Anda di halaman 1dari 71

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGANA KEPATUHAN

BEROBAT PENDERITA HIV/AIDS DIPOLI KLINIK


VCT(VOLUNTARY COUNSELING TEST) RSUD
KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2017

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Siti Kholijah Hutasuhut


Nim: 16010045P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN
2018
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGANA KEPATUHAN
BEROBAT PENDERITA HIV/AIDS DIPOLI KLINIK
VCT(VOLUNTARY COUNSELING TEST) RSUD
KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2017

Diajukan untuk memenuhi persyataran memperoleh


Gelar Sarjana Keperawatan

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Siti Kholijah Hutasuhut


Nim: 16010045P

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN
2018

i
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGANA KEPATUHAN
BEROBAT PENDERITA HIV/AIDS DIPOLI KLINIK
VCT(VOLUNTARY COUNSELING TEST) RSUD
KOTA PADANGSIDIMPUAN
TAHUN 2017

HALAMAN PENGESAHAN
(Skripsi)

Laporan penelitian ini telah selesai diseminarkan dihadapan


Tim penguji Program Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah tinggi ilmu kesehatan Aufa Royhan
Padangsidimpuan

Padangsidimpuan, Juli 2018

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

(Ns. Sukhri Herianto Ritonga, M.Kep) (Drs. H. Guntur Imsaruddin, M.Kes)

Ketua Penguji Anggota Penguji

(Ns. Nanda Masraini Daulay , S.Kep.M.Kep) (Soleman Jufri, SKM, MSc)

ii
IDENTITAS PENULIS

Nama : Siti Kholijah Hutasuhut


Nim : 16010045 P
Tempat /Tgl Lahir : Padangsidimpuan, 22 September 1979
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Sultan Soripada Mulia , Gg Melati 3

Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri 144433 : Lulus tahun 1992
2. SMP Negeri 4 Padangsidimpuan : Lulus tahun 1995
3. SMA Negeri 4 Padangsidimpuan : Lulus tahun 1998
4. AKPER FLORA Medan : Lulus tahun 2001

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, Karena atas berkat dan

Rahmat- Nya peneliti dapat menyusun proposal dengan judul “Hubungan

Dukungan Keluarga Dengana Kepatuhan Berobat Penderita HIV/AIDS

Dipoli Klinik VCT(Voluntary Counseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan

Tahun 2017.” sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat Stikes Aufa Royhan Padangsisimpuan.

Dalam Proses penyusunan proposal peneliti banyak mendapatkan bantuan

dan Bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti

menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Ns. Sukhri Herianto Ritonga, M.Kep, Ketua STIKes Aufa Royhan

Padangsidimpuan, sekaligus pembimbing I yang telah bersedia meluangkan

waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan proposal ini

2. Ns. Nanda Masraini Daulay , S.Kep, M.Kep,Ketua Prodi Ilmu

Keperawatan STIKes Aufa Royhan Padangsidimpuan.

3. Drs. H. Guntur Imsaruddin, M.Kes, selaku pembimbing II yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dalam menyelesaikan

proposal ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Ilmu Keperawatan STIkes AUFA ROYHAN

Padangsidimpuan.

iv
5. Dr. H. Aminuddin, selaku direktur RSUD Kota Padangsidimpuan yang

telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di lingkungan RSUD

yang Bapak pimpin.

6. Pasien penderita HIV/AIDS yang berobat di RSUD Kota Padangsidimpuan

yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

Kritik dan saran yang bersifat membangun peneliti harapkan guna

perbaikan dimasa datang, mudah – mudahan penelitian ini bermanfaat bagi

peningkatan kualitas pelayanan keperawatan, Amin.

Padangsidimpuan, Januari 2018

Peneliti

v
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
STIKES AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN

Laporan penelitian, Maret 2018


Siti Kholijah Hutasuhut

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Penderita


HIV/AIDS Di Poliklinik VCT (Voluntary Counseling Test)
RSUD Kota Padangsidimpuan 2017

Abstark

Hampir di setiap negara HIV/AIDS menjadi masalah nasional yang perlu


mendapatkan perhatian serius dari semua pihak. Ketika individu dinyatakan
terinfeksi HIV, sebagian besar menunjukkan perubahan karakter psikososial
yaitum : hidup dalam stres, depresi, merasa kurang dukungan sosial, dan
perubahan perilaku. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Penderita HIV/AIDS Di
Poliklinik VCT (Voluntary Counseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan 2017.
Jenis penelitian yang digunakan deskriptif kolerasi dengan desain cross sectional,
sampel sebanyak 30 orang dengan teknik total sampling, pengumpulan data
dilakukan menggunakan kuesioner, analisa data menggunakan uji chi quare.
Berdasarkan analisa data didapatkan hasil uji chi quare (p<0,05) p: 0,0001, maka
disimpulkan ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat
Penderita HIV/AIDS Di Poliklinik VCT (Voluntary Counseling Test) RSUD Kota
Padangsidimpuan 2017. Disarankan kepada keluarga untuk selalu memberikan
dukungan, motivasi dan memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari baik fisiologi
maupun psikologi selama menjalani pengobatan agar penderita patuh dalam
berobat. Bagi rumah sakit diharapkan dengan mengetahui keefektifan dukungan
keluarga terhadap kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS dapat meningkatkan
kualitas dukungan keluarga dengan memberikan konseling kepada penderita
HIV/AIDS.

Kata kunci : HIV/AIDS, dukungan keluarga, kepatuhan berobat


Daftar Pustaka : 24 (2007-2016).

vi
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
STIKES AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN

Research report, March 2018


Siti Kholijah Hutasuhut

Relation of Family Support With Patient Compliance


HIV / AIDS In VCT Polyclinics (Voluntary Counseling Test)
RSUD Kota Padangsidimpuan 2017

Abstark
Almost in every country HIV / AIDS becomes a national problem that
needs to get serious attention from all parties. When individuals are declared
HIV-infected, most show a change in the psychosocial character of yaitum: living
in stress, depression, lack of social support, and behavioral changes. The purpose
of this research is to know the relationship of Family Support with Compliance of
Patient Treatment of HIV / AIDS in VCT (Voluntary Counseling Test) of RSUD
Kota Padangsidimpuan 2017. Type of research used descriptive correlation with
cross sectional design, sample 30 people with total sampling technique, data was
done using questionnaire, data analysis using chi quare test. Based on the
analysis of the data obtained chi quare test results (p <0.05) p: 0.0001, it is
concluded that there is Relation Family Support With Compliance Treatment
Patient HIV / AIDS In VCT (Voluntary Counseling Test) Hospital RSUD Kota
Padangsidimpuan 2017. Recommended to the family to always provide support,
motivation and meet the needs of everyday patients both physiology and
psychology during undergoing treatment for patients obedient in the treatment.
For hospitals expected to know the effectiveness of family support for compliance
treatment of HIV / AIDS patients can improve the quality of family support by
providing counseling to people with HIV / AIDS.

Keywords: HIV / AIDS, family support, medication compliance


References: 24 (2007-2016)

vii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ............................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii
IDENTITAS PENULIS ................................................................................iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iv
ABSTRAK .....................................................................................................vi
DAFTAR ISI .................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... x
DAFTAR SKEMA ........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 8


2.1 Dukungan Keluarga ......................................................................... 8
2.2 Kepatuhan Berobat ......................................................................... 10
2.3 HIV/AIDS ....................................................................................... 12
2.4 Kerangka Konsep............................................................................ 21
2.5 Hipotesis ......................................................................................... 21

BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 22


3.1 Desain Penelitian ............................................................................ 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 22
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................... 23
3.4 Etika Penelitian ............................................................................... 24
3.5 Prosedur Pengumpulan Data........................................................... 25
3.6 Defenisi Operasional ...................................................................... 26
3.7 Instrumen Penelitian ....................................................................... 27
3.7.1 Kuesioner Dukungan Keluarga .......................................... 27
3.7.2 Kuesioner kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS........... 27
3.8 Analisa Data.................................................................................... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN ..................................................................... 30


4.1 AnalisisUnivariat ............................................................................ 30
4.1.1 KarakteristikResponden .................................................... 30
4.1.2 Dukungan Keluarga .......................................................... 32
4.1.3 Kepatuhan Berobat ........................................................... 33
4.2 Analisis bivariat ............................................................................. 33

BAB 5PEMBAHASAN ................................................................................ 36


5.1 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan

viii
Berobat Penderita HIV/AIDS .................................................. 36
5.2 Karakteristik Responden ............................................................. 38:
5.2.1 Jenis Kelamin ................................................................... 38
5.2.2 Pekerjaan .......................................................................... 40
5.2.3 Pendidikan ........................................................................ 40
5.3 Dukungan Keluarga Penderita HIV/AIDS ................................... 41
5.4 Kepatuhan Berobat Penderita HIV/AIDS ................................... 43

BAB 6 PENUTUP ........................................................................................ 45


6.1 Kesimpulan ................................................................................. 45
6.2 Saran ............................................................................................ 46

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 : Waktu Penelitian………………………………………………… 23

Tabel 2 : Defenisi Operasional…………………………………………….. 27

Tabel 4.1: Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut jenis


kelamin………………………………………………………. 30

Tabel 4.2 : Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut umur… 30

Tabel 4.3 : Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut


pekerjaan …………………………………………………… 31

Tabel 4.4 : Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut


pendidikan terakhir …………………………………………. 32

Tabel 4.5 : distribusi frekuensi karakteristik responden menurut


dukungan keluarga ………………………………………….. 32

Tabel 4.6 : distribusi frekuensi responden menurut kepatuhan………….. 33

Tabel 4.7 : Crasstabulation hubungan dukungan keluarga dengan


kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS di poliklinik VCT
(Voluntary CouselingTest) RSUD Kota Padangsidimpuan… 34

Tabel 4.8 : Hasil analisis uji shi quare hubungan dukungan keluarga
dengan kepatuhan berobat………………………………….. 34

x
DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 2.4 Kerangka Konsep .................................................................... 22

xi
DAFTAR LAMPIRA

Lampiran 1 : Kuisioner penelitian


Lampiran 2 : Permohonan menjadi responden
Lampiran 3 : Persetujuan menjadi responden (informed consent)
Lampiran 4 : Surat survey pendahuluan dari Stikes Aufa Royhan
Padangsidimpuan
Lampiran 5 : Surat balasan survey pendahuluan dari RSUD Kota
Padangsidimpuan
Lampiran 6: Surat Izin Penelitian Dari Stikes Aufa Royhan
Padangsidimpuan
Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian Dari RSUD Kota
Padangsidimpuan
Lampiran 8 : Lembar konsultasi
Lampiran 9: Out Pout

xii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini Human Immuno Deficiency Virus/Acquired Immuno

Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) sudah menjadi penyakit yang endemic

menyerang jutaan penduduk dunia.Hampir di setiap Negara HIV / AIDS menjadi

masalah nasional, yang perlu mendapatkan perhatian serius dari semua

pihak.Bukan saja pemerintah tetapi seluruh lapisan masyarakat termasuk Lembaga

Swadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki perhatian terhadap masalah ini

(Burnet, dalam Hardiyatmi 2016).

