingan keefektifan beberapa jenis menunjukkan bahwa penambahan sitokinin pada
sitokinin yang diuji (TDZ, BAP, Kinetin, Zeatin, dan media MSB5 memberikan hasil yang berbeda nyata
iP) pada kisaran konsentrasi tertentu dalam terhadap jumlah daun rata-rata per eksplan pada 12
merangsang pembentukan tunas menunjukkan MST. Perlakuan yang digunakan dalam percobaan
urutan keefektivan yaitu TDZ > iP > Zeatin > BAP > mampu merangsang pembentukan daun pada tunas-
Kinetin, dengan tingkat keefektifan tertinggi tunas yang terbentuk. Perlakuan terbaik terdapat
terdapat pada TDZ dan terendah pada Kinetin. pada perlakuan C (BAP 1,5 mg/l), D (BAP 2,0 mg/l),
Air Kelapa merupakan salah satu sumber H (TDZ 0,01mg/l), I (TDZ 0,1 mg/l), dan K (Air
sitokinin alami yang dapat digunakan dalam kultur Kelapa 10 %), sedangkan pada 12 MST perlakuan
in vitro tanaman. Penggunaan air kelapa dalam terbaik terdapat pada perlakuan B (BAP 1,0 mg/l), C
kultur in vitro tanaman telah banyak dilakukan (BAP 1,5 mg/l), D (BAP 2,0 mg/l),H (TDZ 0,01mg/l),
(Mohammad, 2010; Nasib et al., 2008; Michael, I (TDZ 0,1 mg/l), dan K (Air Kelapa 10 %) dengan
2011; Kristina & Syahid, 2012). Air kelapa memiliki nilai rata-rata yang tidak berbeda nyata. Penggunaan
beberapa kandungan nutrisi, mineral, vitamin, asam BAP, TDZ, dan Air Kelapa dalam kultur in vitro
amino, gula, dan hormon. Kandungan hormon yang menunjukkan respon yang baik terhadap
terdapat pada air kelapa terdiri atas hormon auksin, pembentukan daun pada eksplan yang dikulturkan.
giberelin, sitokinin, dan difenilurea, dengan Perlakuan-perlakuan dengan hasil terbaik dalam
kandungan terbesar terdapat pada difenilurea rata-rata jumlah daun per eksplan berbanding lurus
(USDA, 2008). Wattimena dkk (1988) menyebutkan dengan hasil terbaik dalam rata-rata jumlah tunas
bahwa difenilurea yang terkandung didalam air per eksplan. Hal ini ditunjukkan oleh perlakuan C
kelapa memiliki aktivitas sama seperti sitokinin, (BAP 1,5 mg/l, D (BAP 2,0 mg/l), H (TDZ 0,01 mg/l),
sehingga dalam penggunaannya air kelapa mampu dan K (Air Kelapa 10%), dimana keempat perlakuan
merangsang pembentukan tunas dengan nilai yang ini merupakan perlakuan yang lebih baik pada
tinggi dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan peubah rata-rata jumlah tunas per eksplan.
yang menggunakan ZPT sintetik. Hall dkk (2000)

5 4.59 a
4.21 a
4 3.38
2.92 a 2.84
3 2.36

2 1.48 b 1.56 b
1.33 b
b 0.92 b 1b
1 0.71 b 0.0

0
A B C D E F G H I J K L M

A (Tanpa ZPT (Kontrol); B (BAP 1,0 mg L-1); C (BAP 1,5 mg L-1); D (BAP 2,0 mg L-1); E (Kinetin 0,5 mg L-1);
F (Kinetin 1,0 mg L-1); G (Kinetin 1,5 mg L-1); H (TDZ 0,01 mg L-1); I (TDZ 0,1 mg L-1); J (TDZ 1,0 mg L-1);
K (Air Kelapa 10%); L (Air Kelapa 15%); M (Air Kelapa 20%).

Gambar 5. Data jumlah daun pada 12 MSI.

