Anda di halaman 1dari 32

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN

MAKHLUK SOSIAL

Disusun Oleh:

MUHAMMAD NURHIDAYAT

JURUSAN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk yang paling kompleks dibandingkan makhluk hidup lainnya.
Kekompleksan ini tidak hanya menyangkut masalah fisik semata melainkan juag menyangkut
kebutuhan hidupnya,pola perilaku, daya nalar, bahkan kehidupan yang dihadapinya. Berdasarkan
itu semua manusia merupakan makhluk hidup tertinggi diantara makhluk hidup lainnya.

Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebutsebagai makhluk sosial.
Artinya manusia memiliki kebutuhan dankemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan
berinteraksidengan manusia yang lain, selanjutnya interaksi ini berbentuk kelompok. Kemampuan
dan kebiasaan manusia berkelompok ini disebut juga dengan zoon politicon.
Istilah manusia sebagi zoon politicon pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles yang artinya
manusia sebagai binatang politik. Manusia sebagai insan politik atau dalam istilah yang lebih
populer manusiasebagi zoon politicon, mengandung makna bahwa manusia memiliki kemampuan
untuk hidup berkelompok dengan manusia yang lain dalam suatu organisasi yang teratur, sistematis
dan memiliki tujuan yang jelas,seperti negara. Sebagai insan politik,manusia memiliki nilai-nilai
yang bisa dikembangkan untuk mempertahankan komunitasnya. Argumen yang mendasari
pernyataan ini adalah bahwa manusia sebagaimana binatang, hidupnya suka mengelompok. Hanya
saja antara manusia dan binatang berbeda memiliki cara mengelompok yang berbeda, hewan
mengandalkan naluri,sedangkan manusia berkelompok dilakukan melalui proses belajar dengan
menggunakan akal pikirannya. Sifat berkelompok pada manusia didasari pada kepemilikan
kemampuan untuk berkomunikasi, mengungkapkan rasa dan kemampuan untuk saling
bekerjasama. Selain itu juga adanya kepemilikan nilai pada manusia untuk hidup bersama dalam
kelompok,antara lain: nilai kesatuan, nilai solidaritas, nilai kebersamaan dan nilai berorganisasi.

Aktualisasi manusia sebagai makluk sosial, tercermin dalam kehidupan berkelompok.


Manusia selalu berkelompok dalam hidupnya. Berkelompok dalam kehidupan manusia adalah suatu
kebutuhan, bahkan bertujuan. Tujuan manusia berkelompok adalah untuk meningkatkan
kebahagiaan dan kesejahteraan hidupnya.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 1


Melalui kelompok manusia bisamemenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya, bahkan
bisa dikatakankebahagiaan dan keberdayaan hidup manusia hanya bisa dipenuhi
dengan cara berkelompok. Tanpa berkelompok tujuan hidup manusia yaitu mencapai kebahagiaan
dan kesejahteraan tidak akan bisa tercapai.

Manusia merupakan makluk individu dan sekaligus sebagaimakluk sosial. Sebagai makluk
sosial manusia selalu hidup berkelompok dengan manusia yang lain. Perilaku berkelompok
(kolektif) pada diri manusia, juga dimiliki oleh makluk hidup yang lain, seperti semut, lebah,
burung bangau, rusa, dansebagainya, tetapi terdapat perbedaan yangesensial antara perilaku
kolektif pada diri manusia dan perilaku kolektif pada binatang.

Kehidupan berkelompok (perilaku kolektif) binatang bersifat naluri, artinya sudah


pembawaan dari lahir, dengan demikian sifatnya statis yang terbentuk sebagai bawaan dari lahir.
Contoh bentuk rumah lebah, sejak dahulu sampai sekarang tidak ada perubahan, demikian halnya
dengan rumah semut dan hewan lainnya. Sebaliknya perilakukolektif manusia bersifat dinamis,
berkembang, dan terjadi melalui prosesbelajar (learning process).

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 2


BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia Sebagai Individu

Individu berasal dari bahasa Latin individium yang berarti sesuatu yang tidak dapat
dibagi lagi. Dapat diartikan juga sebagai satu kesatuan yang terkecil dan terbatas. Manusia
sebagai individu, bukan berarti manusia sebagai sesuatu yang keseluruhan yang tidak dapat
dibagi, melainkan sebagai kesatuan ang terbatas yanitu sebagai manusai perseorangan. Oleh
karenanya sering ada istilah “orang seorang” atau manusia perseorangan.

Menurut Triconomi, jiwa manusia dapat dibedakan menjadi: 1) cipta yang berarti
manusia senantiasa berkreasi (bersifat kreatif) selalu mencari hal-hal yang baru, 2) karsa berarti
suatu kehendak kodrat manusia untuk mengabadiakan diri kepada kekuasaan yang tertinggi,
3) rasa berarti adanya dorongan dalam diri manusia untuk mencapai keindahan rasa.

Individu adalah seorang manusia yang memiliki peranan yang khas dalam lingkungan
sosialnya juga mempunyai kepribadian sera polah tingkah laku yang spesifik. Proses yang
meningkatkan ciri-ciri individualistas yang melekat pada seseorang sampai ia menjadi dirinya
sendiri disebut proses individuasi atau aktualisasi diri.

Sifat dan fungsi orang-orang disekitar kita adalah makhluk yang berdiri sendiri, dalam
berbagai hal bersama-sama satu dengan yang lain tetapi dalam banyak hal menunjukkan
banyak perbedaan. Hal ini menunjukkan tingkat peradaban manusai menjadi deferensiasi
dengan corak dan tabiat yang semakin beragam. Timbulnya differensiasi bukan hanya
disebabkan oleh pembawaan tetapi berkaitan dengan semua peradaban yang terjadi pada
manusia seperti adat istiadat, bahasa, agama, hukum, paham, kebiasaan, ilmu pengetahuan
yang senantiasa berkembang dari generasi satu ke generasi berikutnya.

Menurut pola pribadi, individu dalam bertingkah laku akan menimbulkan beberapa
kemungkinan antara lain: (1) menyimpang dari norma kolektif, (2) kehilangan
individualitasnya atau takhluk terhadap kolektif, (3) mempengaruhi masyarakat seperti
pahlawan.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 3


Pengembangan individu menjadi seorang pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat
oleh dirinya sendiri melainkan juga didukung dan dihambat oleh kelompok yang ada di
sekitarnya. Kondisi fisik dan kelengkapan anggota tubuh juga akan berpengaruh besar pada
pengembangan pobadi seseorang. Kelengkapan anggota tubuh, ketajaman panca indra dan
susunan jaringan syaraf berpengaruh terhadap pengembangan potensi diri seseorang. Hal ini
memberikan suatu penjelasan bahwa manusia selain sebagai makhluk individu manusia juga
merupakan makhluk sosial dan sekaligus makhluk ber-Ketuhanan.

Sebagai makhluk individu, manusia mempunyai karakter yang khas menurut corak
kepribadiannya sehingga antara manusia yang satu dengan manusai yang lain pasti berbeda.
Demikian juga sebagai bagian manusia Indonesia tentu mempunyai karakter yang khas
sehingga kepribadian manusia Indonesia Indonesia tentu mempunyai karakter yang khas dan
berneda dengan bangsa lain. Sebagai makhluk sosial, manusia manusia harus mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Pada dasarnya, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya
bantuan manusia lain. Sebagai makhluk ber-Ketuhanan, setiap individu harus benar-benar
menyadari tentang adanya Tuhan, menyadari kebesaran Tuhan dan Kemahakuasaan Tuhan
sebagai pencipta alam semesta.

Usaha untuk menumbuhkankembangkan manusia atau generasi suatu bangsa sebagai


makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk ber-Ketuhanan penekanan ketiganya
harus berjalan seiring, serasi, dan seimbang. Jangan sampai terlepas satu sama lain.

