PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningitis merupakan peradangan yang terjadi pada selaput otak (araknodia dan
piamater) yang di sebabkan oleh virus, bakteri, atau jamur .
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke tengkuk dan
pinggang. Tengkuk menjadi kaku, yang disebabkan oleh mengejangnya otot-otot ekstensor
tengkuk. Bila hebat, akan terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dengan kepala tertengadah,
punggung dalam sikap hiperekstensi, dan kesadaran menurun tanda kernig serta brudzinsky
positif (Arif Mansjoer, 2000)
Di negara – negara yang sedang berkembang, termasuk indonesia, penyakit infeksi ini
masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama. Salah satunya adalah infeksi
akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan purulen pada cairan otak,
sehingga dinamakan meningitis purulenta.
Di samping angka kematiannya yang masih tinggi, banyak penderita yang menjadi
cacat akibat keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan. Meningitis purulenta merupakan
keadaan gawat darurat. Terapi yang diberikan bertujuan memberantas penyakit infeksi
disertai perawatan intensif suportif, untuk membantu pasien melalui masa kriyis. Pemberian
antibiotik yang cepat dan tepat, serta dengan dosis yang sesuai, penting untuk menyelamatkan
nyawa dan mencegah terjadinya cacat. Oleh karena itu, petugas kesehatan khususnya
perawat, wajib mengetahui gejala – gejala dan tanda – tanda meningitis purulenta serta
penatalaksanaannya.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien MENINGITIS.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi penyakit MENINGITIS pada anak.
b. Etiologi penyakit MENINGITIS pada anak.
c. Manifestasi klinik penyakit MENINGITIS pada anak.
d. Patofisiologi penyakit MENINGITIS pada anak.
e. Komplikasi penyakit MENINGITIS pada anak.
f. Klasifikasi penyakit MENINGITIS pada anak.
g. Pemeriksaan Penunjang MENINGITIS pada anak.
h. Penatalaksanaan penyakit MENINGITIS pada anak.
BAB II
2
TINJAUAN TEORI
1. Otak
Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh, bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam
rongga tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat
2. Perkembangan Otak
3
Selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringan ikat tebal
dan kuat, dibagian tengkorak terdiri dari selaput tulang tengkorak dan
duramater propia di bagian dalam. Di dalam kanalis vertebralis kedua lapisan
ini terpisah.
Duramater pada tempat tertentu mengandung rongga yang mengalirkan darah
vena dari otak, rongga ini dinamakan sinus longitudinal superior, terletak
diantara kedua hemisfer otak.
Tepi falks serebri membentuk sinus longitudinal inferior dan sinus sagitalis
inferior yang mengeluarkan darah dari flaks serebri. Tentorium, memisahkan
serebri dengan serebulum.
Diafragma sellae, lipatan berupa cincin dalam duramater dan menutupi sela
tursika sebuah lekukan pada tulang stenoid yang berisi hipofiser.
Sistem Ventrikel. Terdiri dari beberapa bagian rongga dalam otak yang
berhubungan satu sama lainnya ke dalam rongga itu, fleksus koroid
mengalirkan cairan (liquor serebro spinalis).
Fleksus koroid dibentuk oleh jaringan pembuluh darah kapiler otak tepi,
bagian paimater membelok kedalam ventrikel dan menyalurkan serebro
spinalis. Cairan serebro spinalis adalah hasil sekresi fleksus koroid. Cairan ini
bersifat alkali bening mirip plasma.
4
Sirkulasi Caitan Serebro Spinalis. Cairan ini disalurkan oleh fleksus koroid
kedalam ventrikel yang ada dalam otak, kemudaian cairan masuk ke dalam
kanalis sumsum tulang belakang adn ke dalam ruang subaraknoid melalui
ventrikularis.
Setelah melintasi ruangan seluruh otak dan sumsum tulang belakang maka
kembali ke sirkulasi melaluigranulasi arakhnoid pada sinus (sagitalis superior).
Setelah meninggalkan ventrikel lateralis (ventrikel I dan II) cairan otak dan
sumsum tulang belakang menuju ventrikel III melalui foramen monroi dan terus ke
ventrikel IV melalui aquaduktus silvi cairan di alirkan ke bagian medial foramen
magendi selanjutnya ke sisterna magma dan ke kanalis spinalis. Dari sisterna magma
cairan akan membasahi bagian-bagian dari otak, selanjutnya, cairan ini akan di
absorpsi oleh vili-vili yang terdapat pada arakhnoid, cairan ini jumlahnya tiodak
tetap biasanya berkisar antara 80 – 200 cm mempunyai reaksi alkalis.