132
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….
ISSN 0853-2885

Ketiga jenis sitokinin tersebut (BAP, TDZ, Air 2. Air Kelapa dapat menggantikan penggunaan
kelapa) mampu menstiulasi pembentukan daun pada sitokinin sintetik dalam merangsang multiplikasi
eksplan embrionic axis kedelai var. Mutiara 1 secara eksplan embrionic axis kedelai var.Mutiara 1
in vitro. Penggunaan BAP dengan konsentrsi 1,5 secara in vitro.
mg/l dilaporkan mampu menghasilkan jumlah daun
tertinggi diantara perlakuan lainnya (Balogun,
2007). Penggunaan TDZ dalam kultur in vitro lebih DAFTAR PUSTAKA
ditujukan untuk pembentukan tunas adventif pada
suatu kultur. Lu (1993) menyebutkan bahwa TDZ Adisarwanto. 2008. Budidaya Kedelai Tropika
dapat merangsang pembentukan tunas adventif dan “Upaya Peningkatan Produksi dan
proliferasi tunas aksilar (Shankla et al., 1996). TDZ Produktivitas dengan Penggunaan Varietas
dalam kultur in vitro tanaman tidak hanya berperan Unggul serta Waktu dan Lokasi Penanaman
dalam peningkatan pembentukan tunas, namun yang Tepat”. Penebar Swadaya. Depok.
berperan juga dalam peningkatkan tinggi tunas dan Amutha, S, A Ganapathi, and M Muruganatham.
jumlah daun per eksplan (Supriati et al., 2006). 2003. In vitro organogenesis and plant
Berdasarkan komposisi mineral dan hormon formation in Vigna radiata (L.) Wilczek.
yang terkandung tersebut, maka diduga air kelapa Plant Cell, Tissue and Organ Cultur 72: 203-
207.
dapat memberikan pengaruh yang baik terhadap
Balogun, MO, SR Akande, and BA Ogunbodede.
rata-rata jumlah daun per eksplan (Gambar 5.). 2007. effect of plant regulators on callus,
Amutha et al. (2003) menambahkan bahwa shoot, and root fotmation in fluted pumpkin
penggunaan air kelapa dengan kosentrasi 10% dapat (Telfairia occidentalis). Afric. J. Biotech
merangsang pembentukan tunas pada empat varietas 6(4): 355-358.
tanaman kacang hijau. Tunas-tunas yang terbentuk BPS. 2013. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai
(Angka Ramalan 1 Tahun 2013).
akan membentuk daun, sehingga secara tidak
http://www.bps.go.id/brs_file/aram_01jul13.
langsung perlakuan yang diguanakan dapat
pdf. Diakses pada 31 Januari 2014.
meningkatkan jumlah daun yang terbentuk. BPS. 2013. Tanaman Pangan.
Senyawa-senyawa yang terkandung di dalam air http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php.
kelapa memiliki komposisi yang kompleks baik Diakses pada 5 Juni 2014.
dalam bentuk vitamin, asam amino, mineral, gula Da Silva AL, CS Caruzo, RA Moreira, and ACG
maupun hormon. Air kelapa memiliki kandungan Horta. 2003. In vitro induction of callus
from cotyledon and hypocotyl explants of
unsur K tertinggi dalam komposisi mineralnya
Glycine wightii (Wight & Arn.) Verdc.
diikuti dengan natrium (Na) dan kemudian Mg serta
Ciênc. Agrotec. Lavras. 27(6): 1277-1284.
diikuti oleh unsur-unsur lainnya (USDA, 2008). Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Proses pembentukan daun dalam kultur in vitro Barat. 2012. Kedelai Super Jumbo Var.
dengan penambahan air kelapa, berkaitan dengan Mutiara
keberadaan unsur K dan Mg yang relatif tinggi pada 1.http://www.diperta.jabarprov.go.id/index.
media yang digunakan. php/subMenu/informasi/artikel/detailartikel
/244. Diakses pada 20 Februari 2014.
George, EF, and PD Sherrington. 1984. Plant
Propagation by Tissue Culture. Exegetic
KESIMPULAN
Ltd., Eversley. 709 p.
1. BAP 1,5 mg/l merupakan perlakuan terbaik Gunawan, LW. 1988. Teknik Kultur Jaringan
terhadap multiplikasi eksplan embrionic axis Tumbuhan. Laboratorium Kultur Jaringan
kedelai var. Mutiara 1 secara in vitro, terutama Tumbuhan. PAU-IPB-Bogor.158 hal.
pada peubah jumlah tunas dan jumlah daun, Guo, B, BH Abbasi, A Zeb, LL Xu, and YH Wei.
sedangkan persentase membentuk kalus yang 2011. Thidiazuron: a multi-dimentional
relatif tinggi terdapat pada perlakuan dengan plant growth regulator. Afric J. Biotech
penggunaan AP 2,0 mg/ldalam pembentukan 10(45): 8984-9000.
kalus. Harsono, A. 2008. Strategi pencapaian swasembada
kedelai melalui perluasan areal tanam di

