Anda di halaman 1dari 12

ANALISA MECHANICAL DAN METALLURGICAL

PENGELASAN BAJA KARBON A36


DENGAN METODE SMAW
Fajar Riyadi*, Dony Setyawan, S.T., M.Eng.**
* Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan
** Staf Pengajar Jurusan Teknik Perkapalan
Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Sukolilo – Surabaya (60111)
Telp. : 085228282827
Email : joken99n@gmail.com

ABSTRAK

Efek dilusi adalah efek yang terbentuk pada saat proses pengelasan. Persentase dilusi lasan ini akan
dipengaruhi oleh bentuk kampuh dari logam induk. Komposisi logam dilusi yang terbentuk akan berbeda dengan logam
induk atau pun logam pengisinya. Hal ini jelas akan mempengaruhi kualitas dari material hasil pengelasan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh luasan diluted metal tersebut terhadap kualitas hasil pengelasan.
Material yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja karbon rendah A36. Metode pengelasan yang
digunakan adalah SMAW dengan elektroda E6013. Terdapat tiga model spesimen uji, model I (pengelasan dengan
bentuk kampuh single vee), model II (pengelasan dengan bentuk kampuh double vee), sedangkan model III (pengelasan
dengan bentuk kampuh square). Pengujian yang dilakukan adalah radiography test, metallography test, vickers
microhardness dan compact tension tpecimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk kampuh mempengaruhi luasan diluted metal yang terbentuk.
Persentase luasan diluted metal yang paling besar terbentuk pada pengelasan dengan bentuk kampuh square, yaitu
sebesar 28,30%. Persentase perlit pada daerah HAZ dan weld metal meningkat pada tiap-tiap variasi bentuk kampuh.
Persentase kandungan perlit paling banyak terbentuk pada pengelasan dengan bentuk kampuh single vee, yaitu sebesar
29.64% dan 57.75%. Harga fracture toughness berbanding terbalik dengan persentase kandungan pearlite dan nilai
kekerasan. Jika harga fracture toughness naik sebesar 0,58% maka persentase kandungan perlit akan turun sebesar
55.83% dan harga kekerasannya akan turun sebesar 6.68%. Semakin tinggi harga fracture toughness suatu material
maka semakin kecil persentase kandungan perlit dan nilai kekerasannya.

Kata kunci : analisa mechanical, analisa metallurgical, dilusi lasan, baja karbon A36, SMAW.

1. PENDAHULUAN pengelasan yang dilakukan pada akhirnya akan


Lingkup penggunaan teknik penyambungan menentukan hasil akhir dari konstruksi tersebut,
material (pengelasan) dalam konstruksi sangat luas, meskipun ada parameter lain yang mempengaruhi.
meliputi bidang perkapalan, pembuatan jembatan, Persyaratan kualitas dalam proses penyambungan
rangka baja, bejana tekan, pipa saluran, kendaraan material adalah harus sesuai dengan standar
rel dan sebagainya. Selain itu, proses las dapat juga meliputi kekuatan, keuletan, ketangguhan,
dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk kekerasan dan ketahanan korosi.
mengisi lubang-lubang pada coran, mempertebal Diluted metal adalah salah satu komposisi dari
bagian-bagian yang sudah aus, replating dan weld metal yang terbentuk pada saat proses
macam-macam reparasi lainnya. Prosedur pengelasan. Luasan diluted metal ini akan
pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi dipengaruhi oleh welding speed (kecepatan
sebenarnya di dalam proses melakukannya banyak pengelasan) dan bentuk kampuh dari logam induk.
masalah-masalah yang harus diatasi. Komposisi diluted metal yang terbentuk akan
Sifat mekanik suatu bahan adalah sifat berbeda dengan logam induk atau pun logam
terpenting karena berkaitan dengan kemampuan pengisinya. Hal ini jelas akan mempengaruhi
bahan untuk menerima beban tanpa menimbulkan kualitas dari material hasil pengelasan.
kerusakan atau kegagalan pada bahan/struktur Dalam penelitian tugas akhir ini, penulis
tertentu. Panas yang terjadi akibat proses mencoba untuk mengetahui dan menganalisa
pengelasan akan merubah struktur kristal material pengaruh diluted metal yang terbentuk terhadap
sehingga akan menyebabkan turunnya sifat fisis mechanical characteristic dan metallurgical
dan mekanik dari material yang dilas. Proses characteristic hasil pengelasan baja karbon A36.

