ArticleText 111381 1 10 20200831AnnisaLatifa Diah
ArticleText 111381 1 10 20200831AnnisaLatifa Diah
net/publication/344097161
CITATION READS
1 404
2 authors, including:
Diah Rachmawati
Universitas Gadjah Mada
32 PUBLICATIONS 79 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Improving Drought Tolerance of NTT Local Rice Genotipe of through the Application of Osmoprotectant View project
Selection and Development of Tidal Swamp Rice (Oryza sativa L.) Tolerant to Low pH and High Pyrite Stress View project
All content following this page was uploaded by Diah Rachmawati on 01 January 2021.
1
Departemen Biologi Tropika, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada
Jl. Teknika Selatan Sekip Utara, Yogyakarta 55281, Indonesia
ABSTRACT
Drought stress is one of the inhibiting factors in the cultivation of kangkoong (Ipomoea reptans Poir). Solutions to
overcome that problems are seed osmopriming. This experiment aimed to investigate the effect of seed osmopriming on
the growth and morphophysiology of kangkoong in drought stress. The experiment was conducted from September 2015 to
April 2016 at the Plant Physiology Laboratory and FALITMA of Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. This experiment
used a randomized block design with two treatments, namely seed osmopriming (0%, 5%, 10%, and 15% (w/v) PEG 6000)
and drought stress (watering interval of 1, 3, and 5 days). The observation traits were germination percentage, germination
rate, germination synchronization, root length, root dry weight, crown dry weight, leaf chlorophyll content, and leaf proline
content. Statistical analysis included analyses of variance followed by DMRT at a confidence level of 95%. The results
showed that a concentration of 15% PEG significantly increased germination percentage, germination rate, germination
synchronization, root length, roots dry weight, crowns dry weight, leaves proline content, and concentration of 10% PEG
significantly increased leaves chlorophyll content in drought stress. Seed osmopriming was effectively used to overcome
drought stress problem on the cultivation of kangkoong.
ABSTRAK
Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor penghambat dalam budidaya tanaman kangkung darat (Ipomoea
reptans Poir). Salah satu solusi dalam mengatasi masalah tersebut adalah melalui teknik osmopriming benih. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh osmopriming benih terhadap pertumbuhan dan morfofisiologi tanaman kangkung
darat pada cekaman kekeringan. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai April 2016 di Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan dan FALITMA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan yaitu osmopriming benih (0%, 5%, 10%, dan 15% (w/v) PEG 6000) dan
cekaman kekeringan (interval penyiraman 1, 3, dan 5 hari sekali). Peubah yang diamati adalah persentase berkecambah,
kecepatan berkecambah, keserempakan berkecambah, panjang akar, bobot kering akar, bobot kering tajuk, kadar klorofil,
serta kadar prolin. Analisis
�����������������������������������������������������������������������������������������������������
statistik meliputi sidik ragam dan
�������������������������������������������������������������
dilanjutkan dengan uji jarak berganda duncan (DMRT) pada
taraf kepercayaan 95%. Hasil menunjukkan bahwa osmopriming meningkatkan secara signifikan persentase berkecambah,
kecepatan berkecambah, keserempakan berkecambah, panjang akar, bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan kadar prolin
dengan konsentrasi PEG 15%, serta meningkatkan secara signifikan kadar klorofil dengan konsentrasi PEG 10% pada
cekaman kekeringan. Osmopriming benih efektif digunakan untuk mengatasi masalah cekaman kekeringan pada budidaya
tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir).