Fungsi cairan serebro spinalis :
Komposisi cairan serebro spinalis terdiri dari air, protein, glukosa, garam, dan
sedikit limfosit dan CO2.
5
BAB III
D. Pengertian
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda,
tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bias diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram) ukuran panjang (cm, meter) umur tulang dan
keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah berkembangnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan sebagai hasil dari proses pemotongan. Disini menyangkut adanya proses
deferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungan.
(Soetjiningsih, 1995 hal 1)
6
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidak potensi
bawaan. Lingkungan yang cukup baik akan membangkitkan tercapainya potensi
bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini
merupakan “bio-fisika-psiko-sosial” yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai
dari konsepsi sampai hari akhir hayatnya.
(Soetjiningsih 1995 hal 2)
F. Tahapan Tumbuh Kambang
Ada beberapa tahap-tahap tumbuh kembang anak. Pada dasarnya manusia dalam
kehidupannya mengalami berbagai tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap
mempunyai ciri tertentu. Tahapan tumbuh kembang yang paling memerlukan perhatian
adalah pada masa anak-anak (Nursalam, 2005).
1. Masa Pranatal
Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan menjadi dua periode yaitu:
a. Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan 8 minggu. Ovum
yang telah dibuahi akan datang dengan cepat menjadi suatu organisme
yang berdeferensiasi secara pesat untuk membentuk berbagai sistem organ
tubuh.
2. Masa Neonatal
7
Masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta
mulai berfungsinya organ-organ tubuh. Saat lahir, berat badan normal dari bayi
yang sehat berkisar antara 2500-4000 gram, panjang badan berkisar 50 cm dan
berat otak sekitar 350 gram. Selama 10 hari pertama biasanya terdapat
penurunan berat badan sekitar 10% dari berat badan lahir, kemudian berat
badan bayi akan berangsur-angsur mengalami kenaikan.
Pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara cepat. Pada umur 5 bulan berat
badan anak sudah 2 kali lipat berat badan lahir, sementara pada umur 1 tahun berat
badannya sudah menjadi 3 kali lipat. Sedangkan untuk panjang badan, pada umur
1 tahun sudah menjadi satu setengah kali panjang badan saat lahir. Pertambahan
lingkar kepala juga pesat. Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala
sudah mencapai 50%. Oleh karena itu, diperlukan pemberian gizi yang baik,
yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang.
Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat dibandingkan
dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Anak
sering mengalami penurunan nafsu makan dan anak mulai belajar jalan. Pada
mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan berpegangan.
Sekitar usia 16 bulan, anak mulai belajar berlari dan menaiki tangga, tetapi masih
kelihatan kaku. Oleh karena itu anak perlu diawasi, karena dalam beraktivitas anak
tidak memperhatikan bahaya.
Pada masa ini, pertumbuhan gigi susu sudah lengkap. Pertumbuhan fisik relatif
pelan, naik turun tangga sudah dapat dilakukan sendiri. Demikian pula halnya
dengan berdiri satu kaki secara bergantian atau melompat. Anak mulai
berkembang superegonya (suara hati), yaitu merasa bersalah bila ada
tindakannya yang keliru.
9
a. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak Akhir dan Anak Sekolah
(6-12 tahun)
1) Belajar memperoleh keterampilan fisik untuk melakukan permainan.
2) Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai
makhluk biologis.
3) Belajar bergaul dengan teman sebaya.
4) Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya.
5) Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung.
6) Belajar mengembangkan konsep-konsep sehari-hari.
7) Mengembangkan kata hati.
8) Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi.
9) Mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial.
1. Pengukuran antropometri
Pengukuran antropometri ini meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan
(panjang badan), lingkar kepala dan lingkar lengan atas. Dalam pengukuran
10
antropometri terdapat 2 cara dalam pengukuran, yaitu pengukuran berdasarkan usia
dan pengukuran tidak berdasarkan usia.