B. Keluarga

Secara umum keluarga diartikan sebagai suatu satuan sosial terkecil yang dimiliki
manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai dengan adanya kerjasama ekonomi. Fungsi
keluarga antara lain untuk berkembang biak, mensosialisasi atau mendidik anak, menolong,
melindungi atau merawat.

Deferensiasi peranan dalam keluarga antara lain fungsi solidaritas, alokasi ekonomi,
alokasi kekuasaan, alokasi integrasi, dan ekspresi atau menyatakan diri. Deferensisasi penanan
dalam keluarga dilakukan berdasarkan pertimbangan umur, perbedaan sex, generasi,
perbedaan posisi ekonomi dan pembagian kekuasaan.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 4


1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Keluarga
Beberapa faktor yang memegang peranan dalam pembentukan keluarga:
a. Pemenuhan Dorongan Kebutuhan Biologis
Dorongan berhubungan dengan berbagai unsur kebudayaan akan melahirkan
usaha untuk memiliki kawan hidup. Selanjutnya kebutuhan memuaskan dorongan
biologis dengan pasangan hidup yang dipilihnya secara tetap secara tetap dan tenang
tanpa persaingan diri.
b. Dorongan untuk Mendapatkan Anak
Dorongan untuk mendapatkan anak amat kuat pada pihak perempuan sesuai
kodratnya. Pada pihak laki-laki dorongan memiliki anak berhubungan dengan
pertimbangan sosial seperti kebanggaan akan keturunan dan hasrat untuk mewariskan
kekayaan dan status.
c. Alasan-alasan Ekonomi
Dalam hidupnya manusia selalu berusaha mencari nafkah. Dalam keluarga, suami
dan istri melakukan fungsi ekonomi baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Hal
ini dilakukan untuk menyempurnakan dan memberi kesenangan pada kehidupan
manusia.
2. Struktur Keluarga
Seperti halnya lembaga, keluarga adalah suatu sistem norma dan tata cara yang
diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting. Keluarga yang didasarkan atas
pertalian perkawinan atau kehidupan suami istri maka disebut keluarga kehidupan suami
istri(conjugal family). Saat ini istilah itu sering diacu pada keluarga batih(nuclear family).
Keluarga hubungan kerabat sedarah(consanguine family) tidak didasarkan pada pertalian
darah sejumlah orang kerabat. Keluarga hubungan kerabat sedarah adalah suatu klan luas
dari saudara-saudara sedarah dengan pasangan dari anak-anak mereka. Istilah keluarga
luas(extended family) seringkali digunakan untuk mengacu pada keluarga batih berikut
kerabat lain (Paull B. Horton,1991:267-270).
3. Fungsi-fungsi Dalam Keluarga
a) Fungsi Pembentukan Kepribadian
Di dalam lingkungan keluarga, para orang tua meletakkan dasar-dasar kepribadian
kepada anak-anaknya. Peletakan kepribadian sudah dilakukan sejak anak-anak masih
bayi. Pengalaman interaksi sosial dalam keluarga akan menjadi modal dasar dalam

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 5


membentuk keribadian seseorang dan akan turut menentukan pola tingkah laku
seseorang terhadap orang lain dalam pergaulannya di luar lingkungan keluarga.
b) Fungsi Reproduksi
Yang dimaksud fungsi reproduksi adalah fungsi untuk menghasilkan keturunan
atau generasi penerus. Keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-
kepribadian yang berakar dari etika,estetika, moral kegamaan dan kebudayaan yang
berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur masyarakat tertentu.
c) Fungsi Edukasi
Keluarga berfungsi sebagai pusat-pusat pengasuhan dan pendidikan. Dalam
keluarga primitif, untuk keperluan pengasuhan dan pendidikan anak-anak dibangun
balai pendidikan. Dalam masa pendidikan, tempat anak perempuan terpisah dengan
tempat pendidikan anak laki-laki.
Pelaksanaan pendidikan anak laki-laki biasanya ditangani oleh ayah atau paman
dari pihak laki-laki. Materi pendidikan yang harus dikuasai dalam masa pendidikannya
antara lain membuat api, menebang pohon, membuat kapak, membuat peralatan
seperti pencari ikan, berdagang bahkan diajarkan untuk mengenal seks. Untuk
pendidikan perempuan ditanagani oleh bibi dari pihak ibu. Pendidikan diawali dengan
kerohanian, pendidikan anak perempuan lebih dititik beratkan dengan penguasaan
tata cara kehidupan dalam rumah tangga, cara mengambil air di ladang.
Pendidikan di balai pengasuahan dan pendidikan sebagai fungsi edukasi
ditemukan di pedalaman sampai tahun 1960-an. Namun sekarang fungsinya sudah
tergantikan dengan pendidikan formal seperti Sekolah Dasar(SD) hingga sekolah
sekolah menengah(seperti SMP,SMA)
d) Fungsi Ekonomi
Setiap keluarga apapun bentuknya selalu mempunyai pembagian tugas diantara
anggota-anggota keluarga agar dapat mempertahankan hidup. Pada saat sekarang,
bentuk kegiatan ekonomi keluarga sudah mengalami perubahan sejalan dengan
tuntutan emansipasi wanita. Kaum wanita tidak melulu tinggal di rumah saja, banyak
juga kaum wanita memberikan sumbangan pendapatan keluarga. Hal ini menunjukkan
bahwa peran masing-masing anggota keluarga merupakan kesatuan ekonomik yang
menunjukkan keluarga mempunyai fungsi pencari nafkah dan mengaturnya dalam
pengelolaan keluarga.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 6


e) Fungsi Afeksi
Fungsi afeksi yang diemban oleh keluarga dimaksudkan sebagai perwujudan salah
satu kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan kasih sayang atau rasa untuk
dicintai. Sebagian besar masyarakat bertumpu pada keluarga untuk mendapatkan kasih
sayang. Banyak data menunjukan bahwa kenakalan anak remaja yang serius sering kali
disebabkan oleh tidak adanya kasih sayang orang tuanya.
f) Fungsi Perlindungan
Keluarga merupakan tempat yang aman bagi para anggotanya. Dalam setiap
masyarakat, keluarga memberikan perlindungan fisik,ekonomi, dan psikologis bagi
seluruh anggotanya. Bebrapa kelompok masyarakat memandang bahwa ancaman dan
serangan terhadap seorang anggota keluarga akan berarti ancaman dan serangan
seluruh anggota keluarga, dan semua anggota wajib membela.
g) Fungsi Penentu Status
Orang tua dalam suatu keluarga ikut menentukan status anaknya kelak di
kemudian hari. Orang pasti ingin anaknya kelak menjadi manusia yang berguna bagi
keluarga dan lingkungannya, mendapatkan pekerjaan, dan jabatan yang tinggi. Tentu
untuk mewujudkan keinginan itu orang tua sudah mempersiapkan anaknya untuk bisa
memperoleh status pekerjaan yang dikehendaki.
4. Perubahan Fungsi Keluarga
a. Fungsi Ekonomis Menurun
Beberapa puluh tahun yang lalu,keluarga merupakan satu unit produksi ekonomis
yng disatukan ole tugas dari pekerjaan yang sama di dalam pertanian. Namun sekarang
telah terjadi perubahan struktur mata pencaharian masyarakat terutama yang
berkaitan dengan bidang pertanian. Proporsi penduduk dan juga keluarga petani
menurun dari tahun ke tahun dan cenderung berubah ke arah non pertanian seperti
perdagangan, jasa, industry, dan lain-lain.
b. Fungsi Pengaturan Sexual telah Menurun
Walaupun sebagian besar hubungan sexual terjadi di dalam perkawinan, namun
pada saat ini telah terjadi penurunan proporsi. Hal ini seperti diungkapkan oleh Zelnik
and Kantner (1978) yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan proporsi keluarga
yang telah melakukan hubungan sex sebelum melakukan pernikahan. Peningkatan
hubungan sex pranikah menunjukkan bahwa perkawinan perawan relative sudah