Tabel 1. Persentase berkecambah, kecepatan berkecambah, dan keserempakan berkecambah benih kangkung darat (Ipomoea
reptans Poir) pada perlakuan osmopriming benih
Osmopriming benih PEG Persentase berkecambah Kecepatan berkecambah Keserempakan berkecambah
(%) (%) (% etmal-1) (%)
0 85.00c 18.62c 62.50c
5 92.50b 23.06b 75.00b
10 97.50ab 24.33b 80.00ab
15 100.00a 25.91a 90.00a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5%
enzim yang berperan dalam mobilisasi cadangan protein, Hasil tersebut menunjukkan bahwa osmopriming
karbohidrat (α dan β amilase), dan lipid (Isocitrate lyase) dengan PEG 15% meningkatkan secara signifikan panjang
serta meningkatkan aktivitas XTH (Xyloglucan endotrans akar, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk pada
hydrolase) dan meningkatkan produksi Endo beta mannase. cekaman kekeringan. Hasil tersebut sebagaimana penelitian
XTH (Xyloglucan endotrans hydrolase) adalah enzim Tao et al. (2018) yang memberikan perlakuan osmopriming
yang memiliki kemampuan untuk memecah xyloglucans dengan PEG 6000 (-0.3MPa) pada biji Cleistogenes
dan Endo beta mannase adalah enzim yang terlibat dalam songorica memperlihatkan adanya peningkatan panjang
hidrolisis dinding sel endosperm yang kaya mannan. Kerja akar yang signifikan dibandingkan dengan kontrol (tanpa
kedua enzim tersebut secara bersamaan mengakibatkan perlakuan) dan PEG 15% dapat meningkatkan bobot kering
reorganisasi sitoskeleton yang penting untuk pelonggaran tajuk dan bobot kering akar pada biji jagung (Tian et al.,
dinding sel. Perubahan tersebut akan mempercepat proses 2014). Osmopriming juga dapat meningkatkan panjang akar
perkecambahan (Raj dan Raj, 2019). dan kapasitas akar untuk berproliferasi pada kondisi stres
kekeringan dibandingkan dengan kontrol pada biji jagung
Pertumbuhan dan Morfofisiologi Tanaman (Khan et al., 2015) dan biji barley (Amini���������������
, 2013) ������
serta
meningkatkan secara signifikan panjang akar dan bobot
Hasil analisis statistik menunjukkan adanya perbedaan kering semaian dibandingkan dengan kontrol pada biji Vicia
yang nyata untuk nilai panjang akar dan bobot kering akar villosa (Kalsa dan Abebie, 2012), biji padi (Hussain et al.,
antara semua perlakuan osmopriming dengan kontrol pada 2017), dan biji jagung (Khan et al., 2017).
interval penyiraman 3 hari sekali sedangkan pada interval Pengaruh priming dalam meningkatkan berbagai
penyiraman 1 dan 5 hari sekali, hanya perlakuan PEG aktivitas metabolik dalam proses perkecambahan
10% dan PEG 15% yang berbeda nyata dengan kontrol. berkontribusi terhadap peningkatan panjang akar. Hal
Sebaliknya, nilai bobot kering tajuk berbeda nyata antara tersebut ditunjukkan dengan hubungan korelasi positif
perlakuan PEG 10% dan PEG 15% dengan kontrol pada yang signifikan antara peubah persentase berkecambah,
interval penyiraman 5 hari sekali seperti yang terlihat pada kecepatan berkecambah, dan keserempakan berkecambah
Tabel 2. Nilai maksimum panjang akar, bobot kering akar, terhadap panjang akar (Gambar 3, 4, dan 5).