1
Metode pengelasan yang dilakukan adalah SMAW, juga secara cepat dapat menurunkan kemampuan
dengan menggunakan elektroda E6013. Material baja untuk dipotong dengan menggunakan nyala
hasil penyambungan akan diuji dengan serangkaian api. Dengan kata lain, kemampuan baja untuk
pengujian, sehingga melalui eksperimen ini kita menjadi keras, sebagai contoh, kecenderungan baja
bisa mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi untuk menjadi keras melalui proses perlakuan
akibat proses pengelasan tersebut. panas, akan menjadi lebih baik seiring dengan
bertambahnya kadar karbon.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Baja Karbon Rendah
2.1 Klasifikasi Baja Baja jenis ini sangat reaktif dan mudah sekali
Baja pada dasarnya adalah paduan besi-karbon. untuk berubah kembali ke bentuk besi oksida
Selain terdiri dari besi dan karbon baja biasanya (berkarat) jika terkontaminasi air, oksigen dan ion.
juga mengandung sejumlah unsur lain. Sebagian Baja karbon rendah mempunyai sifat mampu las
berasal dari pengotoran pada bijih besi, yang yang dipengaruhi oleh kekuatan takik dan kepekaan
biasanya kadarnya akan ditekan serendah mungkin, terhadap retak las. Kekuatan takik pada baja karbon
sebagian lagi dari unsur yang digunakan pada rendah dapat di pertinggi dengan menurunkan kadar
proses pembuatan besi/baja. Disamping itu karbon C dan menaikkan kadar mangan Mn. Suhu
seringkali juga sejumlah unsur paduan sengaja transisi dari kekuatan takik menjadi turun dengan
ditambahkan ke dalam baja untuk memperoleh naiknya harga perbandingan Mn/C.
suatu sifat tertentu. Mengingat hal ini maka dapat
2.4 Mikrostruktur Baja Karbon Rendah
dibayangkan bahwa jenis baja akan sangat banyak.
Menurut komposisi kimianya baja dapat dibagi Sebagian dari baja karbon rendah merupakan
menjadi dua kelompok besar yaitu baja karbon dan baja yang murni (Fe=99.5%) dengan sejumlah kecil
baja paduan. Baja karbon bukan hanya unsur-unsur logam seperti mangan, silicon dan
mengandung besi dan carbón, tetapi juga aluminium. Sesungguhnya banyak dari baja karbon
mengandung sejumlah unsur lain dalam batas-batas rendah terutama untuk very low dan ultra low
tertentu yang tidak banyak berpengaruh terhadap karbon steel adalah baja yang benar-benar murni
sifatnya. (99.99%). Di baja ini mikrostrukturnya adalah
100% ferrit.
2.2 Baja Karbon Ferrit merupakan unsur yang utama pada baja
Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon rendah. Ferrit merupakan kandungan dari
karbon. Oleh karena itu, baja jenis ini baja murni dan mengandung kurang dari 0.005%C
dikelompokkan kedalam tiga kelompok besar pada temperatur suhu ruang, tetapi seringkali juga
berdasarkan kadar karbon yang terkandung di terdapat kandungan lain yaitu mangan dan silikon.
dalamnya. Ferrit juga dapat muncul pada baja-baja yang
Baja Karbon Rendah (Low Carbon Steel/Mild mengalami pengerjaan dingin. Pada baja karbon
steel), kadar karbon sampai 0.30%. Strukturnya rendah (baja murni) strukturnya dapat dilihat dalam
terdiri dari ferrit dan sedikit perlit, sehingga baja ini butir ferrit yang membentuk seperti suatu jaringan
kekuatannya relatif rendah, lunak tetapi rangka. Karena mengandung kandungan karbon
keuletannya tinggi. Baja ini tidak dapat dikeraskan, yang rendah, ferrit yang dibentuk sangat halus atau
kecuali dengan pengerasan permukaan. lembut dan sangat mudah untuk berubah bentuk
Baja Karbon Menengah (Medium Carbon (deformed), ini artinya dibutukan perlakuan khusus
Steel), kadar karbon 0.30-0.70% masih terdiri dari pada baja yang memiliki kandungan baja karbon
ferrit dan perlit juga, dengan perlit cukup banyak, rendah untuk menghindari efek dari pengerjaan
sehingga baja ini lebih kuat dan keras, serta dapat perlakuan dingin
dikeraskan tetapi getas.
Baja Karbon Tinggi (High carbon steel),
kadar karbon lebih dari 0.70% lebih kuat dan lebih
keras lagi, tetapi keuletan dan ketangguhannya
rendah.
Pada baja karbon apabila semakin besar
kandungan karbonnya maka material akan semakin
kuat tetapi ketangguhannya menurun. Kemampuan
baja untuk dikerjakan dalam keadaan dingin dan
kemampuan baja untuk dilas secara cepat akan
menurun seiring bertambahnya kandungan karbon
didalam baja. Bertambahnya kandungan karbon Gambar 1. Mikrostruktur dari ferrit.
2
Pearlite pada dasarnya berfasa ganda yaitu waktu pengelasan mencair dan kemudian
campuran antara cementite dan ferrit. Dimana hal membeku. Daerah pengaruh panas atau HAZ
ini merupakan perubahan bentuk transformasi adalah logam dasar yang bersebelahan dengan
eutectoid pendinginan bawah lambat (mendekati logam las yang selama proses pengelasan
equilibrium). Untuk baja karbon yang mengalami mengalami siklus termal pemanasan dan
pendinginan yang cepat maka pearlite yang pendinginan cepat. Logam induk tidak terpengaruhi
berwarna hitam akan tampak pada batasan butir adalah bagian logam dasar dimana panas dan suhu
ferrit. pengelasan tidak menyebabkan terjadinya
Martensit. Ketika baja mengandung baja perubahan-perubahan struktur dan sifat. Disamping
karbon rendah dengan logam campuran dan dengan ketiga pembagian utama tersebut masih ada satu
cepat didinginkan dari suhu austenit, suatu unsur daerah khusus yang membatasi antara logam las
martensit terbentuk. Martensit tidak selalu dan daerah pengaruh panas, yang disebut batas las.
ditemukan pada baja yang berkarbon rendah. Etsa Dalam pengelasan cair bermacam-macam
khusus diperlukan untuk dapat membedakan cacat terbentuk dalam logam las, misalnya
martensit dari partikel cementite, pearlite dan pemisahan atau segregasi, lubang halus dan retak.
austenit. Pada gambar ini struktur mikro dari Banyaknya dan macamnya cacat yang terjadi
martensit dinyatakan dengan warna gelap (hitam) tergantung dari pada kecepatan pembekuan. Pada
sedangkan yang tidak berwarna adalah austenit. proses pembekuan logam las terjadi tiga proses
reaksi metalurgi, proses tersebut adalah :
1. Pemisahan
Di dalam logam las terdapat tiga jenis
pemisahan, yaitu pemisahan makro, pemisahan
gelombang dan pemisahan mikro. Pemisahan
makro adalah perubahan komponen secara
perlahan-lahan yang terjadi mulai dari sekitar garis
lebur menuju ke garis sumbu las, sedangkan
pemisahan gelombang adalah perubahan komponen
karena pembekuan yang terputus yang terjadi pada
proses terbentuknya gelombang manik las.
Gambar 2 Mikrostruktur dari Martensite
Pemisahan mikro adalah perubahan komponen
Austenit. Tahap austenit adalah struktur kristal yang terjadi dalam satu pilar atau dalam bagian dari
pada temperatur tinggi yang pada umumnya berada satu pilar.
pada suhu diatas kira-kira 720oC (1330oF), akan 2. Vaporasi
tetapi tidak tertutup kemungkinan austenit dapat
Lubang-lubang halus terjadi karena adanya
terbentuk pada suhu ruang apabila memiliki cukup
gas yang tidak larut dalam logam padat. Lubang-
karbon.
lubang tersebut disebabkan karena tiga macam cara
2.5 Pengelasan pembetukan gas sebagai berikut : yang pertama
Berdasarkan definisi dari American Welding adalah pelepasan gas karena perbedaan batas
Society (AWS) las adalah ikatan metalurgi pada kelarutan antara logam cair dan logam padat pada
sambungan logam atau logam paduan yang suhu pembekuan, yang kedua adalah terbentuknya
dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari gas karena adanya reaksi kimia didalam logam las
definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa dan yang ketiga penyusupan gas ke dalam atmosfir
las adalah sambungan setempat dari beberapa busur.
batang logam dengan menggunakan energi panas. Gas yang terbentuk karena perbedaan batas
Pada waktu ini telah digunakan lebih dari 40 jenis kelarutan dalam baja adalah gas hidrogen dan gas
pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan nitrogen, sedangkan yang terjadi karena reaksi
dengan hanya menekan dua logam yang disambung adalah terbentuknya gas CO dalam logam cair dan
sehingga terjadi ikatan antara atom-atom atau yang menyusup adalah gas-gas pelindung atau
molekul-molekul dari logam yang disambungkan. udara yang terkurung dalam akar kampuh las.
3. Oksidasi
2.5.1 Metallurgi Pengelasan
Oksidasi menghasilkan gas-gas atau oksida-
Dalam lasan terdiri dari tiga bagian yaitu
oksida yang mengakibatkan mutu las menjadi
logam lasan, daerah pengaruh panas (Heat Affected
rendah, misal karena mudah timbul korosi,
Zone) dan logam induk yang tak terpengaruhi.
menyebabkan adanya rongga-rongga dalam logam
Logam las adalah bagian dari logam yang pada