Pengukuran berdasarkan usia misalnya berat badan berdasarkan usia, tinggi badan
berdasarkan usia, dan lain-lain. Pengukuran tidak berdasarkan berdasarkan usia
misalnya pengukuran berat badan berdasarkan tinggi badan, lingkar lengan atas
berdasarkan tinggi badan, dan lain-lain.
a. Pengukuran Berat Badan
Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai paeningkatan atau
penuruan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang, otot, lemak,
organ tubuh dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status keadaan gizi atau
tumbuh kembang anak. Selain menilai berdasarkan status gizi dan tumbuh
kembang anak, berat badan juga dapat digunakan sebagai dasar perhitungan
dosis dan makanan yang diperlukan dalam tindakan pengobatan.
Penilaian berat badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar NCHS
(National Center for Health Statistics) yaitu menggunakan presentil kurang
atau sama dengan tiga termasuk kategori malnutrisi.
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut WHO yaitu
menggunakan presentasi dari median sebagai berikut : antara 80 – 100%
dikatakan malnutrisi sedang dan kurang dari 80% dikatakan malnutrisi akut
(wasting).
Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut standar baku NCHS
yaitu menggunakan presentil sebagai berikut : persentil 72-25 dikatakan
normal, persentil 10-5 dikatakan malnutrisi sedang, dan kurang dari persentil 5
dikatakan malnutrisi berat.
11
c. Pengukuran Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala ini digunakan sebagai salah satu parameter
untuk menilai pertumbuhan otak. Dengan penilaian ini, dapat dideteksi
secara dini apabila terjadi pertumbuhan otak mengecil yang abnormal
(mikrosefali) yang dapat mengakibatkan adanya retardasi mental atau
pertumbuhan otak membesar yang abnormal (volume kepala meningkat)
yang dapat disebabkan oleh penyumbatan pada aliran cairan serebrospinalis.
2. Pemeriksaan Fisik
Penilaian terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dapat juga ditentukan
dengan melakukan pemeriksaan fisik; melihat bentuk tubuh; membandingkan bagian
tubuh dan anggota gerak lainnya; menentukan jaringan otot dengan memeriksa lengan
atas, bokong dan paha; menentukan jaringan lemak; melakukan pemeriksaan pada
trisep; serta menentukan pemeriksaan rambut dan gigi.
12
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan guna meliai keadaan pertumbuhan dan
perkembangan anak yang berkaitan dengan keberadaan penyakit. Adapun
pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan kadar hemoglobin,
pemeriksaan serum protein (albumin dan globulin), hormonal, dan pemeriksaan-
pemeriksaan lain yang dapat menunjang penegakan diagnosis suatu penyakit ataupun
evaluasinya.
4. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan ini dilakukan guna untuk menilai usia tumbuh kembang, seperti usia
tulang apabila dicurigai adanya gangguan pertumbuhan.
(Soetjiningsih, 1995 hal 37)
13
Pada saat ini terdapat beberapa perkembangan dalam penggunaan tes DDST, misalnya
revisi atau perubahan dalam penggunaan tes yang dikenal dengan nama DDST II.
Penilaian DDST ini menilai perkembangan anak dalam 4 faktor, diantaranya terhadap
personal social, motorik halus, bahasa dan motorik kasar dengan persyaratan tes sebagai
berikut:
a. Lembar formulir DDST II
b. Alat bantu atau peraga seperti benang wol merah; manic-manik; kubus
berwarna merah, kuning, hijau, dan biru; permainan bola kecil; serta bola tenis
kertas dan pensil
14
2 Bayi 1-4 bulan
a. Bayi dipeluk, dicium, dinyanyikan lagu dan dibuainya
b. Bayi diajak bicara, menirukan gerak dan mimik bayi, diperdengarkan
suara lainnya
c. Melatih bayi membalik badan (ditelungkupkan)
d. Melatih bayi mengenggam
3 Bayi 4-6 bulan
a. Melatih bayi didudukan
b. Melatih bayi menggunakan kedua tangan memegang benda
c. Melatih bayi menirukan bunyi agar ditirukan
d. Melatih bayi menirukan bunyi (main ci-luk-ba, da-da)
4. Bayi 6-9 bulan
a. Melatih mengangkat bayi untuk berdiri
b. Melatih bayi memasukan/mengeluarkan benda dari suatu wadah
c. Memperlihatkan gambar dan menyebutkan namanya
