bermanuver dengan lincah karena memiliki kemampuan untuk Sambungan batang kemudi
memiringkan bodi kendaraan (tilting) seperti sepeda motor.
Narrow tilting vehicle juga mempunyai rangka pelindung
menyerupai mobil sehingga lebih aman dari sepeda motor.
Kemampuan bermanuver ini perlu didukung oleh sistem
kemudi dan sistem suspensi kendaraan yang baik sehingga
kendaraan tetap aman pada saat digunakan.
Berdasarkan permasalahan tersebut diperlukan rancangan
sistem kemudi dan sistem suspensi narrow tilting vehicle yang
sesuai dengan kriteria tertentu. Sistem kemudi yang baik adalah
yang mampu menghasilkan sudut belok sesuai dengan kondisi
Ackerman [1]. Sedangkan sistem suspensi kendaraan harus
dirancang agar menghasilkan sudut camber negatif ketika
terjadi wheel displacement ke atas dan sebaliknya [2]. Dalam
Knuckle roda
penelitian ini dilakukan simulasi kinematika untuk memperoleh
rancangan sistem kemudi dan sistem suspensi narrow tilting Gambar. 1. Rancangan awal sistem kemudi.
vehicle sekaligus mengetahui pengaruh perubahan panjang
sambungan batang kemudi dan trackwidth terhadap sudut belok Untuk memperoleh hasil rancangan yang paling mendekati
yang dihasilkan serta mengetahui pengaruh perubahan panjang kondisi Ackerman sekaligus mengetahui pengaruh perubahan
upper control arm terhadap perubahan sudut camber narrow trackwidth dan panjang sambungan batang kemudi terhadap
tilting vehicle. sudut belok yang dihasilkan, maka dilakukan simulasi pada tiga
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E121
trackwidth yang berbeda yaitu 700mm, 600mm, dan 500mm. III. ANALISA DAN PEMBAHASAN DATA
Pada setiap trackwidth terdapat 3 variasi panjang sambungan A. Data Spesifikasi Kendaraan
belakang (Lback) dan 5 variasi panjang sambungan samping Kendaraan yang dibahas pada tugas akhir kali ini adalah
(Lside) seperti terlihat pada gambar 2. narrow tilting vehicle. Sebuah kendaraan beroda tiga yang
Lside memiliki kemampuan memiringkan rangka (tilting) ketika
berbelok. Adapun desain kendaraan ini menggunakan
konfigurasi tadpole atau dua roda depan dan satu roda belakang
Lback
[4]. Sistem kemudi menggunakan tie rod dengan ukuran tetap
sesuai dengan dimensi kendaraan. Sistem suspensi kendaraan
menggunakan jenis quadrilateral [5].
20 120mm
Lupper
15 130mm
10
0
0 10 20 30
δo (°)
Llower
Gambar 3. Panjang upper dan lower control arm. Gambar 4. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman dengan Lback 50mm.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E122
110mm
20 40mm, 50mm, 60mm, 70mm, dan 80mm. Hasil simulasi
120mm kemudian dibandingkan dengan kondisi belok Ackerman.
15 Gambar 8, 9, dan 10 menunjukkan bahwa perubahan panjang
130mm Lside batang kemudi akan mempengaruhi tren sudut belok yang
10
dihasilkan. Perubahan panjang Lside batang kemudi akan
5 mempengaruhi rasio antara sudut belok roda dalam (δi) dan
0 sudut belok roda luar (δo) dimana semakin panjang Lside maka
0 10 20 30 40 rasio antara δi/δo akan semakin besar.
Gambar 11 menunjukkan bahwa perubahan Lback akan
δo (°)
mempengaruhi tren sudut belok yang dihasilkan. Dapat dilihat
Gambar 5. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman dengan Lback 75mm. bahwa semakin panjang Lback maka sudut belok yang dihasilkan
semakin menjauhi kondisi Ackerman. Dari ketiga Lback yang
50 disimulasikan, terlihat bahwa geometri dengan Lback 50mm dan
Ackerman Lside 40mm paling mendekati kondisi Ackerman untuk
45
trackwidth 600mm.
40 90mm
35 100mm 50
Ackerman
30 45
110mm
δi (°)
25 40 40mm
120mm 35 50mm
20
30
15 130mm 60mm
δi (°)
25
10 70mm
20
5 15 80mm
0 10
0 20 40 60 5
δo (°) 0
Gambar 6. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman dengan Lback 100mm. 0 10 20 30
δo (°)
50
Gambar 8. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman dengan Lback 50mm.
45 Ackerman
50
40 Ackerman
45
35 40
Link 50- 40mm
30 120mm 35
δi (°)
25 30 50mm
δi (°)
20 Link 75- 25
60mm
15 130mm 20
15 70mm
10
Link 100- 10
5 80mm
130mm 5
0
0 20 40 60 0
0 10 20 30
δo (°)
δo (°)
Gambar 7. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman tiap nilai Lback yang Gambar 9. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman dengan Lback 75mm.
paling mendekati kondisi Ackerman.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E123
50 Ackerman
50 Ackerman
40mm 40mm
40
40
50mm 50mm
30
δi (°)
30
δi (°)
60mm 60mm
20 70mm 70mm
20
80mm
10 80mm
10
0 0
0 10 20 30 0 10 20 30 40
δo (°) δo (°)
(c)
(b)
Gambar 10. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman dengan Lback 100mm.