3
las kegetasan bahan bertambah atau berkurangnya ampere las. Karena itu pengelasan yang cepat
kekuatan logam las. memerlukan ampere las yang tinggi.
Sebenarnya hanya sejumlah kecil oksigen Bila tegangan dari ampere dibuat tetap, sedang
yang larut dalam baja, tetapi karena tekanan kecepatan pengelasan dinaikkan maka jumlah
disosiasi dari kebanyakan oksida sangat rendah, deposit per satuan panjang las jadi menurun. Tetapi
maka pada umumnya akan terbentuk oksida-oksida di samping itu sampai pada suatu kecepatan
yang stabil. Karena pengukuran yang tepat untuk tertentu, kenaikan kecepatan akan memperbesar
mengetahui jumlah oksigen yang larut dalam baja penembusan. Bila kecepatan pengelasan dinaikkan
sangat sukar, maka untuk melepaskan oksigen dari terus maka masukan panas per satuan panjang juga
larutan biasanya dilakukan usaha-usaha seperti akan menjadi kecil, sehingga pendinginan akan
melepaskan oksida. Proses menghilangkan oksida berjalan terlalu cepat yang mungkin dapat
ini disebut proses deoksidasi. memperkeras daerah HAZ.
Ketangguhan logam las turun dengan naiknya 4. Polaritas listrik
kadar oksigen, oleh karena itu harus selalu
Seperti telah diterangkan sebelumnya bahwa
diusahakan agar logam las mempunyai kadar
pengelasan busur listrik dengan elektroda
oksigen yang serendah-rendahnya. Usaha
terbungkus dapat menggunakan polaritas lurus dan
penurunan oksigen ini dapat dilakukan dengan
polaritas balik. Pemilihan polaritas ini tergantung
menambah unsur-unsur yang bersifat deoksidasi
pada bahan pembungkus elektroda, konduksi termal
seperti Si, Mn, Al dan Ti atau menaikkan kebasaan
dari bahan induk, kapasitas panas dari sambungan
dari terak lasnya. Struktur, kekerasan dan
dan lain sebagainya.
berlangsungnya transformasi dari daerah HAZ
Sifat busur pada umumnya lebih stabil pada
dapat dibaca dengan segera pada diagram
arus searah dari pada arus bolak balik, terutama
transformasi pendinginan berlanjut atau diagram
pada pengelasan dengan arus yang rendah. Tetapi
CCT.
untuk pengelasan sambungan pendek lebih baik
2.5.2 Parameter Pengelasan menggunakan arus bolak balik karena pada arus
searah sering terjadi ledakan busur pada akhir dari
1. Tegangan busur las
pengelasan.
Tingginya tegangan busur tergantung pada
5. Besarnya penembusan
panjang busur yang dikehendaki dari jenis dari
elektroda yang digunakan. Pada elektroda yang Untuk mendapatkan kekuatan sambungan
sejenis tingginya tegangan busur yang diperlukan yang tinggi diperlukan penembusan atau penetrasi
berbanding lurus dengan panjang busur. yang cukup. Sedangkan besarnya penembusan
Panjang busur yang dianggap baik kira-kira tergantung kepada sifat-sifat fluks, polaritas,
sama dengan garis tengah elektroda. Tegangan besarnya arus, kecepatan las dari tegangan yang
yang diperlukan untuk mengelas dengan elektroda digunakan. Pada dasarnya makin besar arus las
bergaris tengah 3 sampai 6 mm, kira-kira antara 20 makin besar pula daya tembusnya. Sedangkan
sampai 30 volt untuk posisi datar. Sedangkan untuk tegangan memberikan pengaruh yang sebaliknya
posisi tegak atau atas kepala biasanya dikurangi yaitu makin besar tegangan makin panjang busur
lagi dengan 2 sampai 5 volt. yang terjadi dan makin tidak terpusat, sehingga
panasnya melebar dan menghasilkan penetrasi yang
2. Besar ampere las
lebar dan dangkal kecuali beberapa elektroda
Besarnya ampere las yang diperlukan khusus untuk penembusan dalam yang memang
tergantung dari bahan dan ukuran dari lasan, memerlukan tegangan tinggi.
geometri sambungan, posisi pengelasan macam
6. Kondisi standar pengelasan
elektroda dan diameter inti elektroda. Dalam
pengelasan logam paduan, untuk menghindari Beberapa kondisi standar dalam pengelasan
terbakarnya unsur-unsur paduan sebaiknya dengan syarat-syarat tertentu seperti tebal pelat,
menggunakan ampere las yang kecil. bentuk sambungan, jenis elektroda, diameter inti
elektroda dan lain sebagainya, telah ada. Sudah
3. Kecepatan pengelasan
tentu bahwa kondisi standar ini harus dilaksanakan
Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis secara seksama dari sesuai dengan bentuk dan
elektroda, diameter inti elektroda, bahan yang dilas, ketelitian alur, keadaan tempat pengelasan dan lain-
geometri sambungan, ketelitian sambungan dari lainnya
lain-lainnya. Dalam hal hubungannya dengan
tegangan dari ampere las, dapat dikatakan bahwa 2.5.3 Heat Input
kecepatan las hampir tidak ada hubungannya Heat input adalah nilai dari energi yang
dengan tegangan las tetapi berbanding lurus dengan ditransfer per unit panjang dari suatu pengelasan.