Data WHO (2015), pada akhir tahun 2013 ditemukan hampir 78 juta orang

telah terinfeksi virus HIV dan sekitar 38 juta orang telah meninggal karena HIV.

Secara global, 35 juta orang hidup dengan HIV pada akhir 2013. Diperkirakan

0,8% dari orang dewasa berusia 15-49 tahun di seluruh dunia hidup dengan HIV.

Penyakit HIV/AIDS merupakan golongan penyakit yang mematikan di dunia

termasuk di Indonesia. Kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan oleh

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2015 sebanyak 30.935 kasus

untuk HIV dan AIDS 6.081 (Ditjen P2P Kemenkes RI, 2016).

Jumlah kasus HIV di Provinsi Sumatera Utara yang dilaporkan sampai

dengan juli 2016 sebanyak 17.847 kasus, sedangkan kasus AIDS sebanyak 3.267

kasus (Dinas Kesehatan Provinsi, 2016).Kota Padangsidimpuan merupakan salah

satu kota di Provinsi Sumatera Utara yang mengalami peningkatan kejadian kasus
HIV/AIDS. Data kasus HIV dan AIDS (ODHA) pada tahun 2015 tercatat

sebanyak 9 kasus. Tahun 2016 naik 29 kasus dan tahun 2017 sampai dengan bulan

juli kembali naik menjadi 55 kasus. Menurut jenis kelamin, persentase kasus

ODHA tahun 2017 pada penderita laki-laki lebih besar dari perempuan, laki-laki

75% dan perempuan 25%. Faktor resiko penularan HIV tertinggi adalah

Homoseksual (lelaki sesama lelaki) 44%, hubungan seks tidak aman pada

Heteroseksual 39%, pengguna jarum suntik steril 16,8%, dan penularan dari ibu

ke anak 0,2%. Pada tahun 2017 sampai dengan Agustus, terdapat 47 orang kasus

HIV/AIDS yang berobat di Poliklinik VCT (Voluntary Counseling Test) RSUD

Kota Padangsidimpuan yang sedang menjalani terapy ARV (RSUD Kota

Padangsidimpuan, 2017).

Pada individu dengan HIV positif sistem imunitasnya akan mengalami

penurunan dan membutuhkan waktu beberapa tahun hingga ditemukannya gejala

tahap lanjut dan dinyatakan sebagai penderita AIDS. Hal ini tergantung pada

kondisi fisik dan psikologisnya. Ketika individu dinyatakan terinfeksi HIV,

sebagian besar menunjukkan perubahan karakter psikososial yaitu : hidup dalam

stress, depresi, merasa kurangnya dukungan sosial, dan perubahan perilaku.

Penderita HIV-AIDS menghadapi sendiri kondisinya tanpa dukungan dari teman

dan keluarga yang memberi dampak kecemasan, depresi, rasa bersalah dan

pemikiran atau perilaku bunuh diri (Nasruddin, 2014).

Fungsi keluarga menurut Friedman (Sosiologi Keluarga 4 Nopember

2016), yaitu: 1) fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian); 2) sosialisasi

dan fungsi penempatan sosial; 3) fungsi reproduksi; 4) fungsi ekonomis; 5) fungsi

perawat kesehatan. Sedangkan peranan keluarga menggambarkan seperangkat


perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam

posisi dan situasi tertentu.Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan

dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.

Beberapa kasus butuh waktu bagi keluarga untuk memproses informasi

tentang status HIV anggota keluarga dan menyesuaikan diri dengan perubahan,

tetapi pada akhirnya mereka selalu mendukung. Hal ini berlaku di seluruh peserta

rute infeksi yang berbeda, jenis kelamin, dan usia. Banyak keluarga yang

menyediakan berbagai dukungan modal dan spiritual untuk anggota keluarga

mereka yang terinfeksi HIV positif. Pada individu yang mengalami HIV/AIDS

positif, salah satu cara untuk meningkatkan system imunitas atau untuk

menghambat perkembangan virus HIV adalah dengan program pengobatan

(Burgoyne dalam Hardiyatmi, 2016 ).

Program pengobatan yang dirasakan oleh pasien HIV/AIDS dari dukungan

keluarga yang berupa informasi tentang penyakit HIV/AIDS menjelaskan tentang

program pengobatan yang akan dijalani, begitu juga dalam memenuhi kebuthan

pasien baik dari dalam rumah sakit maupun dari luar yaitu berupa makanan dan

istirahat yang cukup karena dapat membantu dalam program tersebut (Burnet,

2014).

Ketidak patuhan adalah masalah yang diteliti dan telah dilaporkan di

banyak negara (Eldred, Wu, Chaisson, & Moore, dalam Ghita, 2013). Akan tetapi,

laporan penelitian ynag diterbitkan di Indonesia mengenai kepatuhan meminum

ARV sangat terbatas (Widjaja et al., 2011; Hasan, 2012; Fithria, Purnomo, &

Ikawati, 2011). Penelitian-penelitian tersebut memiliki keterbatasan jumlah


partisipan dan berasal dari lingkup tertentu, sehingga tidak dapat mewakili

populasi Indonesia.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien meliputi

usia, pendidikan, masalah ekonomi, takut akan efek samping, kurangnya

pengetahuan tentang penyakit, kemudahan akses pelayanan, dukungan keluarga

dan dari tenaga medis. Faktor tersebut akibat dari kurangnya informasi dan

komunikasi. Biasanya karena kurangnya informasi, pasien melakukan self-

regulation terhadap terapi obat ynag diterimanya (Muliawan, 2008).

Hasil penelitian yang dilakukan Hardiyatmi (2016) di Poli Klinik VCT

RSUD dr. Soedirman Mangun Sumarso Wonogiri bahwa dukungan keluarga

merupakan salah satu yang menjadi motivasi penderita HIV dalam menjalani

program pengobatan HIV / AIDS. Penelitian lain yang dilakukan Dwita Hanna

Poetri (2015) di Poli Klinik VCT RSUD dr. H. Moeh Ansari Saleh Banjarmasin

menunjukkan adanya dukungan keluarga yang memberi motivasi kepada ODHA

dan mengingatkan kepatuhan untuk minum obat.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti terhadap pasien penderita

HIV/AIDS yang ada di RSUD Kota Padangsidimpuan, peneliti melakukan

wawancara pasien HIV/AIDS yang datang ke rumah sakit untuk mendapatkan

program pengobatan. Dari hasil wawancara terhadap 10 penderita HIV/AIDS , 6

di antaranya mengatakan bahwa dukungan keluarganya belum dapat dirasakan

oleh pasien selama menderita HIV/AIDS.

Bentuk dukungan kurang yang pasien rasakan saat melakukan pengobatan

antara lain: 1) dukungan informasional contohnya keluarga tidak menjelaskan


tentang saran-saran dan program pengobatan penyakit HIV/AIDS yang harus

dilakukan, 2) perhatian keluarga terhadap pasien kurang, karena keuarga tidak di

ijinkan pasien untuk diberitahu tentang penyakit pasien, 3) dorongan dalam

melakukan aktifitas maupun memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari selama

menjalani program pengobatan belum ada dari keluarga, baik makan, minum dan

pola istirahat, 4) dukungan keluarga dalam hal ekonomi termasuk pembiayaan

pengobatan.

Kurangnya dukungan keluarga tersebut, akan mempengaruhi kepatuhan

program pengobatan yangsedang dijalani pasien. Dari hasil survei yang dilakukan

peneliti yang telah dilaksanakan di Poliklinik VCT (Voluntary CounselingTest)

RSUD Kota Padangsidimpuan mengenai kepatuhan berobat didapatkan hasil 8

pasien menyatakan patuh dan taat mengikuti program pengobatan. Sedangkan 2

sisanya mengatakan kurang patuh dalam pengobatan, pasien sering terlambat

mengambil obat, sehingga pola minum obat terganggu. Alasan yang disampaikan

pasien diantaranya adalah bahwa jarak dari rumah ke rumah sakit jauh, keluarga

kurang mendukung dengan tidak mengantarkannya ke rumah sakit, faktor

ekonomi yang kurang , dan bosan minum obat.

Maka berdasarkan data tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian

tentang hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat pasien

HIV/AIDS di Poliklinik VCT (Voluntary CounselingTest) RSUD Kota

Padangsidimpuan.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan permasalahan “Apakah ada

Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Penderita HIV/AIDS

di Poliklinik VCT (Voluntary Counseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan BerobatPenderita HIV/AIDS di

Poliklinik VCT (Voluntary Counseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui karakteristik pasien HIV/AIDSdi Poliklinik VCT

(Voluntary Counseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan

b. Untuk mengetahui dukungan keluarga kepada pasien HIV/AIDSdi Poliklinik

VCT (Voluntary Counseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan

c. Untuk melihat kepatuhan pengobatan pasien HIV/AIDS diPoliklinik VCT

(Voluntary Counseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi institusi Pendidikan


Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan

tentang pengaruh dukungan keluarga dalam upaya pasien HIV untuk

melaksanakan program pengobatannya, khususnya mahasiswa keperawatan.