Gambar 13. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman dengan Lback 75mm.
50 Ackerman
50 Ackerman
40mm
40
Link 50- 40
40mm 50mm
30
δi (°)
60mm
30
δi (°)
Link 75-
50mm 70mm
20
20 80mm
Link 100-
10 40mm 10
0
0
0 10 20 30 40
δo (°) 0 10 20 30 40
Gambar 11. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman tiap nilai Lback yang δo (°)
paling mendekati kondisi Ackerman (c)
Gambar 14. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman dengan Lback 100mm.
D. Pengaruh Panjang Sambungan Batang Kemudi
Terhadap Sudut Belok (Trackwidth 500mm)
Simulasi kinematika dengan variasi panjang Lside juga 50 Ackerman
dilakukan pada model dengan trackwidth sebesar 500mm.
Terdapat 5 variasi panjang Lside yaitu 40mm, 50mm, 60mm,
70mm, dan 80mm. Hasil simulasi kinematika kemudian 40
Link 50-
dibandingkan dengan kondisi belok Ackerman. 40mm
30
δi (°)
60mm
20 70mm 0
0 10 20 30 40
80mm δo (°)
10
Gambar 15. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman tiap nilai Lback yang
paling mendekati kondisi Ackerman.
0
0 10 20 30 Dari gambar 12, 13, dan 14 diketahui bahwa perubahan
δo (°) panjang Lside akan mempengaruhi tren sudut belok yang
Gambar 12. Hasil sudut belok terhadap kondisi Ackerman dengan Lback 50mm. dihasilkan. Perubahan panjang Lside akan mempengaruhi rasio
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E124
antara sudut belok roda dalam (δi) dan sudut belok roda luar roda selalu mengarah ke depan. Terdapat 5 variasi panjang
(δo) dimana semakin panjang sambungan maka rasio antara upper control arm terhadap lower control arm yaitu -20mm, -
δi/δo akan semakin besar. 10mm, 0mm, +10mm, dan +20mm.
Dari gambar 15 terlihat bahwa perubahan nilai Lback akan
mempengaruhi tren sudut belok yang dihasilkan. Dapat dilihat 0.3 δ1=-20mm
bahwa nilai Lback sebesar75mm paling mendekati kondisi
Ackerman diikuti oleh lebar 100mm dan 50mm. Dari ketiga 0.2
δ2=-10mm
0.1
variasi yang memenuhi kriteria, perubahan sudut camber masih
berada dalam range yang wajar yaitu maksimal sebesar ±0,2°. δ3=0mm
0
-50 0 50
F. Pengaruh Panjang Upper Control Arm Terhadap -0.1 δ4=+10mm
Perubahan Sudut Camber (Trackwidth 600mm)
Pada sistem suspensi depan kendaraan dilakukan simulasi -0.2 δ5=+20mm
kinematika dengan pemberian beban vertikal sehingga knuckle
-0.3
bergerak ke atas (bound) dan ke bawah (rebound) dengan jarak Wheel Displacement (mm)
tertentu. Parameter yang diukur adalah perubahan sudut Gambar 18. Grafik perubahan sudut camber terhadap wheel displacement pada
camber. Sistem kemudi dikunci pada saat simulasi sehingga trackwidth 500mm.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) E125
IV. KESIMPULAN
Dari perancangan dan simulasi kinematika sistem kemudi
dan sistem suspensi narrow tilting vehicle yang telah dilakukan,
rancangan sistem kemudi narrow tilting vehicle yang paling
mendekati kondisi Ackerman diperoleh pada trackwidth
sebesar 600mm dan panjang sambungan belakang Lback 50mm
dan sambungan samping Lside 40mm. Untuk geometri sistem
kemudi yang paling mendekati kondisi Ackerman, variasi
panjang upper control arm yang sama dengan lower control
arm telah dipilih.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Jazar, Reza N. 2008. “Vehicle Dynamics: Theory and Applications”. New
York: Springer.
[2] Milliken, William F. and Milliken, Douglas L., 1995. “Race Car Vehicle
Dynamics”. Warrendale: Society of Automotive Engineers.
[3] Yang, S., Bao, Y., Liu, Y. and Li, C., 2014. “Kinematic analysis of the
double wishbone suspension in ADAMS”. In Transportation
Electrification Asia-Pacific (ITEC Asia-Pacific), 2014 IEEE Conference
and Expo (pp. 1-5): IEEE.
[4] Hillen, Brittany. “Toyota i-Road Urban Tandem Two-Seater Vehicle
Specs Detailed at CEATEC 2013”, http://www.slashgear.com. (diakses
20 Maret 2016).
[5] Knowles, Don. 2002. “Automotive Suspension and Steering Systems”.
Cengage Learning.