4
Heat input merupakan parameter penting karena 2.7 Diluted Metal
seperti halnya pemanasan awal dan temperatur Dilution merupakan aspek yang sering dipakai
interpass, heat input juga mempengaruhi laju sebagai bahan pertimbangan dalam proses
pendinginan yang akan berpengaruh pada pemilihan filler metal. Ketika melakukan
mechanical properties dan struktur metalurgi dari pengelasan antara base metal dengan filler metal
HAZ. Rumus yang digunakan untuk menentukan yang berbeda komposisi kimia, kedua komposisi
besarnya heat input yaitu : tersebut akan bercampur dan mengalami efek dilusi
(dilution). Logam campuran antara logam induk
Heat Input (Kj/mm) = Arus x Tegangan x 60 dan logam pengisi inilah yang dinamakan diluted
Travel Speed (TS) x 1000 metal.
Apabila heat input dari suatu pengelasan Dilution hasil lasan didefinisikan sebagai
terlalu tinggi maka daerah HAZ akan menjadi lebar perbadingan antara bagian logam induk yang
sehingga mudah terjadi cacat seperti undercut. mencair dengan seluruh bagian logam yang
Akan tetapi apabila heat input terlalu kecil maka mencair. Dilution juga didefinisikan sebagai
juga akan menimbulkan cacat las seperti inclusion. perubahan komposisi kimia logam yang
Efek dari heat input terhadap laju pendinginan didepositkan (logam las). Perubahan ini disebabkan
hampir sama dengan temperatur pemanasan awal. oleh campuran antara logam induk (base metal) dan
Apabila heat input atau temperatur pemanasan awal logam pengisi (filler metal) dalam manik las.
dinaikkan maka laju pendinginan akan turun yang Karena adanya proses percampuran tersebut, maka
biasanya digunakan untuk base metal yang tebal. B efek dilusi yang terjadi akan menyebabkan manik
Heat input akan mempengaruhi material las (weld metal) yang terbentuk mempunyai
properties pada pengelasan. Pada pengelasan komposisi yang berbeda dengan base metal maupun
multiple-pass, bagian dari pengelasan pas filler metalnya. Hal ini akan menyebabkan
sebelumnya akan dihaluskan oleh pas selanjutnya, berubahnya kuat tarik dan keuletan dari material
sehingga ketangguhan material akan meningkat. hasil pengelasan.
Hal ini disebabkan karena panas dari suatu pass
akan mengeraskan weld metal yang sebelumnya. 3. METODELOGI PENELITIAN
Shielded Metal Arc Welding 3.1 Bahan Penelitian
2.6 Shielded Metal Arc Welding Material yang akan dilakukan pengujian
Las busur listrik elektrode terbungkus ialah adalah material baja karbon rendah grade A type
salah satu jenis proses las busur listrik elektrode A36 dengan ukuran 300 x 150 x 8 mm sebanyak 6
terumpan, yang menggunakan busur listrik sebagai buah. Baja karbon type ini mempunyai kandungan
sumber panas. Panas yang timbul pada busur listrik C = 0.16; Si = 0.21; Mn = 0.7; P = 0.023; S =
yang terjadi antara elektroda dengan benda kerja, 0.022.
mencairkan ujung elektrode (kawat) las dan benda 3.2 Proses Pengelasan
kerja setempat, kemudian membentuk paduan, Dalam penelitian ini dilakukan proses
membeku menjadi lasan (weld metal). Bungkus pengelasan material dengan metode Shielded Metal
(coating elektrode yang berfungsi sebagai fluks Arc Welding (SMAW). Jenis sambungan yang
akan terbakar pada waktu proses berlangsung, dan digunakan adalah sambungan tumpul. Sedangkan
gas yang terjadi akan melindungi proses terhadap elektroda yang digunakan adalah elektroda E6013.
pangaruh udara luar. Cairan pembungkus akan Pengelasan dilakukan pada material yang berbeda
terapung dan membeku pada permukaan las yang bentuk kampuh, dalam hal ini bentuk kampuh yang
disebut slag, yang kemudian dapat dibersihkan digunakan adalah square, double vee dan single
dengan mudah. vee.
3.3 Proses Pengujian
Pengujian yang dilakukan meliputi uji
radiografi, uji metalografi, uji kekerasan (Vickers),
uji tarik dan uji fracture toughness dengan
menggunakan compact tension specimen. Untuk uji
radiografi, jumlah spesimen adalah 3 test coupon.
Pada pengujian metalografi, pengujian kekerasan,
uji tarik dan uji fracture toughness diambil 1
spesimen untuk tiap-tiap proses pengelasan
Gambar 3 Skema peralatan pengelasan SMAW sehingga untuk masing-masing pengujian

5
(metalografi, kekerasan, uji tarik dan fracture ujung penekan mempunyai bentuk dasar persegi
toughness) ada 3 spesimen uji. dan pada ujungnya mempunyai sudut 136º pada sisi
yang saling berhadapan. Indentor ditekan dengan
3.3.1 Uji Radiography
gaya sebesar 100 Kgf, beban ini ditekankan pada
Uji radiografi adalah pengujian yang tak periode selama sepuluh hingga 15 detik.
merusak. Pengujian ini dilakukan tanpa merusak
bagian konstruksi yang diujikan. Pengujian ini
untuk mengetahui cacat di dalam permukaan las.
Prosedur pengujian radiografi yang dilakukan
mengacu pada standart ASME V Non Destructive
Examination. Pelaksanaan pengujian radiografi
meliputi tahap penyinaran dan proses film.