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 7


menjadi tidak umum dan mungkin akan menghilang dalam waktu dekat.(Paul B.
hoeton,1991 : 291)
c. Fungsi Reproduksi menjadi Kurang Penting
Saat ini terjadi perubahan jumlah anak dalam keluarga. Ada kecenderungan bahwa
setiap keluarga hanya mempunyai keluarga kecil dengan sedikit anak. Mengecilnya
jumlah keluarga, terlepas dari implikasi ekologis, mungkin diharapkan untuk
meningkatkan keharmonisan keluarga. Ada bukti penelitian yang menyakinkan bahwa
keluarga yang lebih kecil kurang mengalami stress, lebih sejahtera, dan ”paling
memuaskan bagi suami-istri, orang tua dan anak”. Anak-anak dalam keluarga kecil jauh
lebih sehat, kreatif dan cerdas.
d. Fungsi Sosialisasi semakin Penting
Keluarga tetap merupakan agen persosialisasian yang utama, meskipun tidak dapat
disangkal behwa sekolah dan kelompo (peer-group) juga memenuhi fungsi sosialisasi
yang penting. Saat ini perubahan pokok terdapat dalam “atensi” (perhatian) terhadap
fungsi sosialisasi. Pada saat ini fungsi sosialisasi semakin penting, namun perubahan
struktur keluarga, angka perceraian yang meningkat, perkawinan tidak sah, orang tua
tunggal, kedua orang berkarier tampaknya akan mempersulit pelaksanaan fungsi
sosialisasi.
e. Fungsi Kasih Sayang dan Keakraban semakin Penting
Pada saat ini, sifat kegotongroyongan diantara keluarga-keluarga dengan para
tetangga sudah semakin menipis dan tidak saling kenal. Keluarga dekat menjadi
benteng pendukung emosi karena dalam keluarga kita dapat mengharap simpati bila
tertimpa kesusahan, atau kegembiraan yang tulus bila mencapai keberhasilan.
f. Fungsi Penentuan Status terus Berlanjut
Para orang tua terus mempersiapkan anak-anak mereka dengan berusaha
menanamkan ambisi sikap dan kebiasaan yang mendorong anak-anak mereka
memperjuangkan status yang lebih tinggi. Hal ini dinamakan sosialisasi yang bersifat
antisipatif (anticipatory socialization) karena merupakan suatu usaha untuk
mensosialisasikan anak-anak ke arah status yang diharapkan akan dicapai oleh anak di
kemudian hari.
g. Fungsi Perlindungan telah Merosot

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 8


Keluarga tradisional dalam masyarakat melakukan sebagian besar fungsi pekerjaan
social yang terorganisasi seperti merawat orang cacat, jompo. Namun dewasa ini, ada
teknologi medis yang menggantikan peran perlindungan tersebut. Oleh karena itu,
karena berbagai alasan, sebagian besar dari mereka karena tidak mau direpotkan atau
bertanggung jawab antara satu dengan yang lain. Hal ini kemudian menyebabkan
fungsi perlindungan keluarga telah bergeser ke lembaga lain.

C. Manusia sebagai Makhluk Sosial, Society dan Sosialisasi


Society atau masyarakat yang ebrasal dari kata Latin socius, yang artinya ‘kawan’. Istilah
masyrakat dari bahasa Arab syaraka yang artinya ikut serta, berpartisipasi. Koentjaraningrat
(2002:146) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang
berinteraksi menurit suatu system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan ynag terikat
oleh suatu rasa identitas bersama.
Kesatuan sosial yang tidak mempunyai syarat-syarat pengikat sehingga sehingga serupa
dengan kerumunan atau crowd, tidak mempunyai sifat-sifat masyarakat. Kesatuan social
seperti itu disebut kategori social atau social category.
Keseluruhan kebiasaan yang dipunyai manusia dibidang ekonomi, kekeluargaan,
pendidikan, agama, politik dan sebagainya harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu
masyarakat melalui suatu proses yang disebut sosialisasi (socialization)
Berger (1978:116) dalam Sunarto (2004:21) mendefinisikan sosialisasi sebagai ‘ a pocess by
which a child learns to be a participant member of society’- proses melalui mana seorang anak
belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat.
1. Faktor-faktor yang Mendorong untuk Hidup Bermasyarakat
Menurut Bouman dalam diri setiap manusia itu terdapat hasrat-hasrat dan kecenderungan
bernaluri, dimana dalam hal ini dikatakan sebagai faktor-faktor yang mendorong untuk
hidup bermasyrakat, yaitu:
- Kecenderungan social yaitu kecenderungan untuk menggabungkan dirinya dengan
individu lain dalam bentuk kelompok.
- Harga diri tidak hanya tampak sebagai keinginan untuk berharga melainkan juga supaya
kelihatan berharga menurut pendapat orang lain.
- Kecenderungan untuk patuh, yaitu ada rasa untuk menurut dan ada hasrat untuk
tunduk dengan sukarela, terpaksa atau ada motif lainnya.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 9


- Kecendrungan meniru adlah kecenderungan untuk menyatakan secara diam-diam atau
terang-terangan.
- Kecenderungan bergaul yaitu kecenderungan untuk bergabung dengan orang-orang
tertentu dan kelompok tertentu.
- Hasrat tolong menolong dan simpatik yaitu kesanggupan untuk dengan langsung turut
merasakan sesuatu dengan orang lain atau meringankan beban orang lain.
- Hasrat berjuang yaitu adanya persaingan mengalahkan lawan.
- Hasrat memberitahukan dan sifat mudah menerima kesan dari orang lain.
- Hasrat untuk mendapatkan kebebasan yaitu hasrat yaitu hasrat untuk menghindari diri
dari kekangan atau pembatasan.
- Hasrat seksual yaitu hasrat untuk mengembangkan keturunan.
- Hasrat bersatu yaitu adanya kenyataan bahwa manusia itu adalah makhluk lemah oleh
karena itu mereka harus mencari kekuatan bersama sehingga mereka dapat berlindung
bersama-sama.
- Adanya kesamaan keturunan, kesamaan keyakinan dan sebagainya.
2. Faktor-faktor Penghambat Hidup Bermasyarakat:
- Kemajuan ilmu pengetahuan dan penyebaran terhadap hasil penelitian yang telah
dilakukan, misalnya dibidang politik, social, ekonomi, psikologi dan lainnya dimana
kemajuan ilmu pengetahuan tersebut mempunyai sumber tambahan pengetahuan
tentang diri manusia baik secara individu maupun kolektif.
- Lingkungan masyarakat modern justru eksitensi kehidupan pribadinya besar sekali,
terlebih rintangan dengan ide hak azasi manusia terutama hidup sebagai pribadi
manusia yang mendapat penghormatan di masyarakat yang dalam pelaksanaan hidup
pribadi seseorang keamanannya dilindungi hukum.
- Alat-alat komunikasi modern membuka luas untuk mengadakan hubungan dengan
banyak orang tanpa berkumpul.
3. Pranata Sosial
Menutut Koentjaraningrat (2002:163) pranata atau institution adalah system-sistem yang
menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat untuk berinteraksi menurut pola-
pola resmi. Jumlah pranata yang ada sangat tergantung kepada sifat sederhana atau sifat
kompleksnya kebudayaan yang hidup dalam masyarakat bersangkutan. Pranata dapat
diklasifikasikan menjadi:

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 10


- Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan kehidupan kekerabatan, yaitu yang
sering disebut kinship atau domestic institutions. Contoh: perkawinan, tolong
menolong antar kerabat, pengasuhan kanak-kanak, sopan santun pergaulan antar
kerabat, pengasuhan kanak-kanak, opan santun pergaulan antar kerabat, sitem istilah
kekekrabatan, dan lainnya.
- Pranata yang berfungsi untuk memenuhi keperluan manusia untuk mata pencaharian
hidup, memproduksi, menimbun, menyimpan, mendistribusi halsil produksi dan harta
adalah economic institutions. Contoh: pertanian, peternakan, pemburuan, feodalisme,
industry, barter, koperasi penjualan, penggundangan, perbankan dan sebagainya.
- Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan penerangan dan pendidikan manusia
supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna adalah educational institutions.
Contoh: pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pemberantasan buta huruf,
pendidikan keamanan, pers, perpustakaan umum, dan sebagainya.
- Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan ilmiah manusia, menyelami alam semesta
adalah scientific institutions. Contoh: metode ilmiah, penelitian, pendidikan ilmiah,
dan sebagainya.
- Pranata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk menghayatkan rasa
keindahannya dan untuk rekreasi adalah aesthetic and recreational institutions.
Contoh: seni rupa, seni suara, seni gerak, seni drama, kesusastraan, olahraga, dan
sebagainya.
- Prananata yang berfungsi memenuhi keperluan manusia untuk berhubungan dengan
dan berbakti kepada Tuhan atau dengan alam gaib adalah religious institutions. Contoh:
doa, kenduri, upacara, semedi, bertapa, penyiaran agama, pantangan, dan sebagainya.
- Pranata yang berfungsi mememnuhi keperluan manusia untuk mengatur dan
mengelola keseimbangan kekuasaan dalam kehidupan masyakat adalah political
institutions. Contoh: pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, dan
sebagainya.
- Pranata yang berfungsi mememnuhi keperluan fisik dan kenyamanan hidup manusia
adalah somatic institutions. Contoh: pemeliharaan, kecantikan , pemeliharaan
kesehatan, dan sebagainya.
D. Jenis- jenis tatanan hidup berkelompok

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 11


Manusia sebagai individu dalam masyarakat memiliki ciri-ciri tertentu yang berhubungan
dengan kanggotaannya sebagai warga masyarakat. Ciri-ciri tertentu adalah ciri-ciri yang
menerangkan hal-hal penting pada diri seseorang yang menunjukkan kegiatannya sehari-hari
dalam masyarakat yang disebut identitas social.

Wujud identitas social:


 Ciri fisik dan lainnya yang mudah dikenal oleh masyarakat antara lain tempat tingggal, asal
suku bangsa dan agama
 Ciri identitas social yang paling menonjol dan mudah dikenal oleh masyarakat adalah
pekerjaan atau fungsi seseorang dalam masyarakat, missal: lurah, pemilik took

1. Status (Kedudukan)
Status adalah tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan
sosial adalah sosisi seseorang menyangkut lingkungan pergaulan, prestige, hak-hak, dan
kewajibannya. Secara abstrak, status/kedudukan berarti tempat seseorang dalam satu pola
tertentu. Bahkan seseorang bisa mempunyai beberapa status/kedudukan karena memiliki
beberapa pola kehidupan.

Menurut Ralph Linton, ada tiga macam cara memperoleh status, yaitu :

1.) Ascribed status, merupakan ststus seseorang yang dicapai dengan sendirinya tanpa
memperhatikan perbedaan rohaniah dan kemampuan. Status tersebut bisa diperoleh
sejak lahir. Contoh, anak yang lahir dari keluarga bangsawan dengan sendirinya
langsung memperoleh status bangsawan.
2.) Achieved status, merupakan status yang diperoleh seseorang dengan usaha-usaha yang
disengaja. Status ini diperoleh atas dasar kemampuan individu dalam mencapai tujuan-
tujuannya. Status ini bersifat terbuka bagi siapa saja. Contoh, setiap orang bisa menjadi
pengusaha sukses asalkan mempunyai kemampuan untuk mencapainya.
3.) Assigned status, merupakan status yang diperoleh dari pemberian pihak lain. Assigned
status mempunyai hubungan yang erat dengan achieved status, suatu kelompok atau
golongan memberikan status yang lebih tinggi kepada seseorang yang berjasa. Status ini
diberikan karena orang tersebut telah memperjuangkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Contohnya, gelar pahlawan, siswa teladan,
penghargaan kalpataru dan pemberian jasa lainnya.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 12


Beragam status yang dimiliki seseorang bisa mempunyai pertentangan atau konflik
(status conflict). Konflik status adalah konflik batin yang dialami seseorang sebagai akibat
aadnya beberapa status yang dimilikinya yang saling bertentangan.

2. Status Simbol (Symbol Status)


Simbol status merupakan istilah sosiologis - sebagai bagian dari interaksionisme
simbolis sosial dan sosiologis - berkaitan dengan bagaimana individu dan kelompok
berinteraksi dan menafsirkan berbagai simbol budaya.
Terdapat pada sekelompok masyarakat atau pada seseorang yang memiliki kedudukan
tertentu. Kelompok itu melakukan kegiatan dan menampakkan ciri ciri kehidupan yang
berbeda dengan kelompok lainnya dalam masyarakat. Perbedaan menyolok yang dilakukan
oleh sekelompok orang dalam masyarakat tampak dalam berbagai hal, seperti fashion,
tempat tinggal dan hobi.
3. Peranan Sosial (Social Role)
Peranan sosial merupakan aspek yang timbul dari status/kedudukan. Peranan adalah
perilaku yang diharapkan oleh pihak lain dalam melaksanakan kewajiban sesuai dengan
status yang dimilikinya. Status dan peranan tidak dapat dipisahkan karena peranan selalu
melekat sesuai dengan status yang diembannya.
Dalam kehidupan sehari-hari, peranan menjadi penting karena berfungsi untuk
mengatur perilaku seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan
perilakunya dengan perilaku orang disekitarnya.
Jika seseorang dalam waktu bersamaan mempunyai status yang harus dipilih sehingga
mengakibatkan konflik status, maka dalam peranan pun demikian. Konfilk peranan adalah
suatu peranan yang harus dilakukan seseorang dalam waktu bersamaan, dalam hal ini
peranan-peranan yang terdapat dalam satu status. Contoh, Pak Lurah sedang menghadiri
rapat penting dengan perangkat desa, pada waktu bersamaan di ujung desa ada konflik antar
warga. Saat itu terjadi konflik peranan yang dialami pak lurah, apakah ia melanjutkan rapat
penting tersebut ataukah melerai warga yang bertikai.
4. Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang (yaitu pemimpin) untuk


mempengaruhi orang lain (yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya).
Kepemimpinan juga merupakan suatu kompleks dari hak-hak dan kewajiban yang dapat

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 13


dimiliki oleh seorang atau suatu badan. Sebagai suatu proses sosial, kepemimpinan meliputi
segala tindakan yang dilakukan seseorang atau sesuatu badan yang menyebabkan gerak dari
warga masyarakat.

Kepemimpinan ada yang bersifat resmi (formal leadership) yaitu kepemimpinan yang
tersimpul didalam suatu jabatan. Ada pula kepemimpinan karena pengakuan dari
masyarakat akan kemampuan seseorang untuk menjalankan kepemimpinan. Sedangkan
kepemimpinan yang bersifat tidak resmi (informal leadership) adalah kepemimpinan yang
resmi di dalam pelaksanaannya selalu harus berada di atas landasan-landasan atau
peraturan-peraturan resmi. Sehingga dengan demikian daya cakupnya agak terbatas.
Kepemimpinan tidak resmi, mempunyai ruang lingkup tanpa batas-batas resmi, karena
kepemimpinan demikain didasarkan atas pengakuan dan kepercayaan masyarakat. Ukuran
benar tidaknya kepemimpinan tidak resmi terletak pada tujuan dan hasil pelaksanaan
kepemimpinan tersebut, menguntungkan atau merugikan bagi masyarakat.