d. Mengajak bayi dengan cara/bentuk permainan bersama-sama
5. Bayi 9-12 bulan
a. Melatih bayi berjalan berdiri
b. Melatih bayi menggelindingkan bola
c. Melatih bayi corat-coret menggambar
d. Mengajak bayi makan bersama keluarga
6. Bayi 12-18 bulan
a. Malatih anak naik turun tangga (rumah)
b. Bermain melempar dan menangkap bola
c. Melatih menunjuk dan menyebut bagian tubuh
d. Memberi kesempatan anak melepas baju
15
7. Bayi 18-24 bulan
a. Melatih keseimbangan anak berdiri dengan satu kaki bergantian
b. Melatih anak menggambar bulatan, segitiga
c. Melatih anak mau menceritakan apa yang dilihatnya
d. Melatih anak tentang kebersihan diri (buang air kecil/besar pada
tempatnya)
e. Mengajak anak bermain bola dan melompatnya
f. Mengajak untuk ikut bernyanyi
8. Bayi 2-3 tahun
a, Melatih anak berdiri dengan satu kaki
b. Melatih anak menyusun balok
c. Melatih anak mengenal bentuk benda dan warnanya
d. Melatih anak tentang kebersihan diri seperti mencuci kaki, buang air
kecil/besar di toilet
e. Melatih anak dibaju sendiri
f. Sering mengajak anak keluar (tempat bermain, toko, kebun binatang, dll)
16
BAB IV
MENINGITIS
K. Definisi
Menigitis bakterialis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada orang
dewasa biasanya hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada bayi cenderung
meluas sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi atau emplema subdural
(leptomeningitis) atau bahkan kedalam otak (meningoensafalitis) .
L. Etiologi
Meningitis serosa adalah radang selaput otak arachnoid dan piameter yang disertai
adanya cairan otak yang jernih. Penyebab tersering dari meningitis serosa adalah
Mycobacterium tuberculosa . Penyebab lainnya adalah virus Toksoplasma gondhii .
Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri, tidak terjadi pada meningitis virus
dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak . Peradangan tejadi pada seluruh
korteks serebri dan lapisan otak . Mekanisme atau respon jaringan otak terhadap virus
bervariasi, tergantung pada jenis sel yang terlibat .
(Sholeh S.Naga hal 200 )
17
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arachnoid dan piameter . Tubuh
akan berespons terhadap bakteri sebagai benda asing dan berespon dengan terjadinya
perandangan, yaitu dengan adanya neutrofil, monosit, dan limfosit . Cairan eksudat
yang terdiri dari bakteri fibrin, dan leukosit dan terbentuk di ruangan subarachnoid ini
akan terkumpul di dalam cairan otak, sehingga dapat menyebabkan lapisan yang
tadinya tipis menjadi tebal . Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan
peningkatan intracranial . hal inilah yang akan menyebabkan jaringan otak mengalami
infark .
18
M. Patofisiologi
Penigkatan tekanan intrakranial juga dapat berdampak pada munculnya fase eksitasi
yang terlalu cepat pada neuron sehinggamemunculkan kejang . Respon saraf perifer juga
tidak bisa berlangsung secara kondusif, ini secaraklinis dapat memunculkan tanda kernig
dan brudinsky. Kejang yang terjadi pada anak mengakibatkan penyempitan jalan nafas
19
(Sujono Riyadi Sukarmin, hal 145)
20
N. Pathway
Bakteri, virus, jamur, Protozoa
(mikroorganisme)
Influenza
Ispa Masuk melalui luka
terbuka
Virus melaui udara
Tersihap melalui udara
Masuk kepembuluh
Kontriksi otot polos darah
Meningkat
Menempel pada jalan
nafas
Menempel pada di Masuk keserebral
jalan nafas melalui pembuluh darah
Menetap/ berkembangbiak
1
sitoplasma makrofag
Masuk ke pembuluh
darah
Reaksi lokal pada
meningitis
Meningitis
Bronchitis Peningkatan
Suplai darah ke jantung suhu
kurang
Batuk
Hipertermi
Penurunan cardia
Sesak nafas
output
Ketidakefektifan
bersihkan jalan nafas
21
Tenakan darah menurun Demam Kerusakan adrenal
Keringat berlebihan
Penurunan oksigen
Resiko
ketidakefektifan
jaringan otak
22
O. Manifestasi Klinik
Penyakit ini dimulai akut, subakut, atau kronis dengan gejala demam, mudah kesal,
marah marah, obstipasi, muntah muntah .
Dapat di temukan tanda tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk. Pada
pemeriksaan terdapat kaku kuduk dan tanda tanda perangsangan meningen lainnya .