Gambar 5 Proses uji hardness


3.3.4 Uji Fracture Toughness
Proses yang dilakukan sebelum memulai
penelitian fracture toughness dengan Compact
Tension Specimen (CTS) adalah mempersiapkan
specimen yang akan diuji. Dimensi spesimen CTS
Gambar 4 Susunan dalam pengujian radiografi
tergantung dari tebal pelat, semakin besar tebal
3.3.2 Uji Metallography (Foto Mikro) pelat maka semakin besar pula spesimen CTS.
Metalografi merupakan pengamatan struktur Penentuan dimensi spesimen mengacu sesuai
logam baik secara makro maupun mikro dimana dengan standart ASTM E399 adalah sebagai
intinya adalah pengamatan struktur dan pengenalan berikut :
yang meliputi tipe, ukuran, distribusi dan kuantitas.
Tipe mewakili nama kelas pada logam tertentu
misalnya ferrit, perlit, eutectoid dan sebagainya.
Ukuran mewakili dimensi dari fase dibandingkan
dengan dimensi yang lain. Misalnya ukuran butir.
Distribusi mewakali daerah penyebaran masing-
masing fase diantara luasan yang menjadi
pengamatan dalam sample tersebut, sedangkan
kuantitas mewakili jumlah masing-masing fase
Penghitungan persentase struktur mikro
dilakukan dengan bantauan software autocad Gambar 6 Standar CTS
dengan cara menginsert gambar struktur mikro ke 3.3.5 Uji Makro Etsa
dalam autocad dengan skala 1:1. Penghitungan Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
besar butir mengacu pada ASTM E 562 dengan kualitas hasil lasan melalui potongan melintang dari
menggunakan teknik point counter. Dimana dibuat lasan. Setelah didapatkan potongan melintang yang
sebuah persegi yang berisi 100 titik dengan luas sudah dietsa maka pengamatan dapat dilakukan
persegi diambil 2-5% dari luas seluruh hasil foto. secara manual/visual. Beberapa cacat las yang
Kemudian diambil sampel sebanyak 9 titik dapat diketahui dari pengujian ini adalah adalah
perhitungan dan hasilnya dirata-rata. porosity, incomplete penetration (IP), incomplete
3.3.3 Uji Kekerasan (Vickers) fusion, crack dan undercut.
Kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan
sebuah benda (benda kerja) terhadap penetrasi/daya
tembus dari bahan lain yang lebih keras
(penetrator). Nilai kekerasan dapat diketahui
dengan beberapa metode diantaranya rockwell test,
brinnel test dan vickers test.
Metode pengujian Vickers menggunakan
Gambar 7 Penampang melintang hasil lasan
indentor berbentuk piramida intan. Piramida pada
6
4. HASIL PENELITIAN pengujian foto mikro, melakukan proses makroetsa
pada masing-masing spesimen. Daerah yang
4.1 Proses Pengelasan
diamati pada proses foto mikro adalah WM (Weld
Parameter yang dipakai dalam proses Metal) dan HAZ (Heat Affected Zone) pada tiap-
pengelasan mengacu pada WPS. Sedangkan semua tiap spesimen. Berikut hasil foto mikro daerah HAZ
nilai parameter yang dipakai harus dicatat dan dan WM dengan perbesaran 500x :
dicantumkan dalam WPQR.
Tabel 1 WPQR pengelasan single vee. • Daerah HAZ
Elektrode Size Welding Current Travel Speed
Pass No.
(mm) Ampere Volt (mm/min)
1 2,6 80 30 50
2 3,2 80 30 55
3 3,2 115 30 65
4 3,2 115 30 60
B.Weld 3,2 115 30 70
Tabel 2 WPQR pengelasan double vee.
Elektrode Size Welding Current Travel Speed
Pass No.
(mm) Ampere Volt (mm/min)
1 2,6 70 30 55
2 3,2 115 30 70
3 3,2 115 30 75 Gambar 8 Single vee groove.
4 3,2 115 30 85
B.Weld 3,2 115 30 80
Tabel 3 WPQR pengelasan square.
Elektrode Size Welding Current Travel Speed
Pass No.
(mm) Ampere Volt (mm/min)
1 2,6 60 30 50
2 2,6 115 30 75
3 3,2 115 30 85
4 3,2 105 30 75
B.Weld 3,2 105 30 85

4.2 Uji Radiografi


Hasil dari pengujian ini merupakan acceptable
criteria hasil pengelasan. Berikut adalah hasil tes Gambar 9 Double vee groove.
radiografi.
Tabel 4 Tabel hasil radiografi
Interpretation Evaluation
t Area
Var. Defect Size Accepted Rejected Remarks
SMAW
I 8 A-B - - x - ACC
V 8 A–B - - x - ACC
X 8 A-B - - x - ACC

4.3 Uji Makro Etsa


Dari pengujian ini dapat diketahui tentang
weld profile sehingga dapat diketahui dimensi leg
length, size of weld, dan throat of weld (baik throat
effective maupun throat actual) serta lebar HAZ Gambar 10 Square groove.
(Heat Affected Zone) dari data yang ada dapat • Daerah Weld Metal
dilakukan analisis mengenai persyaratan
dimensional.
Tabel 5 Tabel hasil pengamatan uji makro etsa
Visual Test Weld Bead Dimensions
Var. Type Size W T R1 R2 HAZ
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm²)
I - - 16.48 8 1.72 1.67 58.38
V - - 16.06 8 2.09 1.45 50.27
X - - 15.53 8 1.52 1.57 52.08

4.4 Uji Metallography


Dari masing-masing proses pengelasan
diambil 1 buah spesimen. Sebelum dilakukan Gambar 11 Single vee groove.