1.4.2 Manfaat bagi rumah sakit dan masyarakat

Bahan masukan yang dapat disampaikan untuk rumah sakit khususnya

Poliklinik VCT adalah informasi untuk merancang suatu kebijakan yang

berhubungan dengan penanggulangan HIV/AIDS, serta kajian media promosi

kesehatan untuk dalam upaya pencegahan HIV/AIDS.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dukungan Keluarga

Menurut Sarason (dalam Dwi HP 2015), dukungan keluarga adalah

keberatan, kesedihan, kepedulian dari orang –orang yang dapat diandalkan,

menghargai dan menyanyangi kita. Dukungan keluarga didefenisikan oleh

Gottlieb (dalam Hardiyatmi 2016) yaitu informasi verbal, sasaran, bantuan yang

nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang akrab dengan subjek

didalam lingkungan sosial atau yang berupa kehadiran dan hal yang dapat

memberikan keuntungan emosional atau pengaruh pada tingkah laku

penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan sosial,

secara emosional merasa lega diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang

menyenangkan pada dirinya.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga dipandang sebagai

bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkunga keluarga. Anggota keluarga

memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan ( Friedman, 2010).

2.1.1.Bentuk dukungan keluarga

Bentuk dukungan keluarga menurut ( friedman, 2010) antara lain :


1. Dukungan emosional ( Emosional Support )

2. Dukungan penghargaan ( Apprasial Assistance )

3. Dukungan Materi ( Tangibile Assitence )


8
4. Dukungan Informasi ( Informasi Support )

2.1.2. Fungsi dan tugas keluarga

Fungsi keluarga biasannya didefenisikan sebagai hasil atau konsekuensi

dari struktur keluarga. Adapun fungsi keluarga tersebut adalah ( friedman, 2010 ) :

a. Fungsi efektif ( fungsi pemeliharaan kepribadian ) : untuk pemenuhan

kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta

saling menerima dan mendukung.

b. Fungsi sosialisasi dan fungsi penempatan sosial : proses perkembangan dan

perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan

belajar berperan di lingkunga.

c. Fungsi reproduktif : untuk menreruskan kelangsungan keturunan dan

menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi ekonomis : untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang,

pangan, dan papan.

e. Fungsi perawat kesehatan : untuk merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah kesehatan.

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas

bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (2010) membagi

5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu :

1. Keluarga mengenal masalah kesehatan setiap anggota


2. Keluarga mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga.

3. Keluarga memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya terlalu muda.

4. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga

kesehatan ( pemanfaatan fasilitas kesehatan yanga ada ).

2.2. Kepatuhan Berobat

Kepatuhan ( adherence ) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat

adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti

rencana dengan segala konsekuensi dan menyetujui rencana tersebut serta

melaksanakannya (kemnkes R.I.,2011). Kepatuhan berasal dari kata patuh

(suparyanto : 2014) Kepatuhan adalah istilah yang menggambarkan penggunaan

terapi anti retroviral (ARV) sesuai petunjuk pada resep. Ini mencakup penggunaan

obat pada waktu yang benar dan mengikuti aturan makan tertentu (yayasan

sipiritia 2013). Kepatuhan (adherence) secara umum didefenisikan sebagi

tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan, mengikuti diet, dan

atau melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberian pelayanan

kesehatan WHO (evarina, 2011).

2.2.1. Faktor – faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan ( Non

Complience)

Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dapat digolongkan

menjadi empat bagian menurut evarina (2011) antara lain :


1. Pemahaman tentang instruksi

2. Kualitas Interaksi

3. Isolasi sosial dan dukungan keluarga

4. Keyakinan, sikap dan kepribadian

2.2.2. Akibat ketidakpatuhan

Menurut spiritia ( 2012), ketidakpatuhan dapat memberikan akibat pada

program terapi yang sedang dijalankan, diantaranya :

1. Bertambah parahnya penyakit atau penyakit cepat kambuh lagi

2. Terjadi resistensi

3. Keracunan

2.2.3. Cara untuk mengetahui ketidakpatuhan

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui

ketidakpatuhan, yaitu (Dinna, 2009) :

1. Melihat hasil terapi secara berkala

2. Memonitor pasien kembali datang untuk memgetahui ketidakpatuhan, yaitu

(Dinna, 2009) :

3. Melihat jumlah sisa obat.

4. Langsung bertanya kepada pasien mengenai kepatuhan terhadap pengobatan.

2.2.4. Cara Mengukur tingkat keputuhan

Tingkat ketidakpatuhan seseorang dalam menjalankan terapi dapat diukur

dengan beberapa metode ( Dinna, 2009 )

1. Metode pengukuran langsung ( pengukuran konsentrasi obat atau metabolity

dalam darah atau urin ).


2. Metode pengukuran tidak langsung meliputi wawancara dengan pasien,

penilaian hasil pemeriksaan klinis.

2.2.5. Strategi untuk meningkatkan kepatuhan

Pendapat Smet yang dikutip Ika Silvitasari (2014) berbagai strategi telah

dicoba untuk meningkatkan kepatuhan adalah :

1. Dukungan profesional kesehatan

2. Dukungan sosial

3. Perilalku sehat

4. Pemberian informasi

2.3 HIV/AIDS

2.3.1 Defenisi HIV/AIDS

HIV (Human Immunadeficiency Virus) adalah retravirus golongan RNA

yang spesifik yang menyerang sistem imun / kekebalan tubuh manusia. Penurunan

sistem kekebalan tubuh pada orang yang terinfeksi HIV memudahkan berbagai

infeksi sehingga dapat menyebabkan timbulnya AIDS (Kemenkes RI, 2014).

AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired ImmuneDeficiency Syndrome’ .

Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem

kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syndromeatau sindrom

berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti

kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang

dibentuk setelah kita lahir (Spritia, 2014).


2.3.2 Penyebab AIDS

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV masuk dalam golongan

virus retro yang disebut human immunodficiency virus. Virus ini ditemukan oleh

Montagner, seorang ilmuwan dari perancis (institute Pasteur Paris, 1983), yang

mengisolasi virus dari seorang penderita dengan gejala limpa denopati, sehingga

saat itu dinamakan (LAV) atau Lymphadenophathy Associated Virus (sudoyo,

Aru. W., dkk. 2009).

Menurut Kemenkes RI (2014) cara penularan HIV melalui alur sebagai

berikut:

a) Cairan genital: cairan sperma dan cairan vagina pengidap HIV memiliki

jumlah virus yang tinggi dan cukup banyak untuk memungkinkan penularan,

terlebih jika disertai IMS lainnya. Karena itu semua hubungan seksual yang

berisiko dapat menularkan HIV, baik genital, oral maupun anal.

b) Kontaminasi darah atau jaringan: penularan HIV dapat terjadi melalui

kontaminasi darah seperti transfusi darah dan produknya (plasma, trombosit)

dan transplantasiorgan yang tercemar virus HIV atau melalui penggunaan

peralatan medis yang tidak steril, seperti suntikan yang tidak aman. Misalnya

penggunaan alat suntik bersama pada penasun, tatto dan tindik tidak steril.

c) Perintal: penularan dari ibu ke janin/bayi – penularan ke janin terjadi selama

kehamilan melalui plasenta yang terinfeksi, sedangkan ke bayi melalui darah

atau cairan genital saat persalinan dan melalui ASI pada masa laktasi

2.3.3 Epidemiologi HIV/AIDS


Sejak ditemukan kasus pertama di Bali pada tahun 1987, epidemi

HIV/AIDS di Indonesia dalam periode kurang lebih 20 tahun menunjukkan

kecenderungan kenaikan yang luar biasa bahkan pada beberapa daerah berdampak

pada angka kesakitan dan kematian yang terus meningkat. Berdasarkan laporan

situasi perkembangan kasus HIV dan AIDS di Indonesia sampai dengan 31 Maret

2010, sebanyak 32 Provinsi dan 300 kabupaten/kota telah melaporkan kasus

AIDS.

Berbagai upaya pengendalian harus dibangun sejak dini dan secara

terintegrasi serta di inisiasi oleh setiap level pemerintahan dan didukung oleh

semua sektor untuk meminimalisir dampak buruk yang dapat ditimbulkannya.

Beberapa provinsi di Indonesia sudah dilaksanakan berbagai program upaya

pengendalian HIV dan AIDS namun masih perlu lebih ditingkatkan dan diperluas

hingga kabupaten/kota agar secara epidemiologis dapat memberikan dampak

nyata dalam penurunan laju epidemi HIV dan AIDS di Indonesia.

Program pencegahan, secara umum, ditujukan agar setiap orang mampu

melindungi dirinya agar tidak tertular HIV dan tidak menularkan kepada orang

lain. Secara spesifik pencegahan pada kelompok tertular ditujukan untuk

menghambat lajunya perkembangan HIV, memelihara produktifitas individu dan

meningkatkan kualitas hidup. Sedangkan pencegahan pada kelompok berisiko

tertular ditujukan untuk mengubah perilaku berisiko menjadi perilaku aman

(Dirjen P3L Kemenkes RI 2010).

2.3.4 Patofisiologi HIV/AIDS


Terdapat tiga fase perjalanan alamiah infeksi HIV (Bagan 1) sebagai

berikut :

Fase I: masa jendela (window period) tubuh sudah terinfeksi HIV, namun

pada pemeriksaan darahnya masih belum ditemukan antibodi anti-HIV. Pada

masa jendela yang biasanya berlangsung sekitar dua minggu sampai tiga bulan

sejak infeksi awal ini, penderita sangat mudah menularkan HIV kepada orang lain.

Sekitar 30-50% orang mengalami gejala infeksi akut berupa demam, nyeri

tenggorokan, pembesaran kelenjar getah bening, ruam kulit, nyeri sendi, sakit

kepala, bisa disertai batuk seperti gejala flu pada umumnya yang akan mereda dan

sembuh dengan atau tanpa pengobatan. Fase “flu-like syndrome” ini terjadi akibat

serokonversi dalam darah, saat replikasi virus terjadi sangat hebat pada infeksi

primer HIV.