dan bobot kering tajuk ditunjukkan pada konsentrasi PEG Priming mempengaruhi sejumlah proses biokimiawi
15%. Hal tersebut dapat dilihat lebih jelas pada Gambar 1 seperti hidrolisis, aktivasi enzim-enzim, replikasi DNA,
dan 2. serta sintesis protein dan RNA yang dapat meningkatkan
1
Bobot kering akar (g) Bobot kering tajuk (g)
21.0 Panjang akar (cm) Bobot
Bobot klorofil
Kadar kering kering
Bobotakarkering
(mg (g)akar
g-1) (g)(g)
akar Bobot
Kadar Bobot
Bobotprolin
kering kering
kering(µmol
tajuk(g)
tajuk tajuk
(g)
g-1 ) (g)
Kadarklorofil
Kadar
Kadar klorofil klorofil
(mg (mg
(mg
g-1) g-1)
g-1) Kadarprolin
Kadar prolin(µmol
Kadar (mmolg-1
prolin g-1)) g-1 )
(µmol
1.4
20.0 1.4 1.4
1.2
1.2
1.0 1.2
19.0
1.0
0.8 1.0
18.0 0.8
0.6 0.8
0.6
0.4 0.6
17.0
0.4
0.2 0.4
16.0 0.2
0.0 0.2
0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15% 0.0 0.0 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15% 0% 5% 10% 15%
0%
0% 5% 0% 10%5% 15%10% 0% 15% 5%0% 10%5% 15%10% 0% 15% 5%0% 10%5% 15%10% 15%
1 hari sekali 3 hari sekali 5 hari sekali 1 hari sekali 3 hari sekali 5 hari sekali
1 hari sekali
1 hari sekali 3 hari sekali
3 hari sekali 5 hari sekali
5 hari sekali
Gambar 1. Grafik pengaruh osmopriming benih terhadap panjang Gambar 2. Grafik pengaruh osmopriming benih terhadap bobot
akar pada berbagai tingkat cekaman kekeringan kering akar dan tajuk, kadar klorofil, dan kadar prolin
pada berbagai tingkat cekaman kekeringan
1
20.50 20.50
20.00 20.00
19.50 19.50
R² = 0.9116
19.00 19.00
18.50 18.50
18.00 y = 0.1732x + 2.8814 18.00
R² = 0.9774 17.50
17.50
17.00 17.00
80.00 90.00 100.00 110.00 0.00 10.00 20.00 30.00
Persentase berkecambah (%) Kecepatan berkecambah (% etmal-1)
Gambar 3. Korelasi antara persentase berkecambah dan panjang Gambar 4. Korelasi antara kecepatan berkecambah dan panjang
akar pada berbagai konsentrasi osmopriming dan akar pada berbagai konsentrasi osmopriming dan
cekaman kekeringan 5 hari sekali cekaman kekeringan 5 hari sekali
pertumbuhan embrio. Priming mampu mempercepat Osmopriming dengan PEG 10% meningkatkan kadar
metabolisme cadangan makanan dan produksi metabolit- klorofil secara signifikan dibandingkan dengan perlakuan
metabolit untuk perkecambahan serta meningkatkan lainnya dan kontrol pada interval penyiraman 1, 3, dan 5 hari
aktivitas metabolik sehingga ketersediaan makanan untuk sekali (Tabel 2). Hal tersebut dapat dilihat lebih jelas pada
embrio lebih cepat dan lebih banyak seperti zat tepung dan Gambar 2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa PEG 10%
gula yang berakibat pada pertumbuhan yang lebih cepat, merupakan dosis optimum untuk meningkatkan kemampuan
lebih baik, dan seragam (Hussian et al., 2014). tanaman untuk tumbuh dengan meningkatnya kadar
Pengaruh osmopriming dalam meningkatkan bobot klorofil pada kondisi cekaman kekeringan. Hasil tersebut
kering akar dan bobot kering tajuk pada kondisi cekaman sesuai dengan penelitian Eivazi (2012) yang menunjukkan
kekeringan tersebut berkaitan dengan sistem perakaran. Hal bahwa osmopriming dengan PEG 10% pada biji gandum
tersebut ditunjukkan pada hubungan korelasi positif yang dapat meningkatkan kadar klorofil pada tanaman gandum.
signifikan antara peubah panjang akar dengan bobot kering Osmopriming dengan PEG dapat meningkatkan secara
akar dan tajuk (Gambar 6 dan 7). signifikan klorofil a dan b dan klorofil total dibandingkan
Dampak positif dari priming adalah sistem perakaran dengan kontrol pada kondisi stres kekeringan pada biji
yang berkembang lebih baik dibandingkan dengan tanpa gandum (Zhang et al., 2015) dan biji padi (Hussain et al.,
perlakuan (kontrol) pada cekaman kekeringan. Menurut 2017).