7
KQ
P max (lbf) P 5% (lbf) P max / P 5%
(Ksi (Inch)0,5)
5305.28 4930.65 1.076 190.521
5350.24 4909.03 1.090 189.685
5350.24 4902.46 1.091 189.432

5. ANALISA HASIL PENELITIAN


5.1 Heat Input
Tabel 8 Besar masukan panas tiap layer
A E V HI
Var. Layer
(A) (V) (mm/min) (Joule/mm)
Gambar 12 Double vee groove.
1 80 30 50 2592.0
2 80 30 55 2356.4
I 3 115 30 65 2866.2
4 115 30 60 3105.0
B.Weld 115 30 70 2661.4
1 70 30 55 2061.8
2 115 30 70 2661.4
X 3 115 30 75 2484.0
4 115 30 85 2191.8
5 115 30 80 2328.8
1 60 30 50 1944.0
2 115 30 75 2484.0
V 3 115 30 85 2191.8
Gambar 13 Square groove.
4 105 30 75 2268.0
4.5 Uji Hardness B.Weld 105 30 85 2001.2
Dari pengujian ini akan didapatkan data
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa heat input
berupa nilai kekerasan pada masing-masing posisi.
dipengaruhi oleh kecepatan pengelasan (Travel
Dimana jumlah pengujian untuk masing-masing
Speed). Kecepatan pengelasan square groove lebih
posisi adalah sebanyak 3 titik. Pengujian kekerasan
lambat dibandingkan dengan pengelasan double vee
dilakukan pada posisi atas, tengah dan bawah untuk
groove dan vee groove. Hal ini dikarenakan bentuk
masing-masing bagian base metal, weld metal dan
kampuh square groove yang tidak mempunyai
HAZ. Sehingga jumlah total pengujian kekerasan
sudut sehingga memerlukan waktu lebih lama
untuk tiap spesimen adalah 27 titik.
dalam proses pengelasannya agar tidak
Tabel 6 Nilai rata-rata kekerasan menimbukan cacat seperti incomplete penetration
Bentuk Kampuh Las atau incomplete fusion. Kecepatan pengelasan yang
Posisi
I X V rendah mengakibatkan masukan panas yang
Base Metal 177.90 180.29 189.53 diterima oleh material pada pengelasan square
HAZ 224.42 228.44 233.32 groove lebih besar dari pada pengelasan dengan
double vee groove dan vee groove.
Weld Metal 238.45 243.96 255.53 Semakin besar masukan panas makin besar
4.6 Uji Fracture Toughness pula perubahan bentuk atau distorsi yang terjadi
dan juga banyaknya penurunan sifat-sifat yang
Pengujian fracture toughness dilakukan
baik. Dari analisis data diperoleh bahwa terjadi
dengan menggunakan compact tension spesimen
penurunan total heat input. Untuk pengelasan
sesuai ASTM E399-90 “Standard Test Method for
bentuk kampuh square groove adalah sebesar
Plane Strain Fracture Toughness of Metallic
13580.9 Joule/mm, sedangkan untuk pengelasan
Materials”, yang selanjutnya dapat digunakan
bentuk kampuh double vee groove adalah sebesar
untuk menentukan harga fracture toughness.
11727.8 Joule/mm dan utnuk pengelasan bentuk
Tabel 7 Hasil pengujian compact tension dan kampuh vee groove adalah sebesar 10888.9
nilai fracture toughness Joule/mm.
ITEM B (Inch) W (Inch) a (Inch) a/W f (a/W)
5.2 Uji Radiografi
I 0.3150 1.260 0.6299 0.5 1.260
X 0.3150 1.260 0.6299 0.5 1.260 Hasil dari pengujian radiografi menunjukkan
V 0.3150 1.260 0.6299 0.5 1.260 bahwa tidak ada cacat yang terjadi pada sambungan

8
las hasil pengelasan baja karbon rendah A36
Perbandingan Persentase Luasan Diluted Metal
dengan metode SMAW.
Oleh karena tidak terdapat cacat pada hasil
pengelasan ini maka hasil pengelasan ketiga variasi 35
bentuk kampuh las dapat diterima dan bisa diproses 30
menjadi spesimen pengujian berikutnya. 25

Persentase 
20
5.3 Makro Etsa
15
Secara umum hasil pengujian makro etsa 10
sudah memenuhi persyaratan yang berlaku, yaitu 5
tidak terdapat cacat pengelasan yang berarti dan 0
I X V
standard maksimal tinggi manik las 3 mm untuk
Percentase 28.30268959 26.39212875 20.67950817
lebar W diantara 8 sampai 25 mm (AWS D1.1).
Namun dari ketiga variasi bentuk kampuh tersebut
dapat dibandingkan kualitas hasil pengelasannya Gambar 14 Grafik perbandingan persentase
dari lebar HAZ yang dihasilkan. luasan diluted metal
Dari hasil perhitungan yang disajikan pada Dari perhitungan luasan diluted metal dapat
tabel 4.6 diatas menunjukkan adanya perbedaan diindikasikan bahwa variasi bentuk kampuh akan
luasan HAZ, berturut-turut untuk variasi square mempengaruhi persentase luasan diluted metal. Jika
groove, double vee groove dan single vee groove ditinjau secara visual, dapat kita simpulkan bahwa
adalah sebesar 58.38 mm2, 52.08 mm2 dan 50.27 bentuk kampuh akan menentukan bentuk dan
mm2. Hal ini disebabkan oleh masukan panas rata- luasan penampang dari weld metal (logam las) yang
rata yang dikenakan untuk urutan variasi yang sama terbentuk. Selain itu, bentuk kampuh juga akan
juga berbeda. menentukan luasan penampang campuran antara
Besarnya luasan HAZ dipengaruhi oleh base metal (logam induk) dan filler metal (logam
masukan panas yang dikenakan pada material. pengisi).
Semakin besar masukan panas, maka semakin besar Besarnya persentase luasan diluted metal juga
pula luasan HAZ yang terbentuk. Hal ini dapat ditentukan oleh kecepatan rata-rata pengelasan
menurunkan sifat mekanik dari material. Penurunan (Travel Speed) dan arus yang digunakan dalam
sifat mekanik ini akibat dari laju pendinginan pada proses pengelasan. Karena tingkat kecepatan rata-
daerah HAZ yang relatif lebih cepat sehingga rata pengelasan yang rendah serta arus yang besar
menyebabkan berubahnya struktur kristal HAZ akan meningkatkan masukan panas sehingga
menjadi lebih besar. Semakin besar struktur kristal menyebabkan semakin banyaknya base metal yang
maka material juga akan semakin getas karena mencair dan bercampur dengan filler metal. Hal ini
hydrogen dapat masuk di celah-celah struktur akan menyebabkan luasan campuran antara base
kristal mengkibatkan mudah terjadi retak. metal dan filler metal yang terbentuk juga berbeda-
5.4 Perhitungan Diluted Metal beda. Selain itu, semakin lama busur las berada
pada suatu titik maka akan semakin lebar pula weld
Perhitungan persentase diluted metal metal yang terbentuk pada titik tersebut.
dilakukan dengan cara menghitung luasan daerah Dapat disimpulkan bahwa variasi bentuk
yang merupakan campuran antara base metal dan kampuh, kecepatan rata-rata pengelasan dan
logam pengisi serta luasan bagian weld metal dari besarnya arus yang digunakan akan menentukan
hasil foto makro dengan menggunakan bantuan persentase luasan diluted metal yang terbentuk. Hal
software autocad. Hasil dari perhitungan disajikan ini terlihat pada hasil perhitungan, dimana besarnya
dalam tabel dan grafik berikut ini: persentase luasan diluted metal untuk square,
Tabel 9 Tabel hasil perhitungan persentase double vee dan single vee groove secara berturut-
dilusi lasan turut adalah 28,30%, 26,39% dan 20,68%.
Var si s S s+S % dilution
5.5 Uji Metallografi
23.126
I 40.709 103.126 143.836 28.303 Pada gambar 8, gambar 9 dan gambar 10 untuk
17.5834 daerah HAZ. Dilihat dari ukuran butirannya, daerah
9.8763 ini memiliki ukuran butir yang lebih besar
V 28.384 108.874 137.258 20.680
18.508 dibandingkan ukuran butir pada base metal.
16.7545
Daerah ini juga mempunyai kandungan perlite
X 35.673 99.492 135.165 26.392 yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
18.9185
kandungan perlite pada daerah base metal. Pada