Fase II: masa laten yang bisa tanpa gejala/tanda (asimtomik) hingga

gejala ringan. Tes darah terhadap HIV menunjukkan hasil yang positif, walaupun

gejala penyakit belum timbul. Penderita pada fase ini penderita tetap dapat

menularkan HIV kepada orang lain. Masa tanpa gejala rata-rata berlangsung

selama 2-3 tahun, sedangkan masa dengan gejala ringan dapat berlangsung selama

5-8 tahun, ditandai oleh berbagai radang kulit seperti ketombe, folikulitis yang

hilang-timbul walaupun diobatai.

Fase III: masa AIDS merupakan fase terminal infeksi HIV dengan

kekebalan tubuh yang telah menurun drastis sehingga mengakibatkannya berbagai

infeksi oportunistik, berupa peradangan berbagai mukosa, mislanya infeksi jamur

di mulut, kerongkongan dan paru-paru. Infeksi TB banyak ditemukan di paru-paru


dan organ lain di luar paru-paru. Sering ditemukan diare kronis dan penurunan

berat badan sampai lebih dari 10% dari berat awal (Kemenkes, 2014).

2.3.5 Manifestasi Klinis HIV/AIDS

Menurut WHO (Kemenkes RI, 2014) manifestasi klinis penderita HIV

dan AIDS dewasa dapat dibagi menjadi empat stadium:

1. Stadim I : Asimtomatik

2.3.5.1 Tidak ada penurunan berat badan

2.3.5.2 Tidak ada gejala atau hanya Limfaclenopati generalisata

2.3.5.3 Parsisten

2. Stadium II : sakit ringan

a. Penurunana berat badan 5-10%

b. Ruam kulit yang gatal ( dermatitis, seborreic, prurigo )

c. Luka disekitar bibir (cheilitis angularis)

d. Herpes zoster, dalam5 tahun terakhir

e. ISPA berulang (sinusitis atau otitis)

f. Ulkus mulut berulang

3. Stadium III : sakit sedang

a. Penurunan berat badan >10%

b. Demam yang tidak diketahui penyebabnya > 1 bulan

c. Kandidiasis oral atau vaginal

d. Oral hairy lenkoplakia

e. Infeksi bakterial yang berat (pneumonia, piamiasitis)

f. Tuberkulosis paru dalam 1 tahun terakhir


g. Tuberkulosis limfaclenopati

h. Gingivitis / perioclentitis , ulseratif, neknetika akut

4. Stadium IV : sakit berat (AIDS)

a. Wasting HIV

b. Kandidiasis esophageal

c. Infeksi herpes simpleks, neseratif >1 bulan

d. Limfoma

e. Sarkoma kaposi

f. Kanker seviks invasif

g. Retinitis citomegalovirus

h. Pneumonia, pneumasistis

i. Tuberkulosis ekstra-pam

j. Abses otak, taksoplasmasis

k. Meningitis kriptakakus

l. Enselopati HIV

m. Gangguna fungsi neurologis dan tidak oleh penyebab lain seringkali

membaik dengan ART

2.3.6. Pemeriksaan HIV/AIDS (Kemenkes RI, 2011)

1. Anamnesa

Riwayat medis yang perlu ditanyakan:

a. Kapan dan dimana diagnosis terinfeksi HIV ditegakkan

b. Siapa yang diperkirakan sebagai sumber penularan

c. Keluhan dan gejala yang dialami akhir-akhir ini


d. Riwayat medis di masa lalu, keluhan, diagnosis dan terapi yang telah

diberikan

e. Keluhan maupun terapi TB sebelumnya

f. Riwayat kemungkinan penyakit menular seksual

g. Riwayat kehamilan

h. Riwayat terapi ARV sebelumnya

i. Riwyat kontak seksual dan kebiasaan sosial

2. Pemeriksaan fisik

a. Pengukuran berat badan

b. Pemeriksaan kulit : herpes zoster, sarkoma kaposi’s dermatitis HIV

c. Mukosa Orofaring : kandidiasis, sarkoma kaposi’s

d. Pemeriksaan jantung dan paru

e. Pemeriksaan abdomen, terutama kemungkinan adanya perbesaran hati

dan limpa

f. Pemeriksaan neurologis, psikiatrik dan muskuloskeletal : status mental,

defist motorik dan sensorik

g. Pemeriksaan fundus optik : retinitis papil edem

h. Pemeriksaan genitourinarius

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Pemeriksaan esensial

b. Serologi HIV

c. Hiitung limfosit CD4+, atau hitung limfosit total

d. Pemeriksaan darah lengkap dengan profil kimia klinis

e. Tes kehamilan atas dugaan


f. HIV-RNA Viral load

4. Pemeriksaan tambahan atas indikasi

a. Foto thoraks

b. Urin untuk pemeriksaan rutin dan mikroskopik

c. Pemeriksaan serologi hepatitis virus B dan C

d. Toksoplasmosis, infeksi virus sitomegalo

e. Histoplasmosis, kandidiasis, kriptokokus

f. dan lain-lain yang diperlukan

2.3.7. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita HIV-AIDS menurut Nasronudin dan

Maramis tahun 2007 adalah :

1. Penatalaksanaan Umum

Istirahat cukup guna meminimalkan kondisi hipermatabolik dan

hiperkatabolik. Dukungan nutrisi berbasis mikro dan mk menghindari

makronutrien harus optimal untuk menghindari munculnya sindrom wasting.

Konseling yang memadai meupakan formulasi dukungan psikobiologis dan

psikososial terhadap penderita HIV dan AIDS.

2. Penatalaksanaan Khusus

Karena penyebabnya adalah virus, maka pemberian antiretroviral therapy

(ART) perlu diberikan secara kombinasi. Terhadap infeksi oportunistik dan

malignasi, terapi disesuaikan dengan manifestasinya. Prinsip dasar

penatalaksanaan penderita HIV dan AIDS.


a. Menurunkan angka kesakitan akibat HIV, dan angka kematian akibat

AIDS.

b. Meningkatkan kualitas hidup penderita.

c. Mempertahankan serta memulihkan status imun penderita.

d. Menekan serta menghambat replikasi HIV semaksiaml mungki (<50

kopi/ml) dan dipertahankan dalam kadar rendah terebut selama mungkin.

3. Keberhasilan Terapi Antiretroviral (ARV)

Keberhasilan Terapi Antiretroviral dapat di ukur dari seberapa patuhnya

pasien ODHA dalam melakukan terapy ARV dapat dilihat dari tanda-tanda klinis

pasien yang membaik setelah terapy, ukuran jumlah sel CD4+ menjadi prediktor

terkuat, dilihat dari kedisiplinan pasien mengkonsumsi obat, ketepatan waktu

yang benar, dan cara yang benar sesuai anjuran dokter (Yayasan sipiritia 2013).

4. Standar Pengobatan HIV/AIDS (Dirjen P3L Kemenkes RI, 2011)

Dalam buku panduan pengobatan HIV/AIDS yang diterbitkan Kemenkes

RI (2011) disebutkan bahwa HIV sangat cepat bermutasi shingga resisten

terhadap obat. Untuk mengurangi kemungkinan tersebut, maka didalam

penanganan infeksi HIV digunakan terapi antiretrovirus yang sangat aktif (highly

active antiretroviral therapy disingkat HAART). Pilihan terbaik HAART saat ini,

berupa kombinasi dari setidaknya tiga obat (disbut “koktail) yang terdiri dari

paling sedikit dua macam (atau”kela”) bahan antiretrovirus. Kombinasi yang

umum digunakan adalah nucleoside analogue reverse transcriptase inhibitor

(NRTI) yang terdiri dari : Zidovudin (AZT/ZDV), Lamivudin (3TC) , Tenofovir

(TDF), Emtricitabine (FTC) dengan non-nucleosida reversetranscriptase


inhibitor(NNRTI) yang terdiri dari Nevirapin (NVP), Efavirenz (EFV), (Dirjen

P3L Kemenkes RI, 2011).

Untuk memulai terapi antiretroviral perlu dilakukan pemeriksaan jumlah

CD4 dan penentuan stadium klinis infeksi HIV-nya. Hal tersebut adalah untuk

menentukan apakah penderita sudah memenuhi syarat terapi antiretroviral atau

belum.

2.4 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan

atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan diamati atau

diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo, 2012). Dengan

adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk menganalisa hasil

penelitian, maka penulis dapat menggambarkan kerangka konsep sebagai berikut:

Variable Independen Variable Dependen

Dukungan Keluarga Kepatuhan Berobat

1. Mendukung 1. Patuh
2. Tidak Mendukung 2. Tidak Patuh

Skema 2.1. Kerangka Konsep

2.5 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian (Nursalam (2009). Berikut ini adalah hipotesis penelitian:


Ha: Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan BerobatPenderita

HIV/AIDS di Poliklinik VCT (Voluntary Conseling Test) RSUD Kota

Padangsidimpuan.

Ho: Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan Berobat

Penderita HIV/AIDS di Poliklinik VCT (Voluntary Conseling Test)

RSUD Kota Padangsidimpuan.

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Nursalam (2013) rancangan penelitian adalah sesuatu yang

sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Istilah rancangan penelitian

digunakan dalam dua hal : pertama rancangan penelitian merupakan suatu strategi

penelitian dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir

pengumpulan data, dan kedua rancangan penelitian digunakan untuk

mendefenisikan struktur penelitian yang akan dilaksanakan. Desain penelitian

yang digunakan adalah penelitian deskriptif korelasi, yaitu studi yang mengkaji

hubungan antara dua variabel atau lebih, rancangan penelitian ini menggunakan

pendekatan Cross Sectional yaitu rancangan penelitian yang melakukan

pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu.

3.2 Waktu dan Tempat


3.2.1 Waktu Penelitian

. Berikut adalah tabel mengenai jadwal penelitian :

Table 1. Waktu Penelitian

BULAN
KEGIATAN
Juli Agust Sept Okt Nov Des
Pengajuan Judul
Pembuatan Proposal
Seminar Proposal
Pelaksanaan Penelitian
Seminar Hasil
3.2.2 Tempat Penelitian

22
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik VCT (Voluntary CounselingTest)

RSUD Kota Padangsidimpuan. Pemilihan lokasi tersebut didasari oleh

pertimbangan:

1. Lokasi penelitian sebagai tempat kerja peneliti sehingga penelitian mudah

dijangkau oleh peneliti.

