MAKHLUK SOSIAL
Disusun Oleh:
MUHAMMAD NURHIDAYAT
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang paling kompleks dibandingkan makhluk hidup lainnya.
Kekompleksan ini tidak hanya menyangkut masalah fisik semata melainkan juag menyangkut
kebutuhan hidupnya,pola perilaku, daya nalar, bahkan kehidupan yang dihadapinya. Berdasarkan
itu semua manusia merupakan makhluk hidup tertinggi diantara makhluk hidup lainnya.
Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebutsebagai makhluk sosial.
Artinya manusia memiliki kebutuhan dankemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan
berinteraksidengan manusia yang lain, selanjutnya interaksi ini berbentuk kelompok. Kemampuan
dan kebiasaan manusia berkelompok ini disebut juga dengan zoon politicon.
Istilah manusia sebagi zoon politicon pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles yang artinya
manusia sebagai binatang politik. Manusia sebagai insan politik atau dalam istilah yang lebih
populer manusiasebagi zoon politicon, mengandung makna bahwa manusia memiliki kemampuan
untuk hidup berkelompok dengan manusia yang lain dalam suatu organisasi yang teratur, sistematis
dan memiliki tujuan yang jelas,seperti negara. Sebagai insan politik,manusia memiliki nilai-nilai
yang bisa dikembangkan untuk mempertahankan komunitasnya. Argumen yang mendasari
pernyataan ini adalah bahwa manusia sebagaimana binatang, hidupnya suka mengelompok. Hanya
saja antara manusia dan binatang berbeda memiliki cara mengelompok yang berbeda, hewan
mengandalkan naluri,sedangkan manusia berkelompok dilakukan melalui proses belajar dengan
menggunakan akal pikirannya. Sifat berkelompok pada manusia didasari pada kepemilikan
kemampuan untuk berkomunikasi, mengungkapkan rasa dan kemampuan untuk saling
bekerjasama. Selain itu juga adanya kepemilikan nilai pada manusia untuk hidup bersama dalam
kelompok,antara lain: nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan dan nilai berorganisasi.
Manusia merupakan makluk individu dan sekaligus sebagaimakluk sosial. Sebagai makluk
sosial manusia selalu hidup berkelompok dengan manusia yang lain. Perilaku berkelompok
(kolektif) pada diri manusia, juga dimiliki oleh makluk hidup yang lain, seperti semut, lebah,
burung bangau, rusa, dansebagainya, tetapi terdapat perbedaan yangesensial antara perilaku
kolektif pada diri manusia dan perilaku kolektif pada binatang.
PEMBAHASAN
Individu berasal dari bahasa Latin individium yang berarti sesuatu yang tidak dapat
dibagi lagi. Dapat diartikan juga sebagai satu kesatuan yang terkecil dan terbatas. Manusia
sebagai individu, bukan berarti manusia sebagai sesuatu yang keseluruhan yang tidak dapat
dibagi, melainkan sebagai kesatuan ang terbatas yanitu sebagai manusai perseorangan. Oleh
karenanya sering ada istilah “orang seorang” atau manusia perseorangan.
Menurut Triconomi, jiwa manusia dapat dibedakan menjadi: 1) cipta yang berarti
manusia senantiasa berkreasi (bersifat kreatif) selalu mencari hal-hal yang baru, 2) karsa berarti
suatu kehendak kodrat manusia untuk mengabadiakan diri kepada kekuasaan yang tertinggi,
3) rasa berarti adanya dorongan dalam diri manusia untuk mencapai keindahan rasa.
Individu adalah seorang manusia yang memiliki peranan yang khas dalam lingkungan
sosialnya juga mempunyai kepribadian sera polah tingkah laku yang spesifik. Proses yang
meningkatkan ciri-ciri individualistas yang melekat pada seseorang sampai ia menjadi dirinya
sendiri disebut proses individuasi atau aktualisasi diri.
Sifat dan fungsi orang-orang disekitar kita adalah makhluk yang berdiri sendiri, dalam
berbagai hal bersama-sama satu dengan yang lain tetapi dalam banyak hal menunjukkan
banyak perbedaan. Hal ini menunjukkan tingkat peradaban manusai menjadi deferensiasi
dengan corak dan tabiat yang semakin beragam. Timbulnya differensiasi bukan hanya
disebabkan oleh pembawaan tetapi berkaitan dengan semua peradaban yang terjadi pada
manusia seperti adat istiadat, bahasa, agama, hukum, paham, kebiasaan, ilmu pengetahuan
yang senantiasa berkembang dari generasi satu ke generasi berikutnya.