9
pengelasan dengan bentuk kampuh single vee Meningkatnya perlit pada weld metal disebabkan
memiliki kandungan ferit lebih sedikit yaitu ferit karena weld metal mengalami proses pendinginan
sebesar 70,36% dan perlit sebesar 29,64% yang lebih cepat karena panas yang didapat pada
dibandingkan pada pengelasan dengan bentuk weld metal diserap dengan cepat oleh daerah HAZ.
kampuh double vee mempunyai kandungan ferit Karena seperti diketahui bahwa saat logam besi
sebesar 73,00% dan kandungan perlit sebesar mencair pada suhu tinggi maka akan terbentuk fase
27,00% dan pada pengelasan dengan bentuk austenit, fase austenit ini akan berubah menjadi
kampuh square mempunyai kandungan ferit sebesar ferit-perlit-bainit-martensit. Perubahan berurutan
75,97% dan kandungan perlit sebesar 24,03%. tergantung cepat lambatnya waktu pendinginan.
Bentuk dan ukuran butir serta kandungan Semakin singkat waktu pendinginan, maka material
ferrite pada daerah HAZ ini mempunyai nilai yang akan mengalami reaksi eutektoid dimana austenit
berbeda jika dibandingkan dengan bentuk dan tidak ada yang bertransformasi allotropik menjadi
ukuran butir pada daerah base metal. Hal ini ferrit terlebih dahulu tetapi langsung berubah
dikarenakan daerah HAZ mengalami siklus termal menjadi perlit. Pada fase ini material akan
pengelasan. Semakin besar masukan panas yang cenderung bersifat kuat tetapi getas.
dikenakan pada material akan menyebabkan luasan Dari gambar juga dapat diketahui bahwa
HAZ menjadi lebih besar dan merubah struktur ukuran butir perlit pada weld metal lebih kecil
mikro dari material menjadi butir-butir yang kasar. dibandingkan dengan ukuran butir pada base metal.
Oleh karena panas yang diterima oleh daerah HAZ Hal ini bertentangan dengan teori yang ada, karena
diserap oleh daerah base metal, menyebabkan berdasarkan teori semakin tinggi heat input akan
daerah ini mengalami proses pendinginan cepat. menyebabkan ukuran butir semakin besar.
Karena proses pendinginan cepat ini, maka material Meskipun demikian hal ini wajar karena filler metal
akan mengalami reaksi eutektoid dimana austenit yang digunakan untuk pengelasan memang berbeda
tidak ada yang bertransformasi allotropik menjadi dengan base metal.
ferrit terlebih dahulu tetapi langsung berubah
Perbandingan Kandungan Ferit dan Perlit 
menjadi perlit. pada Weld Metal

Perbandingan Kandungan Ferit dan Perlit  100
pada HAZ
80
Besar Prosentase 

100
90
60
80
Besar Persentase

70
60 40
50
40
30 20
20
10 0
0 I X V
I X V
ferit 74.49 64.78 42.25
ferit 75.97 73.00 70.36
perlit 25.51 35.22 57.75
perlit 24.03 27.00 29.64