Suhu badan naik turun, kadang suhu malah merendah. Nadi sangat labil sering dijumpai
nadi yang lambat . Selain itu terdapat hipertensi umum. Abdomen tampak mencekung.
Gangguan saraf otak yang terjadi disebabkan tekanan eksudat pada saraf saraf ini . Yang
sering terkena nervus III dan VII . Terjadi afasia motoris atau sensoris, kejang fokal,
monoparesis, hemiparesis, gangguan sesibilitas. Tanda tanda khas penyakit ini adalah
apatis, refleks, pupil yang lambat dan refleks refleks tendo yang lemah .
Berikut tanda dan gelaja pada Neonatus, anak anak dan remaja
1. Neonatus :
a. Menolak makan. Hampir semua penyakit dapat menurunkan nafsu makan karena
merasa dirinya ingin muntah utamanya terdapat anak bayi dan anak
d. Diare. Muncul karena asupan makanan yang terkontaminasi dengan virus dan
bakteri atau mokroorganisme lain
b. Sakit kepala. Perdangan pada meningitis dapat merangsang otak hingga terjadi
sakit kepala atau pusing
23
c. Muntah. Terjadi karena peningingkatan asam lambung dalam perut yang berujung
kontraksi perut
d. Perubahan sensori. Terjadi karena berkurangnya asupan makanan sehingga sel sel
menurun berujung pada saraf sensori yang lemah
e. Kejang. Penurunan kekuatan otot dan saraf berpengaruh besar pada tingkat
kekuatan spasme
f. Delirium. Keadan mental yang abnormal berdasarkan halusinasi atau ilusi, dapat
terjadi dapat keadaan demam tinggi
Komplikasi yang dapat muncul pada anak dengan meningitis antara lain :
1. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya
cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
2. Peradangan pada daerah ventirkuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen dapat
sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun hematogen
termasuk ke ventrikuler.
4. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
5. Epilepsi . Kondisi ini bisa terjasi karena perubahan keseimbangan cairan dari
membran sel neuron kemudian difusi dari ion kalium maupun ion natrium melalui
membran
24
6. Retardasi mental. Retrdasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang sudah
menyebar ke sererum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat
menyimpan memori.
7. Seragan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak tuntas
atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan untuk
pengobatan.
(Sujono Riyadi Sukarmin, hal 147)
Q. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah
Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah dan hitung jenis leukosit, laju
endap darah (LED), kadar glukosa puasa, kadar ureum, elektrolit . Pada meningitis
serosa didapatkan peningkatan leukosit saja . Disamping itu pada meningitis
tuberkulosis didapatkan juga peningkatan LED .
2. Pemeriksaan radiologi
b. Foto kepala, bila mungkin CT scan. suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak.
R. Penatalaksanaan Medis
1. Umum
25
a. Mula-mula cairan diberikan secara infus dalam jumlah yang cukup ( 15-20 tpm)
dan tidak berlebihan
b. Bila pasien merasa gelisah, diberi sedative, seperti fenobarbital atau penenang
d. Panas dapat diturunkan dengan kompres es, parasetamol, atau asam salisilat
2). Fenobarbital dengan dosis 5-6 mg/kg BB per hari secara oral
1) Manitol dengan dosis 1-1,5 mg/kg berat badan secara intravena, dalam waktu
30-60 menit dan dapat diulangi 2 kali dengan jarak 4 jam
5). Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25-30 cc setiap hari selama 2-3 minggu,
bila gagal dilakukan operasi
b. Antibiotik
Berikut beberapa antibiotik yang bisa diberikan kepada penderita :
Organisme Antibiotik Dosis
S. Pencegahan
28
BAB V
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
T. Pengkajian
1. Identifikasi pasien
Pada pengkajian identitas yang perlu ditekankan adalah umur, karena
Meningitis paling sering menyerang anak-anak dengan usia < 15 tahun
2. Keluhan utama
Alasan paling menonjol pada pasien Meningitis ketika dating ke RS adalah
penurunan kesadaran, kejang dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan ada-ada keluhan panas mendadak yang disertai menggil dan saat
demam kesadaran komposmentis . turunnya panas terjadi antara hari ke-3 s/d ke-7
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk, pilek, nyeri telan,
mual muntah, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri oto dan persendian,
nyeri ulu hati dan pendarahan pada kulit, gusi dll
4. Riwayat penyakit dahulu/yang pernah dialami
Penyakit apapun yang pernah diderita, pada Meningitis anak baru mengalami
serangan ulangan Meningitis dengan tipe virus dan bakteri yang berbeda
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang terkena Meningitis dapat bvervariasi karena semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko bila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita Meningitis sering mengalami keluhan mual
muntah, dan nafsu makan .Bila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan
pemenuhan nutrisi yang cukup maka akn mengalami
7. Kondisi lingkungan
Menigitis sering diderita oleh orang-orang yang tinggal didaerah padat
penduduk & lingkungan yang kurang bersih hingga menyebabkan munculnya virus
dan bakteri
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi & Metabolisme : Nafsu makan menurun
b. Eliminasi : Pada Meningitis grade III- IV dapat terjadi hematuna
c. Istirahat Tidur : Anak dapat mengalami kurang tidur akibat nyeri oto/
persendian
d. Kebersihan : b/d upaya keluarga untuk menjadi kebersihan
lingkungan, terutama sarang nyamuk
29
e. Perilaku : b/d tanggapan/ respon keluarga bila ada anggota
keluarga
yang sakit atau bagaimana untuk menjadi kesehatan.
9. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan Grade Meningitis keadaan fisik anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I : Kesadaran komposmentis, kead umum lemah, adanya
perdarahan spontan TD & N lemah
b. Grade II : Kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, nadi
lemah,
kecil & tidak teratur serta TD menurun
c. Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, lemah, N lemah, kecil dan
tidak bisa teratur serta TD menurun
d. Grade IV : Kesadaran koma, N tidak teraba, TD tidak dapat diukur, rr
tidak teratur, aknal dingin, berkeringat & kulit tampak
biru.
10. Kepala & Leher
Muka tampak kemerahan karena demam, konjungtiva anemis & epitaksis pada ge
II, III & IV Mukosa mulut kering, eksmosis & nyeri telan.
11. Dada
Bentuk simetris, kadang terdapat sesak napas. Pada px poto thorax terdapat cairan
yang tertimbun pada panu kanan (efusi pleura). Ronkhi biasanya terdapat pada gr III
& IV.
12. Abdomen
Biasanya mengalami nyeri tekan, hepatomegali & asitas.
U. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertemi b/d peningkatan set point
2. Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan otot umum sekunder
3. Ketidakefektifan jalan nafas b/d kejang
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b/d edema serebral / penyumbatan
5. Resiko defisit volume cairan b/d syok hispovolemik
30
V. Rencana Perawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Ttd
1 Hipertermi b/d Setelah tindakan keperawatan 1. Ukur suhu setiap jam - Menentukan intervensi
peningkatan set point selama 1 x 24 jam, diharapkan lanjutan bila terjadi
suhu tubuh kembali normal. perubahan
KH : 2. Ajarkan orang tua untuk - Membantu pengeluaran
-
T : 36,5 – 37,5 ̊ memberikan kompres panas melalui konduksi
-
Kulit tidak kemerahan hangat
-
Tidak terjadi kejang 3. Dorong masukan cairan - Mengganti cairan tubuh
1,5 – 2 liter dalam 24 jam yang hilang
4. Monitor balance cairan - Mendeteksi kekurangan
volume cairan
5. Instruksikan pada - Baju &selimut tebal
keluarga untuk tidak dapat menghambat
memakaikan baju proses pengeluran padas
&selimut tebal pada klien. dari tubuh melalui
konduksi
6. Kolaborasi pemberian - Menurunkan panas
antipiretik sesuai dosis. dengan aksi sentralnya di
hipotalamus
2 Intoleransi Aktivitas b/d Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan pasien - Mempengaruhi pilihan
Kelemahan otot umum keperawatan selama 1 x 24 melakukan aktivitas intervensi
sekunder jam, diharapkan dapat 2. Awasi TTV sesudah - Memberikan informasi
mempertahankan aktivitas , aktivitas catat respon dan perkembangan
dengan KH : terhadap tingkat aktivitas tingkat aktivitas anak
- Melaporkan penigkatan 3. Berikan lingkungan yang - Meningkatkan istirahat
toleransi aktivitas tenang dan pola bermain untuk menurunkan
- Menunjukan penurunan yang nyaman dan aman kebutuhan oksigen
tanda fisiologis intoleransi 4. Berikan bantuan dalam - Membantu bila perlu,
misal nadi dan pernafasan aktivitas pasien bila harga diri ditingkatkan
normal pasien tidak bila pasien melakukan
31
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Ttd
- Menunjukan perilaku memungkinkan untuk sendiri
hidup sehat melakukan
5. Kolaborasi pemberian - Nutrisi yang tepat
nutrisi pasien memperlancar sirkulasi
darah ke jaringan
3. Ketidakefektifan jalan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji frekuensi kedalaman - Kecepatan biasanya