Menurut pola pribadi, individu dalam bertingkah laku akan menimbulkan beberapa
kemungkinan antara lain: (1) menyimpang dari norma kolektif, (2) kehilangan
individualitasnya atau takhluk terhadap kolektif, (3) mempengaruhi masyarakat seperti
pahlawan.
Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai karakter yang khas menurut corak
kepribadiannya sehingga antara manusia yang satu dengan manusai yang lain pasti berbeda.
Demikian juga sebagai bagian manusia Indonesia tentu mempunyai karakter yang khas
sehingga kepribadian manusia Indonesia Indonesia tentu mempunyai karakter yang khas dan
berneda dengan bangsa lain. Sebagai makhluk sosial, manusia manusia harus mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya
bantuan manusia lain. Sebagai makhluk ber-Ketuhanan, setiap individu harus benar-benar
menyadari tentang adanya Tuhan, menyadari kebesaran Tuhan dan Kemahakuasaan Tuhan
sebagai pencipta alam semesta.
B. Keluarga
Secara umum keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki
manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai dengan adanya kerjasama ekonomi. Fungsi
keluarga antara lain untuk berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, menolong,
melindungi atau merawat.
Deferensiasi peranan dalam keluarga antara lain fungsi solidaritas, alokasi ekonomi,
alokasi kekuasaan, alokasi integrasi, dan ekspresi atau menyatakan diri. Deferensisasi penanan
dalam keluarga dilakukan berdasarkan pertimbangan umur, perbedaan sex, generasi,
perbedaan posisi ekonomi dan pembagian kekuasaan.
1. Status (Kedudukan)
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan
sosial adalah sosisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestige, hak-hak, dan
kewajibannya. Secara abstrak, status/kedudukan berarti tempat seseorang dalam satu pola
tertentu. Bahkan seseorang bisa mempunyai beberapa status/kedudukan karena memiliki
beberapa pola kehidupan.
Menurut Ralph Linton, ada tiga macam cara memperoleh status, yaitu :
1.) Ascribed status, merupakan ststus seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa
memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa diperoleh
sejak lahir. Contoh, anak yang lahir dari keluarga bangsawan dengan sendirinya
langsung memperoleh status bangsawan.
2.) Achieved status, merupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja. Status ini diperoleh atas dasar kemampuan individu dalam mencapai tujuan-
tujuannya. Status ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Contoh, setiap orang bisa menjadi
pengusaha sukses asalkan mempunyai kemampuan untuk mencapainya.
3.) Assigned status, merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Assigned
status mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status, suatu kelompok atau
golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini
diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contohnya, gelar pahlawan, siswa teladan,
penghargaan kalpataru dan pemberian jasa lainnya.
Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang
tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari
masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Sedangkan
kepemimpinan yang bersifat tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang
resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau
peraturan-peraturan resmi. Sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas.
Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena
kepemimpinan demikain didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran
benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan hasil pelaksanaan
kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan bagi masyarakat.
Kepemimpinan yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan resmi
dan tentu saja lebih leluasa di dalam masyarakat yang belum dipungut peraturan-peraturan
resmi. Dalam bidang terakhir tadi, seorang pemimpin dapat menggerakan kekuatan-
kekuatan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai
hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang
atau beberapa orang diantara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari
pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari
lain-lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan
berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat
diperlukan dalam keadaan-keadaan dimana tujuan kelompok sosial yang bersangkutan
Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses dinamis yang sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Apabila pada saat tersebut muncul seorang
pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu
disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu
yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi
kelompok untuk mencapai suatu tujuannya dengan begitu kebutuhan warga tidak
terpenuhi.
Syarat-syarat kepemimpinan:
Suatu kepemimpinan yang efektif harus mempertimbangkan social basis apabila tidak
menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya terhindar dari
pemerintah boneka belaka.
Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus merupakan pula
rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya para pemimpin masyarakat
tradisional adalah pemimpin-pemimpin dibelakang atau ditengah. Jarang sekali yang menjadi
pemimpin dimuka umum. Sebaliknya, apabila ditinjau dan ditelaah pada keadaan dikota-kota
besar, maka susunan masyarakat kota tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari
kepemimpinan pada masyarakat tradisional. Maka Kebijaksanaan rasionallah yang sangat
diperlukan.
1. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi para
pengikut-pengikutnya,
2. Mengawasi dan mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga masyarakat yang
dipimpinnya, dan
3. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia luar kelompok yang dipimpin.
Sebenarnya ketiga kategori yang diatas dapat berlangsung bersamaan, karena metode
mana yang terbaik dan senantiasa tergantung pada situasi yang dihadapinya. Cara-cara
demokratis mungkin dapat diterapkan didalam suatu masyarakat yang warganya mempunyai
taraf pendidikan yang cukup. Cara-cara otoriter mungkin lebih tepat untuk diterapkan didalam
masyarakat yang sangat homogen, sedangkan cara-cara yang bebas mungkin lebih cocok
kepada masyarakat yang relatif homogen.
5. Group (Kelompok)
Robert Biersted menyebut adanya tiga kriteria kelompok, yaitu: (1) ada atau tidaknya
organisasi, (2) ada atau tidaknya hubungan sosial di antara warga kelompok, dan (3) ada
atau tidaknya kesadaran jenis di antara orang-orang yang ada dalam kelompok dimaksud.
a. Asosiasi
Asosiasi merupakan kelompok yang memenuhi tiga kriteria Biersted tersebut. Suatu
asosiasi atau organisasi formal terdiri atas orang-orang yang memiliki kesadaran akan
kesamaan jenis, ada hubungan sosial di antara warga kelompok dan organisasi.
d. Kelompok statistik
Bentuk terakhir dari kelompok adalah kategori atau kelompok statistik, yaitu
kelompok yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kesamaan jenis (misalnya jenis
kelamin, umur, pekerjaan, dan sebagainya), tetapi tidak memiliki satu pun dari tiga
kriteria kelompok menurut Biersted.
Setelah mempelajarai definisi perubahan sosial dalam masyarakat, tentunya kita juga
harus mengetahui cirinya. Berikut merupakan ciri-ciri perubahan sosial dalam
masyarakat :
a. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang artinya masyarakat itu selalu
berkembang dan berubah.
b. Perubahan yang terjadi pada satu lembaga sosial pasti akan diikuti perubahan
pada lembaga lainnya.
c. Perubahan sosial yang berlangsung cepat nanmengakibatkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena masyarakat sedang dalam proses penyesuaian.
d. Perubahan sosial tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang
spiritual saja tetapi pada kedua bidang tersebut karena keduanya memiliki
hubungan timbal balik.
Secara tipologis, perubahan sosial dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk, yaitu
sebagai berikut:
a. Proses sosial, yaitu pergantian beragam pengahargaan, fasilitas, dan anggota dari suatu
struktur.
1. Faktor Intern
Ada beberapa faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang menye-babkan
terjadinya perubahan sosial, yaitu perubahan penduduk, penemuan-penemuan baru,
konflik dalam masyarakat, dan pemberontakan.
a. Perubahan Penduduk
Perubahan penduduk berarti bertambah atau berkurangnya penduduk dalam suatu
masyarakat. Hal itu bisa disebabkan oleh adanya kelahiran dan kematian, namun
juga bisa karena adanya perpindahan penduduk, baik transmigrasi maupun
urbanisasi. Transmigrasi dan urbanisasi dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah
penduduk daerah yang dituju, serta berkurangnya jumlah penduduk daerah yang
ditinggalkan. Akibatnya terjadi perubahan dalam struktur masyarakat, seperti
munculnya berbagai profesi dan kelas sosial.
b. Penemuan-Penemuan Baru
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan barang dan jasa
semakin bertambah kompleks. Oleh karena itu berbagai penemuan baru diciptakan
oleh manusia untuk membantu atau memudahkan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya. Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat
meliputi proses discovery, invention, dan inovasi.
1) Discovery , yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh individu atau
kelompok dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa alat-alat baru
ataupun ideide baru.