Walaupun seorang pemimpin (yakni yang melaksanakan kepemimpinan) yang resmi


tidak boleh menyimpang dari peraturan-peraturan resmi yang menjadi landasanya, akan
tetapi dapat melakukan kebijaksanaan yang dapat memancarkan kemampuan mereka
sebagai pemimpin. Misalnya, kebijaksanaan tersebut dapat diwujudkan di dalam memilih
waktu untuk melaksanakan peraturan-peraturan atau memilih orang-orang yang langsung
berhubungan dengan masyarakat untuk melaksanakan peraturan dan seterusnya.

Kepemimpinan yang tidak resmi dapat digunakan pula di dalam suatu jabatan resmi
dan tentu saja lebih leluasa di dalam masyarakat yang belum dipungut peraturan-peraturan
resmi. Dalam bidang terakhir tadi, seorang pemimpin dapat menggerakan kekuatan-
kekuatan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Kepemimpinan merupakan hasil organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai
hasil dinamika interaksi sosial. Sejak mula terbentuknya suatu kelompok sosial, seseorang
atau beberapa orang diantara warga-warganya melakukan peranan yang lebih aktif dari
pada rekan-rekannya, sehingga orang tadi atau beberapa orang tampak lebih menonjol dari
lain-lainnya. Itulah asal mula timbulnya kepemimpinan, yang kebanyakan timbul dan
berkembang dalam struktur sosial yang kurang stabil. Munculnya seorang pemimpin sangat
diperlukan dalam keadaan-keadaan dimana tujuan kelompok sosial yang bersangkutan

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 14


terhalang atau apabila kelompok tadi mengalami ancaman dari luar. Dalam keadaan
demikian, agak sulit bagi warga kelompok menentukan langkah-langkah yang harus
diambil untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

Munculnya seorang pemimpin merupakan hasil dari suatu proses dinamis yang sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan kelompok. Apabila pada saat tersebut muncul seorang
pemimpin, maka kemungkinan besar kelompok-kelompok tersebut akan mengalami suatu
disintegrasi. Tidak munculnya pemimpin tadi adalah mungkin karena seorang individu
yang diharapkan akan menjadi pemimpin, ternyata tidak berhasil membuka jalan bagi
kelompok untuk mencapai suatu tujuannya dengan begitu kebutuhan warga tidak
terpenuhi.

Syarat-syarat kepemimpinan:

a. Memberi kesenangan dalam jasmani,


b. Menunjuk pada keahlian dan kepastian hukum,
c. Menggerakkan bawahan dengan mengajak mereka untuk bekerja persuasion,
d. Memberi kesenangan rohaniah,
e. Menunjukkan keteguhan pendidikan dan rasa tidak segan-segan untuk turut
merasakan kesukaran-kesukaran kepada para pengikut-pengikutnya,
f. Menunjukkan pada suatu sikap yang patut dihormati,
g. Menunjukkan kelebihan didalam ilmu pengetahuan,kepandaian dan ketrampilan,
h. Sifat memberikan semangat kepada anak buah.

Suatu kepemimpinan yang efektif harus mempertimbangkan social basis apabila tidak
menghendaki timbulnya ketegangan-ketegangan atau setidak-tidaknya terhindar dari
pemerintah boneka belaka.

Kepemimpinan didalam masyarakat-masyarakat hukum adat yang tradisional dan


homogen, perlu disesuaikan dengan sussunan masyarakat tersebut yang masih tegas-tegas
memperlihatkan ciri-ciri paguyuban. Hubungan pribadi antara pemimpin dengan yang
dipimpin sangat dihargai. Hal ini, disebabkan pemimpin-pemimpin pada masyarakat tersebut
adalah pemimpin-pemimpin tidak resmi informal leaders yang mendapat dukungan tradisi
atau karena sifat-sifat pribadinya yang menonjol. Dengan sendirinya, masyarakat lebih

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 15


menaruh kepercayaan terhadapa para pemimpin-pemimpin tersebut, beserta peraturan-
peraturan yang dikeluarkan.

Dengan demikian, maka keputusan para pemimpin tersebut sekaligus merupakan pula
rasa keadilan masyarakat yang bersangkutan. Pada umumnya para pemimpin masyarakat
tradisional adalah pemimpin-pemimpin dibelakang atau ditengah. Jarang sekali yang menjadi
pemimpin dimuka umum. Sebaliknya, apabila ditinjau dan ditelaah pada keadaan dikota-kota
besar, maka susunan masyarakat kota tersebut menghendaki kepemimpinan yang lain dari
kepemimpinan pada masyarakat tradisional. Maka Kebijaksanaan rasionallah yang sangat
diperlukan.

Tugas-tugas pokok seorang pemimpin yaitu :

1. Memberikan suatu kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan bagi para
pengikut-pengikutnya,
2. Mengawasi dan mengendalikan serta menyalurkan perilaku warga masyarakat yang
dipimpinnya, dan
3. Bertindak sebagai wakil kelompok kepada dunia luar kelompok yang dipimpin.

Macam-macam gaya kepemimpinan yaitu :

1. Gaya kepemimpinan yang otoriter


Ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Pemimpin menentukan segala kegiatan kelompok secara sepihak,
b. Pengikut sama sekali tidak dapat diajak untuk ikut serta merumuskan tujuan
kelompok dan cara-cara untuk mencapai suatu tujuan, dan
c. Pemimpin terpisah dari kelompok dan seakan-akan tidak ikut dalam proses interaksi
didalam kelompok tersebut.
2. Gaya Kepemimpinan yang demokratis
Ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Secara musyawarah dan mufakat pemimpin mengajak warga anggota kelompok
untuk ikut serta merumuskan tujuan-tujuan yang harus dicapai kelompok, serta
cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut,
b. Pemimpin secara aktif memberikan saran bagi para pengikutnya,
c. Ada kritik positif, baik dari pemimpin maupun dari para pengikutnya,

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 16


d. Pemimpin secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kelompok.
3. Gaya Kepemimpinan yang Bebas
Ciri-cirinya sebagai berikut :
a. Pemimpin menjalankan peranannya secara pasif,
b. Penentuan tujuan yang akan dicapai kelompok sepenuhnya dan diserahkan kepada
kelompok,
c. Pemimpin hanya menyediakan sarana yang diperlukan bagi para kelompoknya, dan
d. Pemimpin berada pada ditengah-tengah kelompok, namun dia hanya beperan
sebagai penonton.

Sebenarnya ketiga kategori yang diatas dapat berlangsung bersamaan, karena metode
mana yang terbaik dan senantiasa tergantung pada situasi yang dihadapinya. Cara-cara
demokratis mungkin dapat diterapkan didalam suatu masyarakat yang warganya mempunyai
taraf pendidikan yang cukup. Cara-cara otoriter mungkin lebih tepat untuk diterapkan didalam
masyarakat yang sangat homogen, sedangkan cara-cara yang bebas mungkin lebih cocok
kepada masyarakat yang relatif homogen.

5. Group (Kelompok)

Sebenarnya kelompok merupakan kumpulan manusia yang memiliki syarat-syarat


tertentu, dengan kata lain tidak semua pengumpulan manusia dapat disebut sebagai
kelompok.

Robert Biersted menyebut adanya tiga kriteria kelompok, yaitu: (1) ada atau tidaknya
organisasi, (2) ada atau tidaknya hubungan sosial di antara warga kelompok, dan (3) ada
atau tidaknya kesadaran jenis di antara orang-orang yang ada dalam kelompok dimaksud.