nafas b/d kejang keperawatan selama 1 x 24 pernnafasan dan ekspansi meningkat dan terjadi
jam fungsi pernafasan dada peningkatan kerja nafas
adekuat, dengan KH : 2. Auskultasi bunyi nafas - Bunyi nafas menurun
- Mendemostrasikan batuk dan catat adanya bunyi atau tidak ada jalan nafas
efektif dan suara nafas nafas adventisius seperti
yang bersih krekels dan mengi
- Menunjukan jalan nafas 3. Anjurkan pasien
- Dapat meningkatkan
yang paten (klien tidak melakukan nafas dalam . pola nafas
merasa tercekik,irama 4. Kolaborasi pemberian
- Memaksimalkan
nafas, frekuensi pernafasan tambahan oksigen . bernafas dengan
dalam rentang noramal ) meningkatkan masukan
- Mampu mengidentifikasi oksigenasi .
dan mencegah faktor yang 5. Kolaborasi pemeriksaan - Mengidentifikasi
dapat menhambat jalan darah lengkap defisiensi & kebutuhan
nafas pengobatan atau respon
terhadap terapi
4. Resiko ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitoring vital, kaji -Memberikan info tentang
perfusi jaringan otak b/d keperawatan selama 1 x 24 pengisian kapiler,warna derajat atau keadekuatan
edema serebral atau jam, diharapkan klien tidak kulit atau membra mukosa perfusi jaringan-jaringan
penyumbatan mengalami pendarahan, membantu menentukan
dengan KH : intervensi
32
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Ttd
Sesuia dengan kemampuan dingin, pertahankan suhu sirkulasi perifer
- Tekanan sistol dan diastol lingkungan dan tubuh kenyamanan klian atau
dalam rentang yang hangat sesuai indikasi. kebutuhan rasa hangat .
diharapkan 3. Kaji kulit untuk rasa -Perubahan menunjukan
dingi, pucat, sianosis, penurunan sirkulasi atau
keterlambatan pengisian hipoksia
kapiler .
4. Pertahankan intake -Dehidrasi tidak hanya
cairan . menyebabkan
hipovolemia, tetapi juga
meningkatkan oklusi
kapiler dan penurunan
perfusi ginjal
5. Kolaborasi pemeriksaan -Mengidentifikasi defisiensi
darah lengkap dan kebutuhan
pengobatan atau respon
terhadap nyeri
5 Resiko defisit volume Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda vital setiap - Membantu
cairan b/d syok keperawatan selama 1 x 24 3 jam mengidentifikasi
hipovolemik jam, diharapkan tidak terjadi fluktuasi cairan
volume cairan dengan KH : intralaskuler.
- Input & output seimbang 2. Pantau balance cairan - Penurunan haluaran urin
- Vital sign dalam batas N dan balance cairandapat
- Tidak ada tanda pnesyok mengindikasikan
Akral hangat dehidrasi
3. Instrument pada keluarga - Memenuhi kebutuhan
untuk meningkatkan cairan tubuh peroral
asupan cairan 1,5-2,1 / 24
jam
33
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional Ttd
4. Observasi turgor kulit, - Menunjukkan kehilangan
membrane mukosa. cairan berlebih
5. Kolaborasi pemberian - Mencegah terjadinya
cairan IV syok hipovolemik
34
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam . 2005. Asuhan keperawatan bayi & anak. Jakarta : Salemba medika
Amin Huda Nurarif , 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda .
Edisi 2 Jakarta: Media action
Media Aesculapius,2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke3 jilid ke2: Jakarta
Sujono Riyadi Sukarmin.2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta, Edisi Pertama
Sabri, M. Alisuf. 1993. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya.
Suriadi,dkk.2006.Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Jakarta: Sagung Seto
LAMPIRAN
35
Dr. Sumitro, id.scribd.com/doc/Tumbuh-Kembang-anak, hal 5 diakses pada hari Rabu 19
maret 2014 pukul 10.00 Wib
36