133
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….
ISSN 0853-2885

lahan kering masam. Iptek Tanaman exsplants. Current science, 92(9): 1290-
Pangan 3 (2). 1293.
Hesar AA, B Kaviani, A Tarang and SB Zanjani. Peixe, A, A Raposo, R Lourenco, H Cardoso, and E
2011. Effect of different concentration of Macedo. 2007. Coconut water and BAP
kinetin on regeneration of ten weeks succesfully replaced zeatin in olive
(Matthiola incana). Plant. Osm. J. 4(5): 236- (Oleaeuro paea L.) micropropagation.
238. Scientia Horticulture 113 (1): 1-7.
Huda, S, R Islam, MA Bari, and M Asaduzzaman. Pertamawati. 2010. Pengaruh fotosintesis terhadap
2003. Shoot diferentiation from cotyledon pertumbuhan tanaman kentang (Solanum
derived callus of chickpea (Cicer arietum tuberosum L.) dalam lingkungan
L.). Plant Tissue Culture 13(1): 53-59. fotoautotrop secara in vitro. Jurnal Sains
Hutchinson, MJ, R Onamu, L Kipkosgeidan, SD dan Teknologi Indonesia. 12 (1) : 31-37.
Obukosia. 2010. Effect of thidiazuron, NAA Pierik, RLM. 1997. In Vitro Culture of Higher
and BAP on in vitro propagation of Plants. Kluwer Academic Publishers,
Alstroemeria aurantica cv. „Rosita‟from Dordrecht, The Netherlands.
shoot tip explants. JAGST 12 (2) : 60-69. Purwantoro. 2012. Percepatan Penyebaran Varietas
Kaneda, Y, Y Tabei, S Nishimura, K Hareda, T Unggul Melalui SiStem Penangkaran
Akihama, and K Kitamura. 1997. Perbenihan Kedelai di Indonesia. Balai
Combination of thidiazuron and basal Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
media with low salt concentration increases Umbi. Malang.
the frequency of shoot organogenesis in Radhakrisnan, R, and BD Ranjithakumari. 2007.
soybeans (Glycine max (L.) Merr.). Plant Callus induction and plant regeneration of
Cell Reports 17:8-12. indian soybean (Glycine max (L.)
Kristina, NN, dan SF Syahid. 2012. Pengaruh air Merr.cv.CO3) via half seed explant culture.
kelapa terhadap multiplikasi tuna sin vitro, J. Agric. Technol. 3(2): 287-297.
produksi rimpang, dan kandungan Rao, S, P Patil, and CP Kaviraj. 2005. Callus
xanthorrhizol temulawak di lapangan. J. induction and organogenesis from various
Littri 18(3): 125-134 explants Vigna radiata (L.) Wilczek. Indian
Lestari, E. 2011. Peran zat pengatur tumbuh dalam J.Biotech. 4 : 556-560.
perbanyakan tanaman melalui kultur Suherman, M. 2013. LIPUTAN KHUSUS: Agar
jaringan. J. AgroBiogen 7(1): 63-68. Kedelai Kembali Dilirik. Tabloid
Lu, CY. l993. The use of thidiazuron in tissue culture Agrina.http://www.agrina-
in vitro cell Dev. Biol. 29:92-96. online.com/redesign2.php?rid=
Michael, PS. 2011. Effect of coconut water on callus 19&aid=4264. Diakses pada 1 Maret 2013.
initiation and plant regeneration potentials Sumartini. 2010. Penyakit karat pada kedelai dan
of sweetpotatos. J. Proceedings of the Royal cara pengendaliannya yang ramah
Society of New South Wales 144(3 & 4): lingkungan. Balai Penelitian Tanaman
91-101. Pangan dan Kacang-kacangan, Malang. J.
Mok DWS and MC Mok. 2001. Cytokinin Litbang Pertanian, 29 (3) : 59-66.
metabolism and action. Annu Rev Plant Supriati, Y, I. Mariska, dan Mujiman. 2006.
Physiol Plant Mol Biol 252:89–118. Multiplikasi tunas belimbing dewi (Averhoa
Mohammad, S, and M Ali. 2010. Effect of coconut carambola) melalui kultur invitro. Buletin
water on callus growth of Cyamopsis Plasma Nutfah 12 (2): 50-55.
tetragonolobust. Pharmacia 1(1): 25-27. Syahid, SF dan NN Kristina. 2008. Multiplikasi
Nasib, A. K Ali and S Khan. 2008. An optimized and tunas, aklimatisasi dan analisis mutu
improved method for the in vitro simplisia daun encok (Plumbago zeylanica
propagation of kiwifruit (Actinidiadeliciosa) L.) asal kultur in vitro periode panjang.
using coconut water. Pak. J. Bot., 40(6): Bul.Litro 19(2): 117-128.
2355-2360. USDA National Nutrient Database for Standard
Parabia, FM, B Gami, IL Kothari, JSS Mohan, and Reference. 2008. Nuts, coconut water
MH Parabia. 2007. Effect of plant regulators (liquid from coconut).
on in vitro morphogenesis of Leptadenia http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi
reticulata (Retz.) W. & A. from nodal