Berdasarkan analisis menggunakan tiga kriteria tersebut dalam masyarakat dikenal


beberapa jenis atau macam kelompok:

a. Asosiasi

Asosiasi merupakan kelompok yang memenuhi tiga kriteria Biersted tersebut. Suatu
asosiasi atau organisasi formal terdiri atas orang-orang yang memiliki kesadaran akan
kesamaan jenis, ada hubungan sosial di antara warga kelompok dan organisasi.

b. Kelompok sosial (Social Groups)

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 17


Kelompok yang para anggotanya memiliki kesadaran akan kesamaan jenis serta
hubungan sosial di antara warganya, tetapi tidak mengenal organisasi, oleh Biersted
disebut sebagai kelompok sosial.

c. Kelompok kemasyarakatan (Societal Groups)

Kelompok kemasyarakatan merupakan kelompok yang berisi orang-orang yang


memiliki kesadaran jenis saja, tidak ada hubungan sosial di antara orang-orang tersebut
maupun organisasi, disebut sebagai kelompok kemasyarakatan (societal groups).

d. Kelompok statistik

Bentuk terakhir dari kelompok adalah kategori atau kelompok statistik, yaitu
kelompok yang terdiri atas orang-orang yang memiliki kesamaan jenis (misalnya jenis
kelamin, umur, pekerjaan, dan sebagainya), tetapi tidak memiliki satu pun dari tiga
kriteria kelompok menurut Biersted.

Berdasarkan sifat keanggotaannya, kelompok dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Kelompok sukarela : suatu kelompok dimana anggotanya tidak dipaksakan


b. Kelompok terpaksa: suatu kelompok dimana anggotanya dipaksakan

Berdasarkan cara bekerjanya, kelompok dibagi menjadi:

a. Kelompok legal: kelompok yang bekerjanya secara terang-terangan


b. Kelompok illegal: gerakan bawah tanah yang bekerja secara sembunyi sembunyi

6. Perubahan dan stratifikasi sosial


a. Perubahan Sosial
Perubahan sosial secara umum dapat diartikan sebagai suatu proses pergeseran
atau berubahnya struktur/tatanan didalam masyarakat, meliputi pola pikir yang lebih
inovatif, sikap, serta kehidupan sosialnya untuk mendapatkan penghidupan yang
lebih bermartabat.
Pada dasarnya setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini dalam hidupnya
dapat dipastikan akan mengalami apa yang dinamakan dengan perubahan-
perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 18


melakukan suatu perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa
tertentu yang kemudian kita bandingkan dengan keadaan masyarakat pada waktu
yang lampau. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat,pada dasarnya
merupakan suatu proses yang terus menerus, ini berarti bahwa setiap masyarakat pada
kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan.
Tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat
yang lain tidak selalu sama. Hal ini dikarenakan adanya suatu masyarakat yang meng-
alami perubahan yang lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat lainnya.
Perubahan tersebut dapat berupa perubahan-perubahan yang tidak menonjol atau
tidak menampakkan adanya suatu perubahan. Juga terdapat adanya perubahan-
perubahan yang memiliki pengaruh luas maupun terbatas. Di samping itu ada juga
perubahan-perubahan yang prosesnya lambat, dan perubahan yang berlangsung
dengan cepat.

Setelah mempelajarai definisi perubahan sosial dalam masyarakat, tentunya kita juga
harus mengetahui cirinya. Berikut merupakan ciri-ciri perubahan sosial dalam
masyarakat :

a. Tidak ada masyarakat yang berhenti berkembang artinya masyarakat itu selalu
berkembang dan berubah.
b. Perubahan yang terjadi pada satu lembaga sosial pasti akan diikuti perubahan
pada lembaga lainnya.
c. Perubahan sosial yang berlangsung cepat nanmengakibatkan disorganisasi yang
bersifat sementara karena masyarakat sedang dalam proses penyesuaian.
d. Perubahan sosial tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau bidang
spiritual saja tetapi pada kedua bidang tersebut karena keduanya memiliki
hubungan timbal balik.

Secara tipologis, perubahan sosial dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk, yaitu
sebagai berikut:

a. Proses sosial, yaitu pergantian beragam pengahargaan, fasilitas, dan anggota dari suatu
struktur.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 19


b. Segmentasi atau pembagian, yaitu pemekaran unit-unit struktural yang tidak terlalu
berbeda dengan unit-unit yang telah ada.
c. Perubahan struktur, yaitu timbulnya peran dan organisasi yang baru.
d. Perubahan struktur kelompok, yaitu pergantian komposisi kelompok, tingkat
kesadaran kelompok, dan hubungan antarkelompok dalam masyarakat.

Soerjono Soekanto menyebutkan adanya faktor-faktor intern dan ekstern yang


menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat,

1. Faktor Intern

Ada beberapa faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang menye-babkan
terjadinya perubahan sosial, yaitu perubahan penduduk, penemuan-penemuan baru,
konflik dalam masyarakat, dan pemberontakan.

a. Perubahan Penduduk
Perubahan penduduk berarti bertambah atau berkurangnya penduduk dalam suatu
masyarakat. Hal itu bisa disebabkan oleh adanya kelahiran dan kematian, namun
juga bisa karena adanya perpindahan penduduk, baik transmigrasi maupun
urbanisasi. Transmigrasi dan urbanisasi dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah
penduduk daerah yang dituju, serta berkurangnya jumlah penduduk daerah yang
ditinggalkan. Akibatnya terjadi perubahan dalam struktur masyarakat, seperti
munculnya berbagai profesi dan kelas sosial.
b. Penemuan-Penemuan Baru
Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan barang dan jasa
semakin bertambah kompleks. Oleh karena itu berbagai penemuan baru diciptakan
oleh manusia untuk membantu atau memudahkan masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya. Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat
meliputi proses discovery, invention, dan inovasi.

1) Discovery , yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh individu atau
kelompok dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa alat-alat baru
ataupun ideide baru.
2) Invention, yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga
penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 20


difungsikan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah
mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru ini dalam kehidupan
nyata di masyarakat.
3) Inovasi atau proses pembaruan, yaitu proses panjang yang meliputi suatu
penemuan unsur baru serta jalannya unsur baru dari diterima, dipelajari, dan
akhirnya dipakai oleh sebagian besar warga masyarakat.
c. Konflik dalam Masyarakat

Suatu konflik yang kemudian disadari dapat memecahkan ikatan sosial biasanya
akan diikuti dengan proses akomodasi yang justru akan menguatkan ikatan sosial
tersebut. Apabila demikian, maka biasanya terbentuk keadaan yang berbeda dengan
keadaan sebelum terjadi konflik. Contohnya konflik antarteman di sekolah. Konflik
dapat merubah kepribadian orang-orang yang terlibat di dalamnya, misalnya jadi
murung, pendiam, tidak mau bergaul, dan lain-lain. Namun apabila orang-orang
yang terlibat konflik sadar akan hal itu, maka mereka akan berusaha untuk
memperbaiki keadaan itu agar lebih baik dari sebelumnya.

d. Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat

Revolusi di Indonesia pada 17 Agustus 1945 mengubah struktur pemerintahan


kolonial menjadi pemerintahan nasional. Hal itu diikuti dengan berbagai perubahan
mulai dari lembaga keluarga, sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan
sebagainya.

2. Faktor Ekstern

Dengan melakukan interaksi sosial, banyak pengaruhpengaruh dari luar masyarakat kita
yang mendorong terjadinya perubahan sosial. Faktor-faktor ekstern yang menyebabkan
perubahan sosial adalah sebagai berikut.

a. Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat Berubah

Bagi manusia, alam mempunyai makna yang sangat penting bagi kehidupannya.
Misalnya alam mempunyai nilai estetika yang mendorong manusia untuk cinta pada

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 21


alam, alam sebagai sumber penyediaan bahan-bahan makanan dan pakaian, serta
alam menjadi sumber kesehatan, keindahan, dan hiburan atau rekreasi.