Gambar 16 Grafik perbandingan kandungan


ferit dan perlit pada weld metal
Gambar 15 Grafik perbandingan kandungan
5.6 Uji Hardness
ferit dan perlit pada HAZ
Dari tabel 6 dapat diamati bahwa variasi
Pada gambar 11, gambar 12 dan gambar 13 bentuk kampuh pada pengelasan baja A36 dengan
daerah weld metal dapat dilihat bahwa struktur metode SMAW dan menggunakan elektroda E6013
mikronya terdiri dari sebagian besar perlit menyebabkan harga kekerasan dari weld metal
(berwarna gelap) dan sebagian ferrite (berwarna maupun HAZ akan meningkat. Sedangkan nilai
cerah). Weld metal pada pengelasan dengan bentuk kekerasan pada base metal cenderung sama,
kampuh single vee memiliki kandungan ferit lebih meskipun terjadi kenaikan harga kekerasan namun
sedikit yaitu ferit sebesar 42,25% dibandingkan kenaikan tersebut tidak signifikan.
pada pengelasan dengan bentuk kampuh double vee Base metal yang dilas dengan bentuk kampuh
mempunyai kandungan ferit sebesar 64,78% dan square memiliki harga kekerasan sebesar 177,90
pada pengelasan dengan bentuk kampuh square Hv, sedangkan yang dilas dengan bentuk kampuh
mempunyai kandungan ferit sebesar 74,49%. double vee dan single vee memiliki harga kekerasan
Dibandingkan dengan base metal, bagian ini sebesar 180,29 HV dan 189,53 HV. Untuk daerah
mengalami kenaikan persentase perlit. Hal ini HAZ yang dilas dengan bentuk kampuh square
menyebabkan bagian weld metal menjadi lebih memiliki harga kekerasan sebesar 224,42 Hv,
keras dibandingkan dengan base metal.
10
sedangkan yang dilas dengan bentuk kampuh 1. Variasi bentuk kampuh pada pengelasan baja
double vee dan single vee memiliki harga kekerasan karbon A36 mempengaruhi luasan diluted metal
sebesar 228,44 HV dan 233,32 HV. Sedangkan dan luasan HAZ yang terbentuk.
untuk daerah weld metal yang dilas dengan bentuk 2. Terjadi kenaikan persentase kandungan perlite
kampuh square memiliki harga kekerasan sebesar pada daerah yang terpengaruh masukan panas
238,45 Hv, sedangkan yang dilas dengan bentuk dan yang mengalami pendinginan cepat.
kampuh double vee dan single vee memiliki harga Persentase kandungan perlit pada daerah weld
kekerasan sebesar 243,96 HV dan 255,53 HV. metal lebih banyak jika dibandingkan pada
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa daerah HAZ dan base metal.
terjadi kenaikan harga kekerasan untuk masing- 3. Harga fracture toughness berbanding terbalik
masing variasi bentuk kampuh las dan masing- dengan persentase kandungan pearlite dan nilai
masing daerah pengujian dengan tingkat prosentase kekerasan. Jika harga fracture toughness naik
yang berbeda-beda. Kenaikan harga kekerasan ini sebesar 0,58% maka persentase kandungan
merupakan suatu yang wajar, karena hasil foto perlit akan turun sebesar 55.83% dan harga
mikro menunjukkan bahwa nilai persentase fase kekerasannya akan turun sebesar 6.68%.
perlit pada masing-masing variasi bentuk kampuh Semakin tinggi harga fracture toughness suatu
dan masing-masing daerah pengujian cenderung material maka semakin kecil persentase
meningkat. Kenaikan persentase perlit ini kandungan perlit dan nilai kekerasannya.
disebabkan oleh masukan panas dan waktu 4. Semakin besar persentase diluted metal yang
pendinginan yang berbeda-beda di setiap daerah. terbentuk pada suatu proses pengelasan maka
Karena pearlite cenderung lebih keras dan kuat akan menghasilkan material hasil pengelasan
daripada ferrit maka material dengan persentase yang semakin tangguh tetapi nilai kekerasannya
perlit tinggi akan bersifat lebih kuat dan keras tetapi akan menurun.
lebih getas. 5. Berdasarkan hasil analisa, pengelasan material 8
mm dengan bentuk kampuh square
5.7 Uji Fracture Toughness
menghasilkan material hasil lasan yang paling
Berdasarkan hasil analisis data hasil pengujian, baik. Namun bentuk kampuh ini tidak bisa
didapat harga fracture toughness untuk masing- dipakai dalam proses pengelasan konstruksi
masing variasi. Pada pengelasan dengan bentuk kapal karena tidak sesuai dengan standar (rules)
kampuh square harga fracture toughness-nya yang berlaku. Oleh karena itu, bentuk kampuh
adalah sebesar 190,52 ksi inch . Sedangkan untuk yang direkomendasi dalam proses pengelasan di
pengelasan dengan bentuk kampuh double vee dan lapangan adalah bentuk kampuh single vee. Hal
single square harga fracture toughness-nya turun ini sesuai dengan standar yang berlaku. Dimana
didalamnya disebutkan bahwa untuk pengelasan
menjadi 189,69 ksi inch dan 189,43 ksi inch . material pelat diatas 6 mm harus menggunakan
Hasil pengujian di atas menunjukkan bahwa bentuk kampuh single vee. Pengelasan dengan
terjadi penurunan harga fracture toughness untuk bentuk kampuh single vee ini lebih effektif jika
masing-masing variasi bentuk kampuh las dengan dibandingkan dengan pengelasan bentuk
tingkat prosentase yang berbeda-beda. Penurunan kampus square.
harga fracture toughness ini disebabkan oleh
peningkatan nilai persentase fase perlit pada 7 DAFTAR PUSTAKA
masing-masing variasi bentuk kampuh. Fase perlit Anderson, J.C. 1972. Materials Science. London :
menyebabkan naiknya nilai kekerasan. Semakin The English Language Books Society and
tinggi nilai kekerasan suatu material Nelson.
menggambarkan bahwa material tersebut semakin ASTM E 399. 1994. Standard Test Method for
kuat, tetapi nilai ketangguhanya akan menurun. Plane Strain Fracture Toughness of Metallic
Nilai ketangguhan (fracture toughness) Materials. USA.
merupakan gambaran seberapa besar ketahanan AWS A5.1. 1991. Standart Specification for
suatu material untuk menahan perambatan retak. Standart Carbon Steel Electrodes for Shield
Semakin besar nilai fracture toughness-nya berarti Metal Arc Weldin., Miami Florida.
semakin baik material tersebut, karena ketahanan AWS D 1.1. 2004. American Welding Society,
terhadap laju retak juga semakin tinggi. Structural Welding Code Steel. Miami Florida
Fourth Edition.
6 KESIMPULAN
Mills, Kathleen, ’ASM Vol 9 : Metallograph and
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, Microstructure’, ASM International, Material
maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: Park, USA, 1994.

11
Okumura, T. dan Harsono W. 1996. Teknologi
Pengelasan Logam. Jakarta : PT Pradnya
Paramita.
Suherman, Wahid, ’Ilmu Logam I’, Jurusan Teknik
Mesin, ITS, Surabaya, 1999.
Suherman, Wahid, ’IImu Logam II’, Jurusan Teknik
Mesin, ITS, Surabaya, 2003.
Suherman, Wahid, ’Pengetahuan Bahan’, Jurusan
Teknik Mesin, ITS, Surabaya, 1988.
Vander vort, George. V, ’ASM Vol 9 :
Metallograph and Microstructure’, ASM
International, Material Park, USA, 2004.
Zakharof , B, ‘Heat Treatment of Metal’, Peace
Pubisher,Moscow,1962.

12

Anda mungkin juga menyukai