2. Adanya keingintahuan peneliti terhadap ada atau tidak adanya hubungan

dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS di

Poliklinik VCT (Voluntary CounselingTest) RSUD Kota Padangsidimpuan.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Nursalam (2013) populasi dalam penelitian merupakan subjek

(misalnya manusia: klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Pada

penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh pasien yang berobat di Poli
Klinik VCT (Voluntary CounselingTest)yang telah mendapatkan obat ARV

sebanyak 47 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013). Tekhnik sampling

merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan penelitian dari populasi

yang ada sehingga jumlah sampel akan mewakili seluruh populasi yang ada

(Hidayat, 2007).

Jumlah Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 responden.

Teknik sampel yang digunakan adalah accidental sampling, yaitu siapa saja yang

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang

yang cocok sebagai sumber data dengan kriteria utamanya adalah orang tersebut

merupakan pasien yang berobat di Poli Klinik VCT (Voluntary CounselingTest)

RSUD Kota Padangsidimpuan.Adapun kriteria responden adalah Semua pasien

yang berobat di Poli Klinik VCT (Voluntary CounselingTest) yang mendapatkan

ARV (Anti Retro Viral).

3.4 Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu prinsip pemikiran ilmiah yang

mengedepankan kejujuran. Etika penelitian berguna sebagai pelindung terhadap

institusi tempat penelitian dan peneliti itu sendiri. Dalam melakukan penelitian

peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari institut tempat penelitian. Setelah


mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian dengan memperhatikan etika

penelitian sebagai berikut:

3.4.1 Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden. Tujuannya

adalah sebagai subjek menegtahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak

yang diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

Dalam penelitian ini peneliti memberikan persetujuan kepada responden yang

berisi tujuan yang dilakukan peneliti.

3.4.2 Tanpa Nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuisioner) yang

akan yang di isi oleh subyek. Lembar tersebut hanya diberi kode tertentu

(Nursalam, 2009). Dalam penelitian ini nama responden hanya menggunakan

nama Inisial saja baik dilembar persetujuan maupun lembar kuisioner.

3.4.3 Kerahasiaan

Kerahasiaan informasi yang akan diberikan oleh subyek dijamin oleh

peneliti. Dalam penelitian ini peneliti juga menjaga kerahasiaan responden untuk

menghargai privasi responden sehingga responden tidak merasa dirugikan

(Nursalam, 2009). Kerahasiaan responden dijamin dengan cara menunjukkan

surat permohonan kepada responden.


3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Tahap persiapan yaitu penelitian dilakukan setelah peneliti mendapat

persetujuan dari Institut Pendidikan yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKES Aufa Royhan Padangsidimpuandan ijin dari RSUD Kota

Padangsidimpuan.

Tahap pelaksanaan yaitu peneliti membuat surat persetujuan penelitian

(infom consent). Responden diberi penjelasan cara pengisian kuisioner, peneliti

mendampingi responden dalam pengisian kuisioner dengan tujuan agar jika ada

sesuatu yang kurang jelas, responden dapat langsung menanyakan kepada peneliti.

Responden harus mengisi kuisioner dengan lengkap atas pertanyaan yang

diberikan, peneliti mengecek dan mengklarifikasi apabila responden kurang tepat

dalam melakukan pengisian kuisioner.

3.6 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

cara menentukan variabel dan mengukur suatu variabel sehingga defenisi

operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti

lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). Defenisi

operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam

penelitian. Sedangkan cara pengukuran merupakan cara dimana variabel dapat

diukur dan ditentukan karakteristiknya. Defenisi operasional dalam penellitian ini

dapat dikemukakan dalam tabel berikut:


Tabel 3.2. Defenisi Operasional Hubungan dukungan keluarga dengan
kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS

No Variabel Alat Ukur Skala Hasil ukur


Defenisi Operasional
Ukur
1 Dukungan dukungan keluarga adalah Kuisioner Nominal 1. Mendukung
Keluarga sikap tindakan dari Jumlah 25 ≥ 37
penerimaan keluarga
terhadap anggotanya yang 2. Tidak
meliputi dukungan
mendukung
emosional, dukungan
penghargaan, dukungan ≤ 37
materi, dukungan
informasi.
2 Kepatuhan Bentuk perilaku yang Kuisioner Nominal 1. Patuh ≤ 4
Berobat timbul akibat adanya Jumlah 8 2. Tidak patuh
penderita interaksi antara petugas >4
HIV/AIDS kesehatan dengan pasien
sehingga pasien mengerti
rencana dengan segala
konsekuensi dan
menyetujui rencana
tersebut serta
melaksanakannya.
3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat atau paasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya

lebih baik dalam arti lebih cerma, lengkap dan sitematis.Sehingga lebih mudah

diolah (Arikunto, 2013).Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner

dukungan keluarga dan kuesioner kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS.

3.7.1 Kuesioner Dukungan Keluarga

Kuesioner ini disadur dari (Desy FM, 2014).Berisi tentang pertanyaan

tertutup mengenai dukungan keluarga yaitu responden tinggal memberi tanda (√)

terhadap alternative jawaban yang dipilih.Metode penilaian dukungan keluarga


menggunakan skala likert. Kuesioner ini terdiri dari 25 item pertanyaan dengan 3

alternatif jawaban yaitu;

1. Skore 3 Selalu

2. Skore 2 Jarang

3. Skore 1 Tidak Pernah

Dari hasil jawaban tersebut dikategorikan sebagai berikut; mendukung

≥ 37 tidak mendukung ≤ 37 kuesioner kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS.

3.7.2 Kuesioner kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS

Kuesioner ini disadur dari (Desy FM, 2014), dengan memberikan

pertanyaan yang terdiri dari 8 pertanyaan.Metode penilaian kepatuhan berobat

perderita HIV/AIDS menggunakan skala guttman dimana jawaban responden

terbatas hanya dua jawaban yaitu ya atau tidak. Nilai tertinggi 8 dan terendah 1.

Semakin sedikit total nilai yang dijumlah menandakan kepatuhan yang baik.

3.8 Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai

tujuan pokok penelitian yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian yang

mangungkap penomena. Kegiatan dalam penelitian dengan menganalisis data

yang meliputi : persiapan, tabulasi dan aplikasi data, selain itu pada tahap analisa

data dapat menggunakan uji statistik yang digunakan dalam penelitian bila data

tersebut harus di uji dengan uji statistik. Setelah dilakukan pengumpulan data

selanjutnya dilakukan pengolahan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengolahan Data
a. Pengeditan Data (Data editing)

Yaitu melakukan pemeriksaan terhadap semua data yang telah

dikumpulkan dari kuisioner yang telah diberikan pada responden.

b. Pengkodean Data (Data coding)

Yaitu data yang terkumpul di ubah bentuknya ke dalam bentuk yang

lebih ringkas dengan menggunakan kode untuk memudahkan dalam

menganalisis data.

c. Pemilihan data (Data Sorting)

Yaitu memilih atau mengklarifikasikan data menurut jenis yang

diinginkan, misalnya menurut waktu diperolehnya data.

d. Pemindahan Data kekomputer (Entering data)

Yaitu pemindahan data yang telah diubah menjadi kode kedalam

komputer yaitu menggunakan program Komputerisasi.

e. Pembersihan Data (Data Cleaning)

Yaitu memastikan semua data yang telah di masukkan ke komputer

sudah benar dan sesuai sehingga hasil analisa data akan benar dan akurat.

2. Penyajian Data (Data Output)

Hasil pengolahan data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk angka.

3. Analisa Data (Data Analyzing)

a. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan untuk mengidentifikasikan variabel karakteristik

responden (umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, lama pengobatan,

variabel dukungan keluarga dan variabel kepatuhan berobat).


b. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat yaitu analisa yang digunakan untuk menjawab hipotesis,

menguji hipotesis bertujuan untuk mengetahui tiap variabel bebas dengan

variabel terikat.Analisa data ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara

dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat, karena skala data kedua

variabel tersebut berupa data nominal, maka analisis yang digunakan adalah

uji chi-square. Dengan tingkat signifikan (α < 0,05), pedoman dalam

menerima hipotesis : jika nilai p < 0,005 maka hipotesis diterima, artinya

terdapat hubungaan antara variabel independent dengan variabel dependent.

Apabila nilai p > 0,005 maka hipotesis ditolak, artinya tidak terdapat

hubungan antara variabel independent dan dependent.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian melalui proses pengumpulan

data mengenai hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat penderita

HIV/AIDS di Poliklinik VCT ( Voluntary Counseling Test) RSUD Kota

Padangsidimpuan yang dilakukan sejak tanggal 22-01-2018 sampai dengan 11-02-

2018. Hasil penelitian akan diuraikan dalam tabel distribusi frekuensi dengan

jumlah responden 30 orang.


4.1. Analisis Univariat

4.1.1. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dibawah ini adalah karakteristik sampel penelitian

berdasarkan : Jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan pendidikan terakhir. Berikut

adalah distribusi frekuensi karakteristik responden penelitian yang di dapat dari 30

responden.

a. Jenis kelamin

Hasil distribusi frekuensi mengenai jenis kelamin responden dijelaskan


pada tabel berikut.

Tabel 4.1Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut jenis

kelamin

No Jenis kelamin n (%)

1 Perempuan 11 36,6

2 Laki-laki 19 63,3

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar responden berjenis kelamin


30 laki-laki yaitu sebanyak 19 responden
(63,3 %) dan sisanya perempuan sebanyak 11 responden (36,6%).

b. Umur

Hasil distribusi frekuensi karakteristik responden menurut umur penderita

di pada tabel berikut.