Mengingat pentingnya alam bagi kehidupan manusia, maka sudah seharusnyalah


kita menjalin keserasian hubungan dengan alam yang ada di sekitar kita agar tetap
terjaga kelestariannya. Namun apa yang terjadi? Tidak jarang tindakan manusia justru
mengakibatkan munculnya kerusakan alam. Misalnya tindakan manusia menebang
hutan secara liar. Tindakan tersebut dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor
pada musim penghujan karena terjadinya pengikisan tanah oleh air hujan (erosi).
Akibatnya banyak masyarakat yang kehilangan tempat tinggal, keluarga, dan sarana
umum lainnya.

b. Peperangan

Peperangan yang terjadi antara negara yang satu dengan negara yang lain dapat
menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat mendasar, baik seluruh wujud
budaya (sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur budaya fisik) maupun seluruh
unsur budaya (sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi, bahasa, kesenian, sistem
religi, dan kemasyarakatan). Perubahan-perubahan itu umumnya terjadi pada negara
yang kalah perang karena biasanya negara yang menang cenderung untuk
memaksakan nilai-nilai, budaya, cara-cara, dan lembaga kemasyarakatannya kepada
negara tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain adalah sebagai berikut.

1) Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pengaruh timbal balik. Di
samping dipengaruhi, suatu masyarakat akan memengaruhi masyarakat lain.
2) Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komunikasi massa seperti
radio, televisi, majalah atau surat kabar. Dalam hal ini pengaruh kebudayaan
hanya terjadi sepihak, yaitu pengaruh dari masyarakat yang menguasai sarana
komunikasi massa tersebut.
3) Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebudayaan mempunyai taraf
kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru cultural animosity, yaitu
keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun berkebudayaan berbeda dan

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 22


saling hidup berdampingan itu saling menolak pengaruh kebudayaan satu
terhadap yang lain. Biasanya terjadi antara dua masyarakat yang pada masa
lalunya mempunyai konflik fisik ataupun nonfisik.
4) Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang lebih
tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi (peniruan) unsur-unsur
kebudayaan masyarakat yang telah maju oleh kebudayaan yang masih rendah.

Dalam dinamika masyarakat, selain terdapat faktor-faktor yang dapat mendorong


bagi berlangsungnya proses perubahan sosial, juga terdapat faktor-faktor yang dapat
menghalangi atau menghambatnya. Adapun faktor-faktor yang diperkirakan dapat
menghambat atau menghalangi bagi terjadinya proses perubahan sosial tersebut antara
lain:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lambat


Salah satu aspek pendorong terjadinya perubahan sosial budaya adalah majunya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Majunya perkembangan iptek
menjadi indikator pula majunya taraf perkembangan budaya suatu masyarakat.
Sementara maju dan tingginya taraf peradaban suatu masyarakat menyebabkan
masyarakat tersebut akan cepat atau mudah mengadakan adaptasi (penyesuaian)
terhadap munculnya perubahan-perubahan yang datang dari luar masyarakat yang
bersangkutan. Oleh karena itu, apabila di dalam suatu masyarakat terjadi hal yang
sebaliknya, yakni mengalami kelambanan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologinya, maka akan menyebabkan terhambatnya laju perubahan-perubahan
sosial budaya pada masyarakat yang bersangkutan.
2. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
Adanya kehidupan masyarakat yang tertutup, hingga menyebabkan setiap warganya
sulit untuk melakukan kontak atau hubungan dengan masyarakat lain, menyebabkan
warga masyarakat tersebut terasing dari dunia luar. Akibatnya, bahwa masyarakat
tersebut tidak dapat mengetahui perkembangan-perkembangan apa yang terjadi pada
masyarakat lain di luarnya. Jika hal tersebut tetap berlangsung, atau bahkan tidak
sepanjang masa maka akan menyebabkan kemunduran bagi masyarakat yang
bersangkutan, sebab mereka tidak memperoleh masukan-masukan misalnya saja
pengalaman dari kebudayaan lain, yang dapat memperkaya bagi kebudayaan yang

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 23


bersangkutan. Oleh karena itu, faktor ketertutupan atau kurangnya hubungan dengan
masyarakat atau kebudayaan lain, menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat
atau menghalangi bagi proses perubahan sosial dan budaya di dalam masyarakat.
3. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan
Adanya kekhawatiran di kalangan masyarakat akan terjadinya kegoyahan seandainya
terjadi integrasi di antara berbagai unsur-unsur kebudayaan, juga menjadi salah satu
faktor lain terhambatnya suatu proses perubahan sosial budaya. Memang harus diakui
bahwa tidak mungkin suatu proses integrasi di antara unsur-unsur kebudayaan itu akan
berlangsung secara damai dan sempurna, sebab biasanya unsur-unsur dari luar dapat
menggoyahkan proses integrasi tersebut, serta dapat menyebabkan pula terjadinya
perubahan-perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.
4. Adat dan kebiasaan
Setiap masyarakat di manapun tempatnya, pasti memiliki adat serta kebiasaan tertentu
yang harus ditaati dan diikuti oleh seluruh anggotamasyarakat. Adat dan kebiasaan
adalah seperangkat norma-norma (aturan tidak tertulis) yang berfungsi sebagai pedo-
man bertingkah laku bagi seluruh anggota masyarakat. Adat biasanya berisi pola-pola
perilaku yang telah diyakini dan diterima oleh masyarakat secara turun-temurun,
bersifat kekal (abadi), dan oleh karena itu harus ditaati oleh seluruh anggota
masyarakat, serta bersifat mengikat. Artinya, apabila ada sebagian anggota masyarakat
yang tidak mengindahkan aturan adat maka akan mendapat sanksi yang berat baik
sanksi moral maupun sosial dari masyarakat. Sedangkan kebiasaan adalah perbuatan
yang pantas dikerjakan maka diterima oleh masyarakat. Karena pantas dikerjakan dan
telah diterima oleh masyarakat, maka kebiasaan menjadi perilaku yang diulang-ulang
dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya (secara turun-temurun) sehingga
menjadi semacam aturan (norma) yang harus diikuti oleh setiap anggota masyarakat.
Meskipun tidak sekuat adat, norma kebiasaan juga memiliki daya pengikat tertentu
yang dapat menyebabkan setiap anggota berperilaku sesuai dengan kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat.
5. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat (vested interests)
Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem berlapis-lapisan, pasti akan ada
sekelompok orang-orang yang menikmati kedudukan dalam suatu proses perubahan.
Pada masyarakat-masyarakat yang sedang mengalami masa transisi, misalnya saja dari