Khan et al. (2015), sistem perakaran yang berkembang Osmopriming meningkatkan kadar prolin secara
dengan baik dapat meningkatkan jangkauan ke area yang signifikan yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan yang
lebih luas pada lingkungan yang ketersediaan airnya terbatas nyata antara perlakuan ����������������������������
PEG 15% dibandingkan dengan
sehingga air dan nutrisi menjadi lebih banyak tersedia bagi kontrol ����������������������������������������������������
pada interval
1 penyiraman 3 dan 5 hari sekali (Tabel
tanaman dan memungkinkan tanaman untuk meningkatkan 2). ���������������������������������������������������
Pengaruh tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Hal
aktivitas fotosintesis sehingga dapat mengakumulasi lebih tersebut disebabkan oleh pengaruh osmopriming dalam
banyak bahan kering dan hasil. proses perkecambahan yang ditunjukkan adanya hubungan
21.00 0.06
y = 0.0065x - 0.0869
20.50 y = 0.0963x + 11.722 0.05 R² = 0.8337
R² = 0.902
Bobot kering akar (g)
Panjang akar (cm)
20.00
0.04
19.50
0.03
19.00
0.02
18.50
18.00 0.01
17.50 0.00
0.00 50.00 100.00 17.00 18.00 19.00 20.00 21.00
Keserempakan berkecambah (%) Panjang akar (cm)
Gambar 5. Korelasi antara keserempakan berkecambah dan Gambar 6. Korelasi antara panjang akar dan bobot kering akar
panjang akar pada berbagai konsentrasi osmopriming pada berbagai konsentrasi osmopriming dan tingkat
dan cekaman kekeringan 5 hari sekali cekaman kekeringan
Tabel 2. Osmopriming benih terhadap pertumbuhan dan morfofisiologi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir) pada
kondisi kekeringan
Panjang akar Bobot kering akar Bobot kering tajuk Kadar klorofil Kadar prolin
Perlakuan
(cm) (g) (g) (mg g-1) (µmol g-1)
O0 17.92d 0.030d 0.148bcde 0.660d 0.628c
O1 19.26bc 0.035cd 0.141cde 0.700cd 0.715bc
O2 19.69b 0.041ab 0.182abc 0.961b 0.816bc
O3 20.08a 0.045a 0.187ab 0.753c 0.862b
K0 19.14c 0.037bc 0.159abcd 0.699cd 0.556c
K1 19.46b 0.039bc 0.170abcd 0.809c 0.747bc
K2 19.12c 0.038bc 0.165abcd 0.797c 0.964b
O0K0 18.17cd 0.035cd 0.149bcde 0.668d 0.470c
O1K0 19.01bcd 0.031cd 0.127e 0.546d 0.650bc
O2K0 19.45b 0.041ab 0.173abcd 0.824bc 0.537c
O3K0 19.92ab 0.041ab 0.188ab 0.760c 0.566c
O0K1 17.91cd 0.029d 0.161abcd 0.644d 0.580c
O1K1 20.09a 0.041ab 0.159abcde 0.729cd 0.714bc
O2K1 19.67b 0.039bc 0.182abc 1.109a 0.767bc
O3K1 20.15a 0.045a 0.177abcd 0.754c 0.926b
O0K2 17.69d 0.027d 0.135de 0.669cd 0.834bc
O1K2 18.68bcd 0.034cd 0.139cde 0.826bc 0.781bc
O2K2 19.95ab 0.042ab 0.190ab 0.949b 1.145a
O3K2 20.17a 0.048a 0.196a 0.745c 1.096a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada faktor yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan DMRT pada α = 5%. O0:
benih kering (kontrol), O1 = 5% (w/v) PEG; O2 = 10% (w/v) PEG; O3 = 15% (w/v) PEG; K0 = penyiraman 1 hari sekali
(kontrol); K1 = penyiraman 3 hari sekali, K2: penyiraman 5 hari sekali
1
korelasi positif antara peubah persentase berkecambah, al., 2017), dan biji Trifolium repens cv. Ladino (Cao et al.,
kecepatan berkecambah, dan keserempakan berkecambah 2018).
terhadap kadar prolin (Gambar 8, 9, dan 10)������������
.�����������
����������
Perlakuan Prolin berfungsi dalam penyesuaian osmotik sel
osmopriming dapat meningkatkan prolin secara signifikan yaitu terakumulasinya prolin (dan zat terlarut lainnya)
pada tingkat stres kekeringan -2.0, -3.0, dan -4.0 MPa pada menyebabkan potensial osmotik sel menurun sehingga
biji kubis China (Yan, 2015). Dampak positif dari priming dapat berimbang dengan menurunnya potensial air di tanah,
tersebut terhadap kadar prolin juga telah dibuktikan pada sementara turgor dan kandungan air dipertahankan (Verslues
biji gandum (Tabassum et al., 2018), biji padi varietas dan Sharma, 2010).