2) Invention, yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga
penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau
Suatu konflik yang kemudian disadari dapat memecahkan ikatan sosial biasanya
akan diikuti dengan proses akomodasi yang justru akan menguatkan ikatan sosial
tersebut. Apabila demikian, maka biasanya terbentuk keadaan yang berbeda dengan
keadaan sebelum terjadi konflik. Contohnya konflik antarteman di sekolah. Konflik
dapat merubah kepribadian orang-orang yang terlibat di dalamnya, misalnya jadi
murung, pendiam, tidak mau bergaul, dan lain-lain. Namun apabila orang-orang
yang terlibat konflik sadar akan hal itu, maka mereka akan berusaha untuk
memperbaiki keadaan itu agar lebih baik dari sebelumnya.
2. Faktor Ekstern
Dengan melakukan interaksi sosial, banyak pengaruhpengaruh dari luar masyarakat kita
yang mendorong terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor ekstern yang menyebabkan
perubahan sosial adalah sebagai berikut.
Bagi manusia, alam mempunyai makna yang sangat penting bagi kehidupannya.
Misalnya alam mempunyai nilai estetika yang mendorong manusia untuk cinta pada
b. Peperangan
Peperangan yang terjadi antara negara yang satu dengan negara yang lain dapat
menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat mendasar, baik seluruh wujud
budaya (sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur budaya fisik) maupun seluruh
unsur budaya (sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi, bahasa, kesenian, sistem
religi, dan kemasyarakatan). Perubahan-perubahan itu umumnya terjadi pada negara
yang kalah perang karena biasanya negara yang menang cenderung untuk
memaksakan nilai-nilai, budaya, cara-cara, dan lembaga kemasyarakatannya kepada
negara tersebut.
1) Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal balik. Di
samping dipengaruhi, suatu masyarakat akan memengaruhi masyarakat lain.
2) Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa seperti
radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal ini pengaruh kebudayaan
hanya terjadi sepihak, yaitu pengaruh dari masyarakat yang menguasai sarana
komunikasi massa tersebut.
3) Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai taraf
kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru cultural animosity, yaitu
keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun berkebudayaan berbeda dan
Selain yang sudah disebutkan di atas, dilihat dari segi intern (dari dalam
masyarakat yang mengalami perubahan), terjadinya proses perubahan sosial juga dapat
terhambat oleh karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:
a. Adanya sikap masyarakat yang ragu-ragu, bahkan curiga terhadap sesuatu yang baru
yang dianggap dapat berdampak negatif.
b. Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk menyukai dan mempertahankan
sesuatu hal yang lama.
c. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat terhadap sesuatu yang baru.
b. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang
bersifat tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat
dapat berpindah dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu.
Misalnya seorang yang berkerja sebagai petani mempunyai kemungkinan dapat menjadi
tokoh agama jika ia mampu meningkatkan kesalehannya dalam menjalankan agamanya.
Seorang anak buruh tani dapat mengubah statusnya menjadi seorang dokter atau menjadi
presiden sekalipun, apabila ia rajin belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk itu.
Sebaliknya seorang anak presiden belum tentu dapat mencapai status presiden. Dengan
demikian berarti dalam sistem Sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat
berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk
naik status, atau mungkin juga justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan
kuantitas usahanya sendiri. Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang
kuat pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan
kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya
cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup
terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya dalam
masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat masuk ada status
tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.
1. Ukuran Kekayaan
Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.
Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan,
mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang
dipakainya., kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran Kekuasaan
Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar
menempati lapisan atasan.
3. Ukuran Kehormatan
Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya
akibat-akibat yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan
yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian
memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.
Persaingan terjadi antara individu dan individu, kelompok dengan kelompok, untuk
memperebutkan sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya atau kelompoknya.
Tujuannya adalah untuk mamperoleh uang, kekayaan, kekuasaan, ketenaran, harga diri
dan sebagainya. Bentuk persaingan adalah persaingan yang terjadi dibidang ekonomi,
kebudayaan, ras, dan persaingan kedudukan.
8. Pertentangan (conflict)
Pertentangan terjadi sebagai akibat dari persaingan yang semakin tajam dan masing
masing pihak tidak mau mengalah, sehingga terjadi benturan fisik maupun nonfisik.
Bentuk-bentuk pertentangan, misalnya: pertentangan pribadi, sosial, politik dan
internasional.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
DAFTAR PUSTAKA