Tabel 4.2Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut umur

No Kelompok umur n (%)

1 17-25 tahun 7 23,3

2 26-35 tahun 17 56,6

3 36-48 tahun 6 20,1

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden berada

pada kelompok umur 26-35 tahun sebanyak 17 responden (56,6%) yang keluar

kelompok umur 17-25 tahun sebanyak 7 responden (23,3%) dan paling sedikit

berada pada kelompok umur 36-48 tahun sebanyak 6 responden (20,1%).

c. Pekerjaan

Hasil distribusi frekuensi mengenai pekerjaan responden di jelaskan pada

tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut pekerjaan

No Pekerjaan n (%)

1 Tidak pekerja 8 26,6

2 Buruh 13 43,3

3 Wiraswasta 9 30,1

jumlah 30 100
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja

sebagai buruh yaitu sebanyak 13 responden (43,3 %) yang ke dua bekerja sebagai

wiraswasta sebanyak 9 responden (30,1%) dan sisanya tidak bekerja sebanyak 8

responden (26,6 %).

d. Pendidikan Terakhir

Hasil distribusi frekuensi responden menurut pendidikan terakhir

dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi karakteristik responden menurut pendidikan

terakhir

No Pendidikan n (%)

1 SD 11 36,6

2 SLTP 13 43,3

3 SLTA 6 20,1

4 Perguruan Tinggi 0 0

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden

berpendidikan SLTP sebanyak 13 responden (43,3%) yang kedua SD sebanyak 11

responden (36,6%) yang ketiga SLTA sebanyak 6 responden (20,1 %)

4.4.2 Dukungan Keluarga

Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan melalui kuesioner dan

analisa data univariat dimana diketahui hasil distribusi frekuensi karakteristik


responden mengenai dukungan keluarga terhadap penderita HIV/AIDS di

poliklinik VCT (Voluntary Couseling Test ) RSUD Kota Padangsidimpuan.

Tabel 4.5 distribusi frekuensi karakteristik responden menurut dukungan

keluarga

No Dukungan keluarga n (%)

1 Mendukung 16 53,3

2 Tidak mendukung 14 46,7

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa hasil analisa data yang telah

dikumpulkan tentang dukungan keluarga terhadap penderita HIV/AIDS yang

berobat di poliklinik VCT (Voluntary Couseling Test) RSUD Kota

Padangsidimpuan sebagian besar responden memperoleh dukungan keluarga yang

mendukung sebanyak 16 responden (53,3%) dan tidak mendukung sebanyak 14

responden (46,7%).

4.4.3 Kepatuhan Berobat

Pengumpulan data yang dilakukan tentang kepatuhan berobat melalui

kuesioner dan analisa data univariat maka diketahui hasil distribusi frekuensi
mengenai kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS di poliklinik VCT (Voluntary

Couseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan.

Tabel 4.6 distribusi frekuensi responden menurut kepatuhan

No Kepatuhan n (%)

1 Patuh 17 56,7

2 Tidak patuh 13 43,3

Jumlah 30 100

Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa analisa data yang telah dikumpulkan

sebagian besar responden patuh dalam berobat yaitu sebanyak 17 responden

(56,7%) dan yang tidak patuh berobat hanya sebanyak 13 responden (43,3 %).

4.2 Analisis bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel devenden

dan variabel indevendent yaitu variabel yang dukungan keluarga dengan variabel

kepatuhan berobat. Uji bivariat dilakukan menggunakan uji chi square dengan

tingkat kepercayaan 95 % (< = 0,05) nilai P value yang diharapkan bisa lebih

kecil dari 0,05 sehingga uji statistik bermakna, syarat melakukan uji chi square

ialah sel yang mempunyai nilai expected lebih kecil dari 5 maksimal 20% dari

jumlah sel (Dahlan,2010). Sehingga untuk mengetahui dilihat nilai expected

masing-masing sel.
Untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak maka diperlakukan uji

statistik menggunakan uji chi square. Untuk menganalisis data digunakan sistem

pengolahan data dengan bantuan SPSS yang hasilnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini

Tabel 4.7 Hasil analisis uji shi quare hubungan dukungan keluarga dengan

kepatuhan berobat.

Kepatuhan P. Value

Patuh Tidak patuh

n % n %

Mendukung 16 100 0 0
0,0001
Dukungan

Keluarga Tidak 1 7,1 13 92,9


mendukung

Tabel 4.8 bahwa sebagian besar responden yang memiliki dukungan

keluarga yang mendukung menunjukkan tingkat kepatuhan sebesar 16 responden

(100%) dan yang tidak patuh berobat sebanyak 0 responden, sedangkan responden

yang patuh berobat dari dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 1

responden (7,1%) dan responden yang tidak patuh berobat dari dukungan

keluarga yang tidak memiliki mendukung.sebanyak 13 responden (92,92%) dari

hasil analisa statistik dengan menggunakan uji shi square di peroleh P. Value

sebesar 0,001 menunjukkan bahwa adahubungan dukungan keluarga dengan

tingkat kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS di Poliklinik VCT (Voluntary


Couseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan, karena P < 0,05 uji chi square

berhasil.

Jadi Ha diterima yang mengatakan bahwa ada hubungan dukungan

keluarga dengan kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS di poliklinik VCT

(Voluntary Couseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan.


BAB 5

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada

bab sebelumnya, maka bab ini memaparkan pembahasan hasil penelitian

hubungan dukung keluarga. Dengan kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS di

Poliklinik VCT (Voluntary Couseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan

Pembahasan ini berisi tentang persamaan atau perbedaan terhadap suatu teori

konsep atau penelitian terduhulu.

5.1. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Penderita

HIV/AIDS

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu ada hubungan dukunga

keluarga dengan kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS di poliklinik VCT

(Voluntary Couseling Test) RSUD Kota Padangsidimpuan, karena bahwa

sebagian besar responden yang memiliki dukungan keluarga yang mendukung

menunjukkan tingkat kepatuhan sebesar (100%) 16 responden, sedangkan

responden yang patuh berobat dari dukungan keluarga yang tidak mendukung

sebanyak (7,1%) 1 responden yang tidak patuh berobat dari dukungan keluarga

yang tidak mendukung sebanyak (92,92%)13 responden dari hasil analisa statistik

dengan menggunakan uji chi square di peroleh P. Value sebesar 0,001

menunjukkan bahwa adahubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan

berobat penderita HIV/AIDS di poliklinik VCT (Voluntary Couseling Test)

36
RSUD Kota Padangsidimpuan. Sesuai dengan tabel 4.7 bahwa semakin keluarga

mendukung pasien dalam berobat maka pasien semakin patuh berobat.

Pasien yang telah dinyatakan HIV positif, penting untuk bekerja sama

dengan dan berbicara secara terbuka dengan penyedia layanan kesehatan. Karena

gejala HIV sering tidak terlihat sampai infeksi telah benar – benar maju,

melakukan pengawasan sistem kekebalan tubuh dapat membantu menentukan

seberapa banyak infeksi sistem anda telah mengambil alih test CD4 regular ( yang

menunjukkan berapa banyak sel per milimeter kubik dalam darah) dapat

memberikan pemahaman yang berharga mengenai keadaan sistem kekebalan

tubuh. Semakin rendah jumlah CD4 , alasan yang memiliki untuk memulai terapi

obat karena sistem kekebalan tubuh melemah ( Epigee, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan disarankan kepada keluarga

dari penderita HIV/AIDS untuk mendukung, memperhatikan dan memberikan

penjelasana maupun saran – saran yang dapat memotivasi pasien dalam

menjalankan pengobatan HIV/AIDS. Hasil penelitian ini mendukung pendapat

Evarina (2011), bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain

: pemahaman tentang instruksi, kualitasinteraksi, isolasisosial dan dukungan

keluarga, keyakinan, sikap dan kepribadian.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan Hardiyatmi

(2016), bahwa ada pengaruh dukungan keluarga dengan program pengobatan

pasien HIV/AIDS dipoliklinik VCT RSUD Dr. Sudirman Mangun Sumarsono

Wonogiri. Hal ini dibuktikan hasil uji spearman dengan hasil spearman’s rho (rs )

sebesar 0,398 dengan probabilitas (P) sebesar 0,009 penelitian lain yang dilakukan
Dwi HP (2015) juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tingkat kepatuhan

dan dukungan keluarga terhadap keberhasilan terapi antiretroviral pasien

penderita HIV/AIDS, hal ini di buktikan hasil uji chi square dimana p : 0,00 (p <

0,05).

5.2. Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa karakteristik

responden sebagai berikut:

5.2.1. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini didapatkan bahwa paling banyak responden berjenis

kelamin laki-laki yaitu (63,3%) 19 responden dan perempuan sebanyak (36,6%)

11 responden hal ini terjadi karena di kota Padangsidimpuan kebanyakan kasus

terjadi karena tertular dari hubungan seks bebas. Perlu diketahui bahwa banyak

laki-laki yang bekerja di perantauan atau bekerja di kota - kota besar di Indonesia

sehingga peluang untuk melakukan prilaku seks bebas lebih besar. Responden

yang berobat dipoliklinik VCT (voluntary conseling test) lebih banyak laki-laki

dibandingkan perempuan, hal ini dikarenakan laki-laki merasa punya tangggung

jawab pada keluarga sehingga mereka patuh berobat.

Dalam artikel Qisti’s 13 Oktober 2014 mantan menteri pemberdayaan

perempuan dan kepala BKK BN Kholifah Indar parawansa mengemukakan kaum

pria memang cendurung mempunyai perilaku beresiko pada penularan penyakit

termasuk HIV/AIDS yang berkaitan dengan pekerjaan yang mengharuskan

mereka bepergian jauh dari keluarga, kaum perempuan dilain pihak secara khusus

beresiko terkena HIV karena mereka sering tidak memiliki kendali seperti yang
dimiliki pria. Kaum wanita tidak bisa menentukan kapan, dimana dan bagaimana

hubungan seks terjadi.

Hasil penelitian ini sama dengan data statistika pola penularan HIV/ AIDS

di Indonesia tahun 2016 bahwa 10 tahun terakhir, tiap tahunnya lebih banyak laki-

laki. Laki-laki (55, 9%), perempuan (31,6 %) dan sebanyak (12,5% ) tidak

melaporkan jenis kelamin(Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RS 2016). Hasil

penelitian ini berbeda dengan penelitian Hardiyatmi (2016) bahwa angka kejadian

HIV di Wonogiri lebih banyak terjadi pada perempuan (54.8 %).