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 24


otoritarianisme ke sistem demokrasi biasanya terdapat segolongan orang-orang yang
merasa dirinya berjasa atas terjadinya perubahan-perubahan. Pada segolongan
masyarakat yang berjasa itu biasanya akan selalu mengidentifikasikan diri dengan
usaha serta jasa-jasanya tersebut, sehingga sulit sekali bagi mereka untuk melepaskan
kedudukan yang baru diperolehnya itu dalam suatu proses perubahan. Hal inilah yang
juga dirasa menjadi salah satu faktor penghalang berikutnya bagi jalannya suatu proses
perubahan.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup
Adanya sikap semacam itu, misalnya dapat saja dialami oleh suatu masyarakat (bangsa)
yang pada masa lalunya pernah mengalami pengalaman pahit selama berinteraksi
dengan masyarakat (bangsa) lainnya di dunia. Sebut saja misalnya pada masyarakat-
masyarakat yang dahulunya pernah mengalami proses penjajahan oleh bangsa lain,
seperti bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika oleh penjajahan bangsa Barat.
Mereka tidak akan melupakan begitu saja atas berbagai pengalaman pahit yang pernah
diterimanya pada masa lalu, dan hal tersebut ternyata berdampak pada munculnya
kecurigaan di kalangan bangsa-bangsa yang pernah dijajah itu terhadap sesuatu atau
apa-apa yang datang dari barat. Selanjutnya, karena secara kebetulan unsur-unsur baru
yang masuk itu juga kebanyakan berasal dari negara-negara barat, maka prasangka-
prasangka (negatif) juga tetap ada, terutama akibat rasa kekawatiran mereka akan
munculnya penjajahan kembali yang masuk melalui unsur-unsur budaya tersebut.
Dengan demikian munculnya prasangka serta adanya sikap menolak terhadap
kebudayaan asing juga akan menjadi salah satu faktor penghambat lain bagi jalannya
proses perubahan sosial budaya suatu masyarakat.
7. Nilai bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki
Di kalangan masyarakat terdapat kepercayaan bahwa hidup di dunia itu tidak perlu
ngoyo (terlalu berambisi) sebab baik buruknya suatu kehidupan (nasib/takdir) itu
sudah ada yang mengatur, oleh karena itu harus dijalaninya secara wajar. Sementara
jika manusia diberikan kehidupan yang jelek, maka harus diterimanya pula apa adanya
(nrimo ing pandum) serta dengan penuh kepasrahan karena memang nasib yang harus
diterimanya demikian. Dengan demikian manusia tidak perlu repot-repot berusaha,
apalagi sampai ngoyo, karena tidak ada gunanya sebab hasilnya pasti akan jelek, sebab
sudah ditakdirkan jelek. Adanya keyakinan dari masyarakat untuk selalu menerima

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 25


setiap nasib yang diberikan Tuhan kepada manusia dengan penuh kepasrahan,
termasuk bila harus menerima nasib (takdir) buruk, menyebabkan kehidupan
masyarakat menjadi bersifat pesimistis dan statis, atau bahkan fatalistik. Adanya
pemahaman yang keliru tentang nasib manusia itulah, sehingga di dalam masyarakat
tidak muncul dinamisasi, yang berarti tidak ada perubahan, atau jika ada perubahan
maka hal tersebut akan berjalan secara lambat.
8. Hambatan yang bersifat ideologis
Adanya faktor penghambat yang bersifat ideologis, karena biasanya setiap usaha
mengadakan perubahan-perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, akan
diartikan sebagai suatu usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang
merupakan dasar bagi terciptanya integrasi dari masyarakat yang bersangkutan. Oleh
karena itu faktor-faktor yang bersifat ideologis akan tetap menjadi perintang bagi
jalannya perubahan-perubahan.
9. Sikap masyarakat yang sangat tradisional
Apabila di dalam masyarakat muncul suatu sikap mengagung-agungkan akan tradisi
masa lampau serta menganggap bahwa tradisi tersebut secara mutlak tak dapat dirubah,
maka sudah dapat dipastikan bahwa pada masya-rakat tersebut akan mengalami
hambatan-hambatan dalam proses perubahan sosial budayanya. Keadaan tersebut akan
menjadi lebih parah lagi apabila golongan yang berkuasa dalam masyarakat juga berasal
dari golongan yang bersifat konservatif, yakni suatu golongan yang notabenenya adalah
penentang atau anti terhadap perubahan-perubahan.

Selain yang sudah disebutkan di atas, dilihat dari segi intern (dari dalam
masyarakat yang mengalami perubahan), terjadinya proses perubahan sosial juga dapat
terhambat oleh karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:

a. Adanya sikap masyarakat yang ragu-ragu, bahkan curiga terhadap sesuatu yang baru
yang dianggap dapat berdampak negatif.
b. Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk menyukai dan mempertahankan
sesuatu hal yang lama.
c. Kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat terhadap sesuatu yang baru.
b. Stratifikasi Sosial

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 26


Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau
pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Stratifikasi sosial
menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-
lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang
berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu
merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur. Beberapa
pengertian dari stratifikasi sosial menurut para ahli:

 Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang
yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
 Statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan
hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.

Sistem stratifikasi sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang
bersifat tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat
dapat berpindah dari status satu ke status yang lainnya berdasarkan usaha-usaha tertentu.
Misalnya seorang yang berkerja sebagai petani mempunyai kemungkinan dapat menjadi
tokoh agama jika ia mampu meningkatkan kesalehannya dalam menjalankan agamanya.
Seorang anak buruh tani dapat mengubah statusnya menjadi seorang dokter atau menjadi
presiden sekalipun, apabila ia rajin belajar, berpolitik dan bercita-cita untuk itu.
Sebaliknya seorang anak presiden belum tentu dapat mencapai status presiden. Dengan
demikian berarti dalam sistem Sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat
berhak dan mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk
naik status, atau mungkin juga justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan
kuantitas usahanya sendiri. Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat motivasi yang
kuat pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha memperbaiki status dan
kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis dan anggota-anggotanya
cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi. Pada Sistem stratifikasi sosial tertutup
terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah ke status satu ke status lainnya dalam
masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya kemungkinan untuk dapat masuk ada status
tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran atau keturunan.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 27


Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota-anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan adalah sebagai berikut:

1. Ukuran Kekayaan

Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak termasuk dalam lapisan teratas.
Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan,
mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang
dipakainya., kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.

2. Ukuran Kekuasaan

Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar
menempati lapisan atasan.

3. Ukuran Kehormatan

Ukuran kehoramatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan


kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas.
Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional.
Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.

4. Ukuran Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan sebagai ukuran dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu
pengetahuan. Akan tetapi, ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya
akibat-akibat yang negatif kerana ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan
yang dijadikan ukuran, tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hak yang demikian
memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walaupun tidak halal.

7. Saingan dan Lawan

Persaingan terjadi antara individu dan individu, kelompok dengan kelompok, untuk
memperebutkan sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya atau kelompoknya.
Tujuannya adalah untuk mamperoleh uang, kekayaan, kekuasaan, ketenaran, harga diri
dan sebagainya. Bentuk persaingan adalah persaingan yang terjadi dibidang ekonomi,
kebudayaan, ras, dan persaingan kedudukan.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 28


Lawan atau musuh adalah orang yang terlibat dalam benturan-benturan yang disertai
usaha saling menjatuhkan atau mencelakakan yang dapat disebabkan oleh kepentingan
ekonomi, politik maupun idiologi

8. Pertentangan (conflict)

Pertentangan terjadi sebagai akibat dari persaingan yang semakin tajam dan masing
masing pihak tidak mau mengalah, sehingga terjadi benturan fisik maupun nonfisik.
Bentuk-bentuk pertentangan, misalnya: pertentangan pribadi, sosial, politik dan
internasional.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak.
Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau
bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa
alasan, yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 29


c. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.
d. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
e. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

DAFTAR PUSTAKA

Amanah, Umi.2011.Ciri-ciri Perubahan


Sosial.(online).(http://umiamanah.blogspot.com/2013/09/ciri-ciri-perubahan-sosial.html).
(Diakses pada 24 Juni 2019)

Anonim.2014.Stratifikasi Sosial.(online).(http://id.wikipedia.org/wiki/Stratifikasi_sosial). (Diakses


pada 24 Juni 2019)

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 30


Farisi, Galang.2013.Manusia Sebagai Makhluk
Sosial.(online).(http://galangalfarisi22.blogspot.com/2013/11/manusia-sebagai-makhluk-
sosial.html). (Diakses pada 24 Juni 2019)

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial 31

Anda mungkin juga menyukai