134
Jurnal Agrikultura 2017, 28 (3): 126-135 Percepatan Penyediaan Benih Sumber….
ISSN 0853-2885

-bin/list_nut_edit.pl. Diakses pada 3 Maret http://dph.madiunkab.go.id/downlot.php?fil


2014. e= deskripsiVarietas1.pdf.Diakses pada 31
Lubaina, AS, and K Murugan. 2011. Effect of growth Januari 2014
regulators in callus induction, plumbagin Wattimena, GA. 1988. Zat Pengatur Tumbuh
content and indirect organogenesis of Tanaman. Pusat Antar Universitas Institut
Plumbago zeylanica. Int J Pharm Pharm Sci, Pertanian Bogor. Bogor.
4(1) : 334-336. Yadav, SK, S Kachwaha, and SL Khotari. 2010.
USDA National Nutrient Database for Standard Comparison of in vitro regeneration
Reference. 2008. Nuts, coconut water efficiency of leaf explants in response to
(liquid from coconut). different cytokinins and assessment of
http://www.nal.usda.gov/fnic/foodcomp/cgi genetic uniformity of regenerated plants of
-bin/list_nut_edit.pl. Diakses pada 3 Maret Solanum surattense Burm.f. African Journal
2014. of Biotechnology 9 (53): 8991-8997.
Wahyudi, BI, A Rial, dan M Shiddiq. 2012. Deskripsi Zia, M, ZF Rizvi, R Rehman and MF Chaudhary.
Varietas Unggul Hasil Pemuliaan Mutasi. 2010. Micropropagation of two pakistan
Pusat Diseminasi IPTEK Nuklir – Badan soybean (Glycine max L.) cultivars from
Tenaga Nuklir Nasional. Jakarta. cotyledonary nodes. J. Agr. R 8(2): 448-453.

135

Anda mungkin juga menyukai