5.2.2. Umur

Hasil penelitian didapatkan persebaran data terbanyak berada disekitar

usia 26-35 tahun sebanyak 17 responden (56,6%),kelompok umur 17 -25 tahun

sebanyak 7 responden (23,3%) dan pada kelompok umur 36-48 tahun sebanyak 16

responden (20,1%). Data ini dapat menjelaskan bahwa infeksi HIV ternyata lebih

banyak terjadi pada usia produktif. Hal ini dapat disebabkan pada usia produkif di

mungkinkan lebih banyak melakukan prilaku seks tidak aman yang beresiko

terhadap penularan HIV ( Firman. 2015). Biasanya penderita tertukar HIV/AIDS

karena narkotika, kontak seksual dan hubungan seks bebas. Hasil wawancara

peneliti mendapatkan bahwa penularan HIV/AIDS di Padangsidimpuan sebagian

besar tertukar melalui kontak seksual hubungan seks bebas, hubungan seks

sesama jenis kelamin (homo seks). Responden yang patuh berobat paling banyak

usia 26-35 tahun, hal ini dikarenakan usia produktive semangat hidupnya lebih

tinggi sehingga mereka berusaha patuh berobat.


Hasil penelitian ini sejalan dengan pola penularan HIV/AIDS di Indonesia

maupun dunia, selama 5 tahun terakhir bahwa infeksi HIV/AIDS banyak terjadi

pada kelompok usia produktif 25-49 tahun (Ditjen PPM Dan Pl Depkes (2016)

bahwa mayoritas penderita HIV /AIDS di Wonogiri berada pada kelompok umur

21-46 tahun sebanyak 33 orang (78,6 %).

5.2.3. Pekerjaan

Hasil penelitian didapatkan bahwa penderita yang menderita penyakit

HIV/AIDS lebih banyak pada pada penderita yang bekerja sebagai buruh (43,3%)

13 responden dan wiraswasta (30,1%) 9 responden sedangkan yang paling sedikit

terdapat pada penderita yang tidak bekerja yaitu sebanyak (26,6%) 8 responden.

Banyaknya penderita HIV/AIDS yang bekerja sebagai buruh dan wiraswasta hal

ini disebabkan karena banyaknya laki-laki yang merantau atau bekerja di kota-

kota besar baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah dan ada juga

yang bekerja sebagai sopir ke luar kota. Sehingga peluang laki-laki untuk

melakukan perilaku seks bebas (heterseksual,homoseksual) dan penggunaan

narkoba suntik lebih besar. Bisa dipastikan sang suami yang menderita HIV/AIDS

akan menularkan virus HIV kepada istrinya saat berhubungan seks. Responden

lebih banyak yang berobat adalah penderita yang memiliki pekerjaan, hal ini

dikarenakan mereka memiliki ekonomi yang baik, mereka juga ingin sembuh dan

pekerjaan untuk menghidupi keluarga.

Hasil penelitian ini sejalan dengan pola penularan HIV di Indonesia tahun

2016. Bahwa infeksi HIV banyak terjadi pada kelompok yang bekerja sebagai

wiraswasta (Ditjen P2P Kementerian Kesehatan RI 2016).Berbeda dengan


penelitian yang dilakukan oleh Hardiyatmi 2016, hasil ini tidak sejalan karena

responden lebih banyak pada kelompok tidak bekerja 42,1 %.

5.2.4. Pendidikan

Hasil penelitian ini diketahui bahwa pendidikan responden semuanya

berpendidikan rendah yaitu pendidikan SLTA, terbanyak adalah SLTP sebanyak

13 responden (43,3%), SD sebanyak 11 responden (36,6%) dan SLTA sebanyak 6

responden (20,1%). Gambaran ini jelas mempersiapkan bahwa sebagai besar

responden mempunyai pendidikan rendah lebih mungkin mempunyai keterbatasan

wawasan berpikir dan penerimaan informasi tentang penyakit HIV/AIDS dan

penerimaan informasi tentang penyakit HIV/AIDS dan pencegahan penularannya.

Sehingga menyebabkan angka penularan HIV/AIDS terjadi pada kelompok

ini.Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hardiyatmi (2016) bahwa

responden berpendidikan rendah yaitu (45,2 %) berpendidikan SD (36,6

%)berpendidikan SLTP.

Pendidikan yang tidak memadai merupakan salah satu faktor resiko

tingginya HIV/AIDS. Pendidikan dapat menjadi sarana untuk membuka wawasan

sehingga seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi cenderung lebih mudah

menerima perubahan. Pendidikan rendah mempengaruhi pengetahuan masyarakat

mengenai HIV/AIDS, Sehingga dengan kurangnya pengetahuan akan

menyebabkan masyarakat rentan terhadap penularan HIV/AIDS.


5.3 Dukungan Keluarga Penderita HIV/AIDS

Hasil analisis didapatkan dukungan keluarga yang diberikan kepada

penderita HIV/AIDS di wilayah kota padangsidimpuan sudah mendukung, terlihat

dari data sebanyak 53,3%. Sebagaimana diketahui bahwa keluarga, baik keluarga

inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota-

anggotanya. Menurut Friedman (2010), bentuk dukungan keluarga adalah

dukungan materi dimana keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis,

dan konkrit, memberikan bantuan langsung seperti dalam bentuk uang,

peralatan,waktu dan lingkungan. Dukungan penghargaan yaitu memberikan kasih

sayang.

Selain itu fungsi keluarga adalah dukungan informasional, keluarga

berfungsi sebagian kedokteran dan desiminator (penyebar) informasi tentang

dunia. Dalam kasus ini, keluarga dapat mendukung penderita dengan memberikan

informasi yang adekuat, dan yang terakhir adalah dukungan emosional, keluarga

sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemilihan serta

membantu penguasaan terhadp emosi. Jadi hal tersebut sangat relevan dengan

teori tersebut, responden benar-benar merasakan dukungan keluarga sebagai

faktor penunjang kepatuhan mereka untuk berobat secara teratur/rutin.

Sebanyak 46,7% responden mendapatkan dukungan keluarga yang tidak

mendukung hal ini terlihat dari hasil observasi peneliti pada saat pengambilan

data. Masih ada penderita yang merasa kurang dekat dengan keluarga dan takut

merepotkan keluargannya.
Dan ada juga penderita HIV/AIDS yang merasa dukungan keluarga tidak

mendukung. Hal ini disebabkan tingginya stigma yang terkait dengan penyakit

HIV/AIDS, Sehingga anggota keluarga yang menderita penyakit ini seringkali

dianggap telah melanggar norma-norma dalam keluarga dan memalukan keluarga

sehingga seringkali dikucilkan dan ditelantarkan bahkan diisolasi dari lingkungan.

Hal ini mendukung pendapat Friedman (2013 ) yang menyatakan bahwa

tugas keluarga dalam masalah kesehatan adalah mengenal masalah kesehatan

setiap anggotanya, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat

bagi keluarga. Merawat anggotanya yang sakit, menjaga kondisi rumah yang

mengutungkan dan pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada.

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian Hardiyatmi (2016).

Bahwa sebagai besar responden yang mendapatkan dukungan keluarga baik

sebanyak 24 responden (57,1 %) yang kedua dukungan keluarga cukup sebanyak

14 responden (33,3%) dan paling sedikit memperoleh dukungan keluarga kurang

baik sebanyak 4 responden (9,5 %).

5.4. Kepatuhan Berobat Penderita HIV/AIDS

Hasil analisis mengenai kepatuhan diketahui bahwa sebagian besar patuh

dalam berobat yaitu sebanyak 17 responden (56,7 % ) dan yang tidak patuh dalam

berobat sebanyak 13 responden (43,3%).Hal ini berarti penderita yang berobat

HIV/AIDS dipoloklinik VCT (Voluntary Couseling Test) RSUD Kota

Padangsidimpuan dalam melaksanakan pengobatan ternyata mereka sangat

mematuhi saran dokter atau profesional kesehatan hasil penelitian ini sama
dengan pendapat KemenkesRI (2010), kepatuhan adalah suatu bentuk prilaku

yang timbul karena adanya interaksi antara petugas kesehatan dan pasien sehingga

pasien mengerti rencana dan segala konsekuensi dan menyetujui rencana tersebut

serta melaksanakannya karena lamanya waktu terapi membuat para penderita

tidak patuh,dan tidak dapat bertahan dalam terapi. Sehingga mereka tidak rutin

berobat dan pada akhirnya hanya penderita yang patuh saja yang dapat bertahan

dalam mengikuti terapi.

Penderita yang dapat bertahan tersebut yang kemudian diteliti oleh

penulis. Sehingga membuat hasil tingkat kepatuhan pasien menjadi lebih besar.

Hal ini dikarenakan keinginan untuk bertahan hidup lebih lama dengan cara patuh

dalam pengobatan.
BAB 6

PENUTUP

6.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada

bab sebelumnya maka kesimpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Karakteristik penderita HIV/AIDS di poloklinik VCT ( Voluntary

Couseling Test ) RSUD Kota Padangsidimpuan, Paling banyak berjenis

kelamin laki-laki (63,3 %) sedangkan perempuan (36,6 %), sebagai besar

berumur 26-35 (56,6%), paling banyak bekerja sebagi buruh (43,3%) dan

yang berpendidikan terakhir paling banyak SLTP (43,3%).

2. Dukungan keluarga kepada penderita HIV /AIDS di poloklinik VCT (

Voluntary Couseling Test ) RSUD Kota Padangsidimpuan mendukung

karena lebih dari setengah sampel yaitu (53,3%) masuk dalam kategori

mendukung.

3. Kepatuhan berobat penderita HIV /AIDS di poloklinik VCT ( Voluntary

Couseling Test ) RSUD Kota Padangsidimpuan patuk karena lebih dari

setengah sampel yaitu (56,7%) masuk dalam kategori patuh.

4. Terdapat hubungan yang cukup antara dukungan keluarga dengan

kepatuhan berobat penderita HIV /AIDS di poloklinik VCT ( Voluntary

Couseling Test ) RSUD Kota Padangsidimpuan. Dengan hasil P. Value

setelah uji chi square 0,000

45
6.2. Saran

1. Bagi Penderita HIV/AIDS

2. Peneliti mengharapkan agar penderita selalu menjalani hubungan yang

baik dengan keluarga karena dukungan keluarga merupakan suatu

kebutuhan yang sangat penting dalam memberikan motivasi, nutrisi, dan

obat-obatan penderita untuk menjalankan pengobatan. Dengan hal ini

maka prosedur pengobatan yang ada dapat dijalani dengan baik.