Nagina-22 (N-22) dan Pusa-Sugandh-5 (PS-5) (Samota et
0.25 1.40
y = 0.0182x - 0.1857 1.20
Bobot kering tajuk (g)
0.20 R² = 0.5191
Kadar prolin (µmol g-1)
1.00
0.15 0.80
0.10 0.60
0.40 y = 0.0219x - 1.086
0.05 R² = 0.624
0.20
0.00 0.00
17.00 18.00 19.00 20.00 21.00 80.00 90.00 100.00 110.00
Panjang akar (cm) Persentase berkecambah (%)
Gambar 7. Korelasi antara panjang akar dan bobot kering tajuk Gambar 8. Korelasi antara persentase berkecambah dan kadar
pada berbagai konsentrasi osmopriming dan tingkat prolin pada berbagai konsentrasi osmopriming dan
cekaman kekeringan cekaman kekeringan 5 hari sekali
1.40 1.40
Kadar prolin (µmol g-1)
1.20 1.20
Khan, A.Z., T. Shah, S. Khan, A. Rehman, H. Akbar, A. Tabassum, T., M. Farooq, R. Ahmad, A. Zohaib, A. Wahid,
Muhammad, S.K. Khalil. 2017. Influence of seed M. Shahid. 2018. Terminal drought and seed priming
invigoration techniques on germination and seedling improves drought tolerance in wheat. Physiol. Mol.
vigor of maize (Zea mays L.). Cercet. Agron. Mold. Biol. Plants 24:845-856.
3:61-70.
Tao, Q., Lv. Yanyan, Q. Mo, M. Bai, Y. Han, Y. Wang. 2018.
Matsushima, K.I., J.I. Sakagami. 2013. Effects of seed Impacts of priming on seed germination and seedling
hydropriming on germination and seedling vigor emergence of Cleistogenes songorica under drought
during emergence of rice under different soil moisture stress. Seed Sci. Technol. 46:239-258.
conditions. Am. J. Plant Sci. 4:1584-1593.
Tian, Y., B. Guan, D. Zhou, J. Yu, G. Li, Y. Lou. 2014.
Pinheiro, C.L., H.T.N. Araujo, S.F. de Brito, M.d.S. Maia, Responses of seed germination, seedling growth, and
J.d.S. Viana, S.M. Filho. 2018. Seed priming and seed yield traits to seed pretreatment in maize (Zea
tolerance to salt and water stress in divergent grain mays L.). Sci. World J. 4:1-8.
sorghum genotypes. Am. J. Plant Sci. 9:606-616.
Utomo, M., Sudarsono, B. Rusman, T. Sabrina, J.
Raj, A.B., S.K. Raj. 2019. Seed priming: An approach Lumbanraja, Wawan. 2016. Ilmu tanah: Dasar-dasar
towards agricultural sustainability. J. Nat. Appl. Sci. dan Pengelolaan Edisi Pertama. Kencana, Jakarta,
11:227-234. ID.
Singh, A., R. Dahiru, M. Musa, B.S. Haliru. 2014. Effect of Zhang, F., J. Yu, C.R. Johnston, Y. Wang, K. Zhu, F. Lu, Z.
osmopriming duration on germination, emergence, Zhang, J. Zou. 2015. Seed priming with polyethylene
and early growth of cowpea [Vigna unguiculata (L.) glycol induces physiological changes in sorghum
Walp] in the Sudan savanna of Nigeria. Int. J. Agron. [Sorghum bicolor (L.) Moench] seedlings under
2014:1-4. suboptimal soil moisture environments. Plos One
10:1-15.
Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayur. Penebar
Swadaya, Jakarta, ID.