3. Bagi Keluarga

Penulis menyarankan kepada keluarga untuk selalu memberikan

dukungan, motivasi dan memenuhi kebutuhan penderita sehari-hari baik

fisiolagi maupun psikologi selama menjalani pengobatan agar penderita

patuh dalam berobat.

4. Bagi Rumah Sakit

Bagi rumah sakit diharapkan dengan mengetahui keefektivan dukungan

keluarga terhadap kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS. Dapat

meningkatkan kualitas dukungan keluarga dengan memberikan konseling

kepada penderita HIV/AIDS

5. Bagi Peneliti Lain

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian dengan desain

dan variabel lebih banyak lagi sehingga mampu mengetahui faktor-faktor

lain yang mempengaruhi kepatuhan berobat penderita HIV/AIDS.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta

Dirjen P3L Kemenkes RI (2011) Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral, edisi


11 . JAKARTA : Direktoral Jendral Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan

Dirjen P3L Kemenkes (2010) Pedoman Pencegahan Penularan HIV – AIDS &
IMS BagiKabupaten / Kota Jakarta. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Dwita. HP. (2015) Analisa Tingkat Kepatuhan Dan Dukungan Keluarga


Terhadap Keberhasilan Terapi Anti Setra Viral Pasien Penderita HIV /
AIDS di Poli VCTRSUD DR. H. Mach Ansari Saleh Banjarmasin Ejurnal.
Stiepancasetic.Ac.Id.7 Article > View.Tanggal Akses 4 Agustus 2017

Ditjen P2P Kemenkes RI (2016) Laporan Situasi Perkembanga HIV / AIDS di


indonesia. www . Aids Indonesia. Or. Id > files > di akses tanggal 28 Juli
2017

Dinna (2009) Kepatuhan Minum Obat ( Compliance) Dinna Windia Sari.


Blogspot. Com.Tanggal Akses 4 Agustus 2017

Desy FM. (2014), Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dan Kepatuhan Minum
Obat Pada Penderita Tuberculosis Di Wilayah Ciputat . tanggal akses
18 Desember 2017

Evarina, (2011) Pengaruh Lingkungan KeluargaTerhadap Program Pengobatan


Pasien HIV/AIDS di Posyandu RSUP Haji Adam Malik Medan. Sari-
mutiara.Ac.Id.Tanggal Akses 28 Juli 2017

Fridman (2010) Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Riset. Teori dan praktek eclisi
ketiga. Jakarta. EGC.

Ghita (2013) Kepatuhan Pengobatan Antiretroviral pada Pasien HIV/AIDS


diRSUD. Prof.Dr.Margono Soeharjo Purwekerto.Jurnal.
Uad.Ac.Id.Tanggal 4 Agustus 2017

Hardiyatmi (2016) Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Program


Pengobatan PenderitaHIV/AIDS di polikimia VCT. Digilit. Satikeskusuma
husada.Ac.Id > Disk. Tgl akses 28 Juli 2017

Ika, Silvitasari, Hermawati, Martini (2014). Efektivitas Dukungan Keluarga


Terhadap Kepatuhan Pengobatan ARU Pada ODHADikelompok
Dukungan Sebabnya Kartasura. Ws. Ub.Ac.Id.Tanggal 28 Juli 2017
Kemenkes RI (2014) Pedoman Pelaksanaan Pencegahan Penularan-Penularan
HIV dan Sifilis Dari Ibu Ke Anak Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Muliawan B.T (2008).Pelayanan Konseling Akan Meningkatkan Kepatuhan


Pasien Terapy Obat.http;// www.binfar. Depkes. Go. Id/dot menu php.
Tanggal 4 Agustus 2017

Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi Tesisdan Instrumen Penelitian Keperawatan Jakarta :
Salemba Medika.

Nasrahuddin dan Maramis (2007).KonselingDukungan Perawatan dan


Pengobatan ODHA. Surabaya : Airlangga University Press.
Nursalam (2009). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS.
Jakarta: Salemba Medika.

Notoadinoja (2012) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam (2013) Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta Salemba Medika.

Spritia (2012) Hubungan yang Konsisten Antara Depresidan Kepatuhanyang


Rendah Terhadap Terapi HIV. http : / Pritia. or.id.Tanggal l 4 Agustus
2017

Yayasan, Spiritia(2013).Apa AIDSItu? Lembar informasi HIV/AIDS.http :/// www.


Spiritia.or.id.Tanggal 4 Agustus 2017

Hidayat ( 2007). Riset Keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta :


Salemba Medika

Setiachi (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha


Ilmu
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,
Responden Penelitian
Di RSUD Kota Padangsidimpuan
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa STIKes Aufa
RoyhanPadangsidimpuan program studi Ilmu Keperawatan
Nama : Siti Kholijah Hutasuhut
Nim : 16010045P
Dengan ini menyampaikan bahwa saya akan mengadakan penelitian
dengan judul ”Hubungan Dukungan Keluarga Dengana Kepatuhan Berobat
Penderita HIV/AIDS Dipoli Klinik VCT(Voluntary Counseling Test) RSUD
Kota Padangsidimpuan Tahun 2017.”.Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendapatkan proses gambaran yang dilakukan melalui kuesioner. Data yang
diperoleh hanya digunakan untuk keperluan peneliti. Kerahasiaan data dan
identitas saudara tidak akan disebarluaskan.
Saya sangat menghargai kesediaan saudara/i untuk meluangkan waktu
menandatangani lembaran persetujuan yang disediakan ini. Atas kesediaan dan
kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

(Siti Kholijah Hutasuhut)


PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Setelah dijelaskan maksud penelitian, saya bersedia menjadi responden

dalam penelitian yang dilakukan oleh SaudariSiti Kholijah Hutasuhut, mahasiswi

STIKes Aufa Royhan Padangsidimpuan yang sedang mengadakan penelitian

dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengana Kepatuhan Berobat

Penderita HIV/AIDS Dipoli Klinik VCT(Voluntary Counseling Test) RSUD

Kota Padangsidimpuan Tahun 2017“

Demikianlah persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa ada

paksaan dari pihak manapun.

Padangsidimpuan, November 2017

Responden

(.........................................)
KUESIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT


PENDERITA HIV/AIDS DI POLIKLINIK VCT (VOLUNTARY COUNSELING
TEST) RSUD KOTA PADANGSIDIMPUAN

1. Data demografi :
Nama ( inisial ) :
Jenis kelamin :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
2. Dukungan keluarga
Berilah tanda ceklist (√) pada kolom di bawah, sesuai dengan apa yang
anda rasakan.

No Pernyataan Tidak Jarang Selalu


pernah
Keluarga saya :
1 Mengambilkan obat bila saya tidak bisa
ambil sendiri
2 Mendorong saya untuk sembuh dan patuh
dalam pengobatan
3 Ada disaat saya merasa kesepian
4 Mengatar berobat jika saya tidak bisa
datang sendiri
5 Menginformasikan tentang manfaat dan
resiko tidak patuh minum obat
6 Mengingatkan minum obat bila saya lupa
7 Memberi kasih sayang
8 Mengantarkan saya untuk periksa
9 Mau mendengarkan keluh kesah saya
10 Menemani saya saat minum obat
11 Memberikan perhatian
12 Ada saat dibutuhkan
13 Ada saat saya merasa sendiri
14 Mencontohkan cara minum obat bila saya
tidak mampu
15 Memenuhi kebutuhan makan, minum saya
dirumah
16 Mengantar saya jika tidak mampu,
walaupun jaraknya dekat
17 Memberikan penghargaan bila saya sedang
putus asa
18 Mengingatkan saya untuk pasrah dan
bersyukur pada tuhan
19 Menangung biaya bila saya tidak mampu
20 Mencintai saya
21 Membantu membaca dosis bila saya tidak
mampu
22 Membantu memfasilitasi pengobatan bila
saya tidak mampu
23 Memberi nasehat saat saya menghadapi
masalah
24 Bertemu dan berbicara saat saya
membutuhkan mereka
25 Menyediakan obat dalam sebuah wadah
bila saya tidak mampu
3. Kepatuhan minum obat
Jawablah pertayaan berikut sesuai dengan yang anda rasa dan lakukan
selama pengobatan

No Pernyataan Ya Tidak
1 Apakah anda terkadang untuk minum obat ?
2 Pernahkah anda tidak munim obat selain karena alasan
lupa ?
3 Pernahkah berhenti minum obat dan tidak memberi tahu
dokter anda ?
4 Pernahkah anda lupa membawa obat saat dalam
perjalanan ?
5 Apakah kemarin anda minum obat dengan lengkap?
6 Apakah anda pernah berhenti untuk minum obat saat tidak
ada gejala?
7 Apakah anda pernah kesal dengan rencanan pengobatan
yang lama?
8 Apakah anda sering lupa untuk minum obat anda ?
BERITA ACARA PERBAIKAN SKRIPSI

Nama : Siti Kholijah Hutasuhut


Judul : Hubungan Dukungan Keluarga Dengana Kepatuhan Berobat Penderita
HIV/AIDS Dipoli Klinik VCT(Voluntary Counseling Test) RSUD
Kota Padangsidimpuan Tahun 2017

No Kritik dan Saran Perbaikan


1 Penguji I 1. Perbaiki Pengetikan
2. Perbaiki BAB III
3. Perbaiki BAB IV
4. Perbaiki BAB V
5. Perbaiki BAB VI

2 Penguji II 1. Perbaiki Pengetikan


2. Perbaiki BAB III
3. Perbaiki BAB III
4. Perbaiki BAB IV
5. Perbaiki BAB V
6. Perbaiki BAB VI

Penguji I Penguji II

(Ns. Nanda Masraini Daulay , S.Kep.M.Kep) (Soleman Jufri, SKM, MSc)

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Sukhri Herianto Ritonga, M.Kep)


(Drs. H. Guntur Imsaruddin, M.Kes)

Anda mungkin juga menyukai